Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDFAHULUAN
`1.1. Latar Belakang
palliatif care berarti mengoptimalkan perawatan pasien dan keluarga untuk
meningkatkan kualitas hidup dengan mengantisipasi, mencegah, dan mengobati
penderitaan. palliative caremeliputi seluruh rangkaian penyakit penanganan fisik,
kebutuhan intelektual, emosional, sosial dan spiritual untuk memfasilitasi otonomi
pasien, dan pilihan dalam kehidupan (ferrell, 2018). berdasarkan penjelasan diata
Palliative care merupakan sebuah pendekatan yang dapat meningkatkan kualitas hidup
orang-orang dengan penyakit yang mengancam jiwa dan keluarga mereka dalam
menghadapi masalah tersebut, baik dari aspek fisik, psikologis, sosial maupun spiritual.
Menurut WHO palliative care merupakan pendekatan untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien dan keluarga dalam menghadapi masalah yang berkaitan dengan
masalah yang mengancam jiwa, melalui pencegahan dan menghentikan penderitaan
dengan identifikasi dan penilaian dini, penangnanan nyeri dan masalah lainnya, seperti
fisik, psikologis, sosial dan spiritual (WHO, 2017). Palliatif care berarti
mengoptimalkan perawatan pasien dan keluarga untuk meningkatkan kualitas hidup
dengan mengantisipasi, mencegah, dan mengobati penderitaan. Palliative caremeliputi
seluruh rangkaian penyakit melibatkan penanganan fisik, kebutuhan intelektual,
emosional, sosial dan spiritual untuk memfasilitasi otonomi pasien, dan pilihan dalam
kehidupan (Ferrell, 2018).

1.2. Rumus masalah


a. Apa Pengertian palliative care ?
b. Apa Prinsip dalam palliative care ?
c. Bagaimana Peran dan fungsi perawat ?
d. Apa Pedoman perawat palliative ?
e. Apa Tempat tempat pelayanan palliative ?
f. Bagaimana Langkah Langkah dalam playanan palliative ?

1
g. Bagaimana Layanan Palliative Home Care ?
h. Apa yang dimaksud Keperawatan home care ?
i. Bagaimana Perawatan End of life ?
j. Bagaimana trend dan issu keperawatan pelliatif care ?

1.3. Tujuan
a. Untuk mengetahui Pengertian palliative care
b. Untuk mengetahui Prinsip prinsip dalam palliative care
c. Untuk mengetahui Peran dan fungsi perawat
d. Untuk mengetahui Pedoman perawat palliatif
e. Untuk mengetahui Tempat tempat pelayanan palliatif
f. Untuk mengetahui Langkah Langkah dalam playanan
g. Untuk mengetahui Layanan Palliative Home Care
h. Untuk mengetahui Keperawatan home care
i. Untuk mengetahui Perawatan End of life
j. Untuk mengetahui mengetahui trend dan issu keperawatan pelliatif care

2
BAB 2
PEMBAHASAN

1. Pengertian Palliative care

Menurut WHO palliative care merupakan pendekatan untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien dan keluarga dalam menghadapi masalah yang berkaitan dengan masalah yang
mengancam jiwa, melalui pencegahan dan menghentikan penderitaan dengan identifikasi dan
penilaian dini, penangnanan nyeri dan masalah lainnya, seperti fisik, psikologis, sosial dan
spiritual (WHO, 2017). Palliatif care berarti mengoptimalkan perawatan pasien dan keluarga
untuk meningkatkan kualitas hidup dengan mengantisipasi, mencegah, dan mengobati
penderitaan. Palliative caremeliputi seluruh rangkaian penyakit melibatkan penanganan fisik,
kebutuhan intelektual, emosional, sosial dan spiritual untuk memfasilitasi otonomi pasien, dan
pilihan dalam kehidupan (Ferrell, 2018).
Berdasarkan penjelasan diatas pengertian palliative care menurut who palliative care
merupakan pendekatan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga dalam
menghadapi masalah yang berkaitan dengan masalah yang mengancam jiwa, melalui pencegahan
dan menghentikan penderitaan dengan identifikasi dan penilaian dini, penangnanan nyeri dan
masalah lainnya, seperti fisik, psikologis, sosial dan spiritual (who, 2017).
palliatif care berarti mengoptimalkan perawatan pasien dan keluarga untuk meningkatkan
kualitas hidup dengan mengantisipasi, mencegah, dan mengobati penderitaan. palliative
caremeliputi seluruh rangkaian penyakit penanganan fisik, kebutuhan intelektual, emosional,
sosial dan spiritual untuk memfasilitasi otonomi pasien, dan pilihan dalam kehidupan (ferrell,
2018). berdasarkan penjelasan diata Palliative care merupakan sebuah pendekatan yang dapat
meningkatkan kualitas hidup orang-orang dengan penyakit yang mengancam jiwa dan keluarga
mereka dalam menghadapi masalah tersebut, baik dari aspek fisik, psikologis, sosial maupun
spiritual.

