Anda di halaman 1dari 17

STAGE

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS

NAMA
:
MAHASISWA
NIM :
RUANG :
TANGGAL
:
PRAKTIK

PEMBIMBING :

BERKAS YANG
:
DIKUMPULKAN

HARI TANGGAL
:
PENYERAHAN

PENERIMA :
SATUAN ACARA PELAKSANAAN
ANEMIA IBU HAMIL

Untuk Memenuhi Persyaratan Target Praktik Semester II


Stage Kolaborasi Program Studi Profesi Bidan

Disusun Oleh :

PRODI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN SEMARANG


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2023
HALAMAN PENGESAHAN

SAP dalam rangka praktik Kebidanan Asuhan Kebidanan Kolaborasi Kehamilan


telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing Klinik dan pembimbing Akademik
Prodi Profesi Bidan Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementrian
Kesehatan Semarang.
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
SENAM IBU HAMIL

A. Latar Belakang

Kehamilan merupakan kondisi alamiah tetapi seringkali menyebabkan komplikasi


akibat berbagai perubahan anatomik serta fisiologis dalam tubuh ibu. Salah satu
perubahan fisiologis yang terjadi adalah perubahan hemodinamika, contohnya pada
proses hemodilusi pada proses ini volume darah akan meningkat secara progresif mulai
minggu ke 6 – 8 kehamilan dan mencapai puncaknya padaminggu ke 32 – 34 dengan
perubahan kecil setelah minggu tersebut

Volume plasma akan meningkat kira-kira 40 – 45%. Hal ini dipengaruhi oleh aksi
progesteron dan estrogen pada ginjal yang di inisiasi oleh jalur renin - angiotensin dan
aldosteron. Penambahan volume darah ini sebagian besar berupa plasma dan eritrosit
(Prawirohardjo, 2010). Eritropoetin ginjal akan meningkatkan jumlah sel darah merah
sebanyak 20 - 30%, tetapi tidak sebanding dengan peningkatan volume plasma
sehingga akan mengakibatkan hemodilusi dan penurunan konsentrasi hemoglobindari
15 g/dl menjadi 12,5 g/dl, dan pada 6% perempuan bisa mencapai dibawah 11 g/dl itu
merupakan suatu hal yang abnormal dan biasanya lebih berhubungan dengan defesiensi
zat besi yang diabsorbsi dari makanan dan cadangan dalam tubuh biasanya tidak
mencukupi kebutuhan ibu selama kehamilan sehingga penambahan asupan zat besi dan
asam folat dapat membantu mengembalikan kadar hemoglobin. Kebutuhan zat besi
selama kehamilan lebih kurang 1.000 mg atau rata-rata 6 – 7 mg/hari. Volume darah ini
akan kembali seperti sediakala pada 2-6 minggu setelah persalinan (Prawirohardjo,
2010).

Selama kehamilan jumlah leukosit juga akan meningkat yakni berkisar antara 5.000
– 12.000 /ul dan mencapai puncaknya pada saat persalinan dan masa nifas berkisar
14.000 – 16.000 /ul. Penyebab peningkatan ini belum diketahui. Respon yang sama
juga diketahui terjadi selama dan setelah melakukan latihan yang berat (Prawirohardjo,
2010).
B. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan keluarga mampu mengerti dan memahami
tentang anemia ibu hamil secara umum
C. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit pasien dan ibu mampu :
1. Menjelaskan pengertian anemia ibu hamil
2. Menjelaskan tanda-tanda anemia ibu hamil
3. Menjelaskan cara mengatasi anemia ibu hamil

D. Materi
(Terlampir)
E. Sasaran
Kelas Ibu Hamil di RT ....
F. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat penyuluhan adalah sebagai berikut:
Waktu :
Pukul : 17.30 – 18.00 WIB
Tempat :

G. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

H. MEDIA
1. TV LED
2. Handsanitizer Spray

I. Kriteria Evaluasi

a. Struktural
1) Peserta hadir di tempat penyuluhan
2) Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di .............
3) Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan 2 hari sebelum
acara dimulai.
4) Tidak ada peserta penyuluhan yang meninggalkan tempat sebelum
penyuluhan selesai
b. Proses
1) Peserta memperhatikan terhadap materi penyuluhan
2) Peserta bertanya tentang materi penyuluhan
3) Peserta antusis mengikuti rangkaian kegiatan sampai selesai
4) Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
c. Hasil
1. Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan peserta diharapkan mengertii dan
memahami tentang:
1) Anemia ibu hamil
2) Tanda-tanda anemia ibu hamil
3) Macam-macam cara mengatasi
2. Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan peserta melakukan
skrining pada diri sendiri dan mengatasi ketidaknyamanan selama anemia ibu
hamil.

