OLEH
WISNU (18.321.2900)
Mengetahui
Mahasiswa
Pembimbing Akademik (CT)
Stadium 2
Sama seperti pada stadium awal, tanda – tanda seseorang berada pada stadium 2 juga
dapat tidak merasakan gejala yang aneh karena ginjal tetap dapat berfungsi dengan baik.
Kalaupun hal tersebut diketahui biasanya saat penderita memeriksakan diri untuk penyakit
lainnya seperti diabetes dan hipertensi.
Stadium 3
Seseorang yang menderita GGK stadium 3 mengalami penurunan GFR moderat yaitu
diantara 30 s/d 59 ml/min. dengan penurunan pada tingkat ini akumulasi sisa – sisa
metabolisme akan menumpuk dalam darah yang disebut uremia. Pada stadium ini muncul
komplikasi seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), anemia atau keluhan pada tulang.
Gejala- gejala juga terkadang mulai dirasakan seperti :
Pada stadium ini fungsi ginjal hanya sekitar 15 – 30 persen saja dan apabila seseorang
berada pada stadium ini maka sangat mungkin dalam waktu dekat diharuskan menjalani
terapi pengganti ginjal / dialisis atau melakukan transplantasi. Kondisi dimana terjadi
penumpukan racun dalam darah atau uremia biasanya muncul pada stadium ini. Selain itu
besar kemungkinan muncul komplikasi seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), anemia,
penyakit tulang, masalah pada jantung dan penyakit kardiovaskular lainnya.
CKD
Hipervolemia
Gangguan keseimbangan
asam basa
Pada paru
Asam lambung
Mual, muntah
Anoreksia
Defisit Nutrisi
E. Manifestasi Klinis
Menurut Brunner & Suddart (2002) setiap sistem tubuh pada gagal ginjal kronis
dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka pasien akan menunjukkan sejumlah tanda dan
gejala. Keparahan tanda dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan
ginjal, usia pasien dan kondisi yang mendasari. Tanda dan gejala pasien gagal ginjal
kronis adalah sebagai berikut :
a. Manifestasi kardiovaskuler
Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem renin-
angiotensin-aldosteron), pitting edema (kaki,tangan,sakrum), edema periorbital,
Friction rub perikardial, pembesaran vena leher.
b. Manifestasi dermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus, ekimosis, kuku tipis dan
rapuh, rambut tipis dan kasar.
c. Manifestasi Pulmoner
Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan Kussmaul
d. Manifestasi Gastrointestinal
Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut, anoreksia, mual,muntah,
konstipasi dan diare, pendarahan saluran gastrointestinal
e. Manifestasi Neurologi
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan tungkai, panas pada
telapak kaki, perubahan perilaku
f. Manifestasi Muskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop
g. Manifestasi Reproduktif
Amenore dan atrofi testikuler
F. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan derajat komplikasi ginjal.
1. Ultrasonografi ginjal digunakan untuk menentukan ukuran ginjal dan adanya massa
kista, obtruksi pada saluran perkemihan bagianatas.
2. Biopsi Ginjal dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel jaringan untuk
diagnosis histologis.
3. Endoskopi ginjal dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal.
4. EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam
basa.
b. Foto Polos Abdomen
Menilai besar dan bentuk ginjal serta adakah batu atau obstruksi lain.
c. Pielografi Intravena
Menilai sistem pelviokalises dan ureter, beresiko terjadi penurunan faal ginjal pada usia
lanjut, diabetes melitus dan nefropati asam urat.
d. USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkin ginjal , anatomi sistem pelviokalises,
dan ureter proksimal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi sistem pelviokalises dan
ureter proksimal, kandung kemih dan prostat.
e. Renogram
Menilai fungsi ginjal kanan dan kiri , lokasi gangguan (vaskuler, parenkhim) serta sisa
fungsi ginjal
f. Pemeriksaan Radiologi Jantung
Mencari adanya kardiomegali, efusi perikarditis
g. Pemeriksaan radiologi Tulang
Mencari osteodistrofi (terutama pada falangks /jari) kalsifikasi metatastik
h. Pemeriksaan radiologi Paru
Mencari uremik lung yang disebabkan karena bendungan.
i. Pemeriksaan Pielografi Retrograde
Dilakukan bila dicurigai adanya obstruksi yang reversible
j. EKG
Untuk melihat kemungkinan adanya hipertrofi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis,
aritmia karena gangguan elektrolit (hiperkalemia)
k. Biopsi Ginjal
dilakukan bila terdapat keraguan dalam diagnostik gagal ginjal kronis atau perlu untuk
mengetahui etiologinya.
l. Pemeriksaan laboratorium menunjang untuk diagnosis gagal ginjal
1) Laju endap darah
2) Urin
Volume : Biasanya kurang dari 400 ml/jam (oliguria atau urine tidak ada (anuria).
