Disusun Oleh :
1. Amalia Maharani
2. Eky Okta Vizar
3. Evi Yulia Arvensi
4. Ikhlima Elfiani
5. Luh Icha
6. Mega Surya
7. Minanti Ananda Putri
8. Muhsonatul Khasifa
9. Nadya Andriani Putri
10.Rizka Rhasmi Aprilia
11.Sya’diyah
Telah diperiksa dan disetujui untuk seminar praktik klinik Keperawatan Komunitas pada wilayah
Puskesmas padang Selasa dijalan Tanjung Rawo Rt.53 Rw.16 kelurahan Bukit Lama dan sebagai
syarat menyelesaikan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas Mahasiswa Semester VI Poltekkes
Kemenkes Palembang program studi D IV Keperawatan, oleh :
Mengetahui,
i
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan ini telah disahkan untuk diseminarkan pada tanggal Juli 2018
Mengetahui,
Plt. Kepala Puskesmas Padang Selasa
ii
LEMBAR KONSULTASI
Pembimbing
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia yang tiada putusnya
kepada kami, sehingga akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Laporan
Paktik Klinik Keperawatan Komunitas di RT.53 RW.16 Kelurahan Bukit Lama Kecamatan Ilir
Barat I”. Makalah ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas lapangan Prodi
DIV Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palembang.
Dalam penyusunan laporan ini kami banyak mendapatkan bimbingan, bantuan serta
petunjuk dari berbagai pihak, maka pada kesemapatan ini kami mengucapkan terimakasih
kepada :
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 58
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kriteria Hipertensi ............................................................................................ 11
Tabel 2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kebiasaan BAB ......................................... 27
Tabel 3. Data Anak berdasarka Kelompok Usia ............................................................ 35
vii
DAFTAR DIAGRAM
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat, saling berinteraksi
satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat dan interest yang sama. Komunitas
adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama dengan dibawah
pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama dimana mereka tinggal, kelompok sosial
yang mempunyai interest yang sama (Riyadi, 2007).
Perawatan kesehatan adalah bidang khusus dari keperawatan yang merupakan gabungan
dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu sosial yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan yang diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat baik yang sehat atau yang sakit secara komprehensif melalui upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif serta resosialitatif dengan melibatkan peran serta aktif dari
masyarakat. Peran serta aktif masyarakat bersama tim kesahatan diharapkan dapat mengenal
masalah kesehatan yang dihadapi serta memecahkan masalah tersebut (Elisabeth, 2007).
Peran serta masyarakat diperlukan dalam hal perorangan. Komunitas sebagai subyek dan
obyek diharapkan masyarakat mampu mengenal, mengambil keputusan dalam menjaga
kesehatannya. Sebagian akhir tujuan pelayanan kesehatan utama diharapkan masyarakat mampu
secara mandiri menjaga dan meningkatkan status kesehatan masyarakat (Mubarak, 2005).
Keperawatan sebagai salah satu tenaga kesehatan perlu berperan serta dalam
pembangunan bidang kesehatan dan dilaksanakan dalam bentuk pelayanan keperawatan
dimasyarakat.Pelayanan keperawatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat tersebut dan dilaksanakan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan untuk mengatasi
masalah kesehatan di Indonesia.
Dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, berbagai upaya
kesehatan telah diselenggarakan.Salah satu bentuk upaya kesehatan melalui puskesmas dan
1
rumah sakit sebagai rujukannya, yang merupakan sistem pelayanan kesehatan yang dianut dan
dikembangkan dalam sistem kesehatan nasional dengan melibatkan peran serta masyarakat.
Beberapa upaya kesehatan masyarakat yang memerlukan dukungan dan peran serta aktif
masyarakat antara lain adalah berbagai pelayanan dasar puskesmas khususnya dalam hal
kesehatan ibu dan anak, perbaikan gizi, keluarga berencana, kesehatan lingkungan,
pemberantasan dan pencegahan penyakit menular, penyuluhan kesehatan dan lain-lain yang
mencakup 18 usaha kesehatan pokok puskesmas dan upaya perawatan kesehatan masyarakat
melalui pos pelayanan terpadu (posyandu).
Kontribusi terhadap peningkatan status kesehatan masyarakat bukan hanya dari unsur
pemerintah, tetapi dari semua komponen yang ada, termasuk adalah institusi pendidikan
kesehatan seperti halnya studi keperawatan (DIV Keperawatan Poltekkes Palembang).
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka kami Mahasiswa Program Studi DIV
Keperawatan Poltekkes Palembang tahun 2018 melaksanakan pengambilan data Keperawatan
Komunitas di Wilayah Rt.53 Rw.16, Tanjung RawaKelurahan Bukit Lama Kecamatan Ilir Barat
1. Pengambilan data di lakukan dengan menggunakan pendekatan masyarakat dalam rangka
melakukan pembinaan, mengatasi masalah kesehatan serta meningkatkan derajat kesehatan yang
optimal dan mandiri, dimana dalam pelaksanaan praktik asuhan keperawatan komunitas
menggunakan pendekatan proses keperawatan komunitas yang diawali dari pengkajian dengan
cara mengumpulkan data, analisa, menentukan diagnose atau permasalahan dan menyusun
rencana sesuai permasalahan yang ditemukan, kemudian pelaksanaan dan yang terakhir adalah
melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mampu mengaplikasikan konsep dan teori keperawatan komunitas yang telah diperoleh
pada tahap akademik secara nyata dalam memberikan Asuhan Keperawatan Komunitas
secara komrehensif di Rt.53 Rw.16, Tanjung Rawa Kelurahan Bukit Lama Kecamatan
Ilir Barat 1.
b. Tujuan Khusus
2
1) Melakukan pengumpulan data hasil pengkajian pada masyarakat RT.53 RW.16
Kelurahan Bukit Lama Kecamatan Ilir Barat I
2) Melakukan anilasa data hasil pengkajian pada masyarakat RT.53 RW.16 Kelurahan
Bukit Lama Kecamatan Ilir Barat I
3) Menentukan diagnosa keperawatan hasil pengkajian pada masyarakat RT.53 RW.16
Kelurahan Bukit Lama Kecamatan Ilir Barat I
4) Menginformasikan hasil analisa data hasil pengkajian di RT.53 RW.16 Kelurahan
Bukit Lama Kecamatan Ilir Barat I
5) Memberikan gambaran masalah kesehatan yang ada di RT.53 RW.16 Kelurahan
Bukit Lama Kecamatan Ilir Barat I
6) Menginformasikan tentang prioritas masalah yang ada di RT.53 RW.16 Kelurahan
Bukit Lama Kecamatan Ilir Barat I
7) Menginformasikan perencanaan Asuhan Keperawatan Komunitas di RT.53 RW.16
Kelurahan Bukit Lama Kecamatan Ilir Barat I
8) Menginformasikan pelaksanaan Asuhan Keperawatan Komunitas di RT.53 RW.16
Kelurahan Bukit Lama Kecamatan Ilir Barat I
9) Memberikan informasi kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan selama praktik
keperawatan komunitas di RT.53 RW.16 Kelurahan Bukit Lama Kecamatan Ilir
Barat I
10) Memenuhi salah satu laporan akhir mata ajar Keperawatan Komunitas
D. Manfaat Laporan
1) Bagi Puskesmas
Diharapkan dapat memberikan sumbangan/masukan berupa informasi tentang kondisi
kesehatan masyarakat yang termasuk dalam wilayah kerja puskesmas guna membantu
program kesehatan pada masyarakat.
3) Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman yang nayata, serta dapat mengaplikasikan ilmu
pengetahuan yang telah didapat dari pendidikan melalui asuhan keperawatan komunitas.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Definisi
1. Kemanfaatan
Semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat yang
besar bagi komunitas. Intervensi atau pelaksanaan yang dilakukan harus memberikan
manfaat sebesar-besarnya bagi komunitas, artinya ada keseimbangan antara manfaat dan
kerugian (Mubarak, 2005).
2. Kerjasama
Kerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat berkelanjutan
serta melakukan kerja sama lintas program dan lintas sektoral (Riyadi, 2007).
3. Secara langsung
4
Asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi, klien
dan lingkunganya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik mempunyai tujuan
utama peningkatan kesehatan (Riyadi, 2007).
4. Keadilan
Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas dari
komunitas itu sendiri. Dalam pengertian melakukan upaya atau tindakan sesuai dengan
kemampuan atau kapasitas komunitas (Mubarak, 2005).
5. Otonomi
Klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau melaksanakan
beberapa alternatif terbaik dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada (Mubarak,
2005).
Manusia sebagai sasaran pelayanan atau asuhan keperawatan dalam praktek keperawatan.
Sebagai sasaran praktek keperawatan klien dapat dibedakan menjadi individu, keluarga dan
masyarakat (Riyadi, 2007).
b. Strategi Pelaksanaan
Strategi pelaksanaan keperawatan komunitas yang dapat digunakan dalam perawatan kesehatan
masyarakat adalah :
5
dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya
dengan kesehatan (Elisabeth, 2007).
Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang
berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu,
keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, pendidikan
kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan di dalam bidang kesehatan
(Mubarak, 2005).
2. Proses kelompok (Group Process)
Bidang tugas perawat komunitas tidak bisa terlepas dari kelompok masyarakat
sebagai klien termasuk sub-sub sistem yang terdapat di dalamnya, yaitu: individu,
keluarga, dan kelompok khusus, perawat spesialis komunitas dalam melakukan upaya
peningkatan, perlindungan dan pemulihan status kesehatan masyarakat dapat
menggunakan alternatif model pengorganisasian masyarakat, yaitu: perencanaan sosial,
aksi sosial atau pengembangan masyarakat. Berkaitan dengan pengembangan kesehatan
masyarakat yang relevan, maka penulis mencoba menggunakan pendekatan
pengorganisasian masyarakat dengan model pengembangan masyarakat (community
development) (Elisabeth, 2007).
4. Pemberdayaan (Empowerment)
Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai proses
pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi transformatif kepada
masyarakat, antara lain: adanya dukungan, pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan
kekuatan mandiri untuk membentuk pengetahuan baru (Elisabeth, 2007).
Perawat komunitas perlu memberikan dorongan atau pemberdayaan kepada
masyarakat agar muncul partisipasi aktif masyarakat. Membangun kesehatan masyarakat
6
tidak terlepas dari upaya-upaya untuk meningkatkan kapasitas, kepemimpinan dan
partisipasi masyarakat (Elisabeth, 2007).
c. Sasaran
Sasaran dari perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok khusus,
komunitas baik yang sehat maupun sakit yang mempunyai masalah kesehatan atau perawatan
(Effendy, 1998), sasaran ini terdiri dari :
1. Individu
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi,
psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien, pada
dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi, social,
psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan
pengetahuan, kurang kemauan menuju kemandirian pasien/klien.
2. Keluarga
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus
menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara
bersama-sama, di dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan.
Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia
dapat dilihat pada Hirarki Kebutuhan Dasar Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, rasa
aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi diri.
3. Kelompok khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis
kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan
terhadap masalah kesehatan.
4. Tingkat Komunitas
Pelayanan asuhan keperawatan berorientasi pada individu, keluarga dilihat sebagai
satu kesatuan dalam komunitas. Asuhan ini diberikan untuk kelompok beresiko atau
masyarakat wilayah binaan. Pada tingkat komunitas, asuhan keperawatan komunitas
diberikan dengan mamandang komunitas sebagai klien.
Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan masyarakat diantaranya
adalah :
7
Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji masalah skeperawatan yang ada,
merencanakan tindakan keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan dan
mengevaluasi pelayanan yang telah diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
2) Sebagai Pendidik dan konsultan (Nurse Educator and Counselor)
Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
baik di rumah, puskesmas, dan di masyarakat secara terorganisir dalam rangka
menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan
dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tatanan
psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal yang baik dan
untuk meningkatkan perkembangan seseorang. Di dalamnya diberikan dukungan
emosional dan intelektual.
Proses pengajaran mempunyai 4 komponen yaitu : pengkajian, perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi. Hal ini sejalan dengan proses keperawatan dalam fase pengkajian seorang
perawat mengkaji kebutuhan pembelajaran bagi pasien dan kesiapan untuk belajar.
Selama perencanaan perawat membuat tujuan khusus dan strategi pengajaran. Selama
pelaksanaan perawat menerapkan strategi pengajaran dan selama evaluasi perawat
menilai hasil yang telah didapat (Mubarak, 2005).
3) Sebagai Panutan (Role Model)
Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang baik dalam bidang
kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat tentang bagaimana tata
cara hidup sehat yang dapat ditiru dan dicontoh oleh masyarakat.
4) Sebagai pembela (Client Advocate)
Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau tingkat komunitas. Pada
tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan fungsinya melalui pelayanan sosial yang
ada dalam masyarakat. Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien.
Pembelaan termasuk di dalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan
kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien (Mubarak, 2005).
Tugas perawat sebagai pembela klien adalah bertanggung jawab membantu klien dan
keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan
dalam memberikan informasi hal lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan
(Informed Concent) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya. Tugas yang
lain adalah mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien
yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan
(Mubarak, 2005).
5) Sebagai Manajer kasus (Case Manager)
8
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai kegiatan pelayanan
kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan beban tugas dan tanggung jawab
yang dibebankan kepadanya.
6) Sebagai kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara bekerjasama dengan
tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi, ahli radiologi, dan lain-lain dalam
kaitanya membantu mempercepat proses penyembuhan klien Tindakan kolaborasi atau
kerjasama merupakan proses pengambilan keputusan dengan orang lain pada tahap
proses keperawatan. Tindakan ini berperan sangat penting untuk merencanakan tindakan
yang akan dilaksanakan (Mubarak, 2005).
9
11) Pengidentifikasi dan pemberi pelayanan komunitas (Community Care Provider And
Researcher)
Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan keperawatan kepada masyarakat yang
meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi masalah kesehatan dan
pemecahan masalah yang diberikan. Tindakan pencarian atau pengidentifikasian masalah
kesehatan yang lain juga merupakan bagian dari peran perawat komunitas.
1. Definisi
Menurut WHO (World Health Organization), batas normal adalah 120-140 mmHg
sistolik dan 80-90 mmHg diastolik. Jadi seseorang disebut mengidap hipertensi jika tekanan
darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 95 mmHg, dan tekanan darah
perbatasan bila tekanan darah sistolik antara 140 mmHg- 160 mmHg dan tekanan darah diastolik
antara 90 mmHg-95 mmHg (Poerwati, 2008). Sedangkan menurut lembaga-lembaga kesehatan
nasional (The National Institutes of Health) mendefinisikan hipertensi sebagai tekanan sistolik
yang sama atau di atas 140 dan tekanan diastolik yang sama atau di atas 90 (Diehl.2007).
