Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KEPERAWATAN KOMPLEMENTER PADA PASIEN DENGAN KASUS


“DIABETES MILITUS”
DI KLINIK HOLOSTICNURSING THERAPHY

Di susun oleh :

UMMI LATIFAH
14201.10.18041

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
TAHUN AKADEMIK 2021-2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KOMPLEMENTER PADA PASIEN DENGAN KASUS


“DIABETES MILITUS”
DI KLINIK HOLOSTICNURSING THERAPHY

Probolinggo, Juli 2022

Mahasiswa

Mengetahui

CI Akademik CI Rumah Sakit

Kepala Ruangan
1. ANATOMI FISIOLOGI
Pankreas adalah suatu organ berupa kelenjar yang terletak
retroperiontenial dalam abdomen bagian atas, didepan vertebrae lumbalis I
dan II dengan panjang dan tebal sekitar 12,5 cm dan tebal 2,5 cm yang
terbentang dari atas sampai ke lengkungan besar dari perut dan biasanya
dihubungkan oleh dua saluran duodenum atau 12 usus jari (Syarifuddin,
2014).
Pankreas memeliki fungsi pencernaan dan hormonal. Salah satu bagian
dari prankeas adalah prankeas eksokrin, mengeluarkan enzim pencernaan.
Bagian lain dari prankeas yaitu prankeas endokrin, mengeluarkan hormone
yang disebut insulin dan glucagon. Hormon-hormon ini mengatur kadar
glukosa dalam darah (Nugrahaeni.2020)

Pankreas manusia secara anatomi letaknya menempel pada duodenum dan


terdapat kurang lebih 200.000 – 1.800.000 pulau Langerhans. Dalam pulau
langerhans jumlah sel beta normal pada manusia antara 60% - 80% dari
populasi sel Pulau Langerhans. Pankreas berwarna putih keabuan hingga
kemerahan. Organ ini merupakan kelenjar majemuk yang terdiri atas jaringan
eksokrin dan jaringan endokrin. Jaringan eksokrin menghasilkan enzim-enzim
pankreas seperti amylase, peptidase dan lipase, sedangkan jaringan endokrin
menghasilkan hormon-hormon seperti insulin, glukagon dan somatostatin
(Dolensek, Rupnik & Stozer, 2015).
Pankreas dibagi menurut bentuknya :
A. Kepala (kaput) yang paling lebar terletak di kanan rongga abdomen,
masuk lekukan sebelah kiri duodenum yang praktis melingkarinya.
B. Badan (korpus) menjadi bagian utama terletak dibelakang lambung dan di
depan vertebra lumbalis pertama.
C. Ekor (kauda) adalah bagian runcing di sebelah kiri sampai menyentuh
pada limpa (lien).
Pankreas terdiri dari dua jaringan utama yaitu :
A. Asinus, yang mengekskresikan pencernaan ke dalam duodenum.
B. Pulau Langerhans, yang tidak mempunyai alat untuk mengeluarkan
getahnya namun sebaliknya mensekresi insulin dan glukagon langsung
kedalam darah.
Pulau Langerhans mempunyai 4 macam sel yaitu (Dolensek, Rupnik & Stozer,
2015) :
A. Sel Alfa untuk sekresi glukagon
Efek glukagon ini juga sama dengan efek kortisol, GH dan
epineprin. Dalam meningkatkan kadar gula darah, glukagon
merangsang glikogenolisis (pemecahan glukogen menjadi glukosa) dan
meningkatkan transportasi asam amino dari otot serta meningktakan
glukoneogenesis (Pemecahan glukosa dari yang bukan karbohidrat).
Dalam metabolisme lemak, glukagon, meningkatkan lipolisis ( Pemecahan
lemak ).
B. Sel Beta untuk sekresi insulin
Insulin sebagai hormon anabolik terutama akan meningkatkan
difusi glukosa melalui membran sel jaringan.
C. Sel Delta untuk sekresi somatostatin
Fungsinya belum jelas diketahui. Hasil dari sistem endokrin ini
langsung dialirkan kedalam peredaran darah dibawa ke jaringan tanpa
melewati duktus untuk membantu metabolisme karbohidrat
D. Sel Pankreatik
Hubungan yang erat antar sel-sel yang ada pada pulau Langerhans
menyebabkan pengaturan secara langsung sekresi hormon dari jenis
hormon yang lain. Terdapat hubungan umpan balik negatif langsung
antara konsentrasi gula darah dan kecepatan sekresi sel alfa, tetapi
hubungan tersebut berlawanan arah dengan efek gula darah pada sel beta.
Kadar gula darah akan dipertahankan pada nilai normal oleh peran
antagonis hormon insulin dan glucagon.
2. PENGERTIAN
Diabetes mellitus (DM) atau kencing manis, merupakan salah satu
penyakit yang ditandai dengan tingginya nilai glukosa dalam darah. Diabetes
mellitus disebabkan oleh gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan
protein, serta ketidakcukupan insulin yang dibutuhkan oleh tubuh. Banyak
faktor yang menyebabkan penyakit ini, diantaranya berupa pola makan,
obesitas (kegemukan), faktor genetis, bahan-bahan kimia dan obat-obatan,
penyakit dan infeksi pada pankreas, dan kehamilan (Stevani, 2016 dalam
kurnia.2020).
Diabetes menurut American Diabetes Association (ADA) suatu kelompok
penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia (tingginya kadar gula
darah) yang terjadi karena kelainan sekresi (pengeluaran) insulin, kerja insulin
atau keduanya (Chalid 2018 dalam Ririn Dwi Saputri 2020).
Diabetes Mellitus (DM) merupakan sekelompok kelainan metabolik yang
ditandai dengan kenaikan kadar gula darah akibat adanya kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau keduanya (Gustaviani, 2006 dalam
PH,Livana.dkk.2018).
Penyakit diabetes mellitus atau “kencing manis” merupakan salah satu
penyakit yang prevalensinya kian meningkat. Diabetes mellitus merupakan
kelainan pengolahan karbohidrat dalam tubuh yang disebabkan kurangnya
hormon insulin, sehingga karbohidrat tidak dapat dipergunakan oleh sel untuk
diubah menjadi tenaga. Akibatnya, karbohidrat yang ada didalam tubuh dalam
bentuk glukosa akan tertunpuk dalam darah sehingga terjadi peningkatan
glukosa dalam darah (darcey.2012. dalam putra agung.2020).
Kesimpulannya adalah diabetes militus adalah penyakit metobolik yang
ditandai dengan tingginya glukosa dalam darah karena produksi hormone
insulin menurun atau bahkan tidak dapat memproduksi insulin.
Klasifikasi diabetes
A. Diabetes militus 1
Menurut Hupfeld, 2016 Diabetes yang tergantung insulin ditandai
dengan penghancuran sel-sel beta pancreas yang disebabkan oleh :
1) Faktor genetik penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecendrungan genetik kearah
terjadinya diabetes tipe 1.
2) Faktor imunologi (autoimun).
Pada Diabetes Melitus tipe I, pankreas kurang atau tidak memproduksi
insulin, karena terjadi masalah gentik, virus atau autoimun. Diabetes
Mellitus tipe I disebabkan oleh faktor genetika, faktor imunologik, dan
faktor lingkungan (Sari, 2016). Diabetes mellitus tipe I biasanya terjadi
pada orang yang usianya lebih muda, meskipun dapat juga terjadi pada
orang dewasa. Pada kondisi seperti ini, penderita akan selalu memerlukan
suntikan insulin ke tubuhnya (Faidal AN, Santika YDP.2020).
B. Diabetes militus II
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin. DM
tipe II bervariasi mulai dari yang dominan resistensi insulin disertai
defisiensi insulin relatif sampai efek insulin disertai resistensi insulin.
Faktor resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II,
yaitu :
1) Genetik
DM tipe II sangat dipengaruhi oleh faktor genetik. Seorang anak
memiliki risiko 15 % menderita DM tipe II jika salah satu dari kedua
orang tuanya menderita DM tipe II. Anak dengan kedua orang tua
menderita DM tipe II mempunyai risiko 75 % untuk menderita DM
tipe II dan anak dengan ibu menderita DM tipe II mempunyai risiko
10-30 % lebih besar daripada anak dengan ayah menderita DM tipe II.
2) Stres
Stres kronik cenderung membuat seseorang mencari makanan
yang cepat saji kaya pengawet, lemak, dan gula. Makanan ini sangat
berpengaruh besar terhadap kerja pankreas. Stres juga meningkatkan
kerja metabolisme dan meningkatkan kebutuhan akan sumber energi
yang berakibat pada peningkatan erja pankreas. Beban kerja yang
tinggi membuat pankreas mudah rusak sehingga berdampak pada
produksi insulin (Aini, 2016).
3) Lifestyle dan Nutrisi
Ada hubungan yang signifikan antara pola makan dengan kejadian
diabetes melitus tipe II. Pola makan yang buruk merupakan faktor
risiko yang paling berperan dalam kejadian diabetes melitus tipe II.
Pengaturan diet yang sehat dan teratur sangat perlu diperhatikan
terutama pada wanita. Pola makan yang buruk dapat menyebabkan
kelebihan berat badan dan obesitas yang kemudian dapat menyebabkan
DM tipe II (Aini, 2016).
Perilaku hidup sehat dapat dilakukan dengan melakukan aktivitas
fisik yang teratur. Manfaat dari aktivitas fisik sangat banyak dan yang
paling utama adalah mengatur berat badan dan memperkuat sistem dan
kerja jantung. Aktivitas fisik atau olahraga dapat mencegah munculnya
penyakit DM tipe II. Sebaliknya, jika tidak melakukan aktivitas fisik
maka risiko untuk menderita penyakit DM tipe II akan semakin tinggi
(Aini, 2016).
4) Obesitas
Pola makan yang buruk seperti terlalu banyak mengkonsumsi
karbohidrat, lemak dan protein dan tidak melakukan aktivitas fisik
merupakan faktor risiko dari obesitas. Obesitas merupakan faktor
risiko yang berperan penting dalam DM tipe II karena obesitas dapat
menyebabkan terjadinya resitensi insulin di jaringan otot dan adipose.
Obesitas mengakibatkan sel-sel β pankreas mengalami hipertrofi
sehingga berpengaruh terhadap fungsinya dalam memproduksi insulin.
Pada kondisi obesitas juga menyebabkan penurunan adiponektin, yaitu
hormon yang dihasilkan adiposit yang berfungsi untuk memperbaiki
sensitivitas insulin dengan cara menstimulasi peningkatan penggunaan
glukosa dan oksidasi asam lemak otot serta hati sehingga kadar
trigliserida menurun. Penurunan adiponektin menyebabkan resistensi
insulin (Renaldy, 2009; Umar dan Adam, 2009 dalam Aini, 2016).
5) Usia
Usia yang semakin bertambah akan berbanding lurus dengan
peningkatan risiko menderita penyakit diabetes melitus karena jumlah
sel beta pankreas yang produktif memproduksi insulin akan berkurang.
Hal ini terjadi terutama pada umur yang lebih dari 40 tahun. Penurunan
fisiologis ini berisiko pada penurunan funsi endokrin pankreas untuk
memproduksi insulin (Aini, 2016).
6) Jenis kelamin
Wanita lebih memiliki potensi untu menderita DM tipe II dari pada
pria karena adanya perbedaan anatomi dan fisiologi. Secara fisik
wanita memiliki peluang untuk mempunyai indeks massa tubuh di atas
normal. Selain itu, adanya menopouse pada wanita dapat
mengakibatkan pendistribusian lemak tubuh tidak merata dan
cenderung terakumulasi (Aini, 2016).
Diabetes Mellitus tipe II terjadi karena kombinasi kecacatan dalam
produksi insulin dan resistensi terhadap insuliun atau berkurangnya
sensitivitas terhadap insulin. Sistem pankreas tetap menghasilkan insulin
walaupun kadang kadarnya lebih tinggi dari normal. Tetapi tubuh
membentuk kekebalan terhadap efeknya, sehingga terjadi kekurangan
insulin relative (Faidal AN, Santika YDP.2020).
C. Diabetes Gestasional
Kasus ini terjadi pada 2% sampai 5% dari semua kehamilan, tetapi
biasanya akan menghilang ketika kehamilan berakhir. Wanita hamil
memiliki cukup insulin, tetapi efek insulin sebagian diblokir oleh berbagai
hormon lain yang diproduksi di plasenta. Kondisi ini disebut resistensi
insulin. (Handani Sri.2020 ).
D. Diabetes tipe lainnya
 Terjadi karena kelainan kromosom dan mitokondria DNA
 Disebabkan karena infeksi dari rubella congenital dan
cytomegalovirus
 Penyakit eksokrin pancreas (fibrosis kistik, pankreatitis)
 Disebabkan oleh obat atau zat kimia (misalnya penggunaan
glukokortikoid pada terapi HIV/AIDS atau setelah transplantasi organ)
 Disebabkan sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM 3
(Febrinasari RP. dkk. 2020)
3. ETIOLOGI
A. Diabetes mellitus tergantung insulin (DM tipe I)
1) Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah
terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada
individu yang memiliki tipe antigen HLA (PERKENI, 2015).
2) Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal
dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah
sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau
Langerhans dan insulin endogen (PERKENI, 2015).
3) Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel beta pankreas
sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin
tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan
destruksi sel beta pankreas.
Faktor lingkungan diyakini memicu perkembangan DM tipe I.
Pemicu tersebut dapat berupa infeksi virus (campak, rubela, atau
koksakievirus B4) atau bahkan kimia beracun, misalnya yang dijumpai
di daging asap dan awetan. Akibat pajanan terhadap virus atau bahan
kimia, respon autoimun tidak normal terjadi ketika antibody merespon
sel beta islet normal seakan-akan zat asing sehingga akan
menghancurkannya (M. Clevo Rendy dan Margareth Th, 2019).
B. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui.
Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi
insulin. (M. Clevo Rendy dan Margareth Th, 2019).
Faktor-faktor resiko :
1) Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
2) Obesitas
3) Riwayat keluarga

Faktor penyebab dari terjadinya DM tipe II yaitu resistensi insulin atau


kegagalan produksi insulin oleh selβ pankreas (ADA, 2019).
4. MANIFESTASI KLINIS
Gejala yang biasanya dialami penderita diabetes adalah
A. Mudah merasa lapar (Faida, Santika.2020) ini terjadi karena glukosa
keluar bersama urine yang menyebabkan klien akan mengalami
keseimbangan protein negatife dan berat badan menurun (Hartono Dodik.
2019)
B. Banyak minum karena dehidrasi akibat sering buang air kecil
C. Sering buang air kecil (Faida, Santika.2020)
D. Sering sekali untuk tidur atau sering merasa kantuk. Namun, anak muda
yang sering merasakan kantuk atau suka sekali dengan tidur, tidak selalu
terserang dengan tanda-tanda Diabetes Melitus. Mereka bisa saja terkena
pe-nyakit kurang darah atau anemia. (Faida, Santika.2020)
E. Sering mudah lelah dan mengantuk disebabkan karena kurangnya atau
hilangnya protein dan tubuh dan juga kurangnya penggunaan karbohidrat
untuk energi. (Hartono Dodik. 2019 )
Menurut Handani Sri.2020 gejala yang ditimbulkan adalah
A. Penurunan berat badan
B. Kelebihan berat badan
C. Gangguan penglihatan
D. Gatal-gatal pada kulit
E. Kesemutan
F. Proses penyembuhan luka lama/sulit
G. Riwayat keluarga penderita diabetes selama kehamilan
H. Insomnia
I. Kulit kering
J. Sakit dan nyeri
5. PATHWAY
DM TIPE 1 DM TIPE 2 DM LAIN

Reaksi auto usia, genetik penyakit


Imun pola makan,dll prankeas

sel β prankeas jumlah sel β pran- sekresi insulin


hancur keas menurun menurun

DIABETES MILITUS

Hiperglikemia tubuh gagal meregulasi hiperglikemi

Ketidak-
Glukosuria peningkatan gula jumlah glukosa
stabilan kadar
Darah kronik dalam sel glukosa darah
Diuresis
Osmotic G3 fungsi imun impuls ke otak

Poliuria infeksi, G3 penyem rangsangan


Buhan luka lapar
Gangguan
eliminasi Dehidrasi ektra
Gangguan
urin Dan intra selular nekrosis integritas polipagia
kulit
Polidpsia pembedahan: BB turun
amputasi

Hipovolemia Defisit nutrisi


Nyeri
nm Intoleransi
aktifitas
Defisit ATP

penurunan masa otot pembongkaran glikogen ATP diambil


dan kelemahan oleh sel otot Dari lemak dan otot

Keletihan

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan urine (untuk mengetahui adanya kandungan glukosa dalam
urin)
B. Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl. Puasa adalah kondisi
tidak ada asupan kalori minimal 8 jam, atau
C. Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2 jam setelah Tes Toleransi
Glukosa Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram, atau
D. Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl dengan keluhan klasik
(poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan yang tidak dapat
dijelaskan sebabnya), atau
E. Pemeriksaan HbA1c dapat digunakan sebagai acuan untuk monitoring
penyakit diabetes mellitus karena HbA1c ini dapat memberikan informasi
yang lebih jelas tentang keadaan yang sebenarnya pada penderita diabetes
mellitus. Pemeriksaan HbA1c merupakan pemeriksaan yang
mencerminkan kadar glukosa darah rata-rata selama kurun waktu 2-3
bulan. (Sartika. Hestiani. 2019).
7. PENATALAKSANAAN
Empat pilar penatalaksanaan diabetes yaitu edukasi, terapi gizi medis,
latihan jasmani, dan terapi farmakologi (Perkeni, 2006 dalam Graceistin
Ruben dkk,2016 dalam hartono dodik.2019).
Menurut Febrinasari RP.Dkk.2020 pengendalian atau penatalaksanaan
untuk pasien diabetes militus sebegai berikut:
a. Pengaturan makan Pengaturan makan atau diet pada penderita DM
prinsipnya hampir sama dengan pengaturan makanan pada masyarakat
umumnya yaitu dengan mempertimbangkan jumlah kebutuhan kalori serta
gizi yang seimbang. Penderita DM ditekankan pada pengaturan dalam 3 J
yakni keteraturan jadwal makan, jenis makan, dan jumlah kandungan
kalori. Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari karbohidrat yang
tidak lebih dari 45-65% dari jumlah total asupan energi yang dibutuhkan,
lemak yang dianjurkan 20-25% kkal dari asupan energi, protein 10-20%
kkal dari asupan energi.
b. Olahraga
Olahraga atau latihan jasmani seharusnya dilakukan secara rutin yaitu
sebanyak 3-5 kali dalam seminggu selama kurang lebih 30 menit dengan
jeda latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut. Kegiatan sehari-hari atau
aktivitas sehari-hari bukan termasuk dalam olahraga meskipun dianjurkan
untuk selalu aktif setiap hari. Olahraga selain untuk menjaga kebugaran
juga dapat menurunkan berat badan guna untuk memperbaiki sensitivitas
insulin, sehingga dapat mengedalikan kadar gula darah sehingga dapat
menurunkan kadar HbA1c. Jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan
berenang merupakan latihan yang bersifat aerobic dan latihan ini
merupakan latihan yang sangat dianjurkan bagi pasien DM ( Sari N,
Purnama A. 2019 ). Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur
dan status kesegaran jasmani. Kegiatan yang kurang gerak seperti
menonton televisi perlu dibatasi atau jangan terlalu lama. Apabila kadar
gula darah <100 mg/dl maka pasien DM dianjurkan untuk makan terlebih
dahulu, dan jika kadar gula darah > 250 mg/dl maka latihan harus ditunda
terlebih dahulu. Kegiatan fisik sehari-hari bukan dikatakan sebagai latihan
jasmani.
c. Pengobatan
Pengobatan pada penderita DM diberikan sebagai tambahan jika
pengaturan diet serta olahraga belum dapat mengendalikan gula darah.
Pengobatan disini berupa pemberian obat hiperglikemi oral (OHO) atau
injeksi insulin. Dosis pengobatan ditentukan oleh dokter.
d. Pemeriksaan gula darah
Pemeriksaan gula darah digunakan untuk memantau kadar gula darah.
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan kadar gula darah puasa
dan glukosa 2 jam setelah makan yang bertujuan untuk mengetahui
keberhasilan terapi yang telah dilakukan seperti di atas. Selain itu pada
pasien yang telah mencapai sasaran terapi disertai dengan kadar gula yang
terkontrol maka pemeriksaan tes hemoglobin terglikosilasi (HbA1C) bisa
dilakukan minimal 1 tahun 2 kali. Selain itu pasien DM juga dapat
melakukan pemeriksaan gula darah mandiri (PGDM) dengan
menggunakan alat yang sederhana serta mudah untuk digunakan
(glukometer).
Menurut Devi Darliana 2017 Penatalaksanaan DM dilakukan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita DM. Pilar
Penatalaksanaan DM ada 4 yaitu:
a. Edukasi,
Edukasi diabetes adalah pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan
dan ketrampilan bagi pasien diabetes yang bertujuan menunjang
perubahan perilaku untuk meningkatkan pemahaman pasien akan
penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai kesehatan yang optimal,
penyesuaian keadaan psikologik serta kualitas hidup yang lebih baik.
Edukasi merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan pasien
diabetes.
b. Pola makan
Terapi gizi medis, keberhasilan terapi gizi medis (TGM) dapat dicapai
dengan melibatkan seluruh tim (dokter, ahli gizi, perawat, serta pasien itu
sendiri). Setiap pasien DM harus mendapat TGM sesuai dengan
kebutuhannya untuk mencapai sasaran terapi. Pasien DM perlu ditekankan
pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal, jenis dan jumlah
makanan, terutama pasien yang menggunakan obat penurun glukosa darah
atau insulin. Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi
seimbang baik karbohidrat, protein dan lemak sesuai dengan kecukupan
gizi: Karbohidrat: 6070%, protein: 10-15%, lemak: 20-25%. Jumlah kalori
disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut dan
kegiatan jasmani untuk mempertahankan berat badan idaman.
c. Latihan jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali
seminggu selama kurang lebih 30 menit) merupakan hal penting yang
harus dilakukan untuk menjaga kebugaran, menurunkan berat badan,
memperbaiki sensitifitas insulin sehingga dapat mengendalikan kadar
glukosa darah. Latihan yang dianjurkan adalah latihan yang bersifat
aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging dan berenang. Latihan
sebaiknya dilakukan sesuai umur dam status kesegaran jasmani. Pada
individu yang relative sehat, intensitas latihan dapat ditingkatkan,
sedangkan yang sudah mengalami komplikasi DM latihan dapat dikurangi.
d. Pengobatan farmakologis
Pemberian terapi farmakologi harus diikuti dengan pengaturan pola
makan dan pola hidup sehat. Terapi farmakologi terdiri dari obat oral dan
obat injeksi, yaitu:
Intervensi farmakologis ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum
tercapai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani. Pengelolaan
diabetes secara farmakologis dapat berupa pemberian:
1) Obat hipoglikemik oral (OHO), berdasarkan cara kerjanya, OHO
dibagi atas 4 golongan yaitu:
a) Pemicu sekresi insulin: sulfonilurea dan glinid,
b) Penambah sensitivitas terhadap insulin: biguanid, tiazolidindion,
c) Penghambat glukoneogenesi: Metformin,
d) Penghambat absorbsi glukosa: penghambat glukosidase alfa.
2) Insulin, pemberian insulin lebih dini akan menunujukkan hasil klinis
yang lebih baik, terutama masalah glukotosisitas. Hal ini menunjukkan
hasil perbaikkan fungsi sel beta pankreas.Terapi insulin dapat
mencegah kerusakan endetol, menekan proses inflamasi, mengurangi
kejadian apoptosis serta memperbaiki profil lipid. Insulin diperlukan
pada keadaan:
a) Hiperglikemia berat yang disertai ketosis,
b) Ketoasidosis diabetik,
c) Hiperglikemia dengan asidosis laktat,
d) Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal,
e) Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, stroke, infark
miokardial),
f) Kehamilan dengan diabetes gestasional yang tidak terkendali
dengan perencanaan makan,
g) Gangguan fungsi ginjal dan hati yang berat, (Devi Darliana 2017)
8. KOMPLIKASI
Komplikasi yang biasa dialami pasien diabetes militus menurut Dodik
Hartono tatun 2019 adalah
a. Hipoglikemia
b. Ketoasidosis (DKA)
Kondisi ini dapat menimbulkan penumpukan zat asam yang berbahaya di
dalam darah, sehingga menyebabkan dehidrasi, koma, sesak napas, bahkan
kematian, jika tidak segera mendapat penanganan medis
c. Hiperglikemi. Hiperglikemia jangka panjang dapat berperan menyebabkan
komplikasi mikrovaskular kronik ( penyakit ginjal dan mata) dan
komplikasi neuropatik.
d. Stroke (Wahit dkk., 2012 dalam hartono dodik.2019).
e. Serangan jantung
f. Gagal ginjal
g. Amputasi kaki
h. Penglihatan. Tingginya kadar gula darah dapat merusak pembuluh darah
di retina yang berpotensi menyebabkan kebutaan
i. Kerusakan saraf (WHO,2016 dalam hartono dodik.2019)
j. Gangren (Rubio et al., 2012; Escarcega-Galaz et al., 2017 dalam hartono
dodik.2019 ).
Beberapa komplikasi dari diabetes mellitus menurut (M. Clevo Rendy dan
Margareth 2019) yaitu:
1. Akut
1) Hipoglikemia dan hiperglikemia.
2) Penyakit makrovaskuler: mengenai pembuluh darah besar, penyakit
jantung koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
3) Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati,
nefropati.
4) Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstremitas), saraf otonom
berpengaruh pada gastrointestinal, kardiovaskuler.
2. Kompikasi menahun diabetes mellitus
1) Neuropati diabetik.
2) Retinopati diabetik.
3) Nefropati diabetik.
4) Proteinuria.
5) Kelainan koroner.
6) Ulkus/gangren.
Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain:
1. Grade 0: tidak ada luka

2. Grade 1: kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit.


3. Grade 2: kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
4. Grade 3: terjadi abses
5. Grade 4: gangren pada kaki bagian distal
6. Grade 5: gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal
9. HIJAMAH
1. DEFINISI
Kata "Hijamah" berasal dari bahasa Arab, dari kata Al Hijmu yang
berarti pekerjaan membekam. Al Hajjam berarti ahli bekam. Nama lain
bekam adalah canduk, canthuk, kop, mambakan, di Eropa dikenal
dengan istilah "Cuping Therapeutic Method". Bekam atau hijamah
berarti torehan darah. Bekam hanya boleh dilakukan pada pembekuan /
penyumbatan pembuluh darah, karena fumgsi bekam yang
sesungguhnya adalah untuk mengeluarkan darah kotor dari dalam
tubuh.
Bekam merupakan metode pengobatan dengan cara mengeluarkan
darah kotor dari dalam tubuh melalui permukaan kulit. Bekam adalah
pengobatan yang sudah dikenal sejak ribuan tahun sebelum masehi
nama lainya adalah canduk, canthuk, kop mambakan, di Eropa dikenal
dengan istilah “Cupping Therapiotic Method”. Dalam bahasa mandarin
disebut Pa Hou Kuan.
2. JENIS HIJAMAH
Jenis bekam diantaranya adalah:
a) Bekam kering atau bekam angina, yaitu menghisap permukaan
kulit dan memijat tempat sekitarnya tanpa mengeluarkan darah
kotor. Bekam kering ini berkhasiat untuk pengobatan secara darurat
atau digunakan untuk meringankan nyeri punggung karena
rheumatic, juga penyakit – penyakit nyeri punggung. Kulit yang
dibekam akan tampak merah kehitam-hitaman selama 3 hari.
b) Bekam luncur, dilakukan dengan cara mengkop pada bagian
tubuh ttertentu dan meluncurkan ke bagian tubuh yang lain.
Teknik bekam ini biasa dilakukan untuk pemanasan pasien yang
berfungsi untuk melancarkan peredaran darah, pelemasan otot,
dan menyehatkan kulit.
c) Bekam tarik, dilakukan seperti ditarik-tarik. Dibekam hanya
beberapa detik kemudian ditarik dan ditempelkan lagi hingga
kulit menjadi merah.
d) Bekam basah, yaitu mengeluarkan darah kotor setelah bekam
kering dengan melukai permukaan kulit dengan menggunakan
jarum (lancet), lalu di sekitarnya dihisap dengan alat cupping set
dan hand pump. Lamanya setiap hisapan 3 sampai 5 menit, dan
maksimal 9 menit, lalu darah kotor dibuang. Penghisapan tidak
lebih dari tujuh kali isapan. Darah kotor berupa darah merah
pekat dan berbuih.
3. HADITS KEUTAMAAN danMANFAAT HIJAMAH
Kasmui dalam bukunya yang berjudul “Bekam : Pengobatan
Menurut Sunnah Nabi“ memaparkan hadits-hadits yang
mengungkapkan keutamaan serta manfaat dari bekam atau al-hijamah
sebagai berikut:

a) Sesungguhnya cara pengobatan paling ideal yang kalian


pergunakan adalah hijamah (bekam) (Muttafaq ‘alaihi, Shahih
Bukhari (no. 2280) dan Shahih Muslim (no. 2214)
b) Sebaik-baik pengobatan yang kalian lakukan adalah al hijamah
(HR. Ahmad, shahih).

c) Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya pada bekam itu


terkandung kesembuhan.” (Kitab Mukhtashar Muslim (no. 1480),
Shahihul Jaami’ (no. 2128) dan Silsilah al-Hadiits ash-Shahiihah
(no. 864), karya Imam al-Albani)

d) Dari Ashim bin Umar bin Qatadah RA, dia memberitahukan bahwa
Jabir bin Abdullah RA pernah menjenguk al-Muqni’ RA, dia
bercerita: “Aku tidak sembuh sehingga aku berbekam, karena
sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda:
‘Sesungguhnya didalamnya terkandung kesembuhan’.” (HR.
Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Ya’la, al-Hakim, al-Baihaqi)

e) Kesembuhan bisa diperoleh dengan 3 cara yaitu: sayatan pisau


bekam, tegukan madu, sundutan api. Namun aku tidak menyukai
berobat dengan sundutan api  ( HR. Muslim).
f) Penyembuhan terdapat dalam tiga hal, yakni meminum madu,
sayatan alat bekam, dan sundutan dengan api. Dan aku melarang
umatku berobat dengan  sundutan api. (HR. Bukhori)

g) Dari Uqbah bin Amir RA, Rasulullah SAW bersabda: “ Ada 3 hal
yang jika pada sesuatu ada kesembuhan, maka kesembuhan itu ada
pada sayatan alat bekam atau minum madu atau membakar bagian
yang sakit. Dan aku membenci pembakaran (sundutan api) dan
tidak juga menyukainya.” (HR. Ahmad dalam Musnad-nya)

h) Dari Ibnu Umar RA, Rasulullah SAW bersabda: “Jika ada suatu
kesembuhan pada obat-obat kalian maka hal itu ada pada sayatan
alat bekam.” Beliau bersabda: “Atau tegukkan madu.” (Kitab
Kasyful Astaar ‘an Zawaa-idil Bazar,karya al-Haitsami, III/388)

i) Dari Ibnu Abbas RA, Nabi SAW bersabda: “Orang yang paling
baik adalah seorang tukang bekam (Al Hajjam) karena ia
mengeluarkan darah kotor, meringankan otot kaku dan
mempertajam pandangan mata orang yang dibekamnya.” (HR.
Tirmidzi, hasan gharib).

j) Jika pada sesuatu yang kalian pergunakan untuk berobat itu


terdapat kebaikan, maka hal itu adalah berbekam (Shahih Sunan
Ibnu Majah, karya Syaikh Al-Albani (II/259), Shahih Sunan Abu
Dawud, karya Syaikh Al-Albani (II/731)).

k) Dari Anas bin Malik RA, Rasulullah SAW bersabda: “Kalian harus
berbekam dan menggunakan al-qusthul bahri.” (HR. Bukhari,
Muslim, Ahmad, dan an-Nasai dalam kitab as-Sunan al-Kubra no.
7581).

l) Dari Abdullah bin Mas’ud RA, dia berkata: “Rasulullah SAW


pernah menyampaikan sebuah hadits tentang malam dimana beliau
diperjalankan bahwa beliau tidak melewati sejumlah malaikat
melainkan mereka semua menyuruh beliau SAW dengan
mengatakan: ‘Perintahkanlah umatmu untuk berbekam’.” (Shahih
Sunan at-Tirmidzi, Syaikh al-Albani (II/20), hasan gharib).

m)Pada malam aku di-isra’kan, aku tidak melewati sekumpulan


malaikat melainkan mereka berkata: “Wahai Muhammad  suruhlah
umatmu melakukan bekam.” (HR Sunan Abu Daud, Ibnu Majah,
Shahih Jami’us Shaghir 2/731)

n) Dari Ibnu ‘Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah aku


berjalan melewati segolongan malaikat pada malam aku diisra’kan,
melainkan mereka semua mengatakan kepadaku: ‘Wahai
Muhammad, engkau harus berbekam’.” (Shahih Sunan Ibnu Majah,
Syaikh al-Albani (II/259))

o) Dari Ibnu Umar RA, Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah aku


melewati satu dari langit-langit yang ada melainkan para malaikat
mengatakan: ‘Hai Muhammad, perintahkan ummatmu untuk
berbekam, karena sebaik-baik sarana yang kalian pergunakan untuk
berobat adalah bekam, al-kist, dan syuniz semacam tumbuh-
tumbuhan’.” (Kitab Kasyful Astaar ‘an Zawaa-idil Bazar, karya al-
Haitsami, III/388)

p) Dari Jabir al-Muqni RA, dia bercerita: “Aku tidak akan merasa
sehat sehingga berbekam, karena sesungguhnya aku pernah
mendengar Rasulullah SAW bersabda: ‘Sesungguhnya pada bekam
itu terdapat kesembuhan’.” (Shahih Ibnu Hibban (III/440))

q) Dari Anas RA, dia bercerita: “Rasulullah SAW bersabda: ‘Jika


terjadi panas memuncak, maka netralkanlah dengan bekam
sehingga tidak terjadi hipertensi pada salah seorang diantara kalian
yang akan membunuhnya’.” (diriwayatkan oleh al-Hakim dalam
kitab al-Mustadrak, dari Anas RA secara marfu’, beliau
mensyahihkannya yang diakui pula oleh adz-Dzahabi (IV/212)).
i. Manfaat Bekam ternyata telah diteliti oleh kalangan medis. Tetapi
menurut kajian medis manfaat dan cara kerja bekam tidak berkaitan
dengan darah kotor atau mengeluarkan angin, seperti yang
dianalogikan oleh masyarakat non medis. Menurut dunia medis
Darah kotor atau racun dalam darah tidak dapat hanya di buang
dengan mengeluarkan hanya sebagian kecil dalam darah seperti
yang dilakukan saat bekam. Padahal racun dalam darah beredar di
seluruh tubuh. Sebenarnya secara alamiah fungsi detoksifikasi atau
pengeluaran dapat dilakukan oleh organ ginjal dan hati dan hati
merupakan kelenjar terbesar didalam tubuh yang berfungsi sebagai
alat ekresi atau pengeluaran jantung.
Beberapa manfaat bekam kering adalah:
1) Menghilangkan pegal-pegal dan linu-linu pada sendi dan otot
karenamasuk angin.
2) Meningkatkan kekebalan tubuh.
3) Pelepasan neurotransmitter (rasa nyeri).
4) Mengurangi kaku leher dan kaku pundak karena angin.\

Adapun manfaat dari bekam basah adalah:

1) Membuang darah kotor (racun yang berbahaya) dari dalam


tubuh melalui permukaan kulit
2) Mengurangi darah kental pada tubuh
3) Mengurangi sakit kepala, migraine, leher kaku, dan mencegah
stroke
4) Mengatasi gangguan tekanan darah yang tidak normal
5) Menghilangkan kejang-kejang dan keram yangterjadi pada otot
6) Membantu dalam pengobatan mata
7) Mengatasi gangguan kulit, alergi dan gatal-gatal
8) Menghilangkan zat sisa endapan pada sumbatan pembuluh
darah kecilbiasanya terdapat pada kulit, sisa endapan tersebut
dapat menghambat aruspembuluh darah balik, endapan
tersebut biasanya kolestrol ataupun sisa metabolic dan toxin
9) Merangsang pembentukan sel darah merah yang baru
10) Meningkatkan efektifitas penyampaian zat makanan dan
oksigen ke semuasel karena terbentuknya sel darah merah
yang baru
11) Mencegah kekakuan pembuluh darah

10. TUJUAN HIJAMAH


a) Membersihkan darah dari racun-racun sisa makanan dan dapat
meningkatkan aktifitas saraf tulang belakang (vetebra).

b) Mengatasi gangguan tekanan darah yang tidak normal dan


pengapuran pada pembulu darah (arteriosclerosis).
c) Menghilangkan rasa pusing-pusing, memar dibagian kepala, wajah,
migrain dan sakit gigi.
d) Menghilangkan kejang-kejang dan keram yang terjadi pada otot.
e) Memperbaiki Permeabilitas (selaput yang dapat dilalui oleh zat-zat
tertentu) pembuluh darah.
f) Sangat bermanfaat bagi penderita asma, pneumonia (penyakit
radang dinding paru-paru), dan angina pectoris.
g) Membantu dalam pengobatan mata.

Bagi wanita, dapat membantu mengobati gangguan rahim dan


berhentinya haid.
1. Menghilangkan sakit bahu, dada dan punggung.
2. Membantu mengatasi kemalasan, lesu dan banyak tidur.
3. Dapat menyembuhkan penyakit encok dan reumatik.
4. Dapat mengatasi gangguan kulit, alergi, jerawat, dan gatal-gatal.
5. Dapat mengatasi radang selaput jantung dan radang ginjal.
6. Mengatasi Keracunan.
7. Dapat mengatasi luka bernanah dan bisul.
8. Serta penyakit lainnya.
11. TITIK HIJAMAH
Menurut Santoso (2012) di bawah ini adalah gambaran titik-titik
bekamberdasarkan jenis penyakitnya:
a) Ummu Mughits (puncak kepala)
Titik tersebut berada di ubun-ubun dan bermanfaat untuk mengatasi
penyakit vertigo, migrain, sakit kepala menahun.
b) Al-Akhda’ain (dua urat leher)
Titik ini adalah dua urat di samping kiri dan kanan leher. Posisinya: Di
bawah garis batas rambut kepala belakang, sejajar tulang cervical 3-7.
Manfaatnya untuk mengatasi hipertensi, stroke, sakit bagian kepala dan
wajah.
c) Al-Kaahil (punduk)
Titik ini berada di ujung atas tulang belakang, bermanfaat untuk masalah
penyakit sekitar kepala dan saraf serta 72 penyakit.
d) Al-Katifain (bahu kiri dan kanan)
Titik ini berada pundak atau bahu kiri dan kanan, bermanfaat untuk
penyakit hipertensi, nyeri bahu, stroke, sakit leher.
e) Dua jari di bawah punduk
Bermanfaat untuk penyakit bronkhitis, batuk, sesak napas, asi kurang,
asma, stroke.
f) Belikat kiri dan kanan
Bermanfaat untuk gangguan paru-paru, gangguan jantung, saluran
pernapasan, stroke, masuk angin.
g) Ala-Warik (pinggang)
Posisinya di pertemuan otot gluteus maximus dengan gluteus medius
bawah, kiri dan kanan. Titik ini bermanfaat untuk masalah gangguan
ginjal, sakit pingggang, haid tidak lancar, susah buang air kecil.
h) Ala Dzohril Qadami (betis)
Titik ini berada dibetis kiri dan kanan. Mengatasi gangguan asam urat,
kesemutan, pegal-pegal, stroke.
12. TITIK TERLARANG DALAM HIJAMAH
Terdapat beberapa tempat di tubuh yang tidak diperbolehkan dilakukan
bekam,
diantaranya :
a. Beberapa tempat yang menjadi pusat kelenjar limpa dan getah bening
seperti di area berikut ini :
1) Titik yang berada di leher samping dibawah telinga
2) Titik yang berada di kedua ketiak kanan dan kiri
3) Area selakangan depan sebelah kanan dan kiri
4) Titik tepat dibawah otak kecil diakhir tulang tengkorak belakang
5) Area di leher depan bagian tenggorokan.
b. Tak boleh membekam pada tempurung lutut dan area dibawah /
lipatan lutut.
c. Dilarang membekam pada area lubang alami tubuh seperti lubang
telinga, mulut, hidung, mata, pusar dan lainnya.
d. Dilarang juga membekam pada area sendi besar tubuh.
e. Jangan membekam lipatan siku bagian dalam.
f. Jangan melakukan pembekaman pada area yang terdapat pembuluh
darah besar / nadi.
g. Dilarang membekam perut wanita hamil.
h. Area yang sedang terluka / borok juga terlarang untuk dibekam
diatasnya.
i. Dilarang membekam pada area tubuh yang terkena infeksi.
j. Area yang bengkak karena benturan dan asam urat juga terlarang
untuk dibekam.
k. Pada area tubuh yang terkena tumor atau kanker.
l. Dilarang membekam pada area yang terkena varises.
m. Bagian tubuh yang terkena cacar air juga gak boleh di bekam.
n. Titik yang sudah pernah dibekam kecuali sudah berlalu 1 bulan.
13. MANFAAT BEKAM PADA DIABETES MILILTUS

Proses pembekaman dapat mengeluarkan berbagai macam zat


asam (heksosamin) dari otot dan jaringan lemak sehingga membuka jalan
bagi insulin untuk melekat pada reseptor dan meningkatkan kepekaannya
yang menyebabkan kadar gula menurun Penelitian yang telah dilakukan
oleh Lee, dkk.(2010), membuktikan bahwa bekam meningkatkan vascular
compliance dan degree of vascular filling secara signifikan, sedangkan
pada penelitian mereka yang ke dua memperlihatkan setelah satu kali
terapi bekam dapat menurunkan hipertensi akut, tetapi tidak membuktikan
secara signifikan efek antihipertensinya.

 Titik bekam pada diabetes militus


Ala warik (pinggung) terletak di pangkal paha bagian bawah belakang
pinggul.
9. TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
b. Pengkajian Menurut (Santosa, Budi. 2008 dalam jurnal (Devi Darliana
2017)
1. Anamnesis
a. Identitas klien
b. Umur
Usia yang semakin bertambah akan berbanding lurus dengan
peningkatan risiko menderita penyakit diabetes melitus karena
jumlah sel beta pankreas yang produktif memproduksi insulin
akan berkurang. Hal ini terjadi terutama pada umur yang lebih
dari 40 tahun. Penurunan fisiologis ini berisiko pada
penurunan funsi endokrin pankreas untuk memproduksi insulin
(Aini, 2016).
c. Jenis kelamin
Wanita lebih memiliki potensi untu menderita DM tipe II dari
pada pria karena adanya perbedaan anatomi dan fisiologi.
Secara fisik wanita memiliki peluang untuk mempunyai indeks
massa tubuh di atas normal. Selain itu, adanya menopouse pada
wanita dapat mengakibatkan pendistribusian lemak tubuh tidak
merata dan cenderung terakumulasi (Aini, 2016).

2. Keluhan utama
a) Kondisi hiperglikemi: Penglihatan kabur, lemas, rasa haus dan
banyak kencing, dehidrasi, suhu tubuh meningkat, sakit kepala.
b) Kondisi hipoglikemi Tremor, perspirasi, takikardi, palpitasi,
gelisah, rasa lapar, sakit kepala, susah konsentrasi, vertigo,
konfusi, penurunan daya ingat, patirasa di daerah bibir, pelo,
perubahan emosional, penurunan kesadaran.

3. Riwayat kesehatan sekarang


Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan utama gatal-gatal
pada kulit yang disertai bisul/lalu tidak sembuh-sembuh,
kesemutan/rasa berat, mata kabur, kelemahan tubuh. Disamping itu
klien juga mengeluh poliurea, polidipsi, anorexia, mual dan muntah,
BB menurun, diare kadang-kadang disertai nyeri perut, kram otot,
gangguan tidur/istirahat, haus, pusing/sakit kepala, kesulitan orgasme
pada wanita dan masalah impoten pada pria.
4. Riwayat kesehatan dahulu
DM dapat terjadi saat kehamilan, penyakit pankreas, gangguan
penerimaan insulin, gangguan hormonal, konsumsi obat-obatan seperti
glukokortikoid, furosemid, thiazid, beta bloker, kontrasepsi yang
mengandung estrogen.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat anggota keluarga yang menderita DM
6. Pemeriksaan Fisik
a) Aktivitas dan Istirahat
Gejala: lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan, kram otot, tonus
otot menurun, gangguan istirahat dan tidur.
Tanda: takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan
aktivitas, letargi, disorientasi, koma
b) Sirkulasi
Gejala : adanya riwayat penyakit hipertensi, infark miokard akut,
klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki,
penyembuhan yang lama. Tanda : takikardia, perubahan TD
postural, nadi menurun, disritmia, krekels, kulit panas, kering dan
kemerahan, bola mata cekung.
c) Integritas ego
Gejala : stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi.
Tanda : ansietas, peka rangsang.

d) Eliminasi
Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri
terbakar, kesulitan berkemih, ISK, nyeri tekan abdomen, diare.
Tanda : urine encer, pucat, kuning, poliuri, bising usus lemah,
hiperaktif pada diare.
e) Makanan dan cairan
Gejala: hilang nafsu makan, mual muntah, tidak mengikuti diet,
peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat
badan, haus, penggunaan diuretik.
Tanda: kulit kering bersisik, turgor jelek, kekakuan, distensi
abdomen, muntah, pembesaran tiroid, napas bau aseton
f) Neurosensori
Gejala: pusing, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parastesia,
gangguan penglihatan.
Tanda: disorientasi, mengantuk, letargi, stupor/koma, gangguan
memori, refleks tendon menurun, kejang.
g) Kardiovaskuler
Takikardia / nadi menurun atau tidak ada, perubahan TD postural,
hipertensi dysritmia, krekel, DVJ (GJK)
h) Pernapasan
Gejala: merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa
sputum. Tanda: pernapsan cepat dan dalam, frekuensi meningkat.
i) Seksualitas
Gejala: rabas vagina, impoten pada pria, kesulitan orgasme pada
wanita
j) Gastro intestinal
Muntah, penurunan BB, kekakuan/distensi abdomen, anseitas,
wajah meringis pada palpitasi, bising usus lemah/menurun.
k) Muskulo skeletal
Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot, ulkus pada kaki,
reflek tendon menurun kesemuatan/rasa berat pada tungkai.
l) Integumen
Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung, turgor jelek,
pembesaran tiroid, demam, diaforesis (keringat banyak), kulit
rusak, lesi/ulserasi/ulkus
b. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d resistensi insulin d.d kadar
glukosa dalan darah tinggi
2. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
3. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
4. Hipovolemia b.d Kehilangan cairan aktif d.d merasa lemah
5. Keletihan b.d kondisi fisiologis (mis. penyakit kronis) d.d dengan
mengeluh lelah
6. Intoleransi aktivitas b.d imobilitas, kelemahan d.d merasa lemah
7. Gangguan eliminasi urine b.d penurunan kapasitas kandung kemih d.d
sering kencing
c. Intervensi

No Diagnosa kriteria hasil keperawatan (slki) Rencana tindakan (slki)


keperawatan (sdki)

1. Ketidak stabilan Kestabilan kadar glukosa darah


kadar glukosa Sesuai dengan diagnosa
Indicator sa st sc
darah b.d resistensi diatas : Ketidakstabilan kadar
insulin d.d kadar Pusing 3 5 4 glukosa darah
glukosa dalan Lelah /lesuh 3 5 4 Manajemen hiperglikemia
darah tinggi A. Observasi
Mulut kering 3 5 4
 Identifikasi
Rasa haus 3 5 4 kemungkinan
penyebab
Kadar glukosa 3 5 4
hiperglikemia
darah
 Identifikasi situasi
yang menyebabkan
kebutuhan insulin
meningkat (mis.
penyakit kambuhan)
 Monitor kadar
glukosa dara, jika
perlu
 Monitor tanda dan
gejala hiperglikemia
(mis. poliuria,
polidipsia,dll)
 Monitor intake dan
dan output cairan
 Monitor keton urin,
kadar analisa gas
darah, elektrolit,
tekanan darah
ortostatik, dan
frekuensi nadi.
B. Terapeutik
 Berikan asupan cairan
oral
 Konsultasi dengan
medis jika tanda dan
gejala hiperglikemia
tetap ada atau
memburuk
 Fasilitasi ambulasi
jika ada hipotensi
ortostatik
C. Edukasi
 Anjurkan
menghindari olahraga
saat kadar glukosa
darah di atas normal
 Anjurkan monitor
kadar glukosa darah
secara mandiri
 Anjurkan kepatuhan
terhadap diet dan
olahraga
 Ajarkan indikasi dan
pentingnya pengujian
keton urine, jika perlu
 Ajarkan pengelolaaan
diabetes (mis.
penggunaan
insulin,dll)
D. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
insulin, jika perlu
 Kolaborasi pemberian
cairan IV, jika perlu
 Kolaborasi pemberian
kalium, jika perlu

2. Nyeri akut b.d indikator sa st sc  Observasi


agen pencedera - Identifikasi lokasi,
Keluhan nyeri 3 5 4
fisik karakteristik, durasi,
frekuensi ,kualitas,
meringis 3 5 4
intensitas nyeri
Kesulitan tidur 3 5 4 - Identifikasi skalan
nyeri
- Identifikasi factor
yang memperlambat
dan memperingan
nyeri
 Terapeutik
- Berikan tehnik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
- Control lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan
tidur
 Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
- Ajarkan tehnik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

3. Gangguan indikator sa st sc Observasi


eliminasi urine b.d  Identifikasi tanda dan
penurunan Sensasi 3 5 4 gejala retensi urin
kapasitas kandung berkemih atau inkontenensia
kemih d.d sering urin
Frekuensi 3 5 4
kencing  Identifikasi fakktor
BAk
yang menyebabkan
Karakteristik 3 5 4 retensi atau
urin inkontenensia urin
 Monitor eleminas urin
Edukasi
 Catat haluran dan waktu-
waktu berkemih
 Batasi asupan cairan, jika
perlu
 Ambil sampel urin
tengah(medisteam) atau
kultur
Edukasi
 Anjurkan mengukur
asupan cairan dan
haluran urin
 Anjurkan menmganbil
spesemen urin
midstream
 Anjurkan
menggurangi minum
menjelang tidur
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat
supositoria uretra, ijka perlu
DAFTAR PUSTAKA

Aini,Nur Dan Aridiana. 2016. Asuhan Keperawatan Pada Sistem Endokrin.


Salemba Medika. Jakarta
Devi Darliana. 2017. Manajemen Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetes
Melitus. Jurnal PSIK–FK Unsyiah Vol.II No.2 ISSN : 2087-2879
Dolensek.Rupnik.Stozer. 2015. Stuctural Similarities and Differences Between
the Human and the Mouse Pranceas. Islets. Vol.38. p.8-16.
Faidal AN, Santika YDP.2020. Kejadian Diabetes Militus Tipe I pada Usia 10-30
Tahun. HIGEA Jurnal of Public Health. p ISSN 1475-362846 e ISSN1475-
222656. https://doi.org/10.15294/higeia/v4i1/31763
Febrinasari RP.Dkk.2020. Buku Saku Diabetis Melitus Untuk Awam. Uns Press.
Jawa Tengah, Isbn 9978-602-397-409-2.
Handani Sri.2020. Diagnosa Penyakit Diabetes Dengan Metode Forward
Chaining. Jurnal Ilmu Pengetahuan Dan Teknik Computer. Vol. 5. No. 2. P-
Issn: 2685-8223 | E-Issn: 2527-4864
Hartono Dodik. 2019. Hubungan Self Care Dengan Komplikasi Diabetes Mellitus
Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe Ii Di Poli Penyakit Dalam Rsud Dokter
Mohamad Saleh Kota Probolinggo. Journal Of Nursing Care & Biomolecular
– Vol 4 No 2
Kurnia Dede Chritian.2020. Pemanfaatan Daun Kersen ( Muntingia Calabura L.)
Dalam Penanganan Diabetes Mellitus. BIMFI.Vol. 7 No.1
Nugraheni A. 2020. Pengantar anatomi fisiologi manusia. HEALTHY.
Yogyakarta
Ph.Livana, Sari I P, Hermanto. 2018. Gambaran Tingkat Stres Pasien Diabetes
Mellitus. Jurnal Perawat Indonesia, Vol.2 No 1, P. 41- 50.
Putra A,Maryana S,Suriansyah MI. Panduan Makanan Sehat Untuk Diabetes
Mellitus Berbasis Android. Jurnal Teknik Informatika. Vol 8, No 1, Mei 2020,
Pp. 1-7. Doi : 10.32832/Kreatif.V8i1.3034. P-Issn: 2338-2910, E-Issn: 2658-
583. Http://Ejournal.Uika-Bogor.Ac.Id/Krea-Tif
Ririn Dwi Saputri. 2020. Komplikasi Sistemik Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe
2. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada Vol.11 No. 1 Juni 2020.
Sari N, Purnama A. 2019. Aktivitas Fisik dan Hubungannya dengan Kejadian
Diabetes Melitus. Jurnal Kesehatan, Vol. 2 No. 4

Sartika F, Hestiani N.2019. Kadar Hba1c Pada Pasien Wanita Penderita Diabetes
Mellitus Tipe 2 Di Rsud Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Borneo Journal
Of Medical Laboratory Technology. Vol.2. p.1. ISSN : 2622-6111
Syarifuddin. 2014. Anatomi Fisiologi edisi 4. ECG. Jakarta
TH, M.Clevo Rendy Margaret. 2019. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan
Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.
Wati Yesi S , Zukhra RM , Permanasari I. 2020. Konsumsi Rebusan Daun Sirih
Merah Efektif Terhadap Perubahan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes
Mellitus. Jurnal Ilmu Kebidanan. Vol. 9, No. 2. P-ISSN: 2338-2139 E-ISSN:
2622-3457. Https://Jurnal.Stikes-Alinsyirah.Ac.Id/Index.Php/Kebidanan
Tim pokja SIKI DPP PPNI standart intervensi keperawatan Indonesia definisi
dan tindakan keperawatan 2018 Edisi 1.jakarta
Tim pokja SIKI DPP PPNI standart diagnos keperawatan Indonesia definisi dan
tindakan keperawatan 2018 Edisi 1.jakarta
Tim pokja SIKI DPP PPNI standart luaran keperawatan Indonesia definisi dan
tindakan keperawatan 2018 Edisi 1.jakarta

Anda mungkin juga menyukai