Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN MASYARAKAT BINAAN DENGAN HIPERTENSI DI WILAYAH RW

5 KELURAHAN BURING KECAMATAN KEDUNGKANDANG KOTA MALANG

Disusun untuk Memenuhi Tugas

Pendidikan Profesi Ners Departemen Komunitas

Oleh :

Kelompok 3B

Fitriyawati 145070200111022

Melita Puspa Nurmala 145070201111016

Zidni Taqwim 145070201111018

Lailatul Mutoharoh 145070201111032

Hanik Purnomowati 145070201131001

Puji Ariyani 145070201131002

Regina Junita Sinaga 145070201111030

Arista Tia Pratiwi 145070201111014

Lindasari Dwiputri Oktaviani 145070207111010

Darma Putra R S 145070200111012

Wa Janita 125070200131004

PROGRAM PROFESI NERS

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2018

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi merupakan penyebab kematian utama ketiga di
Indonesia untuk semua umur (6,8%), setelah stroke (15,4%) dan tuberculosis
(7,5%). Selain itu hipertensi menduduki peringkat kedua penyakit tidak menular
yang banyak diderita di Indonesia (WHO, 2011). Resiko hipertensi disebabkan
oleh perubahan gaya hidup. Hipertensi disebut silent killer. Hal ini dikarenakan
terkadang peningkatan tekanan darah tak disadari sebab terjadi tanpa keluhan.

Penyakit hipertensi terjadi jika tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan
diastolic ≥90 mmHg. Hal ini diketahui dengan cara melakukan pemeriksaan
tekanan darah secara rutin. Hipertensi umumnya sering terjadi pada Lansia >60
tahun yang merupakan salah satu penyakit akibat penuaan. Namun, saat ini
penyakit hipertensi tidak hanya dapat terjadi pada lansia saja. Penyakit hipertensi
dapat terjadi pada usia produktif bahkan pada remaja. Hal ini karena tuntutan
jaman yang serba cepat dengan aktivitas yang serba instan serta kurangnya
pergerakan tubuh. Prevalensi kejadian hipertensi pada lansia mencapai 60-80%
dari poplasi lansia. Di Indonesia angka kejadian hipertensi pada usia 25-44 tahun
sebesar 29%, usia 45-64 tahun sebesar 51% dan usia >65 tahun sebesar 65%.

Kejadian hipertensi berkaitan dengan pola makan yang sering serba instan,
berlemak, santan, asin, dan ditunjang dengan penurunan aktivitas fisik. Penyakit
hipertensi dapat menyebabkan kecacatan hingga kematian. Oleh karena itu,
perlu ditingkatkan kesadaran masyarakat sehingga dapat dilakukan
penanggulangan serta pencegahan.
Menurut data dari Puskesmas Kedungkandang Kota Malang didapatkan
data bahwa dari 3 penyakit yang sering diderita oleh masyarakat
Kedungkandang, yaitu hipertensi, stroke dan . Tidak terdapat data jumlah pasti
masyarakat RW 5 yang menderita hipertensi dikarenakan masih proses skrining
oleh pihak puskesmas.
Peran perawat komunitas membantu keluarga dan komunitas untuk
menyelesaikan masalah kesehatan dengan cara melakukan fungsi dan tugas
perawatan kesehatan keluarga. Adapun peran perawat yaitu berupa pendidikan
kesehatan agar keluarga dan komunitas mampu melakukan asuhan
keperawatan secara mandiri, sebagai coordinator untuk mengatur program
kegiatan atau dari berbagai disiplin ilmu, sebagai pengawas kesehatan, sebagai
konsultan dalam mengatasi masalah, sebagai fasilitator asuhan keperawatan
dasar pada keluarga dan komunitas yang menderita penyakit tidak menular.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan hipertensi pada
masyarakat serta mampu membantu masyarakat untuk bisa mengontrol
hipertensi.

1.2.2 Tujuan khusus


1. Mendapatkan data pengkajian keperawatan komunitas di RW 5 Kelurahan
Buring Kota Malang
2. Menetapkan prioritas masalah kesehatan di RW 5 Kelurahan Buring Kota
Malang
3. Menyusun rencana intervensi keperawatan komunitas terkait masalah
kesehatan warga di RW 5 Kelurahan Buring Kota Malang
4. Melaksanakan implementasi keperawatan komunitas terkait masalah
kesehatan warga di RW 5 Kelurahan Buring Kota Malang
5. Melakukan evaluasi keperawatan komunitas terkait masalah warga di RW 5
Kelurahan Buring Kota Malang
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep
2.1.1 Pengertian Community As Partner
Konsep Community as Partner diperkenalkan Anderson dan McFarlane
yang merupakan pengembangan dari model Neuman yang menggunakan
pendekatan totalitas manusia untuk menggambarkan status kesehatan klien.
Komunitas sebagai klien/partner berarti bahwa kelompok masyarakat tersebut
turut berperan serta secara aktif dalam meningkatkan kesehatan, mencegah dan
mengatasi masalah kesehatannya (Ekasari, 2006).
Model community as partner ada dua komponen penting yaitu roda
pengkajian komunitas dan proses keperawatan. Roda pengkajian komunitas
terdiri dari dua bagian utama yaitu inti (core) sebagai intrasistem terdiri dari
demografi, riwayat, nilai dan keyakinan komunitas. Ekstrasistemnya terdiri dari
delapan subsistem yang mengelilingi inti yaitu lingkungan fisik, pendidikan,
keamanan dan transportasi, politik dan pemerintahan, pelayanan kesehatan dan
sosial, komunikasi, ekonomi dan rekreasi. Sedangkan proses keperawatan yang
dimaksud mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan
evaluasi (Mubarak, 2009).

2.1.2 Pengkajian Community as Partner


Pengkajian komunitasadalahuntuk mengidentifikasifaktor(positifdan
negatif) yang berhubungan dengan kesehatan dalamrangkamembangun
strategiuntuk promosikesehatan. Pengkajian meliputidemografi,riwayat,
nilaikeyakinandan riwayatkesehatanindividu yangdipengaruhioleh sub system
komunitas yang terdiri dari lingkungan fisik, pendidikan, keamanan dan
transportasi, politik dan pemerintahan, pelayanan kesehatan dan sosial,
komunikasi, ekonomi dan rekreasi.Aspek-aspek tersebut
dikajimelaluipengamatanlangsung, datastatistik,angketdan wawancara.
a. Data inti
1. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
Riwayat terbentuknya sebuah komunitas (lama/baru). tanyakan pada
orang-orang yang kompeten atau yang mengetahui sejarah area atau
daerah itu.
2. Data demografi
Karakteristik orang-orang yang ada di area atau daerah tersebut,
distribusi (jenis kelamin, usia, status perkawinan, etnis), jumlah penduduk,
3. Vital statistic
Meliputi kelahiran, kematian, kesakitan dan penyebab utama kematian
atau kesakitan.
4. Nilai dan kepercayaan
Nilai yang dianut oleh masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan,
kepercayaan-kepercayaan yang diyakini yang berkaitan dengan
kesehatan, kegiatan keagamaan di masyarakat, kegiatan-kegiatan
masyarakat yang mencerminkan nilai-nilai kesehatan.
b. Subsistem
1. Lingkungan fisik
Catat lingkungan tentang mutu air, flora, perumahan, ruang, area hijau,
binatang, orang-orang, bangunan buatan manusia, keindahan alam, air,
dan iklim.
2. Pelayanan kesehatan dan sosial
Catat apakah terdapat klinik, rumah sakit, profesi kesehatan yang praktek,
layanan kesehatan publik, pusat emergency, rumah perawatan atau panti
werda, fasilitas layanan sosial, layanan kesehatan mental, dukun
tradisional/pengobatan alternatif.
3. Ekonomi
Catat apakah perkembangan ekonomi di wilayah komunitas tersebut maju
dengan pesat, industri, toko, dan tempat-tempat untuk pekerjaan, adakah
pemberian bantuan sosial (makanan), seberapa besar tingkat
pengangguran, rata-rata pendapatan keluarga, karakteristik pekerjaan.
4. Keamanan dan transportasi
Jenis transportasi publik dan pribadi yang tersedia di wilayah komunitas,
catat bagaimana orang-orang bepergian, apakah terdapat trotoar atau
jalur sepeda, apakah ada transportasi yang memungkinkan untuk orang
cacat. jenis layanan perlindungan apa yang ada di komunitas (misalnya:
pemadam kebakaran, polisi, dan lain-lain), apakah mutu udara di monitor,
apa saja jenis kegiatan yang sering terjadi, apakah orang-orang merasa
aman.
5. Politik dan pemerintahan
Catat apakah ada tanda aktivitas politik, apakah ada pengaruh partai
yang menonjol, bagaimana peraturan pemerintah terdapat komunitas
(misalnya: pemilihan kepala desa, walikota, dewan kota), apakah orang-
orang terlibat dalam pembuatan keputusan dalam unit pemerintahan lokal
mereka.
6. Komunikasi
Catat apakah oaring-orang memiliki tv dan radio, apa saja sarana
komunikasi formal dan informal yang terdapat di wilayah komunitas,
apakah terdapat surat kabar yang terlihat di stan atau kios, apakah ada
tempat yang biasanya digunakan untuk berkumpul.
7. Pendidikan
Catat apa saja sekolah-sekolah dalam area beserta kondisi, pendidikan
lokal, reputasi, tingkat drop-out, aktifitas-aktifitas ekstrakurikuler, layanan
kesehatan sekolah, dan tingkat pendidikan masyarakat.
8. Rekreasi
Catat dimana anak-anak bermain, apa saja bentuk rekreasi utama, siapa
yang berpartisipasi, fasilitas untuk rekreasi dan kebiasaan masyarakat
menggunakan waktu senggang (Mubarak, 2009).

2.2 Penyakit Tidak Menular (PTM)


Penyakit tidak menular (PTM), juga dikenal sebagai penyakit kronis, tidak
ditularkan dari orang ke orang, mereka memiliki durasi yang panjang dan pada
umumnya berkembang secara lambat. Yang tergolong ke dalam PTM antara lain
adalah; Penyakit kardiovaskuler (jantung, atherosklerosis, hipertensi, penyakit
jantung koroner dan stroke), diabetes melitus serta kanker.
1. Penyakit kardiovaskular
Penyakit kardiovaskular adalah semua penyakit yang mempengaruhi jantung
dan pembuluh darah yang termasuk di dalamnya adalah penyakit jantung
coroner, penyakit jantung, penyakit arteri (atherosclerosis), stroke, dan
hipertensi.
a. Penyakit jantung koroner (PJK)
Penyakit jantung coroner adalah penyakit jantung yang terjadi akibat
penyempitan pembuluh darah coroner dan dapat menyebabkan
serangan jantung. Penyakit ini ditandai dengan:
- Rasa tertekan seperti ditimpa beban berat, rasa sakit, terjepit, atau
terbakar di dada
- Nyeri ini menjalar ke seluruh dada, bahu kiri, lengan kiri, punggung
(di antara kedua belikat), leher dan rahang bawah, terkadang di ulu
hati sehingga dianggap sakit maag
- Dirasakan speerti tercekik atau rasa sesak
- Lamanya 20 menit bahkan lebih
- Disertai keringat dingin, rasa lemah, berdebar
- Terkadang sampai pingsan
b. Stroke
Stroke disebabkan oleh kurangnya alirand arah yang mengalir ke otak
yang terkadang menyebabkan perdarahan di otak. Aliran darah ke otak
terputus karena gumpalan darah, endapan plak atau karena pecahnya
pembuluhdarah otak sehingga sel-sel otak mebgalami kekurangan
oksigen serta energy dan menyebabkan kerusakan otak permanen yang
berakibat kecacatan/kematian dini
c. Hipertensi
Hieprtensi atau tekanan darah tinggi dalah peningkatan tekanan darah
secara menetap > 140/90 mmHg. Seringkali hipertensi terjadi tanpa
gejala sehingga penderita tidak merasa sakit (Kemenkes, 2012).
2. Penyakit Diabetes Mellitus (DM)
Diabetes mellitus adalah suatau penyakit menahun yang ditanda dengan
kadar gula dalam darah melebihi nilai normal kadar gula darah yang normal
GDS <200 mg/dL dan GDP <126 mg/dL. Dengan gejala:
a. Banyak minum (polidipsi)
b. Banyak manakan (polifagi)
c. Banyak kencing (poliuri)
d. Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas
e. Seringkali disertai dengan gejala penyerta, seperti: gatal-gatal,
mengantuk, kesemutan, mata kabur, impotensi, dan keputihan pada
wanita
Jenis DM:
a. DM tipe 1, disebabkan kerusakan sel beta pancreas sehingga tidak
adanya produksi insulin sama sekali
b. DM tipe 2: disebabkan karena penurunan sekresi insulin dan atau
resistensi insulin
c. DM gestasional muncul ketika penderita hamil (usia 24 minggu)
d. DM tipe lain yang disebabkan oleh pemakaian obat, infeksi, sebab
imunologi yang jarang, penyakit lain-lain, dan sebagainya
Faktor risiko DM:
a. Yang tidak bisa dimodifikasi: ras/suku, riwayat keluarga, usia >45 tahun,
riwayat melahirkan bayi besar >4000 gr, riwayat BBLR <2500 gr
b. Yang bisa dimodifikasi: IMT >23 kg/m2, kurang aktifitas fisik, hipertensi,
dyslipidemia, diet yang tidak sehat (Kemenkes, 2012).
3. Kanker
Kanker memiliki beberapa istilah seperti:
a. Tumor, yaitu benjolan atau pembengkakan terdiri dari tumor ganas dan
tumor jinak
b. Kanker = neoplasma = karsinoma = keganasan = tumor ganas
c. Onkologi, yaitu ilmu tentang kanker
Karsinoma adalah kanker yang mengenai jaringan epitel, termasuk sel-sel
kulit, ovarium, payudara, serviks, kolon, pankreas dan esophagus
(Kemenkes, 2012).

2.3 Program Pengendalian PTM


1. Posbindu PTM
Posbindu PTM adalah peran serta masyarakat dalam kegiatan deteksi dini,
pemantauan dan tindak lanjut faktor risiko PTM secara mandiri dan
berkesinambungan. Kegiatan ini dikembangkan sebagai bentuk
kewaspadaan dini masyarakat dalam mengendalikan faktor risiko PTM
karena pada umumnya faktor risiko PTM tidak bergejala dan seringkali
masyarakat datang ke fasilitas pelayanan kesehatan dalam keadaan
komplikasi. Sasaran Posbindu PTM untuk mengendalikan faktor risiko PTM
yaitu masyaraat sehat, masyarakat berisiko dan masyarakat dengan PTM
berusia mulai dari 15 tahun ke atas. Pengendalian faktor risiko PTM yang
dilakukan meliputi masalah konsumsi rokok, alkohol, kurang makan sayur-
buah, potensi terjadinya cedera dan kekerasan dalam rumah tangga,
aktivitas fisik, Indeks Massa Tubuh (IMT), analisa lemak tubuh dan tekanan
darah, sedangkan peman-tauan lengkap yaitu meliputi pemeriksaan kadar
gula darah, kolesterol darah, pemeriksaan uji fungsi paru sederhana,
pemeriksaan kadar alko¬hol pernafasan, dan tes amfetamin urin. Tindak
lanjutnya berupa pembinaan secara terpadu dengan peningkatan
pengetahuan dan kemampuan masyarakat tentang cara mencegah dan
mengendalikan faktor risiko PTM, yang dilakukan melalui penyuluhan/ dialog
interaktif secara massal dan atau konseling faktor risiko secara terintegrasi
pada individu dengan faktor risiko, sesuai dengan kebutuhan masyarakat
termasuk rujukan terstruktur.
Kegiatan posbindu PTM:
a. Wawancara tentang riwayat PTM pada keluarga dan diri pasien
b. Pengukuran IMT, lingkar perut
c. Pemeriksaan fungsi paru sederhana
d. Pemeriksaan gula darah
e. Pemeriksaan kolesterol total datah dan trigliserida
f. Pemeriksaan kadar alcohol pernapasan dan tes amfetamin urin bagi
kelompok pengemudi umum yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang berkompetensi
g. Konseling dan penyuluhan
h. Aktivitas fisik atau olahraga bersama
i. Rujukan ke fasilitas layanan kesehatan dasar di wialayahnya dengan
pemanfaatan sumber daya tersedia termasuk upaya respon cepat
sederhana dalam penanganan prarujukan (Kemenkes RI, 2013).
2. Pelayanan PTM di Fasilitas Kesehatan Dasar
Pelayanan PTM di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dasar adalah pelayanan
PTM yang meliputi: deteksi dini, tindak lanjut dini, respon cepat
kegawatdaruratan, pengobatan, rehabilitatif dan paliatif dengan pendekatan
faktor risiko dan gejala PTM (rokok, obesitas, hiperkolesterol, hipertensi,
alkohol dan stress) secara terintegrasi dan komprehensif (promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif) di fasilitas pelayanan kesehatan dasar.Upaya
pengendalian PTM di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dasar ditekankan pada
masyarakat yang masih sehat (well being) dan masyarakat yang berisiko (at
risk) dengan tidak melupakan masyarakat yang berpenyakit (deseased
population) dan masyarakat yang menderita kecacatan dan memerlukan
rehabilitasi (Rehabilitated population).
3. Program pengendalian hipertensi
Tujuan Program pengendalian Hipertensi adalah terselenggaranya upaya
Pengendalian Hipertensi guna menurunkan angka kesakitan, kematian dan
kecacatan dan akibat hipertensi di Indonesia. Program pengendalian
hipertensi yaitu:
a. Prevensi dan penurunan faktor risiko
b. Deteksi dini dan pengobatan kontinyu
c. Surveilans dan monitoring (Kemenkes RI, 2013).

2.4 Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas


Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:
a. Proses kelompok (group process)
Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya setelah
belajar dari pengalaman sebelumnya, selain faktor pendidikan/pengetahuan
individu, media masa, Televisi, penyuluhan yang dilakukan petugas
kesehatan dan sebagainya. Begitu juga dengan masalah kesehatan di
lingkungan sekitar masyarakat, tentunya gambaran penyakit yang paling
sering mereka temukan sebelumnya sangat mempengaruhi upaya penangan
atau pencegahan penyakit yang mereka lakukan. Jika masyarakat sadar
bahwa penangan yang bersifat individual tidak akan mampu mencegah,
apalagi memberantas penyakit tertentu, maka mereka telah melakukan
pemecahan-pemecahan masalah kesehatan melalui proses kelompok.
Dalam kasus ini, tenaga kesehatan bersama masyarakat membicarakan
tentang masalah kesehatan di desa, masyarakat juga harus ikut
berpartisipasi demi menjaga kesehatan desa (harlinawati, 2013).
b. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis,
dimana perubahan tersebut bukan hanya sekedar proses transfer
materi/teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat
prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi adanya kesadaran dari
dalam diri individu, kelompok atau masyarakat sendiri. Sedangkan tujuan
dari pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23
Tahun 1992 maupun WHO yaitu ”meningkatkan kemampuan masyarakat
untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan; baik fisik, mental
dan sosialnya; sehingga produktif secara ekonomi maupun secara sosial.
Dalam kasus ini, perawat melakukan pendidikan kesehatan kepada
masyarakat tentang ispa pada anak, merokok remaja, atau diabetes. Dan
diberikan cara untuk mencegahnya juga dampak buruk bila masalah terus
berlangsung. Masyarakat juga bisa menanyakan apa saja yang kurang
paham dari pembahasan pada saat pendidikan kesehatan 9Harlinawati,
2013).
c. Kerjasama (Partnership)
Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat
jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi ancaman bagi lingkungan
masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama sangat dibutuhkan dalam
upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan komunitas melalui upaya ini
berbagai persoalan di dalam lingkungan masyarakat akan dapat diatasi
dengan lebih cepat.
Perawat atau pelayan kesehatan bekerja sama dengan seluruh perangkat
yang ada di masyarakat untuk mengurangi masalah kesehatan. Ini juga
merupakan bentuk agar masyarakat bisa lebih mandiri (Mubarak, 2009).
d. Pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan menggunakan strategi pemberdayaan untuk membantu
masyarakat mengembangkan keterampilan dalam menyelesaikan masalah,
menciptakan jejaring, negosiasi, lobbying, dan mendapatkan informasi untuk
meningkatkan kesehatan dalam upaya mencegah risiko penyakit tertentu
(Supriyatna, 2014).
e. Advokasi
Individu dan masyarakat didukung oleh perawat kesehatan masyarakat
untuk menggunakan hak mereka dalam hubungannya dengan perawatan
kesehatan yang tepat dan di mana mereka tidak dapat melakukannya.
Perawat kesehatan masyarakat secara aktif melakukan advokasi atas nama
mereka (Harlinawati, 2013).
f. Screening
Screening merupakan kegiatan mengidentifikasi individu dengan faktor risiko
kesehatan yang belum diakui untuk kondisi penyakit tanpa gejala pada
populasi (Harlinawati, 2013).

2.5 Peran Perawat Komunitas


Keperawatan kesehatan komunitas adalah bidang perawatan khusus
yang merupakan gabungan ketrampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan
masyarakat dan bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan
masyarakat secara keseluruhan guna meningkatkan kesehatan, penyempumaan
kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan
bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada individu, keluarga, yang mempunyai
masalah dimana hal itu mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan.
Keperawatan kesehatan komunitas adalah pelayanan keperawatan
profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan pada
kelompok resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal
melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan dengan menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien
sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan
keperawatan. Keperawatan kesehatan komunitas terdiri dari tiga kata yaitu
keperawatan, kesehatan dan komunitas

Tujuan Keperawatan Kesehatan Komunitas


1. Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara
meyeluruh dalam memelihara kesehatannya untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal secara mandiri.
2. Tujuan khusus
a. Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat.
b. Meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
untuk melaksanakan upaya perawatan dasar dalam rangka mengatasi
masalah keperawatan.
c. Tertanganinya kelompok keluarga rawan yang memerlu¬kan pembinaan
dan asuhan keperawatan.
d. Tertanganinya kelompok masyarakat khusus/rawan yang memerlukan
pembinaan dan asuhan keperawatan di rumah, di panti dan di
masyarakat.
e. Tertanganinya kasus-kasus yang memerlukan penanganan tindaklanjut
dan asuhan keperawatan di rumah.
f. Terlayaninya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok resiko tinggi
yang memerlukan penanganan dan asuhan keperawatan di rumah dan di
Puskesmas.
g. Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan sosial untuk
menuju keadaan sehat optimal.

Fungsi perawat komunitas dalam menjalankan perannya:


1. Independen adalah mandiri, tidak tergantung orang lain
2. Dependen adalah melaksanakan intrusi dari tenaga kesehatan lain
3. Interdependen adalah kerja tim dengan tenaga kesehatan lain

Peranan perawat komunitas memiliki ciri khusus dalam pelayanan


keperawatannya dengan menitikberatkan pada prinsi Community as Partner.
Focus peran perawat komunitas yaitu pencegahan penyakit, injury/kecacatan,
promosi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan masyarakat. Perawat
komunitas adalah perawat yang mampu:
1. Menggabungkan keterlibatan masyarakat
2. Memberikan pemahaman klinis terkait sehat sakit pada individu, keluarga
dan populasi
3. Bekerja sendiri atau berkelompok
4. Berkolaborasi dengan disiplin ilmu yang lain (Harlinawati, 2013).

Peran perawat komunitas ada tujuh, yaitu:


1. Clinician
Peran perawat yang paling familiar sebagai care provider. Memberikan
asuhan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok, dan komunitas.
Holistic practice yang omprehensif, total care yang meliputi fisik, emosi,
social, spiritual dan ekonomi. Focus pada promosi kesehatan yaitu at risk
population/vulnerable. Seorang perawat komunitas harus memiliki Skill
expansion: communication, listening, skill of observation, counseling.
2. Educator
Disebut juga health teacher, memberikan pengajaran atau informasi tentang
kesehatan. Educator role merupakan peran kominan perawat komunitas
dalam memberikan pelayanan keperawatan. Mayoritas klien (community)
dalam kondisi tidak sakit akut dan mampu menangkap informasi kesehatan.
Perawat harus signifikan dalam menjangkau populasi yang lebih luas.
Pemberian informasi dapat dilakukan pada institusi formal atau pilihan
sesuai dengan tingkat kemampuan masyarakat.
3. Advocate
Perawat komunitas berperan memberikan advocacy kepada klien
(komunitas). Setiap individu, kelompok, dan masyarakat berhal
mendapatkan pelayanan kesehatan yang sederajat.sistem pelayanan
kesehatan yang ada bersifat terbagi-bagi dan depersonalisasi. Masyarakat
miskin, kurang beruntung, tanpa asuransi kesehatan. Penduduk pendatang
tidak merasakan pelayanan kesehatan yang sederajat. Perawat komunitas
memberikan arahan dan penjelasan terhadap kompleksitas system
pelayanan kesehatan yang tujuannya agar masyarakat mendapatkan
pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan.
Tujuan advokat:
a. Membantu klien memperoleh informasi yang relevan terkait pelayanan
kesehatan atau sebagai self-determination
b. Membuat system pelayanan kesehatan lebih responsive dan relevan
terhadap kebutuhan kesehatan masyarakat
Tindakan advokasi:
a. Advokat harus tegas
b. Advokat mampu mengambil risiko
c. Advokat mampu komunikasi dan bernegosiasi
d. Advokat mampu mengidentfiikasi dan mendapatkan sumber daya untuk
kebermanfaat klien (komunitas)
4. Manager
Perawat komunitas dapat mengkaji, merencanakan, mengorganisasi
kebutuhan klien, mengatur, mengawasi dan mengevaluasi dari pelayanan
yang diberikan. Peran ini berkaitan dengan 4 hal yaitu
a. Nurse as planner, adalah melakukan kolaborasi, menentukan target dan
evaluasi
b. Nurse as organizer adalah mendesain struktur dengan siapa bekerja dan
apa tugas yang akan dilakukan
c. Nurse as leader adalah perawat harus punya kemampuan mengatur,
mempengaruhi, membujuk orang lain agar memberikan perubahan
positif terhadap kesehatan masyarakat.
d. Nurse as Controller and evaluator adalah bagaimana program dan
rencana berjalan dengan baik
Ada dua konsep manager role yaitu:
a. Management bahviors:
1. Decision-making behaviors
2. Transfer of information bahviors
3. Interpersonal behaviors
b. Management skills:
1. Human skills
2. Conseptual skill
3. Technical skill
5. Collaborator
Perawat komunitas jarang bekerja sendiri. Berkolaborasi dengan tenaga
professional yang lain, speerti: dokter, bidan, ahli gizi, LSM, ahli lingkungan,
kesmas. Perawat komunitas dalam melakukan kolaborasi harus memiliki
kemampuan komunikasi, kerjasama tim, sikap asertif terhadap anggota tim
yang lain.
6. Leadership
Kepemimpinan berfokus pada terjadinya perubahan. Disebut juga agent of
change. Perawat komunitas memulai perubahan positif untuk kesehatan
masyarakat. Mengajak orang lan untuk melakukan perubahan. Dalam
mewujudkan perubahan tersebut, perawat juga bekerjasama dengan tim
professional lainnya.
7. Researcher
Perawat juga sebagai peneliti. Perawat terlibat dalam investigasi sistematis,
pengumpulan data, analisa data, mencari pemecahan maslaah dan
menerapkan solusi/intervensi. Harapannya hasil penelitian dapat diterapkan
di lapangan/praktik dengan tujuan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat (Harlinawati, 2013).

Praktik keperawatan komunitas:


1. Home health nursing
Klien baru saja keluar RS dan dirujuk untuk melakukan perawatan/follow up
kepada perawat komunitas (kunjungan rumah). Kunjungan rumah dapat juga
berupa upaya promosi kesehatan, seperti mengkaji perilaku kesehatan
keluarga yang juga termasuk PHBS rumah tangga.
2. School nursing atau UKS
Perawat bekerja di sekolah. Melakukan program kesehatan bagi siswa yaitu
penjaringan kesehatan pada siswa baru. Dpaat pula memberikan imunisasi,
penkes personal hygiene, pola makan, jajan sehat, perkembangan
reproduksi.
3. Occupational health nursing
Kesehatan pekerja penting terkait dengan kesehatan individu, produktivitas
usaha/industry, kesejahteraan Negara. Perawat dan anggota perusahaan
atau tempat kerja berupaya untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman
dan sehat. Mislanya dengan memberikan asuransi kesehatan contohnya
Jamsostek, menyediakan jajan sehat seperti buah, kegiatan olahraga pada
hari jumat/sebelum bekerja, mengadakan pendidikan kesehatan terkait
keselamatan pekerja, menyediakan APD.
4. Correctional health nursing
Lembaga pemasyarakatan merupakan at risk population. Biasanya terjadi
peristiwa seperti:
- Communication disease
- Substance abuse
- Depression
- Rape
- Pregnancy
Disana diperlukan peran perawat untuk memperbaiki kesehatan komunitas
berisiko agar tercipta kesehatan yang lebih baik dari segi psikososial
maupun fisik (Harlinawati, 2013).
2.6 Pembahasan Jurnal
Dalam tahap perubahan perilaku, precontemplation merupakan tahap di
mana ada ketidakmauan untuk mengubah perilaku bermasalah atau menolak
adanya masalah. Tahap kontemplasi melibatkan pertimbangan konsekuensi dari
tindakan atau tidak bertindaknya perilaku masalah. Pada titik ini biasanya pasien
dapat mendiskusikan kelemahan dan keuntungan yang terkait dengan obat
antihipertensi untuk mencegah stroke. Persiapan adalah tahap ketika ada
komitmen untuk berubah dalam waktu dekat. Pasien menyatakan tingkat
motivasi yang tinggi terhadap perilaku yang diinginkan dan hasil. Selain itu,
pasien telah menentukan manfaat perubahan perilaku. Oleh karena itu, pada
tahap ini memungkinkan pasien memulai perilaku baru. Selama tahap ini,
fokusnya adalah pada modifikasi gaya hidup untuk menstabilkan perubahan
perilaku dan menghindari kekambuhan.
Dalam penelitian Susanto (2017) didapatkan hasil bahwa kader dapat
melakukan pendekatan individu dan bersifat persuasive terhadap pasien yang
tidak sadar akan pentingnya pemeriksaan secara berkala. Selain itu, kader
sangat berperan penting dalam mendorong proses perubahan perilaku pada
pasien. Dalam hal mendukung program puskesmas, kader sebagai penghubung
atau jembatan bagi pihak keluarga dalam peningkatan kualitas kesehatan.
Penelitian yang dilakukan oleh Jafar et al., (2009) menggabungkan HHE
(home health education)berbasis keluarga yang disampaikan oleh petugas
kesehatan masyarakat dan pendidikan dokter umum untuk manajemen tekanan
darah secara signifikan mengurangi tekanan darah sistolik dan meningkatkan
proporsi orang dewasa dengan tekanan darah yang terkontrol hampir 2 kali lipat
dibandingkan dengan salah satu intervensi sendiri atau tanpa intervensi.
Petugas kesehatan masyarakat atau kader dilatih sebagai metode
penyampaian kesehatan primer di beberapa negara berkembang di seluruh
dunia. Dengan demikian, infrastruktur perawatan kesehatan yang ada di Buring
RW 05 bisa mudah dimodifikasi untuk menerapkan strategi yang efektif ini untuk
memerangi hipertensi. Faktor pasien yang ditargetkan dalam intervensi
disesuaikan dengan kebutuhan individu misalnya risiko hipertensi, efek samping
obat terapi, penatalaksanaan berat badan, olahraga, diet, stres, merokok, dan
penggunaan alkohol. Individu hanya menerima materi intervensi yang relevan
dengan diri mereka sendiri sehingga intervensi membutuhkan waktu lebih sedikit
karena hanya informasi yang relevan yang disebarluaskan.
Selain itu, uji coba yang dilakukan Holman et al., (2008) terhadap
pengontrolan tekanan darah pada penderita diabetes mellitus menunjukkan
bahwa manfaatnya terlihat pada pasien dengan strategi kontrol tekanan darah
ketat. Hal ini dapat disimpulkan bahwa sangat penting pengontrolan tekanan
darah secara berkala pada penderita hipertensi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Asuhan keperawatan komunitas dilaksanakan oleh mahasiswa jurusan


keperawatan FKUB melalui praktek keperawatan di masyarakat yang dimulai
pada tanggal 25 Juni 2018 sampai 10 Agustus 2018. Kelompok mendapatkan
tempat praktek di wilayah RW 5 Kelurahan Buring Malang
`
3.1 Tahap Persiapan
Keperawatan komunitas merupakan salah satu departemen dalam
pendidikan profesi keperawatan dengan kegiatan yang difokuskan pada praktek
lapangan, namun tidak mengesampingkan tugas jaga mahasiswa di Puskesmas
Kedungkandang, Malang. Kelompok melakukan pengkajian pada daerah binaan
didasarkan pada penemuan masalah kesehatan yakni terkait PTM (Penyakit
tidak menular) yang fokus pada masalah hipertensi di wilayah RW 5 Kelurahan
Buring Malang. Kelompok dalam melakukan pengkajian di daerah binaan
menggunakan model community as partner serta berkoordinasi dengan
pembimbing lahan dan pembimbing akademik terkait masalah di lingkungan
komunitas tersebut.
Pada minggu pertama tanggal 25 Juni 2018, setelah mendapatkan
pengarahan dari pembimbing lahan di puskesmas Kedungkandang, mahasiswa
mendapatkan daerah binaan di RW 5. Pada tanggal 28 Juni 2018 mahasiswa
memberikan surat pengantar kepada Kelurahan Buring dari puskesmas
kemudian mendapatkan surat pengantar lagi untuk diberikan kepada Ketua RW
5. Setelah menyerahkan surat pengantar dan meminta ijin kepada ketua RW 5,
kemudian mahasiswa diarahkan untuk bias langsung mendatangi warga atau
menemui ketua RT terlebih dahulu. Tanggal 30 Juni 2018 mahasiswa meminta
izin kepada ketua RT 1, 2, 4 dan 5 untuk melakukan pengkajian ke masyarakat
RT 2. Tanggal 26-29 Juni 2018 mahasiswa menyiapkan instrumen pengkajian
berupa pengkajian secara umum dan pengkajian terkait hipertensi. Instrumen
yang digunakan yaitu kuesioner, pedoman wawancara, pedoman winshield
survey, dan pedoman literatur review. Kuisioner ditujukan kepada masyarakat di
RW 5. Pedoman wawancara dan literatur review digunakan untuk memperoleh
data dari stakeholder seperti kelurahan, ketua RW, ketua RT, kader, dan
puskesmas di wilayah tersebut. Pedoman windshieldsurvey digunakan sebagai
pedoman observasi wilayah. Setelah itu kelompok menentukan jumlah sampel
yang akan dilakukan intervensi. Jumlah estimasi seluruh KK RW 5 sekitar 500-
600 KK dengan metode pemilihan sampling menggunakan rumus Slovin
didapatkan jumlah sampel minimal yang dibutuhkan adalah 85 KK. Pengkajian
kemudian dilakukan tanggal 1-5 Juli 2018 di RW 5. Setelah pengkajian
didapatkan hasil 92 KK telah dikaji untuk survey.
Dimulai sejak tanggal 6 Juli 2018, mahasiswa mulai melakukan tabulasi
hasil pengkajian. Setelah data terkumpul, dilakukan pengolahan data melalui
editing, coding, data entry, dan tabulasi. Data yang telah diolah kemudian
disajikan dalam bentuk diagram. Pengkajian didasarkan pada model pengkajian
Anderson & Mc Farlane yang meliputi pengkajian terhadap core problem,
subsistem, dan persepsi

3.2 Hasil Pengkajian Core


3.2.1 Riwayat (Sejarah)
3.2.1.1 Perubahan dari segi lingkungan di kelurahan Buring
Berdasarkan wawancara dengan pihak Kelurahan Buring perubahan dari
segi lingkungan di kelurahan Buring adalah berubahnya wilayah perkebunan,
dan perladangan menjadi area perumahan. Selain itu wilayah kelurahan
Buring yang dulunya sepi sekarang mulai ramai.
3.2.1.2 Perubahan dari segi masyarakat di kelurahan Buring
Berdasarkan wawancara dengan pihak Kelurahan Buring perubahan
dari segi masyarakat di kelurahan Buring adalah pola pikir masyarakat yang
dulunya “jadul” dan kurang terpapar informasi kini mulai berubah karena
adanya paparan informasi dari tenaga kesehatan, contohnya pustu dan bidan
desa.
3.2.2 Data Demografi

3.2.2.1.2 Usia Warga di Kelurahan Buring


3.2.2.1.3 Jenis Kelamin Warga di Kelurahan Buring
3.2.2.2.1 Usia
3.2.2.2.2 Jenis Kelamin
3.2.2.2.3 Status Pernikahan
3.2.2.2.5 Agama
Agama

100%

Islam

Gambar 3.9 Karakteristik Agama Warga Responden


Distribusi agama responden di Kelurahan Buring RW 5
sebanyak 100% (289 orang) beragama Islam.
3.2.2.2.8 Masalah Kesehatan 3 Bulan Terakhir

1. Masalah Kesehatan Saat ini

3.2.2.9 Klasifikasi Tekanan Darah


3.2.3 Suku dan Budaya
3.2.3.1 Suku

3.2.3.2 Bahasa
3.2.3.2 Kebiasaan
3.2.4 Value
3.2.4.1 Merokok
3.2.4.2 Konsumsi Sayur dan Buah

konsumsi sayur dan buah


ya tidak

19%

81%

Gambar 3.17Karakteristik Konsumsi Sayur dan Buah Responden


Dari hasil pengkajian didapatkan data bahwa responden yang
mengkonsumsi sayur dan buah sebanyak 5 porsi adalah 81,5% (233
orang) dan yang tidak adalah 18,5% (53 orang).
3.2.4.3 Konsumsi Gorengan
3.2.4.4 Tingkat Konsumsi Alkohol

Konsumsi Alkohol

100%

Tidak pernah

Gambar 3.19Karakteristik Tingkat Konsumsi Alkohol Responden


Dari hasil pengkajian didapatkan data bahwa semua responden
(100%) tidak pernah mengonsumsi alkohol.

3.2.4.5 Keaktifan berolahraga


3.2.5 Lingkungan Fisik
3.2.5.1 Gambaran Kelurahan Buring
Kelurahan Buring termasuk dalam wilayah Kecamatan
Kedungkandang, Kota Malang. Kelurahan Buring memiliki luas wilayah ±
510 hektar, yang terdiri dari 9 RW dan 48 RT.

Gambar 3.21 Peta Wilayah Kelurahan Buring


3.2.5.2 Batas Wilayah Kelurahan Buring
Sebelah utara : Kelurahan Kedungkandang,
Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang.
Sebelah timur : Desa Ngingit, Kabupaten Malang.
Sebelah selatan : Kelurahan Wonokoyo, Kecamatan
Kedungkandang, Kota Malang.
Sebelah barat : Kelurahan Kotalama, Kecamatan
Blimbing, Kota Malang.

3.2.5.3Gambaran Wilayah Binaan RW 5 Kelurahan Buring


Wilayah Binaan RW 5 Kelurahan Buring terdiri dari sekitar 600 KK
dengan batas wilayah sebagai berikut : Batas daerah : Barat : RW 3,
Timur : RW 7, Selatan : RW 4, Utara : 6. Mayoritas bangunan rumah
penduduk adalah bangunan permanen terbuat dari tembok, saling
berdempetan tanpa ada jarak antar rumah, halaman rumah terbuat dari
plester dan terdapat jendela dengan pencahayaan yang baik.Sarana dan
Prasarana Umum yang terdapat di wilayah adalah 1 PAUD, 1 Puskesmas
Pembantu, 1 praktik bidan, 1 praktik perawat dan Posyandu Balita. Selain
itu juga terdapat 2 pabrik rokok dan 2 industri rokok rumahan. Hampir
seluruh RT terdapat perumahan, namun untuk wilayah perumahan yang
paling banyak terdapat di wilayah RT 1, RT 5 dan RT 6. Di RW 5 tidak
terdapat lapangan olahraga, lahan pertanian, tanaman toga, tanaman
sayur, maupun restoran siap saji. Serta di RW 5 dikelilingi oleh sungai
mati. Di RW 5 untuk terdapat penjual keliling sayur mayur setiap paginya
dan terdapat banyak toko di RW 5.
3.2.6 Pelayanan Kesehatan Sosial
3.2.6.1 Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Kedungkandang
Menurut kader kelurahan Buring pelayanan kesehatan yang ada di
kelurahan Buring terdiri dari : 1 Puskesmas pembantu, Posyandu balita,
praktik bidan, dan praktik perawat.
3.2.6.7 Pengobatan Herbal
Pengobatan Herbal
ya tidak

23%

77%

Gambar 3.27 Karakteristik Responden terkait Pengobatan Herbal


Dari hasil pengkajian didapatkan data bahwa kebiasaan responden
dalam mendapatkan pengobatan herbal atau meminum jamu adalah
sebanyak 76,8% (53 orang) dan 23,1% (16 orang).

3.2.6.10 Program pengendalian PTM di Puskesmas


Menurut wawancara dengan petugas puskesmas didapatkan hasil
bahwa belum ada program maupun anggaran dana khusus terkait
program pengendalian PTM biasanya hanya ikut serta di posyandu lansia.
Namun sudah memiliki PJ yakni Bu Linda dengan pelaksana kader.
Program dikhususkan untuk usia 15 tahun keatas dan lansia. Menurut
petugas puskesmas Partisipasi masyarakat masih kurang karena kurang
sosialisasi.Belum pernah ada pelatihan khusus kepada kader posyandu
namun setiap ada kegiatan kader selalu didampingi oleh petugas
puskesmas. Di Kelurahan Buring ini posyandu lansia yang sudah
terlaksana dan didampingi pihak Puskesmas terdapat di RW 1 dan RW 9
kelurahan Buring.
Menurut wawancara dengan PJ program pengendalian PTM Bu
Linda terkait Skrining dan pelaksanaan program masih belum berjalan di
RW 5 Kelurahan Buring dikarenakan disana juga belum terdapat
posyandu lansia.\
3.2.6.11 Program pelayanan kesehatan di RW 5 kelurahan Buring
Menurut wawancara dengan kader posyandu RW 5, pelayanan
kesehatan di RW 5 terdiri dari posyandu balita yang dilaksanakan setiap
hari sabtu di minggku ke-3 di balai RW 5. Kegiatan berupa pengukuran
berat badan, tinggi badan, dan imunisasi, serta biasanya terdapat
penyuluhan dari pihak puskesmas terkait kesehatan pada anak-anak.
Tenaga kesehatan yang terlibat perawat, bidan, mahasiswa, dan kader.
Jumlah balita yang tercatat sekitar 130, untuk yang datang ke posyandu
lansia biasanya berkisar 70 saja. Jumlah kader terdiri dari 7 orang, 6
kader balita dan 1 kader jumantik.
Menurut hasil wawancara kader di RW 5 belum pernah dilakukan
penyuluhan kesehatan, disana hanya pernah dilakukan penyuluhan
terkait jamban sehat yang dilakukan 1 tahun yang lalu ketika sedang
musim penyakit Diare. Tidak terdapat kegiatan senam yang dilakukan di
RW 5, namun disana didirikan sanggar untuk senam oleh salah satu
warga.

3.2.7 Ekonomi
3.2.7.1 Mata pencaharian warga kelurahan Buring
3.2.2.2.4 Pekerjaan

Pekerjaan
1% 0%
1% PNS
1%
1% 16% Swasta
3%
32% Wiraswasta
1%
1% Buruh
Sopir
23% Pedagang
20% Petani
Mekanik
TNI
Konstruksi

Gambar 3.34Distribusi pekerjaan responden


Berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada warga RW 5
didapatkan data pekerjaan warga 1% (2 orang) PNS, 32% (92 orang)
Swasta, 20% (59 orang) Wiraswasta, 23% (68 orang) Buruh, 1% (3
orang) Sopir, 1% (3 orang) Pedagang, 3% (8 orang) Petani, 1% (2 orang)
Mekanik, 1% (2 orang) TNI, 1% (2 orang) Kontruksi, 0% (1 orang)
Peternak, 16% (47 orang) Tidak bekerja.

3.2.8 Keamanan dan transportasi


Menurut wawancara dengan ketua RW 5, untuk masalah
keamanan selama ini belum pernah ada tindakan kriminal di lingkungan
RW 5. Berdasarkan hasil observasi kondisi jalan sudah baik dan
beraspal. Alat transortasi yang banyak lalu lalang adalah motor dan mobil
hanya sesekali.
3.2.9 Politik dan Pemerintahan
Menurut wawancara dengan ketua RW 5, tidak ada ada partai
politik yang mendukung kegiatan warga. Berdasarkan hasil observasi, di
lingkungan warga juga tidak terlihat adanya kegiatan partai politik maupun
poster kampanye yang ada hanyalah kegiatan posyandu balita dan untuk
organisasi kemasyarakatan warga ada PKK.
3.2.10 Komunikasi
Menurut wawancara dengan pak RW 5, biasanya informasi dari
kelurahan/RW/RT di berikan ke warga melalui pengumuman speaker
masjid dan dari mulut ke mulut saat ada pengajian setiap hari kamis
malam.
3.2.10.1 Alat Komunikasi yang digunakan

Alat Komunikasi

100%

HP

Gambar 3.34Karakteristik Alat Komunikasi yang digunakan Responden


Dari diagram diatas, didapatkan data bahwa seluruh responden
(92 KK) menggunakan HP sebagai alat komunikasi sehari-hari.

3.2.10.2 Sumber Informasi Kesehatan


Sumber Informasi Kesehatan

7% 11%
TV
13%
33% Puskesmas
Puskesmas Pembantu
Internet
34%
Bidan Desa
Tidak Pernah
2%

Gambar 3.34Sumber informasi responden


Dari diagram diatas, didapatkan data bahwa mayoritas responden
mendapatkan informasi kesehatan dari TV yaitu sebanyak 11% (35
orang), 13% (43 orang) dari puskesmas, 34% (109 orang) dari
puskesmas pembantu, 2% (6 orang) dari internet, 33% (108 orang) dari
bidan desa dan 7% (23 orang ) tidak pernah mendapatkan informasi
kesehatan.

3.2.11 Pendidikan

3.2.11.1 Pendidikan Responden

3%
6%
17%
10% SD
SMP

17% SMA
PT
TK
TIDAK SEKOLAH
47%

Gambar 3.34Distribusi pendidikan responden


3.2.11.3 Informasi tentang Hipertensi
3.2.12 Rekreasi

Menurut wawancara dengan ketua RW 5 dan whindshield didapatkan


hasil bahwa di RW 5 tidak ada tempat rekreasi baik itu berupa taman bermain
anak maupun taman edukasi. Sehingga warga tidak memiliki tempat untuk
hiburan bersama keluarga.

TABULASI PENGKAJIAN HIPERTENSI

1. Pengetahuan Hipertensi

2. Sikap Hipertensi
3. Perilaku Hipertensi
a. Aktivitas Fisik

Aktivitas Fisik

39%
Yang melakukan aktivitas
fisik 176 0rang
61%
Yang tidak melakukan
aktivitas fisik 113 orang

Gambar … Karakteristik Aktivitas Fisik Yang Dilakukan Responden

Berdasarkan hasil pengkajian, didapatkan pada diagram


diatas bahwa sebanyak 61 % (176 responden ) melakukan aktivitas fisik
selama 150 menit/minggu, sedangkan yang tidak pernah melakukan
aktivitas fisik selama 150 menit/minggu sebanyak 39 % (113 orang)

b. Merokok

c. Konsumsi obat rutin


konsumsi obat rutin
ya tidak

9%

91%

Gambar 2 Karakteristik konsumsi obat hipertensi responden

Dari hasil pengkajian didapatkan data bahwa responden yang


mengkonsumsi obat hipertensi secara rutin adalah sebanyak adalah 8,7%
(6 orang) dan yang tidak 91,3% (63 orang).

d. Menghindari stress

Menghindari stress
ya tidak

17%

83%

Gambar 3 Karakteristik kecenderungan responden untuk stress

Dari hasil pengkajian didapatkan data bahwa kecenderungan


responden untuk stress adalah sebanyak 16,6% (48 orang) dan yang
tidak adalah 83,3% (241 orang)

e. Konsumsi the/kopi
Konsumsi kopi dan the
Tidak pernah (105
9% 36% orang)
1-5x/hari (159 orang)
55%
1-3x/minggu (25 orang)

Gambar … Karakteristik Konsumsi Kopi dan Teh oleh Responden

Berdasarkan hasil pengkajian, didapatkan data pada


diagram diatas bahwa dari 289 responden mayoritas responden
mengkonsumsi kopi dan teh 1-5x/hari dengan jumlah responden 159
orang (55 %), responden yang mengkonsumsi kopi dan teh 1-3x/minggu
sebanyak 25 orang (9%) dan responden yang tidak pernah
mengkonsumsi kopi dan teh sebanyak 105 orang (36 %).

f. Konsumsi makanan berlemak

Frekuensi makanan berlemak


3%
16% Tidak pernah (47 orang)
20% 1-3x/hari (57 orang)
61%
1-4x/minggu (177 orang)
1-3x/bulan (8 orang)

Gambar … Karakteristik Frekuensi Makan Berlemak

Berdasarkan hasil pengkajian, didapatkan data pada diagram


diatas bahwa dari 289 responden mayoritas frekuensi makan berlemak
oleh responden yaitu 1-4x/minggu dengan jumlah 177 responden (61%),
responden yang mengkonsumsi makan berlemak 1-3x/hari sebanyak 57
orang (20%), responden yang mengkonsumsi makan berlemak 1-
3x/bulan sebanyak 8 orang (3%) dan responden yang tidak
mengkonsumsi makan berlemak yaitu 47 orang ( 16% ).

g. Kontrol rutin tekanan darah


Kontrol Rutin Hipertensi

24%

Ya (16 orang)
76% Tidak (51 orang )

Gambar … Karakteristik Penderita Hipertensi

Berdasarkan hasil pengkajian, pada diagram diatas bahwa dari 67


responden yang menderita hipertensi didapatkan data mayoritas
responden tidak melakukan control rutin tekanan darah ke pelayanan
kesehetan dengan jumlah 51 responden (76%), sedangkan responden
yang rajin control rutin untuk pemeriksaan tekananan darah sebanyak 16
orang (24%).
3.5 WEB OF CAUTION

Hanya terdapat posyandu


balita dan tidak terdapat
Tidak Terdapat Tidak Tidak terdapat
posyandu lansia
terdapat pabrik rokok terdapatnya tanaman
lapangan (karyawan) tanaman toga sayur melakukan
Tidak adanya program olahraga pemeriksaan
puskesmas terhadap kesehatan
PTM hanya saat
Tidak ada Kurangnya wawasan ada keluhan
pengukuran TD untuk mencegah saja
secara rutin yang
terjadinya penyakit
menjangkau di
RW 5 Defisiensi Pendidikan warga kelurahan
Kesehatan Buring:
Komunitas
SD : jiwa
Ketidakefektifan
Manajemen Kesehatan SMP : jiwa

Warga belum memiliki SMA : jiwa


Belum ada
pengetahuan yang Perilaku
penyuluhan tentang
cukup tentang bahaya
bahaya merokok Cenderung tidak terdapat
merokok
Beresiko program puskesmas
Pekerjaan warga hanya memeriksakan
terhadap PTM
swasta dan TD hanya pada saat
karyawan susah untuk berhenti diselenggarakannya
pabrik rokok walaupun sudah pemeriksaan gratis
Kebiasaan minum kopi di
mengatahui bahaya pagi hari dan ditempat kerja
yang ditimbulkan oleh % responden
memeriksakan TD ke % merupakan Pekerja
rokok dan kopi
Warga memiliki swasta
pelayanan kesehatan
kebiasaan merokok
terutama ketika Kurangnya informasi dan
bekerja program poskesmas Sibuk
tentang kesehatan

Jarang memeriksana kesehatan ke


kebiasaan merokok % memiliki kebiasaan sulit mengubah perilaku
pelayanan kesehatan
akibat ikut-ikutan merokok merokoknya karena sudah
teman/terbawa oleh mulai merokok sejak kecil
pergaulan
3.7 Implementasi ( Plan Of Action)

Strategi Bentuk Waktu dan PJ


No. Tujuan Sasaran Media Dana
kegiatan Tempat Kegiatan
- Mempresentasikan hasil
pengkajian awal yang
telah dilakukan pada
Perwakilan
warga binaan RW 5, Kec.
Puskesmas, Minggu, Jumat
Kedung Kandang
RT dan RW, 13 Juli 2018
- Memaparkan LCD
struktur
MMRT 1 permasalahan yang Seminar & Proyektor, Hanik, Puji, Swadaya
1 keanggotaa Tempat:
sering terjadi di Musyawarah Powerpoint, Arista Mahasiswa
n RT dan Puskesmas
masyarakat Laptop
RW, kader Kedung
- Menentukan rencana
Kesehatan Kandang
kegiatan bersama
RW 5
perwakilan warga (ketua
RT, RW dan kader
kesehatan)
DAFTAR PUSTAKA
Achjar, K A H. 2012. Teori dan Praktik Asuhan Keperawatan Komunitas.
Jakarta: EGC.
Allender, J A., Rector C., Warner K. 2009. Community Health Nursing:
Promoting and Protecting the Public’s Health. Philadelphia: Wolters
Kluwer Health/ Lippincott Williams & Walkins.
Harlinawati. 2013. Pengantar Ilmu Keperawatan Komunitas. Takalar: Pustaka As
Salam.
Kemenkes. 2012. Modul Training of Trainer (TOT) Teknis Pengendalian
Penyakit Tidak Menular
Kemenkes RI. 2013. Program PTM. Online.
http://www.pptm.depkes.go.id/cms/frontend/?p=progptm diakses pada
tanggal 22 September 2017 pukul 23.20 WIB
Mubarak, Wahit Iqbal. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas. Jakarta: Salemba
Medika
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI (Infodatin). 2014. Waspada
Diabetes: Eat Well Live Well. Jakarta Selatan
PROPOSAL KEGIATAN
LOKA KARYA MINI MASYARAKAT
RW 5, Kecamatan Kedung Kandang Kota Malang
Program Profesi Ners

Oleh:
Kelompok 5B

Fitriyawati 145070200111022

Melita Puspa Nurmala 145070201111016

Zidni Taqwim 145070201111018

Lailatul Mutoharoh 145070201111032

Hanik Purnomowati 145070201131001

Puji Ariyani 145070201131002

Regina Junita Sinaga 145070201111030

Arista Tia Pratiwi 145070201111014

Lindasari Dwiputri Oktaviani 145070207111010

Darma Putra R S 145070200111012

Wa Janita 125070200131004

DEPARTEMEN KOMUNITAS
PROGRAM PROFESI NERS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL

Nama Kegiatan : Loka Karya Mini Masyarakat

Tujuan : Menyampaikan hasil pengkajian kesehatan terhadap


masyarakat, menentukan masalah dan merumuskan
perencanaan untuk mengatasi masalah.

Sasaran : Masyarakat RW 5 Kecamatan Kedung Kandang, Kota


Malang

Pelaksanaan : Minggu, 13 Juli 2018

Tempat : Puskesmas Kedung Kandang

Anggaran Dana : Swadaya kelompok : Rp 200.000,00

Total : Rp 200.000,00

Malang, Juni 2018

Ketua Kelompok

Darma Putra R S
NIM. 145070200111012

Mengetahui,

Perceptor Akademik Perceptor Klinik

Ns. Annisa, M.Kep, Sp.Kep.kom Astika. Amd. Kep


NIK. 2013018712202001 NIP. 19781228 200501 2 010
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Prevalensi kejadian hipertensi pada lansia mencapai 60-80% dari
poplasi lansia. Di Indonesia angka kejadian hipertensi pada usia 25-44
tahun sebesar 29%, usia 45-64 tahun sebesar 51% dan usia >65 tahun
sebesar 65%. Kejadian hipertensi berkaitan dengan pola makan yang
sering serba instan, berlemak, santan, asin, dan ditunjang dengan
penurunan aktivitas fisik. Penyakit hipertensi dapat menyebabkan
kecacatan hingga kematian. Oleh karena itu, perlu ditingkatkan
kesadaran masyarakat sehingga dapat dilakukan penanggulangan serta
pencegahan.
Praktek klinik keperawatan komunitas bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat itu sendiri dengan sasaran
warga RW 5 Kedungkandang. Berdasarkan data hasil pengkajian
didapatkan data 36,7% warga mengatakan anggota keluarga menderita
hipertensi. Dari hasil pengkajian baru tentang hipertensi didapatkan 50%
warga memiliki perilaku diet rendah garam yang buruk, 50% memiliki
kebiasaan merokok, 25% melakukan pengecekan tekanan darah hanya
saat sakit, dan 22,2 % mengkonsumsi obat antihipertensi bila muncul
keluhan saja.
Berdasarkan data-data yang diperoleh dari hasil pengkajian
dengan metode kuisioner tersebut, diperlukan kerjasama dari semua
pihak untuk mengatasi masalah kesehatan pada warga RW 5
Kedungkandang. Dalam menggalang kerja sama, maka dipandang perlu
mengadakan Loka Karya Mini Masyarakat dengan tokoh masyarakat
setempat. Hal ini dilakukan sebagai tindak lanjut dari kegiatan
pengumpulan data status kesehatan.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah dilakukan Lokakarya Mini, warga dapat menentukan
masalah dan menyusun rencana program kegiatan untuk
menyelesaikan masalah tersebut.
1.2.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa dan tokoh masyarakat diharapkan mampu
bekerjasama dalam :
i. Menentukan masalah kesehatan yang terjadi
ii. Membuat prioritas masalah
iii. Merencanakan program yang akan dilakukan untuk
mengurangi masalah tersebut

1.3 Manfaat
1.3.1 Mahasiswa
Kegiatan Loka Karya Mini Masyarakat yang dilaksakan diharapkan
bermanfaat bagi mahasiswa dalam proses pembelajaran untuk
memfasilitasi masyarakat dan merencanakan program kesehatan
komunitas dalam rangka memberikan asuhan keperawatan
komunitas.
1.3.2 Masyarakat
Kegiatan Loka Karya Mini Masyarakat yang dilaksakan diharapkan
bermanfaat bagi masyarakat RW 5 Kedungkandang untuk
mengenali masalah kesehatan yang terjadi pada wilayahnya
secara objektif berdasarkan data pengkajian, sehingga
masyarakat mampu mengatasi dengan swadaya dari masyarakat
sendiri.
.
BAB II

DESKRIPSI KEGIATAN

2.1 Nama Kegiatan


Loka Karya Mini Masyarakat

2.2 Sasaran Kegiatan dan Kegiatan Umum

2.2.1 Sasaran Kegiatan


Perwakilan Puskesmas, RT dan RW, struktur keanggotaan RT dan RW,
kader Kesehatan, masyarakat RW 5, Kecamatan Kedungkandang, Kota
Malang.

2.2.2 Kegiatan Umum


Kegiatan ini adalah kegiatan musyawarah masyarakat yang diadakkan
oleh mahasiswa program profesi ners PSIK FKUB. Pelaksanaan kegiatan ini
dilakukan setelah pengkajian pada agregat yang kemudian hasilnya akan
disampaikan pada Loka Karya Mini Masyarakat. Data hasil yang disampaikan
harapannya mampu menjadi pemicu masyarakat untuk berdiskusi
menentukan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah yang terjadi
di wilayahnya. Hasil akhirnya adalah suatu program untuk mengatasi
masalah yang terjadi maupun resiko.

2.3 Pelaksanaan Kegiatan

2.3.1 Waktu Kegiatan

Kegiatan ini dilaksanakan pada Jumat, 13 Juli 2018, pukul 13.00 –


15.00 WIB.

2.3.2 Tempat Kegiatan

Puskesmas Kedung Kandang

2.4 Susunan Acara Kegiatan

No Waktu Kegiatan
1 16.00 – 16.15 Pembukaan
2 16.15 – 16.20 Sambutan ketua koordinator kelompok
3 16.20 – 16.35 Sambutan perwakilan puskesmas
5 16.35 – 16.55 Pemaparan hasil pengkajian
6 16.55 – 17.10 Penetapan prioritas masalah
9 17.10 -17.20 Solusi dari puskesmas, RW, RT,dan tokoh
masyarakat
10 17.20 – 17.30 Penutup

2.5 Susunan Kepanitiaan

Ketua Pelaksana : Darma Putra R S

Divisi acara : Fitriyawati

Hanik Purnomowati

Arista Tia Pratiwi

Divisi Humas : Zidni Taqwim

Divisi Kestari : Puji Ariyani

Divisi Perkap : Lindasari Dwiputri Oktavia

Wa Janita

Divisi PDDM : Melita Puspa Nurmalala

Divisi Konsumsi : Lailatul Mutoharoh

Regina Junita Sinaga

2.5 Anggaran Dana


2.5.1 Pemasukan
Swadaya Kelompok : Rp 200.000,00
Total : Rp 200.000,00

2.5.2 Pengeluaran
-

2.6 Indikator Keberhasilan dan Target


2.6.1 Evaluasi Struktur
i. Tempat dan waktu telah ditentukan 2 hari sebelum kegiatan Loka
Karya Mini Masyarakat.
ii. Media dan materi tersedia dan memadai.
2.6.2 Evaluasi Proses
i. 70% peserta dapat menghadiri kegiatan Loka Karya Mini Masyarakat.
ii. Peserta mengikuti kegiatan Loka Karya Mini Masyarakat dari awal
sampai akhir.
iii. Peserta aktif dalam kegiatan diskusi Loka Karya Mini Masyarakat.
iv. Peserta memperhatikan dan mendengarkan materi dengan seksama.
v. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu dan tempat yang telah
direncanakan
2.6.3 Evaluasi Hasil
i. Peserta mampu memahami permasalahan yang terjadi di RW 5
Kelurahan Buring.
ii. Peserta dan mahasiswa mensepakati rencana kegiatan untuk RW 5
Kelurahan Buring.
BAB III

PENUTUP

Demikian Proposal kegiatan Loka Karya Mini Masyarakat ini kami susun
untuk memberikan gambaran tentang kegiatan yang akan dilaksanakan dengan
harapan agar dapat dijadikan bahan pertimbangan dan pedoman
penyelenggaraan kegiatan. Segala bentuk dan dukungan baik dalam bentuk
moril maupun materil sangat kami harapkan demi kesuksesan acara ini.

Kami selaku penyelenggara kegiatan mengucapkan terima kasih atas


segala perhatian dan kerjasama semua pihak yang terkait dalam kegiatan ini.
Semoga kegiatan ini bermanfaat bagi semua pihak.

Anda mungkin juga menyukai