2. Klasifikasi Hipertensi
1) Hipertensi primer
Hipertensi primer juga disebut hipertensi ‘esensial’ atau ‘idiopatik’ dan merupakan 95%
dari kasus-kasus hipertensi. Selama 75 tahun terakhir telah banyak penelitian untuk
mencari etiologinya. Tekanan darah merupakan hasil curah jantung dan resistensi vascular,
sehingga tekanan darah meningkat jika curah jantung meningkat, resistensi vascular perifer
bertambah, atau keduanya. Beberapa faktor yang pernah dikemukakan relevan terhadap
mekanisme penyebab hipertensi yaitu, genetik, lingkungan, jenis kelamin, dan natrium
(gray.dkk, 2005).
2) Hipertensi renal atau hipertensi sekunder
Sekitar 5% kasus hipertensi telah diketahui penyebabnya, dan dapat dikelompokkan
seperti, penyakit parengkim ginjal (3%) dimana setiap penyebab gagal ginjal
(glomerulonefritis, pielonefritis, sebab-sebab penyumbatan) yang menyebabkan kerusakan
parenkim akan cenderung menimbulkan hipertensi dan hipertensi itu sendiri akan
mengakibatkan kerusakan ginjal. Penyakit renovaskular (1%) dimana terdiri atas penyakit
yang menyebabkan gangguan pasokan darah ginjal dan secara umum di bagi atas
10
aterosklerosis dan fibrodisplasia. Endokrin (1%) jika terdapa hipokalemia bersama
hipertensi, tingginya kadar aldosteron dan rennin yang rendah akan mengakibatkan
kelebihan-kelebihan (overload) natrium dan air (Gray.dkk, 2005).
3. Kriteria Hipertensi
Seperti yang telah diutarakan sebelumnya, tekanan darah umumnya diukur dengan
manometer air raksa yang dinyatakan sebagai rasio sistolik dan diastolik, misalnya 120/70, yang
berarti tekanan sistolik adalah 120 mmHg dan diastolik 70 mmHg (Soeharto, 2004). Dari
berbagai kepustakaan disebutkan kriteria tekanan darah orang dewasa sebagai berikut :
4. Etiologi
Sebagian besar kasus tekanan darah tinggi tidak dapat disembuhkan. Keadaan tersebut
berasal dari suatu kecenderungan genetik yang bercampur dengan faktor-faktor risiko seperti
stress, kegemukan, terlalu banyak makan garam, kurang gerak badan dan penyumbatan
pembuluh darah. Ini disebut hipertensi esensial. Kalau seseorang mempunyai sejarah hipertensi
keluarga dan mengidap hipertensi ringan, dia dapat mengurangi kemungkinan hipertensi
berkembang lebih hebat dengan memberi perhatian khusus terhadap faktor-faktor risiko
tersebut.Untuk kasus-kasus yang lebih berat, diperlukan pengobatan untuk mengontrol tekanan
darah. Jenis lain dari hipertensi dikenal sebagai hipertensi sekunder, yaitu kenaikan tekanan
darah yang kronis terjadi akibat penyakit lain, seperti kerusakan ginjal, tumor, saraf,
renovaskuler dan lain-lain (soeharto,2004).
Secara umum, tekanan darah tinggi ringan tidak terasa dan tidak mempunyai tanda-tanda.
Boleh jadi berlangsung selama beberapa tahun tanpa disadari oleh orang tersebut. Sering hal itu
diketahui tiba-tiba, misalnya pada waktu mengadakan pemeriksaan kesehatan, atau pada saat
11
mengadakan pemeriksaan untuk asuransi jiwa. Kadang-kadang tanda-tanda tekanan darah tinggi
yang digambarkan itu adalah sakit kepala, gelisah,susah tidur,dada berdebar-debar (Knight,
2006).
Hipertensi tidak memberikan tanda-tanda pada tingkat awal. Kebanyakan orang mengira
bahwa sakit kepala terutama pada pagi hari, pusing, berdebar-debar, dan berdengung ditelinga
merupakan tanda-tanda hipertensi. Tanda-tanda tersebut sesungguhnya dapat terjadi pada
tekanan darah normal, bahkan seringkali tekanan darah yang relatif tinggi tidak memiliki tanda-
tanda tersebut. Cara yang tepat untuk meyakinkan seseorang memiliki tekanan darah tinggi
adalah dengan mengukur tekanannya. Hipertensi sudah mencapai taraf lanjut, yang berarti telah
berlangsung beberapa tahun, akan menyebabkan sakit kepala, pusing, napas pendek, pandangan
mata kabur, dan mengganggu tidur (Soeharto, 2004).
1) Genetik
Dibanding orang kulit putih, orang kulit hitam di negara barat lebih banyak
menderita hipertensi, lebih tinggi hipertensinya, dan lebih besar tingkat morbiditasnya
maupun mortilitasnya, sehingga diperkirakan ada kaitan hipertensi dengan perbedaan
genetik. Beberapa peneliti mengatakan terdapat kelainan pada gen angiotensinogen
tetapi mekanismenya mungkin bersifat poligenik (Gray.dkk, 2005)
2) Usia
Kebanyakan orang berusia di atas 60 tahun sering mengalami hipertensi, bagi
mereka yang mengalami hipertensi, risiko stroke dan penyakit kardiovaskular yang
lain akan meningkat bila tidak ditangani secara benar (Soeharto, 2004).
3) Jenis kelamin
Hipertensi lebih jarang ditemukan pada perempuan pra-monopause dibanding
pria, yang menunjukkan adanya pengaruh hormon (Gray.dkk, 2005).
4) Geografi dan lingkungan
Terdapat perbedaan tekanan darah yang nyata antara populasi kelompok daerah
kurang makmur dengan daerah maju, seperti bangsa Indian Amerika Selatan yang
tekanan darahnya rendah dan tidak banyak meningkat sesuai dengan pertambahan usia
disbanding masyarakat barat (Gray.dkk, 2005).
5) Pola hidup
Tingkah laku seseorang mempunyai peranan yang penting terhadap timbulnya
hipertensi. Mereka yang kelebihan berat badan di atas 30% , mengkonsumsi banyak
garam dapur, dan tidak melakukan latihan mudah terkena hipertensi (Soeharto, 2004).
6) Garam dapur
Sodium adalah mineral yang esensial bagi kesehatan. Ini mengatur keseimbangan
air didalam system pembuluh darah. Sebagian sodium dalam diet datang dari makanan
12
dalam bentuk garam dapur atau sodium chlorid (NaCl). Pemasukan sodium
mempengaruhi tingkat hipertensi. Mengkonsumsi garam menyebabkan haus dan
mendorong kita minum. Hal ini meningkatkan volume darah didalam tubuh, yang
berarti jantung harus memompa lebih giat sehingga tekanan darah naik. Kenaikan ini
berakibat bagi ginjal yang harus menyaring lebih banyak garam dapur dan air. Karena
masukan (input) harus sama dengan pengeluaran (output) dalam system pembuluh
darah, jantung harus memompa lebih kuat dengan tekanan darah tinggi (Soeharto,
2004).
7) Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor yang dapat diubah, adapun hubungan
merokok dengan hipertensi adalah nikotin akan menyebabkan peningkatan tekana
darah karena nikotin akan diserap pembulu darah kecil dalam paruparu dan diedarkan
oleh pembuluh darah hingga ke otak, otak akan bereaksi terhadap nikotin dengan
memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas efinefrin (Adrenalin). Hormon
yang kuat ini akan menyempitkan pembulu darah dan memaksa jantung untuk bekerja
lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi.Selain itu, karbon monoksida dalam asap
rokokmenggantikan oksigen dalam darah. Hal ini akan menagakibatkan tekana darah
karena jantung dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup kedalam
orga dan jaringan tubuh ( Astawan, 2002 dalam wijaya, 2009 ).
7. Komplikasi Hipertensi
1) Stroke dapat timbul akibat tekanan darah yang tinggi ke pembuluh darah otak baik
itu dalam bentuk sumbatanatau pembuluh darah yang pecah sehingga terjadi
perdarahan, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh darah yang mengalami
tekanan.Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran darah ke
daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami
arterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya
aneurisma (Corwin, 2005).
2) Infark Miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis tidak dapat
menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang
menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut. Karena hipertensi kronik
dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat
terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian
juga hipertropi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran
listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan
peningkatan resiko pembentukan bekuan (Corwin, 2002).
13
3) Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler-kepiler ginjal, glomerolus. Dengan rusaknya glomerolus, darah akan
mengalir keunit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut
menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerolus, protein akan
keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang,
menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik (Corwin, 2005).
4) Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang
kembalinya kejantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di paru,kaki
dan jaringan lain sering disebut edma.Cairan didalam paru – paru menyebabkan
sesak napas,timbunan cairan ditungkai menyebabkan kaki bengkak atau sering
dikatakan edema (Amir, 2002)
5) Ensefalopati dapat terjadi terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang
cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan
kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang intertisium diseluruh susunan saraf
pusat. Neron- neron disekitarnya kolap dan terjadi koma serta kematian (Corwin,
2005).
8. Pengobatan Hipertensi
9. Pencegahan
Pencegahan lebih baik daripada pengobatan, demikian juga terhadap hipertensi. Pada
umumnya, orang berusaha mengenali hipertensi jika dirinya atau keluarganya sakit keras atau
meninggal dunia akibat hipertensi. Tidak semua penderita hipertensi memerlukan obat. Apabila
hipertensinya tergolong ringan maka masih dapat dikontrol melalui pola hidup sehari-hari.
Usaha pencegahan juga bermanfaat bagi penderita hipertensi agar penyakitnya tidak
menjadi parah, tentunya harus disertai pemakaian obat-obatan yang ditentukan oleh dokter. Agar
14
terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil tindakan pencegahan yang baik (Stop
High Blood Pressure), antara lain dengan cara menghindari faktor risiko hipertensi.
Resiko seseorang untuk mendapatkan hipertensi (kecuali yang esensial), dapat dikurangi
dengan cara :
1) Memeriksa tekanan darah secara teratur.
2) Menjaga berat badan ideal.
3) Mengurangi konsumsi garam.
4) Jangan merokok.
5) Berolahraga secara teratur.
6) Hidup secara teratur.
7) Mengurangi stress.
8) Jangan terburu-buru.
9) Menghindari makanan berlemak.
Pencegahan Primer :
1. Tidur yang cukup, antara 6-8 jam per hari.
2. Kurangi makanan berkolesterol tinggi dan perbanyak aktifitas fisik untuk
mengurangi berat badan.
3. Kurangi konsumsi alkohol.
4. Konsumsi minyak ikan.
Pencegahan Sekunder
1. Pola makanam yamg sehat.
2. Mengurangi garam dan natrium di diet
3. Fisik aktif
4. Mengurangi Akohol intake.
5. Berhenti merokok.
Pencegahan Tersier
1) Pengontrolan darah secara rutin.
2) Olahraga dengan teratur dan di sesuaikan dengan kondisi tubuh.
15
BAB III
PENGKAJIAN
Puskesmas adalah unit pelaksanaan pembangunan kesehatan yang mandiri di garis depan
dan bertanggung jawab terhadap pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. Untuk
itu puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan masyarakat mempunyai wilayah kerja satu
kecamatan yang artinya puskesmas sebagai satuan organisasi yang diberikan kewenangan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota untuk melaksanakan tugas-tugas operasional
pembangunan kesehatan dengan tujuan :
Pada awalnya puskesmas ini adalah puskesmas pembantu rumah sakit Siti Khadijah yang
didirikan pada tahun 1984 dan baru pada bulan September tahun 1988 diresmikan menjadi
puskesmas induk, yaitu puskesmas Padang Selasa Palembang dan mempunyai dua puskesmas
pembantu di kelurahan Bukit Lama dan puskesmas pembantu di Kelurahan Bukit Baru.
Puskesmas Padang Selasa sejak pertama kali diresmikan menjadi puskesmas induk telah
mengalami beberapa kali pergantian kepemimpinan Puskesmas, yaitu :
16
1. Sejak tahun 1988 s.d 1989 dipimpin oleh dr. Eddy Zakarly
2. Sejak tahun 1989 s.d 1992 dipimpin oleh dr. Rahmiati
3. Sejak tahun 1992 s.d 1993 dipimpin oleh dr. Yusmaniar
4. Sejak tahun 1993 s.d 1994 dipimpin oleh dr. Ettie.S
5. Sejak tahun 1994 s.d 1996 dipimpin oleh dr. Sri Mariawati
6. Sejak tahun 1998 s.d 2000 dipimpin oleh dr. Anton Suwindro, M.Kes
7. Sejat tahun 2000 s.d 2002 dipimpin oleh dr. Novia Diana Roza
8. Sejak tahun 2002 s.d 2004 dipimpin oleh dr. Hj. Salmah Hamid
9. Sejak tahun 2004 s.d 2005 dipimpin oleh dr. Dian Hayati
10. Sejak tahun 2005 s.d 2009 dipimpin oleh dr. Hj. Nurul Komariah, AS.MARS
11. Sejak Juli 2009 s.d 2012 dipimpin oleh dr. Hj. Fade Fatimah
12. Sejak Oktober 2012 s.d sekarang dipimpin oleh drg. Lizzana Farianty
Tanggung Jawab
Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu.
Empati
Memberikan pelayanan yang merata kepada seluruh lapisan masyarakat.
Ramah
Baik hatu, manis tutur kata dan sikapnya.
Budi Pekerti
Berperilaku yang baik, bijaksana serta manusiawi.
Adil
Jujur, lurus, tulus dan seimbang.
Inisiatif
17
Melakukan pekerjaan tanpa menunggu perintah.
Kekeluargaan
Interaksi yang membentuk rasa saling memiliki dalam suatu system.
Puskesmas Padang Selasa bertekad memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik dan
terpercaya demi meningkatkan pembangunan kesehatan.
8. Tujuan
a. Tujuan Umum
Terpenuhinya gambaran umum Puskesmas Padang Selasa dan sebagai acuan bagi
Dinas Kesehatan Kota Palembang.
b. Tujuan Khusus
1. Dapat diketahuinya hasil program-program yang sudah tercapai
2. Dapat diketahuinya kekurangan dan kelemahan Puskesmas Padang Selasa,
sehingga dapat dicarikan pemecahannya.
