Di susun oleh :
UMMI LATIFAH
14201.10.18041
Mahasiswa
Mengetahui
Kepala Ruangan
1. ANATOMI FISIOLOGI
Pankreas adalah suatu organ berupa kelenjar yang terletak
retroperiontenial dalam abdomen bagian atas, didepan vertebrae lumbalis I
dan II dengan panjang dan tebal sekitar 12,5 cm dan tebal 2,5 cm yang
terbentang dari atas sampai ke lengkungan besar dari perut dan biasanya
dihubungkan oleh dua saluran duodenum atau 12 usus jari (Syarifuddin,
2014).
Pankreas memeliki fungsi pencernaan dan hormonal. Salah satu bagian
dari prankeas adalah prankeas eksokrin, mengeluarkan enzim pencernaan.
Bagian lain dari prankeas yaitu prankeas endokrin, mengeluarkan hormone
yang disebut insulin dan glucagon. Hormon-hormon ini mengatur kadar
glukosa dalam darah (Nugrahaeni.2020)
DIABETES MILITUS
Ketidak-
Glukosuria peningkatan gula jumlah glukosa
stabilan kadar
Darah kronik dalam sel glukosa darah
Diuresis
Osmotic G3 fungsi imun impuls ke otak
Keletihan
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan urine (untuk mengetahui adanya kandungan glukosa dalam
urin)
B. Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl. Puasa adalah kondisi
tidak ada asupan kalori minimal 8 jam, atau
C. Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2 jam setelah Tes Toleransi
Glukosa Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram, atau
D. Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl dengan keluhan klasik
(poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan yang tidak dapat
dijelaskan sebabnya), atau
E. Pemeriksaan HbA1c dapat digunakan sebagai acuan untuk monitoring
penyakit diabetes mellitus karena HbA1c ini dapat memberikan informasi
yang lebih jelas tentang keadaan yang sebenarnya pada penderita diabetes
mellitus. Pemeriksaan HbA1c merupakan pemeriksaan yang
mencerminkan kadar glukosa darah rata-rata selama kurun waktu 2-3
bulan. (Sartika. Hestiani. 2019).
7. PENATALAKSANAAN
Empat pilar penatalaksanaan diabetes yaitu edukasi, terapi gizi medis,
latihan jasmani, dan terapi farmakologi (Perkeni, 2006 dalam Graceistin
Ruben dkk,2016 dalam hartono dodik.2019).
Menurut Febrinasari RP.Dkk.2020 pengendalian atau penatalaksanaan
untuk pasien diabetes militus sebegai berikut:
a. Pengaturan makan Pengaturan makan atau diet pada penderita DM
prinsipnya hampir sama dengan pengaturan makanan pada masyarakat
umumnya yaitu dengan mempertimbangkan jumlah kebutuhan kalori serta
gizi yang seimbang. Penderita DM ditekankan pada pengaturan dalam 3 J
yakni keteraturan jadwal makan, jenis makan, dan jumlah kandungan
kalori. Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari karbohidrat yang
tidak lebih dari 45-65% dari jumlah total asupan energi yang dibutuhkan,
lemak yang dianjurkan 20-25% kkal dari asupan energi, protein 10-20%
kkal dari asupan energi.
b. Olahraga
Olahraga atau latihan jasmani seharusnya dilakukan secara rutin yaitu
sebanyak 3-5 kali dalam seminggu selama kurang lebih 30 menit dengan
jeda latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut. Kegiatan sehari-hari atau
aktivitas sehari-hari bukan termasuk dalam olahraga meskipun dianjurkan
untuk selalu aktif setiap hari. Olahraga selain untuk menjaga kebugaran
juga dapat menurunkan berat badan guna untuk memperbaiki sensitivitas
insulin, sehingga dapat mengedalikan kadar gula darah sehingga dapat
menurunkan kadar HbA1c. Jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan
berenang merupakan latihan yang bersifat aerobic dan latihan ini
merupakan latihan yang sangat dianjurkan bagi pasien DM ( Sari N,
Purnama A. 2019 ). Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur
dan status kesegaran jasmani. Kegiatan yang kurang gerak seperti
menonton televisi perlu dibatasi atau jangan terlalu lama. Apabila kadar
gula darah <100 mg/dl maka pasien DM dianjurkan untuk makan terlebih
dahulu, dan jika kadar gula darah > 250 mg/dl maka latihan harus ditunda
terlebih dahulu. Kegiatan fisik sehari-hari bukan dikatakan sebagai latihan
jasmani.
c. Pengobatan
Pengobatan pada penderita DM diberikan sebagai tambahan jika
pengaturan diet serta olahraga belum dapat mengendalikan gula darah.
Pengobatan disini berupa pemberian obat hiperglikemi oral (OHO) atau
injeksi insulin. Dosis pengobatan ditentukan oleh dokter.
d. Pemeriksaan gula darah
Pemeriksaan gula darah digunakan untuk memantau kadar gula darah.
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan kadar gula darah puasa
dan glukosa 2 jam setelah makan yang bertujuan untuk mengetahui
keberhasilan terapi yang telah dilakukan seperti di atas. Selain itu pada
pasien yang telah mencapai sasaran terapi disertai dengan kadar gula yang
terkontrol maka pemeriksaan tes hemoglobin terglikosilasi (HbA1C) bisa
dilakukan minimal 1 tahun 2 kali. Selain itu pasien DM juga dapat
melakukan pemeriksaan gula darah mandiri (PGDM) dengan
menggunakan alat yang sederhana serta mudah untuk digunakan
(glukometer).
Menurut Devi Darliana 2017 Penatalaksanaan DM dilakukan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita DM. Pilar
Penatalaksanaan DM ada 4 yaitu:
a. Edukasi,
Edukasi diabetes adalah pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan
dan ketrampilan bagi pasien diabetes yang bertujuan menunjang
perubahan perilaku untuk meningkatkan pemahaman pasien akan
penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai kesehatan yang optimal,
penyesuaian keadaan psikologik serta kualitas hidup yang lebih baik.
Edukasi merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan pasien
diabetes.
b. Pola makan
Terapi gizi medis, keberhasilan terapi gizi medis (TGM) dapat dicapai
dengan melibatkan seluruh tim (dokter, ahli gizi, perawat, serta pasien itu
sendiri). Setiap pasien DM harus mendapat TGM sesuai dengan
kebutuhannya untuk mencapai sasaran terapi. Pasien DM perlu ditekankan
pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal, jenis dan jumlah
makanan, terutama pasien yang menggunakan obat penurun glukosa darah
atau insulin. Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi
seimbang baik karbohidrat, protein dan lemak sesuai dengan kecukupan
gizi: Karbohidrat: 6070%, protein: 10-15%, lemak: 20-25%. Jumlah kalori
disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut dan
kegiatan jasmani untuk mempertahankan berat badan idaman.
c. Latihan jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali
seminggu selama kurang lebih 30 menit) merupakan hal penting yang
harus dilakukan untuk menjaga kebugaran, menurunkan berat badan,
memperbaiki sensitifitas insulin sehingga dapat mengendalikan kadar
glukosa darah. Latihan yang dianjurkan adalah latihan yang bersifat
aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging dan berenang. Latihan
sebaiknya dilakukan sesuai umur dam status kesegaran jasmani. Pada
individu yang relative sehat, intensitas latihan dapat ditingkatkan,
sedangkan yang sudah mengalami komplikasi DM latihan dapat dikurangi.
d. Pengobatan farmakologis
Pemberian terapi farmakologi harus diikuti dengan pengaturan pola
makan dan pola hidup sehat. Terapi farmakologi terdiri dari obat oral dan
obat injeksi, yaitu:
Intervensi farmakologis ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum
tercapai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani. Pengelolaan
diabetes secara farmakologis dapat berupa pemberian:
1) Obat hipoglikemik oral (OHO), berdasarkan cara kerjanya, OHO
dibagi atas 4 golongan yaitu:
a) Pemicu sekresi insulin: sulfonilurea dan glinid,
b) Penambah sensitivitas terhadap insulin: biguanid, tiazolidindion,
c) Penghambat glukoneogenesi: Metformin,
d) Penghambat absorbsi glukosa: penghambat glukosidase alfa.
2) Insulin, pemberian insulin lebih dini akan menunujukkan hasil klinis
yang lebih baik, terutama masalah glukotosisitas. Hal ini menunjukkan
hasil perbaikkan fungsi sel beta pankreas.Terapi insulin dapat
mencegah kerusakan endetol, menekan proses inflamasi, mengurangi
kejadian apoptosis serta memperbaiki profil lipid. Insulin diperlukan
pada keadaan:
a) Hiperglikemia berat yang disertai ketosis,
b) Ketoasidosis diabetik,
c) Hiperglikemia dengan asidosis laktat,
d) Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal,
e) Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, stroke, infark
miokardial),
f) Kehamilan dengan diabetes gestasional yang tidak terkendali
dengan perencanaan makan,
g) Gangguan fungsi ginjal dan hati yang berat, (Devi Darliana 2017)
8. KOMPLIKASI
Komplikasi yang biasa dialami pasien diabetes militus menurut Dodik
Hartono tatun 2019 adalah
a. Hipoglikemia
b. Ketoasidosis (DKA)
Kondisi ini dapat menimbulkan penumpukan zat asam yang berbahaya di
dalam darah, sehingga menyebabkan dehidrasi, koma, sesak napas, bahkan
kematian, jika tidak segera mendapat penanganan medis
c. Hiperglikemi. Hiperglikemia jangka panjang dapat berperan menyebabkan
komplikasi mikrovaskular kronik ( penyakit ginjal dan mata) dan
komplikasi neuropatik.
d. Stroke (Wahit dkk., 2012 dalam hartono dodik.2019).
e. Serangan jantung
f. Gagal ginjal
g. Amputasi kaki
h. Penglihatan. Tingginya kadar gula darah dapat merusak pembuluh darah
di retina yang berpotensi menyebabkan kebutaan
i. Kerusakan saraf (WHO,2016 dalam hartono dodik.2019)
j. Gangren (Rubio et al., 2012; Escarcega-Galaz et al., 2017 dalam hartono
dodik.2019 ).
Beberapa komplikasi dari diabetes mellitus menurut (M. Clevo Rendy dan
Margareth 2019) yaitu:
1. Akut
1) Hipoglikemia dan hiperglikemia.
2) Penyakit makrovaskuler: mengenai pembuluh darah besar, penyakit
jantung koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
3) Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati,
nefropati.
4) Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstremitas), saraf otonom
berpengaruh pada gastrointestinal, kardiovaskuler.
2. Kompikasi menahun diabetes mellitus
1) Neuropati diabetik.
2) Retinopati diabetik.
3) Nefropati diabetik.
4) Proteinuria.
5) Kelainan koroner.
6) Ulkus/gangren.
Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain:
1. Grade 0: tidak ada luka
d) Dari Ashim bin Umar bin Qatadah RA, dia memberitahukan bahwa
Jabir bin Abdullah RA pernah menjenguk al-Muqni’ RA, dia
bercerita: “Aku tidak sembuh sehingga aku berbekam, karena
sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda:
‘Sesungguhnya didalamnya terkandung kesembuhan’.” (HR.
Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Ya’la, al-Hakim, al-Baihaqi)
g) Dari Uqbah bin Amir RA, Rasulullah SAW bersabda: “ Ada 3 hal
yang jika pada sesuatu ada kesembuhan, maka kesembuhan itu ada
pada sayatan alat bekam atau minum madu atau membakar bagian
yang sakit. Dan aku membenci pembakaran (sundutan api) dan
tidak juga menyukainya.” (HR. Ahmad dalam Musnad-nya)
h) Dari Ibnu Umar RA, Rasulullah SAW bersabda: “Jika ada suatu
kesembuhan pada obat-obat kalian maka hal itu ada pada sayatan
alat bekam.” Beliau bersabda: “Atau tegukkan madu.” (Kitab
Kasyful Astaar ‘an Zawaa-idil Bazar,karya al-Haitsami, III/388)
i) Dari Ibnu Abbas RA, Nabi SAW bersabda: “Orang yang paling
baik adalah seorang tukang bekam (Al Hajjam) karena ia
mengeluarkan darah kotor, meringankan otot kaku dan
mempertajam pandangan mata orang yang dibekamnya.” (HR.
Tirmidzi, hasan gharib).
k) Dari Anas bin Malik RA, Rasulullah SAW bersabda: “Kalian harus
berbekam dan menggunakan al-qusthul bahri.” (HR. Bukhari,
Muslim, Ahmad, dan an-Nasai dalam kitab as-Sunan al-Kubra no.
7581).
p) Dari Jabir al-Muqni RA, dia bercerita: “Aku tidak akan merasa
sehat sehingga berbekam, karena sesungguhnya aku pernah
mendengar Rasulullah SAW bersabda: ‘Sesungguhnya pada bekam
itu terdapat kesembuhan’.” (Shahih Ibnu Hibban (III/440))
2. Keluhan utama
a) Kondisi hiperglikemi: Penglihatan kabur, lemas, rasa haus dan
banyak kencing, dehidrasi, suhu tubuh meningkat, sakit kepala.
b) Kondisi hipoglikemi Tremor, perspirasi, takikardi, palpitasi,
gelisah, rasa lapar, sakit kepala, susah konsentrasi, vertigo,
konfusi, penurunan daya ingat, patirasa di daerah bibir, pelo,
perubahan emosional, penurunan kesadaran.
d) Eliminasi
Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri
terbakar, kesulitan berkemih, ISK, nyeri tekan abdomen, diare.
Tanda : urine encer, pucat, kuning, poliuri, bising usus lemah,
hiperaktif pada diare.
e) Makanan dan cairan
Gejala: hilang nafsu makan, mual muntah, tidak mengikuti diet,
peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat
badan, haus, penggunaan diuretik.
Tanda: kulit kering bersisik, turgor jelek, kekakuan, distensi
abdomen, muntah, pembesaran tiroid, napas bau aseton
f) Neurosensori
Gejala: pusing, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parastesia,
gangguan penglihatan.
Tanda: disorientasi, mengantuk, letargi, stupor/koma, gangguan
memori, refleks tendon menurun, kejang.
g) Kardiovaskuler
Takikardia / nadi menurun atau tidak ada, perubahan TD postural,
hipertensi dysritmia, krekel, DVJ (GJK)
h) Pernapasan
Gejala: merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa
sputum. Tanda: pernapsan cepat dan dalam, frekuensi meningkat.
i) Seksualitas
Gejala: rabas vagina, impoten pada pria, kesulitan orgasme pada
wanita
j) Gastro intestinal
Muntah, penurunan BB, kekakuan/distensi abdomen, anseitas,
wajah meringis pada palpitasi, bising usus lemah/menurun.
k) Muskulo skeletal
Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot, ulkus pada kaki,
reflek tendon menurun kesemuatan/rasa berat pada tungkai.
l) Integumen
Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung, turgor jelek,
pembesaran tiroid, demam, diaforesis (keringat banyak), kulit
rusak, lesi/ulserasi/ulkus
b. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d resistensi insulin d.d kadar
glukosa dalan darah tinggi
2. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
3. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
4. Hipovolemia b.d Kehilangan cairan aktif d.d merasa lemah
5. Keletihan b.d kondisi fisiologis (mis. penyakit kronis) d.d dengan
mengeluh lelah
6. Intoleransi aktivitas b.d imobilitas, kelemahan d.d merasa lemah
7. Gangguan eliminasi urine b.d penurunan kapasitas kandung kemih d.d
sering kencing
c. Intervensi
Sartika F, Hestiani N.2019. Kadar Hba1c Pada Pasien Wanita Penderita Diabetes
Mellitus Tipe 2 Di Rsud Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Borneo Journal
Of Medical Laboratory Technology. Vol.2. p.1. ISSN : 2622-6111
Syarifuddin. 2014. Anatomi Fisiologi edisi 4. ECG. Jakarta
TH, M.Clevo Rendy Margaret. 2019. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan
Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.
Wati Yesi S , Zukhra RM , Permanasari I. 2020. Konsumsi Rebusan Daun Sirih
Merah Efektif Terhadap Perubahan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes
Mellitus. Jurnal Ilmu Kebidanan. Vol. 9, No. 2. P-ISSN: 2338-2139 E-ISSN:
2622-3457. Https://Jurnal.Stikes-Alinsyirah.Ac.Id/Index.Php/Kebidanan
Tim pokja SIKI DPP PPNI standart intervensi keperawatan Indonesia definisi
dan tindakan keperawatan 2018 Edisi 1.jakarta
Tim pokja SIKI DPP PPNI standart diagnos keperawatan Indonesia definisi dan
tindakan keperawatan 2018 Edisi 1.jakarta
Tim pokja SIKI DPP PPNI standart luaran keperawatan Indonesia definisi dan
tindakan keperawatan 2018 Edisi 1.jakarta