DI PUSKESMAS SALAMAN I
Disusun Oleh :
NUR LATIFAH
P1337424822197
HALAMAN
PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan Asuhan Kebidanan KB Suntik ini telah disahkan
oleh pembimbing pada:
Hari
: Tanggal
:
Mahasiswa
Nur Latifah
NIM.P1337424822197
TINJAUAN TEORI
d. Keputihan
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Ariyanti et al., 2021)
dengan judul penelitian “ Hubungan lama penggunaan kontrasepsi suntik 3
bulan dengan kejadian keputihan di Bidan Praktek Swasta Fitri Handayani
Cemani Sukoharjo”menyebutkan bahwa penggunaan KB suntik DMPA > 1
tahun dapat menyebabkan keputihan.
PATHWAY KB SUNTIK
Sintesa Hormon
Esterogen
Edometrium tidak
Suspresif FSH dan LH adekuat untuk
implantasi
Menekan ovulasi
I. Tinajuan Asuhan Kebidanan
1. PENGKAJIAN
a. Identitas
1) Nama
Nama lengkap ibu, termasuk nama panggilannya perlu dikaji. Nama
merupakan identitas khusus yang membedakan seseorang dengan orang lain.
Sebaiknya memanggil klien sesuai dengan nama panggilan yang biasa baginya
atau yang disukainya agar ia merasa nyaman serta lebih mendekatkan
hubungan interpersonal bidan dengan klien (Rahayu,Sri, 2020).
2) Umur
Dikaji untuk mengetahui kebutuhan KB ibu berdasarkan usianya, yaitu untuk
mencegah kehamilan, menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kehamilan.
Fase menunda kehamilan yaitu umur kurang dari 20 tahun, menjarangkan
kehamilan yaitu pada umur 20-35 tahun dan pada fase tidak hamil lagi pada
wanita yang berumur di atas 35 tahun . Menurut (Novianty, 2017) umur perlu
dicantumkan untuk mengetahui klien dalam fase apa, dalam sasaran KB yaitu
fase menunda kehamilan (umur istri < 20 tahun), fase menjarangkan kehamilan
(usia istri 20-35 tahun), dan fase mengakhiri kesuburan usia istri >35 tahun.
3) Pendidikan
Pendidikan tinggi akan lebih mudah menerima dan memahami penjelasan yang
disampaikan karena dalam tindakan akan diberikan pendidikan kesehatan
seputar KB yang akan dipakai ibu, diharapkan ibu dapat memahami semua
penjelasan bidan agar tidak terjadi kesalahan persepsi .
4) Pekerjaan
Untuk mengetahui bagaimana taraf hidup social, masalah ekonomi agar nasehat
bidan sesuai dengan keadaan ibu (Novianty, 2017).
5) Agama
Agama perlu dikaji untuk mengetahui kepercayaan yang dianut karena ada
kemungkinan agama tersebut menganggap tabu cara pemakaian KB.
6) Suku/Bangsa
Ditujukan untuk mengetahui adat istiadat yang menguntungkan dan merugikan
bagi pasien (Rahayu,Sri, 2020)
7) Alamat
Mengetahui ibu tinggal di mana, juga menjaga kemungkinan bila ada ibu yang
namanya sama dan memastikan ibu mana yang hendak ditolong, juga
diperlukan bila mengadakan kunjungan kepada penderita (Novianty, 2017)
2. DATA SUBYEKTIF
a. Alasan Datang
Alasan datang wanita datang ke tempat bidan/klinik, yang diungkapkan dengan
kata-katanya sendiri (Novianty, 2017)
b. Keluhan Utama
Menurut (Novianty, 2017) maksud dan tujuan antara lain untuk mencegah
kehamilan, menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kehamilan.
c. Riwayat Kesehatan
1) Sistem Respirasi
a) Asma
Selalu diawasi suntik boleh dipakai (Novianty, 2017)
b) TBC
Obat rifampisin dapat menurunkan efektivitas suntik kontrasepsi sehingga
kemungkinan terjadinya kegagalan cukup tinggi.
TBC: Efektivitas berkurang bila menggunakan bersamaan dengan obat
tuberkulosis (rifampisin). (Rahayu,Sri, 2020)
2) Sistem Syaraf
E Suntikepsi: Efektivitas berkurang bila menggunakan bersamaan dengan obat
e Suntikepsi (fenitoin dan barbituat) (Rahayu,Sri, 2020)
3) Sistem Kardiovaskuler
a) Hipertensi
Kontrasepsi hormonal yang hanya mengandung komponenen gestagen
seperti mini Suntik san depo gestagen tidak meningkatkan tekanan
darah,Namun, kalau sudah menderita hipertensi sebelumnya, mini Suntik
maupun depo gestagen dapat menyebabkan penigkatan tekanan darah
(Baziad, 2011)
b) Jantung
Tidak diperbolehkan pada penderita penyakit jantung
4) Penyakit Sistem Gastrointestinal
a) Hepatitis
Tidak boleh diberikan pada akseptor dengan penyakit hati akut
b) Tumor Hati
Jika di duga ada tumor jinak sel hati, Suntik kontrasepsi harus segera di
hentikan (Baziad, 2011).