3. Sebagai bahan informasi bagi penelitian kesehatan.
18
9. Struktur Organisasi
KEPALA PUSKESMAS
KEUANGAN
KEPEGAWAIAN INVENTARIS
KESEHATAN
JIWA
BATRA
PERKESMAS
KESEHATAN
KERJA
19
10. Sumber Dana
Sumber dana pembuatan Profil Puskesmas Padang Selasa ini didapat dari dana
BOK.
A. Fungsi Puskesmas
1. Sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasn kesehatan
2. Sebagai pusat pemberdayaan kesehatan dan keluarga
3. Sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama.
B. Program Puskesmas
1. Program Pokok
a. Promosi Kesehatan
b. Kesehatan Lingkungan
c. P2M (Pemberantasan Penyakit Menular)
d. KIA/KB
e. Perbaikan Gizi
f. Pengobatan
2. Program Pengembangan
a. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
b. Upaya Kesehatan Sekolah
c. Upaya Kesehatan Mata/Pencegah Kebutaan
d. Upaya Kesehatan Telinga/Pencegahan Gangguan Pendengaran
e. Kesehatan Jiwa
f. Kesehatan Olahraga
g. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Gigi
h. Perawatan Kesehatan Masyarakat
i. Bina Kesehatan Trdisional
j. Bina Kesehatan Kerja.
3. Program Penunjang
a. SP2TP (Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas)
b. Laboratorium
Darah Rutin (Hb, Leukosit, Thrombosit)
Urine Strip
Tes Kehamilan
Golongan Darah
Kimia Darah Strip
Sputum
20
Selain itu Puskesmas Padang Selasa memiliki menu untuk pelayanan
kesehatan di luar gedung, yaitu :
1. Posyandu Lansia
2. Posyandu Balita
3. Posbindu PTM
4. Klinik
a. Klinik Gilingan Mas
1) Klinik Gizi
Pemberian Vit. A dan pil penambah darah
Konsultasi balita BGM ( Bawah Garis Merah ), obesitas
Konsultasi Diet
Konsultasi bayi / balita sehat
2) Pelayanan Imunisasi
BCG
DPT
Polio
Hepatitis
Campak
Tetanus tosoid bumil / tetanus toksoid calon pengantin
1. Data Umum
RT. 53 RW.16 kelurahan Bukit Lama kecamatan Ilir Barat I, yang merupakan bagian dari
wilayah kerja puskesmas padang selasa, RT 53 terdiri dari 209 KK, dengan jumlah penduduk
728 jiwa.
1. Wilayah tanjung Rawo Rt. 53 berbatasan dengan :
2. Sebelah utara berbatasan dengan : Rt. 52
3. Sebelah timur berbatasan dengan : Rt. 42
4. Sebelah selatan berbatasan dengan : Rt. 54
5. Sebelah barat berbatasan dengan : Kelurahan Bukit baru
21
5,9 %
17,6 %
20 %
9,4 %
47,1 %
Berdasarkan diagram 1, jumlah penduduk paling banyak adalah usia dewasa dengan persentase
47,1% yaitu sebanyak 40 jiwa, usia anak-anak dengan persentase 20% yaitu sebanyak 17 jiwa,
usia lansia dengan persentase 17,6% sebanyak 15 jiwa , usia remaja dengan persentase 9,4%
yaitu sebanyak 8 jiwa dan paling sedikit adalah bayi dengan persentase 5,9% yaitu 5 jiwa.
45,9 %
54,1 %
Berdasarkan diagram 2 diatas, terlihat bahwa penduduk dengan jenis kelamin laki-laki paling
banyak dengan persentase 54,1% yaitu sebanyak 46 jiwa dan jenis kelamin perempuan dengan
persentase 45,9% yaitu sebanyak 39 jiwa.
22
2,4 %
10,6 %
29,4 %
44,7 %
12,9 %
Berdasarkan diagram 4 diatas, dapat dilihat bahwa mayoritas jenis pekerjaan adalah buruh yaitu
sebanyak 15 jiwa (50%), tidak bekerja sebanyak 5 jiwa (16,6%), swasta sebanyak 4 jiwa
23
(13,3%), wiraswata sebanyak 2 jiwa (6,7%) sopir sebanyak 2 jiwa (6,7%) satpam sebanyak 1
jiwa (3,3%) dan pns yaitu sebanyak 1 jiwa (3,3%).
30 %
70%
Berdasarkan diagram 5 diatas, dapat diketahui bahwa sebanyak 9 keluarga (30%) berpenghasilan
perbulannya < Rp. 500.000, dan yang berpenghasilan perbulannya > Rp.1.000.000 sebanyak 21
keluarga (70%). Dengan melihat data diatas dapat dipertimbangkan intervensi keperawatan yang
berhubungan dengan penghasilan keluarga.
100%
Hasil pengkajian pada 30 KK, didapatkan data seluruh warga Rt.53 Rw.16 beragama
Islam. Warga Rt.53 Rw. 16 secara umum masih memegang teguh nilai-nilai kemasyarakatan
seperti gotong royong, silaturahmi, dan musyawarah. Warga Rt.53 Rw.16 mengadakan jadwal
pertemuan rutin setiap bulannya. Pertemuan tersebut merupakan media silaturahmii warga,
arisan, posyandu lansia dan balita, penyampaian informasi dari pemerintah RT maupun
informasi lainnya
2. Nutrisi
Hasil pengkajian pada 30 KK, didapatkan data sebanyak 7 KK cara penyajian makanan
terbuka, sebagian besar warga menggunakan garam 1 sendok teh dalam sekali masakn, dan 13
24
KK (43,3%) dalam penggunaan minyak goreng lebih dari 3 kali penggorengan. Sebanyak 10 K
(33,7%) mengatakan setiap hari memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan berlemak dan 20
KK (66,7%) kadang – kadang mengkonsumsi makanan berlemak. Sebanyak 23 KK (76,7%)
mengatakan rutin mengkonsumsi kopi pada pagi dan sore hari. Sebanyak 20 KK (66,7%)
mengatakan terdapat anggota keluarga yang merokok.
33,3%
66,7%
3. Lingkungan
Keadaan masyarakat Rt.53 Rw.16 secara umum ramah dan religius. Sebagian besar
warga menggunakan air PDAM sebagai sumber air bersih. Hanya ada beberapa warga yang
memiliki Sumur di dekat rumah. Kondisi perumahan warga sebagian besar terlalu rapat antara
yang satu dengan yang lain. Berkaitan dengan kebersihan lingkungan, secara umum masing-
masing rumah tangga mempunyai tempat sampah sementara yang terbuka. Proses pembuangan
sampah dilakukan oleh petugas sampah. Sebagian besar warga tidak memiliki kandang ternak
disekitar rumahnya.
Pada pendataan kasus ini permasalahan lingkungan difokuskan pada beberapa aspek
yaitu pembuangan sampah, pembuangan limbah, perumahan, dan sumber air.
A. Perumahan
Jenis rumah di Rt.53 Rw.16 dari 30 KK yang dikaji adalah permanent yaitu
sejumlah 29 KK (96,7%) dan 1 KK (3,3%) yaitu semi permanent. Sebanyak 23 KK
(76,7%) dengan status rumah kepemilikan sendiri, 6 KK (20%) dengan status rumah
kotrak dan 1 KK (3,3%) dengan status rumah sewa bulanan. Dari 30 KK, 21 KK dengan
rumah memiliki ventilasi sedangkan 9 KK dengan rumah tidak memiliki ventilasi.
