Anda di halaman 1dari 12

FUNGSI PENGARAHAN

DI BANGSAL KEPERAWATAN

RUMAH SAKIT DAERAH MADANI


KOTA PEKANBARU
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk koordinasi dan integrasi sumber-
sumber keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk mencapai tujuan dan
obyektifitas asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan (Huber, 2006).
Proses manajemen dibagi menjadi lima tahap yaitu perencanaan, pengorganisasian,
kepersonaliaan, pengarahan dan pengendalian (Marquis dan Huston, 2010). Menurut
Koontz & O’Donnel, (1984 dalam Hasibuan, 2005) menguraikan manajemen yang terdiri
dari Planning, Organizing, staffing, directing, dan Controlling.
Peran manajemen menurut Hasibuan (2005) bahwa seorang manajer dalam
memimpin bawahannya harus mampu memberikan dorongan, pengarahan, bimbingan,
penyuluhan, pengendalian, keteladanan, dan bersikap jujur serta tegas, agar para
bawahannya mau bekerja sama dan bekerja efektif untuk mewujudkan tujuan yang
diinginkan. Peranan kepala ruangan sangat penting dan menentukan kualitas pelayanan
keperawatan di ruangan. Salah satu peran kepala ruangan dalam menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya berhubungan dengan manajemen pelayanan keperawatan adalah
pengarahan.
Pengarahan merupakan salah satu fungsi dalam manajemen pelayanan keperawatan
yang sangat menentukan keberhasilan suatu organisasi, sebab bagaimanapun baiknya atau
hebatnya perencanaan, jika tanpa dilakukan pengarahan maka kegiatan atau hasil yang
dicapai sering kurang memuaskan. Pengarahan mencakup tanggung jawab dalam
mengelola sumber daya manusia seperti memotivasi, manajemen konflik, pendelegasian,
komunikasi, dan memfasilitasi kolaborasi (Marquis & Huston, 2006).

B. Tujuan Umum
Perawat mampu memahami tentang fungsi pengarahan dalam manajemen keperawatan.

C. Tujuan Khusus
1. Perawat mampu memahami definisi menejemen keperawatan
2. Perawat mengetahui definisi dari pengarahan
3. Perawat mengetahui fungsi dari pengarahan dalam kegiatan sehari-hari di bangsal
BAB II
ISI

A. Pengertian Manajemen Keperawatan


Definisi manajemen seperti yang dikembangkan Depkes (2001), adalah proses
pengelolaan pelayanan keperawatan melalui pelaksanaan fungsi manajemen yaitu
perencanaan, pengorganisasian, pengaturan tenaga, pengarahan, evaluasi, dan pengendalian
mutu pelayanan keperawatan untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan. Jadi
manajemen dapat dikatakan sebagai aktifitas pimpinan yang melaksanakan pekerjaan
melalui orang lain untuk mencapai tujuan.
Kelly dan Heidental (2004) menyatakan bahwa manajemen keperawatan dapat
didefenisikan sebagai suatu proses dari perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan
pengawasan untuk mencapai tujuan.
Manajemen keperawatan adalah suatu proses menyelesaikan pekerjaan melalui
anggota staff perawat di bawah tanggung jawabnya sehingga dapat memberikan asuhan
keperawatan professional kepada pasien dan keluarganya (Nursalam, 2013).
Manajemen adalah sebagai suatu proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui
orang lain, sedangkan manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota
staff keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional.

B. Pengertian Pengarahan
Pengarahan adalah fase kerja manajemen, dimana manajer berusaha memotivasi,
membina komunikasi, menangani konflik, kerja sama, dan negosiasi (Marquis dan Huston,
2010). Pengarahan adalah fungsi manajemen yang memantau dan menyesuaikan
perencanaan, proses, dan sumber yang efektif dan efisien mencapai tujuan (Huber, 2000).
Pengarahan (Directing) adalah kegiatan mengarahkan semua karyawan, agar mau
bekerja sama dan bekerja efektif serta efisien dalam membantu tercapainya tujuan
perusahan, karyawan, dan masyarakat (Hasibuan, 2005).

