Anda di halaman 1dari 10

POLRI DAERAH JAWA TIMUR

BIDANG KEDOKTERAN DAN KESEHATAN


RUMAH SAKIT BHAYANGKARA LUMAJANG

PANDUAN
PELAYANAN GAWAT DARURAT
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA LUMAJANG

LUMAJANG, JANUARI 2021


i

DAFTAR ISI
BAB I DEFINISI

A. Latar belakang ............................................................................. 1


B. Karakteristik pelayanan di unit gawat darurat............................... 1
C. Prinsip umum asuhan keperawatan ............................................. 2
D. Triase ........................................................................................... 2

BAB II RUANG LINGKUP………………………………………………………… 4

BAB III TATALAKSANA……………………………………………………………. 6

BAB III DOKUMENTASI……………………………………………………………. 8


POLRI DAERAH JAWA TIMUR
1 LAMPIRAN KEP KARUMKIT BHY LMJ
BIDANG KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
NOMOR :KEP / 02 /I/KES.22./2021
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA LUMAJANG
TANGGAL : 04 JANUARI 2021

BAB I
DEFINISI

A. Latar Belakang
Pelayanan kegawatdaruratan memerlukan penanganan secara terpadu
dari multi disiplin dan multi profesi termasuk pelayanan keperawatan.
Pelayanan kegawatdaruratan saat ini sudah diatur dalam suatu sistem yang
dikenal dengan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT)
baik SPGDT sehari- hari (SPGDT-S) dan akibat bencana (SPGDT-B).
Sebagai bagian integral pelayanan kegawatdaruratan, pelayanan
keperawatan mengutamakan akses pelayanan kesehatan bagi korban dengan
tujuan untuk mencegah dan mengurangi angka kesakitan, kematian dan
kecacatan. Kemampuan perawat sebagai pelaksana pelayanan keperawatan
gawat darurat masih sangat terbatas untuk mendukung terwujudnya
pelayanan kegawatdaruratan yang berkualitas. Saat bekerja di rumah sakit,
perawat diharapkan mampu melakukan triase, resusitasi dengan atau tanpa
alat, mengetahui prinsip stabilisasi dan terapi definitif, mampu bekerja dalam
tim, melakukan komunikasi dengan tim, pasien beserta keluarganya.

Pelayanan gawat darurat (emergency care) adalah bagian dari


pelayanan kedokteran yang dibutuhkan oleh penderita dalam waktu segera
(imediatlely) untuk menyelamatkan kehidupannya (life saving). Unit kesehatan
yang menyelenggarakan pelayanan gawat darurat disebut dengan nama Unit
Gawat Darurat (emergency Unit. Tergantung dari kemampuan yang dimilki,
keberadaan UGD tersebut dapat beraneka macam.
B. Karakteristik pelayanan di unit gawat darurat :
1. Kondisi kegawatan seringkali tidak terprediksi :kondisi pasien, jumlah
pasien, dan keluarga yang datang.
2. Kecemasan tinggi atau panik dari pasien dan keluarga
3. Keterbatasan sumber daya dan waktu
4. Pengkajian, diagnosis, dan tindakan keperawatan di berikan untuk seluruh
usia dan data dasar yang sangat terbatas
2 LAMPIRAN KEP KARUMKIT BHY LMJ
NOMOR :KEP / 02 /I/KES.22./2021
TANGGAL : 04 JANUARI 2021

5. Jenis tindakan yang diberiakan: tindakan yang memerlukan kecepatan dan


ketepatan yang tinggi
6. Adanya saling ketergantungan yang tinggi antara profesi kesehatan yang
bekerja di ruang gawat darurat.

C. Prinsip umum asuhan keperawatan:


1. Menerapkan prinsip universal precaution dan asuhan yang aman untk
pasien
2. Cepat dan tepat
3. Tindakan keperawatan yang di berikan untk mengatasi masalah fisik dan
psikososial pasien
4. Monitoring kondisi pasien
5. Penjelasan dan pendidikan kesehatan
6. Asuhan diberikan menyeluruh (triase, proses resusitasi, stabilisasi,
kematian, dan penanganan bencana)
7. Sistem dokumentasi dapat di gunakan secara mudah, cepat dan tepat
8. Aspek etik dan legal keperwatan perlu dijaga

