Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PERAN KELUARGA DALAM MENCEGAH


KEKAMBUHAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN
JIWA

Elmi Tri Pangesti

Siti Zakiah

Wahyu Aldi Irawan

Zulkarnain Ahmad Wildan

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


STIKES MUHAMMADIYAH SAMARINDA
2016
LEMBAR PENGESAHAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PERAN KELUARGA DALAM MENCEGAH KEKAMBUHAN

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN JIWA

POLIKLINIK JIWA RSJD ATMA HUSADA MAHAKAM SAMARINDA

Tanggal 24 Nopember 2016

Oleh:
Elmi Tri Pangesti
Siti Zakiah
Wahyu Aldi Irawan
Zulkarnain Ahmad Wildan

Samarinda, 24 Nopember 2016

Mengetahui,
CI Ruangan CI Poliklinik

( ) ( )
BAB I

A. Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup sehat
bagi setiap masyarakat agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal,
sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum untuk mencapai tujuan
pembangunan kesehatan dan perhatian, khususnya pada pasien dengan gangguan
jiwa dimana pasien kurang mendapat perhatian dari keluarga dan lingkungannya.
Keluarga merupakan lingkungan masyarakat dimana pasien pertama kali
belajar menyesuaikan diri menghadapi kehidupan dan keluarga merupakan
gambaran masyarakat sehingga apa yang dialami pasien memengaruhi sikap
pasien secara menyeluruh. Oleh karena itu keluarga memiliki peranan penting
dalam merawat pasien gangguan jiwa untuk mendukung proses penyembuhan
pasien.
Kekambuhan adalah kembalinya suatu penyakit setelah tampaknya mereda.
Kekambuhan juga diartikan kembalinya gejala-gejala penyakit sehingga cukup
parah dan mengganggu aktivitas sehari-hari dan memerlukan rawat inap dan rawat
jalan yang tidak terjadwal.
Peran keluarga menjadi sangat penting terhadap kesembuhan pasien dengan
gangguan jiwa. Salah satu faktor yang menyebabkan kekambuhan pasien dengan
gangguan jiwa diantaranya adalah keluarga. Ekspresi emosi yang tinggi dalam
keluarga seperti bermusuhan, mengkritik, tidak ramah, banyak menekan dan
menyalahkan dapat menimbulkan kekambuhan pada pasien tersebut mendukung
bagi perbaikan atau peningkatan kesehatan jiwa pasien melainkan menjadi
stressor bagi pasien yang merupakan stimulus munculnya kekambuhan pasien.
Maka perawat diharuskan memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang
pencegahan kekambuhan pada pasien dengan gangguan jiwa.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan keluarga yang
berkunjung ke RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda dapat mengerti
dan mengetahui bagaimana peran keluarga pada pasein dengan gangguan
jiwa setelah pulang ke rumah, sehingga diharapkan keluarga dapat
berperan dalam merawat pasien di rumah untuk mencegah kekambuhan.

2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 1x30 menit
diharapkan keluarga yang berkunjung ke RSJD Atma Husada Mahakam
Samarinda, mampu:
a. Menjelaskan pengertian kesehatan jiwa
b. Menjelaskan pengertian gangguan jiwa.
c. Menjelaskan pengertian kekambuhan.
d. Menyebutkan tanda-tanda kekambuhan.
e. Menyebutkan faktor-faktor yang menyebabkan kekambuhan.
f. Menyebutkan peran keluarga dalam mencegah kekambuhan pasien.
g. Menyebutkan perawatan pasien selama di rumah.
BAB II

A. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Materi
Terlampir.
2. Tempat
Ruangan Poliklinik RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda
3. Waktu
Kegiatan penyuluhan dilakukan pada:
Hari/ tanggal : Kamis, 24 Nopember 2016
Waktu : 08.00 WITA
Lama pelaksanaan : 30 menit
4. Sasaran
a. Peserta: pengunjung poli jiwa RSJD Atma Husada Mahakam
Samarinda
b. Jumlah: minimal 10 orang.
5. Strategi Penyuluhan
Dengan memberikan pendidikan kesehatan jiwa kepada keluarga
pasien.
6. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
7. Media dan Sumber Bahan
a. Media: Leaflet
b. Leaflet
c. LCD
d. Meja
e. Audio dan microphone
f. Kabel
g. Terminal
h. Screen
8. Rencana Penyuluhan
NO KEGIATAN PENYULUH PESERTA WAKTU
1. Pembukaan Menyampaikan salam Menjawab 3 menit
dan salam Menjelaskan tujuan salam
2. Penyampaian Menyampaikan materi: Mendengarkan 22 menit
materi  Pengertian gangguan Memperhatikan
jiwa Memberi
 Pengertian kekambuhan respon
 Tanda-tanda
kekambuhan
 Faktor-faktor yang
menyebabkan
kekambuhan
 Peran keluarga dalam
mencegah kekambuhan
pasien
 Perawatan pasien selama
di rumah
3. Penutup dan Menyimpulkan hasil materi Mendengarkan 5 menit
salam Menyampaikan salam Menjawab
salam