Warna : Secara normal perubahan urine mungkin disebabkan oleh pus / nanah,
bakteri, lemak, partikel koloid,fosfat, sedimen kotor, warna kecoklatan
menunjukkan adanya darah, miglobin, dan porfirin.
Berat Jenis : Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan kerusakan
ginjal berat).
Osmolalitas : Kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan tubular, amrasio
urine / ureum sering 1:1.
3) Ureum dan Kreatinin
Ureum:
Kreatinin: Biasanya meningkat dalam proporsi. Kadar kreatinin 10 mg/dL diduga
tahap akhir (mungkin rendah yaitu 5).
4) Hiponatremia
5) Hiperkalemia
6) Hipokalsemia dan hiperfosfatemia
7) Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia
8) Gula darah tinggi
9) Hipertrigliserida
10) Asidosis metabolik
G. Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama penatalaksanaan pasien GGK adalah untuk mempertahankan
fungsi ginjal yang tersisa dan homeostasis tubuh selama mungkin serta mencegah atau
mengobati komplikasi (Smeltzer, 2001; Rubenstain dkk, 2007). Terapi konservatif
tidak dapat mengobati GGK namun dapat memperlambat progres dari penyakit ini
karena yang dibutuhkan adalah terapi penggantian ginjal baik dengan dialisis atau
transplantasi ginjal.
Lima sasaran dalam manajemen medis GGK meliputi :
1. Untuk memelihara fungsi renal dan menunda dialisis dengan cara mengontrol
proses penyakit melalui kontrol tekanan darah (diet, kontrol berat badan dan obat-
obatan) dan mengurangi intake protein (pembatasan protein, menjaga intake
protein sehari-hari dengan nilai biologik tinggi < 50 gr), dan katabolisme
(menyediakan kalori nonprotein yang adekuat untuk mencegah atau mengurangi
katabolisme).
2. Mengurangi manifestasi ekstra renal seperti pruritus , neurologik, perubahan
hematologi, penyakit kardiovaskuler;
3. Meningkatkan kimiawi tubuh melalui dialisis, obat-obatan dan diet;
4. Mempromosikan kualitas hidup pasien dan anggota keluarga
(Black & Hawks, 2005)
Penatalaksanaan konservatif dihentikan bila pasien sudah memerlukan dialisi tetap
atau transplantasi. Pada tahap ini biasanya GFR sekitar 5-10 ml/mnt. Dialisis juga
diiperlukan bila :
Asidosis metabolik yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan
Hiperkalemia yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan
Overload cairan (edema paru)
Ensefalopati uremic, penurunan kesadaran
Efusi perikardial
Sindrom uremia ( mual,muntah, anoreksia, neuropati) yang memburuk.
H. Komplikasi
Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, penderita CKD akan mengalami
beberapa komplikasi. Komplikasi dari CKD menurut Smeltzer dan Bare (2001) serta
Suwitra (2006) antara lain adalah :
1. Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, kata bolisme, dan masukan
diit berlebih.
2. Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi produk sampah
uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin angiotensin
aldosteron.
4. Anemia akibat penurunan eritropoitin.
5. Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum
yang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan peningkatan kadar alumunium
akibat peningkatan nitrogen dan ion anorganik.
6. Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.
7. Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan.
8. Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.
9. Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia.
Konsep Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian fokus yang disusun berdasarkan pada Gordon dan mengacu pada Doenges
(2001), serta Carpenito (2006) sebagai berikut :
1. Demografi.
Penderita CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada juga yang
mengalami CKD dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh berbagai hal seperti
proses pengobatan, penggunaan obat-obatan dan sebagainya. CKD dapat terjadi pada
siapapun, pekerjaan dan lingkungan juga mempunyai peranan penting sebagai pemicu
kejadian CKD. Karena kebiasaan kerja dengan duduk / berdiri yang terlalu lama dan
lingkungan yang tidak menyediakan cukup air minum / mengandung banyak senyawa/
zat logam dan pola makan yang tidak sehat.
2. Riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM, glomerulo nefritis,
hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi saluran kemih, dan traktus urinarius
bagian bawah juga dapat memicu kemungkinan terjadinya CKD.
3. Pola nutrisi dan metabolik.
Gejalanya adalah pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB dalam kurun waktu 6
bulan. Tandanya adalah anoreksia, mual, muntah, asupan nutrisi dan air naik atau turun.
4. Pola eliminasi
Gejalanya adalah terjadi ketidak seimbangan antara output dan input. Tandanya adalah
penurunan BAK, pasien terjadi konstipasi, terjadi peningkatan suhu dan tekanan darah
atau tidak singkronnya antara tekanan darah dan suhu.
5. Pengkajian fisik
a. Penampilan / keadaan umum.
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran pasien dari
compos mentis sampai coma.
b. Tanda-tanda vital.
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi meningkat dan
reguler.
c. Antropometri.
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan nutrisi, atau terjadi
peningkatan berat badan karena kelebihan cairan.
d. Kepala.
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran telinga, hidung
kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum, bibir kering dan pecah-pecah,
mukosa mulut pucat dan lidah kotor.
e. Leher dan tenggorok.
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.
f. Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat otot bantu
napas, pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara tambahan pada paru (rongkhi
basah), terdapat pembesaran jantung, terdapat suara tambahan pada jantung.
g. Abdomen.
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut buncit.
h. Genital.
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi, terdapat ulkus.
i. Ekstremitas.
Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema, pengeroposan tulang, dan
Capillary Refill lebih dari 1 detik.
j. Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan mengkilat / uremia,
dan terjadi pericarditis
2. Diagnosa Keperawatan
1. Hipervolemia berhubungan dengan gangguan balik vena ditandai dengan edema
anasarka atau edema perifer.
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kelebihan volume ciran ditandai
dengan kerusakan jaringan.
3. Intoleran Aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen ditandai dengan merasa lemas
4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
ditandai dengan suara nafas tambahan.
5. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient ditandai
dengan berat badan menurun minimal 10 % dibawah rentang ideal.
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
Hipervolemia berhubungan Setelah dilakukan asuhan Fluid balance 1. Untuk
dengan kelebihan asupan dan keperawatan selama…x24 1. Monitor intake dan mengetahui
natrium ditandai dengan edema jam diharapkan output cairan asupan yang
anasarka atau edema perifer peningkatan volume cairan 2. Batasi asupan masuk ke dalam
cairan dan garam
dapat berkurang. tubuh
3. Ajarkan cara
2. Untuk
Kriteria Hasil: mengukur dan
mengetahui
- Tekanan darah mencatat asupan
asupan
dalam batas normal dan luaran cairan
pemberian
- Denyut nadi radial 4. Kolaborasi
pemberian deuretik cairan
dalam batas normal
3. Untuk
- Keseimbangan
mengetahui
intake dan output
asupan yang
dalam 24 jam
diberikan ke
- Berat badan stabil
pasien
- Turgor kulit tidak
4. Untuk terapi
mengilap dan
medis
tegang
perfusi ditandai dengan suara system pertukaran gas frekuensi dan kedalaman 2. Agar pasien bisa
napas, penggunaan otot bernafas dengan
nafas tambahan pasien kembali normal
bantu napas, bunyi napas baik
dengan kriteria hasil:
3. Agar jalan nafas
a) Frekuensi pernapasan tambahan, saturasi
pasien tidak
dalam batas normal (30- oksigen)
terhambat
60 X/menit) 2. Berikan posisi semi
4. Untuk terapi medis
b) Irama pernapasan tidak fowler atau fowler
napas tambahan.
f) Tidak tampak retraksi
dinding dada.
g) Tidak tampak
pengembangan dinding
dada yang tidak simetris.
Defisit nutrisi berhubungan Setelah dilakukan tindakan Nutrition management 1. Untuk
1. Monitor berat badan
dengan ketidakmampuan asuhan keperawatan selama mengetahui berat
2. Berikan makanan tinggi
mengabsorbsi nutrient ditandai ...x24 jam, diharapkan badan pasien
kalori dan tinggi protein
dengan berat badan menurun deficit nutrisi kembali 2. Untuk
3. Ajarkan diet yang
minimal 10 % dibawah rentang normal dengan kriteria mengetahui
diprogramkan
ideal hasil: jumlah asupan
4. Kolaborasi dengan ahli
yang diterima
gizi untuk menentukan
pasien
jumlah kalori dan jenis
3. Agar ketepatan
nutrien yang
makan pasien
dubutuhkan, jika perlu
teratur
4. Untuk terapi
medis
4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses perawatan. Implementasi
merupakan tahap pengerjaan atau tindakan dari intervensi yang telah
disusun.Tindakan keperawatan disesuaikan dengan intervensi yang dilakukan.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
tidak. Jika tujuan tidak tercapai, maka perlu dikaji ulang letak kesalahannya, dicari jalan
keluarnya, kemudian catat apa yang ditemukan, serta apakah perlu dilakukan perubahan
intervensi.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.S
DENGAN DIAGNOSA MEDIS CKD STADIUM V
DI RUANG KENANGA RSUD X
TANGGAL 27-29 JULI 2020
I. PENGKAJIAN
1. Identitas
1. Identitas Pasien
Nama : Tn.A
Umur : 56 thn
Agama : Hindu
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
Pendidikan : S1 Pendidikan Guru SD
Pekerjaan : Petani
Suku Bangsa : Indonesia
Alamat : Jagapati
Tanggal Masuk : 10 Mei 2021
Tanggal Pengkajian : 10 Mei 2021
No. Register : 2054xxxx
Diagnosa Medis : CKD Stadium V
2. Pernah dirawat
Pasien mengatakan belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya
3. Alergi
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi makanan, minuman, atau obat.
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Berpindah √
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergantung total
2) Latihan
Sebelum sakit
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien setiap hari olahraga ringan sebelum
berangkat kerja
Saat sakit
Pasien mengatakan saat sakit dia tidak bisa melakukan aktivitas apapun.
4. Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum : Pasien tampak lemas
Tingkat kesadaran : komposmetis / apatis / somnolen / soporo koma
GCS : Eye: 4, Motorik: 6, Verbal:5
b. Tanda-tanda Vital : Nadi = 110x/menit, Suhu = 38,0OC , TD = 180/100 MmHg,
RR = 30 x/menit
c. Keadaan fisik
a. Kepala dan leher :
Kepala :
Inspeksi : persebaran rambut pasien merata, tidak terdapat uban, bentuk
kepala siemtris
Palpasi : tidak adanya nyeri tekan,tidak teraba masa
Leher :
Inspeksi : tidak adanya pembengkakan pada leher.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
b. Dada :
Paru
Inspeksi : Bentuk simetris kanan dan kiri, penurunan ekspansi paru,
tidak ada lesi, tidak ada benjolan
Palpasi : vokal premitus (tujuh puluh tujuh) getaran kira kanan sama.
Perkusi : Bunyi rales pada paru-paru
Auskultasi : Bunyi paru abnormal
Jantung
Palpasi : Iktus kordis teraba 2cm dari midclavicula sinistra
Inspeksi : Iktus kordis tidak nampak
Auskustasi: bunyi pekak di ISC 2 parasternum dekstra, ICS 3-4 parastrernal
jntung kanan, bunyi pekak di ICS 2 parasternum sinistra, ICS 6 jantung kiri
d. abdomen :
Inspeksi: Bentuk simetris, tidak ada lesi, terdapat odim
Auskultasi: Penurunan bising usus
Palpasi: Terdapat bunyi dullnes
Perkusi: Terdapat nyeri tekan ulu hati
e. Genetalia :
Tidak ada kelainan pada genetalia pasien, genetalia tampak bersih, tidak
terpasang kateter
f. Integumen :
Inspeksi: kulit pasien berwarna sawo matang tidak terdapat lesi atau odem
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
g. Ekstremitas :
Atas
Inspeksi : kedua tangan simetris, pada tangan kiri terpasang AV shunt di
444 444
lengan kiri, turgor kulit jelek
444 444 Palpasi : tidak adanya nyeri tekan
Bawah
Inspeksi : kedua kaki simetris, tidak adanya lesi, adanya odem derajat 3
Palpasi :tidak adanya nyeri tekan
h. Neurologis :
Status mental da emosi :
Tidak dikaji
Pengkajian saraf kranial :
Tidak dikaji
Pemeriksaan refleks :
Tidak dikaji
b. Pemeriksaan Penunjang
2. Pemeriksaan radiologi
-
3. Hasil konsultasi
-
4. Pemeriksaan penunjang diagnostic lain
-
5. ANALISA DATA
A. Tabel Analisa Data
S : 36,80 C
RR : 30x/menit Edema
Hipervolemia
Ds: Pasien mengatakan gatal- Resiko gangguan
CKD
integritas kulit
gatal disekitar area tubuh
Do: Pasien tampak Sekresi protein terganggu
menggaruk area yang
gatal dan turgor kulit Uremia
jelek
Pruritus
Resiko gangguan
Integritas Kulit
Ds:-
14.00 1 3. Memberikan terapi IV, seperti
yang ditentukan Do: Pasien tampak lemas
dan terdapat edema derajat
3 diberikan terapi obat
injeksi intra vena
furosemide sebanyak
5 𝑚𝑔 1 𝑚𝑔
x 2 ml = 4 𝑚𝑔 x 2ml
20 𝑚𝑔
= 0,25 x 2 = 0,5 ml
Untuk mengurangi
penumpukan cairan pada
tubuh.
20.00
1 5. Mengkolaborasi pemberian Ds: -
deuretik Do: Pasien tampak lemas
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., & Wagner, C.M. (2016). Nursing Interventions
Classification (NIC), Edisi 6. Philadelpia: Elsevier.
Moorhead, Sue., Johnson, Marion., Maas, M.L., & Swanson, Elizabeth. (2016). Nursing Outcomes
Classification (NOC), Edisi 5. Philadelpia: Elsevier.
Nahas, Meguid El & Adeera Levin. (2010). Chronic Kidney Disease: A Practical Guide to
Understanding and Management. USA: Oxford University Press
Smeltzer, S. C., & Bare B. G. ( 2009). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth ( Edisi 8 Volume 1). Jakarta: EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Edisi 1. Jakarta