DM
DISUSUN OLEH :
DEVI RISKIYAH
PAJARAKAN – PROBOLINGGO
2021-2022
LEMBAR PENGESAHAN
NIM :
Semester : V (Lima)
Hari :
Tanggal :
Mahasiswa
DEVI RISKIYAH
. .
Mengetahui,
Kepala Ruangan
.
LEMBAR KONSULTASI
A. ANATOMI FISIOLOGI
Pankreas memeliki fungsi pencernaan dan hormonal. Salah satu bagian
dari prankeas adalah prankeas eksokrin, mengeluarkan enzim pencernaan.
Bagian lain dari prankeas yaitu prankeas endokrin, mengeluarkan hormone
yang disebut insulin dan glucagon. Hormon-hormon ini mengatur kadar
glukosa dalam darah (Nugrahaeni.2020)
A. DEFINISI
Diabetes Mellitus (DM) merupakan sekelompok kelainan metabolik yang
ditandai dengan kenaikan kadar gula darah akibat adanya kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau keduanya (Gustaviani, 2006 dalam
(PH,Livana.dkk.2018).
Diabetes mellitus (DM) atau kencing manis, merupakan salah satu
penyakit yang ditandai dengan tingginya nilai glukosa dalam darah. Diabetes
mellitus disebabkan oleh gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan
protein, serta ketidakcukupan insulin yang dibutuhkan oleh tubuh. Banyak
faktor yang menyebabkan penyakit ini, diantaranya berupa pola makan,
obesitas (kegemukan), faktor genetis, bahan-bahan kimia dan obat-obatan,
penyakit dan infeksi pada pankreas, dan kehamilan (Stevani, 2016 dalam
kurnia.2020).
Penyakit diabetes mellitus atau “kencing manis” merupakan salah satu
penyakit yang prevalensinya kian meningkat. Diabetes mellitus merupakan
kelainan pengolahan karbohidrat dalam tubuh yang disebabkan kurangnya
hormon insulin, sehingga karbohidrat tidak dapat dipergunakan oleh sel untuk
diubah menjadi tenaga. Akibatnya, karbohidrat yang ada didalam tubuh dalam
bentuk glukosa akan tertunpuk dalam darah sehingga terjadi peningkatan
glukosa dalam darah (darcey.2012. dalam putra agung.2020).
Diabetes menurut American Diabetes Association (ADA) suatu kelompok
penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia (tingginya kadar gula
darah) yang terjadi karena kelainan sekresi (pengeluaran) insulin, kerja insulin
atau keduanya (Chalid 2018) dalam jurnal (Ririn Dwi Saputri 2020).
Diabetes mellitus (DM) atau yang sering dikenal dengan istilah “kencing
manis” merupakan gangguan metabolisme dimana kadar glukosa di dalam
darah tinggi yang disebabkan tubuh tidak dapat memproduksi hormon insulin
(American Diabetes Association.2012 dalam Wati Yesi.2020).
Kesimpulannya adalah diabetes militus adalah penyakit metobolik yang
ditandai dengan tingginya glukosa dalam darah karena produksi hormone
insulin menurun atau bahkan tidak dapat memproduksi insulin.
Klasifikasi diabetes
1. Diabetes militus 1
Pada Diabetes Melitus tipe I, pankreas kurang atau tidak memproduksi
insulin, karena terjadi masalah gentik, virus atau autoimun. Diabetes
Mellitus tipe I disebabkan oleh faktor genetika, faktor imunologik, dan
faktor lingkungan (Sari, 2016). Diabetes mellitus tipe I biasanya terjadi
pada orang yang usianya lebih muda, meskipun dapat juga terjadi pada
orang dewasa. Pada kondisi seperti ini, penderita akan selalu memerlukan
suntikan insulin ke tubuhnya (Faidal AN, Santika YDP.2020).
2. Diabetes militus 2
Diabetes Mellitus tipe II terjadi karena kombinasi kecacatan dalam
produksi insulin dan resistensi terhadap insuliun atau berkurangnya
sensitivitas terhadap insulin. Sistem pankreas tetap menghasilkan insulin
walaupun kadang kadarnya lebih tinggi dari normal. Tetapi tubuh
membentuk kekebalan terhadap efeknya, sehingga terjadi kekurangan
insulin relative (Faidal AN, Santika YDP.2020).
