Anda di halaman 1dari 7

F.

BIO-LISTRIK
Biolistrik adalah energi yang dimiliki setiap manusia yang bersumber dari ATP (Adenosine Tri
Posphate) dimana ATP ini di hasilkan oleh salah satu energi yang bernama mitchondria melalui proses
respirasi sel. Biolistrik juga merupakan fenomena sel. Sel-sel mampu menghasilkan potensial listrik
yang merupakan lapisan tipis muatan positif pada permukaan luar dan lapisan tipis muatan negatif
pada permukaan dalam bidang batas/membran.

Kelistrikan yang dimaksud adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan muatan-muatan, ion-ion yang
terdapat dalam tubuh dan medan listrik yang dihasilkan oleh ion-ion dan muatan –muatan tersebut
serta tegangan yang dihasilkan.

Tegangan (voltage) listrik atau sering disebut potensial listrik dapat dihasilkan oleh sel-sel tubuh.
Tegangan yang dihasilkan disebut sebagai tegangan-bio atau biopotensial. Tegangan yang paling besar
dihasilkan oleh sel-sel saraf (nerve) dan sel-sel otot (muscle). Tegangan yang terjadi pada sel,
(selanjutnya disebut tegangan sel (cell potentials)), terus menerus terjaga keberadaannya, dan untuk
menjaganya, sejumlah besar energi dibutuhkan. Jadi, energi yang disuplai ke dalam tubuh, sebanyak
paling tidak 25% digunakan untuk menjaga kehadiran tegangan pada sel.

Tegangan sel dapat bertahan konstan dalam jangka waktu yang lama, namun dapat pula diubah
melalui suatu perlakuan internal maupun eksternal dalam bentuk gangguan atau rangsangan (fires).
Pengubahan nilai tegangan pada sel akan menghasilkan suatu pulsa tegangan (voltage pulses). Efek
yang ditimbulkan oleh pengubahan tengangan ini sangat bergantung pada jenis selnya. Sel-sel saraf,
oleh karena pengubahan nilai tegangan selnya, dapat menghasilkan pulsa tegangan yang dapat
dirambatkan ke berbagai sel lainnya untuk memberi informasi tentang hal-hal yang kita rasakan dari
panca indra. Aktivitas sekumpulan sel-sel ditentukan oleh keadaan tegangan yang dihasilkannya dan
dapat diukur melalui suatu alat pengukur pulsa-pulsa tegangan.  

Kemampuan sel syaraf (neurons) menghantarkan isyarat biolistrik sangat penting.Transmisi sinyal
biolistrik (TSB) mempunyai sebuah alat yang dinamakan Dendries yang berfungsi mentransmsikan
isyarat dari sensor ke neuron. Stimulus untuk mentringer neuron dapat berupa tekanan, perubahaan
temperature, dan isyarat listrik dari neuron lain. Aktifitasi bolistrik pada suatu otot dapat menyebar ke
seluruh tubuh seperti gelombang pada permukaan air.

Pengamatan pulsa listrik tersebut dapat dilakukan dengan memasang beberapa elektroda pada
permukaan kulit. Hasil rekaman isyarat listrik dari jantung (Electrocardiogran-ECG) diganti untuk
diagnosa kesehatan. Seperti halnya pada ECG, aktivitasi otak dapat dimonitor dengan memasang
beberapa elektroda pada posisi tertentu. Isyarat listrik yang dihasilkan dapat untuk mendiagnosa gejala
epilepsy, tumor, geger otak dan kelainan otak lainya.

Alat elektroencephalogram (EEG) adalah alat yang digunakan untuk merekam pulsa-pulsa tegangan
yang dihasilkan oleh aktivitas sel-sel saraf otak. Alat elektrocardiogram (ECG) digunakan untuk
merekam pulsa-pulsa tegangan yang dihasilkan oleh aktivitas sel-sel otot, khususnya otot jantung.