9. SETTING TEMPAT
a. Peserta duduk di kursi tunggu.
b. Penyaji didepannya.

10. PENGORGANISASIAN
a. Moderator : Zulkarnain Ahmad Wildan
b. Penyaji : Wahyu Aldi Irawan
c. Observer : Siti Zakiah
d. Fasilitator : Elmi Tri Pangesti
Pembagian Tugas
1. Moderator :
a. Membuka dan menutup acara.
b. Memperkenalkan tim.
c. Menjelaskan kontrak waktu dan mekanisme acara.
d. Memberikan umpan balik atau feed back
e. Memfasilitasi diskusi.
f. Membuat kesimpulan.
2. Penyaji:
a. Menggali kemampuan dan pengalaman peserta mengenai
topik yang dibicarakan.
b. Menyampaikan materi.
3. Observer :
a. Mengobservasi jalannya penyuluhan.
b. Mengevaluasi jalannya penyuluhan.
4. Fasilitator :
a. Memperhatikan kehadiran anggota.
b. Memotivasi anggota.
c. Mempertahankan dan meningkatkan motivasi anggota.

11. PROGRAM ANTISIPASI KEGIATAN PENDIDIKAN


KESEHATAN
a. Audience yang tidak memperhatikan saat Pendidikan kesehatan
1) Maksimalkan peran fasilitator
2) Fasilitator mengingatkan audience untuk memperhatikan
pendidikan kesehatan
b. Bila ada yang meninggalkan kegiatan
1) Fasilitator menanyakan alasan mengapa audiens
meninggalkan kegiatan penyuluhan.
2) Beri penjelasan, audiens dapat menyelesaikan
keperluannya, setelah itu diharapkan untuk kembali
mengikuti kegiatan penyuluhan.
c. Bila ada yang mau ikut pendidikan kesehatan
1) Mempersilahkan keluarga atau pasien untuk mengikuti
jalannya acara, dan menjelaskan bahwa acara telah
dimulai
2) Memberikan reinsforcement positif
d. Jika ada pasien yang mengamuk
1) Laporkan kepada perawat bahwa ada pasien yang gawat
agar segera dibawa ke IGD, SATPAM.
2) Menenangkan pasien dengan cara meminta pasien
berganti tempat agar supaya tidak mengganggu jalannya
acara.

12. RENCANA PELAKSANAAN


a. Persiapan
1) Membuat satuan acara penyuluhan.
2) Membuat kontrak dengan sasaran penyuluhan.
3) Mempersiapkan bahan yang akan disampaikan.
4) Mempersiapkan alat media yang akan dipakai.
b. Proses
1) Membuka acara dengan mengucapkan salam kepada sasaran.
2) Menyampaikan topik dan tujuan yang penyuluhan.
3) Menjelaskan materi penyuluhan kepada sasaran.
4) Memberikan kesempatan kepada sasaran untuk menanyakan
hal-hal yang belum dimengerti dari materi yang dijelaskan
penyuluh.
5) Memberikan pertanyaan kepada sasaran tentang materi yang
sudah disampaikan penyuluh.
6) Memberikan reinforcement kepada sasaran yang aktif.
7) Menyimpulkan materi penyuluhan yang sudah disampaikan
kepada sasaran.
8) Menutup acara dengan mengucapkan salam dan terimakasih
kepada sasaran.
c. Evaluasi
1) Evaluasi struktur
a) Menyiapkan SAP
b) Menyiapkan materi dan media yang akan digunakan.
c) Kontrak waktu dengan sasaran
2) Evaluasi proses
a) Acara dimulai tepat waktu dan sasaran sesuai target.
b) Sasaran memperhatikan dan mendengarkan selama
pendidikan kesehatan berlangsung.
c) Sasaran aktif dalam berdiskusi.
d) Sasaran mengajukan pertanyaan jika ada hal yang belum
dimengerti.
e) Sasaran memberi jawaban atas pertanyaan pemberi
materi.
f) Sasaran tidak meninggalkan tempat saat penyuluhan
berlangsung.
3) Evaluasi hasil
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan 75% dari peserta
mampu:
a) Menjelaskan pengertian gangguan jiwa.
b) Menjelaskan pengertian kekambuhan.
c) Menyebutkan tanda-tanda kekambuhan.
d) Menyebutkan faktor-faktor yang menyebabkan
kekambuhan.
e) Menyebutkan peran keluarga dalam mencegah
kekambuhan pasien.
f) Menyebutkan perawatan pasien selama di rumah.
Materi Penyuluhan
PERAN KELUARGA DALAM MENCEGAH KEKAMBUHAN
PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN JIWA DI RUMAH

