PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO, diabetes mlitus adalah ganguan metabolisme kronis atau disglikemia
menopause, yang ditandai dengan gangguan metabolisme karbohirat, lemak dan protein
karena ketidak mampuan memproduksi insulin yang cukup. Penyakit dengan gangguan
metabolik seperti Diabetes Melitus Tipe II sering di alami oleh masyarakat yang diakibatkan
Oleh gaya hidup tidak sehat. Diabetes Melitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai
dengan peningkatan kadar gula darah dalam tubuh (hiperglikemia akibat disfungsi insulin
dan gangguan sekresi insulin abnormal atau kombinasi dari keduanya (Suryaningsih,2018).
Diabetes Melitus merupakan penyekit dengan sekumpulan gejala seperti adanya penigkatan
kadar glukosa darah diatas nilai normal yang timbul bersamaan dengan rasa haus, rasa
kencing dan keinginan makan yang berlebihan, hal tersebut terjadi akibat adanya gangguan
pada kerja insulin (Yalisi, 2021). Diabetes Melitus Tipe II adalah penurunan sekresi insulin
oleh sel beta pakreas, kerena insulin tetap dihasilkan oleh sel beta pakreas, maka Diabetes
Melitus Tipe II disebut sebagai noninsulin depondent Diabetes Melitus. Bahkan pada
Diabetes MelitsTipeII dapat mengalami resistensi insulin (gangguan fungsi insulin) pada
tubuh. (Jumianus, 2022). Jadi dapat disimpulkan bahwa penyakit Diabetes Melitus Tipe II
dapat menyerang siapa saja dari berbagai kelompok umur, lingkungan dan kelompok sosial
ekonomi.
Kejadian Diabetes Melitus telah banyak ditemukan dalam ururtan penyakit yang banyak
diderita masyarakat dunia. Menurut Intnational Diabetes Federption (IDF)bahwa penyakit
Diabetes Melitus pada tahun 2019 terdapat 463 juta dengan rentan usia 22-79 tahun atau
sekitar 9.3% dari penderita Diabetes Melitus di seluruh dunia dengan usia yang sama,
sedangkan berdasarkan jenis kelamin perempuan sebesar 9% dan laki-laki sekitar 9.65%
pada tahun 2019. Tingkat perkembangan Diabetes Melitus diperkirakan akan maningkat
seiring dengan bertambahnya usia menjadi 19,9% atau 111,2 juta penduduk pada usia 65-79
tahun. Angka kejadian akan terus meningkat menjadi 578 juta jiwa pada tahun 2030 dan
menjadi 700 jta jiwa pada tahun 2045.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (2018) dalam Situmorang (2020), menjelaskan
bahwa provinsi Sulawesi Utara masuk dalam peringkat ke tiga dengan angka kejadian
Diabetes Melitus tertinggi dengan prevalensi sekitar 2,4% dari 34 provinsi di Indonesia pada
saat itu. Dinas Kesehatan Kota Manado mengemukakan bahwa faktor yang mencetus
terjadinya angka kejadian tinggi Diabetes Melitus di Sulawesi Utara yaitu masyarakat kurang
memperhatikan kebiasaan hidup yang baik seperti kurang menjaga pola makan. Walaupun
sudah diberlakukan kegiatan Germas seperti melakukan aktivitas fisik menjaga pola makan
dengan gaya hidup sehat seperti diet sesuai kebutuhan penyakit, tetapi sampai sekarang
masih sering ditemukan masyarakat yang tidak patut terhadap kegiatan yang telah diterapkan.
(Dinkes Manado, 2020).
Upaya-upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk menurunkan tingkat kejadian
Diabetes Melitus antara lain dengan upaya pengendalian melalui kegiatan GERMAS yang
dapat membantu, mendorong serta merubah pola hidup masyarakat untuk membudayakan
perilaku hidup bersih dan sehat. Dengan dilakukannya kegiatan GERMAS dapat membantu
mengendalikan kejadian Diabetes Melitus pada masyarakat dengan melakukan modifikasi
gaya hidup menjadi lebih sehat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis berniat membuat laporan tentang
asuhan keperawatan pasien dengan Diabetes melitus Tipe II. Untuk itu penulis
merumuskan masalah sebagai berikut“ Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan Diabetes melitus Tipe II di Ruangan Non Bedah dalam RS Dr. J.H Awaloei? “
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Melakukan Asuhan Keperawatan Pada pasien dengan Diabetes melitus Tipe II di
Ruangan Non Bedah dalam RS Dr. J.H Awaloei.
b. Tujuan Khusus
1. Melakukan Pengkajian Pada pasien dengan Diabetes melitus Tipe II di Ruangan Non
Bedah dalam RS Dr. J.H Awaloei
2. Menetapkan Diagnosa Keperawatan Pada pasien dengan Diabetes melitus Tipe II di
Ruangan Non Bedah RS Dr. J.H Awaloei
3. Menyusun Rencana Keperawatan Pada pasien dengan Diabetes melitus Tipe II di
Ruangan Non Bedah RS Dr. J.H Awaloei
4. Megimplementasikan asuhan keperawatan Pada pasien dengan Diabetes melitus Tipe
II Ruangan Non Bedah RS Dr. J.H Awaloei
5. Melakukan Evaluasi Pada pasien dengan Diabetes melitus Tipe II di Ruangan Non
Bedah RS Dr. J.H Awaloei
6. Menyusun Discharge Planning bagi pasien dengan Diabetes melitus Tipe II di
Ruangan Non Bedah RS Dr. J.H Awaloei
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2. Anatomi Fisiologi
Anatomi Pankreas
a. Reaksi nsulin
1. Respon insulin dalam metabolisme karbohidrat, glukosa diserap ke dalam darah,
meningkatkan laju produksi insulin, menigkatkan penyinpanan danenggunaan
glokosa di hati, dan meningkatkan metablisme glokosa di otot. Akumulasi
glukosa di otot meningkatkan pengangkutan glukosa melintasi membran sel otot.
2. Respon insulin dalam metabolisme lemak jangka panjang. Kekurangan insulin
menyebabkan pengerasan pembuluh darah, serangan jantung, stroke dan penyakit
pembuluh darah lainnya. Kelebihan insulin menyebabkan sintesis dan akumulasi
lemak, peningkatanglukosa di hepatosit, kelebihan itratan ionisoitrat. Akumulasi
lemak dalam adiposit menghambat aktivitas lipasyang sensitif terhadap hormon
dan meningkatkan pengangkutannya ke adiposit.
3. Respon insulin dalam metablisme protein:transpor aktif banyak samamino ke
dalamsel, sintesis protin baru, merangsang proses tranlasi RNA untuk
meningkatkan kecepatan sintess DNA. Pada rang normal, konsentrasi
glokosadarah datur dengan sangat ketat pada 90ml / 100ml. Orang setiap pgi
sebelum makan 120-140 11mg / 100ml, akan meningkat setelah makan, akan
kembali normal dalam waktu 2 jam. Sebgian besar jaringandapat menggunakan
lemak dan protein untuk energi tanpa adanya glukosa. Glukosa merupakan satu-
satunya makanan yang dapat digunakan oleh otak, retina dan epitel germinal
(Syarifuddin, 2013, dalam Octavia, 2020).
3. Etiologi
Penyebab Diabetes Melitus dibagi atas dua jenis Diabetes Melitus menurut Kusuma (2015)
dalam Prasetya (2019), yaitu:
a. Diabetes tipeiI. Diabetes tergantug insulin dtandai dengan hilangya sel beta pankreas
sebagai berikut:
1. Fator genetik. Pasien tdak mewarisi jenis diabetes yang sama tetapi faktor genetik
atau kecenderungan untuk mengembangkan diabetes tipe I.
2. Faktor imunutoimun. Ini adalah reaksi abnormal dmana antibodi terhadap jaringan
normal tubuh bereaksi dengan jaringan yang dianggap asing.
3. Faktor lingkngan. Beberapa virus atau racun dapat menyebabkan proses
atoimunang mengarah pada penghancuran sel beta.
b. Diabetes tipe II (tidak tergantung insulin).
Diabetes tipeII adalah diabetes non-insulin-dependent atau non-insulin-dependent di
mana pankreas masih memprduksi insjlin tetapi junlah insulin tidak mencukupi. Sebagian
besar insulin yang diproduksi diserap oleh sel-sel lemak karena gaya hidup dan pola
makan yang buruk, sehingga insulin tidak mencukupi untk mengatasikurangan insulin
dan meningkatkan kadar gula darah.
4. Klaifikasi
Klasifikasi Diabetes Melitus menurut Mary (2019) yaitu:
a. Diabetes tipe 1 yang awalnya dikenal sebagai diabetes tergantung insulin, disebabkan
oleh pankreas tidak membuat atau memproduksi insulin, sehingga membutuhkan insulin
ekstra dari luar.
b. Diabets tipe 2 pada awalnya disebut diabetes yang tidak tergntung insulin, yang
disebabkan oleh pola makan yang buruk. Kontrol manajemen insulin dengan olahraga
dan diet sehat. dibandingkan dengan DM gestasional. Diabetes terjadi selama kehamilan
atau kehamilan.
c. DM dalam kombinasi dengan kondisi lain. Beberapa kondisi yang diketahui
menyebabkan diabetes mempengaruhi pankreas, efek obat-obatan, seperti kortisol dan
steroid estrogen.
d. Intoleransi glukosa (TGT). Ini adalah fase pra-diabetes dimana nilai batas glokosa darah
puasa adalah 100-125mg/dl dan 140-190 mg/dl dalam keadaan ini dua jam setelah
makan.
5.Manifestas Klinis
Menurut PERKENI (2015) dalam Asmayeni (2018), gejala DM di bagi menjadi dua, yaitu:
a. Gejala Akut
1. polifagi, lapar yang berlebihan atau makan banyak
2. polidipsi, sering merasa haus
3. poliuri, jumlah urine yang dikeluarkan banyak
4. penurunan berat badan yang berlebihan5-10 kg) dengan waktu 2-4 miggu
5. malaise atau kelemahan
b. Gejala Kronis
1. Kesemutan
2. Kram
3. Mudah mengantuk
4. Terasa tebal di kulit
5. Terasa panas pada kulit atau seperti tertusuk-tusuk jarum
6. Penglihatan kabur
7. Bisanya sering ganti kacamata
8. Gatal disekitar kemaluan terutama pada wanita
9. Gigi mudah goyah dan mudah lepas
10. Kemanpuan seksual menurun
11. Dan para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam
kandungan, atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg.
6 Patofisiologi
Menurut Pranata dan khasanah (2017) dalam Haryono (2019), Diabetes meitus tipe1
terjadi karena proses infeksi yang menyerang sistemmun secara genetik pada selbeta panreas,
akibatnya selbeta pakreas menjadi rusak. Rusaknya pakreas pada DM pada tipeI menghanbat
produksinsulin. Pada DM tipeII terjadi masolah dengan julanh insulin dan jumlah reseptor
insulin. Jumlah insulin yang dihasilkan oleh penderita DM tipe II sedikit, kadang juga penerima
insulinrseptor yang ada di sel mengalami gangguan ressten. Penyebab resistensi insulin pada DM
tipe II belum begitu jelas, namun faktor kegemukan, dietinggi lemak dan rendah karboidrat,
kurang bergerak dan faktor keturunan banyak berperan terhadap resistensi tersebut.
7. Patoflowdiagram
DM Tipe I DM Tipe II
Defisiensi Insulin
Hipoglikemia MK 1:
Ketidakstabilan
Diabetes Melitus kadar glukosa
darah
Anabolisme protein Katabolisme protein Lipolisis
Kekebalan tubuh menurun Pusat haus dan lapar Gliserol asam lemak
bebas meningkat
Neuropati sensori perifer polidipsi dan polifagi
Ketogenesis Ateroklerosis
Ketonemia
Ph menurun
mual muntah
MK : Resiko
ketidakseimbangan
elektrolit
Makrovaskuler mikrovaskuler
Jantung Retina
Gangguan penglihatan
MK : Nyeri akut
Sumber : Asmayeni, 2018
MK : Resiko
jatuh
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut WHO (2014) dalam Sari (2018), meliputi:
a. Kadar glokosadarah: meningkat 200-100mg/dL atau lbih
b. Krieria diagostikWHO (2014) untuk diabetelitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan:
1. Glokosa plasma sewrktu >200 mg/dL
2. Glokosa plasma puasa >140 mg/ dL
3. Glokosa plasma darisampel yang diambil 2jam kemdian sesdah menkonsumsi
75gr karboidrat (2 jam post prandial>200mg/dL).
4. Test laboatorium. DM Jenistes padapasien DM dapat berupa tes saring, tes
diagnstic dan tespemantauan terapi
5. Test saing Gula Dara Puasa (GDP), Gula Darah Sewktu (GDS) 14
6. Trleransi Glukosa Darah Terganggu (TGT):hasil pemerisaan glukosa plasma 2jam
setelah TTGOT antara140-199mg/dl dan glukosa plasma
7. Pemeriksaan HbA1c ≥ 6,5%
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan DM menurut Sahar (2019), yaitu:
a. Mengelola nutrisi. Menyajikan semha zat utrient yang dibutuhkan, memnuhi kebutuhan
tubuh, mencapai dan mempertahankan berat badan, mencegah adanya fluktuasi kadar
guladarah setiap waktunya. Dengan menggunakan edukasi nurisi, klompok pendukung,
terapi perilaku bahkan koneling untuk dapat mencapai tujuan dari manajemen nutrisi.
Penentuan Jumlah Kalori Diet DM
• Penentuan gizi penderita ditentukan berdasarkan persentase Berat Badan Relatif (BBR)
BB
BBR = x= x 100% (BB: Kg, TB: cm)
TB−100
Kriteria
• Kurus (underweight) : BBR < 90%
• Normal (ideal) : BBR 90 – 110%
• Gemuk (overweight) : BBR > 110%
• Obesitas : BBR > 120%
9. Komplikasi
Secara umum komplikasi dari pada Diabetes Melitus dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Komplikasi Makrovaskular. Komplikasi makrovaskuler adalah komplikasi yang
melingkupi pembuluh darah artri yang lebih besar, sehingga menyebabkan
atherosklerosis. Akibat atherusklerosis antara lain timbul penyakit jantung
koroner,stroke danhipertensi. Komplikasi makrovaskular yang umum berkembang
pada penderita Diaetes adalah penyakit jantung koroner,penyakit pembuluh
darahotak, dan penyakit pembuluh darah perifer. Komplikasi makrovaskular ini
sering terjadi pada penderita Diabetes Melitus TipeII yang umumnya menderita
hipertensi, dislipidemia dan atau kegemukan.
Pengkajian
Asuhan keperawatan pada tahap pertama yaitu pengkajian. Dalam pengkajian perlu
dikaji biodata pasien dan data data untuk menunjang diagnosa. Data tersebut harus
seakurat akuratnya, agar dapat digunakan dalam tahap berikutnya, meliputi nama
pasien,umur, keluhan utama
1. Riwayat Kesehatan
h. Peran hubungan
Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan penderita malu dan menarik
diri dari pergaulan.
i. Seksualitas
Angiopati daoat terjadi pada pebuluh darah diorgan reproduksi sehingga menyebabkan
gangguan potensi sek,gangguan kualitas maupun ereksi seta memberi dampak dalam
proses ejakulasi serta orgasme. Adanya perdangan pada vagina, serta orgasme menurun
dan terjadi impoten pada pria. Risiko lebih tinggi terkena kanker prostat berhubungan
dengan nefropatai.
j. Koping toleransi
Lamanya waktu perawatan,perjalannya penyakit kronik, persaan tidak berdaya karena
ketergantungan menyebabkan reasi psikologis yang negatif berupa marah, kecemasan,
mudah tersinggung, dapat menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan
mekanisme koping yang
kontruktif/adaptif.
k. Nilai kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta luka pada kaki
tidak menghambat penderita dalam melaksanakan ibadah tetapi mempengarui pola
ibadah penderita.
3. Pemeriksaan fisik
f. Pemeriksaan Abdomen
Sering BAK
h. Pemeriksaan Muskuloskeletal
Sering merasa lelah dalam melakukan aktifitas, sering merasa kesemutan
i. Pemeriksaan Ekstremitas
Kadang terdapat luka pada ekstermitas bawah bisa terasa nyeri, bisa terasa baal
j. Pemeriksaan Neurologi
GCS :15, Kesadaran Compos mentis Cooperative(CMC)
4. Diagnosa Keperawatan
B. Pengkajian
Ruangan perawatan : Ranap Non Bedah Auto Anamnese : √
Kamar Isolasi : 229 Allo Anamnese : √
Nomor RM : 021876
Tanggal Masuk RS : 28 oktober 2023
Tanggal Pengkajian : 28/10/2023 (16.30)
1. IDENTITAS PASIEN
Nama Inisial : Tn H.S
Tanggal Lahir : 07-08-1950
Umur : 73 Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Kristen Protestan
Suku : Minahasa
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : Pensiunan
Alamat Rumah : Koha jaga 4 koha timur, mandolang kabupaten minahasa
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama : Pasien mengatakan nyeri perut
b. Riwayat kesehatan sekarang : Pasien mengeluh nyeri ulu hati,kurang nafsu makan sejak satu minggu , lemah badan
c. Riwayat kesehatan Masa lalu : Diabetes melitus 4 tahun yang lalu (rutin minum obat)
d. Riwayat kesehatan keluarga : tidak ada
Genogram
Ket : pasien
Perempuan
Laki-Laki
Garis Perkawinan
1. Pengkajian Fisik
a. Keadaan Umum : Kesadaran : Compos Mentis
b. GCS (Glasgow Coma Scale) : 15 EV4M56
c. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 115/54mmHg
Nadi : 65 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu badan : 36 0C
SpO2 : 99%
Tinggi badan : 165 cm
Berat badan : 56 kg
d. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala dan Leher : Rambut pasien tampak berwarna hitam bercampur uban dibagian tengah. Rambut dan kulit kepala tampak
bersih, tidak berbau dan tidak ada lesi.
2) Mata : Tampak simetris kanan dan kiri, konjungtiva anemis dan tidak menggunakan alat bantu penglihatan.
3) Hidung : Tampak simetris, tidak ada sekret, tidak ada ada masalah penciuman.
4) Telinga : Tampak simetris kiri dan kanan, tidak ada gangguan pendengaran.
5) Mulut : Mukosa bibir kering dan bibir tampak pucat.
6) Thoraks : Pergerakan dada simetris, tidak terdapat penggunaan otot bantu nafas
7) Abdomen : Terdapat nyeri tekan dan lepas pada bagian epigastrium,skala nyeri 4 (1-10) perut tampak datar.
8) Ekstremitas : Pasien terpasang IVFD cairan D10 % 20 tpm/8jam kolf ke 1, Sisa cairan ±350cc (Ta.Ka). pasien mengatakan
masih susah menggerakkan badan karena masih merasa lemah dan kram . Tidak ada edema pada badan pasien. aktivitas pasien
dibantu oleh perawat dan keluarga.
Kekuatan otot
1 2
Ket : 1 : Tangan Kiri
4 5 2 : Tangan Kanan
3 : Kaki Kiri
4 4 4 : Kaki Kanan
3
Pemeriksaan Penunjang
1. KLASIFIKASI DATA
4 5
4 4
2. ANALISA DATA
DO :
- Kesadaran : E4M6V5: 15(Compos Mentis)
Tekanan darah : 114/59 mmHg
Nadi : 60 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu badan : 36 0C
SpO2 : 99%
2. DS: Hipoglikemi Ketidakstabilan kadar
- pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit diabetes glukosa darah
melitus tipe 2 (D.0027)
-Pasien mengatakan tidak pernah mengontrol gula darah
tetapi rutin minum obat DM 2 kali sehari pagi dan
malam.
-Pasien mengatakan lemah badan
DO :
- Kesadaran : E4M6V5: 15(Compos Mentis)
Tekanan darah : 114/59 mmHg
Nadi : 60 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu badan : 36 0C
SpO2 : 99%
Gds :44 mg/dl
Kolaborasi pemberian
terapi, jika perlu
2. Ketidakstabilan Kadar Kestabilan Manajemen
Glukosa Darah Kadar Glukosa Hiperglikemia - Agar dapat meminimalisir penyebab dari hiperglikemia
berhubungan dengan Darah (SLKI. (SIKI. I.03115)
Hipoglikemi di tandai
L.03022)
dengan : - Identifikasi
- Menghindari terjadinya hiperglikemia
kemungkinan
DS: Setelah dilakukan penyebab
- pasien mengatakan Intervensi hiperglikemia - Agar kadar glukosa dalam darah dapat terkontrol
memiliki riwayat Keperawatan
penyakit diabetes selama 3x8jam - Monitor tanda - Membantu memenuhi kebutuhan cairan
maka diharapkan dan gejalah
melitus tipe 2
ketidakstabilan hiperglikemia
-Pasien mengatakan - Mengantisipasi terjadinya hiperglikemia dan hipoglikemia
tidak pernah mengontrol kadar glukosa
darah berada pada
gula darah tetapi rutin rentang normal - Monitor
minum obat DM 2 kali dengan kriteria kadar glukosa
darah - Menginformasikan cara pengelolaan diabetes
sehari pagi dan malam. hasil :
-Pasien mengatakan
- Berikan
lemah badan 1. Kadar
asupan cairan Mengatur kadar glukosa dalam darah
DO : glukosa
oral
- Kesadaran : dalam
darah
E4M6V5:
membaik
15(Compos Mentis) - Konsultasikan
Tekanan darah 2. Lelah/lesu dengan medis
: 114/59 mmHg menurun jika tanda dan
gejalah
Nadi
hiperglikemia
: 60 x/menit tetap ada atau
Pernapasan memburuk
: 20 x/menit
Suhu badan - Anjurkan
: 36 0C kepatuhan
SpO2 terhadap diet
dan olahraga
: 99%
Gds :4
4 mg/dl - Kolaborasi
pemberian
insulin, jika
perlu