DISUSUN OLEH :
1. IVAN ADINATA
2. MUHAMMAD SYAIFUDDIN
3. IVAN ADINATA
PADJARAKAN-PROBOLINGGO
2020 – 2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes mellitus (DM) merupakan kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang akibat tubuh mengalami gangguan dalam mengontrol kadar gula
darah. Gangguan tersebut dapat disebabkan oleh sekresi hormon insulin tidak
adekuat atau fungsi insulin terganggu (resistensi insulin) atau justru gabungan
dari keduanya. Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit gangguan metabolik
menahun yang lebih dikenal sebagai pembunuh manusia secara diam- diam
atau “Silent killer”. Seringkali manusia tidak menyadari apabila orang tersebut
telah menyandang diabetes, dan seringkali mengalami keterlambatan dalam
menanganinya sehingga banyak terjadi komplikasi. Diabetes juga dikenal
sebagai “Mother of Disease” karena merupakan induk atau ibu dari penyakit-
penyakit lainnya seperti hipertensi, penyakit jantung dan pembuluh darah,
stroke, gagal ginjal dan kebutaan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Diabetes Melitus ?
2. Apa saja etiologi dari Diabetes Melitus?
3. Apa saja manifestasi klinik dari Diabetes Melitus?
4. Bagaimana pathway dari Diabetes Melitus?
5. Bagaimana patofisiologi dari Diabetes Melitus?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang dari Diabetes Melitus?
7. Apa saja komplikasi dari Diabetes Melitus?
8. Apa saja penatalaksanaan dari Diabetes Melitus?
9. Bagaimana Asuhan Keperawataan dari Diabetes Melitus?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Diabetes Melitus
2. Untuk mengetahui apa saja etiologi dari Diabetes Melitus
3. Untuk mengetahui apa saja manifestasi klinik dari Diabetes Melitus
4. Untuk mengetahui bagaimana pathway dari Diabetes Melitus
5. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari Diabetes Melitus
6. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang dari Diabetes Melitus
7. Untuk mengetahui apa saja komplikasi dari Diabetes Melitus
8. Untuk mengetahui apa saja penatalaksanaan dari Diabetes Melitus
9. Untuk mengetahui bagaimana Asuhan Keperawataan dari Diabetes Melitus
D. Manfaat
1. Manfaat bagi institusi
Manfaat makalah ini bagi Institusi pendidikan kesehatan adalah untuk
mengetahui tingkat kemampuan mahasiswa sebagai peserta didik dalam
mengetahui tentang penyakit Diabetes Melitus..
2. Manfaat bagi mahasiswa
Manfaat makalah ini bagi mahasiswa baik penyusun maupun pembaca adalah
untuk menambah wawasan mahasiswa dalam mengetahui tentang Diabetes
Melitus.
3. Manfaat bagi masyarakat
Manfaat makalah ini bagi masyarakat adalah untuk menambah wawasan
masysrakat mengenai tentang Diabetes Melitus.
A. ANATOMI FISIOLOGI
Pankreas adalah suatu organ berupa kelenjar yang terletak
retroperiontenial dalam abdomen bagian atas, didepan vertebrae
lumbalis I dan II dengan panjang dan tebal sekitar 12,5 cm dan tebal 2,5
cm yang terbentang dari atas sampai ke lengkungan besar dari perut dan
biasanya dihubungkan oleh dua saluran duodenum atau 12 usus jari
(Syarifuddin, 2014).
Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi selbeta
Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui.
Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi
insulin.
Faktor-faktor resiko :
Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas
65 th)
Obesitas
Riwayat keluarga
Faktor penyebab dari terjadinya DM tipe II yaitu resistensi insulin
atau kegagalan produksi insulin oleh selβ pankreas (ADA, 2019).
Pada kondisi resistensi insulin, insulin dalam jumlah yang cukup
tidak dapat bekerja secara optimal sehingga menyebabkan kadar
gula dalam darah menjadi tinggi (PERKENI, 2015).