1. Penemuan Biolistrik

Manusia tidak bisa melihat, merasa, mencium atau menyadari keberadaan listrik dengan inderanya,
baik untuk muatan maupun untuk medan listriknya. Baru pada akhir abad 18 hal-hal mengenai
listrik diteliti.

a. Histori Yunani Kuno : Batu amber digosok dapat menarik benda kecil seperti jerami atau bulu
(kata listrik dari bahasa yunani, electron = amber) Gilbert, 1600, dokter istana Inggris –>
electric (membedakannya dgn gejala kemagnetan)
b. Du Fay, 1700, tolak menolak – tarik menarik –> resinous (-), vitreous (+)
Franklin, ilmuwan USA membagi muatan listrik atas dua: positif dan negatif. Jika gelas dengan
sutera digosokkan, maka gelas akan bermuatan positif dan sutera akan bermuatan negative
c. Luigi Galvani (1786), periode hujan badai: Menyentuh otot tungkai seekor katak dengan metal,
teramati otot berkontraksi. Aliran listrik akibat badai merambat melalui saraf katak sehingga
otot-ototnya berkontraksi. Kemudian hari: Impuls dalam sistem syaraf terdiri dari ion-ion yang
mengalir sepanjang sel syaraf, analog dengan aliran elektron dalam konduktor. Pada tahun 1786
dia melaporkan hasil eksperimennya bahwa kedua kaki katak terangkat ketika diberikan aliran
listrik lewat suatu konduktor.
d. Millikan (1869 – 1953), mencari harga muatan paling kecil, percobaan tetes minyak Millikan.
Muatan elektron e = 1,6 10-19 C
e. Caldani (1856), kelistrikan pada otot katak yang telah mati.
f. Arons (1892), merasa ada aliran frekuensi tinggi melalui tubuhnya sendiri serta pembantu atau
asistennya.
g. Van Seynek (1899), mengamati terjadinya panas pada jaringan yang disebabkan aliran frekuensi
tinggi.
h. Schlephake (1982), melaporkan tentang pengobatan dengan menggunakan Short Wave.

