Menurut World Health Organization (WHO), perawatan
paliatif adalah suatu pendekatan perawatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien baik dewasa maupun anak-anak serta keluarganya dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa pasien, dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang akurat dan penatalaksanaan nyeri serta masalah fisik lainnya, psikologis dan juga spiritual (WHO, 2016).
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang meningkatkan
kualitas hidup pasien dan keluarganya yang dihadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang mengancam jiwa, melalui pencegahan dan pengurangan penderitaan melalui identifikasi awal dan sempurna penilaian dan pengobatan nyeri dan masalah lain, fisik, psikososial, dan spiritual (Macleod & Block, 2019)
Perawatan paliatif adalah filosofi perawatan yang mendukung
dan memodifikasi terapi keperawatan dan terapi welas asih yang dimaksudkan untuk mengurangi rasa sakit dan gejala lain sambil menangani masalah emosional, sosial, budaya, dan memenuhi kebutuhan spiritual pasien dan keluarga yang anggota keluarganya mengalami penyakit progresif yang mengancam jiwa.
The National Council for Hospices and Specialist Palliative
Care Services (2002), memisahkan jenis perawatan paliatif 1) Perawatan paliatif umum dan 2) Perawatan paliatif spesialis. Perawatan paliatif umum, yang disediakan oleh perawat profesional biasa pada pasien dan keluarga yang membutuhkan perawatan dengan kompleksitas paliatif tingkat rendah sampai sedang. Sedangkan, layanan perawatan paliatif spesialis, disediakan untuk pasien dan keluarga mereka dengan kompleksitas kebutuhan perawatan paliatif sedang hingga tinggi. B. ISTILAH-ISTILAH TENTANG PALIATIF
Hospice care adalah sarana pelayanan Kesehatan khusus
dimulai dari saat pengobatan dihentikan karena pasien tidak bisa sembuh dari sakitnya, dan secara statistic berdasarkan pengalaman dokter pasien tidak dapat lagi disembuhkan . Terminal care (Perawatan penyakit terminal); perawatan yang diberikan pada pasien yang menderita penyakit terminal (contoh, penyakit kanker, Congestif Renal Failure (CRF), AIDS dll) yang dilakukan dengan tujuan untuk mencegah penderitaan pasien tersebut serta memberikan bantuan yang berguna bagi pasien sehingga pasien tersebut memperoleh kualitas kehidupannya secara baik dengan mengabaikan stadiumnya ataupun kebutuhan terapi lainnya. Continuing care (Perawatan berkelanjutan); merupakan bentuk perawatan yang dilakukan dari awal hingga akhir kehidupan, mulai dari rumah sakit hingga Kembali kerumah.perawatan berkelanjutan memerlukan Kerjasama antar profesi di bidang ilmu untuk menciptakan perawatan yang komprehensif dan holistik atau menyeluruh. Care of the dying (Perawatan pasien sekarat); pada umumnya perawatan ini mengacu pada perawatan yang diberikan pada hari- hari atau jam-jam terakhir kehidupan. Tujuan dari perawatan pasien sekarat ini yaitu untuk memastikan bahwa pasien merasa nyaman dan lebih bermartabat saat meniggal atau menghadap penciptanya. Palliative care (Perawatan paliatif); Perawatan paliatif adalah pendekatan yang digunakan dalam proses perawatan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga mereka menghadapi masalah kesehatan dan penyakit terminal yang mengancam jiwa dan menjelang ajal melalui pencegahan dan pengurangan penderitaan secara dini, membantu pengobatan nyeri, membantu memenuhi kebutuhan psikososial dan spiritual(Payne et al., 2008) End of life care (perawatan di akhir hayat), merupakan bagian penting dari perawatan paliatif yang mencakup perawatan dan dukungan untuk orang yang sudah berada pada ujung dari kehidupannya. Perawatan diakhir hayat biasanya diberikan pada tahun-tahun terakhir kehidupan pasien sesuai dengan prognosis penyakit yang sudah disampaikan pada pasien dan keluarga. Perawatan akhir hayat bertujuan untuk menciptakan rasa nyaman semaksimal mungkin bagi pasien. C. TUJUAN PERAWATAN PALIATIF
Secara singkat, tujuan perawatan paliatif adalah untuk
mengurangi penderitaan pasien, meningkatkan kualitas hidup pasien, memberikan dukungan kepada keluarga yang ditinggalkan. Selain itu perawatan paliatif juga bertujuan untuk mempersiapkan pasien secara psikologis dan spiritual agar meninggal dengan lebih bermartabat. Para ahli menyebutkan bahwa Perawatan paliatif bertujuan untuk (Macleod & Block, 2019) : 1. Memberikan bantuan untuk mengurangi rasa sakit dan penderitaan lainnya akibat gejala-gejala yang ditimbulkan oleh penyakit menjelang kematian seseorang 2. Menegaskan tentang proses kehidupan dan menganggap kematian sebagai hal yang normal 3. Tidak bermaksud untuk mempercepat atau menunda kematian 4. Mengintegrasikan perawatan psikologis dan spiritual dalam aspek perawatan pasien 5. Memfasilitasi sistem pendukung untuk membantu pasien hidup seaktif mungkin sampai mati 6. Memfasilitasi sistem pendukung untuk membantu keluarga mengatasi rasa kehilangan selama pasien sakit. 7. Menggunakan pendekatan tim untuk memenuhi kebutuhan pasien dan keluarganya, termasuk berkabung dan konseling, jika diindikasikan 8. Meningkatkan kualitas hidup dan hal – hal positif yang mempengaruhi perjalanan penyakit 9. Dapat diterapkan pada awal perjalanan penyakit, bersamaan dengan terapi lain yang bertujuan untuk memperpanjang hidup, seperti kemoterapi atau terapi radiasi. Hal ini diperlukan untuk lebih memahami dan mengelola komplikasi klinis yang menyedihkan. D. PRINSIP – PRINSIP PERAWATAN PALIATIF
Prinsip perawatan paliatif ini masih sangat berhubungan
dengan domain perawatan paliatif yang terfokus pada struktur dan proses perawatan mulai dari interdisiplin ilmu yang berdasar pada tujuan perawatan pasien dan keluarga, serta prognosis penyakit, memperhatikan aspek fisik, psikologis, social, spiritual dan juga budaya. Domain lain dari perawatan paliatif yaitu perawatan pasien dalam kondisi sakaratul maut. Tim paliatif akan mengutamakan kehadiran sebagai upaya pendampingan untuk pasien dan keluarga, rekognisi, komunikasi dengan pasien dan keluarga, serta memberikan edukasi. Domain yang tidak kalah penting dari perawatan paliatif adalah aspek etik dan hukum. Saat seorang pasien didiagnosa menderita penyakit terminal, maka tim paliatif dapat akan bekerja dengan tidak melupakan aspek etik, dalam hal ini tim perlu memperhatikan etik dan etika dalam proses perawatan. Selain itu aspek hukum, dengan memperhatikan keputusan yang di buat oleh pasien untuk berusaha menghargai raganya yang terdiagnosa penyakit terminal sebelum meninggal dunia(Vadivelu et al., 2013) . Prinsip-prinsip perawatan paliatif sangat berhubungan dengan domain-domain perawatan paliatif, yaitu : 1. Ruang lingkup perawatan paliatif adalah pasien yang didiagnosa menderita penyakit kronis atau tidak bisa disembuhkan 2. Perawatan paliatif dimulai Ketika pasien didiagnosis sampai dengan meninggal 3. Perawatan paliatif berpusat pada perawatan pasien dan keluarga, yang diawali saat pasien di diagnose mendertia penyakit kronis dan/atau penyakit terminal, perawatan pasien dengan penyakit terminal, sampai pasien meninggal, serta keluarga yang berduka dan kehilangan 4. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan pada perawatan paliatif adalah pelayanan yang dilakukan secara aktif misalnya tim selalu siap untuk menangani masalah-masalah Kesehatan pasien dengan mengutamakan kenyamanan sehingga pasien meninggal tanpa merasa nyeri. Selain itu juga keterampilan manajemen untuk kondisi-kondisi yang spesifik. 5. Perawatan yang integral, perawatan paliatif juga dilakukan dengan berjenjang, mulai dari pasien didiagnosa, pasien menjalani proses perawatan rawat jalan, rawat inap, Hospice care sampai pasien meninggal 6. Komunikasi yang efektif. Pasien dengan penyakit kronis, akan dirawat oleh tim multidisipliner, untuk melakukan proses perawatan yang baik, maka dibutuhkan komunikasi yang efektif, sehingga dapat melakukan Kerjasama perawatan dengan baik. 7. Perawatan paliatif, dilakukan secara holistic dengan melihat semua aspek yang dibutuhkan oleh pasien dan keluarga yaitu penyakit yang diderita, fisik, psikologis, social, spiritual, kehidupan sehari-hari dari pasien dan keluarga, serta harapan dan tujuan pasien. 8. Perawatan paliatif berkaitan dengan multidisiplin yang bekerja Bersama. Terdiri dari dokter spesialis, dokter umum, perawat, ahli gizi, psikolog, rohaniawan, relawan, farmasi, fisioterapis social medis dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan pasien dan keluarga. 9. Prinsip perawatan paliatif menurut ONeill & Fallon (1997) 1 Menegaskan bahwa kehidupan dan kematian sebagai proses yang normal 2 Tidak mempercepat atau menunda kematian 3 Memberikan bantuan untuk menghilangkan rasa sakit dan/atau gejala-gejala menyedihkan lainnya 4 Mengintegrasikan perawatan pada aspek psikologis dan spiritual 5 Memfasilitasi system pendukung untuk membantu pasien hidup seaktif mungkin sampai pasien meninggal 6 Memfasilitasi system pendukung untuk membantu keluarga pasien selama pasien menderita penyakit, meninggal dan keluarga merasa kehilangan dan berduka Gόmez-Batiste et al, 2017) mneyebutkan prinsip utama penyediaan perawatan paliatif adalah The Concept of Comprehensive yaitu perawatan yang memperhatikan semua kebutuhan multidimensi dari pasien dan keluarga; Integrated Care yaitu perawatan yang terpadu, seluruh layanan dan pengaturan perawatan satu koordinasi; Quality yaitu pelayanan yang berkualitas dengan respon cepat, efektif dan efisien; dan Universal access yaitu pelayanan yang mengutamakan kesetaraan dan terintegrasi dalam semua tingkatan system Kesehatan. Dalam perawatan paliatif sangat dibutuhkan nilai-nilai kasih sayang dan komitmen untuk merawat orang-orang yang berada dalam situasi yang rapuh. A. KONSEP ETIK Etik dalam konteks Bahasa berasal dari Yunani yaitu Ethos yang dapat berarti karakter berpikir, cara memaknai sesuatu kebiasaan, atau perilaku yang dapat diterima dalam suatu kelompok. Secara luas etik dapat juga dimaknai sebagai atribut yang melekat pada individu dalam hal berperilaku dan berinteraksi dengan orang lain. Pandangan lain menyatakan bahwa etik adalah persoalan moralitas yang darinya dapat seseorang membedakan sesuatu yang baik dan buruk. Etika merupakan suatu ilmu tentang hubungan perilaku atau kepribadian dan aksi moral terhadap nilai dalam berinterkasi dengan orang lain, secara sederhana etika dapat dimaknai sebagai ilmu dan pengetahuan tentang yang baik dan buruk, tentang hak dan kewajiabn secara moral. Etika dan etik menjadi suatu kesatuan yang tak terpisahkan dalam praktiknya dan keduanya mengandung unsur hukum. Apabilah etik dan etika dilanggar maka akan ada konsekuensi yang harus diterima bagi orang yang melanggarnya baik bersifat teguran, sanksi bahkan bisa ke ranah hukum. Sanksi bagi pelanggaran etik lebih berat dibandingkan pelanggaran etika.Persoalan Etik jika dikaitkan dengan pelayanan maka dapat dimaknai sebagai prinsip-prinsip yang dipegang teguh dalam bekerja, dalam praktiknya etik lebih dikenal sebagai kode etik sedangkan etika dikenal sebagai tata krama dan nilai-nilai kesopanan. Etik menjadi alat kontrol dalam penerapan nilai-nilai kebaikan dimanapun kita berada dan dengan siapa kita berinteraksi termasuk dalam setting perawatan paliatif. Keberadaan etik akan memudahkan kita dalam memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan kepada pasien karena etik akan menjadi dasar dalam bertindak dan pengambilan keputusan, dalam memberikan asuhan keperawatan perawat paliatif akan banyak diperhadapkan dengan persoalan etik. B. PRINSIP ETIK
Dalam penerapan etik tidak boleh lepas dari prinsip prinsip
yang harus dijunjung dan dijaga demi terciptanya nilai nilai kebaikan. Berikut beberapa prinsip etik dalam perawatan paliatif. 1. Autonomy
Prinsip autonomy atau otonomi adalah upaya untuk
menunjukkan akan hak individual dalam menetapakan apa yang menjadi keinginannya sehingga membuat dan menetapkan keputusan terkait dirinya. Kondisi ini perawat dapat menghargai dan menerima dari keputusan yang telah ditetapkan oleh pasien, hal yang sangat penting dari prinsip ini adalah pasien mendapatkan informasi yang akurat dan valid, selain itu perawat juga dapat memastikan jika informasi yang disampaikan telah dipahami dengan baik oleh pasien. Informasi yang disampaikan pada pasien paliatif care sangat mendasar dan prinsip, Informasi yang disampaikan biasanya terkait dengan diagnosis dan prognosis dari penyakit yang diderita oleh pasien, rencana tindakan selanjutnya yang dilakukan, risiko dan dampak dari tindakan yang dilakukan, segala kemungkina terburuk yang bisa terjadi selama tindakan perawatan, serta informasi terkait seluruh pembiayaan yang muncul dari perawatan yang diberikan. 2. Beneficience
Prinsip beneficience dapat diartikan sebagai upaya dalam
memberikan yang terbaik serta memiliki asas manfaat bagi pasien. Dalam implementasinya prinsip dari beneficence bukan sekedar memberikan tindakan penanganan akan tetapi memberikan manfaat atau meringankan keluhan pasien, sehingga dengan menerapkan prinsip ini maka tidak lagi Tindakan yang sifatnya sia sia. 3. Non-maleeficience
Prinsip non-maleeficience dapat melindungi pasien dari atau hal- hal
yang merugikan, membahayakan dan mengancam keselematan pasien yang diakibatkan oleh perawat. Prinsip ini menekankan bahwa dalam bertindak seorang perawat harus memiliki dasar pengetahuan atau standar praktik yang telah ditetapkan. 4. Justice
Prinsip justice selalu mengedepankan pemerataan dan persamaan,
yaitu berperilku adil pada setiap orang dan situasi yang dihadapi. Prinsip justice harus memperhatikan faktor-faktor eksternal atau lingkungan sekitar dalam hal ini kondisi pasien yang sifatnya prioritas agar tidak terkesan membeda- mendakan. 5. Veracity
Prinsip veracity merupakan prinsip yang harus selalu dijunjung
oleh perawat yaitu prinsip berkata jujur dimana seorang perawat harus selalu menyampaikan kondisi sebenarnya yang dialami oleh pasien, Penderita penyakit kronis atau pasien-pasien palliative care selalu menanyakan kondisinya dan segala kemungkinan yang bisa terjadi, sehingga sangat penting keterbukaan dan kejujuran oleh seorang perawat. 6. Fidelity
Prinsip etik fidelity terkait dengan kesetiaan dalam hal menepati
janji serta komitmen pelayanan, pasien paliatif membutuhkan kepastian hidup sehingga seorang perawat senantiasa berkomitmen dengan apa yang telah menjadi kesepakatan dengan pasien. 7. Confidentiality
Prinsip confidentility atau menjaga kerahasiaan data serta
informasi penting terkait kondisi pasien, catatan rekam medis pasien tidak boleh diekspose langsung oleh perawat tanpa persetujuan dari pasien yang bersangkutan. Prinsip confidentiality harus mempertimbangkan persetujuan dari pihak keluarga yang bersangkutan. 8. Accountability
Prinsip utama dari accountability adalah bagaimana seorang
perawat mempertanggujawabkan dari ucapan, perilaku dan tindakan yang telah dilakukan, prinsip accountability dapat melibatkan organisasi profesi dan institusi pelayanan kesehatan tempat perawat bernaung.
C. PENERAPAN ETIK PADA PERAWATAN PALIATIF
Setting perawatan paliatif akan memperhadapatkan
perawat pada berbagai kondisi dilema etik, perawat akan mengalami situasi yang serba salah dan dilematis. Berikut akan diuraikan contoh- contoh situasi klinik yang memperhadapapkan aspek dilema etis bagi perawat. 1. Euthanasia
Tindakan euthanasia merupakan tindakan untuk mengakhiri
kehidupan manusia dengan tujuan meringankan penderitaan yang dialaminya. Pasien palitif identik dengan kondisi penderitaan yang berkepanjangan, euthanasia dapat menjadi salah satu tindakan untuk menghilangkan penderitaaan yang dialami bagi pasien. Namun tindakan ini tidak sesuai dengan prinsip perawatan paliatif yaitu menghargai setiap nyawa pasien. Tindakan euthanasia perlu mendapatkan pertimbangan dari keluarga dan paling penting melihat kondisi pasien, prinsip mendasar dari tindakan ini adalah mengurangi penderitaan pasien dan beban keluarga. Prinsip etik yang terkait dengan tindakan ini yaitu: beneficience, non-maleficience. veracity, confidentiality, accountability. 2. Manajemen nyeri
Setting perawatan paliatif sering dikaitkan dengan rasa
penderitaan dan kesakitan yang dialami oleh pasien, sehingga sangat penting memperhatikan permasalahan nyeri yang dialami oleh pasien, manajemen nyeri yang populer pada pasien paliatif adalah penggunaan obat-obatan golongan opioid, namun di sisi lain obat ini dapat memberikan efek samping lain yang juga berbahaya, kondisi seperti ini dibutuhkan prinsip etik sebagai landasan dalam mengambil keputusan, apakah tindakan yang diberikan memberikan manfaat atau justru sebaliknya membahayakan nyawa pasien. Prinsip etik yang terkait dengan tindakan ini yaitu: beneficience, non- maleficience. accountability. 3. Penggunaan obat-obatan sedative
Pasien paliatif sering mengalami keluhan secara fisik dan
psikologis, untuk mengatasi keluhan tersebut pasien biasanya diberikan obat-obatan sedative namun sebisa mungkin tetap diberikan tindakan non farmakolis terlebih dahulu. secara prinsip pemberian obat-obatan sedative dilakukan ketika intervensi lainnya tidak dapat mengontrol keluhan yang dialami oleh pasien dan kondisinya betul- betul membutuhkan obat-obat tersebut, mengingat penggunaan obat-obatan sedative juga dapat memberikan efek negative pada kondisi kesehatan pasien. Prinsip etik yang terkait dengan tindakan ini yaitu: beneficience, non- maleficience. veracity, accountability. 4. Pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi
Kebutuhan cairan dan nutrisi menjadi hal mendasar dalam
menunjang perbaikan kondisi kesehatan pasien, namun kondisinya berbeda saat intake cairan dan nutrisi justru dibatasi bahkan dapat dihentikan. Pada setting perawatan paliatif khususnya pada situasi menjelang ajal beberapa alat bantu cairan dan nutrisi dilepaskan atau tidak dibutuhkan lagi, namun perlu diketahui bagi perawat bahwa situasi ini dapat dilakukan jika memang kondisi pasien dalam keadaan sekarat atau menjelang ajal dimana tidak lagi membutuhkan terapi cairan dan nutrisi atau saat diberikanpun tidak memberikan lagi manfaat kepada pasien. Tindakan ini tentunya harus mendapatkan persetujaun dari pasien atau keluarga pasien. Prinsip etik yang terkait dengan tindakan ini yaitu: beneficience, non- maleficience. veracity, accountability. 5. Resuisitasi Jantung Paru Tindakan resuisitasi jantung paru (RJP) merupakan tindakan life saving yang diberikan pada pasien dengan kondisi nyawa terancam, namun pemberian tindakan RJP pada setting perawatan paliatif perlu mendapatkan pertimbangan dengan baik dan mendapatkan persetujuan dari keluarga, bahkan beberapa kondisi pasien sudah menyampaikan untuk tidak diberikan tindakan RJP pada saat kondisi menjelang kematian. Hal ini karena tindakan RJP pada pasien perawatan paliatif kecil kemungkinannya untuk penyelamatan jiwa. Prinsip etik yang terkait dengan tindakan ini yaitu: beneficience, non-maleficience, veracity, accountability.
D. KEBIJAKAN PERAWATAN PALIATIF
Lahirnya kebijakan tentang perawatan paliatif dapat menjadi penguatan dalam pemberian pelayanan pada pasien-pasien therminal Illnes atau pada pasien dengan penyakit stadium akhir yang sulit lagi untuk disembuhkan. Pokok kebijakan nasional pada perawatan paliatif yaitu keputusan menteri kesehatan RI nomor 812 tahun 2007 tentang kebijakan perawatan paliatif, a. Puskesmas
Pelayanan perawatan paliatif diharapkan terdapat pada seluruh
tatanan pelayanan kesehatan termasuk pada tingkat puskesmas. Pelayanan perawatan paliatif pada layanan fasilitas kesehatan primer masih sangat terbatas, umumnya belum tersedia program yang spesifik pada penyakit-penyakit stadium akhir melainkan masih tergabung dalam program lainnya misal pada program pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular (P2PTM). Layanan perawatan paliatif belum terlalu maksimal karena terbatasnya SDM yang memahahami konsep perawatan paliatif. Beberapa hasil studi menyebutkan masi rendahnya pengetahuan perawat di RS terkait perawatan paliatif. Hal ini menjadi salah satu faktor penghambat dalam pelaksanaan program pelayanan perawatan paliatif baik di tingkat rumah sakit maupun di Puskesmas. Tantangan saat ini bagaimana program layanan home care pada puskesmas dapat difokuskan pada pasien-pasien paliatif. Kondisi saat ini perawat perawat komunitas atau perkesmas belum maksimal dalam menangani pasien paliatif yang ada di masyarakat, misal pasien kanker selama ini aksesnya langsung ke rumah sakit saat ingin berobat begitupula setelah keluar rumah sakit mereka tidak mendapatkan layanan home care dari puskemas. Harapan penulis bagaimana supaya bisa lahir kebijakan perawatan paliatif yang sifatnya terintegrasi secara vertikal dan horizontal. Pasien paliatif yang membutuhkan perawatan lanjutan akan dirujuk dari puskesmas ke rumah sakit terkait, sedangkan pasien yang keluar dari rumah sakit akan mendapatkan layanan home care dari puskesmas terkait. 2. Sistem Pendidikan Pendidikan formal terkait program studi keperawatan paliatif di Indonesia masi jarang kita jumpai, yang ada saat ini masih dalam bentuk integrasi dalam mata kuliah baik berdiri sendiri maupun menjadi subbagian dalam materi mata kuliah tertentu. Sejak tahun 2015 melalui kurikulum AIPNI mata kuliah keperawatan paliatif menjadi mata kuliah inti yang terdapat dalam kurikulum perguruan tinggi dengan bobot 3 SKS. Kemudian pada kurikulum AIPNI tahun 2021 mata kuliah keperawatan menjelang ajal dan paliaitf masih menjadi mata kuliah inti dalam struktur kurikulum meskipun bobotnya menjadi 2 SKS yaitu 1 sks teori dan 1 sks praktik laboratorium. Tantangan saat ini yaitu masih terbatasnya tim pengajar mata kuliah keperawatan paliatif yang memiliki pengalaman pendidikan formal dalam bidang perawatan paliatif baik pada level magister maupun doktor. Harapan dari penulis pada kebijakan sistem pendidikan perawatan paliatif yaitu lahirnya program studi perawatan paliatif mulai pada level sarjana, magister, hingga doktor, selain itu program program peminatan dan spesilisasi dalam bidang perawatan paliatif dapat dikembangkan. REFERENSI
AIPNI (2016). Kurikulum Inti Pendidikan Ners Indonesia tahun
2015. Asosiasi Pendididikan Ners Indonesia (AIPNI): Jakarta Selatan.
AIPNI (2021). Kurikulum Inti Pendidikan Ners Indonesia tahun
2021. Asosiasi Pendididikan Ners Indonesia (AIPNI): Jakarta Selatan.
Effendy, C., Agustina. H.R., Kristanti, M.S, & Engels, Y. (2015)
Palliative Care in Indonesia. European Journal of Palliative Care, 22 (2).
Indar (2014). Dimensi Etik dan Hukum Keperawatan.
Masagena Pres: Makassar.
Kemenkes RI (2007). Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 812/MENKES/SK/VII/2007 tentang Kebijakan Perawatan Paliatif.
Nash, R. R. (2013). Palliative Care: ethics and the law. In
Bereger, A.M., shuster, J, L., & Von Roenn, J. H. (Eds). Pinciplesnand practice of palliative care and suppoertive oncology fourth edition. Lippincott Williams & Wilkins.
Yodang (2018). Buku Ajar Keperawatan Paliatif berdasarkan
kurikulum AIPNI 2015. CV Trans Info Media: Jakarta Timur.