D. Triase
Untuk menilai dan menentukan tingkat urgensi masalah kesehatan
yang dihadapi pasien diselenggarakanlah triase
Triase adalah sistem pembagian atau klasifiksi prioritas pasien
berasarkan tingkat kegawat daruratan trauma atau penyakit dengan
mempertimbangkan prioritas penangan memerlukan tindakan segera.
kategori triase di bagi menjadi 5 menurut ATS (Australian triase scale)
yaitu:
1. ATS kategori 1 penilaian dan pengobatan simultan segera .
Kondisi yang mengancam terhadap kehidupan(resiko besar akan
kerusakan) dan memerlukan tindakan segera seperti; gagal jantung
/Cardiac arest, gangguan pernapasan, sumbatan jalan nafas, distress
pernafasaan berat, kejang berkepanjangan.
2. ATS kategori 2 penilaian dan pengobatan dalam waktu 10 menit.
Kondisi pasien cukup seris atau emburuk sangan cepat sehingga ada
potensi ancaman terhadap kehidupan atau kegagalan system organ , jika
3 LAMPIRAN KEP KARUMKIT BHY LMJ
NOMOR :KEP / 02 /I/KES.22./2021
TANGGAL : 04 JANUARI 2021

tidak iobati dalam waktu 10 menit dari potensi untuk waktu kritis
pengobatan mis trombolisis untuk membuat dampak yang signifikan
terhadap klinis hasilnya tergantung pada pengobatan dimulai dalam waktu
beberapa menit kedatangan pasien di UGD seperti: resiko gangguan jalan
nafas, distress pernafasan berat, hipotensi dengan efek hemodinamik,
kehilangan darah yang parah, nyeri dada seperti gangguan jantung pada
umumnya.
3. ATS kategori 3 penilaian dengan memulai pengobatan dalam waktu 30
menit
Kondisi pasien dapat berlanjut kekehidupan atau mengancam ektremitas
atau dapat menyebabkan morbiditas yang signifikan jika penilaian dan
pengobatan tidak dimulai dalam waktu 30 menit kedatangan atau
kegawatan situasional. Ada potensi hasil yang merugikan jika wakti kritis
tidak dimulai dalam waktu 30 menit. seperti: hipertensi berat, kehilangan
cukup banyak darah, sesak nafas sedang, dehidrai, cedera kepala SPO2
90-95%,muntah terus menerus.
4. ATS kategori 4 penilaian dan memulai pengobatan dalam wakt 60 menit
Seperti: perdarahan ringan, aspirasi benda asing, tidak ada gangguan
pernapasan, cedera dada tanpa rasa sakit tulang rusuk, dan cedera kepala
ringan
5. ATS kategori 5 penilaian dan mulai pengobatan dalam waktu 120 menit
Seperti: riwayat penyakit dengan resiko rendah, luka lecet kecil, imunisasi,
nyeri minimal dengan tidak ada fitur beresiko tinggi.
4 LAMPIRAN KEP KARUMKIT BHY LMJ
NOMOR :KEP / 02 /I/KES.22./2021
TANGGAL : 04 JANUARI 2021

BAB II
RUANG LINGKUP

Hal yang perlu dikemukakan adalah pengertian tenaga kesehatan yang


berkaitan dengan lingkup kewenangan dalam penanganan keadaan gawat darurat.
Pengertian tenaga kesehatan diatur dalam pasal 1 butir 3 UU No.23/1992 tentang
Kesehatan sebagai berikut: “tenaga kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan”.
Melihat ketentuan tersebut nampak bahwa profesi kesehatan memerlukan
kompetensi tertentu dan kewenangan khusus karena tindakan yang dilakukan
mengandung risiko yang tidak kecil. Pengaturan tindakan medis secara umum dalam
UU No.23/1992 tentang Kesehatan dapat dilihat dalam pasal 32 ayat (4) yang
menyatakan bahwa “pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu
kedokteran dan ilmu keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu”. Ketentuan tersebut
dimaksudkan untuk melindungi masyarakat dari tindakan seseorang yang tidak
mempunyai keahlian dan kewenangan untuk melakukan pengobatan/perawatan,
sehingga akibat yang dapat merugikan atau membahayakan terhadap kesehatan
pasien dapat dihindari, khususnya tindakan medis yang mengandung risiko.

Pengaturan kewenangan tenaga kesehatan dalam melakukan tindakan medik


diatur dalam pasal 50 UU No.23/ 1992 tentang Kesehatan yang merumuskan bahwa
“tenaga kesehatan bertugas menyelenggarakan atau melakukan kegiatan kesehatan
sesuai dengan bidang keahlian dan atau kewenangan tenaga kesehatan yang
bersangkutan Pengaturan di atas menyangkut pelayanan gawat darurat pada fase di
rumah sakit, di mana pada dasarnya setiap dokter memiliki kewenangan untuk
melakukan berbagai tindakan medik termasuk tindakan spesifik dalam keadaan
gawat darurat. Dalam hal pertolongan tersebut dilakukan oleh tenaga kesehatan
maka yang bersangkutan harus menerapkan standar profesi sesuai dengan situasi
(gawat darurat) saat itu. Pelayanan gawat darurat fase pra-rumah sakit umumnya
tindakan pertolongan pertama dilakukan oleh masyarakat awam baik yang tidak
terlatih maupun yang terlatih di bidang medis.
5 LAMPIRAN KEP KARUMKIT BHY LMJ
NOMOR :KEP / 02 /I/KES.22./2021
TANGGAL : 04 JANUARI 2021

