Anda di halaman 1dari 19

KELISTRIKAN DALAM TUBUH

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Mekanika dan Keelektromagnetan
yang dibina oleh Bapak Sutarman dan Ibu Erni Yulianti

Oleh
Off A

Ghufron Nurpatriya Krisna


Rifka Amilia
Vindyastika Inke R

()
(130351615569)
()

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PRODI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
November 2014

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Kelistrikan merupakan sesuatu yang biasa di gunakan dalam kehidupan
sehari-hari dan biasanya kita tidak terlalu banyak memikirkan hal tersebut.
Walaupun pemakaian praktis dari kelistrikan telah dikembangkan khususnya pada
abad keduapuluh, penelitian dibidang kelistrikan mempunyai sejarah yang
panjang. Pengamatan terhadap gaya listrik dapat ditelusuri sampai pada zaman
Yunani kuno. Orang-orang Yunani telah mengamati bahwa setelah batu amper
digosok, batu tersebut akan menarik benda kecil seperti jerami atau bulu. Kata
listrik berasal dari bahasa Yunani untuk amper yaitu electron.
Selama periode hujan badai pada tahun 1786, Luigi Galvani menyentuh
otot tungkai seekor katak dengan menggunakan suatu metal, dan teramati bahwa
otot katak tersebut berkontraksi. Dari pengamatan tersebut, ia menyimpulkan
bahwa aliran listrik akibat badai tersebut merambat melalui saraf si katak sehingga
otot-ototnya berkontraksi. Sel saraf menghantarkan impuls dari satu bagian tubuh
ke bagian tubuh yang lain. Namun dengan mekanisme yang jauh berbeda dengan
hantaran aliran listrik pada suatu konduktor metal. Dalam rentang waktu yang
cukup lama, kita mengetahui implus dalam system saraf terdiri dari ion-ion yang
mengalir sepanjang sel-sel saraf lebih lambat dan kekuatannya lebih rendah
(konduksinya ada atau tidak sama sekali) dibandingkan konduksi pada metal.
Alessandro Volta meneliti fenomena ini dan, dalam prosesnya menemukan
baterai salah satu penemuan terpenting dalam sejarah fisika. Temuan tersebut
merupakan sumber arus listrik tetap yang pertama. Kelistrikan memegang peranan
penting dalam bidang kedokteran. Ada dua aspek kelistrikan dan magnetis dalam
bidang kedokteran, yaitu listrik dan magnet yang timbul dalam tubuh manusia,
serta penggunaan listrik dan magnet pada permukaan tubuh manusia. Listrik yang
dihasilkan di dalam tubuh berfungsi untuk mengendalikan dan mengoperasikan
saraf, otot dan berbagai organ. Kerja otak pada dasarnya bersifat elektrik.
Tubuh manusia mengandung sistem kelistrikan. Mulai dari mekanisme
otak,jantung, ginjal, paru-paru, sistem pencernaan, sistem hormonal, otot-otot dan

berbagai jaringan lainnya. Semuanya bekerja berdasar sistem kelistrikan. Karena


itu kita bisa mengukur tegangan listrik di bagian tubuh mana pun yang kita mau.
Semuanya ada tegangan listriknya. Bahkan setiap sel di tubuh kita memiliki
tegangan antara -90 mvolt pada saat rileks sampai 40 mvott pada saat beraktifitas.
Tubuh kita boleh disebut sebagai sistem elektromagnetik. Sebab, kelistrikan
sangat erat kaitannya dengan kemagnetan. Otak kita memiliki medan kemagnetan.
Sebagaimana jantung ataupun bagian-bagian lain di tubuh kita.

1.2.Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini, yaitu:
1. Bagaimana Kelistrikan pada syaraf terjadi ?
2. Bagaimana kelistrikan pada jantung terjadi ?
3. Apa saja jenis elektroda yang digunakan untuk mengukur kelistrikan dalam
tubuh ?

1.3.Tujuan
Adapun Tujuan penulisan dari makalah ini, yaitu:
1. Untuk menjelaskan kelistrikan pada syaraf terjadi.
2. Untuk menjelaskan kelistrikan pada jantung terjadi.
3. Untuk menjelaskan jenis-jenis elektroda yang digunakan untuk mengukur
kelistrikan dalam tubuh

BAB II
ISI
2.1. Kelistrikan Pada Saraf
A. System Saraf dan Neuron
System saraf dibagi dalam 2 bagian yaitu:
1. Sistem saraf pusat
Terdiri dari otak, medulla spinalis dan saraf perifer. Saraf perifer ini adalah
serat saraf yang mengirim informasi sensoris ke otak atau ke Medulla spinalis
disebut Saraf Affren, sedangkan serat saraf yang menghantarkan informasi dari
otak atau medulla spinalis ke otot atau medulla spinalis ke otot serta kelenjar
disebut saraf Efferen.
2. Sistem saraf otonom
Serat saraf ini mengatur organ dalam tubuh. Misalnya jantung, usus dan
kelenjar-kelenjar. Pengontrolan ini dilakukan secara tidak sadar.

Otak

berhubungan langsung dengan medulla spinalis, keduanya diliputi cairan


serebrospinalis dan dilindungi tulang tengkorak serta tulang vertebralis (columna
vertebralis). Berat otak 1500g dan hanya 50g yang efektif.
B. Konsentrasi ion Dalam dan luar sel
Dari hasil penelitian diperoleh konsentrasi ion didalam dan diluar
membrane suatu akson terlihat pada gambar dibawah ini:

Melalui suatu percobaan dapat ditunjukan suatu model membrane


permeable terhadap larutan KCl.

Gambar diatas merupakan suatu bentuk model potensial istirahat pada


waktu 0 dimana ion K akan melakukan difusi dari kosentrasi tinggi ke konsntrasi
rendah sehingga saat tertentu akan terjadi membrane dipole/membran dua kutub
dimana larutan dengan konsentrasi yang tadinya rendah akan kelebihaan ion
positif, kebalikan dengan larutan yang konsentrasi tinggi akan berubah menjadi
kekurangan ion sehingga menjadi lebih negatif. Membrane permeabel biasanya
terhadap ion K , Na dan Cl sedangkan terhadap protein besar (A-) sangat tidak
permeable.
C. Kelistrikan saraf
Apabila ditinjau besar kecilnya serat saraf maka serat saraf dapat di bagi
dalam 3 bagian yaitu serat saraf tipe A, B, dan C. dengan mempergunakan
mikroskop electron, serat saraf dibagi dalam 2 tipe: yakni serat saraf bermielin
dan serat saraf tanpa myelin. Saraf bermielin banyak terdapat pada manusia.
Myelin merupakan suatu insulator (isolasi) makin menurun apabila melewati serat
saraf yang bermielin.
Kecepatan aliran listrik pada serat saraf yang berdiameter yang sama dan
panjang yang sama sangat tergantung kepada lapisan mielin ini. Akson tanpa
mielin (diameter 1 mm) mempunyai kecepatan 20-50 m/detik. Serat saraf
bermielin pada diameter 10 um mempunyai 100 m/detik. Pada serat saraf
bermielin aliran sinyal dapat meloncat dari suatu simpul ke simpul yang lain.
Telah diketahui bahwa sel mempunyai lapisan yang disebut membrane sel,
didalam sel ini terdapat ion Na, K, Cl, dan Protein A- . sel mempunyai
kemampuan memindahkan ion dari satu sisi ke sisi yang lain. Kemampuan sel ini
disebut aktivitas kelistrikan sel.

Dalam keadaan biasa, konsentrasi ion Na+ lebih besar diluar sel .

Pada keadaan demikian potensial didalam sel relative negative


dibandingkan dengan potensial diluar sel, dalam keadaan demikian disebut
potensial membrane negative. Jika konsentrasi ion Na+ terdapat banyak didalam
sel daripada di luar sel, perbedaan potensial listrik dalam sel lebih positif daripada
diluar sel, keadaan ini sidebut potensial membrane positif.
Suatu saraf atau neuron membrane otot-otot pada keadaan istirahat (tidak
adanya proses konduksi implus listrik), konsentrasi ion Na+ lebih banyak diluar
sel dari pda di dalam sel, di dalam sel akan lebih negative dibandingkan dengan di
luar sel.

Apabila potensial diukur dengan galvanometer akan mencapai -90 m Volt,


membrane sel ini disebut dalam keadaan polarisasi, dengan potensial membrane
istirahat -90 m Volt.

D. Perambatan Potensial Aksi


Potensial aksi terjadi apabila suatu daerah membrane saraf atau otot
mendapat rangsangan mencapai nilai ambang. Potensial aksi itu sendiri
mempunyai kemampuan untuk merangsang daerah sekitar sel membrane untuk
mencapai aksi kesegala jurusan sel membrane, keadaan ini disebut perambatan
potensial aksi atau gelombang depolarisasi. Melalui gambar dibawah ini akan
terlihan jelas perambatan potensial aksi ke kiri dan kekanan.

Setelah timbul potensial aksi, sel membrane akan mengalami repolarisasi.


sel membrane ini disebut tingkat refrakter. Tingkat refrakter dibagi dalam 2 fase
yaitu periode refrakter absolute dan periode refrakter relative.

1.

Periode Refrakter Absolut


Selama periode ini tidak ada rangsangan, tidak ada unsure kekuatan untuk

menghasilkan aksi yang lain.


2.

Periode Refrakter Relatif


Setelah sel membran mendekati repolarisasi seluruhnya maka dari periode

refrakter absolute akan menjadi periode refrakter relatif, dan apabila ada
stimulus/rangsangan yang kuat secara normal akan menghasilkan potensial aksi
yang baru.
Sel membrane setelah mencapai potensial membrane istirahat, sel
membran tersebut telah siap untuk menghantarkan implus yang lain. Sedangkan
gelombang depolarisasi setelah mencapai ujung dari saraf atau setelah terjadi
depolarisasi seluruhnya, gelombang tersebut akan berhenti dan tidak pernah aliran
balik kearah mulainya datang rangsangan.

E. Kelistrikan pada sinapsis dan Neuromyal junction


Hubungan antara dua buah saraf disebut sinapsi, berakhirnya saraf pada sel
otot/hubungan saraf otot disebut Neuromyal junction.

Baik sinapsis maupun neuromyal junction mempunyai kemampuan


meneruskan gelombang depolarisasi dengan cara lompat dari satu sel ke sel yang
berikutnya. Gelombang depolarisasi ini penting pada sel membrane otot. Karena
pada waktu terjadi depolarisasi zat kimia yang terdapat pada otot akan

tringger/bergetar/berdenyut dan menyebabkan kontraksi otot dan setelah itu akan


terjadi repolarisasi sel otot dimana otot akan mengalami relaksasi.

2.2. Kelistrikan Pada Jantung


1. Kelistrikan Otot Jantung
Sel membrane otot jantung (miokardium) sangat berbeda dengan syaraf
dan otot. Jika pada syaraf dan otot yang sedang dalam keadaan potensial istirahat
dilakukan rangsangan, maka ion-ion natrium akan masuk kedalam sel dan setelah
tercapai nilai ambang akan timbul depolarisasi. Sedangkan pada sel otot jantung
ion natrium mudah bocor. Aktivitas listrik jantung terjadi akibat ion (partikel
bermuatan seperti natrium, kalium dan kalsium) bergerak menembus membran
sel. Perbedaan muatan listrik yang tercatat dalam sebuah sel mengakibatkan apa
yang dinamakan potensial aksi jantung.
Pada keadaan istirahat, otot jantung terdapat dalam keadaan repolarisasi
artinya terdapat perbedaan muatan listrik antara bagian dalam membran yang
bermuatan negatif dan bagian luar yang bermuatan positif. Siklus jantung bermula
saat dilepaskannya impuls listrik, mulailah fase depolarisasi. Permeabilitas
membran sel berubah dan ion bergerak melintasinya. Dengan bergeraknya ion ke
dalam sel maka bagian dalam sel akan menjadi positif. Kontraksi otot terjadi
setelah depolarisasi. sel otot jantung normalnya akan mengalami depolarisasi
ketika sel-sel tetangganya mengalami depolarisasi (meskipun dapat juga
terdepolarisasi akabat stimulasi listrik eksternal). Depolarisasi sebuah sel sistem
hantaran khusus yang memadai akan mengakibatkan depolarisasi dan kontraksi
seluruh miokardium. Repolarisasi terjadi saat sel kembali kekeadaan dasar
(menjadi lebih negatif), dan sesuai dengan relaksasi otot miokardium.
Setelah influks natrium cepat ke dalam sel selama depolarisasi,
permeabilitas

membran

sel

terhadap

kalsium

akan

berubah,

sehingga

memungkinkan ambilan kalsium ke dalam sel. Influks kalsium, yang terjadi


selama fase repolarisasi, jauh lebih lambat dibandingkan natrium dan berlangsung
lebih lama. Interaksi antara perubahan voltase membran dan kontraksi otot terjadi
di kopling elektromekanikal. Otot jantung,tidak seperti otot lurik atau otot polos,
otot jantung mempunyai periode refraktori yang panjang, pada saat sel tidak dapat

distimulasi untuk berkontraksi. Hal tersebut melindungi jantung dari kontraksi


berkepanjangan (tetani), yang dapat mengakibatkan henti jantung mendadak.
Kopling elektromekanikal dan kontraksi jantung yang normal tergantung
pada komposisi cairan interstisial sekitar otot jantung. Komposisi cairan tersebut
tergantung pada komposisi darah. Sehingga perubahan konsentrasi kalsium dapat
mempengaruhi kontraksi serabut otot jantung. Perubahan konsentrasi kalium
darah juga penting, karena kalium mempengaruhi voltase listrik normal sel.
2. Sistem Konduksi Jantung
Di dalam otot jantung terdapat jaringan khusus yang menghantarkan aliran
listrik. Jaringan tersebut mempunyai sifat-sifat yang khusus,yaitu :
1. Otomatisasi, kemampuan untuk menimbulkan impuls secara spontan.
2. Irama, kemampuan membentuk impuls yang teratur.
3. Daya konduksi, kemampuan untuk menyalurkan impuls.
4. Daya rangsang, kemampuan untuk bereaksi terhadap rangasang.
Berdasarkan sifat-sifat tersebut di atas, maka secara spontan dan teratur, jantung
akan menghasilkan impuls-impuls yang di salurkan melalui system hantaran
untuk merangsang otot jantung dan bisa menimbulkan kontraksi otot. Perjalanan
impuls di mulai dari nodus SA ke nodus AV,sampai ke serabut purkinye.
a. Sinoatrial Node (SA Node)/ Pacemaker: sekumpulan kecil dari sel khusus yang
terbentang pada dinding atrium kanan dekat pembukaan vena cava superior.
Disebut pacemaker karena menginisiasi impuls sehingga menyebabkan
kontraksi atrium dalam tempo 70 detik dan terjadi kontraksi atrium, yang
disebut depolarisasi atrium. Pada keadaan normal, nodus ini mampu
menghasilkan impuls listrik sebesar 60-100 kali per menit. Sesuai sifatnya
sebagai sel pacemaker, nodus SA mampu menghasilkan impuls dengan
sendirinya.
b. Atrioventrikular Node (AV Node): terdapat pada dinding atrial septum dekat
katup atriventrikular. Menkonduksi impuls yang tiba melalui atria dan yang
berasal dari SA Node. Disini terdapat delay, sinyal elektrik butuh 0,1 sekon
untuk melewati ventrikel, menyebabkan atria selesai berkontraksi sebelum
ventrikel mulai berkontraksi. AV Node juga memiliki fungsi secondary
pacemaker, mengambil alih fungsi SA Node bila terjadi masalah, namun

menjadi lebih lambat daripada SA Node. Dalam keadaan normal mampu


menghasilkan impuls 40-60 kali per menit.
c. Atrioventrikular Bundle (AV Bundle atau Bundle of His): fiber khusus yang
berasal dari AV Node. AV Bundle melintasi fibrous ring yang memisahkan
atrium dan ventrikel, pada ujung atas sekat ventrikel, AV Bundle terbagi
menjadi cabang bundle kanan dan kiri. Bersamaan dengan myocardium
ventrikel, cabang-cabang terbagi menjadi fiber halus yang disebut serat
purkinje. AV bundle, cabang bundle, dan serat purkinje menghantarkan impuls
elektrik dari AV node ke apex jantung dimana mulailah terjadi kontraksi
ventrikel. Berkas itu terbagi menjadi cabang berkas kiri (left bundle branches,
LBB) dan berkas kanan (right bundle branches, RBB).
3. Aktivitas Kelistrikan Otot Jantung
Sel otot jantung mempunyai kemampuan menuntun suatu perambatan
potensial aksi atau gelombang depolarisasi. Depolarisasi miokardium oleh
perambatan potensial aksi akan menghasilkan kontraksi otot. Tiga hal penting sel
otot jantung :
a. Konduksi berjalan dengan kecepatan tinggi merupakan keistimewaan pada
otot jantung dimana konduksi berlangsung secara cepat.
b. Periode refragter yang cepat dan lama dalam repolarisasi.
c.

Otomatisasi, tidak menghendaki rangsangan dari luar untuk mencapai nilai


ambang melainkan mempunyai kemampuan sendiri yaitu depolarisasi spontan
tanpa rangsangan dari luar.
SA node mengalami gelombang depolarisasi ke atrium kiri ke atrium

kanan. Gelombang depolarisasi diteruskan ke AV node sehingga AV node


mengalami depolarisasi dilanjutkan melalui berkas his dan diteruskan ke berkas
cabang sehingga mengalami depolarisasi, dari cabang bundle impuls tersebut di
teruskan ke jaringan purkinye. Dari jaringan purkinye gelombang depolarisasi
diteruskan ke endokardium dan berakhir ke epikardium sehingga terjadi kontraksi
otot jantung. Setelah repolarisasi, miokardium mengalami relaksasi. Pada waktu
repolarisasi tampak proses epikardium ke endokardium, sedangkan pada proses
depolarisasi tampak dari endokardium ke epikardium.
4. Hubungan Sistem Konduksi dengan Gelombang EKG

Sistem konduksi listrik jantung (nodus SA, nodus AV, His, dan serabut
purkinje) secara sistematis mampu menghasilkan gelombang elektrokardiografi
dan menggerakkan jantung untuk melakukan kontraksi. Ketika satu impuls
dicetuskan oleh nodus SA, listrik lebih dulu menjalar di kedua atrium dan
terjadilah depolarisasi. Selanjutnya, akan menghasilkan gelombang P pada
rekaman EKG. Oleh karena potensial listrik akibat repolarisasi atrium lebih
rendah daripada depolarisasi atrium, gelombang repolarisasi pada atrium tampak
pada rekaman EKG. Selanjutnya, listrik yang sudah ada di atrium meneruskan
penjalaran (konduksi) ke nodus AV, His, LBB dan RBB, dan berakhir di serabut
purkinje. Sesampainya di serabut purkinje, impuls listrik mendepolarisasi otototot di kedua ventrikel yang lebih lanjut akan menghasilkan kontraksi kedua
ventrikel. Peristiwa terjadinya depolarisasi pada kedua ventrikel ini menghasilkan
gelombang QRS dan munculnya gelombang T merupakan akibat terjadinya
peristiwa repolarisasi ventrikel.
Gelombang-gelombang yang timbul akibat depolarisasi dan repolarisasi
miokardium itu akan direkam pada kertas EKG dan, seperti halnya gelombang
lainnya, gelombang T mempunyai tiga sifat utama, yakni:
1. Durasi, diukur dalam seperbagian detik
2. Amplitudo, diukur dalam milivolts (mV)
3. Konfigurasi, merupakan kriteria yang lebih subjektif sehubungan dengan
bentuk dan gambaran sebuah gelombang.
Kertas EKG didesain dengan bentuk khusus yang masing-masing dibuat
bergaris-garis membentuk sebuah kotak yang sama sisi. Masing-masing kotak
terdiri atas kotak berukuran kecil ditandai garis tipis dan kotak besar bergaris
tebal. Garis tipis membatasi kotak-kotak kecil seluas 1 mm X 1 mm; garis tebal
membatasi kotak besar seluas 5 mm X 5 mm. Sumbu horisontal mengukur waktu.
Jarak satu kotak kecil adalah 0,04 detik. Jarak satu kotak besar adalah lima kali
lebih besar, atau 0,2 detik. Sumbu vertikal mengukur voltage. Jarak satu kotak
kecil adalah sebesar 0,1 mV, dan satu kotak besar adalah sebesar 0,5 mV.
Pada EKG normal, terdapat gelombang P,Q, R, S, T. Gekombang P
muncul ketika ada impulse dari SA Node yang melewati atrium. Normalnya
kurang dari 0,12 detik dan tingginya (amplitudo) tidak lebih dari 0,3 mV.

Gelombang P secara normal selalu defleksi positif (cembung ke atas) di semua


sadapan dan selalu defleksi negatif (cekung ke bawah) di sadapan aVR. Akan
tetapi, kadang-kadang ditemukan defleksi negatif di sadapan V1 dan hal ini
merupakan sesuatu yang normal.
Pada jantung sehat, ada sebuah pintu gerbang listrik pada persambungan
antara atrium dan ventrikel. Gelombang depolarisasi, yang telah menyelesaikan
penrjalanannya melalui atrium, sekarang akan menemui suatu sawar (barrier). Di
tempat tersebut, suatu struktur yang disebut nodus atrioventrikular (AV) yang
akan memperlambat konduksi sampai menjadi lambat sekali. Masa istirahat ini
hanya berlangsung selama seper detik. Perlambatan konduksi yang fisiologik ini
berguna untuk mempermudah atrium menyelesaikan kontraksinya sebelum
ventrikel mulai berkontraksi. Pemasangan kabel jantung yang rapi ini
memungkinkan atrium mengosongkan seluruh volume darahnya ke dalam
ventrikel sebelum ventrikel berkontraksi.
Kompleks QRS menggambarkan persebaran yang cepat dari AV Node
melewati AV Bundle dan serat Purkinje dan aktivitas elektrik daripada otot
ventrikel. Kompleks QRS merupakan gelombang kedua setelah gelombang P,
terdiri atas gelombang Q-R dan/ atau S. gelombang QRS merupakan hasil
depolarisasi yang terjadi di kedua ventrikel yang dapat direkam oleh mesin EKG.
Secara normal, lebar kompleks QRS adalah 0,06-0,12 detik dengan amplitudo
bervariasi bergantung pada sadapan.
Gelombang Q merupakan gelombang defleksi negatif setelah gelombang
P. secara normal, lebarnya tidak lebih dari 0,04 detik. Bila lebarnya melebihi nilai
normal, dinamakan Q patologis. Gelombang R merupakan gelombang defleksi
positif (ke atas) setelah gelombang P atau setelah Q. Gelombang ini umumnya
selalu positif di semua sadapan, kecuali aVR. Penampakannya di sadapan V1 dan
V2 kadang-kadang kecil atau tidak ada, tetapi hal ini masih normal. Gelombang
ini merupakan gelombang defleksi negatif (ke bawah) setelah gelombang R atau
gelombang Q. secara normal, gelombang S berangsur-angsur menghilang pada
sadapan V1-V6. gelombang ini sering terlihat lebih dalam di sadapan V1 dan
aVR, dan ini normal.

Gelombang T merupakan gelombang hasil repolarisasi di kedua ventrikel.


Normalnya, positif (ke atas) dan interved (terbalik) di aVR. Gelombang T yang
interved selain di aVR merupakan indikasi adanya iskemia miokard. Gelombang
T yang runcing di semua sadapan dapat membantu menegakkan adanya
hiperkalemia, sedangkan gelombang T yang tinggi pada beberapa sadapan tertentu
dapat menunjukkan adanya hiperakut T yang merupakan tanda awal sebelum
infarl miokard terjadi.

2.3 Elektroda
Untuk mengukur potensial aksi secara baik dipergunakan elektroda.
Kegunaan dari elektroda untuk memindahkan transmisi ion ke penyalur elektron.
Bahan yang dipakai sebagai elektroda adalah perak dan tembaga, apabila sebuah
elektroda tembaga dan sebuah elektroda perak dicelupkan kedalam larutan
misalnya larutan elektrolit cairan tubuh, maka akan terjadi perbedaan potensial
antara kedua elektroda itu. Perbedaan potensial ini kira-kira sama dengan
perbedaan antara potensial kontak kedua logam tersebut, disebut potensial offset
elektroda.
Apabila sebuah elektroda tembaga dan elektroda perak ditempatkan
didalam bak berisi elektrolit akan terdapat perbedaan potensial sebesar 0,80-0,34=
0,46 V.
Pada tabel dibawah ini akan tampak perbedaan potensial kontak dan
beberapa macam logam yang diukur terhadap ion zat cair.

Macam-macam Bentuk Elektroda :


a. Elektroda Jarum (Mikro elektroda)
Berbentuk konsentrik (consentric electrode). Elektroda berbentuk jarum ini
digunakan untuk mengukur aktivitas motor unit tunggal. Elektroda ini terbuat
dari baja antikarat, walaupun bahan ini tidak memenuhi syarat namun telah
diusahakan sedemikian rupa sehingga memenuhi syarat tekhnik yang tinggi.

b. Elektroda Mikropipet
Elektroda ini dibuat dari gelas. Cara pembuatannya ialah pipa gelas
dipanaskan kemudian ditarik cepat-cepat dan kemudian ujung gelas tersebut
dipotong. Diameter elektroda ini berukuran tidak lebih dari 0,5 m.

Di dalam pipa diisi larutan elektrolit sehingga diperoleh kontak penyaluran


yang baik dengan kawat perak sehingga dapat

dipergunakan untuk

menyalurkan potensial ke dalam sebuah sel. Elektroda sesungguhnya terdiri


dari larutan elektrolit yang berada di ujung kapiler. Tahanan elektroda sebesar
10M atau lebih tinggi. Kegunaan elektroda ini untuk mengukur potensial
biolistrik dekat atau di dalam sebuah sel.
c. Elektroda Permukaan Kulit
Elektroda permukaan kulit terbuat dari metal/logam yang tahan karat.
Misalnya perak, nikel atau alloy.
1. Bentuk Plat
Elektroda ini dipakai untuk mengukur potensial listrik permukaan tubuh
EKG, EEG, dan EMG. Tahun 1917 elektroda ini mula-mula
dipergunakan. Di daerah yang akan diletakkan elektroda digosok dengan

air garam fisiologis. Namun kemudian, pemakaian air garam fisiologis


diganti dengan jelly atau pasta (suatu elektrolit).

2. Bentuk Ear Clip


Suatu elektroda yang dipergunakan sebagai reference pada pengukuran
EEG atau EKG.

3. Bentuk Batang
Merupakan elektroda yang dipakai sebagai reference pada waktu
perekaman EKG atau EEG.

BAB III
PENUTUP

3.1. Simpulan
Tegangan listrik pada tubuh berbeda dengan yang kita bayangkan seperti
listrik di rumah tangga. Kelistrikan pada tubuh berkaitan dengan komposisi ion
yang terdapat dalam tubuh. Sistem saraf di dalam tubuh juga mempunyai listrik.
Kelistrikan dan kemagnetan didalam tubuh sangat berpengaruh pada sistem saraf
pusat dan sistem saraf ootonom. Kelistikan juga terdapat pada jantung. Hal ini
juga disebabkan oleh adanya perbedaan konsetrasi ion yang terdapat pada jantung
sehingga menimbulkan konduksi jantung. Listrik yang terdapat pada makhluk
hidup disebut biolistrik.

DAFTAR PUSTAKA

Andriana, Anita. 2013. Kelistrikan dan Kemagnetan dalam Tubuh, (Online),


(http://andrianaanita.wordpress.com/2013/05/21/kelistrikan-dankemagnetan-dalam-tubuh/), diakses 16 November 2014.
Fitriana, Muhammad. 2012. Kelistrikan Sel, (Online),
(https://id.scribd.com/doc/220390390/Kelistrikan-Sel), diakses 16
November 2014.
Natadisastra, Siti Maryam. 2012. Aktifitas Kelistrikan Jatung, (Online),
(https://id.scribd.com/doc/190897366/AKTIFITAS-KELISTRIKANJANTUNG), diakses 15 November 2014.
Pearson,

Cris.
2013.
Kelistrikan
Otot
Jantung,
(http://pandaboy96.blogspot.com/2013/01/kelistrikan-ototjantung.html), diakses 16 November 2014.

(Online),

Pranata, Arman. 2011. Mengungkap Listrik di dalam Tubuh Manusia, (Online),


(http://www.wattpad.com/289266-mengungkap-listrik-di-dalamtubuh-manusia), diakses 16 November 2014.
Ramliyana. 2013. Sistem Kelistrikan dalam Tubuh, (Online), (http://ramliyanafisika.blogspot.com/2013/05/sistem-kelistrikan-dalam-tubuhmanusia_5172.html), diakses 15 November 2014.
Serukam, Miming. 2011. Kelistrikan pada Jantung, (Online), (http://mimingserukam.blogspot.com/2011/02/kelistrikan-pada-jantung.html),
diakses 16 November 2014.

Anda mungkin juga menyukai