Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN PENYAKIT CKD STADIUM V


DI RUANG KENANGA RSUD. X
PADA TANGGAL 10 -12 MEI 2020

OLEH
WISNU (18.321.2900)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA BALI
TAHUN AJARAN 2020
Denpasar, 19 Juni 2020

Mengetahui
Mahasiswa
Pembimbing Akademik (CT)

(Ns. Ni Luh Gede Intan Saraswati. S.Kep.,M.Kep) (Wisnu)


NIK. 2. 04.11.637 NIM.18.321.2900
Konsep Dasar Penyaki
A. Definisi
C h r o n i c k i d n e y d i s e a s e ( C K D ) a t a u p e n ya k i t g i n j a l kronis
didefinisikan sebagai kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa
penurunan glomerulus filtrationrate (GFR) (Nahas & Levin,2010).
CKD atau gagal ginjal kronis (GGK) didefinisikan sebagai kondisi dimana
ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif, irreversibel, dan
samar ( i n si d i us ) dimana kemampuan t u bu h ga g a l d a l am
mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit, sehingga
terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer,2009)
B. Klasifikasi
Derajat Penjelasan LFG (ml/mn/1.73m2)

1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ↑ ≥ 90

2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau ringan 60-89

3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau sedang 30-59

4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau berat 15-29

5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis

Terdapat 5 stadium penyakit gagal ginjal kronis yang ditentukan melalui


penghitungan nilai Glumerular Filtration Rate (GFR). Untuk menghitung GFR dokter
akan memeriksakan sampel darah penderita ke laboratorium untuk melihat kadar
kreatinin dalam darah. Kreatinin adalah produk sisa yang berasal dari aktivitas otot yang
seharusnya disaring dari dalam darah oleh ginjal yang sehat.
Dibawah ini 5 stadium penyakit gagal ginjal kronis sebagai berikut :
1. Stadium 1, dengan GFR normal (> 90 ml/min)
2. Stadium 2, dengan penurunan GFR ringan (60 s/d 89 ml/min)
3. Stadium 3, dengan penurunan GFR moderat ( 30 s/d 59 ml/min )
4. Stadium 4, dengan penurunan GFR parah ( 15 s.d 29 ml/min)
5. Stadium 5, penyakit ginjal stadium akhir/ terminal (>15 ml/min)
Untuk menilai GFR ( Glomelular Filtration Rate ) / CCT ( Clearance Creatinin Test )
dapat digunakan dengan rumus :

Clearance creatinin ( ml/ menit ) = ( 140-umur ) x berat badan ( kg )


72 x creatini serum
Pada wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85
Stadium 1
Seseorang yang berada pada stadium 1 gagal ginjal kronik (GGK) biasanya belum
merasakan gejala yang mengindikasikan adanya kerusakan pada ginjalnya. Hal ini
disebabkan ginjal tetap berfungsi secara normal meskipun tidak lagi dalam kondisi tidak
lagi 100 persen, sehingga banyak penderita yang tidak mengetahui kondisi ginjalnya dalam
stadium 1. Kalaupun hal tersebut diketahui biasanya saat penderita memeriksakan diri untuk
penyakit lainnya seperti diabetes dan hipertensi.

Stadium 2

Sama seperti pada stadium awal, tanda – tanda seseorang berada pada stadium 2 juga
dapat tidak merasakan gejala yang aneh karena ginjal tetap dapat berfungsi dengan baik.
Kalaupun hal tersebut diketahui biasanya saat penderita memeriksakan diri untuk penyakit
lainnya seperti diabetes dan hipertensi.

Stadium 3

Seseorang yang menderita GGK stadium 3 mengalami penurunan GFR moderat yaitu
diantara 30 s/d 59 ml/min. dengan penurunan pada tingkat ini akumulasi sisa – sisa
metabolisme akan menumpuk dalam darah yang disebut uremia. Pada stadium ini muncul
komplikasi seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), anemia atau keluhan pada tulang.
Gejala- gejala juga terkadang mulai dirasakan seperti :

 Fatique : rasa lemah/lelah yang biasanya diakibatkan oleh anemia.


 Kelebihan cairan : Seiring dengan menurunnya fungsi ginjal membuat ginjal tidak dapat
lagi mengatur komposisi cairan yang berada dalam tubuh. Hal ini membuat penderita
akan mengalami pembengkakan sekitar kaki bagian bawah, seputar wajah atau tangan.
Penderita juga dapat mengalami sesak nafas akaibat teralu banyak cairan yang berada
dalam tubuh.
 Perubahan pada urin : urin yang keluar dapat berbusa yang menandakan adanya
kandungan protein di urin. Selain itu warna urin juga mengalami perubahan menjadi
coklat, orannye tua, atau merah apabila bercampur dengan darah. Kuantitas urin bisa
bertambah atau berkurang dan terkadang penderita sering trbangun untuk buang air kecil
di tengah malam.
 Rasa sakit pada ginjal. Rasa sakit sekitar pinggang tempat ginjal berada dapat dialami
oleh sebagian penderita yang mempunyai masalah ginjal seperti polikistik dan infeksi.
 Sulit tidur : Sebagian penderita akan mengalami kesulitan untuk tidur disebabkan
munculnya rasa gatal, kram ataupunrestless legs.
 Penderita GGK stadium 3 disarankan untuk memeriksakan diri ke seorang ahli ginjal
hipertensi (nephrolog). Dokter akan memberikan rekomendasi terbaik serta terapi –
terapi yang bertujuan untuk memperlambat laju penurunan fungsi ginjal. Selain itu sangat
disarankan juga untuk meminta bantuan ahli gizi untuk mendapatkan perencanaan diet
yang tepat. Penderita GGK pada stadium ini biasanya akan diminta untuk menjaga
kecukupan protein namun tetap mewaspadai kadar fosfor yang ada dalam makanan
tersebut, karena menjaga kadar fosfor dalam darah tetap rendah penting bagi
kelangsungan fungsi ginjal. Selain itu penderita juga harus membatasi asupan kalsium
apabila kandungan dalam darah terlalu tinggi. Tidak ada pembatasan kalium kecuali
didapati kadar dalam darah diatas normal. Membatasi karbohidrat biasanya juga
dianjurkan bagi penderita yang juga mempunyai diabetes. Mengontrol minuman
diperlukan selain pembatasan sodium untuk penderita hipertensi.
Stadium 4

Pada stadium ini fungsi ginjal hanya sekitar 15 – 30 persen saja dan apabila seseorang
berada pada stadium ini maka sangat mungkin dalam waktu dekat diharuskan menjalani
terapi pengganti ginjal / dialisis atau melakukan transplantasi. Kondisi dimana terjadi
penumpukan racun dalam darah atau uremia biasanya muncul pada stadium ini. Selain itu
besar kemungkinan muncul komplikasi seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), anemia,
penyakit tulang, masalah pada jantung dan penyakit kardiovaskular lainnya.

Gejala yang mungkin dirasakan pada stadium 4 adalah :

 Fatique : rasa lemah/lelah yang biasanya diakibatkan oleh anemia.


 Kelebihan cairan : Seiring dengan menurunnya fungsi ginjal membuat ginjal tidak dapat
lagi mengatur komposisi cairan yang berada dalam tubuh. Hal ini membuat penderita
akan mengalami pembengkakan sekitar kaki bagian bawah, seputar wajah atau tangan.
Penderita juga dapat mengalami sesak nafas akaibat teralu banyak cairan yang berada
dalam tubuh.
 Perubahan pada urin : urin yang keluar dapat berbusa yang menandakan adanya
kandungan protein di urin. Selain itu warna urin juga mengalami perubahan menjadi
coklat, orannye tua, atau merah apabila bercampur dengan darah. Kuantitas urin bisa
bertambah atau berkurang dan terkadang penderita sering trbangun untuk buang air
kecil di tengah malam.
 Rasa sakit pada ginjal. Rasa sakit sekitar pinggang tempat ginjal berada dapat dialami
oleh sebagian penderita yang mempunyai masalah ginjal seperti polikistik dan infeksi.
 Sulit tidur : Sebagian penderita akan mengalami kesulitan untuk tidur disebabkan
munculnya rasa gatal, kram ataupunrestless legs.
 Nausea : muntah atau rasa ingin muntah.
 Perubahan cita rasa makanan : dapat terjadi bahwa makanan yang dikonsumsi tidak
terasa seperti biasanya.
 Bau mulut uremic : ureum yang menumpuk dalam darah dapat dideteksi melalui bau
pernafasan yang tidak enak.
 Sulit berkonsentrasi
Stadium 5 (gagal ginjal terminal)
Pada level ini ginjal kehilangan hampir seluruh kemampuannya untuk bekerja secara
optimal. Untuk itu diperlukan suatu terapi pengganti ginjal (dialisis) atau transplantasi agar
penderita dapat bertahan hidup.
Gejala yang dapat timbul pada stadium 5 antara lain :
 Kehilangan napsu makan
 Nausea.
 Sakit kepala.
 Merasa lelah.
 Tidak mampu berkonsentrasi.
 Gatal – gatal.
 Urin tidak keluar atau hanya sedikit sekali.
 Bengkak, terutama di seputar wajah, mata dan pergelangan kaki.
 Keram otot
 Perubahan warna kulit
C. Etiologi
Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak nefron
ginjal. Sebagian besar merupakan penyakit parenkim ginjal difus dan bilateral.
Infeksi, misalnya Pielonefritis kronik.
1. Penyakit peradangan, misalnya Glomerulonefritis.
2. Penyakit vaskuler hipertensif, misalnya Nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis
maligna, stenosis arteri renalis.
3. Gangguan jaringan penyambung, seperti lupus eritematosus sistemik (SLE), poli
arteritis nodosa, sklerosis sistemik progresif.
4. Gangguan kongenital dan herediter, misalnya Penyakit ginjal polikistik, asidosis
tubuler ginjal.
5. Penyakit metabolik, seperti DM, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis.
6. Nefropati toksik, misalnya Penyalahgunaan analgetik, nefropati timbale.
7. Nefropati obstruktif
8. Sal. Kemih bagian atas: Kalkuli neoplasma, fibrosis, netroperitoneal.
D. Patofisiologi
Patofisiologi CKD pada awalnya dilihat dari penyakit yang mendasari, namun
perkembangan proses selanjutnya kurang lebih sama. Penyakit ini menyebabkan
berkurangnya massa ginjal. Sebagai upaya kompensasi, terjadilah hipertrofi struktural
dan fungsional nefron yang masih tersisa yang diperantarai oleh molekul vasoaktif
seperti sitokin dan growth factor. Akibatnya, terjadi hiperfiltrasi yang diikuti
peningkatan tekanan kapiler dan 10 aliran darah glomerulus. Proses adaptasi ini
berlangsung singkat, hingga pada akhirnya terjadi suatu proses maladaptasi berupa
sklerosis nefron yang masih tersisa. Sklerosis nefron ini diikuti dengan penurunan
fungsi nefron progresif, walaupun penyakit yang mendasarinya sudah tidak aktif lagi
(Suwitra, 2009).
WOC CKD ( Chronic Kidney Disease)