A. Pengertian Kesehatan Jiwa


Kesehatan jiwa seringkali sulit didefinisikan.Orang dianggap sehat
jika mereka mampu melaksanakan peran dimasyarakat dan perilaku mereka
pantas serta adaptif.Kebudayaan masyarakat sangat mempengaruhi nilai dan
keyakinannya terhadap definisi sehat.Untuk memperjelas definisi tentang
kesehatan jiwa itu sendiri,dikutip beberapa pandangan yang menerangkan
tentang kesehatan jiwa.
Menurut UU Kesehatan jiwa No.3 tahun 1996, kesehatan jiwa adalah
kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, emosional
secara optimal dari seseorang dan perkembangan ini berjalan selaras dengan
orang lain. Videbeck (2008) menjelaskan kesehatan jiwa adalah suatu
kondisi sehat emosional, psikologis dan sosial yang terlihat dari hubungan
interpersonal yang memuaskan,perilaku dan koping yang efektif, konsep
diri yang positif dan kestabilan emosional. Kesehatan jiwa adalah suatu
kondisi mental sejahtra yang memungkinkan hidup harmonis dan produktif
sebagai bagian yang utuh dari kualitas hidup seseorang,dengan
memperhatikan semua segi kehidupan manusia dengan ciri menyadari
sepenuhnya kemampuan dirinya,mampu menghadapi stres kehidupan
dengan wajar,mampu bekerja dengan produktif dan memenuhi kebutuhan
hidupnya,dapat berperan serta dalam lingkungan hidup, menerima dengan
baik apa yang ada pada dirinya dan merasa nyaman bersama dengan orang
lain (Keliat,dkk,2005).
Ciri-ciri Sehat Jiwa:
1. Bersikap positif terhadap diri sendiri
2. Mampu tumbuh dan berkembang serta mencapai aktualisasi diri
3. Mampu mengatasi stres atau perubahan pada dirinya
4. Bertanggung jawab terhadap keputusan dan tindakan yang diambil
5. mempunyai persepsi yang realistik dan menghargai perasaan serta sikap
orang lain
6. Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan

B. Pengertian Gangguan Jiwa


Gangguan jiwa adalah gangguan dalam: cara berpikir (cognitive),
kemauan, emosi (affective), tindakan (psychomotor). Gangguan jiwa adalah
kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan
dengan fisik, maupun dengan mental.

C. Pengertian Kekambuhan
Kekambuhan adalah kembalinya suatu penyakit setelah tampaknya
mereda (Dorland, 2002). Kekambuhan yaitu kembalinya gejala-gejala
penyakit sehingga cukup parah dan mengganggu aktivitas sehari-hari dan
memerlukan rawat inap dan rawat jalan yang tidak terjadwal (Boyd dan
Nihart, 1998).

D. Faktor yang Menyebabkan Kekambuhan


Faktor – faktor yang menyebabkan kekambuhan:
1. Tidak teratur minum obat.
2. Lingkungan dengan stressor tinggi.
3. Keluarga dengan ekspresi emosi yang tinggi.
4. Perasaan putus asa.
5. Hilangnya motivasi.

E. Gejala-gejala Kambuh
Herz dan Menville (1980, dikutip oleh Sullinger, 1988) dalam Keliat,
(1996) mengkaji gejala kambuh yang diidentifikasi oleh pasien dan
keluarganya, yaitu sering mengeluh cemas terus-menerus, tidak nafsu
makan, tak dapat berkonsentrasi, sulit tidur, depresi, tidak ada minat dan
menarik diri dari aktivitas sehari-hari. Dapat juga timbul waham dan
halusinasi.
Jika muncul tanda-tanda di atas segera:
1. Bantu klien untuk mengungkapkan apa yang dirasakan.
2. Segera kontrol ke RS, sehingga segera mendapat pertolongan.
F. Ciri-Ciri Kekambuhan pada Klien dengan Gangguan Jiwa
1. Tanda-tanda dini kekambuhan
a. Klien mulai menolak tidak mau minum obat secara teratur
b. Klien mulai sukar tidur
c. Klien mulai kelihatan bingung, mondar-mandir
d. Klien mulai malas makan dan minum
e. Klien lebih mulai, tidak mau mengerjakan sesuatu, tidak mau
bekerja dan bergaul
f. Klien banyak diam dan jarang mau menjawab pertanyaan