3. Diabetes Gestasional
Kasus ini terjadi pada 2% sampai 5% dari semua kehamilan, tetapi
biasanya akan menghilang ketika kehamilan berakhir. Wanita hamil
memiliki cukup insulin, tetapi efek insulin sebagian diblokir oleh berbagai
hormon lain yang diproduksi di plasenta. Kondisi ini disebut resistensi
insulin. (Handani Sri.2020 ).
4. Diabetes tipe lainnya
Terjadi karena kelainan kromosom dan mitokondria DNA
Disebabkan karena infeksi dari rubella congenital dan
cytomegalovirus
Penyakit eksokrin pancreas (fibrosis kistik, pankreatitis)
Disebabkan oleh obat atau zat kimia (misalnya penggunaan
glukokortikoid pada terapi HIV/AIDS atau setelah transplantasi organ)
Disebabkan sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM3
(Febrinasari RP.Dkk.2020)
B. ETIOLOGI
a. Diabetes mellitus tergantung insulin (DM tipe I)
1) Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah
terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetik ini ditentukan pada
individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen)
tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas
antigen transplantasi oleh proses imun lainnya.
2) Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun.
Ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan
normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
3) Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel beta pankreas
sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin
tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan
destruksi sel beta pankreas.
Faktor lingkungan diyakini memicu perkembangan DM tipe I.
Pemicu tersebut dapat berupa infeksi virus (campak, rubela, atau
koksakievirus B4) atau bahkan kimia beracun, misalnya yang dijumpai
di daging asap dan awetan. Akibat pajanan terhadap virus atau bahan
kimia, respon autoimun tidak normal terjadi ketika antibody merespon
sel beta islet normal seakan-akan zat asing sehingga akan
menghancurkannya (M. Clevo Rendy dan Margareth Th, 2019).
C. MANIFESTASI KLINIS
Gejala yang biasanya dialami penderita diabetes adalah
1. Mudah merasa lapar (Faida, Santika.2020) ini terjadi karena glukosa
keluar bersama urine yang menyebabkan klien akan mengalami
keseimbangan protein negatife dan berat badan menurun (Hartono
Dodik. 2019)
2. Banyak minum karena dehidrasi akibat sering buang air kecil
3. Sering buang air kecil (Faida, Santika.2020)
4. Sering sekali untuk tidur atau sering merasa kantuk. Namun, anak
muda yang sering merasakan kantuk atau suka sekali dengan tidur,
tidak selalu terserang dengan tanda-tanda Diabetes Melitus. Mereka
bisa saja terkena pe-nyakit kurang darah atau anemia. (Faida,
Santika.2020)
5. Sering mudah lelah dan mengantuk disebabkan karena kurangnya atau
hilangnya protein dan tubuh dan juga kurangnya penggunaan
karbohidrat untuk energi. (Hartono Dodik. 2019 )
Menurut Handani Sri.2020 gejala yang ditimbulkan adalah
a. Rasa haus meningkat
b. Sering buang air kecil
c. Nafsu makan bertambah
d. Penurunan berat badan
e. Kelebihan berat badan
f. Gangguan penglihatan
g. Kelelahan
h. Infeksi kulit
i. Gatal-gatal pada kulit
j. Riwayat keluarga penderita diabetes
k. Kesemutan
l. Proses penyembuhan luka lama/sulit
m. Riwayat keluarga penderita diabetes selama kehamilan
n. Insomnia
o. Kulit kering
p. Sakit dan nyeri
q. Tekanan darah tinggi
D. PATOFISIOLOGI
A. DM tipe 1
DM tipe 1 atau biasa disebut dengan diabetes melitus yang
tergantung insulin (IDDM). Pada IDDM terdapat kekurangan insulin
absolut sehingga pada pasien IDDM membutuhkan suplai insulin dari luar.
Keadaan ini disebabkan karena sel beta pancreas mengalami lesi akibat
dari mekanisme autoimun, yang pada keadaan tertentu dipicu oleh infeksi
virus. Pulau pankreas diinfiltrasi oleh limfosit T dan ditemukan
autoantibodi terhadap jaringan pulau yaitu ICCA (Islet Cell Cytoplasmic
Antibodies) dan autoantibodi insulin (IAA). ICCA pada beberapa kasus
dapat dideteksi selama bertahun-tahun sebelum onset penyakit. Ketika sel
beta mati, maka ICCA akan menghilang kembali. Sekitar 80% pasien
membentuk antibodi terhadap glutamat dekarboksilase yang diekspresikan
di sel beta. IDDM lebih sering terjadi pada pembawa antigen HLA tertentu
(HLA-DR3 dan HLA-DR4), hal ini menunjukkan terdapat faktor
predisposisi genetik (Silbernagl dan Lang, 2014).
B. DM tipe 2
DM tipe 2 atau bisa disebut juga dengan diabetes melitus yang tidak
tergantung insulin (NIDDM). NIDDM merupakan diabetes yang paling
sering terjadi dan terdapat defisiensi insulin relatif. Pelepasan insulin dapat
normal atau bahkan biasanya meningkat, tetapi organ target memiliki
sensitivitas yang berkurang terhadap insulin (Silbernagl dan Lang, 2014).
Pasien NIDDM biasanya memiliki berat badan berlebih yang terjadi
karena disposisi genetik, asupan makanan yang terlalu banyak dan
aktivitas fisik yang terlalu sedikit. Ketidakseimbangan tersebut
meningkatkan konsentrasi asam lemak di dalam darah yang selanjutnya
akan menurunkan penggunaan glukosa di otot dan jaringan lemak.
Akibatnya, akan terjadi resistensi insulin yang memaksa untuk
meningkatkan pelepasan insulin. Karena menurunnya regulasi pada
reseptor, resistensi insulin akan semakin meningkat.
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak
dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya
glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang
berlebihan di ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai
pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan
diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien
akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus
(polidipsia).
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan
lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami
peningkatan selera makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori.
Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan
normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang
disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari dari
asam-asam amino dan substansi lain), namun pada penderita defisiensi
insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut
menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak
yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan
produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang
menggangu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan.
Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan
gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau
aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran,
koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit
sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik
tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan
latihan disertai pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan
komponen terapi yang penting.
PATHWAY
DM TIPE 1 DM TIPE 2 DM LAIN
DIABETES MILITUS
Ketidak-
stabilan
Glukosuria peningkatan gula jumlah glukosa kadar
glukosa
Darah kronik dalam sel darah
Diuresis
Osmotic G3 fungsi imun impuls ke otak
Poliuria infeksi, G3 penyem rangsangan
Hipovo Defisit
nyeri nutrisi
lemia Intoleransi
aktifitas defisit ATP
keletihan
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan glukosa darah sewaktu dan glukosa darah puasa
- Glukosa darah sewaktu adalah hasil pengukiran yang dilakukan
seketika itu tanpa puasa terlebih dahulu
- Glukosa darah puasa adalah dilakukan setelah melakukan puasa
selama 10-12 jam dan normalnya kadar glukosa dalam darah setelah
puasa adalah 70-110
Tabel interpretasi kadar gula darah (mg/dl)
G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang biasa dialami pasien diabetes militus menurut Dodik
Hartono tatun 2019 adalah
A. Hipoglikemia
B. Ketoasidosis (DKA)
Kondisi ini dapat menimbulkan penumpukan zat asam yang berbahaya di
dalam darah, sehingga menyebabkan dehidrasi, koma, sesak napas, bahkan
kematian, jika tidak segera mendapat penanganan medis
C. Syndrome hyperosmolar
D. Hiperglikemi. Hiperglikemia jangka panjang dapat berperan menyebabkan
komplikasi mikrovaskular kronik ( penyakit ginjal dan mata) dan
komplikasi neuropatik.
E. Stroke (Wahit dkk., 2012 dalam hartono dodik.2019).
F. Serangan jantung
G. Gagal ginjal
H. Amputasi kaki
I. Penglihatan. Tingginya kadar gula darah dapat merusak pembuluh darah
di retina yang berpotensi menyebabkan kebutaan
J. Kerusakan saraf (WHO,2016 dalam hartono dodik.2019)
K. Gangren (Rubio et al., 2012; Escarcega-Galaz et al., 2017 dalam hartono
dodik.2019 ).
Beberapa komplikasi dari diabetes mellitus menurut (M. Clevo Rendy dan
Margareth 2019) yaitu:
1. Akut
1) Hipoglikemia dan hiperglikemia.