J. Kegiatan Penyuluhan

No Tahapan Waktu Kegiatan penyuluh Kegiatan peserta

1. Pembukaan 5 menit 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam


2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan dan
memperhatikan
3. Menjelaskan maksud dan 3. Mendengarkan dan
tujuan penyuluhan memperhatikan
4. Membuat kontrak waktu 4. Meyetujui kontrak
waktu
5. Menggali pengetahuan 5. Mengutarakan
audiens tentang anemia pengetahuan tentang
ibu hamil imunisasi
6. Mendengarkan
6. Memberikan apresiasi
kepada audiens yang
telah menjawab
pertanyaan
2. Pelaksanaan 10 menit Menjelaskan tentang: Mendengarkan dan
a. Pengertian Anemia memperhatikan
a. Penyajian
ibu hamil penjelasan penyuluh
b. Tanda-tanda anemia
ibu hamil
c. Macan-macam cara
penanganan anemia
ibu hamil
b. Diskusi 5 menit a. Memberikan 1.Menanyakan materi
kesempatan audiens yang belum di mengerti
untuk bertanya 2. Mendengrkan
tentang materi 3.Mendengarkan dan
penyuluhan yang memperhatikan
belum di mengerti
b. Memberi apresiasi
kepada audiens yang
bertanya
c. Menjawab pertanyaan
yang diajukan oleh
audiens
c. Kesimpulan 5 menit Memberikan Mendengarkan
kesempatan
Ka.ruangan 8 obstetri
dan pembimbing
institusi untuk
memberikan masukan
tentang penyuluhan
d. Evaluasi 5 menit 1. Memberikan 1. Menjawab pertanyaan
pertanyaan kepada yang diberikan
audiens tentang apa penyuluh
yang sudah dijelaskan
2. Memberikan apresiasi 2. Mendengarkan
kepada audiens yang
telah mampu mejawab
pertanyaan
3. Penutup 5 1. Menyimpulkan materi 1. Mendengarkan
penyuluhan kepada 2. Menjawab salam
audiens tentang apa
yang sudah dijelaskan
2. Menutup penyuluhan
dengan mengucapkan
terima kasih dan salam
3. Memberikan absen
peserta
4. Membagikan leaflet
MATERI