2. Kelistrikan dan Kemagnetan Yang Timbul Pada Tubuh Manusia


a. Sistem syaraf dan neuron
Sistem syaraf dibagi menjadi dua bagian yaitu sistem syaraf pusat dan otonom. Sistem syaraf
pusat terdiri diantaranya otak, medulla spinalis dan perifer. Saraf perifer ini adalah saraf-saraf
yang mengirim informasi sensoris ke otak atau ke medulla spinalis disebut saraf afferen
sedangkan serat saraf yang menghantarkan informasi dari otak atau medula spinalis ke otot
serta kelenjar disebut sistem saraf efferen sedangkan sistem saraf otonom mengatur organ
dalam tubuh seperti jantung usus dan kelenjar-kelenjar sehingga  pengontrolan sistem ini
dilakukan dengan tidak sadar yakni bekerja secara sendiri-sendiri.  
b. Konsentrasi ion di dalam dan di luar sel
Ini merupakan suatu model potensial istirahat pada waktu = 0 dimana ion K akan melakukan
difusi dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah sehingga pada saat tertentu akan terjadi
membran dipole atau membran dua kutub di mana larutan dengan konsentrasi yang tadinya
rendah akan kelebihan ion positif, kebalikan dengan larutan yang konsenrasi tinggi akan
mengalam kekurangan ion sehingga menjadi lebih negatif.
c. Kelistrikan saraf
Dalam bidang Neuroatomi akan dibicarakan kecepatan impuls serat saraf, serat saraf yang
berdiameter yang besar mempunyai kemampuan menghantarkan impuls lebih cepat daripada
serat saraf yang mempunyai diameter yang kecil. Serat dapat dikelompokkan menjadi tiga
bagian diantaranya A,B dan C.
Dengan menggunakan mikroskop elektron , serat saraf di bagi dalam dua tipe serta saraf yang
bermyelin dan tidak bermyelin.
d. Perambatan Potensial Aksi
Potensial aksi dapat terjadi apabila suatu daerah membran saraf atau otot mendapat rangsangan
mencapai nilai ambang. Potensial aksi itu sendiri mempunyai kemampuan untuk merangsang
daearah sekitar sel membran untuk mencapai nilsi ambang. Dengan demikian dapat terjadi
perambatan potensial aksi ke segala jurusan sel membran, ,keadaan ini disebut peramabatan
potensial aksi atau gelombang depolarisasi.
Setelah timbul potensial aksi, sel membran akan mengalami repolarisasi. Proses repolarisasi sel
membran disebut sebagai  suatu tingkat refrakter. Tingkat refrakter ada dua fase yaitu periode
refrakter absolut yakni selama periode ini tidak ada rangsangan, tidak ada unsur kekuatan nntuk
menghasilkan potensial aksi yang lan sedangkan periode refrakter relaktif yakni setelah
membran mendekati repolarisasi seluruhnya maka dari periode refrakter terabsolut akan
menjadi periode refrakter refraktif dan apabila stimulus yang kuat secara normal akan
menghasilkan potensial aksi yang baru.
e. Kelistrikan Pada Sinapsis dan Neuronyal Junction
Hubungan antara dua buah syaraf disebut sinapsis; berakhirnya syaraf pada sel otot/hubungan
syaraf otot disebur Neuromyal Junction.
Baik sinapsis maupun neuromyal junction mempunyai kemampuan meneruskan gelombang
depolarisasi dengam cara lompat dari satu sel ke sel yang berikutnya. Gelombang depolarisasi
ini penting pada sel membrane otot, oleh karena pada waktu terjadi depolarisasi, zat kimia yang
terdapat pada otot akan trigger/bergetar/berdenyut menyebabkan kontraksi otot dan setelah itu
akan terjadi repolarisasi sel otot hal mana otot akan mengalami relaksasi.
f. Kelistrikan Otot Jantung
Sel membran otot jantung sangat berbeda dengan saraf dan otot bergaris, pada saraf maupun
otot bergaris dalam keadaan potensial membran istirahat dilakukan rangsangan maka ion-ion
Na+ akan masuk kedalam sel dan setelah mencapai nilai ambang akan timbul depolrisasi 
sedangkan pada sel sel otot jantung ion Na+ mudah terjadi kebocoran sehingga terjadi
repolarisasi komplit, ion Na+ perlahan-lahan akan masuk kembali ke dalam sel dengan akibat
gterjadi gejala depolarisasi secara spontan sampai mencapai nilai ambang dan terjadi potensial
aksi tanpa memerlukan rangsangan dari luar.
Dapat diketahui membrane sel otot jantung tanpa rangsangan dari luar akan mencapai nilai
ambang dan menghasilkan potensial aksi pada suatu rate/kecepatan yang teratur.
Rate/kecepatan ini disebut Natural Rate/kecepatan dasar membrane sel otot jantung.
Mengalirnya aliran listrik akan menimbulkan medan magnet. Medan magnet sekitar jantung
disebabkan adanya aliran listrik jantung yang mengalami depolarisasi dan repolarisasi.
Pencatatan medan magnet disebut magnetoksdiogram. Besar medan magnet sekita jantung
adalah sekitar 5 x 10 pangkat -11 T( Testa) atau sekitar 10 x 10 pangkat 8 medan megnet bumi.
g. Elektroda
Untuk mengukur potensial aksi secara baik dipergunakan elektroda. Kegunaan dari elektroda
untuk memindahkan transmisi ion kepenyalur electron. Bahan yang dipakai sebagai elektroda
adalah perak dan tembaga. Apabila sebuah eletroda tembaga dan sebuah elektroda perak
dicelupkan kedalam larutan, misalnya larutan eletrolit seimbang cairan badan/tubuh maka akan
terjadi perbedaan potensial antara kedua elektroda itu. Perbedaan potensial ini kira-kira sama
dengan perbedaan potensial antara kedua elektroda itu. Perbedaan potensial ini kira-kira sama
dengan perbedaan antara potensial kontak kedua logam tersebut disebut potensial offset
elektroda.
Apabila ada elektroda tembaga dan elektroda tembaga dan elektroda perak ditempatkan dalam
bak berisi elektrolit akan terdapat perbedaan potensial sebesar 0,80-0,30=0,46 V. Macam-
macam bentuk elektroda :
- Elektroda jarum (Mikro Elektroda)
- Elektroda Mikropipet
- Elektroda Permukaan kulit: (Bentuk plat, Bentuk Suction cup, Bentuk Floating, Bentuk ear
Clip, Bentuk Batang