2) Penyakit makrovaskuler: mengenai pembuluh darah besar, penyakit
jantung koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
3) Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati,
nefropati.
4) Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstremitas), saraf otonom
berpengaruh pada gastrointestinal, kardiovaskuler.
2. Kompikasi menahun diabetes mellitus
1) Neuropati diabetik.
2) Retinopati diabetik.
3) Nefropati diabetik.
4) Proteinuria.
5) Kelainan koroner.
6) Ulkus/gangren.
Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain:
1. Grade 0: tidak ada luka
2. Grade 1: kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit.
3. Grade 2: kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
4. Grade 3: terjadi abses
5. Grade 4: gangren pada kaki bagian distal
6. Grade 5: gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal
2 (D. 0077) Nyeri akut b.d Setelah dilakukan intervensi (I.08238)Manajemen nyeri
agen pencedera fisik dalam 1x24 jam , masalah nyeri Observasi
(mis.amputasi) akut dapat diatasi dengan Identifikasi lokasi karakterstik
kriteria hasil sebagai berikut : , durasi, frekuensi, kualitas,
tingkat nyeri ( L.08066) intensitas nyeri
-kemampuan menuntaskan -Identifikasi skala nyeri
aktifitas meningkat -Identifikasi respon nyeri non
DAFTAR PUSTAKA
Ririn Dwi Saputri. 2020. Komplikasi Sistemik Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe
2. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada Vol.11 No. 1 Juni 2020.
Dolensek.Rupnik.Stozer. 2015. Stuctural Similarities and Differences Between
the Human and the Mouse Pranceas. Islets. Vol.38. p.8-16.
Faidal AN, Santika YDP.2020. Kejadian Diabetes Militus Tipe I pada Usia 10-30
Tahun. HIGEA Jurnal of Public Health. p ISSN 1475-362846 e ISSN1475-
222656. https://doi.org/10.15294/higeia/v4i1/31763
Febrinasari RP.Dkk.2020. Buku Saku Diabetis Melitus Untuk Awam. Uns Press.
Jawa Tengah, Isbn 9978-602-397-409-2.
Handani Sri.2020. Diagnosa Penyakit Diabetes Dengan Metode Forward
Chaining. Jurnal Ilmu Pengetahuan Dan Teknik Computer. Vol. 5. No. 2. P-
Issn: 2685-8223 | E-Issn: 2527-4864
Hartono Dodik. 2019. Hubungan Self Care Dengan Komplikasi Diabetes Mellitus
Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe Ii Di Poli Penyakit Dalam Rsud Dokter
Mohamad Saleh Kota Probolinggo. Journal Of Nursing Care & Biomolecular
– Vol 4 No 2
Isnaini , Ratnasari. 2018. Faktor risiko mempengaruhi kejadian Diabetes mellitus
tipe dua. Jurnal Keperawatan dan Kebidanan Aisyiyah ISSN 2477-8184. Vol
14, No. 1. p.59-68
Kurnia Dede Chritian.2020. Pemanfaatan Daun Kersen ( Muntingia Calabura L.)
Dalam Penanganan Diabetes Mellitus. BIMFI.Vol. 7 No.1
Nugraheni A. 2020. Pengantar anatomi fisiologi manusia. HEALTHY.
Yogyakarta
Ph.Livana, Sari I P, Hermanto. 2018. Gambaran Tingkat Stres Pasien Diabetes
Mellitus. Jurnal Perawat Indonesia, Vol.2 No 1, P. 41- 50.
Sartika F, Hestiani N.2019. Kadar Hba1c Pada Pasien Wanita Penderita Diabetes
Mellitus Tipe 2 Di Rsud Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Borneo Journal
Of Medical Laboratory Technology. Vol.2. p.1. ISSN : 2622-6111
TH, M.Clevo Rendy Margaret. 2019. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan
Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.
Wati Yesi S , Zukhra RM , Permanasari I. 2020. Konsumsi Rebusan Daun Sirih
Merah Efektif Terhadap Perubahan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes
Mellitus. Jurnal Ilmu Kebidanan. Vol. 9, No. 2. P-ISSN: 2338-2139 E-ISSN:
2622-3457. Https://Jurnal.Stikes-Alinsyirah.Ac.Id/Index.Php/Kebidanan