A. Anemia
1. Definisi Anemia
Anemia adalah penyakit kurang darah yang ditandai dengan kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal
(Soebroto, 2010). Anemia adalah keadaan menurunnya kadar hemoglobin,
hematokrit, dan jumlah sel darah merah dibawah nilai normal yang dipatok untuk
perorangan (Arisman, 2010).
2. Kategori Anemia
Berikut ini kategori tingkat keparahan pada anemia (Soebroto, 2010) :
a. Kadar Hb 10 gr - 8 gr disebut anemia ringan
b. Kadar Hb 8 gr – 5 gr disebut anemia sedang
c. Kadar Hb kurang dari 5 gr disebut anemia berat
Kategori tingkat keparahan pada anemia (Waryana, 2010) yang bersumber dari
WHO adalah sebagai berikut:
a. Kadar Hb 11 gr% tidak anemia
b. Kadar Hb 9-10 gr % anemia ringan
c. Kadar Hb 7-8 gr% anemia sedang
d. Kadar Hb < 7 gr% anemia berat
Kategori tingkat keparahan anemia (Nugraheny E, 2010) adalah sebagai berikut:
a. Kadar Hb < 10 gr% disebut anemia ringan
b. Kadar Hb 7-8 gr% disebut anemia sedang
c. Kadar Hb < 6gr% disebut anemia berat
d. Kadar Hb normal pada ibu nifas adalah 11-12 gr %
Pada penelitian ini menggunakan standart kementrian kesehatan yang bersumber
dari WHO.
3. Jenis-Jenis Anemia
Jenis-jenis anemia adalah:
a. Anemia Defisiensi Zat Besi
Anemia akibat kekurangan zat besi. Zat besi merupakan bagian dari
molekul hemoglobin. Kurangnya zat besi dalam tubuh bisa disebabkan karena
banyak hal. Kurangnya zat besi pada orang dewasa hampir selalu disebabkan
karena perdarahan menahun, berulang-ulang yang bisa berasal dari semua
bagian tubuh (Soebroto, 2010).
b. Anemia Defisiensi Vitamin C
Anemia yang disebabkan karena kekurangan vitamin C yang berat dalam
jangka waktu lama. Penyebab kekurangan vitamin C adalah kurangnya asupan
vitamin C dalam makanan sehari-hari. Vitamin C banyak ditemukan pada cabai
hijau, jeruk, lemon, strawberry, tomat, brokoli, lobak hijau, dan sayuran hijau
lainnya, serta semangka. Salah satu fungsi vitamin C adalah membantu
penyerapan zat besi, sehingga jika terjadi kekurangan vitamin C, maka jumlah
zat besi yang diserap akan berkurang dan bisa terjadi anemia (Soebroto, 2010).
c. Anemia Makrositik
Anemia yang disebabkan karena kekurangan vitamin B12 atau asam folat
yang diperlukan dalam proses pembentukan dan pematangan sel darah merah,
granulosit, dan platelet. Kekurangan vitamin B12 dapat terjadi karena berbagai
hal, salah satunya adalah karena kegagalan usus untuk menyerap vitamin B12
dengan optimal (Soebroto, 2010).
d. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik terjadi apabila sel darah merah dihancurkan lebih cepat
dari normal. Penyebabnya kemungkinan karena keturunan atau karena salah
satu dari beberapa penyakit, termasuk leukemia dan kanker lainnya, fungsi
limpa yang tidak normal, gangguan kekebalan, dan hipertensi berat (Soebroto,
2010).
e. Anemia Sel Sabit
Yaitu suatu penyakit keturunan yang ditandai dengan sel darah merah yang
berbentuk sabit, kaku, dan anemia hemolitik kronik (Soebroto, 2010). Anemia
sel sabit merupakan penyakit genetik yang resesif, artinya seseorang harus
mewarisi dua gen pembawa penyakit ini dari kedua orang tuanya. Gejala utama
penderita anemia sel sabit adalah:
1) Kurang energi dan sesak nafas,
2) Mengalami penyakit kuning (kulit dan mata berwarna kuning),
3) Serangan sakit akut pada tulang dada atau daerah perut akibat tersumbatnya
pembuluh darah kapiler.
f. Anemia Aplastik
Terjadi apabila sumsum tulang terganggu, dimana sumsum merupakan
tempat pembuatan sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), maupun
trombosit (Soebroto, 2010).
4. Gejala
Gejala yang seringkali muncul pada penderita anemia diantaranya (Soebroto,
2010):
a. Lemah, letih, lesu, mudah lelah, dan lunglai.
b. Wajah tampak pucat.
c. Mata berkunang-kunang.
d. Nafsu makan berkurang.
e. Sulit berkonsentrasi dan mudah lupa.
f. Sering sakit.
Anemia dapat menimbulkan manifestasi klinis yang luas, bergantung
pada (Soebroto, 2010):
a. Kecepatan timbulnya anemia
b. Usia individu
c. Mekanisme kompensasi
d. Tingkat aktivitasnya
e. Keadaan penyakit yang mendasarinya
f. Beratnya anemia
Salah satu dari tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia
adalah pucat. Keadaan ini umumnya diakibatkan dari berkurangnya volume
darah, berkurangnya hemoglobin, dan vasokonstriksi untuk memaksimalkan
pengiriman O2 ke organ-organ vital. Warna kulit bukan merupakan indeks
yang dapat dipercaya untuk pucat karena dipengaruhi pigmentasi kulit, suhu,
dan keadaan serta distribusi bantalan kapiler. Bantalan kuku, telapak tangan
dan membrane mukosa mulut serta konjungtiva merupakan indikator yang
lebih baik untuk menilai pucat. Pada anemia berat, gagal jantung kongestif
dapat terjadi karena otot jantung yang anoksik tidak dapat beradaptasi
terhadap beban kerja jantung yang meningkat. Pada anemia berat dapat juga
timbul gejala-gejala saluran cerna seperti anoreksia, mual, konstipasi atau
diare, dan stomatitis (nyeri pada lidah dan membrane mukosa mulut), gejala-
gejala umumnya disebabkan oleh keadaan defisiensi, seperti defisiensi zat
besi.
5. Mendiagnosis anemia
Dalam mendiagnosis anemia tidak hanya berdasarkan gejala-gejala yang
dikeluhkan pasien, namun juga dari pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh
dokter. Dokter memerlukan tes laboratorium, uji laboratorium yang paling
baik untuk mendiagnosis anemia meliputi pengukuran hematokrit atau kadar
hemoglobin (Hb). Anemia dapat didiagnosis dengan pasti kalau kadar Hb
lebih rendah dari batas normal, berdasarkan kelompok umur dan jenis
kelamin (Soebroto, 2010).