2. Prinsip Palliative care


Palliative care secara umum merupakan sebuah hal penting dan bagian yang tidak terpisahkan
dari praktek klinis dengan mengikuti prinsip:

3
a. Fokus perawatan terhadap kualitas hidup, termasuk kontrol gejala yang tepat
b. Pendekatan personal, termasuk pengalaman masa lalu dan kondisi sekarang
c. Peduli terhadap sesorang dengan penyakit lanjut termasuk keluarga atau orang terdekatnya
d. Peduli terhadap autonomy pasien dan pilihan untuk mendapat rencana perawatan lanjut,
eksplorasi harapan dan keinginan pasien
e. Menerapkan komunikasi terbuka terhadap pasien atau keluarga kepada profesional kesehatan
(Cohen
and Deliens, 2012.

3. Peran dan Fungsi Perawat


Dalam menjalankan peran dan fungs iperawat dalam palliative care, perawat harus
menghargai hak-hak pasien dalam menentukan pilihan, memberikan kenyamanan pasien dan
pasien merasa bermartabat yang sudah tercermin didalam rencana asuhan keperawatan. Perawat
memiliki tanggung jawab mendasar untuk mengontrol gejala dengan mengurangi penderitaan
dan support yang efektif sesuai kebutuhan pasien. Peran perawat sebagai pemberi layanan
palliative care harus didasarkan pada kompetensi perawat yang sesuai kode etik keperawatan
(Combs, et al.,2019).
Hal-hal yang berkaitan dengan pasien harus dikomunikasikan oleh perawat kepada
pasien dan keluarga yang merupakan standar asuhan keperawatan yang profesional. Menurut
American Nurse Associatiuon Scope And Standart Practice dalam (Margaret, 2019) perawat
yang terintegrasi harus mampu berkomuniasi dengan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan
lainnya mengenai perawatan pasien dan ikut berperan serta dalam penyediaan perawatan tersebut
dengan berkolaborasi dalam membuat rencana yang berfokus pada hasil dan keputusan yang
berhubungan dengan perawatan dan pelayanan, mengindikasikan komunikasi dengan pasien,
keluarga dan yang lainnya.

4. Pedoman Perawat Palliative


Berdasarkan National Consensus Project For Quality Palliative Care (NCP, 2018)
pedoman praktek klinis untuk perawat palliative dalam meningkatkan kualitas pelayanan
palliative terdiri dari 8 domain diantaranya :
Domain 1 : structure and proses of care

4
Structure and proses of care merupakan cara menyelenggarakan pelatihan dan pendidikan
bagi para profesional paliatif dalam memberikan perawatan yang berkesinambungan pada pasien
dan keluarga (De Roo etal., 2018; Dy et al., 2019). Adapun panduan bagi perawat paliatif
dijelaskan sebagai berikut :
a. Semua perawat harus menerima pendidikan tentang palliative care primer baik itu tingkat
sarjana, magister dan doctoral.
b. Semua perawat harus diberikan pendidikan lanjut untuk palliative care primer
c. Semua perawat menerima orientasi palliative care primer yang termasuk didalamnya
mengenai sikap, pengetahuan dan keterampilan dalam domain palliative care. Ini termasuk
penilaian dasar dan manajemen gejala nyeri,keterampilan komunikasi dasar tentang penyakit
lanjut, prinsip etika,kesedihan dan kehilangan keluarga, komunitas dan pemberi layanan.
d. Semua perawat harus mampu melakasanakan palliative care dengan kerjasama tim dari
multidisplin ilmu
e. Perawat hospice dan perawat palliative harus tersetifikasi dalam memberikan pelayanan
palliative
care
f. Semua perawat harus berpartisipasi dalam inisatif memperbaiki kualitas layanan palliative
care
g. Perawat hospice dan perawat palliative memperomosikan kontinuitas dalam palliative
caresesuai aturan kesehatan dan mempromisikan hospice sebagai pilihan (Ferrell et al.,
2007; Ferrell, 2018).

Domain 2 : Physical Aspect Of Care


Physical Aspect Of Care merupakan cara yang dilakukan untuk mengukur dan
mendokumentasikan
rasa nyeri dan gejala lain yang muncul seperti menilai, mengelola gejala dan efek samping yang
terjadi pada masalah fisik pada pasien (De Roo et al., 2018; Dy etal., 2019). Adapun panduan
bagi perawat paliatif dijelaskan sebagai berikut:
a. Semua perawat harus mampu menilai nyeri, dyspnea dan fungsinya dengan menggunakan
pedoman yang konsisten pada pasien dengan penyakit lanjut yang mengancam jiwa

5
b. Semua perawat harus mendokumentasikan pedoman dan temuan dalam rencana asuhan
keperawatan
c. Semua perawat harus mengikuti jalur pengobatan berdasarkan bukti evident based nursing
untuk memberikan perawatan manajemen nyeri dan menilai ulang gejala yang ditimbulkan
(Ferrell et al., 2018; Ferrell, 2019).