C. Tujuan Pengarahan
Tujuan utama pengarahan yaitu fungsi memberikan perintah atau arahan. Selain itu
juga termasuk kegiatan kepemimpinan, bimbingan, motivasi dan pengarahan agar
karyawan dapat bekerja dengan lebih efektif. Pengarahan yang efektif akan meningkatkan
dukungan perawat untuk mencapai tujuan manajemen keperawatan dan tujuan asuhan
keperawatan (Swanburg, 2000). Motivasi sering disertakan dengan kegiatan orang lain
mengarahkan, bersamaan dengan komunikasi dan kepemimpinan (Huber, 2006).

D. Fungsi Pengarahan
fungsi pengarahan akan dibatasi pada beberapa hal seperti kepemimpinan, motivasi,
pendelegasian, komunikasi, pelatihan, dan supervisi (Depkes, 2001; Rowland, Rowland,
1999; dan Koontz, & O’Donnell, 1999) .
1. Kepemimpinan
Pemahaman tentang kepemimpinan tentunya sangat bervariasi sesuai dengan
kepentingan masing-masing Kepemimpinan merupakan seni untuk seorang pemimpin
melayani orang lain (leadership is an art of giving), memberikan apa yang dimiliki
untuk kepentingan orang lain. Sebagai pemimpin, ia menempatkan dirinya sebagai
orang yang bermanfaat untuk orang lain, namun belum banyak pemimpin dalam
keperawatan saat ini yang dapat memahami konsep ini secara mendalam (Nurachmah,
2005).
Menurut Wexley, & Yukl (2005) kepemimpinan adalah bagaimana
mempengaruhi orang untuk melakukan usaha lebih banyak dalam sejumlah tugas atau
mengubah perilakunya. Dalam hal tersebut diatas, ternyata seorang pemimpin bukan
hanya mempengaruhi bawahannya, tetapi juga ia harus mampu menjamin bahwa
bawahannya mampu melaksanakan tugas dengan baik dan penuh antusias. Sebagai
manajer keperawatan pada semua tingkatan harus mampu memerankan leadership skill
yang akan menciptakan iklim yang kondusif dimana setiap orang yang terlibat
didalamnya melaksanakan pekerjaannya secara bertanggung jawab (swansburg &
Swansburg, 1999), dengan kata lain bahwa seorang pemimpin yang efektif adalah
seorang yang mampu menggerakkan bawahannya secara berdayaguna dan berhasil
guna.
Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang keperawatan yang
terdiri dari tiga tingkatan manajerial (Gillies, 1994) yaitu:
a. Manajer puncak, adalah Direktur keperawatan yang mempunyai tugas
melaksanakan kegiatan organisasi dalam lingkup luas dan perencanaan strategis
berdasarkan misi organisasi.
b. Manajer menengah, adalah pengelola keperawatan yang membantu manajer
puncak untuk menyusun kebijakan, ketentuan, peraturan untuk karyawan dan
perencanaan jangka menengah.
c. Manajer bawah adalah pengelola keperawatan yang langsung mengelola pelayanan
keperawatan dengan mengatur jadwal perencanaan harian dan mingguan untuk
pemberian asuhan keperawatan, dalam hal ini dilaksanakan oleh kepala ruangan
dan ketua tim.

2. Motivasi
Motivasi adalah proses-proses psikologis meminta mengarahkan, arahan, dan
menetapkan tindakan sukarela yang mengarah pada tujuan (Kreitner & Kinicki, 2005).
Menurut teori ”expectancy”, motivasi pekerja sangat ditentukan oleh harapannya
bahwa suatu usaha yang mencapai tingkat pelaksanaan kerja terbaik akan menjadi alat
untuk mendapatkan hasil-hasil yang positif dan menghindari hasil-hasil yang negatif
(Wexley & Yukl, 2005), teori ini menjelaskan bagaimana perilaku pemimpin
mempengaruhi motivasi bawahan yang pada gilirannya mempengaruhi pelaksanaan
kerja bawahannya. Jadi memotivasi bawahan berarti menjadikan mereka merasakan
bahwa bekerja sebagai bagian dari hidup yang dinikmati (Simanjuntak, 2005).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Motivasi
adalah bagaimana peran kepala ruangan sebagai manajer dalam merangsang perawat
pelaksana dengan menanamkan perasaan berharga dan bermanfaat serta menjadikan
kerja sebagai bagian dari kehidupan yang dinikmati. Pemenuhan kebutuhan sosial juga
merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam rangka meningkatkan motivasi perawat
pelaksana dalam melaksanakan tugas.
Iklim motivasi di bangsal perawatan diterapkan pada proses pengarahan:
a. Budaya pemberian reinforcement positif, yaitu upaya menguatkan perilaku positif
dengan memberikan reward (imbalan, misalnya pujian yang tulus).
b. Membudayakan setiap staf untuk saling memberikan pujian yang tulus diantara
sesame atas kinerja baik yang mereka perlihatkan.
c. Berdoa bersama sebelum memulai kegiatan sesuai dengan agama dan kepercayaan
masing-masing.
d. Pertemuan periodik dengan staf untuk memahami masalah setiap tenaga secara
mendalam dan membantu mereka menyelesaikannya.
Cara kepala ruang menciptakan iklim motivasi:
a. Memberi harapan yang jelas dan menyampaikannya pada staf secara efektif.
b. Bersikap adil dan konsisten terhadap setiap staf
c. Membuat keputusan yang bijaksana
d. Mengembangkan konsep kerja kelompok
e. Mengintegrasikan kebutuhan dan keinginan staf kedalam kebutuhan dan tujuan
organisasi
f. Mengenal staf secara pribadi dan menunjukkan kepada mereka bahwa
pemimpinnya mengetahui keunikan dirinya.
g. Memberi tantangan kerja sebagai kesempatan untuk mengembangkan diri
h. Melibatkan staf dalam pengambilan semua keputusan
i. Memastikan bahwa staf mengetahui alasan dibalik semua keputusan dan tindakan
yang diambil
j. Memberikan kesempatan pada staf untuk membuat penilaian sesering mungkin
k. Membangun hubungan saling percaya dan saling membantu sesama staf
l. Memberi kesempatan staf mengontrol lingkungan kerjanya
m. Menjadi role model bagi staf
n. Memberikan penguatan sesering mungkin pada perilaku positif

3. Komunikasi
Komunikasi dalam suatu organisasi kita kenal seperti komunikasi kebawah dan
komunikasi keatas. Proses komunikasi ke bawah (downward process). Tujuan proses
komunikasi ke bawah oleh Katz dan Kahn (dalam Luthans, 2006) telah diidentifikasi
menjadi 5 (Lima) tujuan dalam organisasi yaitu memberi arahan tugas khusus
mengenai instruksi kerja, memberi informasi mengenai prosedur dalam praktek
organisasi, menyediakan informasi mengenai pemikiran dasar pekerjaan, memberitahu
bawahan mengenai kinerja mereka dan menyediakan informasi ideologi guna
memudahkan indoktrinasi tujuan. Robbins (2006) mengemukakan komunikasi
kebawah adalah pola yang digunakan oleh pemimpin kelompok dan manajer untuk
menetapkan sasaran, memberikan instruksi pekerjaan, menginformasikan kebijakan
dan prosedur ke bawahan.
Komunikasi keatas, secara formal terdapat juga dalam organisasi, akan tetapi
dalam prakteknya kecuali untuk kontrol umpan balik, sistem kebawah sesungguhnya
mendominasi sistem keatas. Luthans (2006) mungkin cara terbaik dan termudah untuk
mengembangkan komunikasi keatas adalah manajer yang mengembangkan kebiasaan
mendengarkan dengan baik dan membangun sistem untuk mendengarkan. Robbins
(2006) mengemukakan komunikasi keatas adalah komunikasi yang digunakan
untuk memberikan umpan balik ke atasan, menginformasikan pada mereka mengenai
kemajuan sasaran, dan menyampaikan masalah-masalah yang dihadapi.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa fungsi komunikasi kepala ruangan
dalam praktek keperawatan adalah bagaimana kemampuan kepala ruangan dalam
membina komunikasi kebawah dan komunikasi keatas, bersifat terbuka, jujur dan
menyampaikan pesan dengan jelas serta menanggapi perawat pelaksana dengan positif
agar tidak terjadi kesalahan komunikasi yang menghambat arus informasi dan
sekaligus mempengaruhi pencapaian tujuan organisasi.
Prinsip komunikasi manajer keperawatan menurut Nursalam (2013), yaitu:
a. Manajer harus mengerti struktur organisasi, siapa yang terkena dampak dari
keputusan yang dibuat. Jaringan komunikasi formal dan informal perlu dibangun
antara manajer dan staf.
b. Komunikasi bukan hanya sebagai perantara, tetapi sebagai proses yang tak
terpisahkan dalam organisasi.
c. Komunikasi harus jelas, sederhana, dan tepat.
d. Perawat profesional adalah mampu berkomunikasi dengan secara adekuat,
lengkap dan cepat.
e. Manajer harus meminta umpan balik apakah komunikasi dapat diterima.
f. Menjadi pendengar yang baik adalah komponen penting dalam komunikasi.
Komunikasi yang efektif harus dilakukan kepada semua orang yang terlibat
dalam pekerjaan, misalnya serah terima/ operan antar shift. Serah terima/ operan antar
shift adalah Suatu sistem penyampaian informasi secara berkesinambungan dari kelompok
dinas sebelumnya kepada kelompok dinas berikutnya.
Tujuan serah terima/ operan shift yaitu:
a. Memberikan informasi mengenai kondisi pasien dan unit secara akurat, singkat,
sitematis dan jelas.
b. Memelihara dan melaksanakan asuhan keperawatan secara berkesinambungan.
Cara kerja serah terima/ operan antar shift:
a. Melakukan serah terima dinas pada saat pergantian dinas :
1. Pagi: Pukul 08.00
2. Sore: Pukul 14.00
3. Malam: Pukul 20.00
b. Penanggung Jawab (PJ) shift membuat laporan tertulis mengenai pasien khusus,
pasien baru dan permasalahan unit serta penyelesaiannya di buku laporan unit.
c. PJ shift yang akan selesai tugas melaporkan kepada PJ shift berikutnya mengenai :
1. Jumlah pasien (baru dan lama)
2. Kondisi masing-masing pasien
3. Asuhan keperawatan yang telah/harus diberikan
4. Perkembangan dan respon pasien terhadap terapi/perawatan.
5. Program pengobatan / terapi selanjutnya.
6. Rencana yang akan dilakukan (pemeriksaan penunjang/ tindakan medis/
konsul).
7. Rencana pasien pulang/ pindah ruangan.
d. Membacakan laporan terkait dengan kondisi pasien dan instruksi medis dengan
melihat komputer dalam program vesalius.
e. Setelah laporan pasien selesai, melaporkan juga mengenai kondisi unit, fasilitas
dan sarana, kejadian-kejadian istimewa seperti: kecelakaan pasien, kehilangan
benda milik pasien / keluarga pasien dan lain-lain.
f. Melakukan ronde atau keliling kepada masing-masing pasien untuk melakukan
cross cek kondisi pasien terhadap hal-hal yang telah diserah terimakan dengan
cara:
1. Mengetuk pintu kamar pasien
2. Memberi salam (pagi / siang / malam)
3. Menanyakan keluhan pasien untuk mengetahui perkembangan/kondisi pasien.
4. Menjelaskan kepada pasien tindakan-tindakan yang akan dilakukan pada shift
berikutnya.
5. Petugas yang akan merawat pasien memperkenalkan diri dan petugas yang
selesai berdinas berpamitan.
6. Meninggalkan kamar pasien setelah berpamitan.
Hal yang perlu diperhatikan:
a. Setiap melakukan serah terima harus berkumpul di ruang nurse station.
b. Setiap berkeliling ke pasien, petugas/PJ shift wajib menuliskan skema infus.
c. Setiap berkeliling, perawat yang bertugas bertanggungjawab terhadap pasien
tersebut harus memperkenalkan diri.
Pre Konferensi adalah mengidentifikasi masalah, perencanaan, evaluasi, hasil
untuk mencari solusi. Kegiatan ini dilakukan setelah serah terima/ operan antar shift di
meja kerja tim dan dipimpin oleh ketua/ penanggungjawab shift. Kegiatan yang
dilakukan yaitu:
a. Ketua/ Penanggungjawab Tim membuka acara dengan memberi salam
b. Ketua/ Penanggungjawab Tim menanyakan rencana harian setiap anggota/ perawat
pelaksana
c. Ketua/ Penanggungjawab Tim memberi masukan dan tindak lanjut terkait asuhan
yang akan diberikan pada shift tersebut.
d. Ketua/ Penanggungjawab Tim memberikan penguatan jika tepat
e. Ketua/ Penanggungjawab Tim menutup acara.
Post Konferensi adalah kegiatan yang dilakukan untuk mendiskusikan kegiatan
yang sudah dilakukan, menganalisis dan mengidentifikasi masalah, perasaan dan
membangun sistem pendukung. Kegiatan ini dilakukan sebelum serah terima/ operan
ke dinas berikutnya di meja kerja tim dan dipimpin oleh ketua/ penanggungjawab shift.
Kegiatan yang dilakukan yaitu:
a. Ketua/ Penanggungjawab Tim membuka acara dengan salam.
b. Ketua/ Penanggungjawab Tim menanyakan hasil asuhan pada setiap pasien.
c. Ketua/ Penanggungjawab Tim menanyakan kendala dalam melaksanakan asuhan
kepada pasien.
d. Ketua/ Penanggungjawab Tim menanyakan tindak lanjut asuhan pasien yang akan
di operkan kepada perawat shift berikutnya.
e. Ketua/ Penanggungjawab Tim memberikan penguatan.
f. Ketua/ Penanggungjawab Tim menutup acara.

4. Pendelegasian
Pendelegasian Keperawatan menurut NCSBN (1995, dalam Huber, 2006),
mendefinisikan sebagai menyerahkan sebagian tugas dan tangung jawab perawatan
kepada seorang yang berkompeten untuk dilaksanakan sesuai dengan situasi.
American Nurses Association (ANA) mendefinisikan pendelegasian sebagai
penyerahan tanggung jawab untuk melakukan suatu tugas dari individu kepada yang
lain (Huber, 2006; Stoner, 1996). Delegasi yang baik tergantung dari keseimbangan
antara 3 komponen utama yaitu; tanggung jawab, kemampuan dan wewenang
(Nursalam, 2002). Pendelegasian dalam praktek keperawatan profesional adalah,
bagaimana kepala ruangan mengembangkan dan memberdayakan perawat pelaksana
secara personal dan profesional untuk menyelesaikan tugas-tugas dengan cara
menyerahkan tugas dan wewenang sesuai kecakapan, kemampuan dan dedikasi
perawat pelaksana dalam mencapai tujuan organisasi.
Jenis pedelegasian terbagi menjadi:
a. Terencana
1. Pendelegasian kepala ruang kepada ketua/ penanggungjawab tim untuk
menggantikan tugasnya sementara karena alasan tertentu.
2. Pendelegasian ketua/ penanggungjawab tim kepada perawat pelaksana dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah direncanakan.
b. Insidentil
1. Ketika kepala ruang berhalangan hadir: kepala seksi menunjuk salah satu ketua/
penaggungjawab tim untuk menggantikan tugas kepala bangsal
2. Ketika ketua/ penanggungjawab tim berhalangan hadir: kepala ruang menunjuk
salah satu anggota tim untuk menjalankan tugas ketua tim.
3. Ketika salah satu anggota tim berhalangan hadir: tim kekurangan tenaga
sehingga kepala ruang atau ketua/ penanggungjawab shift memindahkan
anggota tim dari tim lain ke tim yang kurang atau ketua/ penanggungjawab tim
melimpahkan pasien pada anggota tim yang hadir.
Langkah-langkah pendelegasian:
a. Mengidentifikasikan tugas yang diselesaikan
b. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan.
c. Memilih staf yang mampu melaksanakan tugas tersebut.
d. Menyampaikan dengan jelas apa yang akan dikerjakan dan tujuannya.
e. Menetapkan batasan waktu penyelesaian
f. Memantau penyelesaian tugas
Hal-hal yang perlu diperhatikan saat melakukan pendelegasian:
a. Menekankan pada profesionalisme keperawatan
b. Menekankan pada kemampuan kepala ruang dalam melakukan analisis tugas dan
pengambilan keputusan guna mendelegasikan tugas tertentu.
c. Menentukan bentuk supervise dalam proses delegasi
d. Mengidentifikasi petunjuk untuk meminimalkan risiko akibat proses delegasi.
e. Mengembangkan mekanisme umpan balik untuk meyakinkan bahwa tugas telah
diselesaikan dengan baik dan selalu memperbaiki data untuk mengevaluasi hasil
akhir.
Prinsip pendelegasian:
a. Tepat tugas yaitu terencana, tertulis dan menggunakan format pendelegasian
b. Tepat orang yaitu orang yang menerima delegasi adalah yang kompeten dan
memiliki kemampuan setara dengan yang digantikan.
c. Tepat komunikasi dan pengarahan yaitu uraian tugas yang didelegasikan dijelaskan
secara rinci
d. Tepat supervisi yaitu pelaksanaan tugas yang didelegasikan harus dimonitor
Tepat evaluasi yaitu ada serah terima tugas yang sudah dilaksanakan dan hasil tugas
yang didelegasikan.

5. Pelatihan
Menurut Simanjuntak, (2005) menuliskan bahwa pelatihan merupakan
bagian dari investasi sumber daya manusia (human investment) untuk meningkatkan
kemampuan, ketrampilan kerja, dengan demikian meningkatkan kinerja karyawan.
Demikian juga Sikula dalam (Hasibuan, 2005) pelatihan adalah suatu proses
pendidikan jangka pendek dengan prosedur yang sistematis dan terorganisir,
sehingga karyawan operasional belajar pengetahuan teknik mengerjakan dan keahlian
untuk tujuan tertentu.

6. Supervisi
Supervisi merupakan bagian dari fungsi directing (pengarahan) dalam fungsi
manajemen yang berperan untuk mempertahankan agar segala kegiatan yang telah
diprogramkan dapat terlaksana dengan baik dan lancar. Pengawasan menurut
American Nurse Association (ANA) dalam (McEachen, & Keogh, 2007) adalah proses
pengarahan, memandu, dan mempengaruhi capaian kinerja individu dari suatu tugas
atau aktivitas. Tanpa melakukan supervisi maka akan sulit untuk menjaga dan
mempertahankan mutu asuhan keperawatan, karena masalah-masalah yang terjadi di
ruangan tidak dapat diketahui hanya melalui informasi yang diberikan perawat
pelaksana.

Pengarahan akan mencapai tujuannya jika dikerjakan dengan baik. Dauglas dalam
Swansburg (2000) mengatakan bahwa ada dua belas aktivitas teknis yang berhubungan
dengan pengarahan pada manajemen, yaitu:
1. Merumuskan tujuan perawatan yang realistis untuk pelayanan keperawatan, pasien dan
perawat pelaksana
2. Memberikan prioritas utama untuk kebutuhan klien sehubungan dengan tugas-tugas
perawat pelaksana
3. Melaksanakan koordinasi untuk efisiensi pelayanan
4. Mengidentifikasi tanggung jawab dari perawat pelaksana
5. Memberikan perawatan yang berkesinambungan
6. Mempertimbangkan kebutuhan terhadap tugas-tugas dari perawat pelaksana
7. Memberikan kepemimpinan untuk perawat dalam hal pengajaran, konsultasi, dan
evaluasi
8. Mempercayai anggota
9. Menginterpretasikan protokol
10. Menjelaskan prosedur yang harus diikuti
11. Memberikan laporan ringkas dan jelas
12. Menggunakan proses kontrol manajemen
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk koordinasi dan integrasi sumber-
sumber keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk mencapai tujuan dan
obyektifitas asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan. Proses manajemen dibagi
menjadi lima tahap yaitu perencanaan, pengorganisasian, kepersonaliaan, pengarahan dan
pengendalian.
Pengarahan merupakan salah satu fungsi dalam manajemen pelayanan keperawatan
yang sangat menentukan keberhasilan suatu organisasi, sebab bagaimanapun baiknya atau
hebatnya perencanaan, jika tanpa dilakukan pengarahan maka kegiatan atau hasil yang
dicapai sering kurang memuaskan.
Seorang manajer dalam memimpin bawahannya harus mampu memberikan
dorongan, pengarahan, bimbingan, penyuluhan, pengendalian, keteladanan, dan bersikap
jujur serta tegas, agar para bawahannya mau bekerja sama dan bekerja efektif untuk
mewujudkan tujuan yang diinginkan.

B. Saran
Penulisan makalah ini dapat dijadikan salah satu rujukan untuk mengetahui fungsi
pengarahan dalam manajemen keperawatan yang dapat dilakukan di bangsal keperawatan.
Kepala ruangan perlu diberikan kesempatan secara bergantian untuk melanjutkan
pendidikan formal atau diikutsertakan dalam pelatihan yang berhubungan dengan
manajemen pengarahan atau pengelolaan ruangan agar asuhan keperawatan dan tujuan
organisasi dapat tercapai. Pengambilan keputusan sebaiknya dilakukan secara terbuka dan
melibatkan seluruh anggota tim.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes R.I., (2001). Standar Manajemen Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan di Sarana
Kesehatan. Cetakan ke 1. Jakarta: Direktorat Pelayanan Keperawatan.
Hasibuan, M.S.P. (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi revisi. Jakarta: Bumi
Aksara.
Huber, L.D. (2006). Leadership and Nursing Care Management. 3rd edition. Philadelphia:
Pennsylvania. Elsevier.
Gillies, D. A. 1995. Nursing Management a System Approach. 3rd edition. Philadelphia. W.
B. Sounders Company.
Kreitner, R., Kinicki. A. (2005). Organizational Behavior 5th (Periaku Organisasi). Edisi 5,
(Erly Suandy, Pennerjemah). Jakarta: Salemba Empat.
Marquis, B.L & Huston C.J. (2010). Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan; Teori dan
Aplikasi, Edisi 4. Jakarta: EGC.
Marquis, B.L., & Houston, C.J. (2010). Leadership Roles and Management Function in
Nursing: Theory and Application. Fifth edition. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins.
McEachen, I.., & Keogh. J. (2007). Nurse Management Demystified; a self –teach guide. New
York: McGraw Hill. companies.
Nurachmah. E (2005a). Leadership Dalam Keperawatan. (Part.1). May 11, 2007.
http://www.pdpersi.co.id/?show=detailnews&kode=951&tbl=artikel diperoleh 17 juni
2019.
Nurachmah. E, (2005b). Leadership Dalam Keperawatan. (part 2) 22 Nov 2005.
http://www.pdpersi.co.id/?show=detailnews&kode=952&tbl=artikel diperoleh 17 juni
2019
Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. 2013. Manajemen Keperawatan : Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan
Profesional Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.
Robbins, S.P. 2003. Organizational Behavior, Tenth edition (Perilaku organisasi. Edisi
kesepuluh, Benyamin Molan, Penerjemah). Jakarta: PT. Indeks, kelompok Gramedia.
Simanjuntak, P.J. 2005. Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Swansburg, R.C., & Swansburg R.J. 1999. Introductory Management and Leadership for
Clinical Nurses. (2nd ed). Boston: Jones and Bartlett Publiser. Inc.
Wexley,. K.N., & Yukl, G.A. 2005. Organizational Behavior and Personnel Psychology.
(Perilaku Organisasi dan Psikologi Personalia, Muh. Shobaruddin). Jakarta:Rineka
Cipta.

Anda mungkin juga menyukai