Cara Mengenali Tanda-Tanda Kekambuhan Pada Pasien Gangguan Jiwa


1. Secara fisik
a. Makan dan minum d. Perawatan diri kurang
kurang atau berlebihan (badan bau, kuku
b. Tidur kurang atau panjang dan kotor,
terganggu rambut dan kulit kotor)
c. Penampilan diri kurang e. Keberanian kurang atau
atau tidak rapi berlebihan
2. Secara emosi
a. Bicara tidak jelas, g. Bicara sendiri, tertawa
merengek, menangis sendiri
seperti anak kecil h. Memandang satu arah,
b. Merasa malu, bersalah duduk terpaku
c. Ketakutan i. Malas, tidak ada inisiatif
d. Gelisah j. Komunikasi kacau
e. Mudah panik, tiba-tiba k. Bermusuhan dan curiga
marah tanpa sebab l. Merasa rendah diri,
f. Menyerang tidak berdaya dan hina
3. Secara sosial
a. Duduk menyendiri, c. Menghindar dari orang
melamun lain
b. Tunduk d. Tergantung pada orang
lain
e. Tidak peduli h. Tidak mampu
lingkungan berperilaku sesuai
f. Interaksi kurang norma
g. Kegiatan kurang
G. Peran keluarga dalam mencegah kekambuhan
Peran keluarga pada pasien dengan gangguan jiwa antara lain:
1. Keluarga merupakan yang paling banyak berhubungan dengan pasien.
2. Pasien yang mengalami gangguan jiwa nantinya akan kembali
kedalam masyarakat, khususnya dalam keluarga.
3. Keluarga merupakan pemberi perawatan paling utama dalam
mencapai memberikan ketenangan pada pasien.
4. Gangguan jiwa mungkin memerlukan pengobatan yang cukup lama,
sehingga pengertian dan kerjasama keluarga sangat penting artinya
dalam pengobatan.
5. Pasien yang mengalami gangguan jiwa adalah manusia yang sama
dengan orang lainnya, mempunyai martabat dan memerlukan
perlakuan manusiawi.
6. Pasien yang mengalami gangguan jiwa mungkin dapat kembali ke
masyarakat dan berperan dengan optimal apabila mendapatkan
dukungan yang memadai dari seluruh unsur masyarakat.
7. Pasien gangguan jiwa bukan berarti tidak dapat “sembuh.”
8. Pasien dengan gangguan jiwa tidak dapat dikatakan “sembuh” secara
utuh, tetapi memerlukan bimbingan dan dukungan penuh dari orang
lain (dan keluarga).

Peran keluarga untuk mencegah kekambuhan yaitu:


1. Adaptasi keluarga dengan pasien.
2. Memantau terapi obat-obatan.
3. Peka terhadap reaksi emosi pasien.
4. Tumbuhkan keterbukaan antara pasien dan keluarga.
5. Tumbuhkan keterbukaan antara penderita dengan lingkungan .
6. Meningkatkan partisipasi anggota keluarga lainnya untuk
meningkatkan dukungan kepada pasien.
H. Cara Merawat Pasien dengan Gangguan Jiwa di Rumah
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh keluarga dan lingkungan
dalam merawat pasien di rumah antara lain:
1. Memenuhi kebutuhan sehari-hari, yaitu: bantu & perhatikan
pemenuhan kebutuhan makan dan minum, kebersihan diri &
penampilan.
2. Memberikan kegiatan/kesibukan dengan membuatkan jadwal sehari-
hari.
3. Selalu menemani dan tidak membiarkan pasien sendiri dalam
melakukan suatu kegiatan, misalnya: makan bersama, bekerja
bersama, bepergian, dan lain-lain.
4. Meminta keluarga atau teman untuk menyapa pasien, jika pasien
mulai menyendiri atau berbicara sendiri.
5. Mengajak ikut aktif dan berperan serta dalam kegiatan masyarakat,
misalnya: pengajian dan kerja bakti.
6. Berikan pujian, dukungan untuk ketrampilan yang dapat dilakukan
pasien.
7. Mengontrol kepatuhan minum obat secara benar sesuai dengan resep
dokter.
8. Jika pasien malas minum obat, anjurkan untuk minum obat secara
halus dan tidak memarahi pasien. Hindari tindakan paksa yang
menimbulkan trauma bagi pasien.
9. Kontrol suasana lingkungan/pembicaraan yang dapat memancing
terjadinya marah
10. Mengenali tanda-tanda yang muncul sebagai gejala kekambuhan.
11. Segera kontrol ke dokter/RS jika muncul perubahan perilaku yang
menyimpang atau obat habis.
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, BA. (2009). Model Praktek Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta:


EGC
Videbeck, SJ. (2008). Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta: EGC
Yosep,I.(2007).“Mencegah Gangguan Jiwa Mulai Dari Keluarga Kita”
http://www.scribd.com/doc/81245196/gangguan-kejiwaan diakses
pada tanggal 22 Nopember 2016 _______(2009). Keperawatan jiwa.
Bandung: Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai