Anda di halaman 1dari 51

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes mellitus adalah gangguan metabolic kronik yang tidak dapat
disembuhkan, tetapi dapat dikontrol yang dikarakteristikkan dengan
ketidakadekuatan penggunaan insulin. Diabetes melitus ditandai dengan
peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia). Terdapat penurunan dalam
kemampuan tubuh untuk berespon terhdap insulin dan atau penurunan atau tidak
terdapatnya pembentukan insulin oleh pancreas. Kondisi ini mengarah pada
hiperglikemia yang dapat menyebabkan terjadinya komplikasi metabolic akut
seperti ketoasidosis diabetic. Hiperglikemia jangka Panjang dspst menunjang
terjadinya komplikasi mikrovaskular kronis (penyakit ginjal dan mata) serta
komplikasi neuropati. Diabetes juga berkaitan dengan kejadian penyakit
makrovaskuler, termasuk infark miokrad, stroke, dan penyakit vaskuler perifer
(Barbara, 2014).
Menurut World Health Organization/ WHO (2012) bahwa jumlah klien
dengan DM di dunia mencapai 347 juta orang dan lebih dari 80% kematian akibat
DM terjadi pada negara miskin dan berkembang. Pada tahun 2020 nanti
diperkirakan akan ada sejumlah 178 juta penduduk Indonesia berusia diatas 20
tahun dengan asumsi prevalensi DM sebesar 4,6% akan didapatkan 8,2 juta klien
yang menderita DM. Hasil penelitian yang dilakukan pada seluruh provinsi yang
ada di Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi nasional untuk toleransi glukosa
tertanggu (TGT) adalah sebesar 10,25% dan untuk DM adalah sebesar 5,7%
(Depkes RI, 2012).
Penyakit DM merupakan suatu penyakit kronis yang mempunyai dampak
negatif terhadap fisik maupun psikologis klien, gangguan fisik yang terjadi seperti
poliuria, polidipsia, polifagia, mengeluh lelah dan mengantuk. Disamping itu klien
juga dapat mengalami penglihatan kabur, kelemahan dan sakit kepala. Dampak
psikologis yang terjadi pada klien dengan DM seperti kecemasan, kemarahan,
berduka, malu, rasa bersalah, hilang harapan, depresi, kesepian, tidak berdaya,
ditambah lagi klien dapat menjadi pasif, tergantung, merasa tidak nyaman,
2

bingung dan merasa menderita. Diabetes mellitus dapat menjadi serius dan
menyebabkan kondisi kronik yang membahayakan apabila tidak diobati. Akibat
dari hiperglikemia dapat terjadi komplikasi metabolik akut seperti ketoasidosis
diabetik (KAD) dan keadaan hiperglikemi dalam jangka waktu yang lama
berkontribusi terhadap komplikasi neuropatik. Untuk mencegah komplikasi
tersebut maka dibutuhkan peran dan fungsi perawat dalam melakukan asuhan
keperawatan dengan benar meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative
yang dilakukan secara komprehensif dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan, antara lain dengan memberikan pendidikan kesehatan untuk
meningkatan status kesehatan klien, memeriksakan kondisi secara dini,
memberikan obat sesuai dengan jangka waktu tertentu untuk mengobati penyebab
dasar dan dalam perawatan diri klien secara optimal, sehingga muncul pentingnya
asuhan keperawatan dalam menanggulangi klien dengan diabetes melitus yang
dirawat diruang Irna 4 RSUA Surabaya.
RSUA Surabaya merupakan rumah sakit umum yang berada di Surabaya
merupakan rumah sakit rujukan dan salah satu rumah sakit pendidikan dikota
Surabaya. Berdasarkan uraiandi atas, penulis ingin menyusun asuhan
keperawatan dengan Diabetes Melituspada Ny.I diruang Irna 4 RSUA Surabaya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan ”bagaimana penerapan
Asuhan Keperawatan pada Ny.I dengan Diabetes Melitusdi Ruang Irna 4 RSUA
Surabaya?”

1.3 Tujuan
1.3.1 TujuanUmum
Untuk mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
Diabetes Melitus di ruang Irna 4 RSUA Surabaya.

1.3.2 TujuanKhusus
1.3.2.1 Melakukan pengkajian keperawatan pada Ny.I dengan Diabetes Melitus di
Ruang Irna 4 RSUA Surabaya.
1.3.2.2 Menegakan diagnosa keperawatan pada Ny.I dengan Diabetes Melitus di
Ruang Irna 4 RSUA Surabaya.
3

1.3.2.3 Membuat rencana tindakan keperawatan pada Ny.I dengan Diabetes


Melitus di Ruang Irna 4 RSUA Surabaya.
1.3.2.4 Melaksanakan tindakan keperawatan pada pada Ny.I dengan Diabetes
Melitus di Ruang Irna 4 RSUA Surabaya.
1.3.2.5 Melaksanakan evaluasi keperawatan pada pada Ny.I dengan Diabetes
Melitus di Ruang Irna 4 RSUA Surabaya.

1.4 ManfaatPenulisan
1.4.1 Teoritis
Kasus ini sebagai bahan informasi bagi perawat untuk meningkatkan mutu
profesi keperawatan dalam melaksanakan AsuhanKeperawatan pada
pasien denganDiabetes Melitus.
1.4.2 Praktisi
1.4.2.1 RumahSakit
Sebagai bahan masukkan dalam upaya pelayanan pelaksanaan Asuhan
Keperawatan khususnya bagi perawat diruang Irna 4 RSUA Surabaya.
1.4.2.2 Institusi Pendidikan
Sebagai referensi belajar Mahasiswa STIKes Eka Harap Palangka Raya
dalam pelaksanaan Asuhan Keperawatan dengan masalah Diabetes
Melitus.
1.4.2.3 Mahasiswa
Menambah wawasan dalam pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada
Diabetes Melitus dan sebagai bahan acuan atau referensi bagi mahasiswa
dalam penulisan laporan pendahuluan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KonsepPenyakit
2.1.1 Definisi
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolic kronik yang tidak dapat
disembuhkan, tetapi dapat dikontrol yang dikarakteristikkan dengan
ketidakadekuatan penggunaan insulin (Barbara, 2014).
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau
mengalihkan”. Melitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau
madu. Penyakit diabetes mellitus dapat diartikan idividu yang mengalirkan
volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes mellitus
adalah penyakit seumur hidup dimana tubuh seseorang tidak memproduksi
cukup insulin atau tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi dengan
baik. Insulin adalah hormon yang menolong mengatur dan mengendalikan
fungsi tubuh tertentu. Insulin dihasilkan oleh pankreas, sebuah kelenjar buntu
yang kecil yang terdapat di bawah lambung. Di dalam pancreas itu terdapat sel-
sel beta yang khas yang biasa disebut pulau Langerhans yang mengeluarkan
insulin langsung kealiran darah. Di sana insulin mengendalikan glukosa dalam
darah.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
diabetes mellitus adalah suatu penyakit gangguan metabolism tubuh yang
ditandai dengan adanya kenaikan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia)
dikarenakan akibat dari kekurangan insulin dalam tubuh.

2.2 AnatomiFisiologi
Anatomi fisiologi pancreas dijelaskan seperti dibawah ini.
2.2.1 AnatomiPankreas
4
Pankreas berhimpitan sebelah atas dengan duodenum, melintang di atas
jejunum sampai ginjal kiri (bagian cauda dari pankreas). Pankreas secara
permukaan terdiri dari: caput(menempel pada duodenum), corpus, dan cauda
(yang bersinggungan dengan ginjal bagian kiri). Didalamnya (pankreas)
5

terdapat saluran yang disebut dengan ductus pankreticus yang terletak


sepanjang pankreas (mulai dari caput, corpus sampai cauda).
Insulin dihasilkan oleh pulau-pulau Langerhans pankreas, baik yang
terdapat dibagian caput, corpus, dan cauda pankreas.Pulau-pulau Langerhans
merupakan kumpulan sel yang berbentuk ovoid.Pada manusia terdapat 1-2 juta
pulau-pulau Langerhans.Sel-sel pulau Langerhans digolongkan beberapa jenis
yaitu sel A (disebut juga 𝛼/alfa), B (disebut juga 𝛽/beta), D (disebut juga
∆/delta) dan F. Sel B yang merupakan bagian terbanyak dari pulau-pulau
Langerhans (60-70%) terletak di tengah pulau. Adapun hasil yang disekresikan
masing-masing bagian sel antara lain: sel A mensekresikan glucagon, sel B
mensekresikan insulin, sel D mensekresikan somatostatin dan sel F
mensekresikan polipeptida pankreas.
Produk yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas akan disalurkan melalui
duktur/saluran (eksokrin). Sedangkan produk dari pulau-pulau Langerhans
langsung ikut dalam aliran darah (endokrin).

Gambar 1.1: Anatomi Pankreas


6

2.2.2 FisiologiPankreas
1) Getah Pankreas (eksokrin)bersifat basa dengan komposisi: HCO3
(Asam) dengan kadar 113 meq/L. setiap hari disekresikan sekitar
1500Ml getah pankreas. Sekresi getah pankreas bersama dengan sekresi
empedu dan getah usus berefek padapenetralan asam lambung dan
menaikan PH duodenum menjadi 6,0-7,0.
2) Endokrin pankreas, susunan insulin terdiri dari pioipeptida yang
mengandung dua mata rantai asam amino yang dihubungkan dengan
jembatan disulfide. Insulin dibentuk di kulum endoplasmic sel B.
Insulin kemudian dikemas di apparatus golgi dalam sebuah granula.
Granula ini yang kemudian bergerak ke membrane plasma. Insulin
kemudian dikeluarkan melalui proses eksositosis kemudian melintasi
lamina basalis sel B menuju kapiler dan endotel kapiler yang berpori
mencapai aliran darah. waktu paruh insulin dalam sirkulasi berlangsung
selama 5 menit.

Gambar 1.2: Fisiologis Pankreas

2.3 Etiologi Diabetes Melitus


Penyebab dari diabetes melitus adalah:
2.3.1 Diabetes tipe 1
7

1) Faktor genetik dimana penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe 1


itu sendiri tetapi mewarisi suatu presdiposisi atau kecenderungan
genetik kearah terjadinya diabetes tipe 1.
2) Faktor imunologi pada diabetes tipe 1 terdapat bukti adanya suatu
respon autoimun. Ini merupakan respon abnormal di mana antibodi
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara berinteraksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
3) Faktor lingkungan seperti faktor eksternal yang dapat memicu destruksi
sel beta pankreas (virus/toksin tertentu, infekai pada tubuh memicu
proses autoimun)
2.3.2 Diabetes tipe 2
1) Usia lanjut pada umumnya adalah penderita diabetes mellitus tipe 2.
Pada orang-orang yang berumur fungsi organ tubuh semakin menurun
hal ini diakibatkan aktivitas sel beta pancreas untuk menghasilkan
insulin menjadi berkurang dan sensitifitas sel-sel jaringan menurun
sehingga tidak menerima insulin.
2) Obesitas pada orang gemuk aktivitas jaringan lemak dan otot menurun
sehingga dapat memicu timbulnya diabetes melitus.
3) Riwayat keluarga adalah factor resiko utama seorang akan mengalami
diabetes melitus, secara genetic pasien diabetes mellitus akan
mempengaruhi keturunannya. Hal ini dikarenakan seorang dengan
riwayat keluarga diabetes memiliki kelainan gen yang mengakibatkan
tubuh tidak menghasilkan insulin dengan baik.
4) Aktifitas fisik dapat mengontrol gula darah. Glukosa akan diubah
menjadi energi pada saat beraktivitas fisik. Aktivitas fisik
mengakibatkan insulin semakin meningkat sehingga kadar gula dalam
darah akan berkurang.
5) Pola makan di mana kebiasaan makan yang banyak meningkatkan
resiko diabetes. Makan yang sekaligus banyak memicu insulin dan
reseptor untuk bekerja lebih keras, sehingga reseptor glukosa lebih
cepat mengalami kerusakan.
8

6) Merokok perokok aktif memiliki resiko 76% lebih tinggi untuk


terserang diabetes mellitus tipe 2 dibanding dengan yang tidak terpajan.
7) Stress dapat meningkatkan kandungan glukosa darah karena stress
menstimulus organ endokrin untuk mengeluarkan ephinefrin. Orang
yang megalami stress memiliki resiko 1,67 kali untuk menderita
diabetes mellitus tipe 2 dibandingkan dengan orang yang tidak
mengalami stress.

2.4 Klasifikasi Diabetes Melitus


Mengklasifikasikan diabetes mellitus dalam empat kategori, yaitu:
1) Diabetes mellitus tipe 1 (IDDM)
Diabetes melitus yang disebabkan oleh destruksisel beta. Umumnya
defisiensi insulin absolute akibat proses imunoogik dan idiopatik.Pada
diabetes tipe 1 lebih sering terjadi pada usia remaja. Lebih dari 90% dari
sel pankreas yang memproduksi insulin mengalami kerusakan secara
permanen.Oleh karena itu, insulin yang diproduksi sedikit atau tidak
langsung dapat diproduksikan. Hanya sekitar 10% dari semua penderita
diabetes melitus menderita tipe 1.
2) Diabetes mellitus tipe 2 (NIDDM)
Diabetes melitus yang disebabkan oleh resistensi insulin relatif, namun
didapatkan pula dominan defeksekresi insulin disertai resistensi insulin.
3) Diabetes melitustipe lain
Diabetes melitus yang disebabkan oleh beberapa factor antara lain
penyakit eksokrin pancreas seperti cystic fibrosis, endokrinopati, infeksi
dan diabetes mellitus akibat obat atau zat kimia.
4) Diabetes kehamilan
Diabetes melitus yang ditegakkan pada saat kehamilan
9

2.5 Web Of Coution( WOC )

Definisi :
Dm adalah suatu penyakit gangguan metabolik tubuh
yang di tandai dengan adanya kenaikan kadar gula Ketidakseimbangan Gula dalam darah tidak dapat
Faktor genetik Kerusakan sel
(hiperglikemia) dikarenakan akibat dari kekurangan produksi insuli dibawa masuk dalam sel
Infeksi visrus beta
insulin dalam tubuh Pengrusakan imunologik

Defisiensi insuline Ketidakstabilan Anabolisme


Etiologi : kadar glukosa protein
Faktor genetik darah Vikositas darah Hipirglikemia
Infeksi visrus
Pengrusakan imunologik Gula dalam darah tidak dapat Pemecahan lemak
dibawa masuk dalam sel Aliran darah lambat Kerusakan
Syok pada antibodi
Ketoasidosis hiperglikemia
Manifestasi : Rangkaian reaksi dlm
diabetik
Hiperglikemia metabolisme glukosa intrasel Iskemik jaringan
Gastropati DM Koma diabetik Kekebalan
Lelah Perubahan status tubuh
Ketidakseimbangan antara
Poliuria kesehatan
suplai dan kebutuhan O2
Polidipsia
Polifagia :
Kurang terpapar Resiko
Komplikasi
informasi Ketidakefektifan infeksi
Hipoglikemia Gangguan
Ketoasedosis diabetik perfusi jaringan
lelah pusing perifer rasa
Koma hiperglikemia nyaman/nyeri
Defisit
Intoleransi Nyeri akut pengetahuan
aktifitas

10
11

2.6 Manifestasi Klinis


2.6.1 Pengeluaran urin (poliuria)
Poliuria adalah keadaan di mana volume air kemih dalam 24 jam
meningkat melebihi batas normal. Poliuria timbul sebagai gejala diabetes
melitus dikarenakan kadar gula dalam tubuh relatif tinggi sehingga tubuh
tidak sanggup untuk mengurainya dan berusaha untuk mengeluarkannya
melalui urin.
2.6.2 Timbul rasa haus (polidipsia)
Polidipsia adalah rasa haus berlebihan yang timbul karena kadar glukosa
terbawa oleh urin sehingga tubuh merespon untuk meningkatkan asupan
cairan.
2.6.3 Timbul rasa lapar (polifagia)
Pasien diabetes melitus akan merasa cepat lapar, hal ini disebabkan
karena glukosa dalam tubuh semakin habis, sedangkan kadar glukosa
dalam darah cukup tinggi.
2.6.4 Berkeringat
Banyak glukosa yang tidak dapat terurai akan dikeluarkan oleh tubuh
melalui keringat sehingga pada pasien diabetes melitus akan mudah
berkeringat banyak.
2.6.5 Lesu
Penderita diabetes melitus akan mudah merasakan lesu. Hal ini
disebabkan karena pada gukosa dalam tubuh sudah banyak dibuang oleh
tubuh melalui keringat atau urin, sehinggu tubuh merasa lesu dan mudah
lelah.
2.6.6 Penyusutan berat badan
Penyusutanberat badan pada pasien diabetes mellitus disebabkan karena
tubuh terpaksa mengambil dan membakar lemak sebagai cadangan
energi.
2.6.7.Gejalak ronik
Kulit terasa panas, kebas, seperti tertusuk-tusuk jarum, rasa tebal pada
kulit, kram, mudah mengantuk, penglihatan memburuk (buram) yang
11

ditandai dengan sering berganti lensa kacamata, gigi mudah goyah dan
mudah lepas, keguguran pada ibu hamil dan ibu melahirkan dengan berat
bayi yang lebih dari 4 kilogram, gatal di daerah kemaluan atau lipatan
kulit, bisul atau luka yang lama sembuh, infeksi pada pria dan keputihan
pada perempuan.

2.7 Komplikasi
2.7.4 Komplikasi metabolic akut
1) Hipoglikemia merupakan keadaan kronik gangguan saraf yang
disebabkan penurunan glukosadarah. Gejala-gejala hipoglikemia
disebabkan oleh pelepasan epinefrin seperti adanya rasa lapar, keringat
dingin, gemetar, sakit kepala dan palpitasi juga akibat kekurangan
glukosa dalam otak.
2) Ketoasidosis diabetic disebabkan karena kelebihan kadar glukosa dalam
darah sedangkan kadar insulin dalam tubuh sangat menurun sehingga
mengakibatkan kekacauan metabolik yang ditandai oleh trias
hiperglikemia, asidosis dan ketosis.
3) Sindrom HHNK (koma hiperglikemia hiperosmolar non ketotik) adalah
komplikasi diabetes melitus yang ditandai dengan hiperglikemia berat
dengan kadar glukosa serum lebih dari 600 mg/dl.
2.7.5 Komplikasi metabolic kronik
1) Komplikasi pembuluh darah kecil (mikrovaskuler) seperti kerusakan
mata, kerusakan ginjal (nefropati diabetik) dan kerusakan saraf
(neuropati diabetik).
2) Komplikasi pembuluh darah besar (makrovaskuler) seperti penyakit
jantung koroner dan penyakit serebrovaskuler.

2.8 PemeriksaanPenunjang
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
1) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120
mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
12

2) Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara Benedict (reduksi). Hasil dapat dilihat melalui
perubahan warna pada urine : hijau (+), kuning (++), merah (+++), dan
merah bata (++++).
3) Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang
sesuai dengan jenis kuman.
4) Aseton plasma (keton) positif secara mencolok.
5) Osmolalitas serum: meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/I.
6) Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat.
7) Elektrolit: Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal atau
peningkatan semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun.
8) Gas darah arteri: menunjukkan Ph rendah dan penurunan HCO3.
9) Trombosit darah: Hematokrit meningkat (dehidrasi), leukositosis dan
hemokonsentrasi merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
10) Ureum/kreatinin: mungkin meningkat atau normal.
11) Insulin darah: mungkin menurun atau tidak ada (Tipe I) atau normal
sampai tinggi (Tipe II).Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya ISK,
infeksi pernafasan dan infeksi luka.
Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan atau Penyaring
Diagnosa Diabetes Melitus (mg/dl).
Bukan Belum DM
DM Pasti DM
Kadar Glukosa Darah sewaktu < 110 110-199 ≥ 200
(mg/dl) < 90 90-199 ≥ 200
Kadar Glukosa Darah Puasa < 110 110-125 ≥ 126
(mg/dl) < 90 90-109 ≥ 110
Sumber : Konsesus Pengelolaan Diabetes Melitus di Indonesia, 2011.

2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan diabetes secara umum adalah meningkatkan kualitas
hidup penyandang diabetes. Tujuan penatalaksanaan meliputi:
13

1) Tujuan jangka pendek: menghilangkan keluhan diabetes melitus,


memperbaiki kualitas hidup dan mengurangi resiko komplikasi akut.
2) Tujuan jangka panjang: mencegah dan menghambat progresivitas penyulit
mikroangiopati dan makroangiopati.
3) Tujuan akhir pengelolaan: turunnya morbiditas dan mortalitas diabetes
melitus.
1.9.1 Langkah-langkah penatalaksanaan umum
Perlu dilakukan evaluasi medis yang lengkap pada pertemuan pertama
yang meliputi:
1) Riwayat penyakit seperti usia, pola makan, status nutrisi, status aktifitas
fisik riwayat perubahan berat badan, pengobatan yang pernah diperoleh
sebelumnya secara lengkap, termasuk terapi gizi medis dan diabetes
melitus secara mandiri pengobatan yang sedang dijalani, termasuk obat
yang digunakan, perencanaan makan dan program latihan jasmani.
2) Pemeriksaan fisik seperti pengukuran tinggi, berat badan, tekanan darah,
pemeriksaan funduskopi, pemeriksaan rongga mulut dan kelenjar tiroid,
pemeriksaan jantung, pemeriksaan kaki secara komprehensif (evaluasi
kelainan vaskular, neuropati dan adanya deformitas).
3) Evaluasi laboratorium melalui pemeriksaan kadar glukosa darah puasa dan
dua jam setelah TTGO dan pemeriksaan kadar HbA1c.
4) Penapisan komplikasi harus dilakukan pada setiap penderita yang baru
terdiagnosis diabetes melitus tipe 2.
1.9.2 Langkah-langkah penatalaksanaan khusus
Penatalaksanaan diabetes melitus dimulai dengan menerapkan pola
hidup sehat (terapi nutrisi medis dan aktivitas fisik) bersamaan dengan
intervensi farmakologis dengan obat anti hiperglikemia secara oral dan/atau
suntikan. Hal tersebut dilakukan melalui empat pilar utama pengelolaan
diabetes melitus, yaitu:
1) Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu dilakukan sebagai
bagian dari upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat penting
dari pengelolaan diabetes melitus secara holistik (Perkeni, 2015). Edukasi
Diabetes merupakan suatu proses pendidikan dan pelatihan tentang
14

pengetahuan diabetes dan ketrampilan yang dapat menunjang perubahan


perilaku yang diperlukan untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal,
penyesuaian psikologis dan kualitas hidup yang lebih baik secara
berkelanjutan.
2) Perencanaan makan (diet)/terapi nutrisi medis (TNM), bertujuan untuk
mempertahankan kadar normal glukosa darah dan lipid, nutrisi yang
optimal serta mencapai/mempertahankan berat badan ideal.Prinsip
pengaturan makan pada penyandang diabetes melitus hampir sama dengan
anjuran makan untukmasyarakat umum, yaitu makanan yang seimbangdan
sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizimasing-masing individu.
Penderita diabetes melitus perludiberikan penekanan mengenai
pentingnyaketeraturan jadwal makan, jenis dan jumlahkandungan kalori,
terutama pada mereka yang menggunakan obat yang meningkatkan
sekresiinsulin atau terapi insulin itu sendiri.
3) Jasmani/olahraga, latihan jasmani merupakan salah satu pilar dalam
pengelolaan diabetes melitus apabila tidak disertai adanya nefropati.
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani dilakukan secara teratur
sebanyak 3-5 kali perminggu selama sekitar 30-45 menit. Dianjurkan
untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah sebelum latihan jasmani.
Apabila kadar glukosa darah < 100 mg/dl penderita harus mengkonsumsi
karbohidrat terlebih dahulu dan bila > 250 mg/dl dianjurkan untuk
menunda latihan jasmani.
4) Terapi farmakologis, diberikan bersama dengan pengaturan makan dan
latihan jasmani (gaya hidup, sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat
oral dan bentuk suntikan. Penatalaksanaan medis pada penderita dengan
diabetes melitus meliputi:
(1) Obat hiperglikemik oral (OHO). Berdasarkan cara kerjanya OHO
dibagi menjadi empat golongan: pemicu sekresi insulin, penambah
sensitivitas terhadap insulin, penghambat glukoneogenesis dan
penghambat glukosidase alfa.
15

(2) Insulin diperlukan pada keadaan penurunan berat badan yang cepat,
hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis, ketoasidosis diabetik
dan gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.
(3) Terapi kombinasi pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai
dengan dosis rendah untuk kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai
dengan respon kadar glukosa darah.
16

BAB 3
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (2017). Pengkajian
merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses keperawatan yang
mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu :
3.1.2 Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam
menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita ,
mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapat diperoleh
melalui anamnese, pemeriksaan fisik, pemerikasaan laboratorium serta
pemeriksaan penunjang lainnya. Seperti dibawah ini :
1) Anamnese
(1) Identitas penderita. Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor
register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
(2) Keluhan utama. Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah,
rasa raba yang menurun, adanya luka yang tidak sembuh–sembuh dan
berbau, adanya nyeri pada luka.
(3) Riwayat kesehatan sekarang. Berisi tentang kapan terjadinya luka,
penyebab terjadinya luka serta upaya yang telah dilakukan oleh
penderita untuk mengatasinya.
(4) Riwayat kesehatan dahulu. Adanya riwayat penyakit diabetes melitus
atau penyakit–penyakit lain yang ada kaitannya dengan defisiensi
insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung,
obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah didapat
maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
(5) Riwayat kesehatan keluarga. Dari genogram keluarga biasanya
terdapat salah satu anggota keluarga yang juga menderita diabetes
melitus atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan terjadinya
defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.
17

(6) Riwayat psikososial. Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan


dan emosi yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya
serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.
2) Pemeriksaan fisik
(1) Status kesehatan umum, meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara
bicara, tinggi badan, berat badan dan tanda –tanda vital.
(2) Kepala dan leher, kaji bentuk kepala, keadaan rambut,adakah
pembesaran pada leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah
gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih
kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah
penglihatan kabur/ganda, diplopia, lensa mata keruh.
(3) Sistem integumen terjadi turgor kulit menurun, adanya luka atau
warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan shu kulit di daerah
sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur
rambut dan kuku.
(4) Sistem pernafasan, adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada.
Pada penderita diabetes melitus mudah terjadi infeksi.
(5) Sistem kardiovaskuler terjadi perfusi jaringan menurun, nadi perifer
lemah atau berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi,
aritmia, kardiomegalis.
(6) Sistem gastrointestinal terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah,
diare, konstipasi, dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan
lingkar abdomen, obesitas.
(7) Sistem urinari terjadi poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa
panas atau sakit saat berkemih.
(8) Sistem muskuloskeletal adanya penyebaran lemak, penyebaran masa
otot, perubahan tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya
gangren di ekstrimitas.
(9) Sistem neurologis, terjadi penurunan sensoris, parastesia, anastesia,
letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
18

3.2 DiagnosaKeperawatan
Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (2017). Diagnosa yang
muncul pada pasien dengan DM adalah sebagai berikut:
1) Ketidakstabilan kadar glukosan darah
Definisi
Variasi kadar glukosa darah naik/turun dari rentang normal
Penyebab
Hiperglikemia Hipoglikemia
(1) Disfungsi pankreas (1) Penggunaan insulin atau
(2) Resistensi insulin obat glikemik oral
(3) Gangguan toleransi (2) Hiperinsulinemia
glukosa darah (3) Endokrinopati
(4) Disfungsihati
(5) Disfungsi ginjal kronis
(6) Gangguan metabolic
bawaan
Gejala dan Tanda Mayor
Subyektif Objektif
Hipoglikemia
Hipoglikemia
(1) Gangguan koordinasi
(1) Mengantuk (2) Kadar glukosa dalam
(2) Pusing darah/urin rendah
Hiperglikemia Hiperglikemia
(1) Kadar glukosa dalam
(1) Lelah atau lesu
darah/urin tinggi
Gejala dan Tanda Minor
Subyektif Objektif
Hipoglikemia
Hipoglikemia
(1) Gemetar
(1) Palpitasi (2) Kesadaran menurun
(2) Mengeluh lapar (3) Perilaku aneh
(4) Sulit bicara
19

(5) Berkeringat
Hiperglikemia Hiperglikemia
(1) Jumlah urin meningkat
(1) Mulut kering
(2) Haus meningkat

2) Defisit nutrisi
Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk kebutuhan metabolisme
Penyebab
Fisiologis:
(1) Kurang asupan makanan
(2) Ketidakmampuan menelan makanan
(3) Ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien
(4) Peningkatan kebutuhan metabolisme
Gejala dan Tanda Mayor
Objektif
Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang normal
Gejala dan Tanda Minor
Subyektif Objektif
(1) Cepat kenyang setelah (1) Bising usus hiperaktif
makan (2) Otot pengunyah lemah
(2) Kram/nyeri abdomen (3) Otot menelan lemah
(3) Nafsu makan menurun (4) Membran mukosa pucat
(5) Sariawan
(6) Serum albumin turun
(7) Diare

3) Perfusi Perifer Tidak Efektif


Definisi
Penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat menggangu
metabolisme tubuh
Penyebab
20

Hiperglikemia
(1) Penurunan konsentrasi hemoglobin
(2) Peningkatan tekanandarah
(3) Kekurangan volume cairan
(4) Penurunan aliranarteri dan/atau vena
(5) Kurang terpapar informasi tentang factor pemberat (missal
merokok, gaya hidup monoton, trauma, obesitas, asupan garam,
imobilitas)
(6) Kurang terpapar informasi tentang proses penyakit (misal
diabetes melitus, hiperlipidemia)
(7) Kurang aktivitas fisik
Gejala dan Tanda Mayor
Subyektif Objektif
Hipoglikemia
(tidak tersedia)
(1) Pengisian kapiler> 3 detik
(2) Nadi perifer menurun atau
tidak teraba
(3) Akral teraba dingin
(4) Warna kulit pucat
(5) Turgor kulit menurun
Gejala dan Tanda Minor
Subyektif Objektif
(1) Parastesia (1) Edema
(2) Nyeri ekstremitas (2) Penyembuhan luka lambat
4) Intoleransi Aktivitas
Definisi
Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari
Penyebab
(1) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
(2) Tirah baring
(3) Kelemahan
(4) Imobilitas
21

(5) Gaya hidup monoton


Gejala dan Tanda Mayor
Subyektif Objektif

Mengeluh lelah Frekuensi jantung meningkat >


20% dari kondisi istirahat

Gejala dan Tanda Minor


Subyektif Objektif
(1) Dispnea saat/setelah aktivitas (1) Tekanan darah berubah>
(2) Merasa tidak nyaman setelah 20% dari kondisi istirahat
beraktivitas (2) Gambaran EKG
(3) Merasa lemah menunjukkan aritmia
sat/setelah aktivitas
(3) Gambaran EKG
menunjukkan iskemia
(4) Sianosis

5) Defisit Pengetahuan tentang (spesifikkan)


Definisi
Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan
topik tertentu.
Penyebab
(1) Keterbatasan kognitif
(2) Gangguan fungsi kognitif
(3) Kekeliruan mengikuti anjuran
(4) Kurang terpapar informasi
(5) Kurang minat dalam belajar
(6) Kurang mampu mengingat
(7) Ketidaktahuan menemukan sumber informasi
Gejala dan Tanda Mayor
Subyektif Objektif
(1) Menanyakan masalah yang (1) Menunjukkan perilaku tidak
22

dihadapi sesuai anjuran


(2) Menunjukkan persepsi yang
keliru terhadap masalah
Gejala dan Tanda Minor
Subyektif Objektif
(1) Menjalani pemeriksaan
(tidak tersedia)
yang tidaktepat
(2) Menunjukkan perilaku
berlebihan (misalapatis,
bermusuhan, agitasi,
histeria)
3.3 Intervensi Keperawatan
Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (2017). Intervensi
keperawatan yaitu:
2.1.1 Ketidakstabilan Kadar Gula Darah
Tujuan :Kestabilan kadar glukosa darah
Kriteria hasil:
1) Kadar glukosa darah berada pada rentang normal (< 200 mg/dl)
2) Keluhan mengantuk, pusing, lelah/lesu berkurang/hilang
Intervensi:
1. Manajemen Hiperglikemia
Tindakan
Observasi
a. Monitor kadar glukosa darah
b. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia (misalpoliuria, polidipsia,
polifagia, kelemahan, pandangan kabur, sakitkepala)
c. Monitor intake dan output cairan
Terapeutik
a. Berikancairan oral
b. Fasilitasi ambulasi jika ada hipotensiortostatik
Edukasi
a. Anjurkan monitor kadar gula darah secara mandiri
23

b. Anjurkan kepatuhan terhadap diet


c. Anjurkan pengelolaan diabetes ( missal penggunaan insulin, obat oral,
monitor asupan cairan, penggantian karbohidrat dan bantuan
professional kesehatan).
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu
b. Kolaborasi pemberian cairan IV, jika perlu
2. Manajemen Hipoglikemia
Tindakan
Observasi
a. Identifikasi tanda dan gejala hipoglikemia
b. Identifikasi kemungkinan penyebab hipoglikemia
Terapeutik
a. Berikan karbohidrat sederhana, jika perlu
b. Berikan karbohidrat kompleks dan protein sesuai diet
Edukasi
a. Anjurkan membawa karbohidrat sederhana setiap saat
b. Anjurkan monitor kadar glukosa darah
c. Ajarkan perawatan mandiri untuk mencegah hipoglikemia (missal
mengurangi insulin/agen oral dan/atau meningkatkan asupan makanan
untuk berolahraga)
d. Ajarkan pengelolaan hipoglikemia (missal tanda dan gejala, factor
resiko dan pengobatan hipoglikemia)
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian dekstrose, jika perlu

2.3.2 Defisit Nutrisi


Tujuan: Kebutuhan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh terpenuhi
Kriteria Hasil:
1) Porsi makanan yang dihabiskan
2) Nafsu makan meningkat
3) Beratbadan ideal.
24

4) Pasien mematuhi dietnya.


5) Kadarguladarah dalam batas normal.
6) Tidak adatanda-tandahiperglikemia/hipoglikemia.
Intervensi:
Tindakan
Observasi
a. Monitor asupan makanan
b. Monitor berat badan
c. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
a. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
b. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Edukasi
a. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (missal pereda
nyeri, antiemetik) jika perlu
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu

2.3.3 Perfusi Perifer Tidak Efektif


Tujuan:Mempertahankan sirkulasi perifer tetap normal
Kriteria Hasil:
1) Denyut nadi perifer teraba kuat dan reguler
2) Warna kulit tidak pucat/sianosis.
3) Akral teraba hangat
4) Turgor kulit meningkat
5) Pengisian kapiler < 2 detik
6) Sensasi jaringan perifer normal
Intervensi:
Perawatan Sirkulasi
Tindakan
25

Observasi
a. Periksa sirkulasi perifer (missal nadi perifer, edema, pengisian
kapiler, warna, suhu)
b. Identifikasi factor resiko gangguan sirkulasi (misal diabetes,
perokok, orang tua, hipertensi dan kadar kolestrol tinggi)
c. Monitor panas, kemerahan, nyeri atau bengkak pada ekstremitas
Terapeutik
a. Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi
b. Lakukan perawatan kuku dan kaki
Edukasi
a. Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat (missal
melembabkan kulit kering pada kaki)
Manajemen Sensasi Perifer
Tindakan
Observasi
a. Periksa perbedaan sensasi tajam atau tumpul, sensasi panas atau
dingin
b. Monitor tejadinya parestesia, jika perlu
c. Monitor perubahan kulit
Terapeutik
a. Hindari pemakaian benda-benda yang berlebihan suhunya (terlalu
panas atau dingin)
Edukasi
a. Anjurkan memakai sepatu lembut dan bertumit rendah
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu
b. Kolaborasi pemberian kortikosteroid, jika perlu

2.3.4 IntoleransiAktivitas
Tujuan: Meningkatkan aktivitas
Kriteria hasil:
26

1. Pemenuhan ADL
2. Kemampuan untuk melakukan aktifitas fisik
3. Klien mengatakan ada peningkatan energi.
4. Ada perbaikan dalam aktivitas.
Intervensi:
Tindakan
Observasi
a. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
kelelahan
b. Monitor kelelahan fisik dan emosional
c. Monitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas (takikardia,
sesak napas, diaforesis, pucat)
d. Pantau tanda-tanda vital
e. Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian,
berhias dan makan
Terapeutik
a. Bantu pasien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu
dilakukan
b. Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu melakukan
perawatan diri
c. Libatkan keluarga dalam aktivitas
Edukasi
a. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap

2.3.5 Defisit Pengetahuan


Tujuan: Pasien memperoleh informasi yang jelas dan benar tentang
penyakitnya.
Kriteria Hasil:
1) Pasien mengetahui tentang proses penyakit diabetes melitus dan
dapat menjelaskan kembali bila ditanya.
2) Pasien dapat menyampaikan secara verbal
27

Intervensi:
Tindakan
Observasi
f. Identifikasi tingkat pengetahuan tentang proses penyakit yang
spesifik
g. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Terapeutik
d. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
e. Jdawalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
f. Berikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga tentang
pengertian, tanda dan gejala, penyebab, komplikasi dan perawatan
diabetes melitus
g. Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
b. Jelaskan factor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
28

BAB 4
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN KELOLAAN

3.1 Pengkajian Keperawatan


Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada hari Rabu, 23 Oktober 2019 pukul
11.00 WIB didapatkan data sebagai berikut.
3.1.1 IdentitasKlien
Nama: : Ny. I
Umur: : 49Tahun
JenisKelamin : Perempuan
SukuBangsa : Jawa/Indonesia
Agama: : Islam
Pekerjaan: : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SD
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jl. Doctor Lama G 7424
Tgl MRS : 21 Oktober 2019
DiagnosaMedis :Diabetes Melitus

3.1.2 RIWAYAT KESEHATAN/ PERAWATAN


3.1.2.1 Keluhan Utama
Pasien mengatakan kedua kakinya terasa kesemutan
3.1.2.2 Riwayat PenyakitS ekarang
Pasien mengatakan dibawa keluarganya ke RSUA pada tanggal 21 oktober
2019 pukul 23.45 wib dengan keluhan sesak, mual, muntah 1x, demam, batuk,
disertai nyeri kepala sudah 1 minggu hilangtimbul dan mengalami penurunan
berat badan dalam 1 bulan ini. Selain itu juga pasien saat duduk bersila atau
jongkok dalam waktu lama dan keluhan sering haus dan sering kencing malam 3 x

3.1.2.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya.


Pasien mengatakan “sudah 1 tahun mengalami diabetes melitus dan Tidak
penah menjalani operasi ”

29
29

3.1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga


Pasien mengatakan“ keluarga pasien tidak ada mengalami penyakit yang
sama dan tidak mempunyai penyakit menular ”

3.1.2.4 GENOGRAM KELUARGA 3 GENERASI

X
X

Keterangan

x : Meninggal

: Laki - laki

: Perempuan

: Pasien

: Hubungan keluarga

: Tinggal serumah

3.1.3 PEMERIKSAAN FISIK


3.1.3.1 Keadaan Umum
Pasien tampak lemas, dengan kesadaran penuh (GCS 15), terpasang infus
Nacl 20 tpm ditangan sebelah kanan, pasien hanya berbaring ditempat tidur.
30

3.1.3.2 Status Mental


Tingkat kesadaran compos menthis, ekspresi wajah rileks, bentuk badan
sedang, suasana hati baik, berbicara kooperatif, fungsi kognitif orientasi waktu
pasien dapat membedakan antara pagi, siang, malam, orientasi orang pasien dapat
mengenali keluarga maupun petugas kesehatan, orientasi tempat pasien
mengetahui bahwa sedang berada di rumah sakit. Insight baik, mekanisme
pertahanan diria daptif.

3.1.3.3 Tanda-tanda Vital


Pada saat pengkajian tanda–tanda vital, tekanan darah 140/80 mmHg, Nadi
88 x/menit, pernapasan 22/menit dan suhu 36,3 0C.

3.1.3.4 Pernapasan(Breathing)
Bentuk dada simetris, tidak merokok, tidak nyeri dada, tipe pernapasan dada
dan perut, irama pernafasan teratur, tidak ada suara nafas tambahan dan
pernapasan 22x/menit.
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

3.1.3.5. Cardiovasculer (Bleeding)


Pasien tidak merasa pusing, tidak ada nyeri dada dan tidak ada
pembengkakan pada ekstrimitas. Pasien mengalami keram pada kaki.
Masalah keperawatan : nyeri pada kedua kaki dan tangan

3.1.3.6 Persyarafan (Brain)


Nilai GCS E: 4 (dengan spontan membuka mata), V: 5 (orientasi baik), M:6
(bergerak sesuai perintah) dan total Nilai GCS: 15 (Comphos Mentis), kesadaran
Ny. I comphos mentis, pupil Ny. I isokor tidak ada kelainan.
Uji Syaraf Kranial :
Penilaian fungsi saraf kranial:
1. Syarafkranial I (olfaktoris): pada pemeriksaan ini menggunakan
bubuk kopi, pasien mampu mencium aroma tersebut.
31

2. Syaraf kranial II (optikus): pasien mampu melihat orang-orang


disekitarnya dengan baik.
3. Syaraf KranialIII (okulomotorius): pasien mampu membuka mata
dan menutup mata.
4. Syaraf kranial IV (trochlear): pasien mampu menggerakaan bola
mata dengan baik.
5. Syaraf kranial V (trigeminus): pasien dapat mengunyah denganbaik.
6. Syaraf VI (abdusen): pasien dapat menggerakan bola matanya
kesamping, kanan, dan kiri.
7. Syaraf kranial VII (fasialis): pasien mampu menggerutkan dahi dan
mengangkat alis secara simetris.
8. Syaraf kranial VIII (vestibulokokhlearis): klien mampu mendengar
dengan baik, apa yang dibicarakan.
9. Syaraf kranial IX (glosofaringeus):pasien mampu membedakan rasa
pahit, manis, asam dan asin.
10. Syaraf kranial X (vagus): reflex menelan baik.
11. Syaraf kranial XI (assesorius): pasien mampu menggerakan lehernya
Dengan baik, pasien mampu menoleh ke kiri dan ke kanan.
12. Syaraf kranial XII (hipoglosus): pasien mampu menggerakkan
lidahnya dengan baik.
Uji Sensasi:
Klien masih merasakan sensasi geli pada saat diberikan sensasi pada
telapak kakinya
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
3.1.3.6 Eliminasi Uri (Bladder)
Pada pemeriksaan sistem eliminasi urin (bladder) ditemukan hasil yaitu,
produksi urine dengan output urine± 3x/hari,sekitar750 ml/ 24 jam warna urine
kuning dengan bau khas (amoniak).
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
32

3.1.3.7 EliminasiAlvi (Bowel)


Pada pemeriksaan eliminasi alvi (bowel) ditemukan hasil yaitu, bibir kering
dan tidak ada sariawan, tidak terdapat gigi yang berlubang namun terdapat caries,
reflek mengunyah baik, gusi tidak ada peradangan dan kemerahan, lidah tidak ada
peradangan dan lesi, mukosa bibir lembab, tonsil tidak ada peradangan, tidak
terdapat benjolan pada rektum, tidak terdapat hemoroid.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

3.1.3.8 Tulang - Otot - Integumen (Bone)


Pada pemeriksaan tulang, otot, dan integumen(bone) ditemukan hasil yaitu,
paraese pada bagian ekstermitas bawah, kemampuan pergerakan sendi bebas,
tidak ada bengkak, tidak ada kekakuan, atropi otot pada ekstermitas bawah,
tulang belakang normal dan uji kekuatan otot ekstremitas atas 5555 5555 dan
ekstremitas bawah,5555 5555. Tidak ada peradangan, perlukaan dan patah tulang.
Masalah Keperawatan:Tidak ada masalah keperawatan

3.1.3.9 Kulit-Kulit Rambut


Riwayat alergi obat maupun makanan tidak. Suhu kulit Ny.I hangat, warna
kulit normal tidak ada kelainan, turgor kulit baik tekstur halus tidak kasar, tidak
ada peradangan, tidak ada jaringan parut, tekstur rambut lurus, distribusi rambut
merata, bentuk kuku simetris tidak ada kelainan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.

3.1.3.10 Sistem Penginderaan


1) Mata/Penglihatan
Fungsi penglihatan Ny.I baik, gerakan bola mata normal, sklera
normal/putih, kornea bening, tidak ada keluhan dan nyeri yang di rasakan klien,
pasien tidak menggunakan alat bantu penglihatan.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
2) Hidung/Penciuman
Fungsi penciuman klien baik, hidung simetris tidak ada peradangan
maupun kelainan yang di alami pasien.
33

3.1.3.11 Leher Dan Kelenjar Limfe


Massa tidak ada, jaringan parut tidak ada, kelenjar limfe teraba, kelenjar
tyroid teraba, mobilitas leher bergerak bebas tidak terbatas.

3.1.3.12 Sistem Reproduksi Wanita


Tidak ada kemerahan, tidak ada gatal-gatal, tidak ada perdarahan, .
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

4.1.4 POLA FUNGSI KESEHATAN


4.1.4.1 Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit
Pasien mengatakan kesehatan itu sangat berharga dan ingin segera sembuh
sehingga dapat beraktivitas secara normal kembali.

4.1.4.2 Nutrisida Metabolisme


Tinggi badan 159cm, berat badan sebelum sakit 54 kg, berat badan saat sakit 65
kg., IMT pada orang dewasa pasien memiliki berat badan normal. Tidak ada
kesukaran menelan atau normal tidak ada masalah pada selera makan klien.

Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit


Frekuensi/hari 3x sehari 3 x sehari
Porsi 1 porsi 1 porsi
Nafsu makan Normal Normal
Jenis Makanan Nasi, sayur, daging, buah Nasi,sayur, daging
Jenis Minuman Air putih Air putih, teh
Jumlah minuman/cc/24 1200 cc/ 24 jam 1500 cc/ 24 jam
Jam
Kebiasaan makan Pagi, siang dan malam Pagi, siang dan
malam
Keluhan/masalah Tidak ada Tidak ada
Tabel2.1 PolaMakanSehari-hariNy.I
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
34

4.1.4.3 Pola istirahat dan tidur


Pasien mengatakan “Selama dirumah sakit pasien tidak mengalami
gangguan tidur. Sebelum sakit saat berada dirumah pasien tidur siang pada
pukul 12.00 WIB-15.00 WIB. Saat malam hari pasien tidur pada pukul
22.00 WIB- 05.00 WIB. Setelah sakit di rumah sakit pasien tidur siang
pukul 13.00-15.00 dan pada malam haripukul 21.00-04.00 WIB”.
4.1.4.4 Kognitif
Pasien mengatakan “ tidak mengetahui apa penyakitnya ”
Masalah: Kurang pengetahuan tentang penyakit

4.1.4.5 Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri,
peran)
Gambaran diri : klien mengenal bagian tubuhnya secara utuh

Ideal diri : klien mengatakan “ ingin cepat sembuh dari


penyakitnya

Identitas diri : klien mengatakan “ kalau ia adalah seorang pasien


dan sudah berumah tangga”

Harga diri : klien mengatakan “ Tidak merasa malu dengan

keadaannya yang sekarang “

Peran : klien sebagai tulang punggung keluarga

Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan


4.1.4.6 Aktivitas Sehari-hari
Keluarga klien mengatakan “ selama di RS klien dapat bersosialisasi
dengan lingkungan dan keluarga”
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
4.1.4.7 Koping –Toleransi terhadap Stress
Klien mengatakan bila ada masalah klien bercerita kepada keluarganya.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
35

4.1.4.8 Nilai-Pola Keyakinan


Keluarga mengatakan tidak ada tindakan medis yang bertentangan dengan
keyakinan yang dianut.
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

5.1.5 SOSIAL-SPRITUAL
5.1.5.1 Kemampuan berkomunikasi
Pasien dapat berkomunikasi dengan baik dan jelas.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
5.1.5.2 Bahasa sehari-hari
Bahasa yang digunakan pasien sehari-hari, yaitu Bahasa Indonesia dan
Bahasa Jawa.
5.1.5.3 Hubungan dengan keluarga
Pasien berhubungan baik dengan keluarga, ditandai dengan perhatian yang
diberikan oleh keluarga saat Ny. I di rawat di Rumah sakit terlihat keluarga selalu
menjenguk.
5.1.5.4 Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain
Pasien dapat berinteraksi dengan baik pada orang lain baik itu dengan
lingkungannya sekitar, perawat maupun dokter.
5.1.5.5 Orang berarti/terdekat
Orang yang paling dekat dengan Ny.I adalah keluarga, terutama suami.
5.1.5.6 Kebiasaan menggunakan waktu luang
Pasien mengunakan waktu yang luang dengan bersantai dirumah.

6.1.6 Data Penunjang (Radiologis, Laboratorium, Penunjanglainnya)


JenisObat Dosis Rute Indikasi
RL 20 tpm Intravena Untuk mengembalikan
keseimbangan elektrolit
pada dehidrasi.

Amlodipin 1x10mg Intravena Untuk menurunkan


36

tekanan darah tinggi


Metformin 3x500 mg Intravena Untuk mengontrol gula
darah tinggi, biasanya
digunakan oleh
penderita diabetes
Paracetamol 3x500 mg Intravena Untuk meredakan
demam dan nyeri

6.1.7 Laboratorium
Hasil Normal
GDP 155 mg/dl 80-110 mg/dl
GDS 255 mg/dl 70-155 mg/dl

Palangka Raya, 23Oktober 2019

Mahasiswa
Supriadi
37

ANALISA DATA

Data Subyektif dan Data Kemungkinan Masalah


Obyektif Penyebab

DS : Hiperglikemia Perfusi perifer


tidak efektif
- Pasien mengatakan kedua Komplikasivaskuler
kakinya terasa kesemutan
Mikrovaskuler
DO :-
Neuropati
- TTV : TD = 140/80 mmHg,
Parestesia
Suhu = 36,3 C, RR = 20x/m,
Nadi= 88x/m Penurunan aliran darah
vena dan arteri
- pengisian kapiler 3 detik

- CrDp :255mg/dl

- CrDs : 256 mg/dl

penurunan fungsi sel Ketidakstabilan


DS : Pasien mengatakan
beta di pankreas kadar gula darah
“Badan terasalemas ”
produksi insulin turun
DO : -pasien tampak lemas
kadar gula darah
- GDP : 155 mg/dl
meningkat
- GDS :255 mg/dl
- BB : 54 kg tidakterkontrol

gangguan toleransi gula


darah

Kurang minat dalam


DS: Pasien mengatakan tidak
Defisit
38

mengetahui apa penyakitnya belajar pengetahuan

DO :- Pasien tampak bingung Kurang dapat mengingat

- Pasien tampak bertanya- Tidak familier dengan


tanya tentang penyakitnya sumber informasi
- Pendidikan terakhir klien
Keterbatasan kognitif
SD
Kurang informasi
39

PRIORITAS MASALAH

1.Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran darah vena
dan arteri dibuktikan dengan parastesia (kesemutan), pengisian kapiler>3
detik,CTDP 225, CTDS : 256 mg/dl.

2.Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan gangguan toleransi


glukosa darah dibuktikan dengan lemas, kadar glukosa dalam darah tinggi,
GDP : 155 mg/dl, GDS : 255 mg/dl

3. Defisit pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan tidak familiar


dengan sumber informasi dibuktikan dengan pasien tampak bingung, tampak
bertanya-tanya tentang penyakitnya, Pendidikan terakhir SD.
INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. I

Ruang Rawat :Irna 4

DiagnosaKeperawatan Tujuan (KriteriaHasil) Intervensi Rasional


1.perfusi perifer tidak Setelah dilakukan tindakan 1. Catat penurunan nadi pengisian 1. Menjaga keseimbangan pada kapiler
efektif berhubungan keperawatan 3 x 24 jam di kapiler lambat 2. Mengevaluasi tanda-tanda paresthesia
dengan penurunan harapkan perfusi perifer tidak 2. Monitor panas, kemerahan, 3. Untuk mencegah terjadinya lesi agar
aliran darah vena dan efektif teratasi. Dengan nyeri parastesia pada dapat segera ditangani
arteri kriteria hasil : ekstremitas warna dan kulit 4. Mengurangi rasa kesemutan pada
3. Anjurkan keluarga untuk jaringan perifer di ekstremitas
- Tanda-tanda vital normal
mengobservasi kulit jika ada lesi
TD : 120/80 mmHg
atau laserasi setiap hari
S: 36,5°C – 37.5°C
4. Kolaborasi dengan dokter dalam
RR : 18-20 x/m
pemberian analgetik
N : 80 -120 x/m
- Capilary refil time < 2 detik
.

41
INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. I

Ruang Rawat :Irna 4

DiagnosaKeperawatan Tujuan (KriteriaHasil) Intervensi Rasional


2.Ketidakstabilan kadar Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor kadar gula darah sesuai 1. Untuk mengetahui nilai normal kadar
glukosa darah keperawatan 1 x 24 jam di indikasi dalam gula darah
berhubungan dengan harapkan ketidakstabilan 2. Monitor tanda dan gejala 2. Untuk memberikan tindakan medis yang
gangguan toleransi kadar glukosa darah hiperglikemia tepat
glukosa darah teratasi.Dengan kriteria hasil 3. Identifikasi kemungkinan 3. Sebagai acuan untuk menurunkan nilai
: penyebab hiperglikemia kadar gula dalam darah
4. Kolaborasi dengan dokter dalam 4. Untuk memproses zat gula yang berasal
- GDP : 80-110 mg/dl
pemberian insulin dari makanan dan minuman
- DDS : 70-155 mg/dl

42
INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. I

Ruang Rawat : Irna 4

Diagnosa Tujuan (KriteriaHasil) Intervensi Rasional


Keperawatan
3.Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji pengetahuan klien tentang 1. Mengetahui sejauh mana pengetahuan
tentang proses penyakit keperawatan 1 x 20 menit penyakitnya klien akan penyakitnya
berhubungan dengan diharapkan pengetahuan serta 2. Berikan Pendidikan kesehatan 2. Supaya pasien memahami dan
tidak familiar dengan wawasan pasien bertambah tentang diabetes melitus. memungkinkan untuk melanjutkan
sumber informasi tentang penyakitnya.Dengan Dimulai dari pengertian, pengobatan
kriteria hasil : penyebab, factor yang 3. Mengetahui klien mengerti atau tidak
mempengaruhi, tanda dan tentang diabetes melitus
- Pasien mengerti tentang
gejala, komplikasi, pengobatan 4. Untuk memberikan semangat dan
penyakitnya
serta pencegahan diabetes memperbaiki pola hidup
- Pasien tidak bingung
melitus dan makanan yang baik
bagi klien
3. Evaluasi apakah klien sudah
mengerti
4. Berikan pujian dan apresiasi

43
43

pada klien
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari
Diagnosa
Tanggal Implementasi Evaluasi TTD
Keperawatan
Jam
Rabu, 23 Perfusi perifer 1. Mencatat penurunan nadi pengisian kapi S: klien mengatakan “kesemutan pada kedua
Oktober tidak efektif lerlambat kakinya mulai berkurang”
2019 berhubungan 2. Memonitor panas, kemerahan, nyeri
O: - TTV : TD = 150/80 mmHg, Suhu =
dengan parastesia pada ekstremitas warna dan
Pukul 12.00 36,5 C, RR = 20x/m, Nadi= 90x/m
penurunan kulit
WIB
aliran darah 3. Menganjurkan keluarga untuk - pengisian kapiler 2 detik
vena dan arteri mengobservasi kulit jika ada lesi atau Supriadi
A : Perfusi perifer sebagian teratasi
laserasi setiap hari
4. Berkolaborasi dengan dokter dalam P :Lanjutkan intervensi
pemberian analgetik 1. Catat penurunan nadi pengisian kapiler
lambat
2. Monitor panas, kemerahan, nyeri
parastesia pada ekstremitas warna dan
kulit
3. Anjurkan keluarga untuk mengobservasi
kulit jika ada lesi atau laserasi setiap

44
45

hari
4. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian analgetik
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari
Diagnosa
Tanggal Implementasi Evaluasi TTD
Keperawatan
Jam
Kamis, 24 Ketidakstabilan 1. Memonitor kadar gula darah sesuai S: klien mengatakan “badan terasa lemas”
Oktober kadar glukosa indikasi
O: - klien tampak lemas
2019 darah 2. Memonitor tanda dan gejala
berhubungan hiperglikemia - GDP : 155 mg/dl
Pukul 09.00
dengan 3. Mengidentifikasi kemungkinan - GDS : 255 mg/dl
WIB
gangguan penyebab hiperglikemia - BB : 54 kg
toleransi 4. Berkolaborasi dengan dokter dalam - Klien diberikan injeksi noporavid 3x10 unit Supriadi
glukosa darah pemberian insulin (SC)
A:Masalah ketidakstabilan kadar glukosa
darah teratasi sebagian
P :lanjutkan intervensi
1. Monitor kadar gula darah sesuaii ndikasi
2. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
3. Identifikasi kemungkinan penyebab
hiperglikemia
4. Kolaborasi dengan dokter dalam
47

pemberian insulin

46
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari
Diagnosa
Tanggal Implementasi Evaluasi TTD
Keperawatan
Jam
Kamis, 24 Defisit 1. Mengkaji pengetahuan klien tentang S: klien mengatakan “sudah mengerti tentang
Oktober pengetahuan penyakitnya diabetes melitus”
2019 tentang proses 2. Memberikan Pendidikan kesehatan tentang
O: - klien menyimak dengan baik tentang
penyakit diabetes melitus. Dimulai daripengertian,
Pukul 10.00 Pendidikan kesehatan yang diberikan
berhubungan penyebab, factor yang mempengaruhi,
WIB dan dijelaskan
dengan tidak tanda dan gejala, akibat lanjut dari diabetes Supriadi
familiar dengan melitus, pengobatan serta pencegahan - Klien dapat mengulang dan
sumber diabetes melitus dan makanan yang baik menjelaskan kembali tentang materi
informasi bagi klien diabetes melitus yang sudah
3.Mengevaluasi apakah klien sudah mengerti dijelaskan
4.Memberikan pujian dan apresiasi pada klien - Klien berterima kasih atas
pendidikan kesehatan yang telah
diberikan karena dapat menambah
wawasan tentang diabetes melitus
A :masalah defisit pengetahuan teratasi
P :Hentikan Intervensi

47
49
DAFTAR PUSTAKA

Barbara. (2014). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses Dan


Praktik Edisi 8 Volume 1. Jakarta: EGC.
Bilaus. (2010). Seri Kesehatan Bimbingan Dokter Pada Diabetes. Jakarta: Dian
Rakyat.
Karyadi. (2010). Panduan Lengkap Untuk Diabetes Keluarga Dan Profesional
Medis. Bandung: Qanita.
Tim Pokja SDKI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi Dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
.
Gambar 1.1 melakukan pendidikan kesehatan pada Ny.I di ruang Irna 4 RSUA
Surabaya

Anda mungkin juga menyukai