5) Penyakit Sistem Reproduksi
Ca serviks: Kontrasepsi hormonal meningkatkan risiko kanker serviks bagi
wanita dengan HPV. Diduga gestagen memicu efek karsinoganik dari HPV
3. DATA OBJEKTIF
a. Pemeriksaan Umum
Menurut (Rahayu,Sri, 2020) pemeriksaan umum terdiri dari:
1) KU: Baik, kesadaran: CM
2) Vital Sign
TD, tidak hipertensi, pasien dengan TD 160/80 mmHg menggunakan
kontrasepsi dengan pengawasan khusus, yang dapat menggunakan kontrasepsi
suntikan progestin yang memiliki tekanan darah <180/110 mmHg
3) Berat Badan
Efek samping dari kontrasepsi progestin salah satunya meningkatnya atau
menurunya berat badan. Bahwa kenaikan atau penurunan dapat terjadi
sebanyak 1-2 kg. perhatikan diet klien bila perubahan BB terlalu mencolok,
bila BB berlebihan hentikan suntikan dan anjurkan metode kontrasepsi lain.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Bentuk kepala, Rambut hitam, lurus, mudah rontok/tidak, mudah dicabut/tidak,
kebersihan rambut dan kulit kepala
2) Wajah
Oedema pada wajah menunjukan retensi cairan yang patologi akibat hipertensi
yang merupakan kontraindikasi suntik.
3) Leher
Dikaji adakah pembesaran kelenjar (tiroid/limfe) dan adakah penonjolan vena
jugularis merupakan salah satu tanda dan gejala gagal jantung
4) Dada dan mammae
Tidak ada benjolan payudara / kemungkinan keganasan mammae. Jika terdapat
tanda tersebut, maka tidak dimungkinkan klien mendapat kontrasepsi suntik
Adakah retraksi dinding dada atau adakah bunyi wheezing yang dapat
mengindikasikan adanya gangguan pada sistem pernapasan.
5) Abdomen
Tidak ada pembesaran hati karena hepatomegali dapat mengarah langsung pada
penyakit hati yang sudah lanjut dengan hipertensi
6) Ekstermitas
Kuku berwarna kuning berhubungan dengan penyakit hati akut yang
merupakan kontraindikasi hormonal. Oedem ekstermitas merupakan akumulasi
cairan akibat hipertensi. Tidak ada nyeri betis oleh dorsofleksi menandakan
tidak ada tromboflebitis
7) Genetalia
Perdarahan pervagina yang bukan disaluran kemih, vaginitis, servikitis, polip
servikal, mioma uteri.
8) Anus
Terdapat hemoroid atau tidak, apabila terdapat hemoroid apakah hemoroidnya
menonjol di luar atau tidak.
c. Pemeriksaan Penunjang
1) PP test untuk membantu menegakan diagnose adanya kehamilan/tidak dengan
specimen urine
2) Protein urine. Tidak adanya protein urine (konsistensi tidak >0,3 gram/liter)
urine 24 jam/konsistensi ≥1 gr/l.
3) Gula darah ≥ 360 mg/100 ml dan px glukosuria ≤ 4
4. ANALISIS
a. Diagnosis kebidanan
Ny … P … A … calon akseptor KB suntik baru/ulang.
b. Masalah
c. Diagnosis potensial
d. Kebutuhan tindakan segera
5. PENATALAKSANAAN
a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan tentang kondisi ibu dalam pemenuhan syarat-
syarat diberikannya pelayanan KB
b. Memberikan konseling
Menurut (Rahayu,Sri, 2020) sebagian pendidikan kesehatan konseling dan
petunjuk untuk klien yang berkaitan dengan depo-provera diberikan selama
proses pemilihan metode kontrasepsi ini konseling yang adekuat sebelum metode
dilakukan bertujuan untuk memastikan klien tidak menghentikan metode tersebut
karena ia mengalami perubahan menstruasi. Konseling akan mempengaruhi antara
petugas dan klien dengan meningkatkan hubungan dan kepercayaan yang sudah
ada. Konseling adalah proses yang berjalan menyatu dengan aspek pelayanan KB
dan bukan hanya informasi yang diberikan dan dibicarakan pada satu kesempatan
yakni pada saat pembagian pelayanan. Bila klien belum pernah menggunakan
kontrasepsi suntik dengan pasanganya disetujui atau tidak dan factor apa yang
menyebabkan klien menggunakan kb suntik. Bila klien memilih kontrasepsi, maka
pelaksana konseling harus mampu memberikan informasi spesifik mengenai
bagaimana kontrasepsi suntik dapat mencegah kehamilan, keuntungan, kerugian
dan syarat serta efek samping dan tanda-tanda bahaya.
c. Menyerahkan pengambilan keputusan penuh pada klien dan suami
d. Mengisi informed consent yang ditandatangani klien dan petugas
e. Setelah pemakaian kontrasepsi harus memperhatikan hak-hak reproduksi
f. Menyuntikan obat kontrasepsi DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara suntik
IM dalam didaerah bokong. Apabila suntikan diberikan terlalu dangkal,
penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja segera dan efektif.
Suntikan diberikan setiap 90 hari. Pemberian kontrasepsi suntikan Noristerat
untuk 3 injeksi berikutnya diberikan setiap 8 minggu . Mulai denngan injeksi
kelima diberikan setiap 12 minggu. Membersihkan kulit yang akan disuntik
dengan kapas alcohol yang dibahasi oleh ethil atau isopropyl alcohol 60-90%.
Membiarkan kulit kering sebelum disuntik. Setelah kulit kering baru disuntik.
Mengocok dengan baik dan menghindari terjadinya gelembung-gelembung udara.
Kontrasepsi suntik tidak perlu didinginkan. Bila terdapat endapan putih pada dasar
ampul, upayakan menghilangkanya dengan menghangatkanya
g. Memberi jadwal kunjungan ulang untuk suntik progestin setiap 3 bulan
h. Mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan dalam buku KB dan akseptor
KB
DAFTAR PUSTAKA
Ariyanti, Kesbi, F. G., Tari, A. R., Siagian, G., Jamilatun, S., Barroso, F. G., Sánchez-
Muros, M. J., Rincón, M. Á., Rodriguez-Rodriguez, M., Fabrikov, D., Morote, E.,
Guil-Guerrero, J. L., Henry, M., Gasco, L., Piccolo, G., Fountoulaki, E., Omasaki, S.
K., Janssen, K., Besson, M., … A.F. Falah, M. (2021). Hubungan Lama Pemakaian
Kontrasepsi Suntik 3 Bulan Dengan Keputihan di PMB Nita Lisdiyanti. Jurnal
Aplikasi Teknologi Pangan, 4(1), 1–2.
http://www.ejurnal.its.ac.id/index.php/sains_seni/article/view/10544%0Ahttps://
scholar.google.com/scholar?
hl=en&as_sdt=0%2C5&q=tawuran+antar+pelajar&btnG=%0Ahttps://doi.org/
10.1016/j.jfca.2019.103237
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Buku Ajar Imunisasi. In Kementerian
Kesehatan RI (Vol. 4247608, Issue 021).
https://www.kemkes.go.id/article/view/19031800003/cegah-penyalahgunaan-narkoba-
kemenkes-ajak-terapkan-germas.html%0Ahttps://www.depkes.go.id/article/view/
18030500005/waspadai-peningkatan-penyakit-menular.html%0Ahttp://
www.depkes.go.id/article/view/1707070
Matahari, R., Utami, F. P., & Sugiharti, S. (2018). Buku Ajar Keluarga Berencana Dan
Kontrasepsi. In Pustaka Ilmu (Vol. 2). http://eprints.uad.ac.id/24374/1/buku ajar
Keluarga Berencana dan Kontrasepsi.pdf
Maulana. (2015). PERBEDAAN PENGARUH KB SUNTIK DEPO MEDROXI
PROGESTERON ASETAT (DMPA) DENGAN KB IMPLAN TERHADAP
GANGGUAN MENSTRUASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS 1
PURWONEGORO KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011. 151(2), 10–17.
Novianty, A. (2017). Modul Konsep Kebidanan. 45–48.
Purnamasari, D. (2014). Hubungan Lama Pemakaian KB Suntik Depo
Medroxyprogesterone Asetat (DMPA) dengan Perubahan Berat Badan di BPS (Bidan
Praktek Swasta) “Yossi Trihana” Jogonalan Klaten. Karya Tulis Ilmiah Universitas
Sebelas Maret.
Rahayu,Sri, I. P. (2020). Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana (Vol. 148).
Rahayu, T. B., & Wijanarko, N. (2017). Efek Samping Akseptor KB DMPA Setelah 2
Tahun Pemakaian. 08(01), 32–38.
Sari, I. R. N. (2015). Kontrasepsi Hormonal Suntik Depo Medroxyprogesterone Acetate
(DMPA) sebagai Salah Satu Penyebab Kenaikan Berat Badan. Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung, 4(7), 67–72.
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/1450/1285
Susilowati, E. (2011). KB Suntik 3 (Tiga) Bulan Dengan Efek Samping Gangguan Haid
Dan Penanganannya. Majalah Ilmiah Sultan Agung, 3(1), 1–11.
http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/majalahilmiahsultanagung/article/view/33