B. Anemia Pada Ibu Hamil


1. Pengertian
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, jenis
anemia yang pengobatannya relatif mudah, bahkan murah. Anemia pada kehamilan
merupakan masalah nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial
ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya
manusia.
Anemia hamil disebut “potential danger to matter and child (potensial
membahayangkan ibu dan anak)”, karena itulah anemia memerlukan perhatian
khusus dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan pada lini
terdepan.
Baik di negara maju maupun di negara berkembang, seseorang disebut
menderita anemia bila kadar Hemoglobin (Hb) kurang dari 10 gr %, disebut anemia
berat atau bila kurang dari 6 gr %, disebut anemia gravis.
Wanita tidak hamil mempunyai nilai normal hemoglobin 12 – 15 gr % dan
hematokrit 35-54 %, angka – angka tersebut juga berlaku untuk wanita hamil,
terutama wanita yang mendapat pengawasan selama hamil. Oleh karena itu,
pemeriksaan hematokrit dan hemogloblin harus menjadi pemeriksaan darah rutin
selama pengawasan antenatal. Sebaiknya pemerintahan dilakukan setiap 3 bulan
atau paling sedikit 1 kali pada pemeriksaan pertama atau pada triwulan pertama dan
sekali lagi pada triwulan akhir (Soebroto, 2010)

2. Pengaruh anemia terhadap kehamilan


Bahaya anemia selama kehamilan yaitu :
a. Dapat terjadi abortus
b. Persalinan prematuritas
c. Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim
d. Mudah terjadi infeksi
e. Ancaman dekoinpensasikordis (Hb < 6 gr%)
f. Mola Hidatidosa
g. Hiperemesis Gravidarum
h. Pendarahan antepartum
i. Ketuban pecah dini (KPD)
(Soebroto,2010)

3. Cara Mengatasi Anemia

Pencegahan dapat dilakukan dengan mengatur pola makan yaitu dengan


mengkombinasikan menu makanan serta konsumsi buah dan sayuran yang
mengandung vitamin C (seperti tomat, jeruk, jambu) dan mengandung zat besi
(sayuran berwarna hijau tua seperti bayam). Kopi dan teh adalah minuman yang
dapat menghambat penyerapan zat besi sehingga tidak dianjurkan untuk
dikonsumsi (Wahyuning, 2015).
Selain pemberian zat besi dan asam folat, upaya yang perlu dilakukan
tenaga kesehatan terhadap ibu hamil yang mengalami anemia dengan memberikan
pendidikan kesehatan mengenai pentingnya zat besi, asam folat, serta kebutuhan
nutrisi selama kehamilan. Dengan diberikan pendidikan kesehatan diharapkan ibu
hamil dapat mengetahui kondisi apa saja yang dapat terjadi selama kehamilanya
sehingga lebih memperhatikan kesehatan dirinya dan janin yang dikandungnya
(Proverawati, 2011).
Menjelaskan kepada pasien mengenai kebutuhan nutrisi wanita usia subur
untuk memelihara kesuburan, memantau dan mengusahakan berat badan ideal,
kebutuhan (zat besi, protein, asam folat, vitamin E, dan vitamin B12) tercukupi
sehingga menciptakan kualitas generasi penerus yang lebih baik. Menganjurkan
pasien makan – makanan yang bergizi (nasi, lauk, sayur, buah) serta mencukupi
kebutuhan cairan dengan minimal 1,5 liter perhari. Menganjurkan pasien untuk
memperbanyak makan sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan, daging
merah, hati ayam dan tidak pantang makanan. Menurut penelitian Oktalia (2015)
menyebutkan bahwa nutrisi yang baik juga berperan dalam proses pembentukan
sperma dan sel telur yang sehat. Nutrisi yg baik berperan dalam mencegah anemia
saat kehamilan, perdarahan, pencegahan infeksi, dan pencegahan komplikasi
kehamilan seperti kelainan bawaan dan lain-lain (Oktalia & Herizasyam, 2015).
Menganjurkan ibu mengonsumsi sari kurma dengan dosis 1.6 mg/ kg BB atau
3 x 2 sendok makan/ hari. Pemberian sari kurma terbukti efektif untuk
meningkatkan kadar hemoglobin darah. Guytondan Hall (1997) melaporkan bahwa
sintesis hemoglobindimulai di dalam proeritroblas dan dilanjutkansedikit dalam
stadium retikulosit.Saat retikulositmeninggalkan sumsum tulang dan masuk ke
dalamaliran darah, retikulosit tetap membentuk sedikithemoglobin. Kandungan zat
besi dapat mensintesispembentukan heme yang dapat memacu kadar Hemoglobin.
Kandungan protein, karbohidrat dan lemak padasari kurma mendukung proses
sintesis hemoglobin. Karbohidrat dan lemak membentuksuksinil CoA yang
selanjutnya bersama glisin akanmembentuk protoporfirin melalui serangkaian
prosesporfirinogen. Protoporfirin yang terbentuk selanjutnyabersama molekul heme
dan protein globin membentukhemoglobin.
TUGAS KOMUNITAS
IBU HAMIL DENGAN ANEMIA

Disusun Oleh :
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E. R. (2010). Asuhan Kebidanan Komunitas . Yogyakarta: Nuha Medika.

Astuti, H. (2012). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu I (Kehamilan). Yogyakarta: Rohima
Press.

BKKBN. (2010). Pedoman Pelayanan KB Jaminan Kesehatan Masyarakat. Jakarta:


BKKBN.

Kuswardinah, A. (2010). Ilmu Kesejahteraan Keluarga. Semarang: Universitas Negeri


Semarang Press.

Normasari, T. (2010). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Asupan


Terhadap Kejadian Anemia Pada Masa Kehamilan Didesa Katonsari dan
Kalikondang Kecamatan Demak Kabupaten Demak. Semarang: Politeknik
Kesehatan Depkes.

Organization, W. H. (2010).

Oktalia, J., & Herizasyam. (2015). Kesiapan Ibu Menghadapi Kehamilan Dan Faktor-
Faktor yang Mempengaruhinya. Jurnal Kebidanan Poltekkes Jakarta III, 147–159.
Prawirohardjo, S. (2011). Ilmu Kebidanan. Edisi Empat. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

Proverawati, A. (2011). Anemia dan Anemia kehamilan. Nuha Medika.


Proverawati, A., & Asfuah, S. (2009). Buku Ajar Gizi untuk Kebidanan. Nuha Medika.
Soebroto, I. (2010). Cara Mudah Mengatasi Problem Anemia. Jogjakarta: Bangkit.

Soetjitiningsih. (2010). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.

Sulistyawati, A. (2013). Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba


Medika.

Tengah, D. K. (2012). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.


http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KAB_KOTA_2014/33
07_Jateng_Kab_Wonosobo_2014.pdf.

Anda mungkin juga menyukai