Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN KB SUNTIK

DI PUSKESMAS SALAMAN I

Disusun Oleh :
NUR LATIFAH
P1337424822197

PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN SEMARANG


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2022/2023

HALAMAN
PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan Asuhan Kebidanan KB Suntik ini telah disahkan
oleh pembimbing pada:
Hari
: Tanggal
:

Dalam rangka praktik klinik kebidanan Stage Asuhan Kebidanan KB Suntik


yang telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing klinik dan pembimbing
institusi Prodi
Profesi Bidan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Semarang Tahun 2022/2023

Mahasiswa

Nur Latifah
NIM.P1337424822197

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

Sri Widatiningsih, M.Mid K. Nugraheni H, S.Tr.Keb


NIP. 196811011989032001 NIP. 19691215 199303 2 005
BAB I

TINJAUAN TEORI

A. Kontrasepsi Suntik Progestin (DMPA)


1. Pengertian
Depo progestin merupakan suntikan yang berasal dari hormone
progesterone. Mengandung 150 mg progesterone, yang diberikan setiap 3 bulan
dengan cara disuntik intramuscular. Profil KB suntik depo progestin yaitu sangat
efektif, aman, dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi,
kembalinya kesuburan sangat lambat rata-rata 4 bulan (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2018)
2. Jenis-Jenis Kontrasepsi Suntik Progestin
Terdapat dua jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin, yaitu:
a. Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depoprovera), mengandung 150mg DMPA,
yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intrsmuskular (di daerah
bokong)
b. Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), yang mengandung 200 mg
Noretindron Enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik
intramuskular.
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018)
3. Cara Kerja Kontrasepsi Suntik Progestin
Menurut (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018), cara kerja suntik
Depo Progestin adalah
a. Mencegah ovulasi
b. Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi
sperma.
c. Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi.
d. Menghambat transportasi gamet oleh tuba.
4. Tingkat Efektivitas Kontrasepsi Suntik Progestin
Menurut (Sari, 2015), kontrasepsi suntik Depo Progestin memiliki
efektifitas yang tinggi dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan – tahun, asal
penyuntikannya dilakukan secara benar sesuai jadwal yang telah ditentukan.
5. Keuntungan Kontrasepsi Suntik Progestin
Menurut (Sari, 2015), keuntungan Depo progestin adalah
a. Sangat efektif
b. Pencegahan kehamilan jangka panjang
c. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
d. Tidak mengandung estrogen ,tidak memiliki pengaruh terhadap ASI.
e. Efek samping sedikit.
f. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.
g. Dapat digunakan oleh perempuan usia reproduksi sampai perimenopause

6. Indikasi Pemakaian Kontrasepsi Suntik Progestin


Menurut (Sari, 2015), indikasi Depo progestin adalah
a. Usia reproduksi dan pernah memiliki anak
b. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.
c. Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
d. Setelah abortus
e. Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen.
f. Sering lupa minum Suntik kontrasepsi kombinasi
7. Kontra Indikasi Pemakaian Kontrasepsi Suntik Progestin
Menurut (Susilowati, 2011), kontraindikasi Depo progestin adalah
a. Hamil atau dicurigai hamil
b. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
c. Riwayat kanker payudara.
d. Diabetes melitus disertai komplikasi
e. Hipertensi
8. Waktu Pemberian Kontrasepsi Suntik Progestin
a. Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.
b. Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat, asalkan
saja ibu tersebut tidak hamil. Selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh
melakukan hubungan seksual.
c. Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti dengan
kontrasepsi suntikan. Bila ibu telah menggunakan kontrasepsi hormonal
sebelumnyasecara benar, dan ibu tersebut tidak hamil, suntikan pertama dapat
segera diberikan. Tidak perlu menunggu sampai haid berikutnya datang.
d. Bila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi jenis lain dan ingin
menggantinya dengan jenis kontrasepsi suntikan progestin, suntikan diberikan
saat jadual kontrasepsi suntikan sebelumnya.
e. Ibu yang menggunakan kontrasepsi nonhormonal dan ingin menggantinya
dengan kontrasepsi hormonal, suntikan pertama kontrasepsi hormonal yang
akan diberikan dapat segera diberikan, asal ibu tersebut tidak hamil, dan
pemberiannya tidak perlu menunggu haid berikutnya datang. Bila ibu disuntik
setelah hari ke-7 haid. Ibu tersebut selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh
melakukan hubungan seksual.
f. Ibu ingin menggantikan AKDR dengan kontrasepsi hormonal. Suntikan
pertama dapat diberikan pada hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid, atau
dapat diberikan setiap saat setelah hari ke-7 siklus haid, asal saja yakin ibu
tersebut tidak hamil.
g. Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur. Suntikan pertama
diberikan setiap saat, asal ibu tersebut tidak hamil, dan selama 7 hari setelah
suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.

9. Efek Samping dan penanganan Kontrasepsi Suntik Progestin


a. Amenorhea (tidak terjadi perdarahan / spotting), hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh (Susilowati, 2011) dengan judul penelitian “
KB Suntik 3 bulan dengan efek samping gangguan haid dan penanganannya”
menyebutkan bahwa penggunaan KB suntik DMPA > 1 tahun dapat
menyebabkan gangguan siklus menstruasi yaitu Amenorhea.
Penanganan:
1) Bila tidak hamil, pengobatan apapun tidak perlu. Petugas perlu
menjelaskan bahwa darah haid tidak terkumpul dalam rahim serta
menasihati untuk kembali ke klinik.
2) Bila terjadi kehamilan, rujuk klien dan menghentikan penyuntikan.
3) Bila terjadi kehamilan ektopik, rujuk klien segera.
4) Tidak memberikan terapi hormonal untuk menimbulkan perdarahan
karena tidak akan berhasil. Tunggu 3-6 bulan kemudian, bila tidak terjadi
perdarahan juga, rujuk ke klinik.
b. Perdarahan / perdarahan bercak (spotting)
Penanganan:
Informasikan bahwa perdarahan ringan sering dijumpai, tetapi hal ini bukan
masalah yang serius, dan biasanya tidak memerlukan pengobatan. Bila klien
tidak dapat menerima perdarahan tersebut dan ingin melanjutkan suntikan,
maka dapat disarankan pengobatan, yaitu: Satu siklus Suntik kontrasepsi
kombinasi (30-35µg etinilestradiol), ibuprofen (sampai 800 mg, 3x/hari untuk
5 hari), atau obat sejenis lain. jelaskan bahwa selesai pemberian Suntik
kontrasepsi kombinasi dapat terjadi perdarahan. Bila terjadi perdarahan banyak
selama pemberian suntikan ditangani dengan pemberian 2 tablet Suntik
kontrasepsi kombinasi / hari selama 3-7 hari dilanjutkan dengan 1 siklus
Suntik kontrasepsi hormonal, atau diberi 50µg etinilestradiol atau 1,25 mg
estrogen equen konjugasi untuk 14-21 hari.
c. Meningkatnya / Menurunnya Berat Badan
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Purnamasari, 2014)
dengan judul penelitian “ Hubunga lama pemakaian Kb suntik Depo Medroksi
Progesteron (DMPA) dengan perubahan berat badan di BPS (Bidan Praktek
Mandiri) Yossi Trihana Jogonalan Klaten” menyebutkan bahwa penggunaan
KB suntik DMPA > 4 tahun dapat menyebabkan kenaikan berat badan yang
signnifikan.
Penanganan :
Informasikan bahwa kenaikan / penurunan berat badan sebanyak 1-2 kg dapat
saja terjadi. Perhatikan diet klien bila perubahan berat badan terlalu mencolok.
Bila berat badan berlebihan, hentikan suntikan dan anjurkan metode
kontrasepsi lain.

d. Keputihan
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Ariyanti et al., 2021)
dengan judul penelitian “ Hubungan lama penggunaan kontrasepsi suntik 3
bulan dengan kejadian keputihan di Bidan Praktek Swasta Fitri Handayani
Cemani Sukoharjo”menyebutkan bahwa penggunaan KB suntik DMPA > 1
tahun dapat menyebabkan keputihan.
PATHWAY KB SUNTIK

KB Suntik dan Pil

Sintesa Hormon
Esterogen

Efek hormonal sekresi


Keseimbangan Est dan dan peristaltik tuba Degenerasi corpus
Hipotalamus
Prog Terganggu dan kontrabilitas luteum
uterus

Endometrium Transport gamet (sel


Hipofise Luteolysis
abnormal ovum)

Edometrium tidak
Suspresif FSH dan LH adekuat untuk
implantasi

Menekan ovulasi
I. Tinajuan Asuhan Kebidanan
1. PENGKAJIAN
a. Identitas
1) Nama
Nama lengkap ibu, termasuk nama panggilannya perlu dikaji. Nama
merupakan identitas khusus yang membedakan seseorang dengan orang lain.
Sebaiknya memanggil klien sesuai dengan nama panggilan yang biasa baginya
atau yang disukainya agar ia merasa nyaman serta lebih mendekatkan
hubungan interpersonal bidan dengan klien (Rahayu,Sri, 2020).
2) Umur
Dikaji untuk mengetahui kebutuhan KB ibu berdasarkan usianya, yaitu untuk
mencegah kehamilan, menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kehamilan.
Fase menunda kehamilan yaitu umur kurang dari 20 tahun, menjarangkan
kehamilan yaitu pada umur 20-35 tahun dan pada fase tidak hamil lagi pada
wanita yang berumur di atas 35 tahun . Menurut (Novianty, 2017) umur perlu
dicantumkan untuk mengetahui klien dalam fase apa, dalam sasaran KB yaitu
fase menunda kehamilan (umur istri < 20 tahun), fase menjarangkan kehamilan
(usia istri 20-35 tahun), dan fase mengakhiri kesuburan usia istri >35 tahun.
3) Pendidikan
Pendidikan tinggi akan lebih mudah menerima dan memahami penjelasan yang
disampaikan karena dalam tindakan akan diberikan pendidikan kesehatan
seputar KB yang akan dipakai ibu, diharapkan ibu dapat memahami semua
penjelasan bidan agar tidak terjadi kesalahan persepsi .
4) Pekerjaan
Untuk mengetahui bagaimana taraf hidup social, masalah ekonomi agar nasehat
bidan sesuai dengan keadaan ibu (Novianty, 2017).
5) Agama
Agama perlu dikaji untuk mengetahui kepercayaan yang dianut karena ada
kemungkinan agama tersebut menganggap tabu cara pemakaian KB.
6) Suku/Bangsa
Ditujukan untuk mengetahui adat istiadat yang menguntungkan dan merugikan
bagi pasien (Rahayu,Sri, 2020)
7) Alamat
Mengetahui ibu tinggal di mana, juga menjaga kemungkinan bila ada ibu yang
namanya sama dan memastikan ibu mana yang hendak ditolong, juga
diperlukan bila mengadakan kunjungan kepada penderita (Novianty, 2017)
2. DATA SUBYEKTIF
a. Alasan Datang
Alasan datang wanita datang ke tempat bidan/klinik, yang diungkapkan dengan
kata-katanya sendiri (Novianty, 2017)
b. Keluhan Utama
Menurut (Novianty, 2017) maksud dan tujuan antara lain untuk mencegah
kehamilan, menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kehamilan.
c. Riwayat Kesehatan
1) Sistem Respirasi
a) Asma
Selalu diawasi suntik boleh dipakai (Novianty, 2017)
b) TBC
Obat rifampisin dapat menurunkan efektivitas suntik kontrasepsi sehingga
kemungkinan terjadinya kegagalan cukup tinggi.
TBC: Efektivitas berkurang bila menggunakan bersamaan dengan obat
tuberkulosis (rifampisin). (Rahayu,Sri, 2020)
2) Sistem Syaraf
E Suntikepsi: Efektivitas berkurang bila menggunakan bersamaan dengan obat
e Suntikepsi (fenitoin dan barbituat) (Rahayu,Sri, 2020)
3) Sistem Kardiovaskuler
a) Hipertensi
Kontrasepsi hormonal yang hanya mengandung komponenen gestagen
seperti mini Suntik san depo gestagen tidak meningkatkan tekanan
darah,Namun, kalau sudah menderita hipertensi sebelumnya, mini Suntik
maupun depo gestagen dapat menyebabkan penigkatan tekanan darah
(Baziad, 2011)
b) Jantung
Tidak diperbolehkan pada penderita penyakit jantung
4) Penyakit Sistem Gastrointestinal
a) Hepatitis
Tidak boleh diberikan pada akseptor dengan penyakit hati akut
b) Tumor Hati
Jika di duga ada tumor jinak sel hati, Suntik kontrasepsi harus segera di
hentikan (Baziad, 2011).
5) Penyakit Sistem Reproduksi
Ca serviks: Kontrasepsi hormonal meningkatkan risiko kanker serviks bagi
wanita dengan HPV. Diduga gestagen memicu efek karsinoganik dari HPV

6) Penyakit sistem saraf


Wanita penderita yang sering menggunakan obat anti e Suntikepsi dapat
mempengaruhi efektifitas Suntik kontrasepsi sehingga Suntik kontrasepsi
tersebut menjadi kurang efektif, obat-obatan anti kejang seperti Phenytoin
(Dilantin) dapat menurunkan kadar plasma hormon kontrasepsi . Bagi wanita
penderita e Suntikepsi pemberian estrogen dapat meningkatkan frekuensi
kejang dan progesteron dapat mengurangi frekuensi kejang.
7) PMS
PMS dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut:
a) Sistitis
Suntik pada esterogen tinggi kadang dijumpai pada pyelitis/ sistitis.
b) Gonorea
Suntik kontrasepsi tidak
8) Penyakit Sistem Endokrin
DM: Kontrasepsi hormonal menyebabkan restensi insulin ringan sehingga
memperburuk toleransi glukosa. Etinilestradiol mengurangi kebersihan insulin,
sedangkan gestagen mempengaruhi pengambilan maupun pemakain glukosa
perifer. Bila wanita telah mengalami gangguan toleransi glukosa, pemberian
mini Suntik oral dapat memperburuk keadaan tersebut
d. Riwayat Obstetri
Mengkaji HPHT untuk mengetahui ibu sedang haid yang keberapa karena
disarankan memulai penggunaan suntik 3-7 hari pertama siklus haid(Novianty,
2017).
1) Riwayat KB
Ibu yang akan menggunakan alat kontrasepsi hormonal lain dan ingin
mengganti dengan kontrasepsi suntikan. Bila ibu telah menggunakan
kontrasepsi hormonal sebelumnya secara benar, dan ibu tersebut tidak hamil,
suntikan pertama dapat segera diberikan. Tidak perlu menunggu sampai haid
berikutnya datang. Bila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi jenis lain
dan ingin menggantinya dengan jenis kontrasepsi suntikan yang lain lagi,
kontrasepsi suntikan yang akan diberikan dimulai pada saat jadwal kontrasepsi
suntikan yang sebelumnya. Ibu yang menggunakan alat kontrasepsi non
hormonal dan ingin menggantinya dengan kontrsepsi hormonal, suntikan
pertama kontrasepsi hormonal yang akan diberikan dapat segera diberikan, asal
saja ibu tersebut tidak hamil, dan pemberianya tidak perlu menunggu haid
berikutnya datang. Bila ibu disuntik setelah hari ke-7 haid, ibu tersebut selama
7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual. Ibu ingin
menggantikan AKDR dengan kontrasepsi hormonal. Suntikan pertama dapat
diberikan pada hari ke-7 siklus haid, asal saja yakin ibu tersebut tidak hamil
(Matahari et al., 2018)
2) Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang lalu
Untuk mengetahui apakah telah mempunyai anak hidup karena hal itu
merupakan syarat bagi calon akseptor. Yang dapat menggunakan kontrasepsi
suntik progestin adalah seseorang nulipara dan telah memiliki anak. Yang tidak
boleh menggunakan suntikan progestin salah satunya adalah hamil atau
dicurigai hamil (resiko cacat pada janin 7 per 100.000 kelahiran) (Matahari et
al., 2018)
e. Pola Kebiasaan Sehari-hari
1) Nutrisi
Untuk mmbandingkan apa ada perubahan nafsu makan sebelum dan sesudah
pemakaian karena perubahan nafsu makan merupakan salah satu efek samping
kontrasepsi suntik DMPA merangsang pusat pengendalian nafsu makan lebih
besar dari sebelumnya (Rahayu,Sri, 2020)
2) Pola Eliminasi
Kadang ada obstipasi dan diare karena esterogen dan progesteron dapat
meningkatkan kadar beta endorpine yang menyebabkan aktivitas usus menurun
(Matahari et al., 2018)
3) Personal Hygiene
Efek penyuntikan terutama vagina kering, tetapi factor psikis dapat pula
berpengaruh dalam hal ini
4) Hubungan seksual
Menanyakan kepada ibu tentang pola hubungan seksual dan adanya keluhan
ataupun masalah saat melakukan hubungan seksual. Pada orang yang
mempunyai patner seksual banyak, cenderung mengidap penyakit hubungan
seksual, meskipun tidak menunjukkan gejala
5) Pola aktifitas dan istirahat
Menurut Mufdillah pengkajian pada pola aktifitas dan istirahat yaitu untuk
mengetahui aktifitas ibu berlebihan atau tidak, adakah trauma atau kecelakaan
kerja yang dialami ibu. Dan untuk mengetahui terpenuhinya kebutuhan istirahat
pada ibu.
6) Pola kebiasaan yang merugikan
Tidak merokok > diduga pada wanita yang berusia > 35 tahun dan merokok
akan meningkakan resiko jantung dan stroke
7) Data Psikososial-Spiritual
Sebelum dan sesudah pemakaian karena ada perubahan psikologis setelah
dilakukan suntikan beberapa kali karena salah satu efeknya adalah depresi.
Menurut menanyakan kepada klien tentang psikososial spiritual yang terdiri dari:
1) Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan, lama perkawinan, sah atau tidak, sudah
berapa kali menikah pada umur berapa menikah beraapa jumlah anaknya
(Rahayu & Wijanarko, 2017)
2) Anggapan dan dukungan keluarga
Ditanyakan apakah pasien sudah menerima kondisinya saat ini dan bagaimana
harapan pasien terhadap kondisinya sekarang, hal ini dikaji agar memudahkan
tenaga kesehatan dalam memberikan dukungan secara psikologis kepada
pasien.

3) Pengambilan keputusan dalam keluarga


Dikaji untuk mengetahui siapa pengambil keputusan pertama dan kedua dalam
keluarga ketika terjadi sesuatu kepada pasien. (Maulana, 2015)

3. DATA OBJEKTIF
a. Pemeriksaan Umum
Menurut (Rahayu,Sri, 2020) pemeriksaan umum terdiri dari:
1) KU: Baik, kesadaran: CM
2) Vital Sign
TD, tidak hipertensi, pasien dengan TD 160/80 mmHg menggunakan
kontrasepsi dengan pengawasan khusus, yang dapat menggunakan kontrasepsi
suntikan progestin yang memiliki tekanan darah <180/110 mmHg
3) Berat Badan
Efek samping dari kontrasepsi progestin salah satunya meningkatnya atau
menurunya berat badan. Bahwa kenaikan atau penurunan dapat terjadi
sebanyak 1-2 kg. perhatikan diet klien bila perubahan BB terlalu mencolok,
bila BB berlebihan hentikan suntikan dan anjurkan metode kontrasepsi lain.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Bentuk kepala, Rambut hitam, lurus, mudah rontok/tidak, mudah dicabut/tidak,
kebersihan rambut dan kulit kepala
2) Wajah
Oedema pada wajah menunjukan retensi cairan yang patologi akibat hipertensi
yang merupakan kontraindikasi suntik.
3) Leher
Dikaji adakah pembesaran kelenjar (tiroid/limfe) dan adakah penonjolan vena
jugularis merupakan salah satu tanda dan gejala gagal jantung
4) Dada dan mammae
Tidak ada benjolan payudara / kemungkinan keganasan mammae. Jika terdapat
tanda tersebut, maka tidak dimungkinkan klien mendapat kontrasepsi suntik
Adakah retraksi dinding dada atau adakah bunyi wheezing yang dapat
mengindikasikan adanya gangguan pada sistem pernapasan.
5) Abdomen
Tidak ada pembesaran hati karena hepatomegali dapat mengarah langsung pada
penyakit hati yang sudah lanjut dengan hipertensi
6) Ekstermitas
Kuku berwarna kuning berhubungan dengan penyakit hati akut yang
merupakan kontraindikasi hormonal. Oedem ekstermitas merupakan akumulasi
cairan akibat hipertensi. Tidak ada nyeri betis oleh dorsofleksi menandakan
tidak ada tromboflebitis
7) Genetalia
Perdarahan pervagina yang bukan disaluran kemih, vaginitis, servikitis, polip
servikal, mioma uteri.
8) Anus
Terdapat hemoroid atau tidak, apabila terdapat hemoroid apakah hemoroidnya
menonjol di luar atau tidak.
c. Pemeriksaan Penunjang
1) PP test untuk membantu menegakan diagnose adanya kehamilan/tidak dengan
specimen urine
2) Protein urine. Tidak adanya protein urine (konsistensi tidak >0,3 gram/liter)
urine 24 jam/konsistensi ≥1 gr/l.
3) Gula darah ≥ 360 mg/100 ml dan px glukosuria ≤ 4

4. ANALISIS
a. Diagnosis kebidanan
Ny … P … A … calon akseptor KB suntik baru/ulang.
b. Masalah
c. Diagnosis potensial
d. Kebutuhan tindakan segera

5. PENATALAKSANAAN
a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan tentang kondisi ibu dalam pemenuhan syarat-
syarat diberikannya pelayanan KB
b. Memberikan konseling
Menurut (Rahayu,Sri, 2020) sebagian pendidikan kesehatan konseling dan
petunjuk untuk klien yang berkaitan dengan depo-provera diberikan selama
proses pemilihan metode kontrasepsi ini konseling yang adekuat sebelum metode
dilakukan bertujuan untuk memastikan klien tidak menghentikan metode tersebut
karena ia mengalami perubahan menstruasi. Konseling akan mempengaruhi antara
petugas dan klien dengan meningkatkan hubungan dan kepercayaan yang sudah
ada. Konseling adalah proses yang berjalan menyatu dengan aspek pelayanan KB
dan bukan hanya informasi yang diberikan dan dibicarakan pada satu kesempatan
yakni pada saat pembagian pelayanan. Bila klien belum pernah menggunakan
kontrasepsi suntik dengan pasanganya disetujui atau tidak dan factor apa yang
menyebabkan klien menggunakan kb suntik. Bila klien memilih kontrasepsi, maka
pelaksana konseling harus mampu memberikan informasi spesifik mengenai
bagaimana kontrasepsi suntik dapat mencegah kehamilan, keuntungan, kerugian
dan syarat serta efek samping dan tanda-tanda bahaya.
c. Menyerahkan pengambilan keputusan penuh pada klien dan suami
d. Mengisi informed consent yang ditandatangani klien dan petugas
e. Setelah pemakaian kontrasepsi harus memperhatikan hak-hak reproduksi
f. Menyuntikan obat kontrasepsi DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara suntik
IM dalam didaerah bokong. Apabila suntikan diberikan terlalu dangkal,
penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja segera dan efektif.
Suntikan diberikan setiap 90 hari. Pemberian kontrasepsi suntikan Noristerat
untuk 3 injeksi berikutnya diberikan setiap 8 minggu . Mulai denngan injeksi
kelima diberikan setiap 12 minggu. Membersihkan kulit yang akan disuntik
dengan kapas alcohol yang dibahasi oleh ethil atau isopropyl alcohol 60-90%.
Membiarkan kulit kering sebelum disuntik. Setelah kulit kering baru disuntik.
Mengocok dengan baik dan menghindari terjadinya gelembung-gelembung udara.
Kontrasepsi suntik tidak perlu didinginkan. Bila terdapat endapan putih pada dasar
ampul, upayakan menghilangkanya dengan menghangatkanya
g. Memberi jadwal kunjungan ulang untuk suntik progestin setiap 3 bulan
h. Mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan dalam buku KB dan akseptor
KB
DAFTAR PUSTAKA

Ariyanti, Kesbi, F. G., Tari, A. R., Siagian, G., Jamilatun, S., Barroso, F. G., Sánchez-
Muros, M. J., Rincón, M. Á., Rodriguez-Rodriguez, M., Fabrikov, D., Morote, E.,
Guil-Guerrero, J. L., Henry, M., Gasco, L., Piccolo, G., Fountoulaki, E., Omasaki, S.
K., Janssen, K., Besson, M., … A.F. Falah, M. (2021). Hubungan Lama Pemakaian
Kontrasepsi Suntik 3 Bulan Dengan Keputihan di PMB Nita Lisdiyanti. Jurnal
Aplikasi Teknologi Pangan, 4(1), 1–2.
http://www.ejurnal.its.ac.id/index.php/sains_seni/article/view/10544%0Ahttps://
scholar.google.com/scholar?
hl=en&as_sdt=0%2C5&q=tawuran+antar+pelajar&btnG=%0Ahttps://doi.org/
10.1016/j.jfca.2019.103237
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Buku Ajar Imunisasi. In Kementerian
Kesehatan RI (Vol. 4247608, Issue 021).
https://www.kemkes.go.id/article/view/19031800003/cegah-penyalahgunaan-narkoba-
kemenkes-ajak-terapkan-germas.html%0Ahttps://www.depkes.go.id/article/view/
18030500005/waspadai-peningkatan-penyakit-menular.html%0Ahttp://
www.depkes.go.id/article/view/1707070
Matahari, R., Utami, F. P., & Sugiharti, S. (2018). Buku Ajar Keluarga Berencana Dan
Kontrasepsi. In Pustaka Ilmu (Vol. 2). http://eprints.uad.ac.id/24374/1/buku ajar
Keluarga Berencana dan Kontrasepsi.pdf
Maulana. (2015). PERBEDAAN PENGARUH KB SUNTIK DEPO MEDROXI
PROGESTERON ASETAT (DMPA) DENGAN KB IMPLAN TERHADAP
GANGGUAN MENSTRUASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS 1
PURWONEGORO KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011. 151(2), 10–17.
Novianty, A. (2017). Modul Konsep Kebidanan. 45–48.
Purnamasari, D. (2014). Hubungan Lama Pemakaian KB Suntik Depo
Medroxyprogesterone Asetat (DMPA) dengan Perubahan Berat Badan di BPS (Bidan
Praktek Swasta) “Yossi Trihana” Jogonalan Klaten. Karya Tulis Ilmiah Universitas
Sebelas Maret.
Rahayu,Sri, I. P. (2020). Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana (Vol. 148).
Rahayu, T. B., & Wijanarko, N. (2017). Efek Samping Akseptor KB DMPA Setelah 2
Tahun Pemakaian. 08(01), 32–38.
Sari, I. R. N. (2015). Kontrasepsi Hormonal Suntik Depo Medroxyprogesterone Acetate
(DMPA) sebagai Salah Satu Penyebab Kenaikan Berat Badan. Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung, 4(7), 67–72.
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/1450/1285
Susilowati, E. (2011). KB Suntik 3 (Tiga) Bulan Dengan Efek Samping Gangguan Haid
Dan Penanganannya. Majalah Ilmiah Sultan Agung, 3(1), 1–11.
http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/majalahilmiahsultanagung/article/view/33

Anda mungkin juga menyukai