Infeksi Vaskuler Zat toksik Obstruksi saluran kemih

Reaksi antigen Asterosklerosis Tertimbun di ginjal Retensi urine


antibodi
Suplai darah ke ginjal

GFR (Bun & Kreatinin )

CKD

Sekresi protein Retensi Na+ Eritropoetin


terganggu
CES Hb
Uremia
Tekanan kapiler
Pucat, fatigue, malaise
Pruritus
Volume intersisial
Intoleransi Aktivitas
Gangguan Integritas
Kulit Edema

Hipervolemia

Gangguan keseimbangan
asam basa
Pada paru

Produksi asam Gangguan Pertukaran


Gas

Asam lambung

Mual, muntah

Anoreksia

Defisit Nutrisi
E. Manifestasi Klinis
Menurut Brunner & Suddart (2002) setiap sistem tubuh pada gagal ginjal kronis
dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka pasien akan menunjukkan sejumlah tanda dan
gejala. Keparahan tanda dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan
ginjal, usia pasien dan kondisi yang mendasari. Tanda dan gejala pasien gagal ginjal
kronis adalah sebagai berikut :
a. Manifestasi kardiovaskuler
Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem renin-
angiotensin-aldosteron), pitting edema (kaki,tangan,sakrum), edema periorbital,
Friction rub perikardial, pembesaran vena leher.
b. Manifestasi dermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus, ekimosis, kuku tipis dan
rapuh, rambut tipis dan kasar.
c. Manifestasi Pulmoner
Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan Kussmaul
d. Manifestasi Gastrointestinal
Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut, anoreksia, mual,muntah,
konstipasi dan diare, pendarahan saluran gastrointestinal
e. Manifestasi Neurologi
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan tungkai, panas pada
telapak kaki, perubahan perilaku
f. Manifestasi Muskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop
g. Manifestasi Reproduktif
Amenore dan atrofi testikuler
F. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan derajat komplikasi ginjal.
1. Ultrasonografi ginjal digunakan untuk menentukan ukuran ginjal dan adanya massa
kista, obtruksi pada saluran perkemihan bagianatas.
2. Biopsi Ginjal dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel jaringan untuk
diagnosis histologis.
3. Endoskopi ginjal dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal.
4. EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam
basa.
b. Foto Polos Abdomen
Menilai besar dan bentuk ginjal serta adakah batu atau obstruksi lain.
c. Pielografi Intravena
Menilai sistem pelviokalises dan ureter, beresiko terjadi penurunan faal ginjal pada usia
lanjut, diabetes melitus dan nefropati asam urat.
d. USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkin ginjal , anatomi sistem pelviokalises,
dan ureter proksimal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi sistem pelviokalises dan
ureter proksimal, kandung kemih dan prostat.
e. Renogram
Menilai fungsi ginjal kanan dan kiri , lokasi gangguan (vaskuler, parenkhim) serta sisa
fungsi ginjal
f. Pemeriksaan Radiologi Jantung
Mencari adanya kardiomegali, efusi perikarditis
g. Pemeriksaan radiologi Tulang
Mencari osteodistrofi (terutama pada falangks /jari) kalsifikasi metatastik
h. Pemeriksaan radiologi Paru
Mencari uremik lung yang disebabkan karena bendungan.
i. Pemeriksaan Pielografi Retrograde
Dilakukan bila dicurigai adanya obstruksi yang reversible
j. EKG
Untuk melihat kemungkinan adanya hipertrofi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis,
aritmia karena gangguan elektrolit (hiperkalemia)
k. Biopsi Ginjal
dilakukan bila terdapat keraguan dalam diagnostik gagal ginjal kronis atau perlu untuk
mengetahui etiologinya.
l. Pemeriksaan laboratorium menunjang untuk diagnosis gagal ginjal
1) Laju endap darah
2) Urin
Volume : Biasanya kurang dari 400 ml/jam (oliguria atau urine tidak ada (anuria).
Warna : Secara normal perubahan urine mungkin disebabkan oleh pus / nanah,
bakteri, lemak, partikel koloid,fosfat, sedimen kotor, warna kecoklatan
menunjukkan adanya darah, miglobin, dan porfirin.
Berat Jenis : Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan kerusakan
ginjal berat).
Osmolalitas : Kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan tubular, amrasio
urine / ureum sering 1:1.
3) Ureum dan Kreatinin
Ureum:
Kreatinin: Biasanya meningkat dalam proporsi. Kadar kreatinin 10 mg/dL diduga
tahap akhir (mungkin rendah yaitu 5).
4) Hiponatremia
5) Hiperkalemia
6) Hipokalsemia dan hiperfosfatemia
7) Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia
8) Gula darah tinggi
9) Hipertrigliserida
10) Asidosis metabolik
G. Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama penatalaksanaan pasien GGK adalah untuk mempertahankan
fungsi ginjal yang tersisa dan homeostasis tubuh selama mungkin serta mencegah atau
mengobati komplikasi (Smeltzer, 2001; Rubenstain dkk, 2007). Terapi konservatif
tidak dapat mengobati GGK namun dapat memperlambat progres dari penyakit ini
karena yang dibutuhkan adalah terapi penggantian ginjal baik dengan dialisis atau
transplantasi ginjal.
Lima sasaran dalam manajemen medis GGK meliputi :
1. Untuk memelihara fungsi renal dan menunda dialisis dengan cara mengontrol
proses penyakit melalui kontrol tekanan darah (diet, kontrol berat badan dan obat-
obatan) dan mengurangi intake protein (pembatasan protein, menjaga intake
protein sehari-hari dengan nilai biologik tinggi < 50 gr), dan katabolisme
(menyediakan kalori nonprotein yang adekuat untuk mencegah atau mengurangi
katabolisme).
2. Mengurangi manifestasi ekstra renal seperti pruritus , neurologik, perubahan
hematologi, penyakit kardiovaskuler;
3. Meningkatkan kimiawi tubuh melalui dialisis, obat-obatan dan diet;
4. Mempromosikan kualitas hidup pasien dan anggota keluarga
(Black & Hawks, 2005)
Penatalaksanaan konservatif dihentikan bila pasien sudah memerlukan dialisi tetap
atau transplantasi. Pada tahap ini biasanya GFR sekitar 5-10 ml/mnt. Dialisis juga
diiperlukan bila :
 Asidosis metabolik yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan
 Hiperkalemia yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan
 Overload cairan (edema paru)
 Ensefalopati uremic, penurunan kesadaran
 Efusi perikardial
 Sindrom uremia ( mual,muntah, anoreksia, neuropati) yang memburuk.

H. Komplikasi
Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, penderita CKD akan mengalami
beberapa komplikasi. Komplikasi dari CKD menurut Smeltzer dan Bare (2001) serta
Suwitra (2006) antara lain adalah :
1. Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, kata bolisme, dan masukan
diit berlebih.
2. Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi produk sampah
uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin angiotensin
aldosteron.
4. Anemia akibat penurunan eritropoitin.
5. Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum
yang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan peningkatan kadar alumunium
akibat peningkatan nitrogen dan ion anorganik.
6. Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.
7. Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan.
8. Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.
9. Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia.
Konsep Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian fokus yang disusun berdasarkan pada Gordon dan mengacu pada Doenges
(2001), serta Carpenito (2006) sebagai berikut :
1. Demografi.
Penderita CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada juga yang
mengalami CKD dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh berbagai hal seperti
proses pengobatan, penggunaan obat-obatan dan sebagainya. CKD dapat terjadi pada
siapapun, pekerjaan dan lingkungan juga mempunyai peranan penting sebagai pemicu
kejadian CKD. Karena kebiasaan kerja dengan duduk / berdiri yang terlalu lama dan
lingkungan yang tidak menyediakan cukup air minum / mengandung banyak senyawa/
zat logam dan pola makan yang tidak sehat.
2. Riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM, glomerulo nefritis,
hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi saluran kemih, dan traktus urinarius
bagian bawah juga dapat memicu kemungkinan terjadinya CKD.
3. Pola nutrisi dan metabolik.
Gejalanya adalah pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB dalam kurun waktu 6
bulan. Tandanya adalah anoreksia, mual, muntah, asupan nutrisi dan air naik atau turun.
4. Pola eliminasi
Gejalanya adalah terjadi ketidak seimbangan antara output dan input. Tandanya adalah
penurunan BAK, pasien terjadi konstipasi, terjadi peningkatan suhu dan tekanan darah
atau tidak singkronnya antara tekanan darah dan suhu.
5. Pengkajian fisik
a. Penampilan / keadaan umum.
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran pasien dari
compos mentis sampai coma.
b. Tanda-tanda vital.
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi meningkat dan
reguler.
c. Antropometri.
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan nutrisi, atau terjadi
peningkatan berat badan karena kelebihan cairan.
d. Kepala.
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran telinga, hidung
kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum, bibir kering dan pecah-pecah,
mukosa mulut pucat dan lidah kotor.
e. Leher dan tenggorok.
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.
f. Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat otot bantu
napas, pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara tambahan pada paru (rongkhi
basah), terdapat pembesaran jantung, terdapat suara tambahan pada jantung.
g. Abdomen.
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut buncit.
h. Genital.
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi, terdapat ulkus.
i. Ekstremitas.
Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema, pengeroposan tulang, dan
Capillary Refill lebih dari 1 detik.
j. Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan mengkilat / uremia,
dan terjadi pericarditis
2. Diagnosa Keperawatan
1. Hipervolemia berhubungan dengan gangguan balik vena ditandai dengan edema
anasarka atau edema perifer.
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kelebihan volume ciran ditandai
dengan kerusakan jaringan.
3. Intoleran Aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen ditandai dengan merasa lemas
4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
ditandai dengan suara nafas tambahan.
5. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient ditandai
dengan berat badan menurun minimal 10 % dibawah rentang ideal.
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
Hipervolemia berhubungan Setelah dilakukan asuhan Fluid balance 1. Untuk
dengan kelebihan asupan dan keperawatan selama…x24 1. Monitor intake dan mengetahui
natrium ditandai dengan edema jam diharapkan output cairan asupan yang
anasarka atau edema perifer peningkatan volume cairan 2. Batasi asupan masuk ke dalam
cairan dan garam
dapat berkurang. tubuh
3. Ajarkan cara
2. Untuk
Kriteria Hasil: mengukur dan
mengetahui
- Tekanan darah mencatat asupan
asupan
dalam batas normal dan luaran cairan
pemberian
- Denyut nadi radial 4. Kolaborasi
pemberian deuretik cairan
dalam batas normal
3. Untuk
- Keseimbangan
mengetahui
intake dan output
asupan yang
dalam 24 jam
diberikan ke
- Berat badan stabil
pasien
- Turgor kulit tidak
4. Untuk terapi
mengilap dan
medis
tegang

Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan Injury cure: 1. Untuk


berhubungan dengan kelebihan asuhan keperawatan selama 1. Monitor karakteristik mengetahui jenis
volume ciran ditandai dengan ...x24 jam, diharapkan luka, termasuk drainase, luka dan cara
kerusakan jaringan kerusakan jaringan kembali warna, ukuran, dan bau perawatannya.
normal dengan kriteria 2. Berikan perawatan ulkus 2. Agar luka cepat
hasil: pada kulit, yang membaik
- Integritas kulit diperlukan 3. Agar luka tidak
kembali normal 3. Posisikan untuk semakin parah.
- Tidak terjadi menghindari 4. Agar tidak terjadi
perfusi jaringan menempatkan infeksi pada luka
ketegangan pada luka
dengan tepat.
4. Pertahankan teknik
balutan steril ketika
melakukan perawatan
luka dengan tepat
Intoleran Aktivitas berhubungan Setelah dilakukan tindakan Energy Management 1. Untuk mengetahui
1. Monitor lokasi dan
dengan ketidak seimbangan asuhan keperawatan selama posisi yang
ketidaknyamanan selama
suplai dan kebutuhan oksigen ...x24 jam, diharapkan nyaman untuk
melakukan aktivitas
ditandai dengan merasa lemas pasien dapat melakukan pasien
2. Sediakan lingkungan
aktivitas dengan sendirinya 2. Agar pasien
yang nyaman dan rendah
dengan kriteria hasil: merasa aman dan
Stimulus
a. Saturasi oksien saat nyaman
3. Ajarkan strategi koping
dalam perjalanan 3. Agar pasien
untuk mengurangi
tidak terganggu mengerti apa yang
kelelahan
b. Frekuensi pernapasan harus dilakukan
4. Berikan aktivitas
saat beraktivitas tidak 4. Agar pasien dapat
distraksi yang
terganggu melakukan
menenangkan
c. Mudah bernafas saat aktivitas sendiri
beraktivitas
Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan Ventilation support 1. Untuk mengetahui
berhubungan dengan asuhan keperawatan selama 1. Monitor status repirasi status pernafasan

Ketidakseimbangan ventilasi- ...x24 jam, diharapkan dan oksigenasi (mis. pasien

perfusi ditandai dengan suara system pertukaran gas frekuensi dan kedalaman 2. Agar pasien bisa
napas, penggunaan otot bernafas dengan
nafas tambahan pasien kembali normal
bantu napas, bunyi napas baik
dengan kriteria hasil:
3. Agar jalan nafas
a) Frekuensi pernapasan tambahan, saturasi
pasien tidak
dalam batas normal (30- oksigen)
terhambat
60 X/menit) 2. Berikan posisi semi
4. Untuk terapi medis
b) Irama pernapasan tidak fowler atau fowler

terganggu. 3. Ajarkan melakukan

c) Kedalaman inspirasi teknik relaksasi napas

tidak terhambat. dalam

d) Tidak menunjukkan 4. Kolaborasi tim medis

penggunaan otot bantu untuk pemberian terapi

napas. oksigen, diuretik, dan

e) Tidak terdengar suara brokodilator

napas tambahan.
f) Tidak tampak retraksi
dinding dada.
g) Tidak tampak
pengembangan dinding
dada yang tidak simetris.
Defisit nutrisi berhubungan Setelah dilakukan tindakan Nutrition management 1. Untuk
1. Monitor berat badan
dengan ketidakmampuan asuhan keperawatan selama mengetahui berat
2. Berikan makanan tinggi
mengabsorbsi nutrient ditandai ...x24 jam, diharapkan badan pasien
kalori dan tinggi protein
dengan berat badan menurun deficit nutrisi kembali 2. Untuk
3. Ajarkan diet yang
minimal 10 % dibawah rentang normal dengan kriteria mengetahui
diprogramkan
ideal hasil: jumlah asupan
4. Kolaborasi dengan ahli
yang diterima
gizi untuk menentukan
pasien
jumlah kalori dan jenis
3. Agar ketepatan
nutrien yang
makan pasien
dubutuhkan, jika perlu
teratur
4. Untuk terapi
medis

4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses perawatan. Implementasi
merupakan tahap pengerjaan atau tindakan dari intervensi yang telah
disusun.Tindakan keperawatan disesuaikan dengan intervensi yang dilakukan.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
tidak. Jika tujuan tidak tercapai, maka perlu dikaji ulang letak kesalahannya, dicari jalan
keluarnya, kemudian catat apa yang ditemukan, serta apakah perlu dilakukan perubahan
intervensi.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.S
DENGAN DIAGNOSA MEDIS CKD STADIUM V
DI RUANG KENANGA RSUD X
TANGGAL 27-29 JULI 2020

I. PENGKAJIAN
1. Identitas
1. Identitas Pasien
Nama : Tn.A
Umur : 56 thn
Agama : Hindu
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
Pendidikan : S1 Pendidikan Guru SD
Pekerjaan : Petani
Suku Bangsa : Indonesia
Alamat : Jagapati
Tanggal Masuk : 10 Mei 2021
Tanggal Pengkajian : 10 Mei 2021
No. Register : 2054xxxx
Diagnosa Medis : CKD Stadium V

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny. K
Umur : 28 th
Hub. Dengan Pasien : Istri
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jagapati
2. Status Kesehatan
1. Status Kesehatan Saat Ini
1. Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini)
 Saat MRS:
Pasien mengatakan mengeluh sesak, kaki bengkak, badan terasa gatal, dan
lemas.
Saat Ini:
Pasien mengatakan mengeluh, kaki bengkak, badan terasa gatal, lemas, dan
terdapat pitting odema derajat 3

2. Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini


Pasien di bawa ke Ugd RSD melati pada hari senin tanggal 10 Mei 2021 pukul
02:00 wita dengan keluhan sesak, kaki bengkak, badan terasa gatal dan lemas.
Berdasarkan hasil pemeriksaan terdapat odeme derajat 3, pruritus(+), konjungtiva
ananemis (+), turgor kulit jelek, nafsu makan menurun dan aktivitas dibantu oleh
keluarga. Pasien diberikan pertolongan oleh perawat dan dokter , kemudian pasien
dipindahkan ke ruangan

3. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya


Pasien mengatakan keluarganya langsung membawanya ke rumah sakit.

