PENDAHULUAN
bingung dan merasa menderita. Diabetes mellitus dapat menjadi serius dan
menyebabkan kondisi kronik yang membahayakan apabila tidak diobati. Akibat
dari hiperglikemia dapat terjadi komplikasi metabolik akut seperti ketoasidosis
diabetik (KAD) dan keadaan hiperglikemi dalam jangka waktu yang lama
berkontribusi terhadap komplikasi neuropatik. Untuk mencegah komplikasi
tersebut maka dibutuhkan peran dan fungsi perawat dalam melakukan asuhan
keperawatan dengan benar meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative
yang dilakukan secara komprehensif dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan, antara lain dengan memberikan pendidikan kesehatan untuk
meningkatan status kesehatan klien, memeriksakan kondisi secara dini,
memberikan obat sesuai dengan jangka waktu tertentu untuk mengobati penyebab
dasar dan dalam perawatan diri klien secara optimal, sehingga muncul pentingnya
asuhan keperawatan dalam menanggulangi klien dengan diabetes melitus yang
dirawat diruang Irna 4 RSUA Surabaya.
RSUA Surabaya merupakan rumah sakit umum yang berada di Surabaya
merupakan rumah sakit rujukan dan salah satu rumah sakit pendidikan dikota
Surabaya. Berdasarkan uraiandi atas, penulis ingin menyusun asuhan
keperawatan dengan Diabetes Melituspada Ny.I diruang Irna 4 RSUA Surabaya.
1.3 Tujuan
1.3.1 TujuanUmum
Untuk mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
Diabetes Melitus di ruang Irna 4 RSUA Surabaya.
1.3.2 TujuanKhusus
1.3.2.1 Melakukan pengkajian keperawatan pada Ny.I dengan Diabetes Melitus di
Ruang Irna 4 RSUA Surabaya.
1.3.2.2 Menegakan diagnosa keperawatan pada Ny.I dengan Diabetes Melitus di
Ruang Irna 4 RSUA Surabaya.
3
1.4 ManfaatPenulisan
1.4.1 Teoritis
Kasus ini sebagai bahan informasi bagi perawat untuk meningkatkan mutu
profesi keperawatan dalam melaksanakan AsuhanKeperawatan pada
pasien denganDiabetes Melitus.
1.4.2 Praktisi
1.4.2.1 RumahSakit
Sebagai bahan masukkan dalam upaya pelayanan pelaksanaan Asuhan
Keperawatan khususnya bagi perawat diruang Irna 4 RSUA Surabaya.
1.4.2.2 Institusi Pendidikan
Sebagai referensi belajar Mahasiswa STIKes Eka Harap Palangka Raya
dalam pelaksanaan Asuhan Keperawatan dengan masalah Diabetes
Melitus.
1.4.2.3 Mahasiswa
Menambah wawasan dalam pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada
Diabetes Melitus dan sebagai bahan acuan atau referensi bagi mahasiswa
dalam penulisan laporan pendahuluan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KonsepPenyakit
2.1.1 Definisi
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolic kronik yang tidak dapat
disembuhkan, tetapi dapat dikontrol yang dikarakteristikkan dengan
ketidakadekuatan penggunaan insulin (Barbara, 2014).
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau
mengalihkan”. Melitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau
madu. Penyakit diabetes mellitus dapat diartikan idividu yang mengalirkan
volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes mellitus
adalah penyakit seumur hidup dimana tubuh seseorang tidak memproduksi
cukup insulin atau tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi dengan
baik. Insulin adalah hormon yang menolong mengatur dan mengendalikan
fungsi tubuh tertentu. Insulin dihasilkan oleh pankreas, sebuah kelenjar buntu
yang kecil yang terdapat di bawah lambung. Di dalam pancreas itu terdapat sel-
sel beta yang khas yang biasa disebut pulau Langerhans yang mengeluarkan
insulin langsung kealiran darah. Di sana insulin mengendalikan glukosa dalam
darah.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
diabetes mellitus adalah suatu penyakit gangguan metabolism tubuh yang
ditandai dengan adanya kenaikan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia)
dikarenakan akibat dari kekurangan insulin dalam tubuh.
2.2 AnatomiFisiologi
Anatomi fisiologi pancreas dijelaskan seperti dibawah ini.
2.2.1 AnatomiPankreas
4
Pankreas berhimpitan sebelah atas dengan duodenum, melintang di atas
jejunum sampai ginjal kiri (bagian cauda dari pankreas). Pankreas secara
permukaan terdiri dari: caput(menempel pada duodenum), corpus, dan cauda
(yang bersinggungan dengan ginjal bagian kiri). Didalamnya (pankreas)
5
2.2.2 FisiologiPankreas
1) Getah Pankreas (eksokrin)bersifat basa dengan komposisi: HCO3
(Asam) dengan kadar 113 meq/L. setiap hari disekresikan sekitar
1500Ml getah pankreas. Sekresi getah pankreas bersama dengan sekresi
empedu dan getah usus berefek padapenetralan asam lambung dan
menaikan PH duodenum menjadi 6,0-7,0.
2) Endokrin pankreas, susunan insulin terdiri dari pioipeptida yang
mengandung dua mata rantai asam amino yang dihubungkan dengan
jembatan disulfide. Insulin dibentuk di kulum endoplasmic sel B.
Insulin kemudian dikemas di apparatus golgi dalam sebuah granula.
Granula ini yang kemudian bergerak ke membrane plasma. Insulin
kemudian dikeluarkan melalui proses eksositosis kemudian melintasi
lamina basalis sel B menuju kapiler dan endotel kapiler yang berpori
mencapai aliran darah. waktu paruh insulin dalam sirkulasi berlangsung
selama 5 menit.
Definisi :
Dm adalah suatu penyakit gangguan metabolik tubuh
yang di tandai dengan adanya kenaikan kadar gula Ketidakseimbangan Gula dalam darah tidak dapat
Faktor genetik Kerusakan sel
(hiperglikemia) dikarenakan akibat dari kekurangan produksi insuli dibawa masuk dalam sel
Infeksi visrus beta
insulin dalam tubuh Pengrusakan imunologik
10
11
ditandai dengan sering berganti lensa kacamata, gigi mudah goyah dan
mudah lepas, keguguran pada ibu hamil dan ibu melahirkan dengan berat
bayi yang lebih dari 4 kilogram, gatal di daerah kemaluan atau lipatan
kulit, bisul atau luka yang lama sembuh, infeksi pada pria dan keputihan
pada perempuan.
2.7 Komplikasi
2.7.4 Komplikasi metabolic akut
1) Hipoglikemia merupakan keadaan kronik gangguan saraf yang
disebabkan penurunan glukosadarah. Gejala-gejala hipoglikemia
disebabkan oleh pelepasan epinefrin seperti adanya rasa lapar, keringat
dingin, gemetar, sakit kepala dan palpitasi juga akibat kekurangan
glukosa dalam otak.
2) Ketoasidosis diabetic disebabkan karena kelebihan kadar glukosa dalam
darah sedangkan kadar insulin dalam tubuh sangat menurun sehingga
mengakibatkan kekacauan metabolik yang ditandai oleh trias
hiperglikemia, asidosis dan ketosis.
3) Sindrom HHNK (koma hiperglikemia hiperosmolar non ketotik) adalah
komplikasi diabetes melitus yang ditandai dengan hiperglikemia berat
dengan kadar glukosa serum lebih dari 600 mg/dl.
2.7.5 Komplikasi metabolic kronik
1) Komplikasi pembuluh darah kecil (mikrovaskuler) seperti kerusakan
mata, kerusakan ginjal (nefropati diabetik) dan kerusakan saraf
(neuropati diabetik).
2) Komplikasi pembuluh darah besar (makrovaskuler) seperti penyakit
jantung koroner dan penyakit serebrovaskuler.
2.8 PemeriksaanPenunjang
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
1) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120
mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
12
2) Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara Benedict (reduksi). Hasil dapat dilihat melalui
perubahan warna pada urine : hijau (+), kuning (++), merah (+++), dan
merah bata (++++).
3) Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang
sesuai dengan jenis kuman.
4) Aseton plasma (keton) positif secara mencolok.
5) Osmolalitas serum: meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/I.
6) Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat.
7) Elektrolit: Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal atau
peningkatan semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun.
8) Gas darah arteri: menunjukkan Ph rendah dan penurunan HCO3.
9) Trombosit darah: Hematokrit meningkat (dehidrasi), leukositosis dan
hemokonsentrasi merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
10) Ureum/kreatinin: mungkin meningkat atau normal.
11) Insulin darah: mungkin menurun atau tidak ada (Tipe I) atau normal
sampai tinggi (Tipe II).Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya ISK,
infeksi pernafasan dan infeksi luka.
Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan atau Penyaring
Diagnosa Diabetes Melitus (mg/dl).
Bukan Belum DM
DM Pasti DM
Kadar Glukosa Darah sewaktu < 110 110-199 ≥ 200
(mg/dl) < 90 90-199 ≥ 200
Kadar Glukosa Darah Puasa < 110 110-125 ≥ 126
(mg/dl) < 90 90-109 ≥ 110
Sumber : Konsesus Pengelolaan Diabetes Melitus di Indonesia, 2011.
2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan diabetes secara umum adalah meningkatkan kualitas
hidup penyandang diabetes. Tujuan penatalaksanaan meliputi:
13
(2) Insulin diperlukan pada keadaan penurunan berat badan yang cepat,
hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis, ketoasidosis diabetik
dan gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.
(3) Terapi kombinasi pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai
dengan dosis rendah untuk kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai
dengan respon kadar glukosa darah.
16
BAB 3
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (2017). Pengkajian
merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses keperawatan yang
mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu :
3.1.2 Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam
menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita ,
mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapat diperoleh
melalui anamnese, pemeriksaan fisik, pemerikasaan laboratorium serta
pemeriksaan penunjang lainnya. Seperti dibawah ini :
1) Anamnese
(1) Identitas penderita. Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor
register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
(2) Keluhan utama. Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah,
rasa raba yang menurun, adanya luka yang tidak sembuh–sembuh dan
berbau, adanya nyeri pada luka.
(3) Riwayat kesehatan sekarang. Berisi tentang kapan terjadinya luka,
penyebab terjadinya luka serta upaya yang telah dilakukan oleh
penderita untuk mengatasinya.
(4) Riwayat kesehatan dahulu. Adanya riwayat penyakit diabetes melitus
atau penyakit–penyakit lain yang ada kaitannya dengan defisiensi
insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung,
obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah didapat
maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
(5) Riwayat kesehatan keluarga. Dari genogram keluarga biasanya
terdapat salah satu anggota keluarga yang juga menderita diabetes
melitus atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan terjadinya
defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.
17
3.2 DiagnosaKeperawatan
Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (2017). Diagnosa yang
muncul pada pasien dengan DM adalah sebagai berikut:
1) Ketidakstabilan kadar glukosan darah
Definisi
Variasi kadar glukosa darah naik/turun dari rentang normal
Penyebab
Hiperglikemia Hipoglikemia
(1) Disfungsi pankreas (1) Penggunaan insulin atau
(2) Resistensi insulin obat glikemik oral
(3) Gangguan toleransi (2) Hiperinsulinemia
glukosa darah (3) Endokrinopati
(4) Disfungsihati
(5) Disfungsi ginjal kronis
(6) Gangguan metabolic
bawaan
Gejala dan Tanda Mayor
Subyektif Objektif
Hipoglikemia
Hipoglikemia
(1) Gangguan koordinasi
(1) Mengantuk (2) Kadar glukosa dalam
(2) Pusing darah/urin rendah
Hiperglikemia Hiperglikemia
(1) Kadar glukosa dalam
(1) Lelah atau lesu
darah/urin tinggi
Gejala dan Tanda Minor
Subyektif Objektif
Hipoglikemia
Hipoglikemia
(1) Gemetar
(1) Palpitasi (2) Kesadaran menurun
(2) Mengeluh lapar (3) Perilaku aneh
(4) Sulit bicara
19
(5) Berkeringat
Hiperglikemia Hiperglikemia
(1) Jumlah urin meningkat
(1) Mulut kering
(2) Haus meningkat
2) Defisit nutrisi
Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk kebutuhan metabolisme
Penyebab
Fisiologis:
(1) Kurang asupan makanan
(2) Ketidakmampuan menelan makanan
(3) Ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien
(4) Peningkatan kebutuhan metabolisme
Gejala dan Tanda Mayor
Objektif
Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang normal
Gejala dan Tanda Minor
Subyektif Objektif
(1) Cepat kenyang setelah (1) Bising usus hiperaktif
makan (2) Otot pengunyah lemah
(2) Kram/nyeri abdomen (3) Otot menelan lemah
(3) Nafsu makan menurun (4) Membran mukosa pucat
(5) Sariawan
(6) Serum albumin turun
(7) Diare
Hiperglikemia
(1) Penurunan konsentrasi hemoglobin
(2) Peningkatan tekanandarah
(3) Kekurangan volume cairan
(4) Penurunan aliranarteri dan/atau vena
(5) Kurang terpapar informasi tentang factor pemberat (missal
merokok, gaya hidup monoton, trauma, obesitas, asupan garam,
imobilitas)
(6) Kurang terpapar informasi tentang proses penyakit (misal
diabetes melitus, hiperlipidemia)
(7) Kurang aktivitas fisik
Gejala dan Tanda Mayor
Subyektif Objektif
Hipoglikemia
(tidak tersedia)
(1) Pengisian kapiler> 3 detik
(2) Nadi perifer menurun atau
tidak teraba
(3) Akral teraba dingin
(4) Warna kulit pucat
(5) Turgor kulit menurun
Gejala dan Tanda Minor
Subyektif Objektif
(1) Parastesia (1) Edema
(2) Nyeri ekstremitas (2) Penyembuhan luka lambat
4) Intoleransi Aktivitas
Definisi
Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari
Penyebab
(1) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
(2) Tirah baring
(3) Kelemahan
(4) Imobilitas
21
Observasi
a. Periksa sirkulasi perifer (missal nadi perifer, edema, pengisian
kapiler, warna, suhu)
b. Identifikasi factor resiko gangguan sirkulasi (misal diabetes,
perokok, orang tua, hipertensi dan kadar kolestrol tinggi)
c. Monitor panas, kemerahan, nyeri atau bengkak pada ekstremitas
Terapeutik
a. Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi
b. Lakukan perawatan kuku dan kaki
Edukasi
a. Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat (missal
melembabkan kulit kering pada kaki)
Manajemen Sensasi Perifer
Tindakan
Observasi
a. Periksa perbedaan sensasi tajam atau tumpul, sensasi panas atau
dingin
b. Monitor tejadinya parestesia, jika perlu
c. Monitor perubahan kulit
Terapeutik
a. Hindari pemakaian benda-benda yang berlebihan suhunya (terlalu
panas atau dingin)
Edukasi
a. Anjurkan memakai sepatu lembut dan bertumit rendah
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu
b. Kolaborasi pemberian kortikosteroid, jika perlu
2.3.4 IntoleransiAktivitas
Tujuan: Meningkatkan aktivitas
Kriteria hasil:
26
1. Pemenuhan ADL
2. Kemampuan untuk melakukan aktifitas fisik
3. Klien mengatakan ada peningkatan energi.
4. Ada perbaikan dalam aktivitas.
Intervensi:
Tindakan
Observasi
a. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
kelelahan
b. Monitor kelelahan fisik dan emosional
c. Monitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas (takikardia,
sesak napas, diaforesis, pucat)
d. Pantau tanda-tanda vital
e. Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian,
berhias dan makan
Terapeutik
a. Bantu pasien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu
dilakukan
b. Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu melakukan
perawatan diri
c. Libatkan keluarga dalam aktivitas
Edukasi
a. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Intervensi:
Tindakan
Observasi
f. Identifikasi tingkat pengetahuan tentang proses penyakit yang
spesifik
g. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Terapeutik
d. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
e. Jdawalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
f. Berikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga tentang
pengertian, tanda dan gejala, penyebab, komplikasi dan perawatan
diabetes melitus
g. Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
b. Jelaskan factor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
28
BAB 4
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN KELOLAAN
29
29
X
X
Keterangan
x : Meninggal
: Laki - laki
: Perempuan
: Pasien
: Hubungan keluarga
: Tinggal serumah
3.1.3.4 Pernapasan(Breathing)
Bentuk dada simetris, tidak merokok, tidak nyeri dada, tipe pernapasan dada
dan perut, irama pernafasan teratur, tidak ada suara nafas tambahan dan
pernapasan 22x/menit.
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
4.1.4.5 Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri,
peran)
Gambaran diri : klien mengenal bagian tubuhnya secara utuh
5.1.5 SOSIAL-SPRITUAL
5.1.5.1 Kemampuan berkomunikasi
Pasien dapat berkomunikasi dengan baik dan jelas.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
5.1.5.2 Bahasa sehari-hari
Bahasa yang digunakan pasien sehari-hari, yaitu Bahasa Indonesia dan
Bahasa Jawa.
5.1.5.3 Hubungan dengan keluarga
Pasien berhubungan baik dengan keluarga, ditandai dengan perhatian yang
diberikan oleh keluarga saat Ny. I di rawat di Rumah sakit terlihat keluarga selalu
menjenguk.
5.1.5.4 Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain
Pasien dapat berinteraksi dengan baik pada orang lain baik itu dengan
lingkungannya sekitar, perawat maupun dokter.
5.1.5.5 Orang berarti/terdekat
Orang yang paling dekat dengan Ny.I adalah keluarga, terutama suami.
5.1.5.6 Kebiasaan menggunakan waktu luang
Pasien mengunakan waktu yang luang dengan bersantai dirumah.
6.1.7 Laboratorium
Hasil Normal
GDP 155 mg/dl 80-110 mg/dl
GDS 255 mg/dl 70-155 mg/dl
Mahasiswa
Supriadi
37
ANALISA DATA
- CrDp :255mg/dl
PRIORITAS MASALAH
1.Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran darah vena
dan arteri dibuktikan dengan parastesia (kesemutan), pengisian kapiler>3
detik,CTDP 225, CTDS : 256 mg/dl.
41
INTERVENSI KEPERAWATAN
42
INTERVENSI KEPERAWATAN
43
43
pada klien
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari
Diagnosa
Tanggal Implementasi Evaluasi TTD
Keperawatan
Jam
Rabu, 23 Perfusi perifer 1. Mencatat penurunan nadi pengisian kapi S: klien mengatakan “kesemutan pada kedua
Oktober tidak efektif lerlambat kakinya mulai berkurang”
2019 berhubungan 2. Memonitor panas, kemerahan, nyeri
O: - TTV : TD = 150/80 mmHg, Suhu =
dengan parastesia pada ekstremitas warna dan
Pukul 12.00 36,5 C, RR = 20x/m, Nadi= 90x/m
penurunan kulit
WIB
aliran darah 3. Menganjurkan keluarga untuk - pengisian kapiler 2 detik
vena dan arteri mengobservasi kulit jika ada lesi atau Supriadi
A : Perfusi perifer sebagian teratasi
laserasi setiap hari
4. Berkolaborasi dengan dokter dalam P :Lanjutkan intervensi
pemberian analgetik 1. Catat penurunan nadi pengisian kapiler
lambat
2. Monitor panas, kemerahan, nyeri
parastesia pada ekstremitas warna dan
kulit
3. Anjurkan keluarga untuk mengobservasi
kulit jika ada lesi atau laserasi setiap
44
45
hari
4. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian analgetik
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari
Diagnosa
Tanggal Implementasi Evaluasi TTD
Keperawatan
Jam
Kamis, 24 Ketidakstabilan 1. Memonitor kadar gula darah sesuai S: klien mengatakan “badan terasa lemas”
Oktober kadar glukosa indikasi
O: - klien tampak lemas
2019 darah 2. Memonitor tanda dan gejala
berhubungan hiperglikemia - GDP : 155 mg/dl
Pukul 09.00
dengan 3. Mengidentifikasi kemungkinan - GDS : 255 mg/dl
WIB
gangguan penyebab hiperglikemia - BB : 54 kg
toleransi 4. Berkolaborasi dengan dokter dalam - Klien diberikan injeksi noporavid 3x10 unit Supriadi
glukosa darah pemberian insulin (SC)
A:Masalah ketidakstabilan kadar glukosa
darah teratasi sebagian
P :lanjutkan intervensi
1. Monitor kadar gula darah sesuaii ndikasi
2. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
3. Identifikasi kemungkinan penyebab
hiperglikemia
4. Kolaborasi dengan dokter dalam
47
pemberian insulin
46
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari
Diagnosa
Tanggal Implementasi Evaluasi TTD
Keperawatan
Jam
Kamis, 24 Defisit 1. Mengkaji pengetahuan klien tentang S: klien mengatakan “sudah mengerti tentang
Oktober pengetahuan penyakitnya diabetes melitus”
2019 tentang proses 2. Memberikan Pendidikan kesehatan tentang
O: - klien menyimak dengan baik tentang
penyakit diabetes melitus. Dimulai daripengertian,
Pukul 10.00 Pendidikan kesehatan yang diberikan
berhubungan penyebab, factor yang mempengaruhi,
WIB dan dijelaskan
dengan tidak tanda dan gejala, akibat lanjut dari diabetes Supriadi
familiar dengan melitus, pengobatan serta pencegahan - Klien dapat mengulang dan
sumber diabetes melitus dan makanan yang baik menjelaskan kembali tentang materi
informasi bagi klien diabetes melitus yang sudah
3.Mengevaluasi apakah klien sudah mengerti dijelaskan
4.Memberikan pujian dan apresiasi pada klien - Klien berterima kasih atas
pendidikan kesehatan yang telah
diberikan karena dapat menambah
wawasan tentang diabetes melitus
A :masalah defisit pengetahuan teratasi
P :Hentikan Intervensi
47
49
DAFTAR PUSTAKA