Dalam hal itu ketentuan perihal kewenangan untuk melakukan tindakan medis
dalam undang-undang kesehatan seperti di atas tidak akan diterapkan, karena
masyarakat melakukan hal itu dengan sukarela dan dengan itikad yang baik. Selain
itu mereka tidak dapat disebut sebagai tenaga kesehatan karena pekerjaan
utamanya bukan di bidang kesehatan. Jika tindakan fase pra-rumah sakit
dilaksanakan oleh tenaga terampil yang telah mendapat pendidikan khusus di bidang
kedokteran gawat darurat dan yang memang tugasnya di bidang ini (misalnya
petugas 118), maka tanggung jawab hukumnya tidak berbeda dengan tenaga
kesehatan di rumah sakit.
6 LAMPIRAN KEP KARUMKIT BHY LMJ
NOMOR :KEP / 02 /I/KES.22./2021
TANGGAL : 04 JANUARI 2021

BAB III
TATALAKSANA

Upaya Pertolongan terhadap penderita gawat darurat harus dipandang sebagai


satu system yang terpadu dan tidak terpecah-pecah. Sistem mengandung
pengertian adanya komponen-komponen yang saling berhubungan dan saling
mempengaruhi, mempunyai sasaran (output) serta dampak yang diinginkan
(outcome). Sistem yang bagus juga harus dapat diukur dengan melalui proses
evaluasi atau umpan balik yang berkelanjutan. Alasan kenapa upaya pertolongan
penderita harus dipandang sebagai satu system dapat diperjelas dengan skema di
bawah ini :

Injury &
Pre Hospital Stage Hospital Stage Rehabilitation
Dissaster

 First Responder  Emergency Room  Fisical


 Ambulance Service  Operating Room  Psycological
24 jam  Intensif Care Unit  Social
 Ward Care

Berdasarkan skema di atas, kualitas hidup penderita akan sangat bergantung


pada apa yang telah dia dapatkan pada periode Pre Hospital Stage bukan hanya
tergantung pada bantuan di fasilitas pelayanan kesehatan saja. Jika di tempat
pertama kali kejadian penderita mendapatkan bantuan yang optimal sesuai
kebutuhannya maka resiko kematian dan kecacatan dapat dihindari. Bisa
diilustrasikan dengan penderita yang terus mengalami perdarahan dan tidak
dihentikan selama periode Pre Hospital Stage, maka akan sampai ke rumah sakit
dalam kondisi gagal ginjal.

Begitu cedera terjadi maka berlakulah apa yang disebut waktu emas (The
Golden Periode). Satu jam pertama juga sangat menentukan sehingga dikenal
istilah The Golden Hour. Setiap detik sangat berharga bagi kelangsungan hidup
penderita. Semakin panjang waktu terbuang tanpa bantuan pertolongan yang
memadai, semakin kecil harapan hidup korban. Terdapat 3 faktor utama di Pre
Hospital Stage yang berperan terhadap kualitas hidup penderita nantinya yaitu :
7 LAMPIRAN KEP KARUMKIT BHY LMJ
NOMOR :KEP / 02 /I/KES.22./2021
TANGGAL : 04 JANUARI 2021
1. siapa penolong pertamanya
2. Berapa lama ditemukannya penderita,
3. kecepatan meminta bantuan pertolongan
4. bantuan yang datang dan penolong pertama di tempat kejadian dapat kita
modifikasi.

Pada fase rumah sakit, Unit Gawat Darurat berperan sebagai gerbang utama
jalan masuknya penderita gawat darurat. Kemampuan suatu fasilitas kesehatan
secara keseluruhan dalam hal kualitas dan kesiapan dalam perannya sebagai pusat
rujukan penderita dari pra rumah tercermin dari kemampuan unit ini. Standarisasi
Unit Gawat Darurat saat ini menjadi salah satu komponen penilaian penting dalam
perijinan dan akreditasi suatu rumah sakit
8 LAMPIRAN KEP KARUMKIT BHY LMJ
NOMOR :KEP / 02 /I/KES.22./2021
TANGGAL : 04 JANUARI 2021

BAB IV
DOKUMENTASI

Rekam Medik

Ditetapkan di : Lumajang
Pada tanggal : Januari 2021

KARUMKIT BHAYANGKARA LUMAJANG

dr. ANANINGATI,Sp.OG(K)
AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 71100512

Anda mungkin juga menyukai