Pencahayaan rumah pada 25 KK (83,3%) adalah terang, namun masih terdapat 5 KK
(16,7%) dengan pencahayaan remang-remang. Atap Rumah pada 24 KK (80%) adalah
seng, 6 KK (20%) adalah genteng. Lantai rumah pada 22 KK (73,3%) adalah Keramik, 7
KK (23,3%) adalah plester dan 1 KK (3,3%) adalah tanah. Status kepemilikan rumah 23
25
KK (76,7%) milik sendiri, 6 KK (20%) Kontrakan dan 1 KK (3,3%) sewa bulanan. Jarak
antara rumah satu dengan yang lain dapat dilihat pada diagram dibawah ini.
53,3%
30%
16,7%
9 16 5
B. Pembuangan Sampah
26,7 %
66,7 %
6,7 %
26
Diagram 9. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tempat Pembuangan Sampah
C. Pembuangan Limbah
1) Kebiasaan BAB
2. Sungai 0 0%
Jumlah 30 100 %
2) Kepemilikaan Jamban
83,3%
16,7%
25 5
27
Berdasarkan diagram 10 diatas, distribusi penduduk berdasarkan kepemilikan jamban
yaitu Ada jamban sebanyak 25 KK (83,3 %), dan Tidak ada jamban sebanyak 5 KK
(16,7%).
83,3%
16,7%
5 25
28
93,3 %
6,67 %
28 KK 2 KK
29
63,3%
30%
6,7%
9 19 2
Diagram 13. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Tempat Pembuangan Air Limbah
D. Sumber Air
80%
20%
6 KK 24 KK
Diagram 14. Distribusi Penduduk Berdasarkan Sumber Air Minum dan Masak
Berdasarkan diagram 14, distribusi penduduk berdasarkan sumber air minum dan
masak yaitu PDAM sebanyak 24 KK (80 %), Sumur gali sebanyak 6 KK (20%).
30
23,3%
76,7%
30%
70%
Pelayanan Kesehatan terdekat di Rt.53 Rw.16 adalah posyandu balita dan posyandu
lansia, Posyandu Balita dilaksanakan sebulan sekali yaitu rabu minggu kedua dan posyandu
lansia setiap tanggal 29. Selain menggunakan fasilitas kesehatan terdekat , sebagian besar warga
biasa berobat ke Puskesmas Padang Selasa yang letaknya 4,2 km dari wilayah RT.
31
Sehat) yaitu sebanyak 23 keluarga (76,7%) dari 30 KK yang dikaji, Askes yaitu sebanyak 3
keluarga (10%), BPJS sebanyak 1 keluarga (3,3%) dan yang tidak memiliki jaminan kesehatan
yaitu sebanyak 3 keluarga (10%).
10% 3,3%
10%
76,7%
36,7%
67,3%
Berdasarkan diagram 18, distribusi penduduk berdasarkan pasangan usia subur yaitu
terdapat 11 PUS (36,75) dari 30 KK Rt.53 RW.16. PUS yang menggunakan akseptor KB ada 6
orang (54,5%). Jenis KB yang digunakan adalah suntik dan pil. Penyebab 5 PUS (45,5%) tidak
menggunakan KB karena dilarang suami, faktor agama, tidak tahu dan lain-lain, termasuk ingin
mendapatkan keturunan dan karena penyakitnya.
32
6. Ibu Hamil
Jumlah ibu hamil di Rt.53 Rw.16 dari hasil pengkajian ke 30 KK adalah 5 orang (16,7%).
Usia kehamilan bervariasi dari trimester I sampai III. Ada 3 ibu hamil (60%) mengatakan sudah
mendapatkan imunisasi TT, 2 ibu hamil (40%) tidak mendapatkan imunisasi TT dengan alasan
tidak tahu manfaatnya. Semua ibu hamil rutin memeriksakan kehamilannya, ada yang 3 kali
sampai lebih dari 4 kali. Semua ibu hamil memiliki KMS. Keluhan yang dirasakan ibu hamil
bervariasi mulai dari lemah, letih, lesu, mual sampai muntah.
16,7%
83,3%
7. Ibu Menyusui
Jumlah ibu menyusui di Rt. 53 Rw.16 dari 30 KK yang dikaji adalah 5 KK (16,7%) yang
dalam keluarganya terdapat ibu hamil. Dari 5 KK tersebut, semua ibu memberikan ASI pada
anaknya, dengan frekuensi pemberian yang tidak terjadwal. Sebanyak 3(60%) dari 5 ibu
menyusui tidak mengetahui cara menyusui yang benar dan hanya 1(20%) ibu yang mengetahui
kebutuhan gizi seimbang untuk ibu menyusui.
16,7%
83,3%
33
8. Bayi Dan Balita
Jumlah bayi di Rt.53 Rw.16 dari 30 KK yang dikaji adalah 5 KK (16,7%) yang memiliki
bayi . Semua bayi dalam keluarga tersebut mengikuti posyandu dan memiliki KMS. Pemberian
imunisasi pada bayi sesuai usia mencapai angka 100% dan hanya 1 bayi (20%) yang sedang
mengalami sakit pilek.
16,7%
83,3%
Sedangkan balita di Rt.53 Rw.16 dari 30 KK yang dikaji adalah 4 KK (13,3%) yang
memiliki balita dalam keluarganya. Semua balita mengikuti posyandu. Pemberian imunisasi
pada balita sesuai usia mencapai angka 100%. Kepemilikan KMS dari 4 balita, hanya 2 balita
(50%) yang memiliki KMS dan hanya 1 balita (25%) yang sedang mengalami sakit pilek
34
13,3%
86,7%
Jumlah anak dan remaja di Rt.53 Rw.16 dari 85 jiwa yang dikaji terdapat 22 jiwa
(25,7%). Pembagian kelompok rentang usia anak dan remaja mulai dari 6-10 tahun, 11-15 tahun
dan 16-21 tahun.
No Usia Anak Jumlah Persentase
1. 6 – 10 Tahun 8 38 %
2. 11 – 16 Tahun 5 24 %
3. 17 – 21 Tahun 8 38 %
Jumlah 21 100 %
Berdasarkan tabel 3, didapatkan data bahwa sebanyak 4 remaja (50%) dari 8 remaja sudah lulus
sekolah dan sudah bekerja, sedangkan 4 remaja (50%) melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi.
Berkaitan dengan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, semua remaja mengatakan
mengetahui tentang kesehatan reproduksi dan pengetahuan tentang kenakalan remaja. Remaja
mengatakan sudah mengetahui tentang kenakalan remaja mulai dari merokok sampai membolos
sekolah. Sebanyak 5 remaja (62,5%) dari 8 remaja mengatakan mengetahui tentang penyakit
HIV atau AIDS.
Jumlah lansia di Rt.53 Rw.16 dari 85 jiwa yang dikaji adalah 15 jiwa. Jenis penyakit yang terjadi
pada lansia paling banyak adalah hipertensi yaitu 8 lansia (53,3%). Selain itu juga terdapat
keluhan lain seperti reumatik 3 orang (20%), penyakit jantung 1 orang (6,7%), Asma 1 orang
(6,7%) dan Osteoporosis 2 orang (13,3%) . Sebanyak 13 lansia (86,7%) mengatakan upaya yang
dilakukan dalam meningkatkan kesehatan adalah dengan berobat ke sarana kesehatan dan 2
35
6,7%
6,7%
lansia (13,3%) mengatakan tidak melakukan upaya untuk meningkatkan kesehatannya yaitu
membiarkan penyakitnya sembuh sendiri. Posyandu lansia sudah terdapat di Rt.53 Rw.16
sehingga sudah ada kegiatan khusus berkaitan dengan kesehatan yang diadakan untuk lansia.
5,6 %
11,1 %
22,2 %
5,6 %
11,1 %
38,9 %
5,6 %
Dari data diagram 24, dapat diketahui penyakit terbanyak yang diderita oleh warga adalah
hipertensi sebanyak 38,9%. Rematik 11,1%. DM 5,6% Pilek 22,2%, Diare 5,6%, Thypoid 11,1
% dan TBC 5,6%. Hal ini berpengaruh dari pola hidup individu, keadaan lingkungan.
36
1) Hipertensi
Angka kejadian hipertensi dari 30 KK yang dikaji, didapatkan sebanyak 25 orang dalam
keluarga menderita hipertensi. Sebanyak 15 KK (50%) mengatakan mengetahui penyakit
hipertensi. Penanganan anggota keluarga dengan hipertensi yang paling banyak dilakukan warga
adalah dengan berobat ke RS/Puskesmas. Tindakan perawatan yang dilakukan oleh 15 orang
(60%) adalah dengan minum obat yang didapatkan dari puskesmas, 3 orang (12%) olahraga, dan
sisanya sebanyak 7 orang (28%) mengatasi hipertensi dengan konsumsi makanan seimbang.
Data hasil pengkajian faktor risiko hipertensi adalah sebagai berikut:
C. ANALISA DATA
37
menggunakan garam dapur kurang lebih 1 Hipertensi di RT.53 pengetahuan dalam
sdt dalam sekali masak RW.16 memelihara
2. Sebanyak 13 KK (43,3%) dalam kesehatan
penggunaan minyak goreng lebih dari 3 kali
penggorengan
3. Konsumsi kopi rutin pagi dan sore
dilakukan oleh (76,7%) warga
4. Sebanyak 10 KK (33,3%) mengatakan tidak
melakukan berolahraga
5. Penderita hipertensi dalam keluarga
sebanyak (29,48%)
6. Warga yang belum mengetahui mengenai
hipertensi sebanyak (50 %)
7. Sebanyak (60%) menangani hipertensi
dengan obat, penderita yang merawat
dengan olahraga (12%) merawat dengan
konsumsi makanan seimbang ( 28%)
2. 1. Kondisi penampungan sampah sementara Risikopeningkatan Kurangnya perilaku
yang terbuka (66,7%) kasus penyakit di hidup bersih dan
2. Pengurasan tempat penampungan air lebih RT.53 RW.16 sehat
dari satu minggu (30 %)
3. Tempat Pembuangan air limbah
sembarangan (6,7%)
4. Warga yang tidak memilki saluran
pembuangan limbah (6,67%)
5. Warga yang tidak memiliki septic tank
(16,7%)
6. Warga yang tidak memiliki jamban (16,7%)
38
D. PERUMUSAN PRIORITAS MASALAH
N Kriteria Penapisan
Masalah Kesehatan
o a b c d E f g h i j k l Jumlah
Keterangan :
Keterangan Nilai :
a. Sesuai dengan peran perawat komunitas g. Sesuai program pemerintah 1. Sangat rendah
39
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
40
F. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Evaluasi
No keperawatan Tujuan Sasaran Strategi Rencana Kegiatan Hari/tgl Tempat
komunitas Kriteria Standar
1. Tingginya kasus Setelah dilakukan Ketua RT Pendidikan a. Berikan pendidikan Sabtu, 7 Tanjung Verbal 75% warga dapat
Hipertensi di asuhan keperawatan dan kader kesehatan kesehatan tentang apa Juli Rawo mengetahui apa
RT.53 RW.16 selama... kali kesehatan itu Hipertensi 2018 RT.53 itu Hipertensi,
berhubungan pertemuan diharapkan RW.16
b. Berikan pendidikan penyebab
warga mampu :
dengan kesehatan tentang Hipertensi, cara
kurangnya a. Mengetahui apa itu penyebab Hipertensi penanganan dan
pengetahuan Hipertensi pecegahan
c. Berikan pendidikan
warga dalam kesehatan tentang cara Hipertensi
b. Mengetahui
memelihara penyebab Hipertensi mengatasi Hipertensi
kesehatan.
c. Mengetahui batas d. Berikan pendidikan
normal tekanan kesehatan tentang cara
darah pencegahan Hipertensi
41
lain
Diagnosa Evaluasi
No Keperawatan Tujuan Sasaran Strategi Rencana Kegiatan Hari/tgl Tempat
komunitas
Kriteria Standar
2. Risikopeningkat Setelah dilakukan Ketua RT Pendidikan a. Berikan pendidikan Sabtu, 7 – Tanjung Verbal 65% warga
an kasus asuhan keperawatan dan kader kesehatan kesehatan tentang Juli Rawo mampu
penyakit di selama ..... kali kesehatan pentingnya lingkungan 2018 RT.53 menyebutkan
pertemuan diharapkan
RT.53 RW.16 sehat RW.16 tentang 10
warga mampu :
berhubungan indikator PHBS
dengan a. Memahami b. Berikan pendidikan
rumah tangga
kurangnya pentingnya kesehatan pentingnya
lingkungan dan pola pola hidup bersih dan
perilaku hidup Ketua RT dan
hidup sehat sehat Tanjung
bersih dan sehat. Psikomotor kader
Sabtu, 7 Rawo
b. Membuang dan Pemberdayaan c. Berikan reinforcement menerapkan
Juli201 RT.53
memisahkan sampah positif atas keberhasilan PHBS
8 RW.16
sesuai jenis pada peserta memahami
tempatnya materi yang
disampaikan Setiap RT
c. Menjaga lingkungan
yang sehat. melakukan
d. Motivasi ketua RT & kegiatan
kader untuk menjadi kebersihan
role model bagi warga
lain
42
G. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan
No Waktu Kegiatan Evaluasi
Komunitas
1. Tingginya kasus Hipertensi di Juli Pendidikan kesehatan tentang Evaluasi struktur :
RT.53 RW.16 berhubungan 2018 Hipertensi - Persiapan kegiatan dilakukan selama 2 minggu
dengan kurangnya pengetahuan 1. Menjelaskan definisi dari Evaluasi proses :
warga dalam memelihara penyakit hipertensi - Peserta yang hadir 12 orang
kesehatan 2. Menjelaskan penyebab dari - Kegiatan berlangsung selama 60 menit diawali
penyakit hipertensi dengan apersepsi kemudian penyampaian materi dan
3. Menjelaskan cara mengatasi diakhiri dengan tanya jawab
penyakit hipertensi - 3 orang peserta bertanya saat kegiatan
4. Menjelaskan cara - 75 % peserta terlihat antusias mengikuti kegiatan
pencegahan penyakit Evaluasi hasil :
hipertensi - 75 % peserta mampu memahami tentang penyakit
Melakukan pengukuran tekanan hipertensi, penyebab, dan cara mengatasi serta cara
darah pencegahan penyakit hipertensi
2. Risikopeningkatan kasus Juli Pendidikan kesehatan tentang Evaluasi struktur :
penyakit di RT.53 RW.16 2018 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat - Persiapan kegiatan dilakukan selama 2 minggu
berhubungan dengan kurangnya di rumah tangga yaitu
perilaku hidup bersih dan sehat. 1. Menjelaskan definisi PHBS Evaluasi proses :
43
di rumah tangga - Peserta yang hadir ... orang
2. Menjelaskan tujuan PHBS - Kegiatan berlangsung selama 60 menit diawali
3. Menjelaskan manfaat dari dengan apersepsi kemudian penyampaian materi dan
PHBS diakhiri dengan tanya jawab
4. Menjelaskan 10 indikator - .....orang peserta bertanya saat kegiatan
PHBS di rumah tangga - ......% peserta terlihat antusias mengikuti kegiatan
Evaluasi hasil :
- ....% peserta mampu memahami tentang definisi,
tujuan, manfaat, dan 10 indikator PHBS
44
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini di akan di uraikan pembahasan tentang tahap-tahap yang telah dilakukan di
Jalan Tanjung Rawo Rt.53 Rw.16, dimana masing tahapan tersebut akan di bahas bedasarkan
analisa SWOT yang meliputi kekuatan, kelemahan dan ancaman masing-masing.
A. Tahap Persiapan
Praktik kerja lapangan merupakan kegiatan berorientasi pada kesehatan masyarakat pada
tahap persiapan mahasiswa melakukan penyelesaian administrasi dan persiapan lokasi lapangan .
Selain itu mahasiswa juga menuju kembali lokasi praktek yang akan digunakan. Setelah
latihan praktek ditinjauan mahasiswa mulai melakukan koordinasi dengan aparat desa. Hal ini
sesuai dengan teori yang akan didapatkan dimana sebelum melakukan suatu kegiatan kita harus
mengetahui bagaimana keadaan lingkungan kemudian melibatkan orang-orang yang cocok serta
membuat komitmen untuk bekerja sama. Tahapan persiapan dilakukan dengan bertahap yaitu
menemui aparat/ perangkat desa minta wilayah denah, lalu melakukan survey.
B. Tahap Pengkajian
Menurut pendapat Noto Adinoto 2000, yang menyatakan penyebaran kusioner dapat
dilakukan dengan total sampling yang hasilnya lebih resentatif.
1. Kekuatan
a) Adanya Masyarakat yang berpartisipasi aktif dalam menberikan informasi dalam
pengumpulan data.
b) Adanya dukungan dari masyarakat baik dari ketua RT, tokoh masyarakat, dan tokoh
agama di Jalan Tanjung Rawo Rt. 53 Rw 16
c) Tersedianya alat penugmpulan data berupa kusioner yang dirancang oleh mahasiswa
berdasarkan hasil survei.
2. Kelemahan
a) Masyarakat sangat heterogen
b) Jenis pekerjeaan yang bervariasi sehingga sulit ditemui pada pagi dan sore hari.
3. Kesempatan
54
a. Dukuangan dan kerja sama yang baru lintas program yaitu bekerja sama dengan pihat
puskesmas dalam pemberian penyuluhan.
4. Ancaman
a. Adanya beberapa masyarakat yang beranggapan bahwa pelaksanaan kegiatan
sepenuhnya tanggung jawab mahasiswa.
b. Ditemukan beberapa masalah kesehatan, tapi kurang dirasakan masyarakat.
C. Tahap Intervensi
Setelah didapatkan data dan informasi tentang keadaan kesehatan di kota matsum, maka
ditegakan diagnosa keperawatan, sehingga langkah selanjutnya dirumuskan perencanaan untuk
mengatasi masalah kesehatan yang ada tersebut dan dipaparkan secara mandiri.
a) Penyuluhan Hipertensi
b) Pemberian Penkes tentang PHBS.
D. Tahap Implementasi
a) Penyuluhan Hipertensi
E. Tahap Evaluasi
Setelah dilakukan implementasi terhadap masyarakat di jalan tanjung rawo Rt. 53 Rw. 16
maka dapat dievaluasi sebagai berikut :
55
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
2) Pada analisa data terdapat data yang sudah diklasifikasikan yang mendukung masalah
keperawatan komunitas dengan presentase angka yang tidak terukur secara pasti, akan
tetapi data tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dan observasi keadaan
lingkungan di RT.53 RW.16.
3) Diagnosa keperawatan yang muncul ada dua dan diurutkan berdasarkan prioritas
masalah yang terlampir. Berdasarkan survei dan tabulasi data didapatkan masalah yang
ditemukan di Jalan Tanjung Rawo Rt.53 Rw.16 yaitu :
56
hipertensi pada warga yang dilakukan pada tanggal 7 juli 2018,pukul 10.00 WIB.
Setelah diberikan pendidikan kesehatan mengenai hipertensi, 75 % warga RT.53
RW.16 memahami tentang penyakit hipertensi, penyebab, dan cara mengatasi serta
cara pencegahan penyakit hipertensi.
5) Masalah keperawatan komunitas yang muncul sebagian teratasi, namun dalam hal ini
sebatas pada peningkatan pengetahuan warga mengenai kesehatan, penyakit yang ada
di masyarakat khususnya Jl.Tanjung Rawo RT.53 RW.16,Oleh karena itu, diperlukan
kerjasama dan koordinasi yang baik melalui kerjasama baik lintas program maupun
lintas sektoral dalam upaya tindak lanjut.
B.Saran
Dengan demikian maka penulis, mengemukakan saran sebagai berikut:
1) Diharapkan setiap individu memeriksakan tekanan darahnya secara rutin ke pelayanan
kesehatan agar dapat mengantisipasi adanya hipertensi terutama bagi yang berusia lanjut.
2) Cara yang paling baik dalam menghindari tekanan darah tinggi adalah dengan mengubah
pola hidup sehat, pengaturan pola makan yang baik, aktivitas fisik yang cukup dan aktif
berolahraga, Mengatur diet atau pola makan seperti rendah garam, rendah kolesterol dan
lemak jenuh, meningkatkan konsumsi buah dan sayuran, tidak mengkonsumsi alkohol dan
rokok.
3) Memeriksakan diri secara rutin ke pelayanan kesehatan minimal 1 minggu sekali untuk
pasien hipertensi dan 1 bulan sekali untuk yang beresiko hipertensi.
4) Bagi petugas kesehatan diharapkan dapat memberikan penyuluhan kesehatan yang rutin ke
masyarakat tentang hipertensi, seperti gejala hipertensi dan cara penanganannya.
57
DAFTAR PUSTAKA
Bruner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8 vol.2. Jakarta: EGC.
Copstead C., Lee-Ellen dan Jacquelyn L. Banasik. 2005. Pathophysiology Vol. 1. Elsevier :St.
Louis Missouri 63146.
Diklat PJT–RSCM. 2008. Buku Ajar Keperawatan Kardiologi Dasar Edisi 4. Jakarta: RSCM.
Doenges, Marilynn E., dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan
Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius.
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River.
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Dengan Pasien Gangguan Kardiovaskuler. Jakarta:
Salemba Medika.
58