Domain 3:Psychological And Psychiatric Aspect Of Care


merupakan cara yang dilakukan untuk menilai status psikologis pasien dan keluarga
seperti mengukur,mendokumentasikan, mengelola kecemasan, dan gejala psikologis lainnya (De
Roo et al., 2018; Dy et al., 2019). Adapun panduan bagi perawat paliatif dijelaskan sebagai
berikut:
a. Semua perawat harus mampu menilai depresi, kecemasan, dan delirium menggunakan
pedoman yang tepat pada pasien yang mengancam jiwa
b. Semua perawat harus mendokumentasikan temuan dalam rencana perawatan
c. Semua perawat harus mengikuti jalur pengobatan berbasis EBN untuk mengelola gejala
psikologis yang ditimbulkan
d. Perawat hospice dan perawat palliative harus mempersiapkan duka cita bagi keluarga yang
ditinggalkan
e. Perawat hospice dan perawat palliative harus ikut dalam pengembangan palliative care
(Ferrell et al., 2018; Ferrell, 2019).mendokumentasikan, mengelola kecemasan, dan gejala
psikologis lainnya (De Roo et al., 2018; Dy et al., 2019).

Domain 4 : Social Aspect Of Care


a. Social Aspect Of Care merupakan cara yang dilakukan untuk mendiskusikan segala
informasi, mendiskusikan tujuan perawatan, dan memberikan dukungan sosial yang
komperhensif (De Roo et al., 2018). Adapun panduan bagi perawat paliatif dijelaskan sebagai
berikut:Semua perawat harus meninjau kembali kekhawatiran pasien dan keluarga terhadap
penyakit
lanjut yang mengancam jiwa
b. Perawat hospice dan perawat palliative harus membantu dan mengembangkan sebuah
rencana perawatan sosial yang komperhensif yang termasuk ndidalamnya hubungan dengan

6
keluarga, komunitas, dan orang yang terlibat dalam merawat pasien (Ferrell et al., 2018;
Ferrell, 2019).

Domain 5 : Spiritual, Religious, And Existential Aspect Of Care


Spiritual, Religious, And Existential Aspect Of Caremerupakan cara yang dilakukan untuk
menyediakan atau memfasilitasi diskusi terkait kebutuhan spiritual pasien dan keluarga (De Roo
et al., 2018; Dy et al., 2019). Adapun panduan bagi perawat paliatif sebagai berikut:

a. Perawat hospice dan perawat palliative harus melakukan pengkajian spiritual mencakup
masalah agama, spiritual, dan eksistensial menggunakan pedoman instrument yang terstruktur
dan terintegrasi dalam penilaian dalam rencana palliative care
b. Semua perawat harus mampu merujuk pasien dan keluarga pada kondisi yang serius dengan
menghadirkan rohaniawan, pendeta jika diperlukan(Ferrell et al., 2018; Ferrell, 2019)

Domain 6 : Culture Aspect Of Care


Culture Aspect Of Care merupakan cara yang dilakukan menilai budaya dalam proses
pengambilan keputusan dengan memperhariakn preferensi pasien atau keluarga, memahami
bahasa yang digunakan serta ritual-ritual budaya yang dianut pasien dan keluarga(De Roo et al.,
2018). Adapun panduan bagi perawat paliatif sebagai berikut:
a. Semua perawat harus mampu menilai budaya pasien sebagai komponen yang tidak
terpisahkan dalam memberikan palliative care dan perawatan dirumah yang komperhensip
mencakup pengambilan keputusan,prrepernsi pasien, komunikasi keluarga, terapi
komplementer, dan duka cita bagi keluarga yang ditinggalkan, serta pemakaman dan ritual
pemakaman pasien.(Ferrell, 2018).

Domain 7 : Care Of The Patient At End of life


Care Of The Patient At End of life merupakan cara yang dilakukan untuk menggali lebih
dalam tentang kesiapan menghadapi kematian dan duka cita setelah kematian bagi keluarga yang
ditinggalkan (De Roo et al., 2018). Adapun panduan bagi perawat apaliatif sebagai berikut:
a. Perawat hospice dan perawat palliative harus mampu mengenali tanda dan gejala kematian
pasien, keluarga dan komunitas.ini harus dikomunikasikan dan didokumentasikan.

7
b. Semua perawat harus mampu menjamin kenyamanan pada akhir kehidupan
c. Semua perawat harus meninjau kembali ritual budaya, agama, dan adat dalam menghadapi
kematian pasien.
d. Semua perawat harus mampu memberikan dukungan pasca kematian pada keluarga yang
ditinggalkan
e. Semua perawat harus mampu merawat jenazah sesuai dengan budaya, adat dan agama
pasien (Ferrell, 2018).

Domain 8 : Ethical And Legal Aspect Of Care


Ethical And Legal Aspect Of Care merupakan cara yang dilakukan untuk membuat
perencanaan dengan memperhatian preferensi pasien dan keluarga sebagai penerima layanan
dengan tidak melanggar norma dan aturan yang belaku (De Roo et al., 2018; Dy et al., 2019).
Adapun panduan bagi perawat paliatif sebagai berikut:
a. Semua perawat harus meninjau kembali asuhan keperawatan yang telah diberikan dan
semua dokumentasinya Semua perawat harus menjaga prinsip etik berdasarkan komite etik
keperawatan
b. Semua perawat harus mengerti hukum aspect palliative dan mencari pakar hukum jika
diperlukan (Ferrell, 2019).

5. Tempat-tempat Pelayanan Paliatif


Berdasarkan Permenkes Nomor 812/ Menkes/ SK/VII/2017 dijelaskan tempat untuk layanan
paliatif meliputi:
a. Rumah Sakit : untuk pasien yang harus mendapatkan perawatan yang memerlukan
pengawawasan ketat, tindakan khusus atau perawalatan khusus.
b. Puskesmas : untuk pasien yang memerlukan perawatan rawat jalan
c. Rumah singgah / panti (hospice) : untuk pasien yang tidak memerlukan pengawasan
ketat, tindakan khusus atau peralatan khsus tetapi belum dapat dirawat dirumah karena
memerlukan pengawasan
d. Rumah pasien : untuk pasien yang tidak memerlukan pengawasan ketat tindakan khsusus
atau peralatan khusus atau keterampilan perawatan yang tidak mungkin dilakukan oleh

8
keluarga (PERMENKES, 2018).

6. Langkah- langkah dalam Pelayanan Paliatif


a. Menentekun tujuan perawatan dan harapan pasien
b. Membantu pasien dalam membuat advance care planning
c. Pengobatan penyakit penyerta dari aspek sosial yang muncul
d. Tata laksana gejala
e. Dukungan psikologis, kultural dan social
f. Respon pada fase terminal : memberikan tindakan sesuai wasiat atau keputusan keluarga
bila wasiat belum dibuat.
g. Pelayanan terhadap pasien dan keluarga termasuk persiapan duka cita. (KEMENKES,
2018).

7. Layanan Palliative Home Care


Palliative home care merupakan pelayanan palliative care yang dilakukan dirumah
pasien oleh tenaga palliative dan atau keluarga atas bimbingan dan pengawasan tenaga
palliative (KEPMENKES, 2017). Palliative home care dinilai baik dan pilihan yang tepat
untuk dapat menghindari perawatan di rumah sakit yang dinilai mahal dan tidak efektif bagi
pasien terminal, hal ini juga dapat membantu dan melatih pasien , keluarga dan pemberi
layanan dalam menghadapi situasi yang sulit (Pompili et al., 2019).
Berbagai manfaat pelayanan palliative home care yang dapat dirasakan oleh pasien
ataupun keluarga diantaranya merasa lebih nyaman, bermartabat dan juga dapat menghemat
biaya dari pada meninggal dirumah sakit (Ventura et al., 2019)

B. Keperawatan Home Care


1. Pengertian
Home care merupakan bagian atau lanjutan dari pelayanan kesehatan yang berkesinambungan
yang komperhensif diberikan kepada individu dan keluarga ditempat tinggal mereka yang
bertujuan untuk meningkatkan, memepertahankan atau memulihkan kesehatan atau

9
memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalisir dampak penyakit yang bisa terjadi
(PERMENKES, 2018).
2. Prinsip Pelayanan Keperawatan Home Care
a. Pengelolaan home care dilakukan oleh perawat atau tim yang memiliki keahliak khusus
dibidang tersebut
b. Mengaplikasikan konsep sebagai dasar dalam mengambil keputusan praktik
c. Mengumpulkan dan mencatat data dengan sitematik, akurat dan komperhensip secar
terus menerus
d. Menggunakan data hasil pengkajian untuk menetapkan diagnose keperawatan
Mengembangkan rencana keperawatan berdasarkan diagnose keperawatan dikaitkan
dengan pencegahan, terpi dan pemulihan
e. Memberikan pelayanan keperawatan dengan menjaga kenyamanan, penyembuhan dan
pencegahan komplikasi (Depkes, 2017)

3. Persyaratan Tenaga Keperawatan Home Care


a. Perawat sebagai manager kasusPerawat sebagai manajer kasus yaitu seorang perawat
profesional yang bertugas sebagai pengendali dan kordinator pelayanan keperawatan home
care dengan kualifikasi memiliki :
1) ijazah minimal DIII keperwatan,
2) Sertifikat atau keahlian dibidang home care,
3) memiliki pengalaman kerja minimal 3 tahun,
4) telah memiliki SIP (Surat Ijin Perawat), SIK (Surat Ijin Kerja) maupun SIPP (Surat ijin
praktek perawat).
b. Perawat sebagai pelaksana pelayanan Pelaksana pelayanan yaitu tenaga profesional yang
memeberikan pelayanan langsung kepada pasien dibawah koordinasi manajer kasus dengan
kualifikasi memiliki :
1) ijazah minimal DIII keperwatan,
2) Sertifikat atau keahlian dibidang home care,
3) memiliki pengalaman kerja minimal 3 tahun,
4) telah memiliki SIP (Surat Ijin Perawat) dan SIK (Surat Ijin Kerja). (Depkes, 2017).
C. Perawatan End of life

10
1. Pengertian
Perawatan end of life merupakan perawatan yang membantu semua orang dengan
pernyakit lanjut, progresif, tidak dapat disembuhkan untuk dapat bertahan hidup sebaik
mungkin sampai menghadapi kematian. Perawatan end of life diberikan ketika sesorang telah
terdiagnosis menghadapi penyakit lanjut oleh profesional kesehatan (Sadler, 2018).
Profesional kesehatan yang memberikan perawatan end of life harus memahami suatu tanda
dan gejala fisik yang dialami oleh pasien. Pasien pada fase end of life cenderung lebih takut
terhadap gejala kematian itu sendiri dibandingkan kematiannya. Pasien harus merasa nyaman
secara fisik sebelum fikiran mereka berfokus tentang kondisi sosial, psikologis, dan spiritual
(Perkins, 2019).

2. Etika Dalam Perawatan End of life


Dalam proses pengambilan keputusan yang terkait dengan masalah end of life,
terdapat beberapa prinsip etika yang harus ditekankan, pertama Nonmaleficience yaitu
memastikan pasien terhindar dari bahaya baik itu fisik maupun emosional, kedua
beneficienceyaitu melakukakn sesuatu yang baik terhadap pasien dan menguntungkan
seperti mendengarkan keluhan pasien dengan penuh perhatian, memperlakukan pasien
seperti manusia seutuhnya, dan terus berusaha meringankan beban pasien baik itu fisik,
psikologis, sosial dan spiritual. Ketiga autonomy yaitu pasien memiliki hak tentang
pengambilan keputusan terkait perawatan dengan menggunakan inform konsen yang
menekankan terhadap hak katas kerahasian, privasi, dan hak untuk menolak pengobatan
(Qualls and Kasl-Godley, 2019; Zerwekh, 2017).

D. Trend dan issu keperawatan paliatif


a. Issu keperawatan paliatif
Ada beberapa isu terkait Perawatan Paliatif (Palliative Care) baik hal itu tentang
pasien maupun perawat. Yang pertama yaitu tentang pasien-pasien dengan penyakit apa saja
yang seharusnya mendapatkan Perawatan Paliatif. Sedangkan yang kedua terkait dengan
dimensi kualitas hidup pasien yaitu spiritual. Dan yang ketiga yaitu tentang jumlah Rumah
Sakit yang dapat memberikan Perwataan Paliatif dan Jumlah Hospice di Indonesia.

11
Care Paliatif adalah suatu pendekatan yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas
hidup dan kehidupan keluarga yang menghadapi masalah dengan penyakit yang dapat
mengancam jiwa (WHO, 2002) (KEPMENKES RI NOMOR: 812, 2017).2,3 Kualitas hidup
pasien di sini meliputi dimensi – dimensi antara lain : gejala fisik, kemampuan fungsional
(aktivitas), kesejahteraan keluarga, spiritual, fungsi sosial, kepuasan terhadap pengobatan
(termasuk masalah keuangan), orientasi masa depan, kehidupan seksual, termasuk gambaran
terhadap diri sendiri, fungsi dalam bekerja (Clinch, Dudgeeon dan Schipper, 2019).2 Istilah
“perawatan paliatif” sebenarnya telah digunakan selama lebih dari 40 tahun di dunia. ini
pertama kali diperkenalkan oleh dokter Kanada Balfour Mount pada tahun 1973.4
Namun,Peran perawat dalam perawtaan paliatif ini adalah sebagai seseorang yang memiliki
kontak terlama dengan pasien sehingga perawat memiliki kesempatan untuk mengetahui
pasien. Perawat juga mengamati secara mendalam terkait apa yang terjadi dan apa yang
penting bagi pasien, dan untuk membantu pasien dalam mengatasi dampak perkembangan
dari penyakitnya.3 Selain itu, perawat juga membantu mengurangi rasa nyeri yang dialami
pasien, membantu keluarga yang kehilangan salah satu anggota keluarga untuk bisa menerima
dan tidak terlarut dalam larut dalam pikiran yang mengakibatkan depresi.
Dari semua penjelasan tersebut, timbul pertanyaan terkait siapa sebenarnya orang-
orang yang berhak mendapatkan perawatan paliatif itu. Dalam Keputusan Nomor
812/MENKES/SK/VII/2018 pada latar belakangnya berbunyi, “Perawatan paliatif adalah
pelayanan kesehatan yang bersifat holistik dan terintegrasi dengan melibatkan berbagai
profesi dengan dasar falsafah bahwa setiap pasien berhak mendapatkan perawatan terbaik
sampai akhir hayatnya (Doyle & Macdonald, 2019 : 5).”2,3 Keputusan tersebut, bahwa
perawatan paliatif itu dilakukan agar pasien mendapatkan perawatan terbaik sampai akhir
hayatnya, berarti setiap orang berhak mendapatkan perawatan paliatif tersebut.
Namun, jika kita melihat, perawatan paliatif di Indonesia itu sendiri lebih ditekankan
pada seseorang yang menderita penyakit kanker. Padahal perawatan penyakit paliatif pada
hakikatnya ditujukan pada pasien terminal yang merupakan penyakit progresif yaitu penyakit
yang menuju ke arah kematian yang berarti bukan hanya kanker saja.5 Akan tetapi, sebagian
besar dari keputusan yang dibuat oleh Menteri Kesehatan tersebut sendiri tentang perawatan
paliatif itu, bahwa perawatan paliatif itu lebih mengarah ke seseorang dengan penyakit
kanker. Seperti pada Kementerian Kesehatan RI 2013 tentang Pedoman Teknis Pelayanan

12
Paliatif Kanker dan Keputusan Menteri Kesehatan Indonesia Nomor
430/MENKES/SK/IV/2007 tentang Pedoman Pengendalian Penyakit Kanker.
Banyak penyakit kronis di Indonesia selain Kanker yang dapat menyebabkan pasien
yang mengidapnya meninggal dan perlu mendapatkan Perawatan Paliatif. Memang, seperti
yang tertulis dalam Keputusan Menteri Kesehatan Indonesia Nomor
430/MENKES/SK/IV/2017 tentang Pedoman Pengendalian Penyakit Kanker bahwa Kanker
merupakan penyebab kematian terbesan urutan ke-5 (SKRT, 20019) dan setiap tahunnya
mengalami peningkatan. Dan merupakan penyebab kematian terbesar nomor 2 di dunia
setelah penyakit kardiovaskuler.6 Akan tetapi, ada penyakit yang lebih dominan sebagai
penyebab kematian pasien antara lain, Stroke, Jantung dan HIV/AIDS.
Kementerian Kesehatan Indonesia hanya membuat keputusan terkait Kanker saja dan
tidak membuat keputusan tentang penyakit kronis yang lebih parah dari kanker. Bahkan
termasuk untuk lansia yang dinyatakan oleh dokter bahwa hidupnya tidak lama lagi pun tidak
ada. Lalu, keluarga para lansia tersebut juga berhak mendapatkan perawatan paliatif khusus
untuk lansia yang tidak memiliki. Padahal seperti yang dibilang diawal bahwa tujuan dari
perawatan paliatif itu sendiri untuk memberikan perawatan terbaik sampai akhir hidupnya. Di
sinilah suatu hal muncul terkait tidak adanya peraturan atau keputusan tertulis dari
Kementerian Kesehatan Indonesia tentang perawatan Paliatif untuk Lansia.
Jujur saja, saya setuju dengan pengadaan perawatan Paliatif di Indonesia. Namun,
akan lebih baik lagi jika Perawatan Paliatif tersebut ditujukan hanya untuk pasien dengan
kanker saja. Pasien dengan penyakit terminal pun berhak bahkan lansia pun berhak dengan
disertai keputusan tertulis dari Menteri Kesehatan Indonesia.
Isu atau masalah yang kedua yaitu terkait dengan dimensi kualitas hidup pasien,
dimana sudah disebutkan diawal, bahwa salah satu dimensi kualitas hidup pasien ada yang
berkaitan dengan Spiritual. Salah satu tugas perawat dalam aspek spiritual tersebut yaitu
dengan memandu pasien yang akan meninggal pada hari itu, detik-detik akhirnya untuk
mengucapkan kalimat spiritual yang sesuai dengan kepercayaannya. Misal, untuk Pasien yang
beragama Islam, maka di detik-detik akhirnya, membantu mendorongnya meninggal
mengucapkan Syahadat sehingga pada saat kematiannya, beliau dapat secara Khusnul
Khotimah dan Damai (Damai/Kematian yang Baik).

13
Namun, masalahnya adalah apabila perawat yang menangani pasien muslim seperti
kristen misal atau sebaliknya, tindakan apa yang harus dilakukan. Apakah perawat yang
beragama Kristen tersebut tetap membantu pasien tersebut untuk mengucapkan Syahadat?
Jika hal tersebut terjadi, maka saya tidak setuju akan hal tersebut.
Jadi, saya sangat setuju apabila pembangunan hospice care dan rumah sakit yang
mampu memberikan perawatan paliatif pada pasien diperbanyak lagi. Selain itu, fasilitas-
fasilitas yang ada di hospice maupun di rumah sakit juga lebih diperbaiki serta diperlengkap
lagi agar dapat mendukung perawatan paliatif yang dilakukan. Agar pasien juga bisa
mendapatkan kenyamanan dalam perawatannya. Selain itu, perawat dan tenaga medis lainnya
juga mendapatkan kesejahteraannya.
Kesimpulannya, Perawatan Paliatif merupakan perawatan yang sangat bermanfaat bagi
pasien dengan penyakit terminal, misalkan stroke, jantung dan kanker. Perawatan paliatif
bertujuan untuk memperbaiki kualitas hidup pasien, serta memberikan perawatan terbaik
untuk pasien sampai akhir hayat pasien tersebut. Namun, di Indonesia ada banyak sekali isu
terkait perawatan paliatif tersebut, mulai dari kurangnya keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia tentang seseorang yang berhak memperoleh perawatan paliatif. Lalu juga
ada isu terkait spiritual serta jumlah hospice dan rumah sakit yang mampu memberikan
perawatan paliatif yang bisa dibilang sedikit. Padahal Hospice dan Rumah Sakit tersebut
sangat bermanfaat baik dari pihak pasien maupun perawat atau tenaga medis lain.
Solusinya yaitu Menteri Kesehatan harus membuat keputusan tentang orang-orang
yang berhak mendapat perawatan paliatif. Jumlah Hospice dan Rumah Sakit di Indonesia pun
harus diperbanyak lagi. Sarannya sendiri yaitu perawat lebih memperdalam lagi
pengetahuannya terkait perawatan paliatif dan lebih melatih lagi sifat peduli serta empatinya.
Hal ini dikarenakan perawatan paliatif ini berhubungan dengan penyakit pasien yang sudah
ditentukan oleh dokter bahwa mereka tidak bisa sembuh dari penyakitnya. Oleh karena itu,
dengan melatih empatinya, perawat tidak terhanyut dan diharapkan suasana ketika ada salah
satu pasien meninggal sehingga jatuhnya tidak ke arah simpati.

b.Trend dalam paliatif di Indonesia


1. Perawatan Paliatif Di Indonesia

14
Tanggal 6 oktober seluruh masyarakat dunia memperigati world hospice palliative care
day, hari perawatan hospis dan paliatif sedunia ,mungkin perigatan ini idak banyak yang tau
tidak sehebog prigatan hari AID sedunia atau hari tanpa tembakau sedunia .walaupun
demikian ,tidak mengecilakn arti dari perjuagan mereka yang bergelut dalam bidang
perawatan palitif ,dulu perawatan ini hanya diberikan pafda pasien yang secara medis sudah
tidak dapat disembuhkan lagi ,tetapi kini diberikan pada semua stadium kanker ,bahkan juga
pada penderita penyakit lain yang mengancam kehidupan seperti HIV/AIDS dan berbagai
kelaianan yang bersifat kronis . (menkes , 2017).
Di indonesia perawata paliatif baru dimulai pada tanggal 19 febuary 1992 di RS
Dr.soetomo ( Surabaya) di susul RS cipto mangunkusumo ( jakarta ), RS kanker dharmais
(jakarta), ,RS wahidin sudirohusod (makasar) di rs dr ,soetomo perawatan paliatif dilakukan
oleh oleh pusat pengembagan paliatif dan bebas nyeri,pelayanan yang diberikan meliputi
rawat jalan ,rawat inap (konsultatif ),rawat rumah ,day care,dan respite care.
Pelayanan kesehatan yang paripurna tidak dilakukan di rumah sakit,tetapi juga melewati
perawatan pra rumah sakit,salaam dirumah sakit,dan purna rumah sakit,yang hanya tujuan
utamanya memepertahankan kemampuan individu untuk mandiri secara optimal selama
mungkin,pada kasus yang oleh tik dokter dinyatakan sulit sembuh atau tidak ada harapan
lagi ,bahkan hampir meninggal dunia atau yang dikenal pasien stadium terminal (PTS), tentu
saja dibutuhkan pelayanan ynag khusus ,disisni perawat paliatif menjadi aspek penting dalam
pengobatan ,khusunya bidang geriatri (masalah kesehatan pada lansia)
Lebih lanjut perawatan paliatif adalah pedekatan yang bertujuan untuk meningkatkan
uliat hidup kehidupan pasien dan menghadapi masalah yang berhubugan dengan penyakit
yang megancam jiwa, dengan mencegah dan merigankan penderitaan dengan awal dari terapi
dan masalah lain fisik, psikososial, dan spiritual dalam perawatan paliatif ini membutuhkan
tim multidisiplin kata dokter dari subbagian geriatri,bagian ilmu penyakit dalam,FK UGM
/SMF geriatri RSUP Dr,sardjito tersebut.
E. Masalah Dalam Keperawatan Paliatif di Indonesia
Sifat perawatan paliatif berfokus pada pendebatan tentang masalah etik pada kematian,
keadaan pada akhir hidup dapat mengakibatkan dilema etik yang lebih bertumpu pada isu
tentang kompetensi orang yang akan meninggal, hak mereka untuk meolak atau menerima
perawatan dalam mempertahankan privasi pribadi mereka atas kemtian mereka sendiri

15
dilema etik mungkin timbul dari perbedaan nilai,ditempatkan pada kehidupan dan wali
mereka .
setiap orang memiliki hak untuk megakses setiap kemungkinan pengobatan , pun dalam
hal keuagan , waktu dan sumber daya yang tersedia .dalam beberapa fasilitas dana harapan
bagi pasien dan keluarga mereka yang membutuhkan perawatan paliatif , tim kesehatan
multi profesional serigng oleh keputusan yang perlu dibuat tergantung pada keadaan dan
watktu tertentu (becker ,R. 2018)
Ini perbedaan nilai tentang isu-isu pada akhir hidup melalui ko prosesunikasi terapeutik
merupakan inti dari pendekatan psikososial dalam prawatan paliatif :
1. Keterampilan Bekerja Tim
bekerja sama dalam tim sebagai bagian dari tim interprofesional merupak hal yang
sangat vital untuk dapat melakukan praktik atau intervensi yang baik terhadap
pasien ,mengigat layanan perawatan paliatif saat ini tidak hanya tersedia di fasilitas
rumah sakit ,namun juga tersedia di rumah hospis,rumah perawaatn atapun rumah
pasien ,seiing dnegan meningkat peran perawatan di area paliatif sehingga keterampilan
untuk dapat bekerja sama dalam suatu tim menjadi suatu keharusan dan keniscayaan.

2. Keterampilan Dakam Perawatan Fisik


untuk area ini ,perawat di tuntut memiliki pengetahuan dan keterampilan yang baik
untuk dapat melakukan asuhan secara langsung dalam kondisi apapun dan
kapanpun,sehungga perawat melakukan tindakan dan mengambil keputusan yang tepat
sesuai kondisi paisen .pengkajian nyeri secara akurat dan holistik dengan menggunakan
berbagai bentuk metode menjadi hal yang dasar.

3. Keterampilan Interpersonal
salah satu area yang menjadi komponen kunci untuk dapat bekerja dengan baik
dan suses dalam area perawatan paliatifadalah keterepilan interpersonal .karena
kematagan secara pribadi dan profesional akan dapat membantu perawat dalam
mengatasi masalah yang terkait dengan isu tersebut. (becker R. 2018).
Melalui proses komunikasi terapeutik merupakan inti dari pendekatan psikososial
dalam perawatan paliatif.Bekerja bersama dalam tim sebagai bagian dari tim

16
interprofesional merupakan hal yang sagat vital untuk dapat melakukan praktik atau
intervensi yang baik terhadap pasien .

BAB 3
PENUTUP

3.1. kesimpulan
palliatif care berarti mengoptimalkan perawatan pasien dan keluarga untuk
meningkatkan kualitas hidup dengan mengantisipasi, mencegah, dan mengobati
penderitaan. palliative caremeliputi seluruh rangkaian penyakit penanganan fisik,
kebutuhan intelektual, emosional, sosial dan spiritual untuk memfasilitasi otonomi
pasien, dan pilihan dalam kehidupan.

3.2. Saran
Setelah membaca dan memahami isi makalah ini,diharapkan bisa memahami teori
professional dan development palliative care, serta asuhan keperawatan terkait palliative
care.Pada teori tersebut dalam proses keperawatan pada pasien,perawat harus bisa menerapkan
asuhan keperawatan dengan baik sehingga dapat memberikan asuhan pelayanan palliatif yang
baik terutama pada pasien pasien yang kronis.

17
DAFTAR PUSTAKA

 Kholid Faisal.2018.sistem komunitas trend dan issue keperawatan.pontianak:program


studi fakultas kedokteran tanjongpura
 Nuhonni dkk.2018.bunga rampai perawatan palliatife.jakarta:FKUI
 Potter dan ferry.2019.buku ajar fundamental keperawata.Vol 1.jakarta:EGC

18

Anda mungkin juga menyukai