Anda di halaman 1dari 27

KELISTRIKAN DALAM

TUBUH
OLEH
TRI SUWARTINI
BIOLISTRIK
Adalah energi yang dimiliki setiap manusia yang
bersumber dari ATP (Adenosine Tri Posphate)
dimana ATP ini di hasilkan oleh salah satu energi
yang bernama mitchondria melalui proses respirasi
sel.
Biolistrik juga merupakan fenomena sel. Sel-sel
mampu menghasilkan potensial listrik yang
merupakan lapisan tipis muatan positif pada
permukaan luar dan lapisan tipis muatan negative
pada permukaan dalam bidang batas/membran.
Transmisi sinyal biolistrik (TSB) mempunyai
sebuah alat yang dinamakan Dendries yang
berfungsi mentransmsikan isyarat dari sensor ke
neuron. Stimulus untuk mentringer neuron dapat
berupa tekanan, perubahaan temperature, dan
isyarat listrik dari neuron lain.
Aktifitasi bolistrik pada suatu otot dapat menyebar
ke seluruh tubuh seperti gelombang pada
permukaan air.
Pengamatan pulsa listrik tersebut dapat dilakukan
dengan memasang beberapa elektroda pada
permukaan kulit.
Rumus/Hukum Dalam Biolistrik

 Ada beberapa rumus atau hukum yang berkaitan dengan


biolistrik antara lain.
1. Hukum Ohm
Perbedaan potensial antara ujung konduktor berbanding
langsung dengan arus yang melewati, berbanding
berbalik dengan tahanan dari konduktor. Hokum ini
dapat dinyatakan dengan rumus:
R= V.I
 Keterangan : R = Dalam Ohm
I = Arus (Ampere)
V = Tegangan (Volt)
 2. Hukum Joule
Arus listrik melewati konduktor dengan perbedaan
tegangan (V) dalam waktu tertentu akan
menimbulkan panas. Hukum ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
 I = V. J/T
 Keterangan : V = Tegangan dalam Voltage
I = Arus dalam Ampere
T = Waktu dalam detik
J = Joule = 0.239 Kal
Macam-macam Gelombang Arus Listrik

 1) Arus bolak-balik/sinusoidal
 2) Arus setengah gelombang ( telah diserahkan)
 3) Arus searah penuh tapi masih mangandung ripple/desir
 4) Arus searah murni
 5) Faradik
 6) Surged Faradic/sentakan sinusoidal
 7) Surged sinusoidal/sentakan sinusoidal
 8) Galvanik yang interuptus
 9) Arus gigi gergaji
Kelistrikan dan Kemagnetan dalam Tubuh

 A. System Saraf dan Neuron


System saraf dibagi dalam 2 bagian yaitu:
1. Sistem saraf pusat
Terdiri dari otak, medulla spinalis dan saraf perifer. Saraf
perifer ini adalah serat saraf yang mengirim informasi
sensoris ke otak atau ke Medulla spinalis disebut Saraf
Affren, sedangkan serat saraf yang menghantarkan
informasi dari otak atau medulla spinalis ke otot atau
medulla spinalis ke otot serta kelenjar disebut saraf Efferen
 2. Sistem saraf otonom
Serat saraf ini mengatur organ dalam tubuh. Misalnya
jantung, usus dan kelenjar-kelenjar. Pengontrolan ini
dilakukan secara tidak sadar.
 B. Kelistrikan saraf
Kalau ditinjau besar kecilnya serat saraf maka serat saraf dapat di bagi
dalam 3 bagian yaitu serat saraf tipe A, B, dan C. dengan
mempergunakan mikroskop electron, serat saraf dibagi dalam 2 tipe:
yakni serat saraf bermielin dan serat saraf tanpa myelin. Saraf bermielin
banyak terdapat pada manusia. Myelin merupakan suatu insulator
(isolasi) makin menurun apabila melewati serat saraf yang bermielin.
Kecepatan aliran listrik pada serat saraf yang berdiameter yang sama dan
panjang yang sama sangat tergantung kepada lapisan mielin ini. Akson
tanpa mielin (diameter 1 mm) mempunyai kecepatan 20-50 m/detik.
Serat saraf bermielin pada diameter 10 um mempunyai 100 m/detik.
Pada serat saraf bermielin aliran sinyal dapat meloncat dari suatu simpul
ke simpul yang lain.
Suatu saraf atau neuron membrane otot-otot pada keadaan istirahat
(tidak adanya proses konduksi implus listrik), konsentrasi ion Na+ lebih
banyak diluar sel dari pda di dalam sel, di dalam sel akan lebih negative
dibandingkan dengan di luar sel.
Apabila potensial diukur dengan galvanometer akan mencapai -90 m
Volt, membrane sel ini disebut dalam keadaan polarisasi, dengan
 C. Perambatan Potensial Aksi
Potensial aksi terjadi apabila suatu daerah
membrane saraf atau otot mendapat rangsangan
mencapai nilai ambang. Potensial aksi itu sendiri
mempunyai kemampuan untuk merangsang daerah
sekitar sel membrane untuk mencapai aksi kesegala
jurusan sel membrane, keadaan ini disebut
perambatan potensial aksi atau gelombang
depolarisasi.
Setelah timbul potensial aksi, sel membrane akan mengalami
repolarisasi sel membrane disebut suatu tingkat refrakter. Tingkat
refrakter dibagi dalam 2 fase:

1. Periode Refrakter Absolut


Selama periode ini tidak ada rangsangan, tidak ada unsure kekuatan
untuk menghasilkan aksi yang lain.

2. Periode Refrakter Relatif


Setelah sel membran mendekati repolarisasi seluruhnya maka dari
periode refrakter absolute akan menjadi periode refrakter relatif, dan
apabila ada stimulus/rangsangan yang kuat secara normal akan
menghasilkan potensial aksi yang baru.
Sel membrane setelah mencapai potensial membrane istirahat, sel
membran tersebut telah siap untuk menghantarkan implus yang lain.
Gelombang depolarisasi setelah mencapai ujung dari saraf atau setelah
terjadi depolarisasi seluruhnya, gelombang tersebut akan berhenti dan
tidak pernah aliran balik kearah mulainya datang rangsangan.
 D. Kelistrikan pada sinapsis dan neuron
Hubungan antara dua buah saraf disebut sinapsi,
berakhirnya saraf pada sel otot/hubungan saraf otot
disebut Neuromyal junction. Baik sinapsis maupun
neuromyal junction mempunyai kemampuan
meneruskan gelombang depolarisasi dengan cara
lompat dari satu sel ke sel yang berikutnya.
Gelombang depolarisasi ini penting pada sel
membrane otot, oleh karena pada waktu terjadi
depolarisasi. Zat kimia yang terdapat pada otot akan
tringger/bergetar/berdenyut menyebabkan kontraksi
otot dan setelah itu akan terjadi repolarisasi sel otot
hal mana otot akan mengalami reaksi.
Isyarat Magnet Jantung dan Otak

 Mengalirnya aliran listrik akan menimbulkan medan magnet. Medan


magnet sekitar jantung disebabkan adanya aliran listrik jantung yang
mengalami depolarisasi dan repolarisasi. Pencatatan medan magnet
disebut magnetoksdiogram. Besar medan magnet sekita jantung adalah
sekitar 5 x 10 pangkat -11 T( Testa) atau sekitar 10 x 10 pangkat 8
medan megnet bumi. Hubungan Testa (T) dengan Gauss dapat
dinyatakan:
 Untuk mengukur medan magnet dari suatu besaran benda diperlukan
suatu ruang yang terlindung dan sangat peka terhadap detector medan
magnet (magnetometer). Detector yang dipergunakan yaitu SQUID
( Superconding Quantum Interference Device) yang bekerja pada suhu
5 derajat K, dan dapat mendeteksi medan magnet yang disebabkan arus
searah atau arus bolak-balik. Ada 2 alat untuk mencatat medan magnet
ini antara lain:
 1) Magnetokardiografi (MKG)
MKG memberi informasi jantung tanpa mempergunakan elektroda
yang didekatkan/ditempelkan pada badan, tidak seperti halnya pada
waktu melakukan EKG. Pencatatan dilakukan di daerah badan
dengan jarak 5 cm. lokasi rekaman diberi kode B, D, F, H, I, J, L
(vertical). Horizontal dilakukan perekaman 5-6 kali dibubuhi huruf I
dan ditandai dengan angka (1, 3, 5, 9)
Informasi yang diperlukan pada MKG tidak dapat dipakai sebagai
EKG oleh karena dalam pengukuran medan magnet mempergunakan
arus searah yang mengenai otot dan saraf. Perekaman MCG akan
memberi informasi yang berguna dalam diagnosis apabila dikerjakan
pada waktu jantung mengalami serangan oleh karena pada saat ini
dipergunakan arus listrik.
2) Magnetoensefalogram (MEG)
MEG yaitu pencatatan medan magnet sekeliling otak dengan
mempergunakan arus searah. Alat yang adalah SQUID magnetometer.
Pada rithme alpha, medan magnet berkisar 1 x 10 pangkat -13 T.
Penggunaan Listrik dan Magnet pada
Tubuh.

 Pada tahun 1890 Jacques A.D. Arsonval telah


menggunakan listrik berfrekwensi rendah untuk
menimbulkan efek panas. Tahun 1992 telah pula
menggunakan listrik dengan frekwensi 30 MHz untuk
memanaskan yang disebut “Short Wave Diaththermy”.
Pada 1950 sudah diperkenalkan penggunaan
gelombang mikro dengan frekwensi 2.450 MHz untuk
keperluan diathermi dan pemakain radar.
Sesuai dengan efek yang ditimbulkan oleh listrik, maka
arus listrik di bagi dalam 2 bentuk:
 a. Listrik Berfrekwensi Rendah
Batas frekuensi antara 20 Hz sampai dengan 500.000 hz frekuensi rendah ini
mempunyai efek merangsang saraf dan otot sehingga terjadi kontraksi otot.
Untuk pemakain dalam jantung waktu singkat dan bersifat merangsang
persarafan otot, maka dipakai arus faradic. Sedangkan untuk jangka waktu
lama dan bertujuan merangsang otot yang telah kehilangan persarafan maka
dipakai arus listrik yang intereptur/terputus-putus atau arus DC yang telah
dimodifikasi.
Selain arus DC ada pula menggunakan arus AC dengan frekuensi 50 Hz arus
AC ini serupa dengan arus DC, mempunyai kemkampuan antara lain:
merangsang saraf sensorik, merangsang saraf motoris, dan berefk kontraksi
otot.
 b. Listrik Berfrekuensi Tinggi
Yang tergolong berfrekuensi tinggi adalah frekuensi arus listrik diatas
500.000 siklus perdetik (500.000 Hz). Listrik berfrekuensi tidak mempunyai
sifat merangsang saraf motoris atau saraf sensoris, kecuali dilakukan
rangsangan dengan pengulangan yang lama. Frekuensi sifat ini maka
frekuensi tinggi digunakan dalam bidang kedokteran di bagi menjadi 2
bagian yaitu:
1. Short Wave Diathermy ( Diatermi Gelombang Pendek)
Magnetik Blood Flow Water
 Alat pengukur aliran darah magnetis berdasarkan
atas prinsip induksi magnetis. Apabila suatu
konduktor listrik digerakkan dalam medan magnet
akan menghasilkan suatu tegangan yang sebanding
dengan kecepatan gerakan ( Hukum Farady).
Prinsip yang sama pula dipergunakan disini yaitu
apabila konduktor bukan suatu melainkan pipa
konduksi yang ditempati pada medan magnet dan
dilewati zat cair.
 Apabila darah melewati pipa konduksi tersebut,
dengan rata-rata kecepatan V melewati medan
magnet B maka tegangan yang dihasilkan antara
elektroda dinyatakn:
 Keterangan : V = Tegangan ( Volt)
B = Kuat Medan Magnet ( Gauss)
D = Diameter Pembuluh darah
V = Kecepatan ( m/sec)
Syok Listrik
 Syok listrik atau kejutan adalah suatu nyeri pada
syaraf sensorik yang diakibatkan aliran listrik yang
mengalir secara tiba-tiba melalui tubuh. Kejadian
syok listrik merupakan kejadian yang timbul secara
kebetulan. Bahaya syok listrik sangat besar, tubuh
penderita akan mengalami ventricular fibrillon,
kemudian diikiuti dengan kematian. Oleh karena
itu, perlu diketahui perubahan-perubahan yang
timbul akibat syok listrik, metoda pengamanan
sehingga bahaya syok dapat dihindari.
Dalam bidang kedokteran ada 2 macam syok listrik
antara lain:

 1. Syok Dengan Tujuan Tertentu


Syok listrik ini dilakukan atas dasar indikasi medis.
Dalam bidang psiaktri dikenal dengan nama “
Electric Convultion Teraphy”
2. Syok tanpa tujuan tertentu
 Timbul syok ini diakibatkan dari suatu kecelakaan.
Faktor-faktor yang menyokong sehinggga timbulnya
syok ini listrik ini :
a. Peralatan
 Petunujuk penggunaan alat-alat yang kurang jelas
 Prosedur testing secara teratur tidak atau kurang jelas
 Peralatan ECG yang lama tanpa menggunakan
transformator
b. Perorangan
 Petugas-petugas yang kurang latihan
 Kurang pengertian akan kelistrikan maupun bahaya-
bahaya yang ditimbulkan
 Kurang pengertian tetang cara-cara proteksi bagi
petugas sendiri maupun penderita
 Syok yang timbul dari suatu kecelakaan ini dikenal
dengan “ Earth Syok”. Berdasarkan besar kecilnya
tegangan “ Earth Syok” dapat di bagi menjadi 2 :
Low tension shock ( syok tegangan rendah) dan
high tension shock ( syok tegangan tinggi)
Syok semakin serius, apabila arus yang melewati
tubuh semakin besar. Menurut Hukum Ohm
intensias arus listrik tergantung kepada tegangan
dan tahanan yang ada. ( I = V/R) berarti tegangan
penting dalam menentukan beberapa arus yang
dapat dilewati oleh tahanan yang diberikan oleh
tubuh.
Parameter-parameter lain yang turut berperan
mempengaruhi tingkat syok.

1. Dari Sudut Arus


a. Seseorang akan menderita syok lebih serius pada tegangan 220 Volt dari
pada tegangan 80 Volt. Oleh karena, kuat arus pada tegangan 220 Volt lebih
besar dari pada tegangan 80 Volt (R) sama.
b. Basah atau tidaknya kulit penderita
c. Basah tidaknya lantai
2. Dari sudut parameter-paraameter lainya:
a. Jenis kelamin
b. Frekuensi AC
c. Duration
d. Berat Badan
e. Jalan yang ditempuh arus
Oleh karena bahaya syok sangat besar, dapat mengakibatkan kematian sehingga
dipandang perlu untuk melakukan tindakan pencegahan yang meliputi alat-
alat yang dipergunakan
Hukum – Hukum Biolistrik
 a. Besaran Pokok
- Medan Listrik
Medan listrik merupakan ruangan disekitar benda bermuatan listrik yang
mengalami gaya tarik atau tolak.
Jika suatu benda yang bermuatan listrik diletakan di suatu ruangan, maka
ruangan tersebut terdapat medan listrik. Jika benda lain yang bermuatan listrik
di ruangan tersebut maka kedua benda akan mengalami gaya.
 Kuat medan listrik pada lokasi dimana muatan uji berada kita defenisikan
sebagai besar gaya coloumb (gaya listrik) yang bekerja pada muatan uji dibagi
dengan besar muatan uji.
E = Kuat Medan Listrik : N/C
F = Gaya Coloumb : N
Qo = Besar Muatan Listrik : C
 Menurut Hukum Coloumb besar gaya coloumb yang bekerja pada muatan
uji :
F = K Q1 x Q2 berarti E = K Q1 . Q2. R2.Q
K = Tetapan = 9 x 109 NM2/C2
R = Jarak antara dua muatan = m
Arus listrik
 Muatan listrik adalah sejumlah muatan yang
mengalir melalui suatu penampung kawat dalam
sekom ketika arus satu ampere melalui kawat itu.
Hubungan muatan elemeter ℓ dengan coloumn =
I ℓ = 1,60 x Io-19C
Sifat – sifat muatan listrik :
a. muatan listrik digolongkan menjadi 2 jenis,
muatan positif dan muatan negatif.
b. Muatan listrik sejenis tolak – menolak, muatan
listrik tak sejenis tarik menarik.
Potensial Listrik
 Potensial listrik adalah perubahan energi potensial persatuan
muatan ketika sebuah muatan diuji dipindahkan diantara dua
titik.
Untuk mengatur potensial listrik digunakan alat ukur volt
meter. Volmeter harus dipasang paraler dengan sumber listrik
atau peralatan listrik yang akan diukur beda potensial atau
tegangannya.
 V = Kq.R
V = Potensial listrik = Joule / coloumb
K = Tetapan = 9 x 109 Nm2 / C2
q = muatan listrik = C
r = jarak anatara dua muatan = m
Daya Listrik
 Daya listrik adalah daya sebagai kecepatan
melakukan usaha atau persatuan waktu :
Daya = usaha P = W
waktu t
P = watt (w)
W = usaha (j )
t = waktu (s)
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai