Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

Kelistrikan merupakan sesuatu yang biasa digunakan dalam kehidupan


sehari-hari dan biasanya kita tidak terlalu banyak memikirkan hal tersebut.
Pengamatan terhadap gaya tarik listrik dapat ditelusuri sampai pada zaman
Yunani kuno. Orang-orang yunani kuno telah mengamati bahwa setelah batu
amber digosok, batu tersebut akan menarik benda kecil seperti jerami atau
bulu. Sedangkan kata Listrik itu sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu
electron.
Kelistrikan memegang peranan penting dalam bidang kedokteran. Ada dua
aspek dalam bidang kedokteran yaitu listrik dan magnet yang timbul dalam
tubuh manusia, serta penggunaan listrik dan magnet pada permukaan tubuh
manusia. Nah, listrik yang ada pada tubuh kita disebut dengan Biolistrik atau
sering diartikan sebagai listrik yang terdapat pada makhluk hidup, yang mana
berasal dari kata bio berarti makhluk hidup dan kata listrik.
Beberapa penyelidikan yang telah dilakukan berhubungan dengan
biolistrik antara lain:
1. Pada tahun 1856, Caldani meneliti kelistrikan pada otot katak mati.
2. Pada tahun 1780, Luigi galvanic meneliti kelistrikan pada tubuh hewan.
3. Pada tahun 1786, Luigi Galvani meneliti tentang terangkatnya kedua kaki
katak setelah diberi aliran listrik melalui konduktor
4. Pada tahun 1892, Arons merasakan aliran frekuensi tinggi melalui dirinya
dan asistennya.
5. Pada tahun 1899, Van Seynek meneliti tentang terjadinya panas pada
jaringan akibat aliran frekuensi tinggi
6. Pada tahun 1928, Schliephake meneliti tentang pengobatan dengan
gelombang pendek (short wave).
Makalah ini akan membahas bagaimana cara kerja biolistrik di dalam ilmu
kesehatan pada makalah ini. Pada dasarnya, semua fungsi dan aktivitas tubuh
sedikit banyak melibatkan listrik. Gaya-gaya yang ditimbulkan oleh otot

0
disebabkan tarik-menarik antara muatan listrik yang berbeda. Kerja Otot, otak
dan jantung pada dasarnya bersifat elektrik (listrik). Sistem saraf berperan
penting pada hampir semua fungsi tubuh. Otak, yang pada dasarnya adalah
suatu komputer sentral, menerima sinyal eksternal dan internal dan (biasanya)
menghasilkan respons yang sesuai. Informasi disalurkan sebagai sinyal listrik
di sepanjang saraf-saraf. Saat kita menjalankan fungsi-fungsi khusus tubuh,
banyak sinyal listrik yang dihasilkan. Sinyal-sinyal ini dihasilkan dari proses
elektrokimiawi tertentu.
Oleh karena itu maka makalah ini akan membahas sebagian dari sinyal-
sinyal listrik dalam tubuh yaitu mengenai sistem saraf dan neuron, sinyal
listrik dari otot dan jantung serta potensial listrik saraf dan juga penggunaan
listrik dalam dunia medis.

A. Pengertian Biolistrik
Biolistrik adalah energi yang dimiliki setiap manusia yang bersumber
dari ATP (Adenosine Tri Posphate) dimana ATP ini di hasilkan oleh salah
satu energi yang bernama mitchondria melalui proses respirasi sel. Biolistrik
juga merupakan fenomena sel. Sel-sel mampu menghasilkan potensial listrik
yang merupakan lapisan tipis muatan positif pada permukaan luar dan lapisan
tipis muatan negative pada permukaan dalam bidang batas/membran.
Kemampuan sel syaraf (neurons) menghantarkan isyarat biolistrik sangat
penting.
Transmisi sinyal biolistrik (TSB) mempunyai sebuah alat yang
dinamakan Dendries yang berfungsi mentransmsikan isyarat dari sensor ke
neuron. Stimulus untuk mentringer neuron dapat berupa tekanan, perubahaan
temperature, dan isyarat listrik dari neuron lain. Aktifitasi bolistrik pada suatu
otot dapat menyebar ke seluruh tubuh seperti gelombang pada permukaan air.
Pengamatan pulsa listrik tersebut dapat dilakukan dengan memasang
beberapa elektroda pada permukaan kulit. Hasil rekaman isyarat listrik dari
jantung (Electrocardiogran-ECG) diganti untuk diagnosa kesehatan. Seperti
halnya pada ECG, aktivitasi otak dapat dimonitor dengan memasang beberapa

1
elektroda pada posisi tertentu. Isyarat listrik yang dihasilkan dapat untuk
mendiagnosa gejala epilepsy, tumor, geger otak dan kelainan otak lainya.

B. Rumus/Hukum Dalam Biolistrik


Ada beberapa rumus atau hukum yang berkaitan dengan biolistrik antara
lain.
1. Hukum Ohm
Perbedaan potensial antara ujung konduktor berbanding langsung dengan
arus yang melewati, berbanding berbalik dengan tahanan dari konduktor.
Hokum ini dapat dinyatakan dengan rumus:
R= V
I
Keterangan : R = Dalam Ohm
I = Arus (Ampere)
V = Tegangan (Volt)
2. Hukum Joule
Arus listrik melewati konduktor dengan perbedaan tegangan (V) dalam
waktu tertentu akan menimbulkan panas. Hukum ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:

W (Joule)= V.I.T

Keterangan : V = Tegangan dalam Voltage


I = Arus dalam Ampere
T = Waktu dalam detik

C. Macam-macam Gelombang Arus Listrik


1. Arus bolak-balik/sinusoidal
2. Arus setengah gelombang ( telah diserahkan)
3. Arus searah penuh tapi masih mangandung ripple/desir
2
4. Arus searah murni
5. Faradik
6. Surged Faradic/sentakan sinusoidal
7. Surged sinusoidal/sentakan sinusoidal
8. Galvanik yang interuptus
9. Arus gigi gergaji

D. Kelistrikan dan Kemagnetan dalam Tubuh


1. System Saraf dan Neuron
System saraf dibagi dalam 2 bagian yaitu:
a. Sistem saraf pusat
Terdiri dari otak, medulla spinalis dan saraf perifer. Saraf perifer
ini adalah serat saraf yang mengirim informasi sensoris ke otak atau ke
Medulla spinalis disebut Saraf Affren, sedangkan serat saraf yang
menghantarkan informasi dari otak atau medulla spinalis ke otot atau
medulla spinalis ke otot serta kelenjar disebut saraf Efferen
b. Sistem saraf otonom
Serat saraf ini mengatur organ dalam tubuh. Misalnya jantung,
usus dan kelenjar-kelenjar. Pengontrolan ini dilakukan secara tidak
sadar.

Gambar Sistem Saraf Tak Sadar (Saraf Otonom)

Sistem saraf tak sadar disebut juga saraf otonom adalah sistem
saraf yang bekerja tanpa diperintah oleh sistem saraf pusat dan terletak
khusus pada sumsum tulang belakang. Sistem saraf otonom terdiri dari
neuron-neuron motorik yang mengatur kegiatan organ-organ dalam,

3
misalnya jantung, paru-paru, ginjal, kelenjar keringat, otot polos sistem
pencernaan, otot polos pembuluh darah. Berdasarkan sifat kerjanya, sistem
saraf otonom dibedakan menjadi dua yaitu saraf simpatik dan saraf
parasimpatik. Saraf simpatik memiliki ganglion yang terletak di sepanjang
tulang belakang yang menempel pada sumsum tulang belakang, sehingga
memilki serabut pra-ganglion pendek dan serabut post ganglion yang
panjang. Serabut pra-ganglion yaitu serabut saraf yang yang menuju
ganglion dan serabut saraf yang keluar dari ganglion disebut serabut post-
ganglion. Saraf parasimpatik berupa susunan saraf yang berhubungan
dengan ganglion yang tersebar di seluruh tubuh.
Sebelum sampai pada organ serabut saraf akan mempunyai sinaps
pada sebuah ganglion seperti pada bagan berikut. Saraf parasimpatik
memiliki serabut pra-ganglion yang panjang dan serabut post-ganglion
pendek. Saraf simpatik dan parasimpatik bekerja pada efektor yang sama
tetapi pengaruh kerjanya berlawanan sehingga keduanya bersifat
antagonis.
Contoh fungsi saraf simpatik dan saraf parasimpatik antara lain:
Saraf simpatik mempercepat denyut jantung, memperlambat proses
pencernaan, merangsang ereksi, memperkecil diameter pembuluh arteri,
memperbesar pupil, memperkecil bronkus dan mengembangkan kantung
kemih, sedangkan saraf parasimpatik dapat memperlambat denyut jantung,
mempercepat proses pencernaan, menghambat ereksi, memperbesar
diameter pembuluh arteri, memperkecil pupil, mempebesar bronkus dan
mengerutkan kantung kemih.

2. Konsentrasi ion Dalam dan luar sel


Melalui suatu percobaan dapat ditunjukan suatu model membrane
permeable terhadap larutan KCL. merupakan suatu bentuk model potensial
istirahat pada waktu 0 dimana ion K akan melakukan difusi dari kosentrasi
tinggi ke konsntrasi rendah sehingga saat tertentu akan terjadi membrane

4
dipole/membran dua kutub dimana larutan dengan konsentrasi yang
tadinya rendah akan kelebihaan ion positif, kebalikan dengan larutan yang
konsentrasi tinggi akan berubah menjadi kekurangan ion sehingga menjadi
lebih negatif. Membrane permeabel biasanya terhadap ion K , Na dan Cl
sedangkan terhadap protein besar (A) sangat tidak permeabel
3. Kelistrikan saraf
Kalau ditinjau besar kecilnya serat saraf maka serat saraf dapat di
bagi dalam 3 bagian yaitu serat saraf tipe A, B, dan C. dengan
mempergunakan mikroskop electron, serat saraf dibagi dalam 2 tipe: yakni
serat saraf bermielin dan serat saraf tanpa myelin. Saraf bermielin banyak
terdapat pada manusia. Myelin merupakan suatu insulator (isolasi) makin
menurun apabila melewati serat saraf yang bermielin.
Kecepatan aliran listrik pada serat saraf yang berdiameter yang
sama dan panjang yang sama sangat tergantung kepada lapisan mielin ini.
Akson tanpa mielin (diameter 1 mm) mempunyai kecepatan 20-50
m/detik. Serat saraf bermielin pada diameter 10 um mempunyai 100
m/detik. Pada serat saraf bermielin aliran sinyal dapat meloncat dari suatu
simpul ke simpul yang lain.
Suatu saraf atau neuron membrane otot-otot pada keadaan istirahat
(tidak adanya proses konduksi implus listrik), konsentrasi ion Na+ lebih
banyak diluar sel dari pda di dalam sel, di dalam sel akan lebih negative
dibandingkan dengan di luar sel. Apabila potensial diukur dengan
galvanometer akan mencapai -90 m Volt, membrane sel ini disebut dalam
keadaan polarisasi, dengan potensial membrane istirahat -90 m Volt.

4. Perambatan Potensial Aksi


Potensial aksi terjadi apabila suatu daerah membrane saraf atau
otot mendapat rangsangan mencapai nilai ambang. Potensial aksi itu
sendiri mempunyai kemampuan untuk merangsang daerah sekitar sel

5
membrane untuk mencapai aksi kesegala jurusan sel membrane, keadaan
ini disebut perambatan potensial aksi atau gelombang depolarisasi.
Setelah timbul potensial aksi, sel membrane akan mengalami
repolarisasi sel membrane disebut suatu tingkat refrakter. Tingkat refrakter
dibagi dalam 2 fase:
a. Periode Refrakter Absolut
Selama periode ini tidak ada rangsangan, tidak ada unsure kekuatan
untuk menghasilkan aksi yang lain.
b. Periode Refrakter Relatif
Setelah sel membran mendekati repolarisasi seluruhnya maka dari
periode refrakter absolute akan menjadi periode refrakter relatif, dan
apabila ada stimulus/rangsangan yang kuat secara normal akan
menghasilkan potensial aksi yang baru.
Sel membrane setelah mencapai potensial membrane istirahat, sel
membran tersebut telah siap untuk menghantarkan implus yang lain.
Gelombang depolarisasi setelah mencapai ujung dari saraf atau setelah
terjadi depolarisasi seluruhnya, gelombang tersebut akan berhenti dan
tidak pernah aliran balik kearah mulainya datang rangsangan.
5. Kelistrikan pada sinapsis dan neuron
Hubungan antara dua buah saraf disebut sinapsi, berakhirnya saraf
pada sel otot/hubungan saraf otot disebut Neuromyal junction. Baik
sinapsis maupun neuromyal junction mempunyai kemampuan meneruskan
gelombang depolarisasi dengan cara lompat dari satu sel ke sel yang
berikutnya. Gelombang depolarisasi ini penting pada sel membrane otot,
oleh karena pada waktu terjadi depolarisasi. Zat kimia yang terdapat pada
otot akan tringger/bergetar/berdenyut menyebabkan kontraksi otot dan
setelah itu akan terjadi repolarisasi sel otot hal mana otot akan mengalami
reaksi.

6
6. Kelistrikan otot jantung
Membran sel otot jantung (miokardium) sangat berbeda
karakteristiknya dengan membran sel otot bergaris atau sel saraf. Pada
membran sel otot bergaris atau sel saraf dalam keadaan potensial membran
istirahat, jika ada rangsangan barulah ion-ion natrium akan berdifusi ke
dalam sel hingga mencapai nilai ambang dan selanjutnya terjadi
depolarisasi. Sedangkan pada sel otot jantung, mudah terjadi kebocoran
ion natrium sehingga setelah selesai potensial aksi, ion natrium secara
perlahan-lahan akan berdifusi kembali ke dalam sel. Akibatnya terjadilah
depolarisasi spontan sampai mencapai nilai ambang dan terjadilah
potensial aksi tanpa rangsangan dari luar.

Gambar: Potensial aksi pada sel otot jantung

Secara lebih rinci, mekanisme kelistrikan jantung digambarkan sebagai berikut:


No Proses Skema

7
1 ATRIUM:
Impuls dari Nodus SA memulai
depolarisasi, selanjutnya gelombang
depolarisasi merambat ke seluruh bagian
atrium sehingga terjadilah kontraksi
atrium.
VENTRIKEL:
Pada tahap ini ventrikel berada dalam
fase istirahat (polarisasi)
2 ATRIUM:
Terjadi repolarisasi atrium.
VENTRIKEL:
Gelombang depolarisasi diteruskan
menuju Nodus AV, untuk diteruskan
menuju berkas his, selanjutnya melalui
cabang berkas his kiri dan kanan, lalu
diteruskan ke serabut-serabut purkinje di
miokardium ventrikel. Akhirnya
terjadilah depolarisasi ventrikel sehingga
kontraksi ventrikel terjadi.

3 ATRIUM:
Berada dalam kondisi istirahat
(polarisasi)
VENTRIKEL:
Terjadi repolarisasi ventrikel

4 ATRIUM:
Berada dalam kondisi istirahat
(polarisasi)

VENTRIKEL:
Berada dalam kondisi istirahat
(polarisasi)

Waktu Atrium Ventrikel Rekaman EKG


T1 Depolarisasi Polarisasi P

8
T2 Repolarisasi Depolarisasi Kompleks QRS
T3 Polarisasi Repolarisasi T
T4 Polarisasi Polarisasi -

Gambar: Hasil rekaman elektrokardiogram (EKG)

E. Penggunaan Listrik Secara Medis


Banyak aplikasi-aplikasi listrik yang di pakai dalam medis seperti
EKG (Elektrokardiogram), EEG (Elektroensefalogram), TENS
(Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation), Defibrilator,dan Diatermi.
1. EKG (Elektrokardiogram)
Elektrokardiogram (EKG) adalah grafik yang dibuat oleh sebuah
elektrokardiograf, yang merekam aktivitas kelistrikan jantung dalam
waktu tertentu. Namanya terdiri atas sejumlah bagian yang berbeda:
elektro, karena berkaitan dengan elektronika, kardio, kata Yunani untuk
jantung, gram, sebuah akar Yunani yang berarti "menulis". Analisis
sejumlah gelombang dan vektor normal depolarisasi dan repolarisasi
menghasilkan informasi diagnostik yang penting.
a. Merupakan standar emas untuk diagnosis aritmia jantung
b. EKG memandu tingkatan terapi dan risiko untuk pasien yang dicurigai
ada infark otot jantung akut
c. EKG membantu menemukan gangguan elektrolit (mis. hiperkalemia
dan hipokalemia)
d. EKG memungkinkan penemuan abnormalitas konduksi (mis. blok
cabang berkas kanan dan kiri)
e. EKG digunakan sebagai alat tapis penyakit jantung iskemik selama uji
stres jantung

9
f. EKG kadang-kadang berguna untuk mendeteksi penyakit bukan
jantung (mis. emboli paru atau hipotermia)
2. EEG (elektroensefalogram)
Mesin electroencephalogram (EEG) merupakan satu mesin yang
digunakan untuk menghasilkan gambar yang menunjukkan aktiviti elektrik
di dalam otak. Alat ni telah digunakan untuk diagnosis perubatan serta
kajian neurobiologi. Komponen utama dalam mesin EEG termasuk
elektroda, amplifiers, modul pengawalan komputer, dan alat paparan.
Electroencephalografi adalah prosedur pencatatan aktifitas listrik otak
dengan alat pencatatan yang peka sedangkan grafik yang dihasilkannya
disebut Electroencephalogram.
Electroencephalogram (EEG) dan analisa peta topografi
menggabungkan fungsi perhitungan komputer berkecepatan tinggi dan
diagnosis electroencephalogram yang sangat rumit, analisis jumlah besar
dalam diagnosis electroencephalogram dan mengurangi kesalahan terbesar
manusia. Hal ini mendapatkan hasil diagnosis yang akurat dalam beberapa
menit singkat.

Gejala-gejala yang dapat didiagnosis dengan EEG antara lain:


a. Jatuh sakit, radang otak, kekurangan pasokan darah ke serebral
b. Tumor otak, arteriosklerosis otak, trombosis serebral
c. Sakit kepala, iskemia otak, pendarahan otak

10
d. Trauma otak, neurasthenic.
3. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)
Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) merupakan
suatu cara penggunaan energi listrik yang digunakan untuk merangsang
sistem saraf dan peripheral motor yang berhubungan dengan perasaan
melalui permukaan kulit dengan penggunaan energi listrik dan terbukti
efektif untuk merangsang berbagai tipe nyeri. TENS mampu mengaktivasi
baik syaraf berdiameter besar maupun kecil yang akan menyampaikan
berbagai informasi sensoris ke saraf pusat. Efektifitas TENS dapat
diterangkan lewat teori gerbang kontrol.

Prosedur Penerapan TENS


a. Persiapan alat
Tentukan prosedur yang akan digunakan, semua tombol dalam posisi
nol. Pad dibasahi terlebih dahulu, untuk pad yang menggunakan gel
diletakan pada permukaan pad yang akan di kontakan dengan kulit
pasien. Pemeriksaan alat yang akan di gunakan. Pesiapan semua materi
yang akan digunakan. Pemanasan alat yakinkan tombol intensitaas
“off”.
b. Persiapan pasien
Posisi pasien senyaman dan serileks mungkin. Periksa area yang akan
di terapi dalam hal ini: kulit harus bersih dan bebas dari lemak, lotion.
Periksa sensasi kulit. Lepaskan semua metal diarea terapi. Sebelum
memulai intervensi, terapist memberi penjelasan mengenai cara kerja
dan efek yang dapat ditimbulkan dari TENS.
11
c. Intervensi
Pad diletakan pada daerah nyeri, dengan durasi 15 menit dan fekuensi
6 kali.
4. Defibrillator
Defibrillator adalah alat yang digunakan untuk memberikan terapi
energi listrik dengan dosis tertentu ke jantung pasien melalui electrode
(pedal) yang ditempatkan di permukaan dinding dada pasien. Sedangkan
tindakan pengobatan definitif untuk mengancam jantung aritmia-hidup,
fibrilasi ventrikel dan takikardi ventrikel pulseless disebut defibrillasi. Ini
merupakan depolarizes massa kritis dari otot jantung, mengakhiri aritmia,
dan memungkinkan irama sinus normal untuk dibangun kembali dengan
alat pacu jantung alami tubuh, di node sinoatrial jantung.

Gambar deflibrator
Deflibrator digunakan untuk resusitasi jantung pada saat jantung
pasien mengalami fibrilasi, dengan memberi kan energi kejut listrik untuk
mengaktifkan kembali aktivitas jantung.
Prosedur Penerapan Deflibrator
a. Nyalakan deflbrilator
b. Tentukan enerji yang diperlukan dengan cara memutar atau menggeser
tombol enerji
c. Paddle diberi jeli secukupnya.

12
d. Letakkan paddle dengan posisi paddle apex diletakkan pada apeks
jantung dan paddle sternum diletakkan pada garis sternal kanan di
bawah klavikula.
e. Isi (Charge) enerji, tunggu sampai enerji terisi penuh, untuk
mengetahui enerji sudah penuh, banyak macamnya tergantung dari
defibrilator yang dipakai, ada yang memberi tanda dengan
menunjukkan angka joule yang diset, ada pula yang memberi tanda
dengan bunyi bahkan ada juga yang memberi tanda dengan nyala
lampu.
f. Jika enerji sudah penuh, beri aba-aba dengan suara keras dan jelas agar
tidak ada lagi anggota tim yang masih ada kontak dengan pasien atau
korban, termasuk juga yang mengoperatorkan defibrilator, sebagai
contoh:
"Enerji siap "
"Saya siap "
"Tim lain siap"
g. Kaji ulang layar monitor defibrillator, pastikan irama masih VF/VT
tanda nadi, pastikan enerji sesuai dengan yang diset, dan pastikan
modus yang dipakai adalah asinkron, jika semua benar, berikan enerji
tersebut dengan cara menekan kedua tombol discharge pada kedua
paddle. Pastikan paddle menempel dengan baik pada dada pasien
(beban tekanan pada paddle kira-kira 10 kg).
h. Kaji ulang di layar monitor defibrilator apakah irama berubah atau
tetap sama scperti sebelum dilakukan defibrilasi, jika berubah cek nadi
untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan RJP, jika tidak berubah
lakukan RJP untuk selanjutnya lakukan survey kedua.
5. Diathermi
Peswat Diathermi adalah suatu alat elektromedic yang digunakan
untuk mengobati suatu penyakit tertentu dengan cara menggunakan efek
panas. Diatermi berasal dari kata “Dia” yang berarti dalam tubuh dan

13
“Therm” berarti panas. Jadi, Diatermi adalah pemansan didalam bagian
tubuh dengan tujuan untuk penyembuhan penyakit.

Prinsip kerja dari Pesawt Diathermi


a. Elektroda diletakkan pada masing-masing sisi yang akan diobati &
dipisahkan dari kulit dengan bahan isolator.
b. Rangkaian sumber daya didalam rangkaian ini teganagn PLN 50/60 Hz
diubah menjadi frekuensi tinggi sebesar 2450 MHz oleh rangkaian
Oscilator.
c. Rangkaian Oscilator disebut juga pembangkit listrik frekuensi tinggi.
d. Rangkaian Output merupakan rangkaian dari pesawat dimana
rangkaian ini berfungsi untuk menguatkan frekuensi tinggi yang
disalurkan.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Ahmadi Ruslan Hani dan Handoko Riwidikdo. (2009) .Fisika Kesehatan.


Yogyakarta: Mitra Cendekia Press.

2. Gabriel J F.1996 “Fisika kedokteran “ Jakarta Buku Kedokteran EGC

3. Cameron Joh R dkk.2003 “Fisika Tubuh Manusia” Jakarta


4. Hartono. 1985. Mengenal Alat-alat kesehatan dan Kedokteran. Jakarta: CV
Timur Raya.

5. Krisna Sundana.(2002). Interpretasi EKG. Jakarta : EGC

6. Melati Ayu, 2014. Makalah Fisika Kesehatan Biolistrik. (online)


ayumelatifisika.blogspot.com Diunggah 14 Oktober 2015.

15

Anda mungkin juga menyukai