Anda di halaman 1dari 22

RESUME

KEBIJAKAN NASIONAL DAN ETIKA MENGENAI


PERAWATAN PALIATIF

OLEH :

NAMA : ERNA EN SYNTIA DIMA LADO

NIM : PO 530320919216

KELAS : PPN TINGKAT 4

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG

PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS KEPERAWATAN

2022
A. PENGERTIAN KEPERAWATAN PALIATIF

Menurut World Health Organization (WHO), perawatan


paliatif adalah suatu pendekatan perawatan yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien baik dewasa maupun anak-anak
serta keluarganya dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa
pasien, dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui
identifikasi dini, pengkajian yang akurat dan penatalaksanaan nyeri
serta masalah fisik lainnya, psikologis dan juga spiritual (WHO,
2016).

Perawatan paliatif adalah pendekatan yang meningkatkan


kualitas hidup pasien dan keluarganya yang dihadapi masalah yang
berhubungan dengan penyakit yang mengancam jiwa, melalui
pencegahan dan pengurangan penderitaan melalui identifikasi awal
dan sempurna penilaian dan pengobatan nyeri dan masalah lain, fisik,
psikososial, dan spiritual (Macleod & Block, 2019)

Perawatan paliatif adalah filosofi perawatan yang mendukung


dan memodifikasi terapi keperawatan dan terapi welas asih yang
dimaksudkan untuk mengurangi rasa sakit dan gejala lain sambil
menangani masalah emosional, sosial, budaya, dan memenuhi
kebutuhan spiritual pasien dan keluarga yang anggota keluarganya
mengalami penyakit progresif yang mengancam jiwa.

The National Council for Hospices and Specialist Palliative


Care Services (2002), memisahkan jenis perawatan paliatif 1)
Perawatan paliatif umum dan 2) Perawatan paliatif spesialis.
Perawatan paliatif umum, yang disediakan oleh perawat profesional
biasa pada pasien dan keluarga yang membutuhkan perawatan dengan
kompleksitas paliatif tingkat rendah sampai sedang. Sedangkan,
layanan perawatan paliatif spesialis, disediakan untuk
pasien dan keluarga mereka dengan kompleksitas kebutuhan
perawatan paliatif sedang hingga tinggi.
B. ISTILAH-ISTILAH TENTANG PALIATIF

Hospice care adalah sarana pelayanan Kesehatan khusus


dimulai dari saat pengobatan dihentikan karena pasien tidak bisa
sembuh dari sakitnya, dan secara statistic berdasarkan pengalaman
dokter pasien tidak dapat lagi disembuhkan .
Terminal care (Perawatan penyakit terminal); perawatan
yang diberikan pada pasien yang menderita penyakit terminal
(contoh, penyakit kanker, Congestif Renal Failure (CRF), AIDS
dll) yang dilakukan dengan tujuan untuk mencegah penderitaan
pasien tersebut serta memberikan bantuan yang berguna bagi
pasien sehingga pasien tersebut memperoleh kualitas kehidupannya
secara baik dengan mengabaikan stadiumnya ataupun kebutuhan
terapi lainnya.
Continuing care (Perawatan berkelanjutan); merupakan
bentuk perawatan yang dilakukan dari awal hingga akhir
kehidupan, mulai dari rumah sakit hingga Kembali
kerumah.perawatan berkelanjutan memerlukan Kerjasama antar
profesi di bidang ilmu untuk menciptakan perawatan yang
komprehensif dan holistik atau menyeluruh.
Care of the dying (Perawatan pasien sekarat); pada
umumnya perawatan ini mengacu pada perawatan yang diberikan
pada hari- hari atau jam-jam terakhir kehidupan. Tujuan dari
perawatan pasien sekarat ini yaitu untuk memastikan bahwa pasien
merasa nyaman dan lebih bermartabat saat meniggal atau
menghadap penciptanya.
Palliative care (Perawatan paliatif); Perawatan paliatif adalah
pendekatan yang digunakan dalam proses perawatan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga mereka
menghadapi masalah kesehatan dan penyakit terminal yang
mengancam jiwa dan menjelang ajal melalui pencegahan dan
pengurangan penderitaan secara dini, membantu pengobatan nyeri,
membantu memenuhi kebutuhan psikososial dan spiritual(Payne et
al., 2008)
End of life care (perawatan di akhir hayat), merupakan
bagian penting dari perawatan paliatif yang mencakup perawatan
dan dukungan untuk orang yang sudah berada pada ujung dari
kehidupannya. Perawatan diakhir hayat biasanya diberikan pada
tahun-tahun terakhir kehidupan pasien sesuai dengan prognosis
penyakit yang sudah disampaikan pada pasien dan keluarga.
Perawatan akhir hayat bertujuan untuk menciptakan rasa nyaman
semaksimal mungkin bagi pasien.
C. TUJUAN PERAWATAN PALIATIF

Secara singkat, tujuan perawatan paliatif adalah untuk


mengurangi penderitaan pasien, meningkatkan kualitas hidup
pasien, memberikan dukungan kepada keluarga yang ditinggalkan.
Selain itu perawatan paliatif juga bertujuan untuk mempersiapkan
pasien secara psikologis dan spiritual agar meninggal dengan lebih
bermartabat.
Para ahli menyebutkan bahwa Perawatan paliatif bertujuan untuk
(Macleod & Block, 2019) :
1. Memberikan bantuan untuk mengurangi rasa sakit dan
penderitaan lainnya akibat gejala-gejala yang ditimbulkan oleh
penyakit menjelang kematian seseorang
2. Menegaskan tentang proses kehidupan dan menganggap
kematian sebagai hal yang normal
3. Tidak bermaksud untuk mempercepat atau menunda kematian
4. Mengintegrasikan perawatan psikologis dan spiritual dalam aspek
perawatan pasien
5. Memfasilitasi sistem pendukung untuk membantu pasien hidup seaktif
mungkin sampai mati
6. Memfasilitasi sistem pendukung untuk membantu keluarga mengatasi
rasa kehilangan selama pasien sakit.
7. Menggunakan pendekatan tim untuk memenuhi kebutuhan
pasien dan keluarganya, termasuk berkabung dan konseling,
jika diindikasikan
8. Meningkatkan kualitas hidup dan hal – hal positif yang
mempengaruhi perjalanan penyakit
9. Dapat diterapkan pada awal perjalanan penyakit, bersamaan
dengan terapi lain yang bertujuan untuk memperpanjang hidup,
seperti kemoterapi atau terapi radiasi. Hal ini diperlukan untuk
lebih memahami dan mengelola komplikasi klinis yang
menyedihkan.
D. PRINSIP – PRINSIP PERAWATAN PALIATIF

Prinsip perawatan paliatif ini masih sangat berhubungan


dengan domain perawatan paliatif yang terfokus pada struktur dan
proses perawatan mulai dari interdisiplin ilmu yang berdasar pada
tujuan perawatan pasien dan keluarga, serta prognosis penyakit,
memperhatikan aspek fisik, psikologis, social, spiritual dan juga
budaya. Domain lain dari perawatan paliatif yaitu perawatan pasien
dalam kondisi sakaratul maut. Tim paliatif akan mengutamakan
kehadiran sebagai upaya pendampingan untuk pasien dan keluarga,
rekognisi, komunikasi dengan pasien dan keluarga, serta
memberikan edukasi.
Domain yang tidak kalah penting dari perawatan paliatif
adalah aspek etik dan hukum. Saat seorang pasien didiagnosa
menderita penyakit terminal, maka tim paliatif dapat akan bekerja
dengan tidak melupakan aspek etik, dalam hal ini tim perlu
memperhatikan etik dan etika dalam proses perawatan. Selain itu
aspek hukum, dengan memperhatikan keputusan yang di buat oleh
pasien untuk berusaha menghargai raganya yang terdiagnosa
penyakit terminal sebelum meninggal dunia(Vadivelu et al., 2013)
.
Prinsip-prinsip perawatan paliatif sangat berhubungan dengan
domain-domain perawatan paliatif, yaitu :
1. Ruang lingkup perawatan paliatif adalah pasien yang
didiagnosa menderita penyakit kronis atau tidak bisa
disembuhkan
2. Perawatan paliatif dimulai Ketika pasien didiagnosis sampai
dengan meninggal
3. Perawatan paliatif berpusat pada perawatan pasien dan
keluarga, yang diawali saat pasien di diagnose mendertia
penyakit kronis dan/atau penyakit terminal, perawatan pasien
dengan penyakit terminal, sampai pasien meninggal, serta
keluarga yang berduka dan kehilangan
4. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan pada perawatan
paliatif adalah pelayanan yang dilakukan secara aktif misalnya
tim selalu siap untuk menangani masalah-masalah Kesehatan
pasien dengan mengutamakan kenyamanan sehingga pasien
meninggal tanpa merasa nyeri. Selain itu juga keterampilan
manajemen untuk kondisi-kondisi yang spesifik.
5. Perawatan yang integral, perawatan paliatif juga dilakukan
dengan berjenjang, mulai dari pasien didiagnosa, pasien
menjalani proses perawatan rawat jalan, rawat inap, Hospice
care sampai pasien meninggal
6. Komunikasi yang efektif. Pasien dengan penyakit kronis, akan
dirawat oleh tim multidisipliner, untuk melakukan proses
perawatan yang baik, maka dibutuhkan komunikasi yang
efektif, sehingga dapat melakukan Kerjasama perawatan
dengan baik.
7. Perawatan paliatif, dilakukan secara holistic dengan melihat
semua aspek yang dibutuhkan oleh pasien dan keluarga yaitu
penyakit yang diderita, fisik, psikologis, social, spiritual,
kehidupan sehari-hari dari pasien dan keluarga, serta harapan
dan tujuan pasien.
8. Perawatan paliatif berkaitan dengan multidisiplin yang bekerja
Bersama. Terdiri dari dokter spesialis, dokter umum, perawat,
ahli gizi, psikolog, rohaniawan, relawan, farmasi, fisioterapis
social medis dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan pasien dan
keluarga.
9. Prinsip perawatan paliatif menurut O’Neill & Fallon (1997)
1 Menegaskan bahwa kehidupan dan kematian sebagai
proses yang normal
2 Tidak mempercepat atau menunda kematian
3 Memberikan bantuan untuk menghilangkan rasa sakit
dan/atau gejala-gejala menyedihkan lainnya
4 Mengintegrasikan perawatan pada aspek psikologis dan
spiritual
5 Memfasilitasi system pendukung untuk membantu
pasien hidup seaktif mungkin sampai pasien meninggal
6 Memfasilitasi system pendukung untuk membantu
keluarga pasien selama pasien menderita penyakit,
meninggal dan keluarga merasa kehilangan dan berduka
Gόmez-Batiste et al, 2017) mneyebutkan prinsip utama
penyediaan perawatan paliatif adalah The Concept of
Comprehensive yaitu perawatan yang memperhatikan semua
kebutuhan multidimensi dari pasien dan keluarga; Integrated
Care yaitu perawatan yang terpadu, seluruh layanan dan
pengaturan perawatan satu koordinasi; Quality yaitu pelayanan
yang berkualitas dengan respon cepat, efektif dan efisien; dan
Universal access yaitu pelayanan yang mengutamakan kesetaraan
dan terintegrasi dalam semua tingkatan system Kesehatan. Dalam
perawatan paliatif sangat dibutuhkan nilai-nilai kasih sayang dan
komitmen untuk merawat orang-orang yang berada dalam situasi
yang rapuh.
A. KONSEP ETIK
Etik dalam konteks Bahasa berasal dari Yunani yaitu Ethos
yang dapat berarti karakter berpikir, cara memaknai sesuatu kebiasaan,
atau perilaku yang dapat diterima dalam suatu kelompok. Secara luas etik
dapat juga dimaknai sebagai atribut yang melekat pada individu dalam
hal berperilaku dan berinteraksi dengan orang lain. Pandangan lain
menyatakan bahwa etik adalah persoalan moralitas yang darinya dapat
seseorang membedakan sesuatu yang baik dan buruk.
Etika merupakan suatu ilmu tentang hubungan perilaku atau
kepribadian dan aksi moral terhadap nilai dalam berinterkasi dengan
orang lain, secara sederhana etika dapat dimaknai sebagai ilmu dan
pengetahuan tentang yang baik dan buruk, tentang hak dan kewajiabn
secara moral. Etika dan etik menjadi suatu kesatuan yang tak terpisahkan
dalam praktiknya dan keduanya mengandung unsur hukum. Apabilah
etik dan etika dilanggar maka akan ada konsekuensi yang harus diterima
bagi orang yang melanggarnya baik bersifat teguran, sanksi bahkan bisa
ke ranah hukum. Sanksi bagi pelanggaran etik lebih berat dibandingkan
pelanggaran etika.Persoalan Etik jika dikaitkan dengan pelayanan maka
dapat dimaknai sebagai prinsip-prinsip yang dipegang teguh dalam
bekerja, dalam praktiknya etik lebih dikenal sebagai kode etik sedangkan
etika dikenal sebagai tata krama dan nilai-nilai kesopanan. Etik menjadi
alat kontrol dalam penerapan nilai-nilai kebaikan dimanapun kita berada
dan dengan siapa kita berinteraksi termasuk dalam setting perawatan
paliatif. Keberadaan etik akan memudahkan kita dalam memberikan
pelayanan dan asuhan keperawatan kepada pasien karena etik akan
menjadi dasar dalam bertindak dan pengambilan keputusan, dalam
memberikan asuhan keperawatan perawat paliatif akan banyak
diperhadapkan dengan persoalan etik.
B. PRINSIP ETIK

Dalam penerapan etik tidak boleh lepas dari prinsip prinsip


yang harus dijunjung dan dijaga demi terciptanya nilai nilai
kebaikan. Berikut beberapa prinsip etik dalam perawatan paliatif.
1. Autonomy

Prinsip autonomy atau otonomi adalah upaya untuk


menunjukkan akan hak individual dalam menetapakan apa yang
menjadi keinginannya sehingga membuat dan menetapkan
keputusan terkait dirinya. Kondisi ini perawat dapat menghargai
dan menerima dari keputusan yang telah ditetapkan oleh pasien,
hal yang sangat penting dari prinsip ini adalah pasien
mendapatkan informasi yang akurat dan valid, selain itu perawat
juga dapat memastikan jika informasi yang disampaikan telah
dipahami dengan baik oleh pasien. Informasi yang disampaikan
pada pasien paliatif care sangat mendasar dan prinsip, Informasi
yang disampaikan biasanya terkait dengan diagnosis
dan prognosis dari penyakit yang diderita oleh pasien, rencana
tindakan selanjutnya yang dilakukan, risiko dan dampak dari
tindakan yang dilakukan, segala kemungkina terburuk yang bisa
terjadi selama tindakan perawatan, serta informasi terkait
seluruh pembiayaan yang muncul dari perawatan yang
diberikan.
2. Beneficience

Prinsip beneficience dapat diartikan sebagai upaya dalam


memberikan yang terbaik serta memiliki asas manfaat bagi pasien.
Dalam implementasinya prinsip dari beneficence bukan sekedar
memberikan tindakan penanganan akan tetapi memberikan manfaat
atau meringankan keluhan pasien, sehingga dengan menerapkan
prinsip ini maka tidak lagi Tindakan yang sifatnya sia sia.
3. Non-maleeficience

Prinsip non-maleeficience dapat melindungi pasien dari atau hal- hal


yang merugikan, membahayakan dan mengancam keselematan
pasien yang diakibatkan oleh perawat. Prinsip ini menekankan
bahwa dalam bertindak seorang perawat harus memiliki dasar
pengetahuan atau standar praktik yang telah ditetapkan.
4. Justice

Prinsip justice selalu mengedepankan pemerataan dan persamaan,


yaitu berperilku adil pada setiap orang dan situasi yang dihadapi.
Prinsip justice harus memperhatikan faktor-faktor eksternal atau
lingkungan sekitar dalam hal ini kondisi pasien yang sifatnya
prioritas agar tidak terkesan membeda- mendakan.
5. Veracity

Prinsip veracity merupakan prinsip yang harus selalu dijunjung


oleh perawat yaitu prinsip berkata jujur dimana seorang perawat
harus selalu menyampaikan kondisi sebenarnya yang dialami
oleh pasien, Penderita penyakit kronis atau pasien-pasien
palliative care selalu menanyakan kondisinya dan segala
kemungkinan yang bisa terjadi, sehingga sangat penting
keterbukaan dan kejujuran oleh seorang perawat.
6. Fidelity

Prinsip etik fidelity terkait dengan kesetiaan dalam hal menepati


janji serta komitmen pelayanan, pasien paliatif membutuhkan
kepastian hidup sehingga seorang perawat senantiasa
berkomitmen dengan apa yang telah menjadi kesepakatan dengan
pasien.
7. Confidentiality

Prinsip confidentility atau menjaga kerahasiaan data serta


informasi penting terkait kondisi pasien, catatan rekam medis
pasien tidak boleh diekspose langsung oleh perawat tanpa
persetujuan dari pasien yang bersangkutan. Prinsip
confidentiality harus mempertimbangkan persetujuan dari pihak
keluarga yang bersangkutan.
8. Accountability

Prinsip utama dari accountability adalah bagaimana seorang


perawat mempertanggujawabkan dari ucapan, perilaku dan
tindakan yang telah dilakukan, prinsip accountability dapat
melibatkan organisasi profesi dan institusi pelayanan kesehatan
tempat perawat bernaung.

C. PENERAPAN ETIK PADA PERAWATAN PALIATIF

Setting perawatan paliatif akan memperhadapatkan


perawat pada berbagai kondisi dilema etik, perawat akan
mengalami situasi yang serba salah dan dilematis. Berikut akan
diuraikan contoh- contoh situasi klinik yang
memperhadapapkan aspek dilema etis bagi perawat.
1. Euthanasia

Tindakan euthanasia merupakan tindakan untuk mengakhiri


kehidupan manusia dengan tujuan meringankan penderitaan
yang dialaminya. Pasien palitif identik dengan kondisi
penderitaan yang berkepanjangan, euthanasia dapat menjadi
salah satu tindakan untuk menghilangkan penderitaaan yang
dialami bagi pasien. Namun tindakan ini tidak sesuai dengan
prinsip perawatan paliatif yaitu menghargai setiap nyawa
pasien. Tindakan euthanasia perlu mendapatkan pertimbangan
dari keluarga dan paling penting melihat kondisi pasien,
prinsip mendasar dari tindakan ini adalah mengurangi
penderitaan pasien dan beban keluarga. Prinsip etik yang terkait
dengan tindakan ini yaitu: beneficience, non-maleficience.
veracity, confidentiality, accountability.
2. Manajemen nyeri

Setting perawatan paliatif sering dikaitkan dengan rasa


penderitaan dan kesakitan yang dialami oleh pasien, sehingga
sangat penting memperhatikan permasalahan nyeri yang
dialami oleh pasien, manajemen nyeri yang populer pada pasien
paliatif adalah penggunaan obat-obatan golongan opioid,
namun di sisi lain obat ini dapat memberikan efek samping lain
yang juga berbahaya, kondisi seperti ini dibutuhkan prinsip
etik sebagai landasan dalam mengambil keputusan, apakah
tindakan yang diberikan memberikan manfaat atau justru
sebaliknya membahayakan nyawa pasien. Prinsip etik yang
terkait dengan tindakan ini yaitu: beneficience, non-
maleficience. accountability.
3. Penggunaan obat-obatan sedative

Pasien paliatif sering mengalami keluhan secara fisik dan


psikologis, untuk mengatasi keluhan tersebut pasien
biasanya diberikan obat-obatan sedative namun sebisa
mungkin tetap diberikan tindakan non farmakolis terlebih
dahulu. secara prinsip pemberian obat-obatan sedative
dilakukan ketika intervensi lainnya tidak dapat mengontrol
keluhan yang dialami oleh pasien dan kondisinya betul-
betul membutuhkan obat-obat tersebut, mengingat
penggunaan obat-obatan sedative juga dapat memberikan
efek negative pada kondisi kesehatan pasien. Prinsip etik
yang terkait dengan tindakan ini yaitu: beneficience, non-
maleficience. veracity, accountability.
4. Pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi

Kebutuhan cairan dan nutrisi menjadi hal mendasar dalam


menunjang perbaikan kondisi kesehatan pasien, namun
kondisinya berbeda saat intake cairan dan nutrisi justru
dibatasi bahkan dapat dihentikan. Pada setting perawatan
paliatif khususnya pada situasi menjelang ajal beberapa alat
bantu cairan dan nutrisi dilepaskan atau tidak dibutuhkan
lagi, namun perlu diketahui bagi perawat bahwa situasi ini
dapat dilakukan jika memang kondisi pasien dalam keadaan
sekarat atau menjelang ajal dimana tidak lagi
membutuhkan terapi cairan dan nutrisi atau saat
diberikanpun tidak memberikan lagi manfaat kepada
pasien. Tindakan ini tentunya harus mendapatkan
persetujaun dari pasien atau keluarga pasien. Prinsip etik
yang terkait dengan tindakan ini yaitu: beneficience, non-
maleficience. veracity, accountability.
5. Resuisitasi Jantung Paru
Tindakan resuisitasi jantung paru (RJP) merupakan tindakan life
saving yang diberikan pada pasien dengan kondisi nyawa terancam,
namun pemberian tindakan RJP pada setting perawatan paliatif
perlu mendapatkan pertimbangan dengan baik dan mendapatkan
persetujuan dari keluarga, bahkan beberapa kondisi pasien sudah
menyampaikan untuk tidak diberikan tindakan RJP pada saat
kondisi menjelang kematian. Hal ini karena tindakan RJP pada
pasien perawatan paliatif kecil kemungkinannya untuk
penyelamatan jiwa. Prinsip etik yang terkait dengan tindakan ini
yaitu: beneficience, non-maleficience, veracity, accountability.

D. KEBIJAKAN PERAWATAN PALIATIF


Lahirnya kebijakan tentang perawatan paliatif dapat menjadi penguatan
dalam pemberian pelayanan pada pasien-pasien therminal Illnes atau pada
pasien dengan penyakit stadium akhir yang sulit lagi untuk disembuhkan.
Pokok kebijakan nasional pada perawatan paliatif yaitu keputusan menteri
kesehatan RI nomor 812 tahun 2007 tentang kebijakan perawatan paliatif,
a. Puskesmas

Pelayanan perawatan paliatif diharapkan terdapat pada seluruh


tatanan pelayanan kesehatan termasuk pada tingkat puskesmas.
Pelayanan perawatan paliatif pada layanan fasilitas kesehatan primer
masih sangat terbatas, umumnya belum tersedia program yang
spesifik pada penyakit-penyakit stadium akhir melainkan masih
tergabung dalam program lainnya misal pada program pencegahan
dan pengendalian penyakit tidak menular (P2PTM). Layanan
perawatan paliatif belum terlalu maksimal karena terbatasnya SDM
yang memahahami konsep perawatan paliatif. Beberapa hasil studi
menyebutkan masi rendahnya pengetahuan perawat di RS terkait
perawatan paliatif. Hal ini menjadi salah satu faktor penghambat
dalam pelaksanaan program pelayanan perawatan paliatif baik di
tingkat rumah sakit maupun di Puskesmas.
Tantangan saat ini bagaimana program layanan home care pada
puskesmas dapat difokuskan pada pasien-pasien paliatif. Kondisi saat
ini perawat perawat komunitas atau perkesmas belum maksimal
dalam menangani pasien paliatif yang ada di masyarakat, misal
pasien kanker selama ini aksesnya langsung ke rumah sakit saat
ingin berobat begitupula setelah keluar rumah sakit mereka tidak
mendapatkan layanan home care dari puskemas. Harapan penulis
bagaimana supaya bisa lahir kebijakan perawatan paliatif yang
sifatnya terintegrasi secara vertikal dan horizontal. Pasien paliatif
yang membutuhkan perawatan lanjutan akan dirujuk dari puskesmas
ke rumah sakit terkait, sedangkan pasien yang keluar dari rumah
sakit akan mendapatkan layanan home care dari puskesmas terkait.
2. Sistem Pendidikan
Pendidikan formal terkait program studi keperawatan paliatif di Indonesia
masi jarang kita jumpai, yang ada saat ini masih dalam bentuk integrasi
dalam mata kuliah baik berdiri sendiri maupun menjadi subbagian dalam
materi mata kuliah tertentu. Sejak tahun 2015 melalui kurikulum AIPNI
mata kuliah keperawatan paliatif menjadi mata kuliah inti yang terdapat
dalam kurikulum perguruan tinggi dengan bobot 3 SKS. Kemudian pada
kurikulum AIPNI tahun 2021 mata kuliah keperawatan menjelang ajal dan
paliaitf masih menjadi mata kuliah inti dalam struktur kurikulum meskipun
bobotnya menjadi 2 SKS yaitu 1 sks teori dan 1 sks praktik laboratorium.
Tantangan saat ini yaitu masih terbatasnya tim pengajar mata kuliah
keperawatan paliatif yang memiliki pengalaman pendidikan formal dalam
bidang perawatan paliatif baik pada level magister maupun doktor. Harapan
dari penulis pada kebijakan sistem pendidikan perawatan paliatif yaitu
lahirnya program studi perawatan paliatif mulai pada level sarjana,
magister, hingga doktor, selain itu program program peminatan dan
spesilisasi dalam bidang perawatan paliatif dapat dikembangkan.
REFERENSI

AIPNI (2016). Kurikulum Inti Pendidikan Ners Indonesia tahun


2015. Asosiasi Pendididikan Ners Indonesia (AIPNI): Jakarta Selatan.

AIPNI (2021). Kurikulum Inti Pendidikan Ners Indonesia tahun


2021. Asosiasi Pendididikan Ners Indonesia (AIPNI): Jakarta Selatan.

Effendy, C., Agustina. H.R., Kristanti, M.S, & Engels, Y. (2015)


Palliative Care in Indonesia. European Journal of Palliative Care, 22
(2).

Indar (2014). Dimensi Etik dan Hukum Keperawatan.

Masagena Pres: Makassar.


Kemenkes RI (2007). Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
812/MENKES/SK/VII/2007 tentang Kebijakan Perawatan Paliatif.

Nash, R. R. (2013). Palliative Care: ethics and the law. In


Bereger, A.M., shuster, J, L., & Von Roenn, J. H. (Eds). Pinciplesnand
practice of palliative care and suppoertive oncology fourth edition.
Lippincott Williams & Wilkins.

Yodang (2018). Buku Ajar Keperawatan Paliatif berdasarkan


kurikulum AIPNI 2015. CV Trans Info Media: Jakarta Timur.

Anda mungkin juga menyukai