3. Penerapan Fisika pada Biolistrik Keperawatan


a. Elektrokardiogram
Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu sinyal yang dihasilkan oleh aktifitas listrik otot
jantung. EKG ini merupakan rekaman informasi kondisi jantung yang diambil dengan
memasang electroda pada badan. Rekaman EKG ini digunakan oleh dokter ahli untuk
menentukan kondisi jantung dari pasien. Elektrokardiogram tidak menilai kontraktilitas jantung
secara langsung. Namun, EKG dapat memberikan indikasi menyeluruh atas naik-turunnya
suatu kontraktilitas.
Elektrokardiograf adalah salah satu alat kesehatan yang berfungsi untuk mendeteksi
sinyal potensial listrik pada jantung manusia.
Suatu biolistrik yang berasal dari jantung, akan diumpankan ke lead selector yang
berfungsi untuk memilih atau menentukan lead yang akan diukur. Setelah memilih lead, sinyal
akan dikuatkan dan akan di ukur pada pre amplifier berkali-kali sehingga bisa menggerakkan
galvanometer yang di kopel dengan sebuah stylus. Stylus merupakan hasil outputan akhir.
Rekaman EKG biasanya dibuat pada kertas yang berjalan dengan kecepatan standard 25
mm/detik dan defleksi 10mm sesua dengan potensial 1mV.

Gambaran EKG normal menunjukkan bentuk dasar sebagai berikut :

- Gelombang P : Gelombang ini pada umumnya berukuran kecil dan merupakan hasil
depolarisasi atrium kanan dan kiri.
- Segmen PR : Segmen ini merupakan garis iso-elektrik yang menghubungkan antara
gelombang P dengan Kompleks QRS
- Kompleks QRS : Kompleks QRS merupakan suatu kelompok gelombang yang merupakan
hasil depolarisasi ventrikel kanan dan kiri. Kompleks QRS pada umumnya terdiri dari
gelombagn Q yang merupakan gelombang defleksi negatif pertama, gelombang R yang
merupakan gelombang defleksi positif  pertama, dan gelombang S yang merupakan
gelombang defleksi negatif pertama setelah gelombang R.
- Segmen ST : Segmen ini merupakan garis iso-elektrik yang menghubungkan kompleks
QRS dengan gelombang T.
- Gelombang T : Gelombang T merupakan pontesial repolarisasi dari ventrikel kiri dan
kanan.
- Gelombang U : Gelombang in berukuran kecil dan sering tidak ada. Asal gelombang ini
masih belum jelas.
Fungsi EKG:

- Merupakan standar terbaik untuk mendiagnosis aritmia jantung


- Memandu tingkatan terapi dan resiko untuk pasien yang dicurigai ada infark otot jantung
- Membantu menemukan gangguan elektrolit seperti hiperkalemia dan hipokalemia
- Memungkinkan penemuan abnormalitas konduksi seperti blok cabang berkas kanan dan
kiri
- Sebagai alat untuk mencegah penyakit jantung sistemik selama uji stres jantung
- Mendeteksi penyakit bukan jantung seperti emboli paru dan hipotermia
b. Defibirillator
Defibrillator merupakan stimulator detak jantung yang menggunakan aliran listrk
bertegangan tinggi untuk memulihkan pasien yang terkena serangan jantung. Fungsi utama dari
defibrillator adalah untuk restart jantung dari seseorang yang menderita serangan jantung.
Pada prinsipnya semua yang ada dalam alat ini terdapat banyak konsep fisika mulai dari
elektroda paddle hingga gelombang yang ada dalam layar monitornya. Energi listrik yang
diberikan untuk memberikan shock kepada pasien merupakan gelombang kotak yang dalam
ilmu fisika disebut juga dengan shock gelombang artinya energi diberikan secara keseluruhan
dalam waktu yang sangat singkat.

c. Short Wave Diathermy (SWD)


Short Wave Diathermy (SWD) adalah suatu alat terapi yang menggunakan pemanasan
yang pada jaringan dengan merubah energi elektromagnet menjadi energi panas. Short Wave
Diathermy biasa disebut dengan Diathermy gelombang pendek. Berfungsi untuk memanaskan
jaringan dan pembuluh darah dengan gelombang pendek, sehingga peredaran darah menjadi
lancar.
Gelombang radio dilemahkan saat melewati jaringan, tetapi sesungguhnya dapat
menembus jaringan sampai dalam tergantung dari jaringan yang dilewati, frekuensi dan
karakteristik dari aplikator. Aplikator induktif meningkatkan pusaran medan magnet di
jaringan, dan sebagai pengatur dan penghasil temperature tinggi di jaringan yang kaya akan
cairan, menginduksi dengan tinggi jaringan seperti otot. Kapasitator melengkapi aplikator yang
meningkatkan panas dari medan listrik. Temperatur maksimal cenderung muncul pada jaringan
yang kurang kandungan cairan seperti lemak, dan dapat memungkinkan untuk membakarnya.
SWD dapat meningkatkan suhu lemak subkutan sampai 15 oC dan pada kedalaman kedalaman
4-5 cm dengan panas 4oC- 6oC. Mesin SWD dapat menghasilkan pulsa sama baiknya dengan
Continous Wave output. CW SWD digunakan apabila tujuan dari terapi adalah untuk
memanaskan. Mesin SWD pada dasarnya adalah sebuah radio transmitter yang dioperasikan
seperti radio transmiter lainya. Pasien diletakan mesin dan dilindungi dari luka dengan
mengoperasikan sirkuit dengan rangsangan maksimum, seperti mesin automatis pada mesin
SWD yang modern. Sekali rangkaian maksimal dikerjakan, pergerakan mesin dapat
mengurangi panas.
Ada beberapa jenis aplikator inductive. Drum aplikator terdapat pada container yang
kaku, yang mana beberapa diantaranya terhubung dengan penggantung untuk dilalui
mengelilingi region seperti bahu. Pada aplikator umumnya sudah tersedia, keset kaki semi
fleksibel mengandung coil yang terhubung dengan sebuah mesin swd. Pad dapat berdimensi
0.5x0.75 m dan sering digunakan pada low back pain. Kabel aplikator mengandung kabel yang
terbungkus karet yang digunakan dengan mengelilingi sekitar ekstremitas dan mengelilingi
seluruh tubuh. Untuk keamanan dari kabel dapat diganti dengan drums dan pads.
Pada kebanyakan pengaturan kapasitas, pasien diletakan diantara dua elektroda.
Aplikator rectal dan vagina digunakan sebagai probe untuk pemanasan pelvis. Probe diletakan
dengan hati-hati, vaginal probe diletakan dibelakang servix pada fornix posterior dan eksternal
pad digunakan untuk melengkapi sirkuit. Probe yang di tahan oleh pasien dan sekarang jarang
digunakan meskipun dulu digunakan untuk penyakit pelvic inflamatori disease, cronic
prostatitis, dan mialgia dinding pelvis.
Kemampuan dari sebuah alat diatermi untuk menghasilkan panas di jaringan tergantung
dari besarnya energi yang dihasilkan dari panas. Untuk alat SWD yang berkerja kontinyu
energy panas yang dihasilkan berkisar anatara 55-500 W. Energi yang dihasilkan dari diatermi
sangat adekuat, karena kebanyakan SWD digunakan untuk meningkatkan suhu dijaringan
dengan terapi range yang ekfektif berkisar antara 40 oC -44oC, energy yang deperlukan berkisar
antara 80-120 W. Meskipun range dari puncak arus energy yang dihasilkan dari alat short wave
diatermi berkisar antara 100-1000W, potensi dari menghasilkan efek panas pada alat ini
tergantung dari energy utama yang disalurkan ke jaringan dengan secara berturut-turut. Seperti
telah disebutkan diawal, energy utama tertinggi yang dapat disalurkan pada pulsasi SWD
(80W) lebih rendah dibandingkan dengan energy yang dihasilkan dari pemakaian kontinyu
SWD secara berkelanjutan untuk pengobatan.

d. Microwave Diathermy
Micro Wave Diathermy merupakan suatu pengobatan menggunakan stressor fisis berupa
energi elektromagnetik yang dihasilkan oleh arus bolak-balik frekuensi 2450 MHz dengan
panjang gelombang 12,25 cm. Prinsip produksi gelombang mikro pada dasarnya sama dengan
arus listrik bolak-balik frekuensi tinggi yang lain, hanya untuk memperoleh frekuensi yang
lebih tinggi lagi diperlukan suatu tabung khusus yang disebut magnetron. Magnetron ini
memerlukan waktu untuk pemanasan, sehingga output belum diperoleh segera setelah mesin
dioperasikan. Untuk itu mesin dilengkapi dengan tombol pemanasan agar mesin tetap dalam
posisi dosis nol antara pengobatan satu dengan yang berikutnya. Pada posisi tersebut tabung
tetap mendapatkan arus listrik, tetapi dosis ke pasien nol, sehingga terhindar dari seringnya
perubahan panas.
Arus dari mesin mengalir ke elektroda melalui co-axial cable, yaitu suatu kabel yang
terdiri dari serangkaian kawat di tengah yang diselubungi oleh selubung logam yang dikelilingi
suatu benda isolator. Kawat dan selubung logam tadi berjalan sejajar dan membentuk sebagai
kabel output dan kabel bolak-balik dari mesin. Konstruksi kabel semacam ini diperlukan untuk
arus frekuensi yang sangat tinggi dan panjangnya tertentu untuk suatu pengobatan.
Co-axial cable ini menghantarkan arus listrik ke sebuah area dimana gelombang mikro
dipancarkan. Area ini dipasang suatu reflektor yang dibungkus dengan bahan yang dapat
meneruskan gelombang elektromagnetik. Konstruksi ini dimaksudkan untuk mengarahkan
gelombang ke jaringan tubuh yang disebut emitter, director atau aplicator atau sebagai
elektrode.

e. EEG (Electroencephalography)
Electroencephalography (EEG) merupakan suatu kegiatan perekaman dan interpretasi
terhadap aktifitas listrik otak melalui penempatan electrode di kepala. Sebelum melakukan
suatu perekaman atau interpretasi sebaiknya kita sedikit memahami tentang mesin EEG serta
persiapan yang dibutuhkan untuk mendapatkan hasil rekaman yang dibutuhkan.
Electroencephalography merupakan suatu instrumen yang digunakan merekam aktifitas
listrik otak. Secara garis besar mesin ini melakukan dua hal pokok, yaitu :
- Menguatkan signal listrik otak yang bertegangan sangat rendah.
- Menghasilkan sebuah grafik yang tertulis atau terdisplai dari aktifitas potensial listrik otak.
- Mesin EEG telah digunakan sejak tahun 1920 dan telah mengalami banyak pengembangan.
Meski elemen-elemen dasar memiliki kemiripan, namun perbaikan telah demikian pesat.
Mesin yang dimulai dari satu channel telah berekspansi menjadi mesin dengan 8, 16, 20,
24, 32, 64, 128 channel dan mungkin lebih. Teknologi EEG digunakan untuk
merepresentasikan secara tepat signal listrik yang berasal dari aktifitas sinaptik spontan di
kortek serebri.

Elektrode menyalurkan potensial listrik dari pasien ke mesin EEG melalui kotak yang
disebut jackbox. Biasanya untuk penempelan elektrode ini dengan bantuan pasta sebagai
penghubung dengan kulit. Pasta ini memiliki dua fungsi yaitu melakukan transmisi potensial
listrik, dan meredam terjadinya artefak gerakan. Elektrode skalp yang digunakan pada rekaman
rutin EEG, mempunyai disain yang simpel dengan permukaan metal, kabel yang fleksibel serta
berwarna agar memudahkan pemasangan. Sepatutnya elektrode yang digunakan mempunyai
resistensi yang rendah. Berdasar pada standar internasional untuk EEG maka resistensi
elektrode skalp yang dianjurkan adalah dibawah 5.000 ohm dan di atas 100 ohm.

f. Electrokauter
Listrik berfrekuensi tinggi dipergunakan untuk mengontrol perdarahan pada waktu
operasi. Searing (=cauterisasi=pembakaran) telah digunakan 2000 tahun yang lalu untuk
menghentikan perdarahan pada luka menganga yaitu dengan menggunakan gulungan kawat
panas diletakkan pada luka tanpa anasthesi/pembiusan. Kauterisasi yaitu suatu pembakaran
dengan menggunakan frekuensi listrik 2 Mhz, tegangan kurang atau sama dengan 15Kv. Ini
menunjukan dasar elektrokauter  dan eletrosurgery.
Elektrocauter dan elektrosurgery keduanya berbeda dalam peralatan tetapi menggunakan
probe serta buttplate electrode yang sama. Sebelum melakukan kauterisasai, mula-mula diolesi
dengan pasta dipunggung penderita kemudian buttplate electrode ditempatkan pada punggung
penderita yang sedang berbaring dan diusahakan agar kontak yang baik dengan badan agar
dapat terhindar dari bahaya syok. Apabila probe dimasukan kedalam jaringan maka akan
dilewati arus dengan frekuensi tinggi sehingga diperoleh daya sekitar probe tersebut.
Power density pada probe = 3,3 x103 W/cm3
Frekuensi kawat pada probe = 5 Mhz.
Jaringan dengan 0,25 mm diameter terdapat 15W.
Power density dapat meningkatkan temperatur sekitar 800C
pada probe ; pada jarak 1,25cm dari probe terdapat 0,1C.

Arus listrik yang digunakan hanya bersifat lokal sehingga tidak menyebar ke bagian
tubuh yang lain. Hal ini tidak akan mengganggu pasien pasien dengan alat alat listrik yang
tertanam di tubuhnya seperti pacemaker dan defiblilator jantung. Yang perlu diperhatikan
adalah apabila terdapat infeksi pada daerah yang akan di cauter, sebaiknya infeksi diatasi
terlebih dahulu untuk mencegah terjadinya penyebaran.
Pada dasarnya electrocauter tidak akan menimbulkan bekas permanen. Hanya saja proses
penyembuhan luka setiap orang bervariasi sehingga dokter tidak bisa menjanjikan sampai
kapan bekas luka tersebut akan hilang. Biasanya berkisar antara dua minggu sampai tiga bulan.
Variasi ini tergantung banyak hal seperti usia dan kondisi kulit pasien. Untuk mempercepat
hilangnya bekas tersebut anda dapat meminta dokter memberikan krim khusus untuk
mempercepat proses penyembuhan luka.

g. Elektro Surgery Unit (ESU)


Elektrosurgery Unit (ESU) adalah suatu alat bedah dengan memanfaatkan arus listrik
frekwensi tinggi. Prinsip yang paling mendasar dari suatu ESU adalah mengalirkan arus listrik
melalui suatu jaringan. Pada penggunaan Elektrosurgery Unit, digunakan arus listrik yang
besar dengan frekwensi tinggi yang berguna untuk memaksimalkan efek panas (termal) dan
meredam terjadinya efek faradik dan efek ekrolitik, oleh karena itu dipergunakan frekwensi
diatas 300 KHz. Penggunaan arus listrik di dalam pembedahan untuk mengurangi pendarahan.
Namun kerugiannya akan mengakibatkan terjadinya luka bakar, dan memungkinkan sel-sel
jaringan disekitarnya mati. Arus frekwensi tinggi yang dihasilkan oleh rangkaian akan terjadi
pada saat tombol elektroda aktif atau foot switch ditekan, sehingga arus listrik frekwensi tinggi
mengalir dari elektroda aktif kejaringan tubuh dan tersalur menuju elektroda netral.
Dengan menggunakan ESU, pendarahan yang terjadi pada saat tindakan pembedahan
dapat diminimalisir, karena pembuluh darah yang tebuka disekitar luka dapat langsung
menutup. Alat ini memiliki prinsip kerja merusak jaringan tubuh tertentu dengan memanaskan
jaringan tersebut. Panas didapat dengan cara pemusatan arus listrik frekuensi tinggi pada
jaringan tubuh tertentu dengan menggunakan elektroda sebagai medianya. Adapun jangkauan
frekuensi yang biasa dipakai berkisar antara 500 kHz sampai dengan 2,5 MHz.
Pengoperasian ESU dibagi menjadi 2 (dua) mode, yaitu bipolar dan monopolar. Mode
bipolar biasa digunakan pada bedah minor untuk proses koagulasi (pembekuan). Sebuah
elektroda berbentuk pinset digunakan untuk menjepit jaringan yang tidak diinginkan, kemudian
arus listrik frekuensi tinggi mengalir dari ujung elektroda melewati jaringan tadi kemudian
menuju ujung elektroda yang lain. Pada mode monopolar digunakan dua elektroda terpisah,
yaitu elektroda aktif dan elektroda pasif/ netral dengan permukaan yang lebih luas yang
ditempatkan dekat dengan lokasi yang akan dibedah. Arus listrik akan terpusat pada elektroda
aktif dan elektroda netral didesain untuk mendistribusikan arus listrik dengan tujuan mencegah
kerusakan jaringan. Mode monopolar lazimnya digunakan pada bedah mayor dengan metode
pemotongan/cutting. Oleh karena itu, mode bipolar lebih banyak digunakan untuk melakukan
pembedahan minor.

h. Cardiotocography
Cardiotocography adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur DJJ (Denyut
Jantung Janin) pada saat kontraksi maupun tidak. Jadi bila doppler hanya menghasilkan DJJ
maka pada CTG kontraksi ibu juga terekam dan kemudian dilihat perubahan DJJ pada saat
kontraksi dan diluar kontraksi. Bila terdapat perlambatan maka itu menandakan adanya gawat
janin akibat fungsi plasenta yang sudah tidak baik. Pemeriksaan CTG penting dilakukan pada
setiap ibu hamil untuk pemantauan kondisi janin terutama dalam keadaan:
- Kehamilan dengan komplikasi (darah tinggi, kencing manis, tiroid, penyakit infeksi kronis,
dll).
- Kehamilan dengan berat badan janin rendah (Intra Uterine Growth Retriction).
- Oligohidramnion (air ketuban sedikit sekali).
- Polihidramnion (air ketuban berlebih).

Syarat pemeriksaan CTG, yaitu:

- Usia kehamilan mulai 28 minggu.


- Ada persetujuan tindak medik dari pasien (secara lisan).
- Punktum maksimun denyut jantung janin (DJJ) diketahui.
- Prsedur pemasangan alat sesuai dengan petunjuk penggunaan.

Prosedur Pemakaian CTG:

- Persetujuan tindak medik (Informed Consent), yaitu menjelaskan indikasi, cara


pemeriksaan dan kemungkinan hasil yang akan didapat. Persetujuan tindak medik ini
dilakukan oleh dokter penanggung jawab pasien (cukup persetujuan lisan).
- Kosongkan kandung kencing.
- Periksa kesadaran dan tanda vital ibu.
- Ibu tidur terlentang, bila ada tanda-tanda insufisiensi utero-plasenter atau gawat janin, ibu
tidur miring ke kiri dan diberi oksigen 4 liter/menit.
- Lakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan letak, presentasi dan punktum
maksimum DJJ.
- Hitung DJJ selama satu menit; bila ada his, dihitung sebelum dan segera setelah kontraksi
berakhir.
- Pasang transduser untuk tokometri di daerah fundus uteri dan DJJ di daerah punktum
maksimum.
- Setelah transduser terpasang baik, beri tahu ibu bila janin terasa bergerak, pencet bel yang
telah disediakan dan hitung berapa gerakan bayi yang dirasakan oleh ibu selama
perekaman CTG.
- Hidupkan komputer dan Cardiotokograf.
- Lama perekaman adalah 30 menit (tergantung keadaan janin dan hasil yang ingin dicapai).
- Lakukan dokumentasi data pada disket komputer (data untuk rumah sakit).
- Matikan komputer dan mesin kardiotokograf. Bersihkan dan rapikan kembali
- Beritahu pada pasien bahwa pemeriksaan telah selesai.
- Berikan hasil rekaman CTG kepada dokter penanggung jawab atau paramedik membantu
membacakan hasil interpretasi komputer secara lengkap kepada dokter.

Anda mungkin juga menyukai