D. KLASIFIKASI
Beberapa klasifikasi dari diabetes mellitus, yaitu :
a. Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) atau DM tipe 1
Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran
sel-sel beta pancreas yang disebabkan oleh :
1) Faktor genetik penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri,
tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecendrungan genetik
kearah terjadinya diabetes tipe 1.
2) Faktor imunologi (autoimun).
1. Diabetes Tipe I
Terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-
sel. pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Glukosa
yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati
meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan
hiperglikemia postprandial (sesudah makan). Jika konsentrasi
glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa yang tersaring keluar akibatnya glukosa
tersebut diekskresikan dalam urin (glukosuria). Ekskresi ini akan
disertai oleh pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan,
keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Pasien mengalami
peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsi).
2. Diabetes Tipe II
Terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan
insulin, yaitu: resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada
permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor
tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa
di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai
dengan penurunan reaksi intrasel, dengan demikian insulin menjadi
tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya
glukosa dalam darah harus terdapat peningkatan insulin yang
disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan
ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa
akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit
meningkat. Namun jika sel-sel ? tidak mampu mengimbangi
peningkatan kebutuhan akan insulin maka kadar glukosa akan
meningkat danterjadi diabetes tipe II.
Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri
khas diabtes tipe II, namun terdapat jumlah insulin yang adekuat
untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton.
Oleh karena itu, ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes
tipe II. Meskipun demikan, diabetes tipe II yang tidak terkontrol
dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom
hiperglikemik hiperosmoler nonketotik. Akibat intoleransi glukosa
yang berlangsung lambat dan progresif, maka awitan diabetes tipe
II dapat berjalan tanpa terdeteksi, gejalanya sering bersifat ringan
dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka
pada kulit yang tidak sembuh-sembuh, infeksi dan pandangan yang
kabur.
DM merupakan suatu penyakit gangguan metabolik yang
diawali dengan berkurangnya sekresi insulin atau berkurangnya
sensitivitas jaringan terhadap insulin karena ketidakmampuan
reseptor insulin menyediakan transporter glukosa (Annisa, 2014).
Otot dan hati yang mengalami resistensi insulin menjadi penyebab
utama DM tipe II. Kegagalan sel beta pankreas untuk dapat bekerja
secara optimal juga menjadi penyebab dari DM tipe II (Perkeni,
2015).
Gangguan metabolisme tersebut dapat terjadi karena 2 hal
yaitu pertama karena kerusakan pada sel-sel beta pankreas karena
pengaruh dari luar seperti zat kimia, virus dan bakteri. Kedua,
penyebabnya adalah penurunan reseptor glukosa pada kelenjar
pankreas dan yang ketiga karena kerusakan reseptor insulin di
jaringan perifer (Fatimah, 2015). Gangguan respons metabolik
terhadap kerja insulin disebut dengan resistensi insulin. Keadaan ini
dapat disebabkan oleh gangguan reseptor, pre reseptor dan post
reseptor sehingga dibutuhkan insulin yang lebih banyak dari
biasanya untuk mempertahankan kadar glukosa darah agar tetap
normal. Sensitivitas insulin untuk menurunkan glukosa darah
dengan cara menstimulasi pemakaian glukosa di jaringan otot dan
lemak serta menekan produksi glukosa oleh hati menurun.
Penurunan sensitivitas tersebut juga menyebabkan resistensi
insulin sehingga kadar glukosa dalam darah tinggi (Prabawati,
2012).
F. PATHWAY
G. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi dari DM menurut (Aini, 2016), yaitu :
a. Poliuri (peningkatan pengeluaran urine), terjadi karena diuresis
dan hiperglikemia.
b. Polidipsi (peningkatan rasa haus), poliuri menyebabkan
hilangnya glukosa, elektrolit [na , klorida, dan kalium] dan air
sehingga pasien mersa haus.
c. Polifagi (peningkatan rasa lapar), sel-sel tubuh mengurangi
kekurangan energi karena glukosa tidak dapat masuk ke
sel,akibatnya pasien merasa sering lapar.Rasa lemah dan
kekerasan otot
Kekurangan energi sel menyebabkan pasien cepat lelah dan
lemah,selain itu kondisi ini juga terjadi karena katabolisme
protein dan kehilangan kalium lewat urine (Aini, 2016).
d. Kelainan ginekologis (keputihan dengan penyebab tersering
yaitu jamur terutama kandida). DM tipe II akan menurunkan
sistem kekebalan tubuh secara umum, sehingga tubuh rentan
terhadap infeksi. Selain itu jamur dan bakteri mampu
berkembang biak pesat di lingkungan yang tinggi gula
(hiperglikimia) (Aini, 2016).
e. Kepala
Rambut tipis dan mudah rontok, telinga sering mendenging
(berdesing) dan jika keadaan ini tidak segera diobati dapat
menjadi tuli. Mata dapat menjadi katarak, glaukoma
(peningkatan bola mata), produksi air mata menurun, dan
rerinopati diabetik (penyempitan bulu darah kapiler yang disertai
eksudasi dan pendarahan pada retina sehingga mata pendertita
menjadi kabur dan tidak dapat sembuh dengan kacamata
bahkan menjadi buta) (Aini, 2016).
f. Rongga mulut
Lidah terasa membesar atau tebal, kadang-kadang timbul
gangguan rasa pengecapan. Ludah penderita diabetes melitus
sering kali lebih kental, sehingga mulut terasa kering yang
disebut xerostomia diabetik. keadaan ludah kental ini dapat
mengganggu kesehatan rongga mulut dan mudah mengalami
infeksi. Kadang-kadang terasa ludah yang amat berlebihan
yang disebut hipersalivasi diabetilk (Aini, 2016).
Jaringan yang mengikat gigi pada rahang/periodontium mudah
rusak sehingga gigi penderita diabetes melitus mudah goyah
bahkan mudah lepas. Gusi penderita diabetes melitus mudah
mengalami infeksi, kadang-kadang bernanah dan karena sering
mengalami infeksi, rongga mulut dan ludah penderita diabetes
melitus semakin mengental sehingga bau mulut penderita
sering kurang enak (foetor ex oris diabetic) (Aini, 2016).
g. Paru-Paru dan jantung
Penderita DM tipe II bila batuk biasannya berlangsung lama
karena pertahanan tubuh menurun dan penderita diabetes
melitus lebih mudah menderita TBC penderita DM juga lebih
mudah menderita infark jantung dan daya pompa otot antung
lemah sehingga penderita mudah sesak napas ketika jalan atau
naik tangga (payah jantung atau dekompensansi kordis) (Aini,
2016).
h. Hati
Penderita DM tipe II yang tidak dirawat dengan baik, akan
mengalami atau menderita penyakit liver akibat dari
diabetesnya, bukan karena kekurangan glukosa dalam dietnya.
Penyakit ini disebut dengan pnenyakit parlemakan hati non-
alkohol, yang terjadi dalam kurun waktu 5 tahun setelah
menderita obesitas atau DM tipe 2. Mekanisme terjadi penyakit
ini karena akumulasi lemak hepatosit melaluli mekalisme
lipolisis dan hiperinsulisme. Penderita diabetes melitus juga
lebih mudah mengidap penyakit radang hati karena virus
hipatitis B dan C dibandingkan dengan penderita non-diabetes
(Aini, 2016).
i. Saluran pencernaan
Lambung
Serabut saraf yang memelihara lambung akan merusak
sehingga fungsi lambung untuk meng hancurkan makanan
menjadi lemah, kemudian lambung menggelembung
sehingga proses pengosongan lambung terganggu dan
makanan lebih lama tertinggal di dalam lambung. Keadaan ini
tertumbul rasa mual, perut terasa penuh, kembung, makanan
tidak dapat turun, kadang-kadang timbul rasa sakit di uluh
hati atau makanan terhenti di dalam dada (Aini, 2016).
Usus
Gangguan pada usus yang paling sering dialami penderita
diabetes melitus adalah sukar buang air besar,perut
kembung,kotoran keras,buang air besar hanya sekali dalam
2-3 hari.kadang terjadi sebaliknya yaitu penderita
menunjukkan keluhan diare 4-5 kali sehari,kotoran banyak
mengandung air,sering timbul pada malam hari.semua ini
akibat komplikasi saraf pada usus besar (Aini, 2016).
Ginjal dan kandung kemih
Ginjal
Dibandingkan dengan ginjal orang normal,penderita
diabetes melitus mempunyai kecenderungan 17 kali lebih
mudah mengalami gangguan fungsi ginjal.semuanya ini
disebabkan oleh faktor infeksi berulang yang sering timbul
dan adanya faktor penyempitan pembulu darah kapiler
yang disebut mikroangiopati diabetik di ginjal (Aini, 2016).
Kandung kemih
Penderita sering mengalami infeksi saluran kemih (ISK)
yang berulang. Saraf yang memelihara kandung kemih
sering merusak,sehingga dinding kandung kemih menjadi
lemah. Kandung kemih akan menggelembung dan
kadang-kadang penderita tidak dapat BAK secara
spontan, urine tertimbun dan tertahan di kandung kemih.
Keadaan ini disebut retensio urine. Sebaliknya, bila kontrol
saraf terganggu penderita sering ngompol atau urine
keluar sendiri yang di sebut inkontinesia urine (Aini, 2016).
Impotensi
Penyebab utama terjadi inpotensi pada diabetes adalah
neuropati (kerusakan saraf) sehingga tidak terjadi pada
A.Helicina penis.Ini menyebabkan saluran darah dalam
penis tidak lancar sehingga penis tidak dapat ereksi (Aini,
2016).
Kondisi saraf
Peningkatan dalam glukosa dalam darah akan merusak
urat saraf penderita.keadaan ini disebut neuropati
diabetik.Berikut adalah gejala-gejala neuropati diabetik
(Aini, 2016) :
1. Kesemutan
2. Rasa panas atau rasa tertusuk-tusuk jarum.
3. Rasa tebal ditelapak kaki sehingga penderita
merasa seperti berjalan di atas kasur.
4. Kram.
5. Keseluruhan merasa sakit terutama pada malam
hari
6. Kerusakan yang terjadi pada banyak serabut
saraf yang di sebut polineuropati diabetik.Pada
keadaan ini jalan penderita akan pincang dan
otot-otot kakinya mengecil (atrofi)
Pembuluh darah
Komplikasi DM tipe II yang paling berbahaya adalah
komplikasi pada pembuluh darah. Pembulu darah
penderita diabetes melitus muda menyempit dan
tersumbat oleh gumpalan darah. Penyempitan pembulu
darah pada penderita diabetes melitus disebut angiopati
diabetik. Angiopati diabetik pada pembulu darah besar
atau sedang disebut makroangiopati diabetik, sedangkan
pada pembulu darah kapiler disebut mikroangiopati
diabetik (Aini, 2016).
Kulit
Pada umumnya kulit penderita DM tipe II kurang sehat atau
kuat dalam hal pertahananmya, sehingga mudah terkena
infeksi dan penyakit jamur (Aini, 2016).
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Radiologi :
gas subkutan
Status nutrisi
Berat badan
Nafsu makan
Keinginan makan
Asupan makanan
Asupan cairan
Asupan nutrisi
Kelaparan
Intervensi
Manajemen nutrisi
Edukasi diet
Toleransi aktivitas
Kecepatan berjalan
Kekuatan tubuh bagian atas
Keluhan lelah
Ambulasi
Berjalan menanjak
Berjalan menurun
Intervensi
Manajemen energy
Dukungan ambulasi