Anda di halaman 1dari 41

ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS TIPE 2

PADA Tn H.S DI RUANG PERAWATAN NON BEDAH


DI RUMAH SAKIT Dr. J. H. AWALOEI

NAMA : Ns. Neneng Tri Afriani,S.KEP


UNIT : NON BEDAH

RUMAH SAKIT DR. J.H AWALOEI


2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut WHO, diabetes mlitus adalah ganguan metabolisme kronis atau disglikemia
menopause, yang ditandai dengan gangguan metabolisme karbohirat, lemak dan protein
karena ketidak mampuan memproduksi insulin yang cukup. Penyakit dengan gangguan
metabolik seperti Diabetes Melitus Tipe II sering di alami oleh masyarakat yang diakibatkan
Oleh gaya hidup tidak sehat. Diabetes Melitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai
dengan peningkatan kadar gula darah dalam tubuh (hiperglikemia akibat disfungsi insulin
dan gangguan sekresi insulin abnormal atau kombinasi dari keduanya (Suryaningsih,2018).
Diabetes Melitus merupakan penyekit dengan sekumpulan gejala seperti adanya penigkatan
kadar glukosa darah diatas nilai normal yang timbul bersamaan dengan rasa haus, rasa
kencing dan keinginan makan yang berlebihan, hal tersebut terjadi akibat adanya gangguan
pada kerja insulin (Yalisi, 2021). Diabetes Melitus Tipe II adalah penurunan sekresi insulin
oleh sel beta pakreas, kerena insulin tetap dihasilkan oleh sel beta pakreas, maka Diabetes
Melitus Tipe II disebut sebagai noninsulin depondent Diabetes Melitus. Bahkan pada
Diabetes MelitsTipeII dapat mengalami resistensi insulin (gangguan fungsi insulin) pada
tubuh. (Jumianus, 2022). Jadi dapat disimpulkan bahwa penyakit Diabetes Melitus Tipe II
dapat menyerang siapa saja dari berbagai kelompok umur, lingkungan dan kelompok sosial
ekonomi.
Kejadian Diabetes Melitus telah banyak ditemukan dalam ururtan penyakit yang banyak
diderita masyarakat dunia. Menurut Intnational Diabetes Federption (IDF)bahwa penyakit
Diabetes Melitus pada tahun 2019 terdapat 463 juta dengan rentan usia 22-79 tahun atau
sekitar 9.3% dari penderita Diabetes Melitus di seluruh dunia dengan usia yang sama,
sedangkan berdasarkan jenis kelamin perempuan sebesar 9% dan laki-laki sekitar 9.65%
pada tahun 2019. Tingkat perkembangan Diabetes Melitus diperkirakan akan maningkat
seiring dengan bertambahnya usia menjadi 19,9% atau 111,2 juta penduduk pada usia 65-79
tahun. Angka kejadian akan terus meningkat menjadi 578 juta jiwa pada tahun 2030 dan
menjadi 700 jta jiwa pada tahun 2045.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (2018) dalam Situmorang (2020), menjelaskan
bahwa provinsi Sulawesi Utara masuk dalam peringkat ke tiga dengan angka kejadian
Diabetes Melitus tertinggi dengan prevalensi sekitar 2,4% dari 34 provinsi di Indonesia pada
saat itu. Dinas Kesehatan Kota Manado mengemukakan bahwa faktor yang mencetus
terjadinya angka kejadian tinggi Diabetes Melitus di Sulawesi Utara yaitu masyarakat kurang
memperhatikan kebiasaan hidup yang baik seperti kurang menjaga pola makan. Walaupun
sudah diberlakukan kegiatan Germas seperti melakukan aktivitas fisik menjaga pola makan
dengan gaya hidup sehat seperti diet sesuai kebutuhan penyakit, tetapi sampai sekarang
masih sering ditemukan masyarakat yang tidak patut terhadap kegiatan yang telah diterapkan.
(Dinkes Manado, 2020).
Upaya-upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk menurunkan tingkat kejadian
Diabetes Melitus antara lain dengan upaya pengendalian melalui kegiatan GERMAS yang
dapat membantu, mendorong serta merubah pola hidup masyarakat untuk membudayakan
perilaku hidup bersih dan sehat. Dengan dilakukannya kegiatan GERMAS dapat membantu
mengendalikan kejadian Diabetes Melitus pada masyarakat dengan melakukan modifikasi
gaya hidup menjadi lebih sehat.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis berniat membuat laporan tentang
asuhan keperawatan pasien dengan Diabetes melitus Tipe II. Untuk itu penulis
merumuskan masalah sebagai berikut“ Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan Diabetes melitus Tipe II di Ruangan Non Bedah dalam RS Dr. J.H Awaloei? “
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Melakukan Asuhan Keperawatan Pada pasien dengan Diabetes melitus Tipe II di
Ruangan Non Bedah dalam RS Dr. J.H Awaloei.
b. Tujuan Khusus
1. Melakukan Pengkajian Pada pasien dengan Diabetes melitus Tipe II di Ruangan Non
Bedah dalam RS Dr. J.H Awaloei
2. Menetapkan Diagnosa Keperawatan Pada pasien dengan Diabetes melitus Tipe II di
Ruangan Non Bedah RS Dr. J.H Awaloei
3. Menyusun Rencana Keperawatan Pada pasien dengan Diabetes melitus Tipe II di
Ruangan Non Bedah RS Dr. J.H Awaloei
4. Megimplementasikan asuhan keperawatan Pada pasien dengan Diabetes melitus Tipe
II Ruangan Non Bedah RS Dr. J.H Awaloei
5. Melakukan Evaluasi Pada pasien dengan Diabetes melitus Tipe II di Ruangan Non
Bedah RS Dr. J.H Awaloei
6. Menyusun Discharge Planning bagi pasien dengan Diabetes melitus Tipe II di
Ruangan Non Bedah RS Dr. J.H Awaloei
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus Tipe II


1. Definisi
Menurut WHO, diabetes mlitus adalah ganguan metabolisme kronis atau disglikemia
menopause, yang ditandai dengan gangguan metabolisme karbohirat, lemak dan protein karena
ketidak mampuan memproduksi insulin yang cukup. Berkurangnya aktivitas inulin dapat
dsebabkan oleh sel beta langerhans pankreas yang tidak cukup memproduksi insulin atau oleh
kurangnya respon tubuh terhadap insulin (Kemenkes, 2020).
Diabetes mellitus adalah sekelompok penyakit buruk di mana pankreas tidak
menghasilkan cukup isulinkelenjar yang memetabolisme gula atau glukosa dalam darah) atau
tubuh tidak konsisten dalam menggunakan insulin yang dihasilkannya (Bhatt, 2016 dalam
Ainurrofiqoh, 2020)
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandengan hiperglikmia yang
dapat terjadi akibat berkurangnya sekresi insulin atau akibat kerja insulin, atau keduanya. Kadar
gula darah tinggi dalam jangka panjang merusak organ tubuh terutama
jantong,mata,ginjal,sokaraf dan pembuluh darah (Erlina, 2018).
Kesimpulannya adalah diabetes disebabkan oleh penurunan sekrsi insulin dan penurunan
kadar insulin yang menyebabkan peningkatan gula darah.

2. Anatomi Fisiologi
Anatomi Pankreas

Sumber : Varena, 2019


- Vena portal : pembuluh darah yang mengalirkan darah dari lambung,
usus,pancreas dan limpa ke hati.
- Arteri limpa : pembuluh darah yang memasok darah beroksigen ke limpa
- Limpa : menyaring sel darah merah yang rusak serta menjaga system kekbalan
tumbuh
- Vena mesenterika superior : pembuluh darah di vena portal yang membantu
perjalanan darah dari usus ke hati
- Arteri mesenterika superior : arteri utama untuk regio abdomen yang berasal dari
aorta abdominal dan menyuplai darah di daerah pencernaan (usus).
- Saluran empedu : saluran yang membawah cairan empedu dari hati sampai usus.
- Pancreas : organ pada system pencernaan dengan menghasilkan enzim percernaan
serta hormon penting seperti insulin.
Gonzaga.B (2010) Menurut Varena (2019) pankreas terletak di bagian atas lambung
di rongga retroperitoneal di belakang lambung. Di sebelah kiri, ekor pankreas
mencapai hilusimpa dalam arah dorsal, dan bagian kiri atas kepala pakreas
dihubungkan ke tubuh oleh leher pankeas, yang merupakan saluran pankreas biasanya
lebar ± 4 cm. , arteri mesenterika superior L dan vena kanan pankreas disebut
prosesus pankreas yang tidak terbagi. Pakreas terdiri dari2 organ utama, yaitu:
a. Buah beri mengeluarkan cairan pencernaan dalam duodonum.
b. Pulau-pulau Langerhans tidak mensekresikan, tetapi mensekresikan hormon isulin
glokagon langsung ke dalam aliran darah. Pulau Langerhans pada manusia
mengandung tiga jenis sel utama: sel alfa, beta, dan delta, yang dibedakan satu
sama lain berdasarkan struktur dan sifat warnanya. Sel beta mensekresi insulin, sel
alfa mensekresi glukagon, dan sel delta mensekresi somatostatin.
Fisiologi pankreas
a. Mrkanisme kerja insulin
1. pertama. Insulin meningkatkan pengangkutan glukosa ke sel/jaringan dalam
tubuh selain otak, tubolus ginjal, lapisan usus halus dan seldarah marah.
Masuknya gula merupakan proses difusi karena adanya perbedaan
konsentrosi glukosa bebas ntara bagian luar dan bagian dalam sel.
2. Meningkakan suplai asam amino ke sel.
3. Meninkatkan sintesis protein diotak danati.
4. Dengan menghambat aktivitas hormon sensitiflipase, meningkakan sekresi
lipid.
5. Peningkatan penyerapan kalsium dari sekret (Octavia, 2020).
Pada orang normral, pulau angerhans menghosilkan empat jenis sel:
1. SelA (alpha) menghasilkan glukagon untuk faktor hiperglikemik, yang
memiliki efek anti-insulin 20-40%.
2. LimfositB (beta) bertanggung jawab untuk produksi 60-80% insulin.
3. SelD (delta) menghasilkan somatostatin 5-15%
4. SelF (gamma) mengandung dan mensekresikan 1% polipeptida pankreas.

Sumber: Varena, 2019

a. Reaksi nsulin
1. Respon insulin dalam metabolisme karbohidrat, glukosa diserap ke dalam darah,
meningkatkan laju produksi insulin, menigkatkan penyinpanan danenggunaan
glokosa di hati, dan meningkatkan metablisme glokosa di otot. Akumulasi
glukosa di otot meningkatkan pengangkutan glukosa melintasi membran sel otot.
2. Respon insulin dalam metabolisme lemak jangka panjang. Kekurangan insulin
menyebabkan pengerasan pembuluh darah, serangan jantung, stroke dan penyakit
pembuluh darah lainnya. Kelebihan insulin menyebabkan sintesis dan akumulasi
lemak, peningkatanglukosa di hepatosit, kelebihan itratan ionisoitrat. Akumulasi
lemak dalam adiposit menghambat aktivitas lipasyang sensitif terhadap hormon
dan meningkatkan pengangkutannya ke adiposit.
3. Respon insulin dalam metablisme protein:transpor aktif banyak samamino ke
dalamsel, sintesis protin baru, merangsang proses tranlasi RNA untuk
meningkatkan kecepatan sintess DNA. Pada rang normal, konsentrasi
glokosadarah datur dengan sangat ketat pada 90ml / 100ml. Orang setiap pgi
sebelum makan 120-140 11mg / 100ml, akan meningkat setelah makan, akan
kembali normal dalam waktu 2 jam. Sebgian besar jaringandapat menggunakan
lemak dan protein untuk energi tanpa adanya glukosa. Glukosa merupakan satu-
satunya makanan yang dapat digunakan oleh otak, retina dan epitel germinal
(Syarifuddin, 2013, dalam Octavia, 2020).

3. Etiologi
Penyebab Diabetes Melitus dibagi atas dua jenis Diabetes Melitus menurut Kusuma (2015)
dalam Prasetya (2019), yaitu:
a. Diabetes tipeiI. Diabetes tergantug insulin dtandai dengan hilangya sel beta pankreas
sebagai berikut:
1. Fator genetik. Pasien tdak mewarisi jenis diabetes yang sama tetapi faktor genetik
atau kecenderungan untuk mengembangkan diabetes tipe I.
2. Faktor imunutoimun. Ini adalah reaksi abnormal dmana antibodi terhadap jaringan
normal tubuh bereaksi dengan jaringan yang dianggap asing.
3. Faktor lingkngan. Beberapa virus atau racun dapat menyebabkan proses
atoimunang mengarah pada penghancuran sel beta.
b. Diabetes tipe II (tidak tergantung insulin).
Diabetes tipeII adalah diabetes non-insulin-dependent atau non-insulin-dependent di
mana pankreas masih memprduksi insjlin tetapi junlah insulin tidak mencukupi. Sebagian
besar insulin yang diproduksi diserap oleh sel-sel lemak karena gaya hidup dan pola
makan yang buruk, sehingga insulin tidak mencukupi untk mengatasikurangan insulin
dan meningkatkan kadar gula darah.

4. Klaifikasi
Klasifikasi Diabetes Melitus menurut Mary (2019) yaitu:
a. Diabetes tipe 1 yang awalnya dikenal sebagai diabetes tergantung insulin, disebabkan
oleh pankreas tidak membuat atau memproduksi insulin, sehingga membutuhkan insulin
ekstra dari luar.
b. Diabets tipe 2 pada awalnya disebut diabetes yang tidak tergntung insulin, yang
disebabkan oleh pola makan yang buruk. Kontrol manajemen insulin dengan olahraga
dan diet sehat. dibandingkan dengan DM gestasional. Diabetes terjadi selama kehamilan
atau kehamilan.
c. DM dalam kombinasi dengan kondisi lain. Beberapa kondisi yang diketahui
menyebabkan diabetes mempengaruhi pankreas, efek obat-obatan, seperti kortisol dan
steroid estrogen.
d. Intoleransi glukosa (TGT). Ini adalah fase pra-diabetes dimana nilai batas glokosa darah
puasa adalah 100-125mg/dl dan 140-190 mg/dl dalam keadaan ini dua jam setelah
makan.

5.Manifestas Klinis
Menurut PERKENI (2015) dalam Asmayeni (2018), gejala DM di bagi menjadi dua, yaitu:
a. Gejala Akut
1. polifagi, lapar yang berlebihan atau makan banyak
2. polidipsi, sering merasa haus
3. poliuri, jumlah urine yang dikeluarkan banyak
4. penurunan berat badan yang berlebihan5-10 kg) dengan waktu 2-4 miggu
5. malaise atau kelemahan
b. Gejala Kronis
1. Kesemutan
2. Kram
3. Mudah mengantuk
4. Terasa tebal di kulit
5. Terasa panas pada kulit atau seperti tertusuk-tusuk jarum
6. Penglihatan kabur
7. Bisanya sering ganti kacamata
8. Gatal disekitar kemaluan terutama pada wanita
9. Gigi mudah goyah dan mudah lepas
10. Kemanpuan seksual menurun
11. Dan para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam
kandungan, atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg.

6 Patofisiologi
Menurut Pranata dan khasanah (2017) dalam Haryono (2019), Diabetes meitus tipe1
terjadi karena proses infeksi yang menyerang sistemmun secara genetik pada selbeta panreas,
akibatnya selbeta pakreas menjadi rusak. Rusaknya pakreas pada DM pada tipeI menghanbat
produksinsulin. Pada DM tipeII terjadi masolah dengan julanh insulin dan jumlah reseptor
insulin. Jumlah insulin yang dihasilkan oleh penderita DM tipe II sedikit, kadang juga penerima
insulinrseptor yang ada di sel mengalami gangguan ressten. Penyebab resistensi insulin pada DM
tipe II belum begitu jelas, namun faktor kegemukan, dietinggi lemak dan rendah karboidrat,
kurang bergerak dan faktor keturunan banyak berperan terhadap resistensi tersebut.
7. Patoflowdiagram

DM Tipe I DM Tipe II

Reaksi autoimun Obesitas, usia, genetik

Penurunan fungsi sel β pankreas Jumlah sel pankreas menurun

Defisiensi Insulin

Gula darah tidak diserap oleh tubuh

Kadar gula menurun

Hipoglikemia MK 1:
Ketidakstabilan
Diabetes Melitus kadar glukosa
darah
Anabolisme protein Katabolisme protein Lipolisis

Kerusakan pada antibody Merangsang hipotalamus Penurunan BB

Kekebalan tubuh menurun Pusat haus dan lapar Gliserol asam lemak
bebas meningkat
Neuropati sensori perifer polidipsi dan polifagi

Kram pada ekstermitas MK III:


MK : Resiko Gangguan pola
Bahkan tidak sakit saat luka
defisit nutrisi tidur
MK II: Intoleransi
aktivitas

Ketogenesis Ateroklerosis

Ketonemia

Ph menurun

mual muntah

MK : Resiko
ketidakseimbangan
elektrolit
Makrovaskuler mikrovaskuler

Jantung Retina

Miokard infark Retina diabetik

Gangguan penglihatan
MK : Nyeri akut
Sumber : Asmayeni, 2018
MK : Resiko
jatuh

7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut WHO (2014) dalam Sari (2018), meliputi:
a. Kadar glokosadarah: meningkat 200-100mg/dL atau lbih
b. Krieria diagostikWHO (2014) untuk diabetelitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan:
1. Glokosa plasma sewrktu >200 mg/dL
2. Glokosa plasma puasa >140 mg/ dL
3. Glokosa plasma darisampel yang diambil 2jam kemdian sesdah menkonsumsi
75gr karboidrat (2 jam post prandial>200mg/dL).
4. Test laboatorium. DM Jenistes padapasien DM dapat berupa tes saring, tes
diagnstic dan tespemantauan terapi
5. Test saing Gula Dara Puasa (GDP), Gula Darah Sewktu (GDS) 14
6. Trleransi Glukosa Darah Terganggu (TGT):hasil pemerisaan glukosa plasma 2jam
setelah TTGOT antara140-199mg/dl dan glukosa plasma
7. Pemeriksaan HbA1c ≥ 6,5%

8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan DM menurut Sahar (2019), yaitu:
a. Mengelola nutrisi. Menyajikan semha zat utrient yang dibutuhkan, memnuhi kebutuhan
tubuh, mencapai dan mempertahankan berat badan, mencegah adanya fluktuasi kadar
guladarah setiap waktunya. Dengan menggunakan edukasi nurisi, klompok pendukung,
terapi perilaku bahkan koneling untuk dapat mencapai tujuan dari manajemen nutrisi.
Penentuan Jumlah Kalori Diet DM
• Penentuan gizi penderita ditentukan berdasarkan persentase Berat Badan Relatif (BBR)
BB
BBR = x= x 100% (BB: Kg, TB: cm)
TB−100

Kriteria
• Kurus (underweight) : BBR < 90%
• Normal (ideal) : BBR 90 – 110%
• Gemuk (overweight) : BBR > 110%
• Obesitas : BBR > 120%

Pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari bagi penderita DM


• Kurus : BB x 40-60 kalori
• Normal : BB x 30 kalori
• Gemuk : BB x 20 kalori
• Obesitas : BB x 10 – 15 kalori

Komposisi diet yang digunakan


• Karbohidrat : 68%
• Protein : 12%
• Lemak : 20%
b. Latihan-olahraga. Olahraga sangat penting untuk menrunkan kadar gula, karena
guladarah digunakan olehotot dan meningkatkan pengguan insulin, olahraga tidak
dianjurkan bagi klien bila kadar glokosa darah lebih dari 250mg/dl.
c. Pemantauan. Gula darah mandri oleh klien sangat penting untuk mengntrol levelula
darhnya. untukklien yang mendpatkan suntikan insulin perlu melakukan cekgula darah 3-
4x dalam sehari atau sebolum makan. Pemantauan sebanyak 2-3xdalam seminggu di
anjurkan bagi klien yang tidak mendapat insulin
d. Edukasi(Pendidikan kesehatan). Perlu persiapan yang matang dalam pemberian edukasi
kesehatan tentang Diaetes bagi klien dan keluarganya. Media dan matri yang sesuai
dengan kebutuhan serta informasi yang bertahap dilakukan oleh perawat.
Penatalaksanaan Medis
a. Terspi obat. Pemberian insulin atau antidiabtes oral perlu diketahui oleh perawat
berdasarkan berbagai sediaan yang ada. Prnatalaksanaan DM bahkan sampai penangan
kondisi darurat seperti hipo-hiperglkemia.
Empat Pilar Manajemen Diabetes, meliputi:
1. Edokasi
2. Perencanaan makan
3. Latihan Jasmani
4. Obat anti diabetik
Keberhasilan pengobatan tergantung dari kesadaran diriklien Dibetes Melitus, adalah bila
mengikuti semua petunjuk keptuhan secara teratur. Kepatuhan tersebut meliputi pemakaan
insulin, diet, latihan fisik dan penddikan Kesehatan.

9. Komplikasi
Secara umum komplikasi dari pada Diabetes Melitus dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Komplikasi Makrovaskular. Komplikasi makrovaskuler adalah komplikasi yang
melingkupi pembuluh darah artri yang lebih besar, sehingga menyebabkan
atherosklerosis. Akibat atherusklerosis antara lain timbul penyakit jantung
koroner,stroke danhipertensi. Komplikasi makrovaskular yang umum berkembang
pada penderita Diaetes adalah penyakit jantung koroner,penyakit pembuluh
darahotak, dan penyakit pembuluh darah perifer. Komplikasi makrovaskular ini
sering terjadi pada penderita Diabetes Melitus TipeII yang umumnya menderita
hipertensi, dislipidemia dan atau kegemukan.

b. Komplikasi metabolik akut


Kompikasi metabolik akut pada penyakit diabetes melitus terdapat tiga macam yang
berhubungan dengan gangguan keseimbangan kadar glukosa darah jangka pendek,
diantaranya :
1) Hipoglikemia Hipoglikemia (kekurangan glukosa dalam darah) timbul sebagai
komplikasi diabetes yang disebabkan karena pengobatan yang kurang tepat (Smeltzer
and Bare, 2008).
2) Ketoasidosis diabetik Ketoasidosis diabetik (KAD) disebabkan karena kelebihan
kadar glukosa dalam darah sedangkan kadar insulin dalam tubuh sangat menurun
sehingga mengakibatkan kekacauan metabolik yang ditandai oleh trias hiperglikemia,
asidosis dan ketosis (Soewondo, 2006)
3) Sindrom HHNK (hiperglikemia hiperosmoler nonketotik) Sindrom HHNK adalah
komplikasi diabetes melitus yang ditandai dengan hiperglikemia berat dengan kadar
glukosa serum lebih dari 600 mg/dl (Price and Wilson, 2006).

c. Komplikasi Mikrovaskular. Komplikasi mikrovaskular terutama terjadi pada


penderita Diabetes Melitus TipeI. Hiperglikmia yang berkelanjutan dan pembetukan
protein yang tergikasi menyebabkan dnding pembuluh darah menjadimakin lemah
dan rapuh serta terjadi penyumbatn pada pembuluh-pembuluh darah kecil. Hal inilah
yang mendorong timbulnya komplikasi-komplikasi mikrovaskuler,antara lain
retinopati,nefropati, dan neuropati. (A’yunin, 2021).
a) Kerusakan retina mata (Retinopati) Kerusakan retina mata (Retinopati) adalah
suatu mikroangiopati ditandai dengan kerusakan dan sumbatan pembuluh darah kecil.
b) Kerusakan ginjal (Nefropati diabetic) Kerusakan ginjal pada pasien DM ditandai
dengan albuminuria menetap (>300 mg/24jam atau >200 ih/menit) minimal 2 kali
pemeriksaan dalam kurun waktu 3-6 bulan. Nefropati diabetik merupakan penyebab
utama terjadinya gagal ginjal terminal.
c) Kerusakan syaraf (Neuropati diabetik) Neuropati diabetik merupakan komplikasi
yang paling sering ditemukan pada pasien DM. Neuropati pada DM mengacau pada
sekelompok penyakit yang menyerang semua tipe saraf
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

Pengkajian

Asuhan keperawatan pada tahap pertama yaitu pengkajian. Dalam pengkajian perlu
dikaji biodata pasien dan data data untuk menunjang diagnosa. Data tersebut harus
seakurat akuratnya, agar dapat digunakan dalam tahap berikutnya, meliputi nama
pasien,umur, keluhan utama
1. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang


Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan nyeri, kesemutan pada esktremitas,luka
yang sukar sembuh Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah
otot, disorientasi, letargi, koma dan bingung.
b. Riwayat kesehatan lalu
Biasanya klien DM mempunyai Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti Infark
miokard
c. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya Ada riwayat anggota keluarga yang menderita DM

2. Pengkajian Pola Gordon


a. Pola persepsi
Pada pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi dan tatalaksana hidup
sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak gangren pada kaki diabetik,
sehingga menimbulkan persepsi negatif terhadap diri dan kecendurangan untuk tidak
mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan yang lama,lebih dari 6 juta dari penderita
DM tidak menyadari akan terjadinya resiko kaki diabetik bahkan mereka takut akan
terjadinya amputasi (Debra Clair,Jounal Februari 201)
b. Pola nutrisi metabolik
Akibat produksi insulin yang tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin maka kadar
gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan keluhan sering kencing,
banyak makan, banyak minum, berat badan menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut
dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat
mempengarui status kesehatan penderita. Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor
kulit jelek , mual muntah.
c. Pola eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang menyebabkan
pasien sering kencing(poliuri) dan pengeluaran glukosa pada urine(glukosuria). Pada
eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.
d. Pola ativitas dan latihan
Kelemahan, susah berjalan dan bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan
tidur,tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan bahkan sampai terjadi
koma. Adanya luka gangren dan kelemahanotot otot pada tungkai bawah menyebabkan
penderita tidak mampu melakukan aktivitas sehari hari secara maksimal, penderita
mudah mengalami kelelahan.
e. Pola tidur dan istirahat
Istirahat tidak efektif adanya poliuri,nyeri pada kaki yang luka,sehingga klien
mengalami kesulitan tidur
f. Kongnitif persepsi
Pasien dengan gangren cendrung mengalami neuropati/ mati rasa pada luka sehingga
tidak peka terhadap adanya nyeri. Pengecapan mengalami penurunan, gangguan
penglihatan.
g. Persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh menyebabkan penderita mengalami
gangguan pada gambaran diri. Luka yang sukar sembuh , lamanya perawatan,
banyaknya baiaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami
kecemasan dan gangguan peran pada
keluarga (self esteem)

h. Peran hubungan
Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan penderita malu dan menarik
diri dari pergaulan.
i. Seksualitas
Angiopati daoat terjadi pada pebuluh darah diorgan reproduksi sehingga menyebabkan
gangguan potensi sek,gangguan kualitas maupun ereksi seta memberi dampak dalam
proses ejakulasi serta orgasme. Adanya perdangan pada vagina, serta orgasme menurun
dan terjadi impoten pada pria. Risiko lebih tinggi terkena kanker prostat berhubungan
dengan nefropatai.
j. Koping toleransi
Lamanya waktu perawatan,perjalannya penyakit kronik, persaan tidak berdaya karena
ketergantungan menyebabkan reasi psikologis yang negatif berupa marah, kecemasan,
mudah tersinggung, dapat menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan
mekanisme koping yang
kontruktif/adaptif.
k. Nilai kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta luka pada kaki
tidak menghambat penderita dalam melaksanakan ibadah tetapi mempengarui pola
ibadah penderita.

3. Pemeriksaan fisik

a. Pemeriksaan Vital Sign


Yang terdiri dari tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu. Tekanan darah dan
pernafasan pada pasien dengan pasien DM bisa tinggi atau normal, Nadi dalam batas
normal, sedangkan suhu akan mengalami perubahan jika terjadi infeksi.
b. Pemeriksaan Kulit
Kulit akan tampak pucat karena Hb kurang dari normal dan jika kekurangan cairan maka
turgor kulit akan tidak elastis. kalau sudah terjadi komplikasi kulit terasa gatal.
c. Pemeriksaan Kepala dan Leher
Kaji bentuk kepala,keadaan rambut Biasanya tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid,
kelenjar getah bening, dan JVP (Jugularis Venous Pressure) normal 5-2 cmH2.
d. Pemeriksaan Dada (Thorak)
Pada pasien dengan penurunan kesadaran acidosis metabolic pernafasan cepat dan
dalam.
e. Pemeriksaan Jantung (Cardiovaskuler)
Pada keadaan lanjut bisa terjadi adanya kegagalan sirkulasi.

f. Pemeriksaan Abdomen

Dalam batas normal

g. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus

Sering BAK

h. Pemeriksaan Muskuloskeletal
Sering merasa lelah dalam melakukan aktifitas, sering merasa kesemutan

i. Pemeriksaan Ekstremitas
Kadang terdapat luka pada ekstermitas bawah bisa terasa nyeri, bisa terasa baal
j. Pemeriksaan Neurologi
GCS :15, Kesadaran Compos mentis Cooperative(CMC)
4. Diagnosa Keperawatan

• Ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan resistensi insulin

• Nyeri Akut berhubungan dengan Agen cedera fisik

• Infeksi b.d peningkatan Leukosit

• Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan imobilitas


RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
1 Ketidakstabilan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen hiperglikemia Observasi :
gula darah b.d selama 1x 24 jam maka ketidakstabilan
resistensi insulin gula darah membaik KH : - Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
- Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
• Kestabilan kadar glukosa
- Ajurkan kepatuhan terhadap diet dan olah raga Kolaborasi :
darah membaik
• Status nutrisi membaik - Kolaborasi pemberian insulin
• Tingkat pengetahuan meningkat - Identifikasi pengobatan yang direkomendasi
- Berikan dukungan untuk menjalani program pengobatan dengan baik
dan benar
- Jelaskan mamfaat dan efek samping pengobatan
- Anjurkan mengosomsi obat sesuai indikasi
2 Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan tindakan • Manajemen nyeri Observasi :
Agen cedera Keperawatan 1 x24 jam diharapkan
nyeri menurun KH : - Identifikasi identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
fisik
• Tingkat nyeri menurun kualitas,intensitas nyeri
• Penyembuhan luka membaik - Identifikasi skala nyeri Terapeutik :
• Tingkat cidera menurun
- Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

- Jelaskan penyebab dan periode dan pemicu nyeri

- Kolaborasi pemberian analgetik


- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

- Jelaskan tujuan dan mamafaat teknik nafas dalam


- Jelaskan prosedur teknik nafas dalam
3. Intoleransi Setelah dilakukan tintdakan keperawatan Terapi aktivitas Observasi :
aktivitas b/d selama 1x 24 jam intoleransi aktivitas
membaik KH : - Identifikasi defisit tingkat aktivitas
keletihan
• Toleransi aktivitas membaik - Identifikasi kemapuan berpartisipasi dalam aktivitas tertentu
• Tingkat keletihan menurun - Fasilitasi pasien dan keluarga dalam menyesuiakan lingkungan untuk
mengakomodasi aktivitas yang di pilih
- Libatkan keluarga dalam melakukan aktivitas
- Identifikasi pengetahuan dan pengalaman aktivitas fisik sebelumnya
- Identifikasi kemampuan pasien beraktivitas
BAB III
TINJAUAN KASUS

B. Pengkajian
Ruangan perawatan : Ranap Non Bedah Auto Anamnese : √
Kamar Isolasi : 229 Allo Anamnese : √
Nomor RM : 021876
Tanggal Masuk RS : 28 oktober 2023
Tanggal Pengkajian : 28/10/2023 (16.30)

1. IDENTITAS PASIEN
Nama Inisial : Tn H.S
Tanggal Lahir : 07-08-1950
Umur : 73 Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Kristen Protestan
Suku : Minahasa
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : Pensiunan
Alamat Rumah : Koha jaga 4 koha timur, mandolang kabupaten minahasa

2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama : Pasien mengatakan nyeri perut
b. Riwayat kesehatan sekarang : Pasien mengeluh nyeri ulu hati,kurang nafsu makan sejak satu minggu , lemah badan
c. Riwayat kesehatan Masa lalu : Diabetes melitus 4 tahun yang lalu (rutin minum obat)
d. Riwayat kesehatan keluarga : tidak ada

Genogram

Ket : pasien

Perempuan

Laki-Laki
Garis Perkawinan

3. Pola Kebutuhan Dasar (Data Bio-Psiko-Sosio-Kultural-Spiritual)


a. Pola persepri dan manjemen Kesehatan
Pasien menegtakan memeiliki Riwayat penyakit DM sejak 4 tahun yang lalu rutin minum obat tetapi tidak kontrol gula darah .
Pasien mengatakan menjaga kebersihan diri dan melakukan perawatan diri.
b. Pola Nutrisi Metabolik
1. Keadaan Sebelum Sakit
Sebelum sakit Pasien makan 3x sehari, 1 porsi habis. Makanan yang dikonsumsi pasien berupa nasi, sayur dan lauk. Pasien
memiliki nafsu makan yang baik.
2. Pasien mengatakan saat sakit, nafsu makan pasien sangat berkurang,dalam satu hari pasien hanya makan 1 kali pada pagi
hari porsi habis.pada siang dan malam hari pasien makan dengan porsi sedikit tetapi selalu mengkonsumi obat dengan rutin
2 kali sehari
c. Pola Eliminasi : BAB dan BAK
1. Keadaan sebelum sakit
Pasien mengatakan sebelum sakit BAK 5-6x sehari apalagi pada malam hari sering BAK, urin berwarna kuning keruh
kadang berwarna kuning jernih. BAB lancar setiap pagi , berwarna kuning kecokelatan dengan konsistensi padat.
2. Keadaan saat sakit
Pasien mengatakan BAB 1x hari ini berwarna cokelat dengan konsistensi padat. BAK kurang lebih 5-6x/hari berwarna
kuning keruh.
c. Pola Aktivitas dan Latihan
1. Keadaan sebelum sakit
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien selalu melakukan aktivitas olahraga seperti jalan pagi. Setelah pasien pensiun
lebih sering berdiam diri di rumah.
2. Keadaan saat sakit
Pasien mengatakan agak sulit melakukan aktivitas karena nyeri pada bagian ulu hati. Pasien juga mengatakan saat sakit
badan terasa lemas dan keram sehingga menghambat pasien untuk beraktivitas.
d. Pola kognitif dan persepsi
pasien mengatakan tidak ada masalah dalam penglihatan. Dan tidak ada masalah dalam peraba, perasa, penciuman dan
pendengaran.

e. Pola persepsi dan konsep diri


Pasien mengatakan menerima apa yang terjadi saat ini, serta pasien berharap agar dapat segera pulih sehingga dapat
beraktifitas dengan normal seperti biasanya.

f. Pola tidur dan Istirahat


1. Keadaan sebelum sakit
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien tidur malam ± 8 jam.tetapi sering juga terbangun karena sering BAK pada malam
hari.
2. Keadaan saat sakit
Pasien mengatakan sulit untuk tidur karena merasa nyeri ulu hati, Pasien mengatakan waktu tidur malam ±4-6 jam saja
karna sering terbangun karena ingin BAK.
g. Pola Peran dan Hubungan
Hubungan antara pasien dan keluarga pasien baik, tampak dari keluarga pasien selalu mendampingi pasien saat pasien sakit
dan selalu menyiapkan segala kebutuhan pasien. Begitu juga hubungan antara pasien dengan petugas kesehatan tampak baik.
h. Pola Seksual dan Reproduksi
Pasien berjenis kelamin laki laki berusia 73 tahun, sudah menikah. pasien memiliki 1 orang anak laki-laki .
i. Pola Toleransi Stress dan Koping
Pasien mengatakan merasa kurang nyaman karena mengetahui akan dirawat beberapa hari kedepan dirumah sakit. Tetapi
pasien mengatakan bahwa pasien berusaha untuk memahami bahwa butuh waktu untuk menangani penyakit yang di derita
oleh pasien. Pasien juga mengatakan sangat bersyukur karena selalu ada keluarga yang menjaga di rumah sakit.
j. Pola Nilai Kepercayaan
Pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit pasien setiap hari minggu pergi ke gereja, ibadah kolom dan kaum ibu. Saat
berada di rumah sakit, pasien mengatakan sering berdoa. Pasien juga sempat dijenguk oleh jemaat dan didoakan bersama oleh
pelayan khusus dari gereja asal tempat tinggal pasien

1. Pengkajian Fisik
a. Keadaan Umum : Kesadaran : Compos Mentis
b. GCS (Glasgow Coma Scale) : 15 EV4M56
c. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 115/54mmHg
Nadi : 65 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu badan : 36 0C
SpO2 : 99%
Tinggi badan : 165 cm
Berat badan : 56 kg
d. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala dan Leher : Rambut pasien tampak berwarna hitam bercampur uban dibagian tengah. Rambut dan kulit kepala tampak
bersih, tidak berbau dan tidak ada lesi.
2) Mata : Tampak simetris kanan dan kiri, konjungtiva anemis dan tidak menggunakan alat bantu penglihatan.
3) Hidung : Tampak simetris, tidak ada sekret, tidak ada ada masalah penciuman.
4) Telinga : Tampak simetris kiri dan kanan, tidak ada gangguan pendengaran.
5) Mulut : Mukosa bibir kering dan bibir tampak pucat.
6) Thoraks : Pergerakan dada simetris, tidak terdapat penggunaan otot bantu nafas
7) Abdomen : Terdapat nyeri tekan dan lepas pada bagian epigastrium,skala nyeri 4 (1-10) perut tampak datar.
8) Ekstremitas : Pasien terpasang IVFD cairan D10 % 20 tpm/8jam kolf ke 1, Sisa cairan ±350cc (Ta.Ka). pasien mengatakan
masih susah menggerakkan badan karena masih merasa lemah dan kram . Tidak ada edema pada badan pasien. aktivitas pasien
dibantu oleh perawat dan keluarga.
Kekuatan otot
1 2
Ket : 1 : Tangan Kiri

4 5 2 : Tangan Kanan
3 : Kaki Kiri
4 4 4 : Kaki Kanan

3
Pemeriksaan Penunjang
1. KLASIFIKASI DATA

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF


- Keadaan Umum : Sedang
- Pasien mengatakan nyeri pada ulu hati, - Kesadaran : E4M6V5: 15 (Compos
Nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk, Mentis)
nyeri, skala nyeri 4 (1-10), Nyeri hilang - Tanda-tanda vital
timbul
Tekanan darah : 114/59 mmHg
- Pasien mengatakan memiliki Riwayat DM
Nadi : 60 x/menit
sejak 5 tahun yang lalu
Pernapasan : 20 x/menit
- Pasien mengatakan tidak pernah mengontrol Suhu badan : 36 0C
gula darah tetapi rutin minum obat DM 2 SpO2 : 99%
kali sehari pagi dan malam. - Wajah tampak meringis
- Pasien mengatakan kurang nafsu makan
- Pengkajian nyeri
sejak 1 minggu .
P : proses penyakit
- Pasien mengatakan lemah badan. Q : seperti di tusuk-tusuk
R : ulu hati
S:4
T : hilang timbul
- Gds : 44 mg/dl
- Pasien tampak lemah
- Aktivitas psaien tampak di bantu
- Kekuatan otot

4 5

4 4
2. ANALISA DATA

No. Data Penyebab Masalah


1. DS : Agen pencedera
- Pasien mengatakan nyeri pada ulu hati fisiologis Nyeri Akut
- Pasien mengatakan Nyeri dirasakan seperti (D.0077)
tertusuk-tusuk,
- Pasien mengatakan skala nyeri 4 (1-10),
- Pasien mengatakan Nyeri di rasakan 2-3 menit
hilang timbul

DO :
- Kesadaran : E4M6V5: 15(Compos Mentis)
Tekanan darah : 114/59 mmHg
Nadi : 60 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu badan : 36 0C
SpO2 : 99%
2. DS: Hipoglikemi Ketidakstabilan kadar
- pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit diabetes glukosa darah
melitus tipe 2 (D.0027)
-Pasien mengatakan tidak pernah mengontrol gula darah
tetapi rutin minum obat DM 2 kali sehari pagi dan
malam.
-Pasien mengatakan lemah badan
DO :
- Kesadaran : E4M6V5: 15(Compos Mentis)
Tekanan darah : 114/59 mmHg
Nadi : 60 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu badan : 36 0C
SpO2 : 99%
Gds :44 mg/dl

3. Ds : Kurang terpapar Defisit Pengetahuan


- Pasien mengatakan memiliki Riwayat DM informasi D.0111
sejak 5 tahun yang lalu
- Pasien mengatakan jarang melakukan
control di pelayanan Kesehatan
- Pasien mengatakan rutin minum obat DM
tetapi tidak mengontrol gula darah
Do :
- Gula darah pasien tidak terkontrol
- Pasien dan keluarga kurang terpapar
informasi tentang penyakit
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN

No. Diagnosa Keperawatan


1. D.0077) Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencedera Fisiologis ditandai dengan data
subjektif dan data objektif

2. (D.0027) Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah berhubungan dengan Hipoglikemi di


tandai dengan data subjektif dan data objektif
3. (D.0111) Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi di tandai
dengan data subjektif dan data objektif
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Keperawatan Rasional
1. Nyeri Akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
berhubungan dengan (L.08066) (I.08238)
Agen Pencedera
Fisiologis ditandai – Mengetahui lokasi, karakeristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas dan skala nyeri
Setelah dilakukan
dengan :
Intervensi - Identifikasi
DS : Keperawatan lokasi, – Mengetahui adanya respon nyeri misalkan dari ekspresi wajah
- Pasien mengatakan selama 3x8jam
karakeristik,
nyeri pada ulu hatimaka diharapkan - Membantu mengurangi nyeri yang pasien rasanya
tingkat nyeri durasi, frekuensi,
- Pasien mengatakan
Nyeri dirasakanpasien menurun kualitas,
seperti dengan
tertusuk- kriteria
intensitas dan
tusuk, hasil : – Mengurangi dan mengontrol nyeri serta mengalihkan pasien dari rasa nyeri
skala nyeri
- Pasien mengatakan
1. Keluhan
skala nyeri 4 (1- – Memudahkan pasien untuk mengontrol rasa nyeri dengan cara sederhana tanpa bantuan
Nyeri
10), - Identifikasi obat-obatan
Menurun
- Pasien mengatakan Tampak meringis Respons nyeri Mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri yang dirasakan pasien
Nyeri di rasakan 2- menurun
3 menit hilang non verbal
timbul
- Berikan Teknik
nonfarmakologi
untuk
DO :
- Kesadaran : mengurangi rasa
E4M6V5: nyeri
15(Compos Mentis)
Tekanan darah
: 114/59 mmHg - Fasilitasi
Nadi
: 60 x/menit istirahat dan
Pernapasan tidur
: 20 x/menit
Suhu badan
0
: 36 C
SpO2 - Ajarkan teknik
: 99%
nonfarmakologis
untuk
mengurangi rasa
nyeri

Kolaborasi pemberian
terapi, jika perlu
2. Ketidakstabilan Kadar Kestabilan Manajemen
Glukosa Darah Kadar Glukosa Hiperglikemia - Agar dapat meminimalisir penyebab dari hiperglikemia
berhubungan dengan Darah (SLKI. (SIKI. I.03115)
Hipoglikemi di tandai
L.03022)
dengan : - Identifikasi
- Menghindari terjadinya hiperglikemia
kemungkinan
DS: Setelah dilakukan penyebab
- pasien mengatakan Intervensi hiperglikemia - Agar kadar glukosa dalam darah dapat terkontrol
memiliki riwayat Keperawatan
penyakit diabetes selama 3x8jam - Monitor tanda - Membantu memenuhi kebutuhan cairan
maka diharapkan dan gejalah
melitus tipe 2
ketidakstabilan hiperglikemia
-Pasien mengatakan - Mengantisipasi terjadinya hiperglikemia dan hipoglikemia
tidak pernah mengontrol kadar glukosa
darah berada pada
gula darah tetapi rutin rentang normal - Monitor
minum obat DM 2 kali dengan kriteria kadar glukosa
darah - Menginformasikan cara pengelolaan diabetes
sehari pagi dan malam. hasil :
-Pasien mengatakan
- Berikan
lemah badan 1. Kadar
asupan cairan Mengatur kadar glukosa dalam darah
DO : glukosa
oral
- Kesadaran : dalam
darah
E4M6V5:
membaik
15(Compos Mentis) - Konsultasikan
Tekanan darah 2. Lelah/lesu dengan medis
: 114/59 mmHg menurun jika tanda dan
gejalah
Nadi
hiperglikemia
: 60 x/menit tetap ada atau
Pernapasan memburuk
: 20 x/menit
Suhu badan - Anjurkan
: 36 0C kepatuhan
SpO2 terhadap diet
dan olahraga
: 99%
Gds :4
4 mg/dl - Kolaborasi
pemberian
insulin, jika
perlu

3 Defisit Pengetahuan Perilaku Edukasi Kesehatan


berhubungan dengan Kesehatan (I.12383)
kurang terpapar (L.12107)
informasi di tandai - Identifikasi - Memberikan informasi ketika pasien siap, mampu mengoptimalkan dala
Setelah dilakukan kesiapan dan
dengan : persiapan informasi
intervensi 1x8 jam kemampuan
Ds : di harapkan menerima
- Pasien pengetahuan informasi - Agar kedepannya pasien dapat lebih berhati-hati dan memperhatikan
mengatakan pasien dapat bisa kesehatannya
bertambah dengan
memiliki
kriteria hasil : - Jelaskan factor
Riwayat 1. kemampuan
- Menginformasikan cara pengelolaan diabetes
resiko yang dapat
DM sejak 5 meningkatkan mempengaruhi
tahun yang kesehatan kesehatan
lalu meningkat
- Pasien - ajarkan - Membantu pasien dalam kepatuhan minum obat
mengatakan pengelolaan
diabtes (mis :
jarang
penggunaan - Agar pasien lebih memperhatikan kesehatannya
melakukan Insulin, obat oral)
control di
pelayanan - Libatkan keluarga
Kesehatan sebagai pengawas
- Pasien minum obat
mengatakan
- Jelaskan
rutin
pentingnya
minum obat mengikuti
DM tetapi pengobatan dan
tidak melakukan
mengontrol control di tempat
gula darah pelayanan
Do : kesehatan
- Gula darah
pasien tidak
terkontrol
- Pasien dan
keluarga
kurang
terpapar
informasi
tentang
penyakit

No Diagnosa Keperawatan Tgl dan Jam Implementasi Evaluasi


1. Nyeri Akut berhubungan Sabtu, Jam 21.00
dengan Agen Pencedera 28.10.2023 S:
Fisiologis ditandai dengan : - Mengidentifikasi lokasi, - Pasien mengatakan nyeri
Jam : 14.00
karakeristik, durasi, frekuensi, pada ulu hati sedikit
DS :
kualitas, intensitas dan skala berkurang
- Pasien mengatakan nyeri
nyeri - Pasien mengatakan Nyeri
pada ulu hati
H : Pasien mengatakan nyeri ulu dirasakan seperti tertusuk-
- Pasien mengatakan Nyeri hati, nyeri dirasakan seperti tusuk,
dirasakan seperti tertusuk-tusuk, nyeri di regio - Pasien mengatakan skala
tertusuk-tusuk, epigastrium, skala nyeri 4, nyeri
hilang timbul nyeri 3(1-10),
- Pasien mengatakan skala
- Pasien mengatakan Nyeri
nyeri 4 (1-10),
- Mengidentifikasi Respons nyeri hilang timbul
- Pasien mengatakan Nyeri
Jam : 14.15 non verbal
hilang timbul
H : Pasien tampak meringis O:
- 2Pasien tampak masih
- Memberikan Teknik meringis
Jam : 14.25 nonfarmakologi untuk mengurangi
- Kesadaran : E4M6V5:
DO : rasa nyeri
- Kesadaran : H : Teknik relaksasi nafas dalam 15(Compos Mentis)
E4M6V5: 15(Compos untuk mengurangi rasa nyeri Tekanan darah :127/72
Mentis) mmHg
- Mengfasilitasi istirahat dan tidur Nadi :75 x/menit
Tekanan darah :
Jam : 14.30 H : membatasi pengujung,
114/59 mmHg Pernapasan :20 x/menit
mengatur posisi nyaman pasien,
Nadi : 60 menaikan pemgaman tempat tidur
x/menit serta memastikan roda tempat
Pernapasan : 20 tidur terkunci dan mengatur
x/menit pencahyaan di kamar
Suhu badan : 36 0C A : masalah belum teratasi
SpO2 : 99% P : lanjutkan intervensi
- Mengajarkan teknik
Jam : 14.35 nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (Teknik
relaksasi nafas dalam ) dengan
relaksasi napas dalam dengan cara
Tarik napas dalam melalui hidung
selama 4 detik, ditahan selama 2
detik, kemudian keluarkan dari
mulut
H : Pasien dapat melakukan setiap
instruksi yang di berikan.

Jam : 20.00 - Kolaborasi pemberian terapi


H : Dokter Penanggung Jawab
Pasien memberikan sucralfat syr
3x10cc, Ranitidin injeksi 2x25
mg (iv) , Ondansentron 3x4Mg
(iv).

Anda mungkin juga menyukai