Anda di halaman 1dari 115

LAPORAN KEGIATAN

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN KOMUNITAS

DI DESA SIMPANG KUBU

01 NOVEMBER – 30 DESEMBER 2022

OLEH :

MAHASISWA PROFESI NERS

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XI

UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI

RIAU

2022
KELOMPOK I

ADE IRMAWAN, S.KEP LILI NURHAYATI, S.KEP

WITRI EVILIA, S.KEP MANISHA NADILLA, S.KEP

AFRI ALDO, S.KEP MELATI SAFITRI, S.KEP

AINA MARDIAH, S.KEP NURLINDA, S.KEP

ALDA DEPI ARIE, S.KEP RAHNIA ATTALA SHARA, S.KEP

ALDA RAHMA FITRI, S.KEP REHAN, S.KEP

ALMADILA TASYA, S.KEP RICHI RAHMALIA, S.KEP

ANIL NURAHMAN, S.KEP RICO FEBRIANTO, S.KEP

ASPIANI, S.KEP RONAULI SITOMPUL, S.KEP

ELVIDA PUTRI, S.KEP SELVI OKTAFIA, S.KEP

FAUZAL FITRA, S.KEP SRI RAHMAYUNI FADRUS,

FEBY ANGGRAINI, S.KEP S.KEP

FITRIANI, S.KEP ULFANIA AYU, S.KEP

ISRO HAYATI, S.KEP VERA SYAHRINISYA, S.KEP

LAILAN SUMARNI, S.KEP VIRNA YANA, S.KEP

LIDIA MELANI, S.KEP WHENNY CARTIKA SARI, S.KEP


KELOMPOK II

AMELIA SAFITRI, S.KEP MUTYA MUCHIZAH, S.KEP

ANGGUN DESIMA S.S, S.KEP NURHASANAH, S.KEP

ARIMI ARDI, S.KEP NATASYA GUSTIA, S.KEP

ARMI SYAHFITRI, S.KEP NUR IZYANI, S.KEP

ATTALA RANIA INSYRA, S.KEP NURHASANAH, S.KEP

BAMBANG IRAWAN, S.KEP NURSYAHFITRI, S.KEP

DESI ASMERITA, S.KEP RAHMANIAT PUTRIANI GEA,

DINI OKTOVIA, S.KEP S.KEP

ENJELLY AYU INDRIZAL, S.KEP RIKA BR SIHOMBING, S.KEP

FUSFITA TIARA MAHARANI, SEPRI RAHMAD YANI, S.KEP

S.KEP SISKA WAHYUNI, S.KEP

HANIFA, S.KEP SOVIA HAMDARI, S.KEP

IMAM SYAFAAT, S,KEP SUCI ALDRIANI, S.KEP

JORDAN HABIB, S.KEP SUDARSI ANDAYANI, S.KEP

MAHFUZAH, S.KEP SYARIFAH AINI, S.KEP

MALA SISLIANA, S.KEP VINALITA DE FERFA, S.KEP

MILENI RAMADONA, S.KEP


KELOMPOK III

ADI JOKO DWIARSO, S.KEP NURAINI, S.KEP

ANNISA NUR AZMI, S.KEP NURUL ANNISA, S.KEP

BELLA OKASARI, S.KEP NURUL AWALIA MIDANDA,

DELFIA SINTA, S.KEP S.KEP

DENI ERLANGGA, S.KEP NURUL WAHIDA, S.KEP

DEVI MAHARANI, S.KEP RAHMADANI SYAHDATUNNISA,

DINI FATMAWARNI, S.KEP S.KEP

ELTI NAZIRA, S.KEP RAUDAHTUL FITRI, S.KEP

ILMA PUTRI BERLIANA , S.KEP SUCI INDRAYANI, S.KEP

LISMAWARNI, S.KEP SUZANTI, S.KEP

MAWARNI, S.KEP WANDA AKHLAKUL QORIMAH,

MAYOLA AKHRINI, S.KEP S.KEP

MELVI MELANI PUTRI, S.KEP WULAN NOPRI YANTI, S.KEP

NAFISAH AULIA PERTIWI, YENI ROZANA, S.KEP

S.KEP YEZA ZUL EFIANDI, S.KEP

NOVITA DIAN SARI, S.KEP ZELVIRA ADITYA, S.KEP


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

karunia-Nya kepada kelompok sebagai penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan laporan kegiatan akhir komunitas di Desa Simpag Kubu Kecamatan

Kampar.

Laporan kegiatan ini merupakan salah satu syarat umtuk menyelesaikan

Praktek Profesi Keperawatan Komunitas Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Riau. Tidak sedikit hambatan dan kendala yang penulis hadapi dalam penyusunan

laporan kegiatan ini. Namun berkat kerjasama, serta bimbingan dari berbagai pihak,

penulis dapat menyelesaikan laporan kegiatan ini.

Maka dari itu, terimakasih tak terhingga kami ucapkan kepada:

1. Bapak Erisman selaku Kepala Desa Simpang Kubu yang telah memberikan

kesempatan untuk praktek di wilayah Desa Simpang Kubu.

2. Bapak Beny Azhar selaku Sekretaris Desa Simpang Kubu yang telah banyak

membantu dalam melaksanakan praktek profesi ners di Desa Naumbai.

3. Ibu pimpinan Puskesmas Kampar beserta staff yang telah banyak memberikan

kesempatan untuk berpraktek di Desa Simpang Kubu wilayah kerja Puskesmas

Kampar.

4. Bapak Kepala Dusun, Kepala RT, Kepala RW, Kader, Ibu-Ibu PKK serta Pemuda

di Desa Simpang Kubu yang telah banyak memberikan kesempatan, dorongan,

bantuan dan saran-saran yang sangat bermanfaat selama kami di Desa Simpang

Kubu.
5. Ibu Ns. Yenny Safitri, M.Kep selaku Kaprodi profesi ners dan pembimbing

akademik.

6. Bapak Ns. Ridha Hidayat, S.Kep, M.Kep selaku pembimbing akademik.

7. Bapak Ns. Gusman Virgo, S.Kep, MKL selaku pembimbing akademik.

8. Ibu Ns. Nila Kusumawati, S.Kep, MPH selaku pembimbing akademik.

9. Ibu Ns. Indrawati, S.Kep, M.KL selaku pembimbing akademik.

10. Ibu Ns. Erma Kasumayanti, M.Kep selaku pembimbing akademik.

11. Masyarakat Desa Simpang Kubu yang telah bersedia menerima penulis dan

menjadikan rumahnya sebagai posko.

12. Semua pihak yang terkait yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Laporan ini kami buat semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan

penulis, namun penulis menyadari bahwa masih banyak ditemukan kekurangan dan

kesalahan dalam penyusunannya. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritikan

dari pembaca yang sifatnya membangun.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih atas sumbangan pikiran yang

telah diberikan semoga laporan kegiatan ini membawa manfaat bagi kita semua.

Desa Simpang Kubu, November 2022

Kelompok
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 5
BAB II TINJAUAN TEORI ................................................................................. 6
A. Konsep Keperawatan Komunitas .................................................................... 6
1. Paradigma Sehat 2025 .............................................................................. 6
2. Konsep Keperawatan Komunitas .............................................................. 7
3. Kebijakan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Indonesia dan Perkembangan
Kesehatan Komunitas .................................................................................. 18
4. Mengembangkan dan Menjelaskan Konsep Komunitas............................. 19
B. Konsep Asuhan Keperawatan Komunitas ........................................................ 22
1. Pengkajian ............................................................................................... 22
2. Diagnosa Keperawatan .............................................................................. 26
3. Perencanaan ............................................................................................... 34
4. Impelementasi ............................................................................................ 37
5. Evaluasi .................................................................................................... 41
BAB III APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS ........................ 45
1. Persiapan ................................................................................................... 45
2. Pelaksanaan, pengkajian .......................................................................... 46
3. Penyampaian Hasil Pengkajian ................................................................ 51
4. Analis Data .............................................................................................. 82
5. Prioritas Masalah ..................................................................................... 87
6. Diagnosa Keperawatan ............................................................................ 89
7. Intervensi Keperawatan ............................................................................ 91
8. Implementasi Keperawatan .................................................................... 97
9. Evaluasi Keperawatan .............................................................................. 101
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan

UUD 1945 alinea keempat untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh

tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa, untuk mencapai tujuan tersebut

diselenggarakan pembangunan nasional secara berkelanjutan, terencana dan

terarah. Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting

dari pembangunan nasional.

Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan tanggung jawab bersama

dari setiap individu, masyarakat, pemerintah dan swasta. Perilaku masyarakat

adalah perilaku proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,

mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit,

serta berpartisipasi aktif dalam Gerakan Kesehatan masyarakat melalui usaha

yang bersifat promotif, preventif, yang didukung oleh upaya kuratif dan

rehabilitatif diharapakan dapat mengurangi angka morbiditas dan mortalitas

dan kecacatan dalam masyarakat.

Keperawatan komunitas merupakan salah satu strategi guna mencapai

tujuan pembangunan nasional. Keperawatan komunitas merupakan sebuah

upaya pelayanan keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan

kesehatan yang dilaksanakan oleh perawat dengan mengikutsertakan tim

1
kesehatan lainnya dan masyarakat untuk memperoleh tingkat kesehatan yang

lebih tinggi dari individu, keluarga dan masyarakat (Depkes RI, 1986).

Tujuan dari keperawatan komunitas menurut Wahit (2005) adalah untuk

mencegah dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui upaya

keperawatan, sehingga diharapkan masyarakat dapat secara mandiri untuk

mengidentifikasi masalah kesehatan, menetapkan dan memprioritaskan

masalah tersebut, merumuskan serta memecahkan, menanggulangi masalah

kesehatan serta mengevaluasi keberhasilan dari suatu pemecahan masalah

sehingga dapat meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan

secara mandiri. Tujuan inilah yang dapat dijadikan strategi utama dalam

mencapai derajat kesehatan yang optimal seperti yang diharapkan dalam

pembangunan nasional.

Guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sesuai dengan tujuan

pembangunan nasional, khusus nya di daerah pedesaan, mahasiswa profesi

ners Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai melakukan upaya dengan

menjalankan praktek keperawatan komunitas selama 8 Minggu di Desa

Simpang Kubu Kecamatan Kampar.

Fokus praktek keperawatan komunitas adalah individu, keluarga,

kelompok paling khusus dan masyarakat. Intervensi keperawatan komunitas

yang penting adalah membangun kolaborasi dan kemitraan bersama anggota

masyarakat dan komponen masyarakat lainnya, karena dengan terbentuknya

kemitraan yang saling menguntungkan dapat mempercepat terciptanya

masyarakat yang sehat dengan lebih meningkatkan kegiatan promotif dan

2
kuratif. keperawatan komunitas merupakan pelayanan keperawatan

profesional kepada masyarakat dimana dala melaksanakan prakteknya

menggunakan pendekatan proses keperawatan sistematis dan secara

berkesinambungan mulai dari melakukan pengkajian, merumuskan diagnosa

keperawatan, menyusun rencana keperawatan, melaksanakan tindakan,

dengan tahap akhir adalah evaluasi.

Puskesmas Kampar dalam hal ini sebagai pelindung kegiatan praktek

komunitas mahasiswa profesi keperawatan komunitas Universitas Pahlawan

Tuanku Tambusai Riau menetapkan wilayah kerja mahasiswa adalah di Desa

Simpang Kubu Kecamatan Kampar. Penempatan wilayah praktek tesebut

adalah berdasarkan arahan yang diperoleh dari Kepala Puskesmas Kampar

dan Kepala Desa Simpang Kubu.

Kegiatan praktek profesi keperawatan komunitas Universitas

Pahlawan Tuanku Tambusai 01 November – 30 Desember 2022 dilaksanakan

di Simpang Kubu Kecamatan Kampar yang merupakan salah satu bentuk

kegiatan pengaplikasian ilmu keperawatan komunitas yang diarahkan kepada

peningkatan kesehatan komunitas, dimana kegiatan praktek profesi ini

meliputi, survei wilayah (winsheld survey), pengumpulan data dengan

observasi, penyebaran kuesioner, wawancara untuk mengidentifikasi masalah

keperawatan komunitas di Desa Simpang Kubu, Kecamatan Kampar.

Selanjutnya masalah kesehatan atau keperawatan akan diatasi bersama

dengan masyarakat dalam berbagai macam langkah yang sesuai dengan

profesi keperawatan antara lain pembentukan kelompok kerja kesehatan atau

3
POKJAKES yang berfungsi untuk membantu menindaklanjuti intervensi

yang telah disusun berdasarkan prioritas masalah keperawatan yang

ditemukan.

Berdasarkan hasil survey wilayah (winsheld survey) yang telah

dilakukan dan hasil pengkajian yang telah dilakukan pada tanggal 02-05

November 2022 dengan menggunakan beberapa metode pendekatan

masyarakat (community approach). Dalam pengkajian tersebut ditemukan

berbagai data diantaranya: kebiasaan pengelolaan sampah di lingkungan

masyarakat terdapat sebanyak 94,3% dengan cara di bakar dan saluran

pembuangan limbah 60,9% SPAL sistem perserapan tertutup. Kemudian

tentang angka kesakitan lansia yang mana 43,0% lansia menderita hipertensi,

43% menderita rematik, 5,3% menderita gastritis dan 13,9% menderita

penyakit lainnya seperti asam urat, demam biasa, jantung dan stroke.

Masalah-masalah tersebut akan di sampaikan kepada masyarakat Desa

Simpang Kubu serta petugas puskesmas dan petugas kesehatan setempat pada

saat Musyawarah Masyarakat Desa I (MMD I) yang akan dilakukan pada

tanggal 17 November 2022.

Dalam upaya penyelesaian masyarakat yang ditemukan di atas

mahasiswa profesi ners melakukan Asuhan Keperawatan Komunitas bekerja

sama dengan petugas kesehatan, tokoh masyarakat, serta warga setempat

dalam melakukan implementasi dari berbagai perencanaan tersebut. Sebagai

bahan evaluasi dan guna mengetahui seberapa besar peningkatan derajat

kesehatan masyarakat Desa Simpang Kubu, Kecamatan Kampar. Maka perlu

4
adanya suatu pelaporan hasil kegiatan dari awal hingga akhir. Dengan

demikian, pada laporan ini mahasiswa akan melaporkan hasil praktek nya

yang telah dilakukan selama 8 Minggu, mulai dari hasil pengkajian sampai

dengan evaluasi dan rencana tindak lanjut keperawatan komunitas.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Mahasiswa mampu mengaplikasikan teori keperawatan komunitas di

lapangan dalam praktek profesi keperawatan komunitas di Desa Simpang

Kubu Kecamatan Kampar.

2. Tujuan Khusus

Mahasiswa mampu melaksanakan profesi keperawatan berupa:

a. Mampu melakukan pengkajian status kesehatan masyarakat dengan

mengumpulkan data dan menyebarkan angket di Desa Simpang Kubu.

b. Mampu merumuskan masalah dan menegakkan diagnosa keperawatan

berdasarkan prioritas masalah.

c. Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan masyarakat untutk

mengatasi masalah kesehatan yang timbul berdasarkan prioritas

masalah.

d. Mampu melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana

tindakan keperawatan.

e. Mampu mengevaluasi atas tindakan keperawatan masyarakat yang

telah dilakukan.

f. Mampu menyusun rencana tindak lanjut keperawatan komunitas

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Keperawatan Komunitas

1. Paradigma Sehat 2025

Paradigma Sehat merupakan modal pembangunan kesehatan, yang

dalam jangka panjang mampu mendorong masyarakat untuk bersikap

mandiri dalam menjaga kesehatan melalui upaya promotif dan

preventip, meningkatnya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup

sehat bagi setiap individu untuk mencapai derajat kesehatan yang

setinggi-tingginya ditandai oleh adanya penduduk yang hidup dengan

prilaku sehat dalam lingkungan yang sehat, memiliki kemampuan untuk

menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata,

serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya diseluruh

wilayah Republik Indonesia dimana hal tersebut merupakan tujuan

pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 (Kosanke, 2019)

Rencana pembangunan jangka panjang bidang kesehatan RI tahun

2005-2025 atau “Indonesia Sehat 2025” disebutkan bahwa perilaku

masyarakat yang diharapkan dalam Indonesia Sehat 2025 adalah

perilaku yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan; mencegah risiko terjadinya penyakit; melindungi diri dari

ancaman penyakit dan masalah kesehatan lainnya; sadar hukum; serta

berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat, termasuk

6
menyelenggaran masyarakat sehat dan aman (Ambulance &

Conference, 2005).

Sesuai dengan paradigma sehat ditetapkan Visi Indonesia Sehat

2025 dimana masyarakat diharapkan memiliki kemampuan menjangkau

pelayan kesehatan yang bermutu dan juga memperoleh jaminan

kesehtan, yaitu masyarakat mendapatan perlindungan dalam memenuhi

kebutuhan dasar kesehatannya. Pelayanan kesehatan bermutu yang

dimaksud adalah pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kesehatan

dalam keadaan darurat dan bencana, pelayanan kesehatan yang

mmenuhi kebutuhan masyarakat serta diselenggarakan sesuai dengan

standar dan etika profesi. Diharapkan dengan terwujudnya lingkungan

dan perilaku hidup sehat, serta meningkatnya kemampuan masyarakat

dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu, maka akan

dapat dicapai derajat kesehatan individu, keluarga dan masyarakat yang

setinggi-tingginya (Ambulance & Conference, 2005).

2. Konsep Keperawatan Komunitas

Keperawatan kesehatan masyarakat menurut World Health

Organization (WHO) tahun 1959 adalah lapangan keperawatan khusus

yang merupakan gabungan keterampilan ilmu keperawatan, ilmu

kesehatan masyarakat dan bantuan sosial, sebagai bagian dari program

kesehatan masyarakat secara keseluruhan guna meningkatkan

kesehatam, penyempurnaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik,

rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, di

7
tunjukkan pada keluarga yang sehat, individu yang sakit, dan tidak

terawat dirumah sakit beserta keluarganya. Kelompok masyarakat yang

khusus mempunyai masalah kesehatan dimana hal tersebut akan

mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan (Fallen.R, 2015).

Keperawatan kesehatan komunitas adalah pelayanan keperawatan

profesional yang ditunjukkan kepada masyarakat dengan pendekatan

pada kelompok resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat

kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan

kesehatan dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang

dibutuhkan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi pelayanan keperawatan (Logan and Dawkin,

2015).

Menurut American Nursing Association (ANA) bahwa

keperawatan komunitas merupakan suatu sintesa dari praktik kesehatan

masyarakat yang di terapkan untuk meningkatkan dan memlihara

kesehatan masyarakat (Fallen, 2016). Konsep keperawatan komunitas

dikarakteristikkan oleh empat konsep pokok yaitu manusia, kesehatan,

keperawatan dan lingkungan. Manusia dalam keperawatan komunitas

merupakan menerima asuhan keperawatan yang tinggal di satu wilayah

baik sehat maupun sakit. Kesehatan adalah proses yang berlangsung

mengarah pada kreativitas, konstruksi dan produktif.

Menurut Bloom ada empat faktor yang mempengaruhi kesehatan

yaitu keturunan, perilaku, pelayanan kesehatan dan lingkungan. Sehat

8
merupakan tujuan dalam pemberian pelayanan keperawatan, dimana

kondisi sehat sakit berada dalam suatu rentang dari kondisi sehat

optimal sampai dengan status kesehatan yang terendah.

Sedangkan keperawatan dalam konsep keperawatan komunitas

adalah suatu pelayanan profesional sebagai bagian intergral pelayanan

kesehatan berbentuk pelayanan biologis, psikologis, sosial dan spiritual

secara komperhensif, ditunjukkan kepada undividu, keluarga dan

masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup siklus hidup manusia.

Dan yang terakhir konsep dalam keperawatan komunitas yaitu

lingkungan. Lingkungan dalam paradigma keperawatan berfokus pada

lingkungan masyarakat, dimana lingkungan dapat mempengaruhi status

kesehatan manusia. Lingkungan disini meliputi lingkungan fisik,

psikologis, sosial budaya dan lingkunngan sosial.

Unsur-unsur perawatan kesehatan masyarakat adalah bagian

integral dari pelayanan kesehatan khususnya perawatan, merupakan

bidang khusus dengan keperawatan, gabungan dari ilmu keperawatan,

ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu sosial (interaksi sosial dan peran

serta masyarakat).

Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat

termasuk individu, keluarga, kelompok khusus dan masyrakat baik

sehat maupun sakit. Ruang lingkup keperawatan komunitas mencakup

berbagai bentuk upaya pelayanan kesehatan baik upaya promotif,

prefentif, kuratif, rehabilitatif, maupun resosialitatif. Melibatkan

9
partisipasi masyarakat dan bekerjasama secara tim, menggunakan

pendekatan pemecahan maslaah dan perilaku, menggunakan prose

keperawatan sebagai pendekatan ilmiah, bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan masyarakat.

Falsafah keperawatan komunitas merupakan keyakinan nilai

kemanusiaan yang terjadi pedoman dalam melaksanakan asuhan

keperawatan. Kesehatan masyarakat baik individu, keluarga, kelompok

dan masyarakat. Perawatan kesehatan masyarakat adalah pekrjaan luhur

dan manusiawi yang ditujukan untuk klien. Perawatan kesehatan

masyarakat adalah upaya berdasarkan kemanusiaan untuk

meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi terwujudnya

manusia sehat khususnya dan masyarakat yang sehat pada umumnya.

Pelayana keperawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat

diterima oleh semua orang. Upaya promotif dan preventif merupakan

upaya pokok tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitatif. Perawtaan

kesehatan masyarakat sebagai profider dan masyarakat sebagai

konsumen pelayanan kesehatan, menjamin suatu hubungan yang

mendukung dan mempengaruhi perubahan dalam kebijakan dan

pelayanan ke arah peningkatan status kesehatan. Pengembangan tenaga

kesehatan masyarakat secara berkesinambungan. Individu dalam suatu

masyarakat ikut bertanggung jawab atas kesehatan. Untuk dapat

melaksanakan praktek keperawatan komunitas, harus memiliki syarat-

syarat yaitu memiliki kemampuan intelektual yang kuat dan berkaitan

10
dengan keperawatan, kesehatan masyarakat dan pengetahuan sosial

kemasyarakatan, mampunyai keterampilan hubungan antar manusia

dengan menguasai berbagai teknik pendekatan pada masyarakat,

kemampuan berkomuniakasi, kemampuan berorganisasi, kemampuan

bekrja sebagai tim, menguasai berbagai teknik pemecahan maslah

kesehatan prioritas kesehatan masyarakat, mempunyai penampilan yang

menarik dan mendapatkan pelatihan tentang praktek keperawatan

kesehatan masyarakat secara keseluruhan.

Dalam keperawatan komunitas memiliki tujuan umun dan tujuan

khusus. Tujuan umum mencakup meningkatkan kemapuan masyarakat

untuk hidup sehat sehingga tercapai kesehatan yang optimal agar dapat

menjalankan fungsi kehidupan sosial dengan kapasitas yang mereka

miliki. Sementara tujuan khusus keperawatan komunitas yaitu untuk

meningkatkan kemapuan induvidu, keluarga, kelompok khusus dan

masyarakat dalam hal mengidentifikasi masalah kesehatan dan

keperawatan yang di hadapi, menetapkan masalah kesehatan atau

keperawatan yang mereka hadapi, merumuskan berbagai alternatif atau

pemecahan masalah kesehatan atau keperawatan, menanggulangi

masalah kesehatan atau keperawatan yang mereka hadapi, penilaian

hasil kegiatan dalam mencegah masalah kesehatan atau keperawatan,

mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelayanan

kesehatan atau keperawatan, meningkatkan kemampuan dalam

memelihara kesehatan secara mandiri (self care), menanamkan perilaku

11
sehat upaya pendidikan kesehatan lebih spesifik adalah penunjang

fungsi puskesmas dalam menurunkan angka kematian bayi, ibu dan

balita serta diterimanya norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera dan

tertanganinya kelompok resiko tinggi yang rawan terhadap masalah

kesehatan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua tujuan

kesehatan masyarakat adalah baik dalam bidang preventif, kuratif

maupun preventif adalah agar setiap warga masyarakat dapat mencapai

derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik jasmani, rohani maupun

sosialnya serta diharapkan berumur panjang.

Prioritas pelayanan perawatan kesehatan masyarakat difokuskan

pada keluarga yang beresiko yaitu :

1. Keluarga yang belum terjangkau

a. Ibu hamil yang belum ANC

b. Ibu nifas yang persalinannya ditolong oleh dukun dan

neonatusnya

c. Balita tertentu

d. Penyakit kronis menular yang tidak bisa diinterpensi oleh

program

e. Penyakit endimis

f. Penyakit kronis tidak menular

2. Keluarga dengan tidak lanjut kesehatan

12
a. Keluarga yang teridentifikasi mempunyai atau potensi

terjadinya masalah, maupun mengenal masalah atau belum

memanfaatkan pelayanan kesehatan

b. Keluarga yang sudah kontak dengan tenaga kesehatan tapi

belum mampu mengambil keputusan untuk mengatasi

masalah

c. Keluarga yang sudah mampu mengambil keputusan untuk

memecahkan masalah tetapi belum mampu merawat

anggota yang sakit.

3. Pembinaan kelompok khusus

Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang

mempunyai kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan,

kegiatan uang terorganisasi yang sangat rawan terhadap

masalah kesehatan dan termasuk diantaranya :

a. Kelompok khusus dengan kebutuhan kesehatan khusus

sebagai akibat perkembangan dan pertumbuhan seperti

ibu hamil, bayi baru lahir, anak belita, anak usia

sekolah, dan anak usia lanjut.

b. Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan

pengawasan dan bimbingan dan asuhan keperawatan

diantaranya, penderita penyakit tidak menular seperti ;

diabetes melitus, jantung koroner, cacat fisik, dan

13
gangguan mental. Penderita penyakit menular seperti :

TBC, HIV, AIDS, penyakit menular dan lain-lain.

c. Kelompok yang berisiko terserang penyakit yaitu :

wanita tunasusila kelompok penyalahgunaan obat dan

narkotika dan kelompok pekerja khusus.

d. Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi diantaranya

panti werdha, panti asuhan, pusat rehabilitas mental dan

fisik serta penitipan anak dan balita.

Prinsip- prinsip keperawatan komunitas dalam

keperawatan komunitas ada lima yaitu kemanfaatan

dimana semua tindakan dalam asuhan keperawatan

harus memberikan manfaat yang besar bagi komunitas,

kerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan

bersifat berkelanjutan serta melakukan kerjasama lintas

program dan lintas sektoral. Asuhan keperawatan

diberikan secara langsung artinya asuhan keperawatan

diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi,

klien dan lingkungannya termasuk lingkungan sosial,

ekonomi serta fisik mempunyai tujuan umum

peningkatan kesehatan. Selanjutnuya adalah keadilan,

yang merupakan tindakan yang dilakukan disesuikan

dengan kemampuan atau kapasitas dari komunitas itu

sendiri. Prinsip lainnya yaitu otonomi dimana klien atau

14
komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau

melaksanakan beberapa alternatif terbaik dalam

menyelesaikan masalah kesehatan yang ada.

Ruang lingkup praktek keperawatan kesehatan

masyarakat meliputi : upaya meningkatkan (promotif),

pencegahan (preventif), pemeliharaan kesehatan dan

pengobatan (kuantif), pemulihan kesehatan

(rehabilitas), dan mengembalikan dan memfungsikan

kembali baik individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat kelingkungan sosial dan masyarakatnya

(resosilitatif).

1. Upaya Promotif

Upaya promotif dilakukan untuk

meningkatkan kesehatan individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat dengan jalan

memberikan penyuluhan kesehatan masyarakat,

peningkatan gizi, pemeliharaan kesehatan

perorangan, pemeliharaan kesehatan lingkungan,

olahraga secara teratur dan rekreasi pendidikan

seks.

2. Upaya Preventif

Upaya preventif ditujukan untuk mencegah

terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan

15
terhadap individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat melalui kegiatan imunisasi masal

terhadap bayi dan anak balita serta ibu hamil,

pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui

posyandu, puskesmas ataupun dirumah pemeriksaan

dan pemeliharaan kehamilan, nifas, dan menyusui.

3. Upaya Kuratif

Upaya Kuratif bertujuan untuk merawat dan

mengobati anggota-anggota keluarga, kelompok

yang menderita penyakit atu masalah kesehatan

melalui kegiatan-kegiatan perawatan orang sakit

sebagai tindak lanjut perawatan dari puskesmas dan

rumah sakit. Selanjutnya yaitu perawatan ibu hamil

dengan kondisi patologis dirumah, ibu bersalin dan

nifas, perawatan payudara, perawatan tali pusat dan

perawatan bayi baru lahir.

4. Upaya Rehabilitatif

Upaya rehabilitatif merupakan upaya

pemulihan kesehatan bagi penderita yang dirawat

dirumah maupun terhadap kelompok-kelompok

yang menderita penyakit yang sama, contoh : kusta,

TBC, cacat fisik dan lainnya, dilakukan melalui

kegiatan latihan fisik bagi yang mengalami

16
gangguan fisik seperti: penderita kusta, patah

tulang, kelainan bawaan dan latihan-latihan fisik

tertentu bagi penderita penyakit tertentu seperti

TBC.

5. Upaya Resosilitatif

Upaya Resosilitatif adalah upaya

mengembalikan individu, keluarga dan kelompok-

kelompok khusus kedalam pergaulan masayarakat

diantaranya adalah kelompok-kelompok yang

diasing masyarakat karena menderita penyakit

misalnya kusta, AIDS, atau kelompok masyarakat

khusus seperti kelompok wanita tunasusila atau

WTS, tunawisma dan sebagainya. Adapun kegiatan-

kegiatannya yaitu memberikan asuhan keperawatan

langsung kepada individu, keluarga, dan kelompok

khusus (home nursing), di sekolah ( school helfs

nursing), di perusahaan, di posyandu, di polindes,

dan didaerah binaan kesehatan masyarakat.

Upaya resolitatif yang selanjutnya yaitu penyuluhan

atau pendidikan kesehatan masyarakat dalam rangka

merubah perilaku individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat, konsultasi dan pemecahan masalah

kesehatan yang dihadapi, bimbingan dan pembinaan

17
sesuai dengan masalah yang mereka hadapi,

melaksanakan asuhan keperawatan komunitas,

melalui pengenalan masalah kesehatan masyarakat,

perencanaan kesehatan, pelaksanaan kesehatan dan

penilaian kegiatan menggunakan proses

keperawatan sebagai suatu pendekatan ilmiah

keperawatan. Juga mengadakan koordinasi

diberbagai kegiatan asuhan keperawatan komunitas

untuk mengadakan kerjasama lintas program dan

lintas sektoral dengan instansi yang terkait.

3. Kebijakan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Indonesia dan

Perkembangan Kesehatan Komunitas

Pembangunan kesehatan pada hakikatnya adalah upaya yang

dilaksanakan oleh semua komponen bangsa Indonesia yang bertujuan

untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat

bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Keberhasilan

pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan antar

upaya program dan sektor, serta kesinambungan dengan upaya-upaya

yang telah dilaksanakan oleh periode sebelumnya.

Program Indonesia sehat dilaksankan dengan 3 pilar utama yaitu

pardigma sehat, penguatan pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan

18
nasional. Pilar paradigm sehat dilakukan dengan strategi kesehatan

dalam pembangunan, penguatan promotif preventif dan pemberdayaan

masyarakat. Pilar penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan

strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem

rujukan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan, menggunakan

pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis risiko kesehatan.

Sementara itu pilar jaminan kesehatan nasional dilakukan dengan

strategi perluasan sasaran dan benefit serta kendali mutu dan kendali

biaya.

Sistem perencanan pembangunan nasional (SPPN)

Mengamanatkan bahwa setiap kementerian perlu menyusun rencana

strategis (Renstra) yang mengacuh pada Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJMN). Sehingga kementerian kesehatan untuk

kurung waktu tahun 2015-2019 dituangkan dalam bentuk Rencana

Strategi (Renstra). Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019

adalah program Indonesia sehat dengan sasaran meningkatkan derajat

kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan

pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan

financial dan pemeratan pelayanan kesehatan. Program Indonesia

dituangkan dalam sasaran pokok RPJMN 2015-1019 (BTKLPP, 2019).

4. Mengembangkan dan menjelaskan konsep komunitas

19
Untuk dapat memahami hakekat dari pengembangan komunitas,

baiknya kita pahami makna dibelakang kata-kata yang terlibat dalam

istilah tersebut.

1) Komunitas

Community berasal dari kata dalam Bahasa yang berarti

(fellowahip). Dalam Bahasa Indonesia sering pula diterjemahkan

masyarakat, walaupun terjemahan tersebut tidak tepat. Namun secara

operasional komunitas dapat dipahami melalui pemahaman akan

komponen-komponennya :

a. People, maksudanya sejumlah atau sekumpulan orang

b. Place yang dapat diterjemahkan sebagai tempat atau lokasi

c. Interaksi sosial diantara orang-orang ditempat atau lokasi tersebut

d. Komunitas menjadi bagian dari jati diri anggota

e. Anggota merasa menjadi bagian atau milik dari komunitas

2) Pengembangan

Pengembangan mengandung unsur perbaikan, pertumbuhan, dan

perubahan. Pengembangan sebagai perbaikan adalah terjadinya

transformasi sosial kearah distribusi sumber daya dan sosial goods

yang lebih egalitarian, disisi lain pengembangan dalam arti

pertumbuhan, lebih berfokus pada transformasi teknologi atau

ekonomi,

3) Pengembangan komunitas

20
Pengembangan komunitas memiliki tiga dimensi, yaitu nilai, proses,

dan stakeholders. Adapun dimensi nilai meliputi tiga komponen

yaitu :

a. Partisipasi dan kolaborasi yang demokratis

Pengembangan komunitas mempersyaratkan partisipasi semua

pihak, yang berkepentingan, dan antara pihak-pihak tersebut

dibangun Kerjasama yang demokratis.

b. Keadilan yang merata

Semua pihak terlibat tentunya, memiliki kepentingan-kepentingan

maupun kebutuhan yang khas. Pengembangan komunitas harus

dapat mengangkat kebutuhan maupun kepentingan tersebut.

Tidak ada pihak yang dimenangkan maupun dikalahkan.

c. Self determination

Setaip individu maupun kelompok yang terlibat dalam prose

pengembangan komunitas hendaknya memiliki kepastian diri

mengenai apa yang sedang dijalankannya. Kepastian diri ini juga

menentukan kualitas ketelibatan dan kesediaan untuk memberikan

andil pada prose yang sedang berlangsung.

4) Tema-tema pengembangan komunitas

Ada tiga tema pengembangan komunitas :

a. Self help : merangsang kesadaran komunitas akan

kemampuannya sendiri untuk menolong diri sendiri.

21
b. Technical assistance ; lebih menekankan proses pembimbingan

teknis dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan

c. Konflik : bermaksud untuk menajamkan perbedaan antara

kelompok dalam suatu isu tertentu. Pihak yang berada pada

posisi merugi akan memperjuangkan hak-haknya melalui proses

yang terentang antara negosiasi sampai benturan.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Komunitas

Fase-fase dalam proses pendekatan keperawatan komunitas

Fase pertama : Perkenalan dan pendekatan dengan

komunitas

Fase kedua : Pengkajian dengan tahapan memperoleh

data, mengembangkan data dan intervensi data

Fase ketiga : Perumusan masalah keperawatan

Fase keempat :Intervensi dengan tahapan analisa data,

prioritas masalah, menetapkan tujuan setiap masalah dan

penyusunan rencana keperawatan serta tujuan keperawatan.

Fase kelima : Implementasi

Fase keenam : Evaluasi

1. Pengkajian

Pengkajian komunitas merupakan tahap utama dalam perawatan

komunitas dalam mengidentifikasi masalah-masalah yang terdapat dalam

suatu wilayah, dan identifikasi kekuatan serta kelemahan yang terdapat di

komunitas.

22
Pengumpulan data secara akurat dan komperhensif bertujuan:

a. Memperoleh informasi kesehatan yang akurat

b. Pengumpulan data sistematik

c. Klasifikasi data

d. Mengumpulkan data yang hilang

e. Teridentifikasi masalah kesehatan

Pengkajian komunitas meliputi demografi, populasi, nilai keyakinan

dan riwayat kesehatan individu yang dipengaruhi oleh sub-sistem

komunitas yang terdiri dari fisik, lingkungan, perumahan, pendidikan,

keselamatan, transportasi, politik pemerintah, kesehatan, pelayanan sosial,

komunitas, ekonomi dan rekreasi.

Semua aspek dikaji melalui:

 Pengumpulan data langsung

 Wawancara

 Observasi atau pengamatan langsung

 Whindshield survey

 Pengumpulan data tidak langsung

 Instansi dan sumber terpercaya (catatan kesehatan, catatan

pertemuan warga, dokumen publik dan statistik)

Pengkajian ini meliputi:

a. Data demografi (individu, keluarga dan masyarakat)

b. Whindshield survey

Elemen-elemen whindshield survey

23
 Perumahan, lingkungan/daerah (bangunan: tua, bahan,

asitektur, bersatu dan berpisah)

 Lingkungan terbuka (luas, sempit, kualitas, pribadi, umum)

 Batas (ada batas daerah; jalan, sungai, got, kondisi, bersih,

kotor dan lain-lain)

 Kebiasaan (tempat kumpul; siapa, jam, berapa dan lain-lain)

 Transportasi (cara datang dan pergi, situasi jalan, jenis alat

transportasi dan lain-lain)

 Pelayanan kesehatan di masyarakat (puskesmas, puskesmas

pembantu, klinik/balai pengobatan dan praktek)

 Tempat rekreasi (keluarga, anak-anak, umum dan lain-lain)

 Tempat ibadah (masjid, gereja, kelenteng, wihara)

 Sekolah/perguruan tinggi/universitas lembaga

kursus/pelatihan dan lain-lain.

 Organisasi di masyarakat (pokjakes, kepemudaan dan lain-

lain)

 Toko/warung/pusat perbelanjaan (jenisapa, siapa pemilik,

bagaimana mencapai dan lain-lain)

 Politik (kampanye dan poster)

 Media (telepon, radio, majalah, koran, papan pengumunan

dan lain-lain)

c. Pelayanan kesehatan dan sosial

24
Fasilitas pelayanan kesehatan dan sosial pelayanan

kesehatan dan non pelayanan kesehatan (kunjungan hari,

bulan dan tahun).

d. Ekonomi

Indikator ekonomi dan sumber-sumber informasi

e. Keamanan/transportasi

Keamanan/pelayanan/perlindungan (kebakaran, polisi,

sanitasi; limbah, sampah, air kotor)

f. Politik dan pemerintahan

 Pemerintahan (RT, RW, Lurah, Camat, dan

seterusnya)

 Kelompok pelayanan masyarakat ( PKK, LKMD,

Panti Werdha, karang taruna, posyandu dan lain-lain)

 Politik yang berperan serta dalam pelayanan

kesehatan, kebijakan pemerintah dalam pelayanan

kesehatan.

g. Komunikasi

 Formal (koran, radio, televisi, pos dan

telekomunikasi)

 Informal (cara penduduk menerima informasi: mulut

kemulut, surat, radio/televisi, papan pengumuman,

pengumuman keliling, poster, brosur dan lain-lain

h. Pendidikan

25
Status pendidikan, tingkat pendidikan, tipe/macam

sekolah, bahasa, pendidikan yang gtersedia di dalam dan

di luar masyarakat dan lain-lain)

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu keputuan klinis

tentang suatu respon penyakit pada individu, keluarga maupun

masyarakat melalui proses pengumpulan data dapat berupa tanda dan

gejala patofisiologis yang sedang di alami. Pada saat proses

pengumpulan data seseorang dan juga dibantu dengan pemeriksaan

penunjang, maka akan tegak suatu diagnosa penyakit untuk

selanjutnya akan diberikan solusi oleh tim kesehatan yakni dokter,

perawat dan tenga medis lainnya (Ainun, 2019).

Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik tentang

respon individu,keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan

paien baik yang aktual atau potensial yang didapatkan berdasarkan

hasil pengkajian dan pemeriksaan keperawatan, Hal ini merupakan

komponen dari langkah - langkah pemeberian asuhan keperawatan

yang salah satunya adalah penetapan diagnosa keperawatan

berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, perawats secara

akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi

secara pasti untuk menjaga, menurunkan,membatasi, mencegah dan

merubah status kesehatan klien. Diagnosa keperawatan memberikan

26
dasar petunjuk untuk memberikan terapi yang pasti dimana perawat

yang bertanggung jawab di dalamnya yang merupakan tahap

selanjutnya pada proses keperawatan yang dilakukan setelah

pengkajian (Nadia, 2019).

Untuk mengetahui diagnosa keperawatan, maka kita harus

terlebih dahulu mengetahui diagnosa medis. Diagnosa medis

merupakan evaluasi hasil yang dikeluarkan oleh pemeriksaan

penunjang, pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter, dan dari

pemeriksaan yang lainnya. Sedangkan diagnosa keperawatan akan

tegak apabila terdapat data – data yang dapat mendukung yang berupa

keputusan klinis tentang suatu respon dari individu, keluarga ataupun

masyarakat (Ainun, 2019).

Diagnosa keperawatan di tetapkan berdasarkan analisis dan

interprestasi data yang di peroleh dari pengkajian klien. Diagnosa

keperawatan memberikan gambaran tentang kesehatan yang nyata (aktual)

dan kemungkinan akan terjadi, dimana pengambilan keputusannya dapat di

lakukan dalam batas wewenang perawat. Diagnosa keperawatan juga sebagai

suatu bagian dari proses keperawatan yang di reflesikan dalam standar

praktik American Nurses Assiation (ANA). Diagnosa keperawatan

ditegakkan bukan tidak ada tujuan melainkan agar seorang perawat dapat

menganalisa dan mensintesa data yang telah dikelompokkan.

Mengidentifikasi masalah ( etiologi) dan juga mengidentifikasi kemampuan

klien untuk mencegah atau menyelesaikan masalah. Metode yang digunakan

adalah metode kualitatif dimana maksudnya dengan cara mengumpulkan

27
sebanyak-banyaknya data untuk dianalisis. Yaitu dengan Literature review

ini dengan menganalisis yang berfokus pada diagnosa keperawatan sebagai

standar praktik keperawatan. Adapun tinjauan literatur yang digunakan

seperti buku teks, bukureferensi, jurnal, dan google scholar. Dengan kata

kunci diagnossa keperawatan, standar praktik keperawatan, keperawatan.

Dan yang digunakan adalah 14 literatur yang diterbitkan 10 tahun terakhir

(Sitanggang, 2019).

Untuk mengetahui diagnosa keperawatan, maka kita harus

terlebih dahulu mengetahui diagnosa medis. Diagnosa medis

merupakan evaluasi hasil yang dikeluarkan oleh pemeriksaan

penunjang, pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter, dan dari

pemeriksaan yang lainnya. Sedangkan diagnosa keperawatan akan

tegak apabila terdapat data – data yang dapat mendukung yang berupa

keputusan klinis tentang suatu respon dari individu, keluarga ataupun

masyarakat (Ainun, 2019)

Diagnosa keperawatan ditegakkan bukan tidak ada tujuan

melainkan agar seorang perawat dapat menganalisa dan mensintesa

data yang telah dikelompkkan. Mengidentifikasi masalah (etiologi)

dan juga mengidentifikasi kemampuan klien untuk mencegah atau

menyelesaikan masalah (Sitanggang, 2019)

Tujuan diagnosa keperawatan adalah :

a. Menyampaikan masalah yang dialami klien dalam istilah yang

dapat dimengerti oleh semua perawat.

28
b. Mengenali masalah-masalah utama yang dialami klien setelah

dilakukannya pengkajian.

c. Mengetahui perkembangan kesehatan klien dalam keperawatan

d.Mengetahahui respons klien terhadap status kesehatan atau

penyakit.

e. Mengetahui Faktor-faktor yang menunjang atau menyebabkan

suatu masalah (etiologi).

f. Mengetahui Kemampuan klien untuk mencegah atau

menyelesaikan masalah (Nadia, 2019)

Diagnosa keperawatan juga sebagai suatu bagian dari proses

keperawatan yang di reflesikan dalam standar praktik American

Nurses Assiation (ANA). Standar-standar ini memberikan suatu dasar

luas untuk mengevaluasi praktik dan mereflesikan pengakuan hakhak

manusia yang menerima asuhan keperawatan. Penentuan diagnosa

kesperawatan, bagaimanapun lebih sulit dan kompleks dari pada

penentuan diagnosa medis. Hal itu dikarenakan data dari hasil

pengkajian tidak selalu menjadi data batasan karakteristik (S) dalam

format PES pada diagnosa keperawatan, tetapi juga bisa menjadi

etiologi (E) pada format PES. Data ini bahkan bisa berfungsi sebagai

label diagnosa itu sendiri (Herdman, 2012). Diagnosa keperawatan

menurut Carpenito (2001) dapat di bedakan menjadi diagnosa

keperawatan syndrome dan kolaborasi, Sedangkan menurut Herdman

29
(2012) diagnosa keperawatan dapat dibedakan menjadi diagnosa

keperawatan aktual, resiko, kemungkinan, dan kesejahteraan.

Diagnosa keperawatan menurut Carpenito (2001) dan

Herdman (2012) dapat di jelaskan sebagai berikut : 1. Aktual : suatu

diagnosa keperawatan yang menggambarkan penilaian klinis yang

harus di validasi oleh perawat karena adanya batasan karakteristik

mayor. Jenis keperawatan tersebut memiliki empat komponen :

dimulai dari label, defenisi, karakteristik dan faktor yang

berhubungan. Label yang di berikan juga harus singkat dan jelas, hal

itu bertujuan untuk mempermudah dalam membantu membedakan

diagnosa yang ada agar dapat di bedakan antara diagnosa yang satu

dengan diagnosa yang lainnya.

Syarat untuk menegakkan suatu diagnosa keperawatan maka di

perlukan adanya Problem, etiology, symptom (PES) yang dijelaskan

sebagai berikut :

1. Problem (Masalah)

Tujuan penulisan pernyataan masalah adalah menjelaskan

status kesehatan atau masalah kesehatan klien secara singkat dan

sejelas mungkin. Karena pada bagian ini dari diagnosa

keperawatan mengidentifikasi apa yang tidak sehat tentang klien

dan apa yang harus di rubah tentang status kesehatan klien dan

juga memberikan pedoman terhadap tujuan dari asuhan

30
keperawatan. Dengan menggunakan standar diagnosa dari

Herdman mempunyai keuntungan yang signifikan yaitu :

a. Untuk membantu perawat untuk berkomunikasi antara yang

satu dengan yang lainnya dengan menggunakan istilah yang

di mengerti secara umum.

b. Sebagai metode untuk mengidentifikasi perbedaan masalah

keperawatan yang ada dengan masalah medis.

c. Semua perawat dapat bekerjasama dalam menguji dan

mendefenisikan kategori diagnosa dalam mengidentifikasi

kriteria pengkajian dan intervensi keperawatan dalam

meningkatkan asuhan keperawatan.

2. Etiologi (Penyebab)

Etiologi (penyebab) adalah faktor faktor klinik dan

personal yang dapat merubah status kesehatan atau

mempengaruhi perkembangan masalah. Etiologi

mengidentifikasi fisiologis, psikologis, sosiologis, dan

spiritual serta faktor-faktor lingkungan yang di percaya

berhubungan dengan masalah baik sebagai penyebab

maupun faktor resiko. Karena etiologi mengidentifikasi

faktor yang mendukung terhadap faktor masalah kesehatan

klien, maka etiologi sebagai pedoman atau sasaran

langsung dari intervensi keperawatan. Jika terjadi kesalahan

31
dalam menentukan penyebab maka tindakan keperawatan

menjadi tidak efektif dan efesien.

3. Symptom (tanda atau gejala)

Merupakan identifikasi data objektif dan subjektif

sebagai tanda dari masalah keperawatan memerlukan

kriteria evaluasi.

4. Resiko

Diagnosa keperawatan resiko menggambarkan

penilaian klinis dimana individu maupun kelompok lebih

rentan mengalami masalah yang sama di bandingkan orang

lain di dalam situasi yang sama atau serupa. Syarat untuk

menegakkan diagnosa resiko ada unsur PE (Problem and

Etiologi) dan untuk penggunaan batasan karakteristik yaitu

“resiko dan resiko tinggi “ tergantung dari tingkat

kerentanan/keparahan suatu masalah. Dan faktor yang

terkait untuk diagnosa keperawatan resiko merupakan

faktor yang sama dengan keperawatan aktual seperti yang

sudah dibahas sebelumnya di diagnosa keperawatan aktual.

5. Kemungkinan

Diagnosa kemungkinan adalah diagnosa

keperawatan yang memerlukan data tambahan, hal tersebut

bertujuan untuk mencegah timbulnya suatu diagnosa yang

bersifat sementara, dan dalam menentukan suatu diagnosa

32
keperawatan yang bersifat sementara bukanlah menunjukan

suatu kelemahan atau keraguan dalam menentukan suatu

diagnosa, akan tetapi merupakan suatu proses penting

dalam keperawatan.

6. Kesejahteraan

Diagnosa keperawatan kesejahteraan merupakan

penilaian klinis tentang keadaan individu, keluarga atau

masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu

menjadi tingakat sejahtera yang lebih tinggi (Herdman,

2007).

7. Syndrome

Diagnosa syndrome merupakan kumpulan gejala

diagnosa keperawatan, karena terdiri dari diagnosa

keperawatan aktual dan resiko yang di perkirakan ada

karena situasi atau peristiwa tertentu. Dan didalam diagnosa

syndrome terdapat etiologi dan faktor pendukung lainnya

yang bertujuan untuk mempermudah dalam menegakkan

suatu diagnosa. (Carpenito, 2001). Meskipun begitu ada

juga beberapa data yang mempunyai banyak diagnosa

keperawatan adalah „tekanan darah‟ yang ditemukan dalam

diagnosa keperawatan „Activity Intolerance’, „Anxiety „ ,

‘Decreased Cardiac Output ‘, ‘Fear, ‘Deficient Fluid

Volume’,’ Excess Fluid Volume’, ‘Acute pain ‘, ‘ineffective

33
Tissue Perfusion ‘ dan ‘dysfunctional Ventilator Weaning

Response „ ( Herdman, 2012). Kenyataan ini menunjukan

adanya diagnosa banding yang perlu dicermati oleh perawat

meskipun hanya dengan satu tanda dan gejala saja. Dalam

proses „Diagnostic Reasoning’ dalam keperawatan,

mengidentifikasi kemungkinan diagnosa (Possible

diagnoses) merupakan bagian penting dari proses

„Diagnostic Reasoning’ (Westfall, 1986). Informasi

mengenai kemungkinan apa diagnosa keperawatan dan

masalah kolaborasinya perlu di sadari oleh perawat

sehingga akan memunculkan proses berpikir lebih lanjut

untuk dapat mengkonfirmasi berbagai kemungkinan

diagnosa tersebut melalui pengkajian focus (Sitanggang,

2019)

3. Perencanaan

Perencanaan keperawatan adalah rencana tindakan keperawatan

yang dilakukan oleh perawat kepada klien dengan tujuan untuk mecapai

kesejahteraan kesehatan klien dan kemandirian klien menjaga

kesehatannya, Perencanaan keperawatan adalah suatu rangkaian kegiatan

penentuan langkah-langkah pemecahan masalah dan prioritasnya,

perumusan tujuan, rencana tindakan dan penilaian asuhan keperawatan pada

pasien/klien berdasarkan analisis data dan diagnosa keperawatan (Safira,

2019).

34
Jika diagnosa keperawatan dan kriteria hasil sudah tersusun, maka

perlu mengambil keputusan tentang bagaimana mempromosikan,

mempertahankan atau meningkatkan kesehatan klien yang disebut dengan

rencana keperawatan. Dalam membuat rencana keperawatan, ada beberapa

hal yang perlu untuk diperhatikan menurut Dinarti & yuli mulyanti tahun

2017 adalah sebagai berikut :

1. Tahap 1 menentukan prioritas masalah

Prioritas masalah merupakan upaya perawat untuk mengidentifikasi

respons pasien terhadap masalah kesehatannya, baik aktual maupun

potensial. Untuk menetapkan prioritas masalah seringkali digunakan

hierarki kebutuhan dasar manusia. Pada kenyataannya perawat tidak

mampu menyelesaikan permasalahan pasien secara bersamaan, oleh

karena itu diperlukan upaya untuk memprioritaskan masalah. Prioritas

diagnosa dibedakan dengan diagnosa yang penting sebagai berikut:

a. Prioritas diagnosa merupakan diagnosa keperawatan, jika tidak

diatasi saat ini akan berdampak buruk terhadap kondisi status

fungsi kesehatan pasien.

b. Diagnosa penting adalah diagnosa atau masalah kolaboratif

dimana intervensi dapat di tunda tanpa mempengaruhi status

fungsi kesehatan pasien.

c. Hierarki yang biasa dijadikan dasar untuk menetapkan prioritas

masalah adalah hirarki Maslow; kegawatan masalah kesehatan

berupa ancaman kesehatan maupun ancaman kehidupan; tingkat

35
masalah berdasarkan aktual, risiko, potensial dan sejahtera

sampai sindrom; keinginan pasien.

2. Tahap 2 Menentukan Tujuan dan Kriteria Hasil (outcome).

Membuat tujuan berarti membuat standar atau ukuran yang

digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap perkembangan pasien dan

keterampilan dalam merawat pasien. Tujuan keperawatan yang baik

adalah pernyataan yang menjelaskan suatu tindakan yang dapat diukur

berdasarkan kemampuan dan kewenangan perawat.Karena kriteria hasil

diagnosa keperawatan mewakili status kesehatan pasien yang dapat

dicapai atau dipertahankan melalui rencana tindakan keperawatan yang

mandiri, sehingga dapat membedakan antara diagnosa keperawatan dan

masalah kolaboratif. Hasil dari diagnosa keperawatan tidak dapat

membantu mengevaluasi efektivitas intervensi keperawatan jika tindakan

medis juga diperlukan.

a. Tujuan Perawatan berdasarkan SMART yaitu:

1) S: Spesific(tidak memberikan makna ganda)

2) M: Measurable (dapat diukur, dilihat, didengar, diraba, dirasakan

ataupun dibantu)

3) A: Achievable (secara realistis dapat dicapai)

4) R: Reasonable (dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah)

5) T: Time (punya batasan waktu yang sesuai dengan kondisi klien).

Contoh: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 24

jam, masalah gangguan rasa nyaman: nyeri dapat teratasi.

36
b. Kriteria Hasil

Karakteristik kriteria hasil yang perlu mendapatkan perhatian

adalah:

1) Berhubungan dengan tujuan perawatan yang telah ditetapkan

2) Dapat dicapai

3) Spesifik, nyata dan dapat diukur

4) Menuliskan kata positif

5) Menentukan waktu

6) Menggunakan kata kerja

7) Hindari penggunaan kata-kata ‘normal, baik’, tetapi dituliskan

hasil batas ukuran yang ditetapkan atau sesuai. Contoh: capillary

refill kurang dari 2 detik.

3. Tahap 3 Rencana Tindakan Keperawatan (nursing order)

Rencana tindakan yang akan diberikan pada pasien ditulis secara

spesifik, jelas dan dapat di ukur. Rencana perawatan dibuat selaras

dengan rencana medis, sehingga saling melengkapi dalam meningkatkan

status kesehatan pasien. Dalam merumuskan rencana tindakan yang perlu

diperhatikan adalah:

a. Rencana tindakan keperawatan merupakan desain spesifik

intervensi yang membantu klien mencapai kriteria hasil.

b. Dokumentasi rencana tindakan yang telah diimplementasikan

harus ditulis dalam sebuah format agar dapat membantu perawat

37
untuk memproses informasi yang didapatkan selama tahap

pengkaian dan diagnosa keperawatan

c. Perencanaan bersifat indivisual sesuai dengan kondisi dan

kebutuhan pasien

d. Bekerjasama dengan pasien dalam merencanakan intervensi.

4. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan

yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria

hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 1997). Ukuran

intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien atau pasien terkait

dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi,

pendidikan untuk klien. Implementasi juga merupakan pengelolaan dan

perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap

perencanaan. Untuk kesuksesan pelaksanaan implementasi keperawatan

agar sesuai dengan rencana keperawatan, perawat harus mempunyai

kemampuan kognitif intelektual), kemampuan dalam hubungan

interpersonal, dan keterampilan dalam melakukan tindakan. Proses

pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-

faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi

implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi.

Beberapa tujuan Implementasi Keperawatan adalah sebagai berikut :

38
a. Melaksanakan hasil dari rencana keperawatan untuk

selanjutnya di evaluasi untuk mengetahui kondisi kesehatan

pasien dalam periode yang singkat

b. Mempertahankan daya tahan tubuh

c. Mencegah komplikasi

d. Menemukan perubahan system tubuh

e. Memberikan lingkungan yang nyaman bagi klien

f. Implementasi pesan dokter.

Pedoman implementasi keperawatan menurut Dermawan (2012) sebagai

berikut:

a. indakan yang dilakukan konsisten dengan rencana dan

dilakukan setelah memvalidasi rencana. Validasi

menentukan apakah rencana masih relevan, masalah

mendesak, berdasar pada rasional yang baik dan

diindividualisasikan. Perawat memastikan bahwa tindakan

yang sedang diimplementasikan, baik oleh pasien, perawat

atau yang lain, berorientasi pada tujuan dan hasil. Tindakan

selama implementasi diarahkan untuk mencapai tujuan.

b. Keterampilan interpersonal, intelektual dan teknis dilakukan

dengan kompeten dan efisien di lingkungan yang sesuai.

Perawat harus kompeten dan mampu melaksanakan

keterampilan ini secara efisien guna menjalankan rencana.

Kesadaran diri dan kekuatan serta keterbatasan perawat

39
menunjang pemberian asuhan yang kompeten dan efisien

sekaligus memerankan peran keperawatan profesional.

c. Keamanan fisik dan psikologis pasien dilindungi. Selama

melaksanakan implementasi, keamanan fisik dan psikologis

dipastikan dengan mempersiapkan pasien secara adekuat,

melakukan asuhan keperawatan dengan terampil dan

efisien, menerapkan prinsip yang baik,

mengindividualisasikan tindakan dan mendukung pasien

selama tindakan tersebut.

d. Dokumentasi tindakan dan respon pasien dicantumkan

dalam catatan perawatan kesehatan dan rencana asuhan.

Dokumentasi dalam catatan perawatan kesehatan terdiri atas

deskripsi tindakan yang diimplementasikan dan respon

pasien terhadap tindakan tersebut. Tindakan yang tidak

diimplementasikan juga dicatat disertai alasan.

Dokumentasi rencana asuhan untuk meningkatkan

kesinambungan asuhan dan untuk mencatat perkembangan

pasien guna mencapai kriteria hasil. Kemudian beberapa

pedoman dalam pelaksanaan implementasi keperawatan

lainnya adalah sebagai berikut:

a) Berdasarkan respons klien.

40
b) Berdasarkan ilmu pengetahuan, hasil penelitian

keperawatan, standar pelayanan professional, hukum dan

kode etik keperawatan.

c) Berdasarkan penggunaan sumber-sumber yang tersedia.

d) Sesuai dengan tanggung jawab dan tanggung gugat

profesi keperawatan.

e) Mengerti dengan jelas pesanan-pesanan yang ada dalam

rencana intervensi keperawatan

f) Harus dapat menciptakan adaptasi dengan klien sebagai

individu dalam upaya meningkatkan peran serta untuk

merawat diri sendiri (Self Care).

g) Menekankan pada aspek pencegahan dan upaya

peningkatan status kesehatan.

h) Dapat menjaga rasa aman, harga diri dan melindungi

klien.

i) Memberikan pendidikan, dukungan dan bantuan.

j) Bersifat holistik.

k) Kerjasama dengan profesi lain.

l) Melakukan dokumentasi.

5. Evaluasi

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan

keadaan pasien dengan tujuan dan kriteria hasil yang dipersiapkan pada

tahap intervensi. Dalam pelaksanaannya terdapat proses evaluasi yaitu:

41
1. Mengukur pencapaian tujuan

a. Tujuan dari aspek kognitif

1) Tanya jawab

Menanyakan kembali segala sesuatu yang telah dijelaskan

oleh perawat untuk mengklarifikasi atau memastikan

pemahaman pasien ataupun keluarga terhadap pengetahuan

yang telah diberikan. Ini dilakukan untuk memastikan

bahwa pasien dan keluarga benar-benar memahami apa

yang disampaikan oleh perawat. Perawat harus selalu

menanyai kembali apa yang telah dijelaskna untuk

menghindari kesalahpahaman dan kesalahan dan jika terjadi

dapat diidentifikasi secara langsung. Pertanyaan yang

ditanyakan berdasrkan pada tujuan dan kriteria yang

ditetapkan.

2) Komprehensif

Pertanyaan ini diajukan terkait dengan pemahaman pasien

dengan perubhan yang terjadi pad tubuhnya seperti apa

yang dirasakan oleh pasien.

3) Aplikasi fakta

Pertanyaan yang diajukan untuk mengidentifikasi

pemahaman pasien pada tingkat penerapan pemecahan

masalah seperti apa yang ibu lakukan ketika ibu sedang

beraktivitas seperti menyapu tiba – tiba sesak?.

42
b. Tujuan dari aspek afektif

1) Observasi

Pengamatan secara langsung terhadap perubahan emosional

paisen, apakah pasien dapat bekerja sama.

2) Feed back

Feedback dari staf kesehatan lain, umpan balik, masukan,

dan pengamatan dari staf yang lain dapat digunakan sebagai

slaah satu informasi tentang aspek afektif pasien.

3) Psikomotor,

Pengukuran perubahan aspek psikomotor dilakukan dengan

mengobservasikan secara langsung perubahan perilaku

pasien.

c. Perubahan fungsi tubuh

1) Observasi

2) Interview

3) Pemeriksaan fisik

2. Penentuan keputusan

a. Pasien telah mencapai hasil yang teah ditentukan dalam tujuan.

Kondisi ini apabila semua data terpenuhi sesuai dengan

kriteria.

b. Pasien masih dalam proses mencapai hasil yang telah

ditentukan.

43
c. Pasien tidak dapat mencapai hasil yang telah ditentukan.

Dimana kondisi sebagian kecil atau tidak ada sama sekali

sesuai dengan kriteri hasil atau kondisi pasien yang semakin

memburuk.

Evaluasi keperawatan juga terdiri dari berbagai macam yaitu :

1. Evaluasi proses

a. Evaluasi dilakukan setiap selesai Tindakan

b. Berorientasi pada etiologi

c. Dilakukan secara terus-menerus sampai tujuan yang telah

ditentukan tercapai.

2. Evaluasi hasil

a. Evaluasi dilakukan setelah akhir dari Tindakan keperawatan

b. Berorientasi pada masalah keperawatan

c. Menjelaskan keberhasilan/ketidakberhasilan

d. Mengumpulkan dan kesimpulan status Kesehatan pasien

sesuai dengan kerangka waktu yang ditetapkan.

e. Pelakasanaan evaluasi pada dasarnya dilakukan untuk

mengetahui tujuan yang diharpkan sudah tercapai atau belum

sesuai dengan kriteria hasil. Oleh karena itu, evaluais

dilakukan berdasarkan kerangka waktu penetapan tujuan

tetapi selam proses pencapaian tujuan perubahan terjadi pada

44
pasien juga dipantau. Sehingga evaluasi proses dapat

dilakukan dengan sewaktu-waktu sesuai dengan perubahan

kondisi pasien dan evaluasi hasil dapat dilakukan pada akhir

pencapaian tujuan. Penerapan evaluasi berbeda-beda pada

tiap rumah sakit. Tetapi pada prinsipnya semakin cepat

perbuahan kondisi pada pasien kea rah yang baik atau tidak

semakin sering evaluasi proses dilakukan.

BAB III

METODE PRAKTEK PELAKSANAAN PROFESI KEPERAWATAN

KOMUNITAS DI DESA SIMPANG KUBU KECAMATAN KAMPAR

Asuhan keperawatan komunitas di Desa Simpang Kubu Kecamatan

Kampar, dari beberapa tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan pengkajian,

tahap penyampaian hasil pengkajian, menganalisa data, menegakkan diagnosa

keperawatan, tahap perencanaan, tahap implementasi dan tahap evaluasi.

Berdasarkan uraian konsep asuhan keperawatan komunitas pada BAB II,

maka mahasiswa Program Studi Profesi Ners Universitas Pahlawan Tuanku

Tambusai, mencoba untuk mengaplikasikan asuhan keperawatan komunitas pada

masyarakat di Desa Simpang Kubu Kecamatan Kampar. Asuhan keperawatan ini

pelaksanaannya sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

45
Tahap persiapan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas

diantaranya menurut winshield survey yaitu mengobservasi secara langsung

keadaan wilayah untuk melihat secara garis besar situasi dan keadaan

wilayah Desa Simpang Kubu Kecamatan Kampar. Setelah survey

dilakukan, selanjutnya dilaksanakan penyusunan angket untuk mengetahui

secara keseluruhan masalah kesehatan yang terjadi di wilayah Desa

Simpang Kubu Kecamatan Kampar. Angket yang telah disusun kemudian

disebarkan kepada masyarakat yang bertujuan untuk mendapatkan data yang

berhubungan dengan masyarakat. Hasil pengumpulan data dianalisa untuk

mengetahui masalah kesehatan yang mungkin muncul di wilayah Desa

Simpang Kubu Kecamatan Kampar. Dari hasil pengolahan data tersebut

diperoleh gambaran kesehatan masyarakat di wilayah Desa Simpang Kubu

Kecamatan Kampar.

2. Pelaksanaan Pengkajian

Tahap ini dimulai dari memperbanyak kuesioner dengan

menggunakan metode wawancara terpimpin, pengumpulan angket, serta

observasi terhadap masyarakat di Desa Simpang Kubu Kecamatan Kampar.

Jumlah kuesioner yang disebarkan berjumlah 650 kuesioner. Berdasarkan

hasil pengumpulan data masyarakat di Desa Simpang Kubu Kecamatan

Kampar didapatkan data-data sebagai berikut:

a. Letak Wilayah Desa Simpang Kubu

Desa Simpang Kubu adalah salah satu desa yang ada di kecamatan

Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, Indonesia.

46
1) Letak geografis desa Simpang Kubu, berada di antara:

a) Sebelah utara berbatasan dengan Desa Muara Jalai

b) Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Lipat Kain

c) Sebelah timur berbatasan dengan Desa Tanjung Berulak

d) Sebelah barat berbatasan dengan desa Tanjung Rambutan

2) Luas wilayah desa Naumbai, sebagai berikut:

a) Luas wilayah kerja : 4.088 Ha

b) Perkantoran : ¼ Ha

c) Sekolah : 4 Ha

d) Tempat peribadatan : 1.5 Ha

e) Kuburan/Pemakaman : 2 Ha

3) Orbitasi, waktu tempuh, dan letak desa Simpang Kubu :

a) Jarak ke ibu kota kecamatan : 3 km

b) Jarak ke ibu kota kabupaten : 8 km

c) Jarak ke ibu kota provinsi : 1 jam jarak tempuh

d) Waktu tempuh ke ibu kota kecamatan : 15 menit

e) Waktu tempuh ke ibu kota kabupaten : 25 menit

f) Waktu tempuh ke pusat fasilitas terdekat : 15 menit

b. Data Geografis

Berdasarkan data sebelum dilakukan penyebaran kuesioner jumlah

penduduk Desa Simpang Kubu sebanyak 2.547 penduduk dan setelah

dilakukan penyebaran kuesioner diperoleh jumlah penduduk sebanyak

2.271 penduduk.

47
Desa Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah penduduk Jumlah

dusun RW RT KK berdasarkan jenis jiwa

kelamin

Laki-laki Perempuan

Simpang
3 6 12 650 1.041 1.230 2.271
Kubu

c. Jumlah Mahasiswa

Jumlah mahasiswa yang melaksanakan profesi keperawatan komunitas

di Desa Simpang Kubu sebanyak 90 orang yang terdiri dari tiga dusun

yaitu Dusun I berjumlah 31 orang, Dusun II berjumlah 31 orang, dan

Dusun III berjumlah 28 orang.

d. Jadwal Kegiatan

Jadwal Kegiatan Praktek Profesi Komunitas di Desa Simpang Kubu :

1) Pembukaan pada tanggal 01 November

2) Orientasi wilayah, sosialisasi, winsheld survey pada tanggal 01 – 02

November 2022

3) Pembentukan POKJAKES 02 - 03 November 2022

4) Penyebaran kuesioner pada tanggal 02 - 05 November 2022

5) Analisa program puskesmas pada tanggal 07 - 11 November 2022

6) Tabulasi data pada tanggal 07 - 11 November 2022

48
7) Persiapan MMD I pada tanggal 12 - 16 November 2022

8) Pelaksanaan MMD I 15 - 17 November 2022

9) Implementasi Kegiatan MMD I 16 – 19 November 2022

10) Pelaksanaan program UKS, UKK, Posyandu, Puskesmas pada

tanggal 14 - 19 November 2022.

e. Winsheld Survey

Dalam rangka pelaksanaan praktek Profesi Ners Keperawatan

Komunitas Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai yang berjumlah 90

orang yang diadakan di Desa Simpang Kubu, Kecamatan Kampar,

Kabupaten Kampar yang dimulai pada tanggal 01 - 19 November 2022.

Winsheld survey ini bertujuan untuk menginformasikan kepada

masyarakat setempat tentang keadaan kesehatan secara umum di Desa

Simpang Kubu. Hasil Winsheld survey berupa data umum bahwa

kondisi kesehatan di wilayah Desa Simpang Kubu secara umum sudah

baik, namun terdapat beberapa kondisi dari berbagai aspek data yang

beresiko menjadi ancaman kesehatan lingkungan bagi masyarakat di

Desa Simpang Kubu, salah satunya keadaan fisik lingkungan di mana

terdapat banyak sampah di sekitar lingkungan rumah warga.

Setelah dilakukan observasi keliling di Desa Simpang Kubu

terdapat perumahan penduduk dengan bangunan permanen yang terbuat

dari tembok. Rumah masyarakat di Desa Simpang Kubu mayoritas

berlantaikan semen, serta memiliki jendela dengan pencahayaan yang

baik. Hampir di setiap pekarangan rumah terdapat tanaman dan masih

49
banyak juga warga yang membakar sampah di depan atau pekarangan

rumah.

Desa Simpang Kubu memiliki penduduk yang cukup padat, banyak

warga yang menjadikan lahan pekarangannya tempat untuk membakar

sampah. Tingkat sosial ekonomi masyarakat Desa Simpang Kubu

sebagian besar tingkat menengah dengan mata pencaharian sebagai

wiraswasta.

Kebiasaan yang dilakukan masyarakat Desa Simpang Kubu pada

usia dewasa dan lansia yaitu pada pagi sampai sore hari sebagian warga

bekerja dan pada malam hari warga mempunyai kegiatan rutin

mengadakan wirid desa di masjid (setiap jum’at malam sehabis sholat

isya), dan juga ibu-ibu PKK memiliki kegiatan setiap minggunya

(kegiatannya seperti wirid ibu-ibu, gotong royong membersihkan toga,

dan lain-lain). Sedangkan anak-anak di Desa Simpang Kubu pada pagi

hari biasanya mayoritas anak-anak pergi ke sekolah, siang harinya

bermain dengan teman sebaya dan sore hari mayoritas mengikuti

kegiatan keagamaan seperti mengaji.

Transportasi yang digunakan di Desa Simpang Kubu menggunakan

kendaraan pribadi (sepeda, motor dan mobil). Situasi jalan beraspal dan

memiliki jalan setapak, dan sepanjang waktu keadaan jalan tersebut

selalu ramai.

Mayoritas agama yang dianut oleh masyarakat di Desa Simpang

Kubu yaitu agama Islam dan mayoritas suku yang ada di Desa Simpang

50
Kubu yaitu suku Melayu yang terbagi lagi menjadi beberapa suku yaitu

Pitopang, Piliong, Kampai dan Domo. Masalah kesehatan yang menjadi

pusat perhatian bagi masyarakat Desa Simpang Kubu yaitu Hipertensi

dan Rematik. Masyarakat Desa Simpang Kubu rata-rata menggunakan

handpone sebagai alat komunikasi

f. Analisa Univariat

Analisa univariat digunakan untuk menjabarkan secara deskriptif

mengenai distribusi frekuensi dan proporsi masing-masing variabel

yang diteliti, baik variabel bebas maupun variabel terikat (Sumanto,

2011).

f
P= x 100%
N

Keterangan

P = presentasi

f = frekuensi

N = jumlah seluruh observasi

3. Hasil Pengkajian

A. Data Demografi

1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur di Desa Simpang Kubu

Kecamatan Kampar Bulan November 2022

51
Berdasarkan diagram diatas didapatkan data bahwa dari 2410

jumlah penduduk sebagian besar berusia 60 tahun ketas yaitu sebanyak

10,1%. Dan paling sedikit berusia 0-2 tahun yaitu sebesar 3,4%. Untuk

penduduk yang berusia 15-19 tahun sebanyak 10,0%, untuk penduduk

usia 10-14 tahun sebanyak 9.6%. Sedangkan untuk penduduk usia 20-

24 tahun sebanyak 8,6%, untuk penduduk usia 25-29 sebanyak 8.3%.

Sedangkan penduduk usia 6-9 tahun sebanyak 7,9%, untuk penduduk

yang berusia 30-34 sebanyak 7,6%. Sedangkan penduduk usia 40-44

tahun sebanyak 7,6%, untuk usia 35-39 tahun sebanyak 6,9%,

selanjutnya untuk penduduk berusia 55-59 sebanyak 5,1%, untuk

penduduk usia 45-49 sebanyak 5,2%. Untuk penduduk usia 50-54

tahun sebanyak 4,7% sedangkan penduduk usia 3-5 tahun sebanyak

4,8%.

52
2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Simpang

Kubu Kecamatan Kampar Bulan November 2022

Berdasarkan diagram diatas diadapatkan data bahwa dari 2410

jumlah penduduk mayoritas adalah perempuan sebanyak 1300 dengan

persentase 53,9%. Dan penduduk yang laki-laki sebanyak 1110 dengan

persentase 46,1%.

3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa

Simpang Kubu Kecamatan Kampar Bulan November 2022

53
Berdasarkan diagram diatas didapatkan data bahwa dari 2410

jumlah penduduk sebagian besar tingkat SLTA/sederajat yaitu

sebanyak 34,7%. Dari data didapatkan penduduk dengan tingkat

pendidikan SD/sederajat sebanyak 22,8%. Tingkat pendidikan

SLTP/sederajat sebanyak 16%. Sedangkan yang tidak atau belum tamat

sebanyak 16,8%. Dan S1 sebanyak 4,6%. Selanjutnya yang diploma

sebanyak 4,8%. Kemudian yang S2 sebanyak 0,2%. Dan S3 sebanyak

0,1%. Dari data diatas menunjukan bahwa tingkat pendiidkan penduduk

mempengaruhi keluarga dalam mengenali masalah kesehatan,

mengambil keputusan dalam perawatan keluarga serta melakukan

perawatan kesehatan terhadap anggota keluarga yang mengalami

kesehatan. Dimana semakin rendah pendidikan maka semakin rendah

tingkat pengetahuan tentang kesehatan.

54
4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan di Desa Simpang

Kubu Kecamatan Kampar Bulan November 2022

Berdasarkan diagram diatas didapatkan data bahwa dari 2410 jumlah

penduduk mayoritas pekerjaannya adalah pelajar/mahasiswa sebanyak

22,5%. Dari data didapatkan pendududk yang tidak bekerja sebanyak

22,1%. Sedangkan penduduk yang bekerja sebagai wiraswasta sebanyak

19,8%, sementara penduduk yang IRT sebanyak 18,3%, petani sebanyak

7,9%, PNS sebanyak 3,2%, yang lainnya sebanyak 2,2%, sedangkan

honorer sebanyak 1,5%, guru sebanyak 1,5%, pensiunan sebanyak 0.5%,

pekerjaannya sebagai buruh sebanyak 0,3%, sementara yang bekerja

sebagai perawat 0,2.

B. Status Kesehatan

55
1. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Kepemilikan Dana

Kesehatan Di Desa Simpang Kubu Kecamatan Kampar Bulan

November 2022

Berdasarkan diagram diatas didapatkan data bahwa dari 2410

penduduk terkait kepemilikan dana kesehatan sebagian besar memiliki

kartu sehat / BPJS 80,7% dan sebagian besar 19,3 % tidak memiliki

kartu sehat / BPJS.

2. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Keluhan Penyakit

yang Dirasakan Di Desa Simpang Kubu Kecamatan Kampar Bulan

November 2022

56
Berdasarkan diagram diatas didapatkan data bahwa dari 2410

penduduk mempunyai keluhan hipertensi sebanyak 11,4 % diikuti

gastritis sebanyak 3,6%, gangguan pendengaran sebanyak 2,2%,

rematik sebanyak 2.0%, DM sebanyak 1,7% kemudian yang

mempunyai keluhan lainnya sebanyak 23,8% dan yang tidak

mempunyai keluhan 55,1%.

3. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Pengetahuan

Penduduk tentang Hipertensi Di Desa Simpang Kubu Kecamatan

Kampar Bulan November 2022

57
Berdasarkan diagram diatas didapatkan data bahwa dari 650

jumlah kepala keluarga sebagaian besar mempunyai pengetahuan kurang

baik sebanyak 41,7% dan mempunyai pengetahuan yang baik sebanyak

7,8% kemudian yang tidak mempunyai keluhan serta tidak memerlukan

pengetahuan sebanyak 50,5%.

C. Pengadaan Nutrisi

58
1. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Kebiasan Mengolah

Sayur Di Desa Simpang Kubu Kecamatan Kampar Bulan

November 2022

Berdasarkan diagram diatas didapatkan bahwa dari 650 kepala

keluarga kebiasaan pengolahan sayur sebagian besar dipotong baru

dicuci sebanyak 50,3%, sementara itu yang dicuci baru dipotong

sebanyak 38,6 %, dan tidak dicuci sebanyak 11,08%.

2. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Kebiasan

Menghidang Makanan Di Desa Simpang Kubu Kecamatan

Kampar Bulan November 2022

59
Berdasarkan digram diatas didapatkan bahwa dari 650 kepala

keluarga sebagian besar menghidangkan makanan terbuka sebanyak

68,9%, tertutup sebanyak 17,4% dan kadang-kadang sebanyak 13,7%.

3. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Kebiasan Makan

dalam Sehari Di Desa Simpang Kubu Kecamatan Kampar Bulan

November 2022

60
Berdasarkan diagram diatas didapatkan bahwa dari 650 kepala

keluarga sebagian besar memiliki kebiasaan makan 3 x sehari sebanyak

68,5%, sedangkan 2 x sehari sebanyak 16,3%, 1x sehari sebanyak

7,7%, dan tidak tentu sebanyak 7,5%.

4. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Kebiasan

Mengkonsumsi Buah-buahan Di Desa Simpang Kubu Kecamatan

Kampar Bulan November 2022

61
Berdasarkan diagram diatas didapatkan bahwa dari 650 kepala

keluarga sebagian besar memiliki kebiasaan mengonsumsi buah-buahan

kadang-kadang sebanyak 75,4%, sedangkan yang selalu ada sebanyak

11,7%. Sementara yang tidak mengonsumsi buah-buahan sebanyak

12,9%.

5. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Jenis Lauk yang

dikonsumsi Di Desa Simpang Kubu Kecamatan Kampar Bulan

November 2022

62
Berdasarkan diagram diatas didapatkan bahwa dari 650 kepala

keluarga sebagian besar yang mengonsumsi jenis lauk campuran

sebanyak 80,8%, protein sebanyak nabati 12,6%, dan protein hewani

sebanyak 6,6%.

6. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Penggunaan Garam

Beryodium Yang Dikonsumsi Di Desa Simpang Kubu Kecamatan

Kampar Bulan November 2022

63
Berdasarkan diagram diatas didapatkan bahwa dari 650 kepala

keluarga sebagian besar mengonsumsi garam beryodium sebanyak

80,5%, sedangkan kadang kadang sebanyak 10,8%, sementara yang

tidak mengonsumsi garam beryodium sebanyak 8,8%.

7. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan kebiasaan memasak

air yang dikonsumsi Di Desa Simpang Kubu Kecamatan Kampar

Bulan November 2022

64
Berdasarkan diagram diatas didapatkan bahwa dari 650 kepala

keluarga, didapatkan 52,5% keluarga memiliki kebiasaan memasak air,

36,2% keluarga memiliki kebiasaan tidak memasak air, dan 11,4%

keluarga memiliki kebiasaan memasak air yang kadang-kadang.

8. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan kebiasaan

mengkonsumsi sayur yang dikonsumsi Di Desa Simpang Kubu

Kecamatan Kampar Bulan November 2022

65
Berdasarkan diagram diatas didapatkan bahwa dari 650 kepala

keluarga, didapatkan sebagian besar keluarga memiliki kebiasaan

mengkonsumsi sayuran kadang-kadang sebanyak 60,2% dan keluarga

memiliki kebiasaan mengkonsumsi sayuran selalu ada sebanyak 39,8%.

D. Lingkungan Fisik

1. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Pengelolaan Sampah

Di Desa Simpang Kubu Kecamatan Kampar Bulan November 2022

66
Berdasarkan diagram diatas didapatkan bahwa dari 650 kepala

keluarga didapatkan 94,3% keluarga mengolah sampah dengan cara

dibakar, 2,9% kepala keluarga mengolah sampah dengan cara

ditimbun,2,0% kepala keluarga mengolah sampah dengan cara di buang

di sungai, dan 0,8% kepala keluarga mengolah sampah dengan cara

diangkut dinas kesehatan. Cara mengolah sampah dapat mempengaruhi

Kesehatan dari penduduk. Sampah yang tidak dikelola dengan baik

dapat menimbulkan lingkungan yang tidak sehat.

2. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Jenis Air Bersih Di

Desa Simpang Kubu Kecamatan Kampar Bulan November 2022

67
Berdasarkan diagram diatas didapatkan bahwa dari 650 kepala

keluarga didapatkan 59,1% keluarga memperoleh air dari mata air /

sungai, terdapat 33,7% keluarga memperoleh air dari sumur keluarga,

3,4% keluarga memperoleh air dari sumur umum, dan 3,8% keluarga

memperoleh air dari PAM. Sumber air yang dipakai oleh warga dapat

mempengaruhi kesehatan. Kondisi air yang bersih akan meningkatkan

kondisi kesehatan dari warga yang memakainya.

3. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Jenis Jamban Di Desa

Simpang Kubu Kecamatan Kampar Bulan November 2022

68
Berdasarkan diagram diatas didapatkan bahwa dari 650 kepala

keluarga, ada didapatkan 82,9% keluarga BAB menggunakan jamban

angsatrin, 15,7% keluarga menggunakan jamban jumbling / jemplung,

0,9% keluarga menggunakan jamban kolam / sungai, serta 0,5%

sembarang tempat. Bentuk jamban yang sehat mempengaruhi kesehatan

pemakainya dan kesehatan lingkungan.

4. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Jenis Saluran

Pembuangan Limbah Di Desa Simpang Kubu Kecamatan Kampar

Bulan November 2022

69
Berdasarkan diagram di atas didapatkan bahwa dari 650 kepala

keluarga, didapatkan 60,9% keluarga memiliki saluran pembuangan

limbah menggunakan system peresapan tertutup, 15,1% keluarga

menggunakan system yang dibuang ke selokan/sungai/ kolam, 11,8%

keluarga menggunakan system perserapan terbuka, dan 12,2% keluarga

menggunakan system yang dibuang sembarangan tanpa saluran.

Limbah yang dibuang sembarangan dapat mempengaruhi kesehatan

dari warga dan lingkungan.

5. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Tempat

Penampungan Air Bersih Di Desa Simpang Kubu Kecamatan

Kampar Bulan November 2022

70
Berdasarkan diagram diatas didapatkan bahwa dari 650 kepala

keluarga didapatkan 52,5% keluarga membersihkan tempat

penampungan air tidak tentu, 20% keluarga membersihkan tempat

penampungan air seminggu sekali, 15,7% keluarga membersihkan

penampungan air sebulan sekali, dan 11,8% keluarga membersihkan

tempat penampungan air tiap hari. Tempat penampungan air dapat

menjadi sumber penyakit apabila tidak dibersihkan secara teratur.

6. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Ventilasi Rumah Di

Desa Simapng Kubu Kecamatan Kampar Bulan November 2022

71
Berdasarkan diagram diatas didapatkan bahwa dari 650 kepala

keluarga didapatkan bahwa 52% keluarga memiliki ventilasi rumah

tertutup, 46,6% keluarga memiliki ventilasi rumah terbuka, dan 1,4% tidak

ada. Hal ini menunjukkan bahwa masih adanya masyarakat yang belum

mengetahui akan pentingnya ventilasi untuk menunjang kesehatan

keluarga.

E. KESEHATAN IBU DAN ANAK

72
1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Imunisasi Balita di Desa

Simpang Kubu Kecamatan Kampar Bulan November 2022

Berdasarkan diagram diatas status imunisasi bayi di Desa

Simpang Kubu yang imunisasinya lengkap sebesar 56,6%, sedangkan

imunisasi yang tidak lengkap sebesar 43,4%.

2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Keaktifan Posyandu Balita di

Desa Simpang Kubu Kecamatan Kampar Bulan November 2022

73
Berdasarkan diagram diatas didapatkan bahwa balita yang aktif

ke posyandu di Desa Simpang Kubu sebesar 49,5%, sedangkan balita

yang tidak aktif ke posyandu sebesar 50,5%.

3. Distribusi Frekuensi Umur Bayi yang di Sapih di Desa Simpang

Kubu Kecamatan Kampar Bulan November 2022

Berdasarkan diagram diatas jumlah bayi yang belum disapih

sebesar 26,3%, sedangkan umur 1-6 bulan sebesar 11,1%, untuk umur 6

74
bulan -1 tahun sebesar 4,0%, untuk umur 1-2 tahun sebesar 16,7%, dan

umur >2 tahun sebesar 41,9%.

4. Distribusi Frekuensi Data Bayi yang sudah diperika kesehatannya

di Desa Simpang Kubu Kecamatan Kampar Bulan November 2022

Berdasarkan diagram diatas bayi yang sudah diperiksa

kesehatannya sebesar 89,4%, sedangkan yang tidak diperiksa

kesehatannya sebesar 10,6%.

5. Distribusi Frekuensi Ibu Hamil yang Imunisasi TT di Desa

Simpang Kubu Kecamatan Kampar Bulan November 2022

75
Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa ibu hamil yang

melakukan imunisasi TT di Desa Simpang Kubu sebesar 58,3%,

sedangkan yang tidak melakukan imunisasi TT sebesar 41,7 %.

6. Distribusi Frekuensi Status Gizi Balita di Desa Simpang Kubu

Kecamatan Kampar Bulan November 2022

76
Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa balita yang

mengalami gizi baik sebanyak 77,8%, sedangkan balita yang

mengalami gizi kurang yaitu sebanyak 22,2%.

7. Distribusi Frekuensi Ibu Hamil yang sudah diperiksa

Kesehatannya di Desa Simpang Kubu Kecamatan Kampar Bulan

November 2022

Berdasarkan diagram diatas ibu hamil yang sudah diperiksa

kesehatannya sebesar 50%, sedangkan yang tidak diperiksa

kesehatannya sebesar 50%.

77
8. Distribusi Frekuensi Pasangan Usia Subur yang menjadi Akseptor

KB di Desa Simpang Kubu Kecamatan Kampar Bulan November

2022

Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa pasangan usia

subur yang menjadi akseptor KB di Desa Simpang Kubu sebesar

41,2%, sedangkan yang tidak menjadi akseptor KB sebesar 58,8%.

78
9. Distribusi Frekuensi Jenis KB di Desa Simpang Kubu Kecamatan

Kampar Bulan November 2022

Berdasarkan diagram diatas didapatkan data bahwa dari 342 wanita

usia subur sebagian besar tidak menggunakan KB yaitu sebanyak 58,8%.

Dari data didapatkan wanita usia subur yang menggunakan KB dengan

jenis suntikan sebanyak 30,7%, sedangkan yang menggunakn jenis pil

sebanyak 4,4%, kondom 2,0%, yang lainnya 1,8%, IUD 1,5%, susuk 0,6%

dan MOW O,3%.

79
F. KESEHATAN LANSIA

1. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Lansia di Desa Simpang Kubu

Kecamatan Kampar Bulan November 2022

Berdasarkan diagram diatas didapatkan data bahwa dari 244

lansia mayoritas adalah laki-laki sebanyak 124 dengan persentase

50,8% dan lansia yang perempuan sebanyak 120 dengan persentase

49,2%.

80
2. Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Keluhan Penyakit yang

di Derita di Desa Simpang Kubu Kecamatan Kampar Bulan

November 2022

Berdasarkan diagram diatas didapatkan data bahwa dari 244

lansia sebagian besar mempunyai keluhan hipertensi sebanyak 43%,

rematik 17,6%, gastritis 5,6%, gangguan pendengaran 3,7%, sementara

yang tidak ada keluhan sebesar 16,4% dan keluhan lainnya 13,9%.

81
3. Distribusi Frekuensi Lansia yang Aktif ke Posyandu di Desa

Simpang Kubu Kecamatan Kampar Bulan November 2022

Berdasarkan diagram diatas didapatkan data bahwa dari 244 lansia

yang aktif ke posyandu di Desa Simpang Kubu sebesar 18%, sedangkan

lansia yang tidak aktif ke posyandu sebanyak 82%.

82
4. Analisa Data

NO DATA MASALAH
KEPERAWATAN
1 Data subjektif : Risiko terjadinya
penyakit akibat
 Masyarakat mengatakan selama 2 minggu lingkungan kurang
terakhir belum ada dilakukan gotong sehat.
royong bersama masyarakat desa Simpang
Kubu untuk membersihkan lingkungan.
 Masyarakat mengatakan karena tidak
disediakan penampungan sampah akhir
yang disediakan di desa SimpangKubu
sehingga masyarakat lebih memilih
mengolah sampah dengan dibakar yang
dirasa lebih efisien dan simple.
 Masyarakat mengatakan anggota
keluarganya sering mengalami batuk,
pilek dan demam.
 Berdasarkan wawancara kepada beberapa
masyarakat, mereka mengatakan tidak
mengetahui bagaimana cara pengolahan
sampah yang benar.

Data objektif :

 Ditemukan banyak sampah yang


berserakan di sekitar lingkungan rumah
warga
 Ditemukan beberapa rumah warga yang
tidak memiliki tong sampah
 Tidak ada tempat pembuangan sampah
khusus di desa SimpangKubu
 Kondisi geografis desa Simpang Kubu
masih banyak tanaman liar dan tidak
terawat
 Ditemukan dalam 1 bulan terakhir banyak
masyarakat yang terjangkit demam, batuk
dan pilek.
 Membersihkan tempat penampungan air
tiap hari 77 KK (11,8%), tidak tentu 341
KK (52,5 %), sebulan sekali 102 KK (15,7
%), seminggu sekali 130 KK (20 %).
 Ventilasi rumah tertutup 338 KK (52 %),
terbuka 303 KK (46,6 %), tidak ada 9 KK
(1,4%).

83
 Cara pengolahan sampah dengan cara
dibakar 613 KK (94,31%), pengolahan
sampah dengan cara dibuang ke sungai
sebanyak 13 KK (2 %), dan 19 KK
(2,9%) sampah ditimbun dan diangkut
dinas kebersihan 5 KK (0,8 %).
 Saluran pembuangan air limbah keluarga
dengan perserapan terbuka sebanyak 77
KK (11,8 %), dibuang diselokan sebanyak
98 KK (15,1%), dibuang sembarangan
tanpa saluran 79 KK (12,2 %), perserapan
tertutup sebanyak 396 KK (60,9 %),

2 Data subjektif : Risiko meningkatnya


 Lansia mengatakan kurang penyakit degeneratif
memperhatikan kesehatan seperti tidak pada lansia
melakukan pemeriksaan rutin kesehatan. berhubungan dengan
 Lansia mengatakan sebelumnya sudah kurangnya
pernah melaksanakan senam lansia, pengetahuan tentang
namun lansia itu sendiri masih belum penyakit degeneratif
konsisten dalam melakukan senam lansia dan keaktifan untuk
tersebut. memeriksakan
 Lansia mengatakan tidak menjaga asupan kesehatannya ke
makanannya. posyandu
 Lansia mengatakan sering mengkonsumsi
makanan seperti ikan asin, ikan teri dan
kacang-kacangan.
Data objektif :
 Dari 244 lansia 105 orang (43 %)
mengalami hipertensi, 43 orang (17,6 %)
mengalami rematik, 9 orang (3,7 %)
mengalami gangguan pendengaran.
 Mayoritas lansia tidak memiliki pantangan
makan.
 Dari 244 jumlah lansia di desa
SimpangKubu, hanya 44 lansia (18 %)
yang rutin mengunjungi Posyandu lansia.
3 Data subjektif :
 Berdasarkan wawancara dengan pihak Ketidakefektifan
puskesmas mengatakan bahwa telah koping kelompok
diberikan penyuluhan Kesehatan. berisiko (Lansia, ibu
 Pihak puskesmas mengatakan tanggapan hamil, balita) b.d
masyarakat yang masih rendah yaitu < 50 kurangnya keaktifan
% kelompok berisiko
Data objektif : untuk memeriksakan
kesehatannya

84
 Masyarakat yang ikut berpartisipasi
sedikit Ketika diadakan posyandu balita
yang rutin mengunjungi posyandu 49,5%
 Ketika diadakan posyandu lansia, yang
rutin melakukan kunjungan hanya 14
lansia dari total 244 lansia
 Ketika diadakan posyandu kelas ibu hamil
dari 14 undangan yang disebar hanya 7
orang yang mengikuti kegiatan tersebut
 Dari 198 balita di desa SimpangKubu,
hanya 98 balita (49,5 %) yang aktif ke
posyandu
4 Data Subjektif: Risiko meningkatnya
 Masyarakat mengatakan malas membawa kejadian kurang gizi
anaknya pergi imunisasi pada balita
 Berdasarkan wawancara kepada beberapa berhubungan dengan
masyarakat mengatakan kurang percaya kurangnya informasi
dengan imunisasi tentang kondisi
 Berdasarkan wawancara kepada beberapa prognosis dan
masyarakat mengatakanbahwa mereka kebutuhan nutrisi
takut dengan efek yang ditimbulkan
setelah imunisasi seperti demam.
 Masyarakat mengatakan tidak tahu
tentang pengolahan sayur yang benar
Data Objektif:
 Status gizi balita dalam kategori kurang
sebanyak 44 balita (22,22%)
 Balita yang di-imunisasi lengkap di desa
Simpang Kubu sebanyak 112 balita
(56,6%) , sedangkan untuk balita yang
tidak lengkap imunisasi berjumlah 86
(43,4%)
 Kebiasaan mengolah sayur dengan cara
dipotong baru dicuci sebanyak 327 KK
(50,3%)
 Mayoritas masyarakat masih jarang
menjadikan sayur sebagai menu wajib
yaitu sebanyak 391 KK (60,2%)
 Sebagian besar masyarakat jarang
mengkonsumsi buah yaitu sebanyak 490
KK (75,4%)

5 Data Subjektif: Pemeliharaan

85
 Berdasarkan hasil wawancara ditemukan kesehatan tidak efektif
bahwa masyarakat jarang mengkonsumsi dibuktikan dengan
buah dan sayur ketidakmampuan
 Berdasarkan hasil wawancara ditemukan membuat penilaian
bahwa sebagian besar masyarakat yang tepat.
beranggapan bahwa buah yang sehat itu D.0117
hanyalah buah yang mahal
 Berdasarkan hasil wawancara ditemukan
bahwa masyarakat masih menganggap
sayur bukanlah menu penting
 Sebagian masyarakat mengatakan
mengkonsumsi air dari mata air secara
langsung dibuktikan dengan 36,2%
keluarga mengkonsumsi air minum tanpa
dimasak.
 Sebagian masyarakat beranggapan bahwa
mata air sudah aman dikonsumsi tanpa
dimasak terlebih dahulu.
 Masyarakat mengatakan malas untuk
memasak air.
 Berdasarkan wawancara kepada beberapa
masyarakat mengatakan dalam sebulan
terakhir ada anggota keluarga yang
mengalami diare.
Data Objektif:
 Masyarakat yang selalu mengkonsumsi
sayuran ada sebanyak 259 KK (39,8 %)
sedangkan masyarakat masih jarang
menjadikan sayur sebagai menu wajib
yaitu sebanyak 391 KK (60,2%)
 Sebagian besar masyarakat jarang
mengkonsumsi buah yaitu sebanyak 490
KK (75,4%), masyarakat yang selalu
mengkonsumsi buah 76 KK (11,7%) dan
masyarakat yang tidak mengkonsumsi
buah 84 KK (12,9%)
 Masyarakat yang memperoleh air minum
dari mata air sebanyak 384 KK (59,1%),
sumur keluarga 219 KK (33,7%), PAM 25
KK(3,8%), sumur umum 22 KK(3,4%).
 Kebiasaan masyarakat mengkonsumsi air
tanpa dimasak terlebih dahulu 235
KK(36,2%), air dimasak terlebih dahulu
341KK (52,5%), dan kadang-kadang
dimasak 74 KK (11,4%).

86
 Masyarakat yang menggunakan jenis
jamban Jemplung sebanyak 15,7%

6 Data Subjektif: Resiko kehamilan


 Berdasarkan wawancara kepada tidak dikehendaki
beberapaWUS mengtakan bahwa alasan dibuktikan dengan
tidak menggunakan alat kontrasepsi tidak menggunakan
dikarenakan khawatir dengan efek alat kontrasepsi
samping yang ditimbulkan oleh alat D.0073
kontrasepsi tersebut.
 Masyarakat masih meyakini bahwa
banyak anak banyak rezki.
 Masyarakat beranggapan bahwa
penggunaan alat kontrasepsi masih dinilai
kurang efektif sehingga minat masyarakat
menjadi berkurang.
Data Objektif:
 WUS yang bukan akseptor KB di desa
Simpang Kubu 58,8%
7 Data Subjektif Risiko terjadinya
 Beberapa ibu hamil mengatakan hanya komplikasi kehamilan
memeriksakan kehamilan pada saat awal berhubungan dengan
kehamilan dan pada saat mendekati ketidakefektifan ibu
persalinan hamil memeriksakan
 Dari 14 undangan kelas ibu hamil yang kesehatan
sudah disebar, hanya terdapat 7 ibu hamil
yang mengikuti kelas tersebut
Data Objektif
 Ibu hamil yang memeriksakan
kehamilannya sebanyak 50%
 Tampak dari kelas ibu hamil yang
dilakukan hanya sebagian ibu hamil yang
hadir

87
5. Prioritas Masalah

Ketersediaan
NO Masalah Keperawatan A B C D E F G Sumber Skor
H I J K L
1 Resiko meningkatnya penyakit
Degeneratif dibuktikan dengan
defisit pengetahuan tentang penyakit 5 4 3 5 5 4 4 5 3 3 5 5 51
Degeneratif pada lansia (Hipertensi,
rematik)
2 Resiko terjadinya penyakit akibat
5 5 5 3 3 4 3 4 3 3 4 2 44
lingkungan kurang sehat.
3 Ketidakefektifan koping
kelompok beresiko (lansia,ibu
hamil, balita) b/d kurangnya 4 5 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 39
keaktifan kelompok beresiko
untuk memeriksa kesehatannya
4 Pemeliharaan kesehatan tidak
efektif dibuktikan dengan
ketidakmampuan membuat 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 35
penilaian yang tepat

5 Resiko meningkatnya kejadian


kurang gizi pada balita b/d
kurangnya informasi, prognosis 33
4 4 4 2 1 2 3 3 2 3 3 2
dan kebutuhan nutrisi

6 Resiko terjadi komplikasi


kehamilan b/d ketidakefektifan
ibu hamil memeriksa Kesehatan 4 3 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 27

7 Resiko kehamilan tidak


dikehendaki dibuktikan dengan
tidak menggunakan alat 4 3 3 1 1 1 2 2 1 2 2 2 24
kontrasepsi

88
Keterangan :

Keterangan Huruf :

A = Sesuai dengan perawat komunitas

B = Sesuai dengan program pemerintah

C = Sesuai dengan intervensi pendidikan kesehatan

D = Risiko Terjadi

E = Risiko parah

F = Minat Masyarakat

G = Kemudahan untuk diatasi

H = Tempat

I = Dana

J = Waktu

K = Fasilitas

L = Petugas

Keterangan Angka :

1 = Sangat rendah

2 = Rendah

3 = Cukup

4 = Tinggi

5 = Sangat Tinggi

89
6. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

No DX KEP. TUJUAN TUJUAN EVALUASI


STRATEGI INTERVENSI
KOM UMUM KHUSUS KRITERIA STANDAR
1 Resiko Setelah Setelah dilakukan - .Penyuluhan 1. Lakukan 1. Respon verbal
meningkatnya dilakukan kegiatan selama 1 (penkes) penyuluhan tentang dengan
penyakit kegiatan bulan diharapkan : - Penyebaran hipertensi dan standar
degeneratif selama 2 bulan, 1. Meningkatnya leaflet rematik, meliputi : evaluasi 80%
dibukikan diharapkan pengetahuan - Penempelan a. Pengertian masyarakat
dengan defisit tidak terjadi masyarakat poster b. Tanda gejala mampu
pengetahuan peningkatan tentang - Pengangkata c. Penyebab menyebutkan
tentang penyakit penyakit n kader d. Patofisiologi serta
penyakit hipertensi. hipertensi. - Senam sehat e. Klasifikasi menjelaskan
degeneratif
Meningkatnya f. Penatalaksanaa tentang arti
pada lansia
pengetahuan g. Komplikasi dari hipetensi
(hipertensi dan
masyarakat 2. Melakukan dan
rematik/asam
tentang pemeriksaan rematik/asam
urat)
komplikasi akibat kesehatan secara urat tanda
hipertensi rutin. gejala dari

90
3. Penyebaran leaflet hipertensi,
yang berisi tentang rematik
hipertensi dan penyebab dan
rematik/asam urat. penatalaksana
4. Penempelan poster an yang dapat
yang berisi tentang digunakan
hipertensi dan untuk
rematik/asam urat. mengurangi
5. Meningkatkan hipertensi,
kesadaran dan rematik, serta
memotivasi komplikasi
masyarakat melalui akibat dari
kader atau tokoh penyakit
masyarakat untuk hipertensi,
aktif memelihara rematik/asam
kesehatan dan urat, tersebut.
berperilaku hidup 2. Respon
sehat. afektif dan
6. Koordinasi dengan psikomotor

91
tokoh masyarakat dengan
terkait standar
penyelenggaraan evaluasi 80%
aktivitas fisik masyarakat
seperti senam sehat. mau
melakukan
cek kesehatan
secara rutin.
3. Respon
afektif dan
psikomotor
dengan
standar
evaluasi 80%
leaflet
tersebar di
seluruh desa
Simpang
Kubu.

92
4. Respon
kognitif
dengan
standar
evaluasi 80%
poster
tersebar di
seluruh desa
Simpang
Kubu.
5. Respon
afektif dan
psikomotor
dengan
standar
evaluasi 80%
masyarakat
mampu ikut
serta

93
memlihara
kesehatan dan
berperilaku
hidup sehat.
6. Respon
afektif dan
psikomotor
90%
masyarakat
antusias untuk
mengikuti
kegiatan
aktifitas fisik
seperti senam
sehat.

94
2 Risiko setelah Setelah dilakukan - Penyuluh 1. Lakukan 1. Masyarakat 1. 80%
terjadinya dilakukan kegiatan selama 2 an penyuluhan tentang mampu masyarakat
penyakit akibat kegiatan bulan diharapkan: (penkes) kesehatan menyebutkan, mampu
lingkungan
selama 2 bulan 1. Meningkatnya - Penyebar lingkungan menjelaskan menyebutk
kurang sehat.
diharapkan pengetahuan an leaflet meliputi : tentang arti an terkait
peningkatan masyarakat - Penempe - Pengertian lingkungan kesehatan
penyakit yang tentang lan - Kriteria yang sehat dan lingkungan.
berbasis kesehatan poster - Manfaat mampu 2. 80% leaflet
lingkungan lingkungan. - Pengang - Akibat mengidentifikas tersebar di
tidak terjadi. Meningkatnya katan 2. Lakukan penkes i ciri-ciri desa
pengetahuan kader tentang penyakit lingkungan Simpang
masyarakat - Pengolah akibat lingkungan sehat serta Kubu
tentang penyakit an yang kurang sehat mengetahui 3. 80% poster
akibat lingkungan limbah dan cara penyakit akibat tersebar
yang kurang Kerja bakti perawatannya lingkungan didesa
sehat. 3. Penyebaran leaflet yang tidak sehat Simpang
tentang kesehatan dan cara Kubu
lingkungan perawatanny 80%
4. Penempelan poster 2. Leaflet tersebar masyarakat

95
tentang kesehatan di desa Simpang semangat
lingkunga Kubu melakukan
5. Meningkatkan 3. Poster tersebar kerja bakti
kesadaran dan di desa Simpang dan mendaur
motivasi masyrakat Kubu ulang sampah
melalui 4. Masyarakat
pengangkatan semangat
kader-kader mengikuti kerja
6. koordinasi dengan bakti dan
tokoh masyarakat pengolahan
untuk limbah
menyelenggarakan
kerja bakti
mendaur ulang
sampah
(pengolahan
limbah)
3 Ketidakefekti setelah Setelah dilakukan - Penyuluhan 1. Mengembangkan 1.Lansia dan 1. 80%
kegiatan selama 2 peningkatan balita banyak
fan koping dilakukan (penkes) kelompok
bulan diharapkan: penyuluhan yang ikut

96
kelompok kegiatan 1. Meningkatkan - Penyebaran kesehatan di berpartisipasi berisiko
pengetahuan penjuru desa untuk
beresiko selama 2 bulan leaflet (lansia dan
dan kesadaran Simpang kubu. mengikuti
(lansia dan diharapkan (lansia dan - Penempelan 2. Mengimplementas kegiatan balita) ikut
balita) desa ikan strategi pemeriksaan berpartisipasi
balita) b.d peningkatankef poster
Simpang penyelesaian kesehatan.
kurangnya ektifan Kubu tentang - Pengangkat masalah ksehatan 2.Leaflet dalam kegiaan

kelompok kegiatan untuk yang efektif. tersebar di pemeriksaan


keefektifan an kader
memeriksa 3. Mengembangkan desa Simpang
kelompok berisiko (lansia kesehatannya . kekohesifan kubu. kesehatannya.
beresiko untuk dan balita) kelompok berisiko 3.Poster 2. 80%
Meningkatnya (lansia dan balita) tersebar
memeriksa dalam leaflet
partisipasi didesa
kesehatannya. memeriksa Simpang tersebar di
kelompok kubu.
kesehannya.
desa Simpang
berisiko (lansia
kubu
dan balita).
3. 80%
poster
tersebar
didesa
Simpang
Kubu.

97
7. Implementasi Keperawatan
Setelah disusun perencanaan yang telah disepakati oleh masyarakat

maka dilakukan implementasi dari rencana tersebut. Tahap implementası

dilaksanakan dalam waktu lebih kurang tiga minggu, dimana kegiatan

tersebut melibatkan seluruh masyarakat yang ada di Desa Simpang Kubu

bersama dengan Mahasiswa/i profesi ners keperawatan komunitas

Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai.

Hal ini dijelaskan bahwa dalam melakukan tindakan perlu adanya

rumusan strategi untuk kegiatan serta bagaimana agar tindakan yang

dilakukan dapat mencapai suatu tujuan. Strategi yang digunakan itu

promosi kesehatan, layanan kesehatan, kerja kelompok, dan pemberdayaan

masyarakat.

Adapun kerja sama yang baik antara Mahasiswa/i dengan

Puskesmas Kampar serta anggota POKJAKES "Ceria", Kepala Desa,

Kepala Dusun, Ketua RT dan RW, Ketua pemuda, Kader yang aktif,

partisipasi masyarakat, dan juga karena adanya dana dari mahasiswa/i dan

sponsor yang membantu terlaksananya kegiatan. Kegiatan yang dilakukan

dalam bentuk penyuluhan kesehatan dan pengembangan keaktifan remaja

dapat dilakukan disiang hari bersamaan dengan kegiatan rutin yang

dilakukan oleh masyarakat setiap minggunya.

Dukungan dari lintas sektoral dan program dalam pelaksanaan

kegiatan yaitu: puskesmas, desa, donatur dan tersedianya lokasi yang

mendukung pelaksanaan kegiatan yaitu, kantor desa, lapangan,

mushalla/masjid dan posko Mahasiswa/i.

98
Namun masih ada sebagian masyarakat yang beranggapan bahwa

pelaksanaan kegiatan adalah tanggung jawab Mahasiswa/i profesi ners

bukan kegiatan masyarakat sehingga seluruh persiapan kegiatan

dilaksanakan oleh Mahasiswa/i serta anggota dasa wisma/PKK dan

POKJAKES "Ceria'". Dari perencanaan kegiatan yang dilaksanakan pada

tahap imlementasi telah dilakukan dengan baik, adapun implementasi dari

masing- masing diagnosa keperawatan antara lain:

1. Resiko meningkatnya penyakit degeneratif dibuktikan dengan

defisit pengetahuan tentang penyakit degeneratif pada lansia

(hipertensi dan rematik/asam urat)

a. Melakukan penyuluhan tentang hipertensi dan rematik/asam urat,

meliputi :

- Pengertian

- Tanda dan gejala

- Penyebab

- Patofisiologi

- Klasifikasi

- Penatalaksanaan

- Komplikasi

b. Melakukan senam hipertensi dan rematik/asam urat pada lansia

c. Penempelan poster yang berisi tentang hipertensi dan rematik/asam

urat

99
d. Meningkatkan kesadaran dan motivasi masyarakat melalui kader

atau tokoh masyarakat untuk aktif memelihara kesehatan dan

berperilaku hidup sehat

e. Berkoordinasi dengan tokoh masyarakat terkait penyelenggaraan

aktivitas fisik seperti senam hipertensi dan rematik/asam urat.

Faktor pendukung yang dimiliki yaitu adanya dukungan

dari pihak pihak terkait seperti dari puskesmas, kepala desa, kepala

dusun, ketua pemuda, ketua RW/RW serta adanya antusias dari

Masyarakat tentang Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat

Faktor penghambat pada kegiatan ini yaitu masyarakat

banyak tidak hadir pada saat penyuluhan dan kurangnya fasilitas

seperti alat cek tekanan darah dan alat pengukuran kadar asam urat.

2. Risiko terjadinya penyakit akibat lingkungan kurang sehat

a. Melakukan penyuluhan mengenai kesehatan lingkungan, meliputi:

- Pengertian

- Kriteria

- Manfaat

- Akibat

b. Penyebaran poster tentang kesehatan lingkungan melalui media

sosial

c. Meningkatkan kesadaran dan motivasi masyarakat melalui

pengangkatan kader-kader

100
d. Berkoordinasi dengan tokoh masyarakat untuk melakukan gotong

royong bersama

e. Berkoordinasi dengan perangkat desa untuk pembuatan Tempat

Pembuangan Akhir (TPA)

Faktor pendukung yang dimiliki yaitu adanya dukungan dari pihak-

pihak terkait seperti dari puskesmas, kepala desa, kepala dusun, ketua

pemuda, serta ketua RW/RT.

Faktor penghambat pada kegiatan ini yaitu masih banyak

masyarakat yang tidak hadir untuk mengikuti penyuluhan sehingga

informasi yang disampaikan tidak dapat tersampaikan kepada seluruh

warga serta masih kurangnya motivasi warga dalam menerapkan dan

menjaga kesehatan lingkungan yang ditandai dengan banyaknya warga

yang tidak hadir dalam gotong royong, sampah yang berserakan, dan

sampah-sampah ditempat umum serta kurang kooperatifnya perangkat

desa dalam perencanaan pembuatan Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

3. Ketidakefektifan koping kelompok berisiko (lansia dan balita) b.d

kurangnya keefektifan kelompok berisiko untuk memeriksakan

kesehatannya

a. Melakukan kegiatan senam lansia

b. Melakukan kegiatan penyuluhan kebutuhan nutrisi pada bayi dan

balita

c. Melakukan penyuluhan toilet training

101
Faktor pendukung yang dimiliki yaitu antara lain para orang tua

yang memiliki anak sangat berantusias dan bersemangat mengikuti

kegiatan di tempat yang telah disediakan oleh tokoh masyarakat dan

diberikan leaflet tentang materi yang disampaikan. Selain itu posyandu

yang permanen juga sudah ada di Desa Simpang Kubu.

Faktor penghambat dalam kegiatan ini adalah masih banyak orang

tua yang belum mengetahai manfaat gizi seimbang untuk bayi dan

balitanya serta masih ada beberapa kader yang belum datang dalam

kegiatan posyandu maupun kegiatan penyuluhan.

8. Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi merupakan kegiatan menilai pelaksanaan intervensi

dan implementasi yang telah dilaksanakan pada tahap ini masih banyak

yang harus dievaluasi karena membutuhkan waktu yang lama, sehingga

perlu rencana tindak lanjut bersama masyarakat sesuai dengan rencana

keperawatan yang ada. Sedangkan untuk evaluasi singkat berupa respon

verbal dan non verbal yang sudah dilaksanakan seperti pada saat

pelaksanaan kegiatan penyuluhan, penyebaran leaflet, diskusi, dan

pemasangan poster.

Adanya kerjasama yang baik antara mahasiswa/i, POKJAKES

“Ceria" dan peran serta masyarakat serta dukungan dari aparat Desa,

Dusun, RW/RT dan puskesmas setempat sangat membantu untuk

menetapkan kriteria kegiatan, namun karena beragam aktivitas masyarakat

menyebabkan partisipasi masyarakat tidak sesuai dengan kriteria yang

102
diharapkan, apalagi ditambah dengan kurangnya motivasi masyarakat

dalam hal kesehatan membuat kriteria yang ditetapkan tidak maksimal.

Terbentuknya organisasi POKJAKES "Ceria" diharapkan akan

dapat melanjutkan program kegiatan mahasiswa/i profesi ners keperawatan

komunitas, serta adanya dukungan dari lintas program dan lintas sektoral

sehingga membantu kesinambungan kegiatan mahasiswa/I profesi ners

keperawatan komunitas. Tetapi, kesibukan dari pengurus POKJAKES

"Ceria" menyebabkan sedikitnya waktu luang yang tersisa untuk

pelaksanaan program-program kegiatan dari setiap unit POKJAKES.

103
104
105

Anda mungkin juga menyukai