2. Satus Kesehatan Masa Lalu


1. Penyakit yang pernah dialami
Pasien mengatakan bahwa ia memiliki penyakit hipertensi

2. Pernah dirawat
Pasien mengatakan belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya

3. Alergi
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi makanan, minuman, atau obat.

4. Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll)


Pasien mengatakan memiliki kebiasaan mengkonsumsi minuman berakohol 1 liter
setiap ada acara.

3. Riwayat Penyakit Keluarga/ penyakit keturunan


Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit keturunan seperti, asma, diabetes
mellitus, hipertensi
4. Diagnosa Medis dan therapy
No Nama Obat Dosis Rute Indikasi
1 NaCl 0,9% 20 tpm IV Cairan
2 Candesartan 8mg @24jam Oral Obat untuk
menurunkan tekanan
darah
3 Sanmol F 3mg@24 jam Oral Obat yang digunakan
sebagai analgetik
(peradang nyeri) dan
antipiretik (penurun
panas/demam)

4 Furosemid 40mg @24 jam Oral Deuretik

3. Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)


a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Pasien mengatakan bahwa ia mengetahui penyakitnya saat ini yaitu gagal ginjal
kronik dan pasien atau salah satu anggota keluarganya yang sakit maka akan langsung
di bawa ke rumah sakit.
b. Pola Nutrisi-Metabolik
 Sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit ia biasanya makan 3 porsi/hari dan minum 6
gelas/hari
 Saat sakit :
Pasien mengatakan bahwa ia hanya makan 2 porsi/hari dan juga minum hanya 3
gelas/hari
c. Pola Eliminasi
1) BAB
 Sebelum sakit :
- Pasien mengatakan BAB lancar setiap pagi, berarna kuning, dan bau normal
seperti BAB pada umumnya.
 Saat sakit :
- Pasien mengatakan saat sakit 1 hari sekali dengan konstifasi padat san berwarna
kuning
2) BAK
 Sebelum sakit :
- Pasien mengatakan BAK normal, bisa 6 sampai 8 kali perhari. Jumlah urine
kurang lebih 2000cc perhari berwarna kuning pucat, berbau amis, dan mampu
mengontrol BAK
 Saat sakit :
- Pasien mengatakan saat sakit dia BAK 4 sampai 6 hari. Jumlah urine perhari
kurang lebih 200cc berwarna kuning, berbau obat, dan konsistensi sedikit-
sedikit.
d. Pola aktivitas dan latihan
1) Aktivitas
Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawatan Diri
Makan dan minum √

Mandi √

Toileting √

Berpakaian √

Berpindah √

0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergantung total

2) Latihan
 Sebelum sakit
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien setiap hari olahraga ringan sebelum
berangkat kerja
 Saat sakit
Pasien mengatakan saat sakit dia tidak bisa melakukan aktivitas apapun.

e. Pola kognitif dan Persepsi/perseptual/panca indera


Penglihatan, penciuman, perasa, dan pendengaran masih normal. Pasien mengatakan
tidak megetahui tentang penyakit yang dideritanya sekarang
f. Pola Persepsi-Konsep diri
Pasien mengatakan menyukai seluruh anggota tubuhnya dan seluruh anggota
tubuhnya lengkap. Pasien berharap cepat sembuh dan tetap bersyukur dan
menganggap sakitnya adalah sebuah cobaan.
g. Pola Tidur dan Istirahat
 Sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit bisa tidur kurang lebih 7 jam tidak adanya
gangguan tidur. Biasanya pasien tidur dari jam 23.00 sampai dengan 05.00 pagi
dengan perasaan tenang setelah bangun pagi.
 Saat sakit :
Pasien mengatakan saat sakit hanya bisa tidur kurang lebih 4 jam karena nyeri
pinggang yang dirasakannya
h. Pola Peran-Hubungan
Pasien mengatakan memiliki hubungan baik dengan keluarga, dan sanak saudaranya.
i. Pola Seksual-Reproduksi
Pasien mengatakan sebelum sakit dan saat sakit tidak mengalami masalah pada organ
reproduksinya
j. Pola Toleransi Stress-Koping
Sebelum sakit:
Pasien mengatakan untuk menghilangkan stress biasanya olahraga ringan setiap
sore.
Sesudah sakit:
Untuk saat ini pasien hanya bisa bercerita dengan keluarganya karena tidak bisa
beraktivitas seperti biasanya.
k. Pola Nilai-Kepercayaan
Sebelum sakit:
Pasien beragama Hindu, Pasien mengatakan percaya kepada tuhan dan rajin
sembahyang.
Setelah sakit:
Pasien hanya bisa berdoa ditempat tidur

4. Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum : Pasien tampak lemas
Tingkat kesadaran : komposmetis / apatis / somnolen / soporo koma
GCS : Eye: 4, Motorik: 6, Verbal:5
b. Tanda-tanda Vital : Nadi = 110x/menit, Suhu = 38,0OC , TD = 180/100 MmHg,
RR = 30 x/menit
c. Keadaan fisik
a. Kepala dan leher :
Kepala :
Inspeksi : persebaran rambut pasien merata, tidak terdapat uban, bentuk
kepala siemtris
Palpasi : tidak adanya nyeri tekan,tidak teraba masa

Leher :
Inspeksi : tidak adanya pembengkakan pada leher.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
b. Dada :
 Paru
Inspeksi : Bentuk simetris kanan dan kiri, penurunan ekspansi paru,
tidak ada lesi, tidak ada benjolan
Palpasi : vokal premitus (tujuh puluh tujuh) getaran kira kanan sama.
Perkusi : Bunyi rales pada paru-paru
Auskultasi : Bunyi paru abnormal
 Jantung
Palpasi : Iktus kordis teraba 2cm dari midclavicula sinistra
Inspeksi : Iktus kordis tidak nampak
Auskustasi: bunyi pekak di ISC 2 parasternum dekstra, ICS 3-4 parastrernal
jntung kanan, bunyi pekak di ICS 2 parasternum sinistra, ICS 6 jantung kiri

c. Payudara dan ketiak :


Inspeksi : ketiak dan dada pasien tampak simetris. Tidak ada nyeri tekan.

d. abdomen :
Inspeksi: Bentuk simetris, tidak ada lesi, terdapat odim
Auskultasi: Penurunan bising usus
Palpasi: Terdapat bunyi dullnes
Perkusi: Terdapat nyeri tekan ulu hati

e. Genetalia :
Tidak ada kelainan pada genetalia pasien, genetalia tampak bersih, tidak
terpasang kateter

f. Integumen :
Inspeksi: kulit pasien berwarna sawo matang tidak terdapat lesi atau odem
Palpasi: tidak ada nyeri tekan

g. Ekstremitas :
 Atas
Inspeksi : kedua tangan simetris, pada tangan kiri terpasang AV shunt di
444 444
lengan kiri, turgor kulit jelek
444 444 Palpasi : tidak adanya nyeri tekan
 Bawah
Inspeksi : kedua kaki simetris, tidak adanya lesi, adanya odem derajat 3
Palpasi :tidak adanya nyeri tekan
h. Neurologis :
 Status mental da emosi :
Tidak dikaji
 Pengkajian saraf kranial :
Tidak dikaji
 Pemeriksaan refleks :
Tidak dikaji
b. Pemeriksaan Penunjang

1. Data laboratorium yang berhubungan (yang terbaru)


Jenis Hasil Satuan Nilai Rujukan
Pemeriksaan
Hemoglobin 8 g/dL 12.0 ~ 16
Lekosit 10.68 Ribu/uL 3.5 ~ 10
Eritrosit 4.3 Juta/uL 3.5 ~ 5.5
Hematokrit 40.0 % 35 ~ 55
Trombosit 151 Ribu/uL 145 ~ 450
Kreatinin 3 mg/dl
Ureum 50 mg/dl

2. Pemeriksaan radiologi
-
3. Hasil konsultasi
-
4. Pemeriksaan penunjang diagnostic lain
-
5. ANALISA DATA
A. Tabel Analisa Data

DATA ETIOLOGI MASALAH


(Sesuai dengan patofisiologi)
Ds : Pasien mengatakan Hipervolemia
CKD
bengkak pada kaki, dan
merasa lemas
Do: Kaki pasien tampak Retensi natrium
bengkak dan terdapat
piting odema derajat 3,
CES
terdapat konjungtiva
ananemis (+) dengan
Tekanan kapiler
pemeriksaan fisik
TD : 180/100 mmHg
N : 110x/menit Volume Interstisial

S : 36,80 C
RR : 30x/menit Edema

Hipervolemia
Ds: Pasien mengatakan gatal- Resiko gangguan
CKD
integritas kulit
gatal disekitar area tubuh
Do: Pasien tampak Sekresi protein terganggu
menggaruk area yang
gatal dan turgor kulit Uremia
jelek
Pruritus

Resiko gangguan
Integritas Kulit

Ds: Pasien mengatakan sesak, CKD Intoleransi Aktivitas


merasa lemas dan tidak
bisa beraktivitas dengan Eritropoetin
nyaman.
Do: pasien tampak lemah dan Hb
pucat dan aktivitas
dibantu oleh keluarga Pucat, fatigue,
malaise
dengan hasil laboratorium
menunjukkan
Intoleransi
Hb: 8 g/dl Aktivitas
Kreatin (3mg/gl)
Ureum (50 mg/dl)
B. Tabel Daftar Diagnosa Keperawatan /Masalah Kolaboratif Berdasarkan Prioritas
NO TANGGAL / DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL Ttd
JAM
TERATASI
DITEMUKAN
1 10 Mei 2021/ 1. Hipervolemia berhubungan dengan kelebihan 13 Mei 2021
07.00 asupan natrium ditandai dengan edema anasarka
atau edema perifer.
2. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan 13 Mei 2021
dengan kelebihan volume cairan
3. Intoleran Aktifitas berhubungan dengan kelemahan
ditandai dengan mengeluh lelah 13 Mei 2021
C. Rencana Tindakan Keperawatan
Rencana Perawatan Ttd
Hari/ No
Tujuan dan Kriteria
Tgl Dx Intervensi Rasional
Hasil
Rabu/ 1 Setelah dilakukan asuhan Fluid balance 1. Untuk mengetahui
10 Mei keperawatan selama 1x24 1. Monitor intake dan asupan yang masuk ke
output cairan
2021 jam diharapkan dalam tubuh
2. Batasi asupan cairan dan
peningkatan volume garam 2. Untuk mengetahui
cairan dapat berkurang. 3. Berikan terapi IV, asupan pemberian
seperti yang ditentukan cairan
Kriteria Hasil:
4. Ajarkan cara mengukur 3. Agar cairan dalam tubuh
- Tekanan darah
dan mencatat asupan kembali normal.
dalam batas
dan luaran cairan 4. Untuk mengetahui
normal
5. Kolaborasi pemberian asupan yang diberikan
- Denyut nadi deuretik
ke pasien
radial dalam batas
5. Untuk terapi medis
normal
- Keseimbangan
intake dan output
dalam 24 jam
- Berat badan stabil
- Turgor kulit tidak
mengilap dan
tegang

Rabu/ 2 Setelah dilakukan Skin Check 1. Untuk mengetahui jika


10 mei tindakan asuhan 1. Monitor infeksi, terutama terjadi infeksi di sekitar
2021 keperawatan selama 1x24 dari daerah edema daerah edema
jam, diharapkan 2. Lakukan langkah-langkah
kerusakan jaringan untuk mencegah kerusakan
kembali normal dengan lebih lanjut (misalnya, 2. Agar pasien dan
kriteria hasil: menjadwalkan reposisi) keluarga pasien dapat
- Integritas kulit 3. Ajarkan anggota mencegah kerusakan
kembali normal keluarga/pemberi asuhan 3. Agar pasien dan
- Tidak terjadi menegnai tanda-tanda keluarga pasien lebih
perfusi jaringan kerusakan kulit, dengan memahami tentang
tepat tanda-tanda kerusakan
4. Gunakan alat pengkajian kulit
untuk mengidentifikasi 4. untuk mengidentifikasi
pasien yang beresiko masalah kerusakan kulit
mengalami kerusakan kulit
Rabu 3 Setelah dilakukan Energy Management 1. Untuk mengetahui posisi
10 Mei tindakan asuhan 1. Monitor lokasi dan yang nyaman untuk
2021 keperawatan selama 1x24 ketidaknyamanan selama pasien
jam, diharapkan aktivitas melakukan aktivitas 2. Agar pasien merasa
kembali normal dengan 2. Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman
kriteria hasil: nyaman dan rendah Stimulus 3. Agar pasien mengerti
- Frekuensi nadi 3. Ajarkan strategi koping apa yang harus
ketika bernafas untuk mengurangi kelelahan dilakukan
kembali normal 4. Berikan aktivitas distraksi 4. Agar pasien dapat
- Kemudahan yang menenangkan melakukan aktivitas
bernafas ketika sendiri
beraktivitas
- Aktifitas fisik
kembali normal
- Hemoglobin
stabil
D. Implementasi Keperawatan
Tgl/Jam No. Implementasi Dx Evaluasi Proses Paraf/Nama
27 Juli 1 1. Memonitor intake dan output Ds: Pasien mengatakan
cairan
2020 kurang minum dan kencing
05.00 sedikit
Do: Pasien tampak lemas
dengan intake dan output
cairan:
Intake: minum 600ml
Terapi iv 100cc
AM: (5ccx55kg): 275
+
975cc
Output: Feses: 50cc
Urine: 200cc
IWL: (15ccx55kg): 825cc
+
1075cc
Jadi Balance cairan Tn.A
adalah: 975cc-1075cc=
-100cc

Ds: Pasien mengatakan


09.00 2 2. Ajarkan anggota
paham yang dijelaskan
keluarga/pemberi asuhan
oleh perawat
menegnai tanda-tanda kerusakan
Do: Pasien tampak sudah
kulit, dengan tepat
paham apa yang dijelaskan

Ds:-
14.00 1 3. Memberikan terapi IV, seperti
yang ditentukan Do: Pasien tampak lemas
dan terdapat edema derajat
3 diberikan terapi obat
injeksi intra vena
furosemide sebanyak
5 𝑚𝑔 1 𝑚𝑔
x 2 ml = 4 𝑚𝑔 x 2ml
20 𝑚𝑔
= 0,25 x 2 = 0,5 ml
Untuk mengurangi
penumpukan cairan pada
tubuh.

17.00 3 4. Sediakan lingkungan yang


Ds: Pasien mengatakan
nyaman dan rendah Stimulus
sudah nyaman dengan
lingkungan
disekitarnya
Do: Pasien tampak nyaman
dan sudah lebih baik
dengan lingkungan
sekitarnya

20.00
1 5. Mengkolaborasi pemberian Ds: -
deuretik Do: Pasien tampak lemas
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., & Wagner, C.M. (2016). Nursing Interventions
Classification (NIC), Edisi 6. Philadelpia: Elsevier.

Moorhead, Sue., Johnson, Marion., Maas, M.L., & Swanson, Elizabeth. (2016). Nursing Outcomes
Classification (NOC), Edisi 5. Philadelpia: Elsevier.

Nahas, Meguid El & Adeera Levin. (2010). Chronic Kidney Disease: A Practical Guide to
Understanding and Management. USA: Oxford University Press

Smeltzer, S. C., & Bare B. G. ( 2009). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth ( Edisi 8 Volume 1). Jakarta: EGC

Suwitra , K. (2009) Penyakit Gijal Kronis. Dalam A. W. Sudoyo, S. Bambang, A. Idrus, K.


Marcellus Simadibrata ,& S. Setiadi (Ed.) , Buku Ajar IlmuPenyakitDalam . (pp. 1035-1040).
Jakarta :Interna Publishing

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Edisi 1. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai