Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

KONSEP BIOAKUSTIK DALAM KEPERAWATAN

MATAKULIAH : ILMU BIOMEDIK DASAR

Disusun Oleh:

KELOMPOK 1

Aisyiyah Cahya Ningrum (DIII Keperawatan/Kasuari)

Doni Nurdiansyah (DIII Keperawatan/Kasuari)

Fitrah (DIII Keperawatan/Kasuari)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ilmiah tentang Konsep Bioakustik dalam Keperawatan.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Konsep Bioakustik
dalam Keperawatan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Malang, 13 November 2017


Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suatu perubahan mekanik terhadap zat gas, zat cair atau zat padat yang
merambat ke depan dengan kecepatan tertentu sering menimbulkan gelombang
bunyi. Gelombang bunyi ini merupakan vibrasi getaran dari molekul zat dan saling
beradu satu sama lain namun demikian zat tersebut terkoordinasi menghasilkan
gelombang. Gelombang bunyi dapat menjalar secara transversal atau longitudinal.

Bunyi berhubungan dengan indra pendengaran yaitu fisiologi telinga. Telinga


berfungsi secara efisien untuk mengubah energi getaran dari gelombang menjadi
sinyal listrik yang dibawa ke otak melalui syaraf. Telinga manusia merupakan
detektor bunyi yang sangat sensitif.

Bising didefinisikan sebagai bunyi yang kehadirannya tidak dikehendaki dan


dianggap mengganggu pendengaran. Bising dapat berasal dari bunyi atau suara
yang merupakan aktivitas alam seperti bicara, pidato, tertawa dan lain lain. Bising
juga dapat berasal dari bunyi atau suara buatan manusia seperti bunyi mesin
kendaraan dan mesin mesin yang ada di pabrik. Untuk menilai bunyi sebagai
bising sangatlah relatif. Misalnya musik di tempat tempat diskotik, bagi orang
yang biasa mengunjungi tempat itu tidaklah merasa suatu kebisingan, tetapi bagi
orang orang yang tidak pernah berkunjung di tempat diskotik akan merasa suatu
kebisingan yang mengganggu.

1.2 Rumusan Masalah

Penulis telah menyusun beberapa masalah yang akan dibahas dalam karya tulis
ini sebagai batasan dalam pembahasan bab isi. Beberapa masalah tersebut
antaralain:

1. Apa itu bunyi?

2. Bagaimana sifat dan kecepatan gelombang bunyi?

3. Bagaimana intensitas bunyi?

4. Bagaimana penerapan gelombang bunyi dalam bidang kesehatan?

5. Bagaimana pengaruh dan pencegahan dari kebisingan?

6. Bagaimana pembentukan suara?

7. Bagaimana vibrasi itu?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk menjelaskan tentang bunyi.

2. Untuk menjelaskan tentang sifat dan kecepatan gelombang bunyi.

3. Untuk menjelaskan tentang intensitas bunyi.

4. Untuk menjelaskan tentang penerapan gelombang bunyi dalam bidang


kesehatan.

5. Untuk menjelaskan tentang pengaruh dan pencegahan dari kebisingan.

6. Untuk menjelaskan tentang pembentukan suara.

7. Untuk menjelaskan tentang vibrasi.


BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Definisi Bunyi

Bunyi merupakan getaran yang menimbulkan gelombang longitudinal yang


merambat melalui medium perambatannya (zat cair, zat padat, dan udara) sehingga
dapat didengar. (Fisika, 2006 : 41).

Gelombang bunyi merupakan vibrasi atau gerakan dari molekul-molekul zat


dan saling beradu satu sama lain dimana zat tersebut terkoordinasi menghasikan
gelombang serta mentransmisikan energi tanpa disertai perpindahan partikel.
(Fisika Kedokteran, 1996 : 65).

2.1.1 Sumber Bunyi

Sumber bunyi adalah semua benda yang bergetar dan menghasilkan


suara merambat melalui medium atau zat perantara sampai ke telinga.
Contoh sumber bunyi yaitu: pembakaran minyak dalam mesin, instrumen
musik, gerakan dahan pohon, lonceng, garputala, dsb.

Syarat terjadinya bunyi yaitu:

- Ada sumber bunyi yang bergetar.

- Ada zat perantara (medium) yang merambatkan gelombang bunyi dari


sumber ke telinga.

- Getaran mempunyai frekuensi tertentu (20 Hz 20.000 Hz).

- Indra pendengar dalam keadaan baik.

2.1.2 Mendeteksi Bunyi

Untuk mendeteksi bunyi perlu mengkonversikan gelombang bunyi


bentuk vibrasi sehingga dapat dianalisa frekuensi dan intensitasnya. Untuk
perubahan ini diperlukan alat mikrofon dan telinga manusia. Alat mikrofon
merupakan transduser yang memberi respon terhadap tekanan bunyi
(sound pressure0 dan menghasilkan isyarat/signal listrik. Mikrofon yang
banyak digunakan adalah mikrofon kondensor. Pemilihan mikrofon ini
sangat penting oleh karena berguna untuk mendeteksi kebisingan
lingkungan perusahaan (merupakan medan difus segala arah atau medan
bebas) disamping itu perlu diperhatikan faktor kecepatan angin, cuaca oleh
karena sangat mempengaruhi pada mikrofon.

2.1.3 Pengelompokan Bunyi

Menurut frekuensinya, bunyi dikelompokan menjadi:

a. Bunyi infrasonik (0 20 Hz)

Infrasonik merupakan bunyi yang tidak dapat didengar telinga


manusia, tetapi dapat di dengar oleh jangkrik dan anjing. Frekuensi ini
biasanya ditimbulkan oleh getaran tanah, gempa bumi, getaran gunung
berapi.

b. Bunyi audiosonik (20 20.000 Hz)

Bunyi audio merupakan bunyi yang dapat didengar manusia.


Audiofrekuensi berhubungan dengan nilai ambang pendengaran
(rata-rata nilai ambang pendengaran 1000 Hz = 0 dB).

c. Bunyi Ultrasonik (di atas 20.000 Hz)

Ultrasonik merupakan bunyi yang tidak dapat didengar telinga


manusia. Frekuensi ini dalam bidang kedokteran digunakan dalam 3
hal yaitu pengobatan, destruktif dan diagnosis. Hal ini dapat terjadi
oleh karena frekuensi yang tinggi mempunyai daya tembus jaringan
cukup besar.

2.1.4 Azaz Doppler

Efek Doppler adalah peristiwa berubahnya frekuensi sumber bunyi


yang didengar akibat perubahan gerak antara pendengar dan sumber bunyi.
Pada tahun 1800, Christian Johann Doppler mengemukakan Efek Doppler
ini berlaku secara umun pada gelombang.

Efek Doppler ini dipergunakan untuk mengukur bergeraknya zat cair


di dalam tubuh misalnya darah. Berkas ultrasonik/bunyi ultra uynag
mengenai darah (darah bergerak menjauhi bunyi) darah akan memantulkan
bunyi ekho dan diterima oleh detektor.
2.2 Sifat dan Kecepatan Gelombang Bunyi

2.2.1 Sifat Gelombang Bunyi

Gelombang bunyi mempunyai sifat memantul, diteruskan, dan diserap


benda. Apabila gelombang suara mengenai tubuh manusia (dinding) maka
bagian dari gelombang akan dipantulkan dan bagian lain akan diteruskan
ke dalam tubuh. Penyerapan energi bunyi ini akan mengakibatkan
berkurangnya amplitudo gelombang bunyi.

Nilai amplitudo bunyi yang menetap pada jaringan dinyatakan dalam


rumus:

A = A-x

Keterangan :

A = amplitudo bunyi yang menetap pada jaringan yang tebal X cm

Ao = amplitudo bunyi mula-mula

= koefisien adsorpsi jaringan (cm-1)

x = tebal jaringan (cm)

Dengan mempergunakan rumus tersebut dapat menghitung nilai


adsopsi jaringan terhadap gelombang bunyi.

Berikut tabel koefisien adsorpsi jaringan dan nilai paruh ketebalan


jaringan.

Bahan Frekuensi (cm-1) Nilai paruh ketebalan jaringan (cm)

Otot 1 0,13 2,7

Lemak 0,8 0,05 6,9

Otak 1 0,11 1,2

Tulang 0,6 0,4 6,95

Air 1 2,5x10-4 14x103


2.2.2 Kecepatan Gelombang Bunyi

Gelombang bunyi timbul akibat terjadi perubahan mekanik pada zat


padat, zat cair dan gas yang merambat ke depan dengan kecepatan tertentu.
Gelombang bunyi ini menjalar secara longitudinal, lain dengan cahaya
yang menjalar secara transversal.

Pada suatu percobaan, apabila terjadi vibrasi dari suatu bunyi maka
akan terjadi suatu peningkatan tekanan dan penurunan tekanan pada
tekanan atmosfer, peningkatan tekanan ini disebut kompresi sedangkan
penurunan tekanan disebut rarefaksi (peregangan).

Bunyi mempunyai hubungan antara frekuensi vibrasi (f) bunyi,


panjang gelombang () dan kecepatan (v), secara sistematis hubungan itu
dapat dinyatakan dalam rumus.

f =

Keterangan :

f = frekuensi

v = kecepatan

= panjang gelombang

Kecepatan bunyi berbeda-beda dalam melewati berbagai medium.


Berikut tabel perbedaannya.

Temperatur Material Masa Jenis ( ) Kecepatan (v) Z (=)

Kg/m3 cm/s Kg/m2s

20o C Udara 1,29 331 430

0o C CO2 1,98 258 430

0o C H2 8,99 x 10-2 1.270 430


20o C Alkohol 791 1.210 430

20o C Air 1.000 1.480 430

20o C Besi 7.900 5.130 430

37o C Darah 1.056 1.570 430

20o C Otak 1.020 1.530 1,56 x 106

20o C Otot 1.040 1.580 1,64 x 106

20o C Lemak 920 1.450 1,33 x 106

20o C Tulang 1.900 4.040 7,68 x 106

Gelombang bunyi dibawa oleh zat padat, cair, dan gas. Pada umumnya,
makin keras zat, makin cepat gelombang bunyi merambat. Hal ini masuk
akal, karena kekerasan zat menyatakan secara tidak langsung bahwa
partikel-partikel tergandeng secara kuat sehingga lebih responsif terhadap
gerak partikel lainnya.

2.3 Intensitas Cahaya

Intensitas Bunyi yaitu energi yang melewati medium 1 m2/detik atau watt/m2.
Ketika mendengarkan bunyi yang terlalu keras, tentunya telinga akan merasa sakit.
Sebaliknya, bunyi yang terlalu lemah tidak akan mampu didengar. Kenyataan ini
membuktikan bahwa intensitas bunyi yang dapat didengar manusia dengan baik
berada pada batas-batas tertentu. Intensitas bunyi yang mampu didengar manusia
mempunyai intensitas 10-12 watt/m2 sampai dengan 1 watt/m2.

Intensitas bunyi 10-12 watt/m2 adalah intensitas bunyi terendah yang masih
dapat didengar telinga manusia. Intensitas ini disebut intensitas ambang
pendengaran. Sementara itu, intensitas bunyi terbesar yang masih dapat didengar
telinga manusia tanpa menimbulkan rasa sakit adalah 1 watt/m2 dan disebut
intensitas ambang perasaan.

2.4 Aplikasi Gelombang Bunyi dalam Bidang Kesehatan

2.4.1 Alat Pendengaran


Telinga merupakan alat penerima gelombang suara atau udara
kemudian diubah menjadi sinyal listrik dan diteruskan ke korteks
pendengaran melalui saraf pendengaran. Telinga mempunyai reseptor
khusus untuk mengenali getaran bunyi dan untuk keseimbangan. Ada tiga
bagian utama dari telinga manusia, yaitu bagian telinga luar, telinga tengah,
dan telinga dalam.Telinga luar berfungsi menangkap getaran bunyi, dan
telinga tengah meneruskan getaran dari telinga luar ke telinga dalam.
Reseptor yang ada pada telinga dalam akan menerima rarigsang bunyi dan
mengirimkannya berupa impuls ke otak untuk diolah.

a. Susunan Telinga

Telinga tersusun atas tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah,
dan telinga dalam.

1) Telinga luar

Telinga luar terdiri dari daun telinga, saluran luar, dan


membran timpani (gendang telinga).

Daun telinga manusia mempunyai bentuk yang khas,


mendukung fungsinya sebagai penangkap dan pengumpul getaran
suara. Saluran luar yang dekat dengan lubang telinga dilengkapi
dengan rambut-rambut halus yang menjaga agar benda asing tidak
masuk, dan kelenjar lilin yang menjaga agar permukaan saluran
luar dan gendang telinga tidak kering.

Membran timpani tebalnya 0,1 mm, luas 65 mm2, mengalami


vibrasi dan diteruskan ke telinga tengah

2) Telinga tengah

Bagian ini merupakan rongga yang berisi udara untuk


menjaga tekanan udara agar seimbang. Di dalamnya terdapat
saluran Eustachio yang menghubungkan telinga tengah dengan
faring.

Suara yang masuk itu, 99% mengalami refleksi dan hanya


0,1 % saja yang ditransmisi. Telinga tengah ini memiliki peranan
proteksi. Karena adanya tuba eustachi yang mengatur tekanan
didalam telinga, dimana eustachi berhubungan langsung dengan
mulut.

3) Telinga dalam

Telinga dalam (labirin) adalah suatu struktur yang kompleks,


yang terjdiri dari 2 bagian utama:

- koklea (organ pendengaran)

- kanalis semisirkuler (organ keseimbangan).

Koklea merupakan saluran berrongga yang berbentuk seperti


rumah siput, terdiri dari cairan kental dan organ corti, yang
mengandung ribuan sel-sel kecil (sel rambut) yang memiliki
rambut yang mengarah ke dalam cairan tersebut.

Getaran suara yang dihantarkan dari tulang pendengaran di


telinga tengah ke jendela oval di telinga dalam menyebabkan
bergetarnya cairan dan sel rambut. Sel rambut yang berbeda
memberikan respon terhadap frekuensi suara yang berbeda dan
merubahnya menjadi gelombang saraf. Gelombang saraf ini lalu
berjalan di sepanjang serat-serat saraf pendengaran yang akan
membawanya ke otak. Walaupun ada perlindungan dari refleks
akustik, tetapi suara yang gaduh bisa menyebabkan kerusakan
pada sel rambut. jika sel rambut rusak, dia tidak akan tumbuh
kembali.

Jika telinga terus menerus menerima suara keras maka bisa


terjadi kerusakan sel rambut yang progresif dan berkurangnya
pendengaran.

Cara Kerja Telinga

a. Getaran bunyi terkumpul di daun telinga.

b. Getaran bunyi tersebut kemudian masuk ke dalam lubang


telinga.

c. Bila getaranbunyi tersebut mencapai gendang telinga maka


gendang tersebut ikut bergetar dan menggetarkan tulang-
tulang pendengaran demikan pula cairan di rumah siput ikut
bergetar.

d. Gerakan ini mengubah energi mekanik tersebut menjadi


energi elektrik ke saraf pendengaran (auditory nerve,) dan
menuju ke pusat pendengaran di otak.

e. Pusat ini akan menerjemahkan energi tersebut menjadi suara


yang dapat dikenal oleh otak.

Proses Pendengaran Manusia

a. Proses pendengaran manusia Pertama di mulai dari daun


telinga (outer Ear) yang fungsinya menangkap suara-suara di
sekitar dan memasukkan nya ke canal/ lubang telinga.

b. Proses kedua suara yang masuk melalui lubang telinga di


terima oleh gendang telinga yang berakibat bergetarnya tiga
tulang pendengaran yaitu maleus,inkus dan stapes(middle
Ear). Dan menyalurkan ke cohlea / rumah siput.

c. Proses ke tiga di dalam cohlea / Rumah siput terdapat hear


sell yang yang bergetar akibat suara dan getarannya
menghasilkan getaran listrik yang dihasilkan dari energy
kinestetik. Sehingga aliran listrik itu menjadikan sinyal yang
menyalurkan ke otak, yang di aliri oleh syaraf pendengaran,
untuk selanjutnya otak yang bekerja mengartikan semua
suara-suara yang masuk tadi.

d. Gangguan pendengaran bisa terjadi pada siapa saja dan pada


semua umur , bisa sementara dan bahkan permanen.

e. Gangguan pendengaran disebabkan karena salah satu atau


lebih, bagian dari telinga tidak dapat berfungsi secara normal.

Jenis Gangguan Pendengaran

a. Gangguan pendengaran Konduktif : terjadi ketika gelombang


suara, terhalang masuknya dari lubang telinga dan gendang
telinga menuju ke rumah siput ( koklea ) dan Saraf
Pendengaran(Auditory Nerve).
b. Gangguan pendengaran Sensorineural/ Saraf : terjadi ketika
rumah siput ( koklea) atau saraf pendengaran fungsinya
menurun .

c. Gangguan pendengaran campuran : campuran antara


gangguan pendengaran konduktif dan saraf.

Pemeriksaan

1) Otoscopy

Pemeriksaan dengan menggunakan alat semacam


teropong ini tergolong pemeriksaan awal. Fungsinya untuk
melihat liang telinga, apakah ada infeksi atau kotoran telinga.

2) Tympanometry

Pemeriksaan lanjutan ini bertujuan untuk mengetahui


fungsi telinga tengah.

3) Oto Acoustic Emissions (OAE)

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui fungsi sel


rambut pada cochlea/rumah siput. Hasilnya dapat
dikategorikan menjadi dua, yakni pass dan refer. Pass berarti
tidak ada masalah, sedangkan refer artinya ada gangguan
pendengaran hingga harus dilakukan pemeriksaan berikut.

4) Auditory Brainstem Response (ABR)

Cara pemeriksaannya hampir sama dengan OAE.


berfungsi sebagai screening, juga dengan 2 kategori, yakni
pass dan refer. Hanya saja alat ini cuma mampu mendeteksi
ambang suara hingga 40 dB.

5) Conditioned Oriented Responses (CORs)

Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada bayi usia 9 bulan


sampai 2,5 tahun untuk mengetahui perkiraan ambang dengar
anak. Caranya, gunakan alat yang dapat mengeluarkan
bunyi-bunyian dan biarkan anak mencari sumber bunyi
tersebut.
6) Visual Reinforced Audiometry (VRA)

Pemeriksaan yang hampir sama dengan CORs ini juga


berfungsi untuk mengetahui ambang dengar anak. Tergolong
pemeriksaan subjektif karena membutuhkan respons anak.
Namun pada tes ini selain diberikan bunyi-bunyi, alat yang
digunakan juga harus dapat menghasilkan gambar sebagai
reward bila anak berhasil memberi jawaban. Pemeriksaan ini
dapat dilakukan sambil bermain.

7) Play Audiometry

Pemeriksaan yang juga berfungsi mengetahui ambang


dengar anak ini dapat dilakukan pada anak usia 2,5-4 tahun.
Caranya? Menggunakan audiometer yang menghasilkan
bunyi dengan frekuensi dan intensitas berbeda. Bila anak
mendengar bunyi itu berarti sebagai pertanda anak mulai
bermain misalnya harus memasukkan benda ke kotak di
hadapannya atau bermain pasel.

8) Conventional Audiometry

Pemeriksaan ini dapat dilakukan anak usia 4 tahun


sampai remaja. Fungsinya untuk mengetahui ambang dengar
anak. Caranya dengan menggunakan alat audiometer yang
mampu mengeluarkan beragam suara, masing-masing dengan
intensitas dan frekuensi yang berbeda-beda. Tugas si anak
adalah menekan tombol atau mengangkat tangan bila
mendengar suara.

9) Brainstem Evoked Response Audiometry (BERA)

Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada semua usia.


Fungsinya, untuk mengetahui respons ambang dengar
seseorang. Pemeriksaan yang tergolong objektif ini
mengharuskan anak dalam keadaan tidur, hingga anak harus
dikondisikan tidur lebih dulu.

10) Tes suara berbisik


Telinga normal dapat mendengar suara berbisik dengan
nada rendah. Misalnya suara konsonan dan palatal pada jarak
5-10 meter. Suara berbisik dengan nada tinggi misalnya suura
desis pada jarak 20 meter.

11) Tes Weber

Garputala di getarkan kemudian diletakkan pada dahi


atau puncak dahi. Pada penderita tuli kunduktif akan
terdengar baik terang atau baik pada telinga yang sakit. Pada
penderita tuli persepsi, getaran garpu tala terdengar terang
pada telinga normal.

12) Tes Rinne

Tes ini membandinkan antara konduksi tulang dan udara.


Garputala digetarkan kemudian diletakkan pada prosesus
mastoid setelah tidak mendengar getaran lagi garputala
dipindahkan di depan liang telinga, tanyakan penderita
apakah masih mendengarnya.

- Normal : konduksi udara 85-90 detik. Konduksi melalui


tulang 45 detik.

- Tes rinne positif : pendengaran penderita baik juga pada


penderita tulipersepsi.

- Tes rinne negative : pada penderita tuli konduksi diman


jarak waktu konduksi tulang mungkin sama atau bahkan
lebih panjang.

13) Tes Schwabach

Tes ini membandingkan jangka waktu konduksi tulang


melalui vertex atau prosesus mastoid penderita dengan
konduksi tulang si pemeriksa.

- Pada tuli konduksi : konduksi tulang penderita lebih


panjang daii pada si pemeriksa

- Pada tuli persepsi : konduksi tulang sangat pendek.


Spesialisasi dalam Pendengaran/Telinga

Didalam bidang kedokteran dibagi dalam masing masing


bagian sesuai dengan keahlian:

1) Otologist : seorang dokter yang ahli dalam bidang telinga dan


pendengaran.

2) Otolaryngologist : seorang dokter yang ahli dalam bidang


penyakit telinga dan operasi Telinga.

3) ENT specialist : dokter ahli THT yaitu seorang dokter yang


ahli dalam hal telinga, hidung dan tenggorokan.

4) Audiologist : Seseorang yang bukan dokter, tetapi ahli dalam


mengukur respon pendengaran, diagnosis kelainan
pendengaran melalui test pendengaran, rehabilitasi yang
berkaitan dengan hilangnya pendengar.

2.4.2 Ultrasonik dalam Bidang Medis

Bunyi ultrasonik dihasilkan oleh magnet listrik dan kristal plezo


elektrik dengan frekuensi diatas 20.000 Hz.

Magnet listrik adalah batang feromagnet dilingkari kawat kemudian


dialiri listrik yang dan menghasilkan ultrasonik.

Piezo elektrik atau kristal piezo electric ditemukan oleh Piere Curie
dan Jacques pada tahun sekitar 1880; tebal kristal 2, 85 mm. Apabila
kristal piezo electric dialiri tegangan listrik maka lempengan kristal akan
mengalami vibrasi sehingga timbul frekuensi ultra; demikian pula vibrasi
kristal akan menimbulkan listrik. Berdasarkan sifat itu maka kristal electric
dipakai sebagai transduser pada ultrasonografi (USG).

a. Prinsip dan Efek Penggunaan Ultrasonik

Efek Doppler merupakan dasar penggunaan ultrasonik yaitu


terjadi perubahan frekuensi akibat adanya pergerakan pendengar atau
sebaliknya; dan getaran bunyi yang dikirim ke tempat tertentui (ke
objek) akan direfleksi oleh objek itu sendiri.

Efek gelombang ultrasonik :


1) Mekanik

Efek secara mekanik yaitu membentuk emulsi asap/awan dan


disintegrasi beberapa benda padat, dipakai untuk menentukan
lokasi batu empedu.

2) Panas

Nelson Heerich dan Krusen, menunjukkan bahwa sebagian


ultrasonik mengalami refleksi pada titik yang bersangkutan,
sedangkan sebagian lagi pada titik tersebut mengalami perubahan
panas. Pada jaringan bisa terjadi pembentukan rongga dengan
intensitas yang tinggi.

3) Kimia

Gelombang ultrasonik menyebabkan proses oksidasi dan


terjadi hidrolisis pada ikatan polyester.

4) Efek biologis

Efek yang ditimbulkan ultrasonik ini merupakan gabungan


dari berbagai efek misalnya akibat pemanasan menimbulkan
pelebaran pembuluh darah. Selain itu ultrasonik menyebabkan
peningkatan permeabilitas membran sel dan kapiler serta
merangsang aktifitas sel. Sesuai hukum Vant Hoff (menimbulkan
panas) otot mengalami paralyse dan sel-sel hancur; bakteri, virus
dapat mengalami kehancuran. Selain itu menyebabkan keletihan
pada tubuh manusia apabila daya ultrasonik ditingkatkan.

b. Frekuensi Dan Daya Ultrasonik

1) Untuk diagnostik: f = 1-5 MHz,daya = 0,01 W/cm2

2) Untuk pengobatan: daya sampai 1 W/cm2

3) Untuk merusak sel-sel/jaringan kanker: daya 103 W/cm2

c. Ultrasonik Sebagai Pelengkap Diagnosis

Berkaitan dengan efek yang ditimbulkan gelombang ultrasonik


dan sifat gelombang bunyi ultra maka gelombang ultrasonik
dipergunakan sebagai diagnosis dan pengobatan.
1) CRT (Ossiloskop)

Kristal piezo electric yang bertindak sebagai transduser


mengirim gelombang ultrasonik mencapai pada dinding
berlawanan, kemudian gelombang bunyi dipantulkan dan diterima
oleh transduser tersebut pula. Transduser yang menerima
gelombang balik akan diteruskan ke amplifier berupa gelombang
listrik kemudian gelombang tersebut ditangkap oleh CRT
(ossiloskop).

Bunyi yang dihasilkan oleh piezo electric melalui transduser


akan dipantulkan dan diterima oleh transduser. Gerakan
transduser mula-mula akan menghasilkan echo dapat dilihat
adanya dot (dot ini disimpan pada CRT) kemudian transduser
digerakkan kearah lain menghasilkan echo pula sehingga
kemudian tercipta suatu gambaran dua dimensi.

2) MRI (Magnetic Resonance Imaging) dan USG (Ultrasonography)

MRI adalah salah satu cara pemotretan organ tubuh


menggunakan resonansi magnetis. Sistem kerjanya adalah pasien
berbaring dalam sebuah tabung. Kemudian gelombang bunyi
ultrasonik ditembakkan ke tubuhnya. Gema dari gelombang bunyi
itu akan mencitrakan gambar tubuh bagian dalam pasien.

Gelombang ultrasonik juga dapat mendeteksi keadaan bayi


dalam kandungan, yang dikenal dengan sebutan USG.

Pada dasarnya, prinsip kerja dari MRI dan USG adalah sama.
Sebuah pulsa singkat dari bunyi ultra dipancarkan oleh sebuah
transduser. transduser adalah sebuah alat yang dapat mengubah
pulsa listrik menjadi pulsa bunyi. Sebagian dari pulsa dipantulkan
pada berbagai permukaan dalam tubuh, dan sebagian besar akan
diteruskan. Transduser yang sama digunakan juga untuk
mendeteksi pulsa listrik. Pilsa-pulsa ini dapat diperlihatkan pada
layar monitor.

Penggunaan citra bunyi ini merupakan kemajuan yang sangat


penting dalam bidang medis. Penggunaan bunyi ultra, dalam
banyak kasus, telah menggantikan prosedur lain yang berbahaya,
seperti penggunaan sinar X. Tidak ada bukti efek yang berbahaya
dari penggunaan bunyi ultra ini, sehingga sering dikenal dengan
pengujian yang tidak merusak (non destructive testing).

d. Hal-Hal Yang Didiagnosis Dengan Ultrasonik

Ultrasonik dapat dipergunakan untuk beberapa diagnosis,


diantaranya:

1) Mendiagnosis tumor otak (echo encephalo graphy), memberi


informasi tentang penyakit-penyakit mata, daerah / lokasi yang
dalam dari bola mata, menentukan apakah cornea atau lensa yang
opaque atau ada tumor-tumor retina.

2) Untuk memperoleh informasi struktur dalam dari tubuh manusia.


Misalnya hati, lambung, usus, mata, mamma, jantung janin.

3) Untuk mendeteksi kehamilan sekitar 6 minggu, kelainan dari


uterus/ kandung peranakan dan kasus-kasus perdarahan yang
abnormal serta treatened abortus (abortus yang sdang
berlangsung).

4) Memberi informasi tentang jantung, valvula jantung, pericardial


effusion (timbunan zat cair dalam kantong jantung).

e. Penggunaan Ultrasonik Dalam Pengobatan

Sebagaimana telah diketahui bahwa ultrasonik mempunyai efek


kimia dan biologi maka ultrasonik dapat dipergunakan dalam
pengobatan. Ultrasonik memberi efek kenaikan temperature dan
peningkatan tekanan; efek ini timbul karena jaringan mengabsorpsi
energi bunyi dengan demikian ultrasonik dipakai sebagai diatermi/
pemanasan lokal pada otot yang cedera.

Selain itu ultrasonik dapat dipakai untuk menghancurkan jaringan


ganas (kanker). Sel-sel ganas akan hancur pada beberapa bagian
sedangkan di daerah lain kadang-kadang menunjukkan rangsangan
pertumbuhan ; masih diselidiki lebih lanjut.
Pada penderita Parkinson, penggunaan ultrasonik dalam
pengobatan sangat berhasil namun sangat disayangkan untuk
memfokuskan bunyi kearah otak sangat sulit. Sedangkan pada
penyakit meniere dimana keadaan penderita kehilangan pendengaran
dan keseimbangan, apabila diobati dengan ultrasonik dikatakan 95 %
berhasil baik, ultrasonik menghansurkan jaringan dekat telinga tengah.

2.5 Kebisingan

Bising ialah bunyi yang tidak dikehendaki yang merupakan aktivitas alam
(bicara, pidato) maupun buatan (bunyi mesin) dan dapat menggangu kesehatan,
kenyamanan serta dapat menimbulkan ketulian yang bersifat relatif. Alat ukur
kebisingan adalah sound level meter.

2.5.1 Pembagian Kebisingan

Berdasarkan frekuensi, tingkat tekanan, tingkat bunyi dan tenaga


bunyi, maka bising dibagi dalam 3 katagori :

a. Audible noise (bising pendengaran)

Bising ini disebabkan oleh frekuensi bunyi antara 31,5 8.000 Hz

b. Occupational noise ( bising yang berhubungan dengan pekerjaan)

Bising ini disebabkan oleh bunyi mesin di tempat kerja, bising


dari mesin ketik.

c. Impuls noise (impact noise = bising impulsif)

Bising yang terjadi akibat adanya bunyi yang menyentak,


misalnya pukulan palu, ledakan meriam, tembakan dan lain lain

Berdasarkan waktu terjadinya, maka bising dibagi dalam beberapa jenis :

a. Bising kontinyu dengan spektrum luas, misalnya karena mesin, kipas


angin

b. Bising kontinyu dengan spektrum sempit, misalnya bunyi gergaji,


penutup gas
c. Bising terputus putus, misalnya lalu lintas, bunyi kapal terbang di
udara

d. Bising sehari penuh (full noise time)

e. Bising setengah hari (part time noise)

f. Bising terus menerus (steady noise)

g. Bising impulsive (impuls noise) ataupun bising sesaat (letupan)

2.5.2 Pengaruh Bising pada Kesehatan

a. Hilangya pendengran sementara

b. Kebal atau imun terhadap bising

c. Telinga berdengung

d. Kehilangan pendengaran menetap, biasanya dimulaidari frekuensi


4000 Hz

2.5.3 Daftar Skala Intensitas Kebisingan

Tingkat kebisingan Intensitas (dB) Batas dengar tertinggi

Menulikan 100-120 Halilintar


Meriam
Mesin uap

Sangat hiruk pikuk 80-90 Jalan hiruk pikuk


Perusahaan sangat gaduh
Pluit polisi

Kuat 60-70 Kantor gaduh


Jalan pada umumnya
Radio
Perusahaan

Sedang 40-50 Rumah gaduh


Kantor umunya
Percakapan kuat
Radio perlahan
Tenang 20-30 Rumah tenag
Kantoer perorangan
Auditorium
Percakapan

Sangat tenang 0-10 Bunyi daun


Berbisik
Batas dengar terendah

2.5.4 Pencegahan Ketulian dari Proses Bising

Prinsip pencegahan ketulian dari proses bising adalah menjauhi dari


sumber bising. Untuk tujuan itu dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut.

a. Memberikan pelumas dan peredam pada mesin yang menghasilkan


bising

b. Menggunakan tembok pemisah antara sumber bising dengan tempat


kerja.

c. Menggunakan pelindung telinga.

2.6 Suara

Suara dihasilkan oleh getaran suatu benda. Selama bergetar, perbedaan tekanan
terjadi di udara sekitarnya. Peningkatan tekanan disebut kompresi, sedangkan
penurunannya disebut rarefaction. Suara adalah fenomena fisik yang dihasilkan
oleh getaran benda, getaran suatu benda yang berupa sinyal analog dengan
amplitudo yang berubah secara kontinyu terhadap waktu. Pada hakekatnya suara
dan bunyi adalah sama. Hanya saja kata suara dipakai untuk makhluk hidup,
sedangkan bunyi dipakai untuk benda mati.

a. Aliran udara yang dihasilkan dorongan otot paru-paru bersifat konstan. Ketika
pita suara dalam keadaan berkontraksi, aliran udara yang lewat membuatnya
bergetar.

b. Aliran udara tersebut dipotong-potong oleh gerakan pita suara menjadi sinyal
pulsa yang kemudian mengalami modulasi frekuensi ketika melewati pharynx,
rongga mulut ataupun pada rongga hidung. Sinyal suara yang dihasilkan pada
proses ini dinamakan sinyal voiced sound.

c. Suara bicara normal merupakan hasil dari modulasi udara yang keluar dari
dalam tubuh.

d. Beberapa bunyi ayang dihasilkan melalui mulut tanpa menggunakan pita suara
disebut Unvoiced sound, merupakan aliran udara melalui penciutan/konstriksi
yang dibentuk oleh lidah, gigi, bibir dan langit-langit. Misalnya p, t, k, s, dan
ch, secara perinci:

e. p, t, dan k suara/bunyi letupan (plosive sound)

f. S, f, dan ch suara/bunyi frikatif (fricative sound)

Proses produksi suara pada manusia dapat dibagi menjadi tiga buah proses
fisiologis, yaitu :

- pembentukan aliran udara dari paru-paru,

- perubahan aliran udara dari paru-paru menjadi suara, baik voiced, maupun
unvoiced yang dikenal dengan istilah phonation, dan artikulasi yaitu proses
modulasi/ pengaturan suara menjadi bunyi yang spesifik.

- Organ tubuh yang terlibat pada proses produksi suara adalah : paru-paru,
tenggorokan (trachea), laring (larynx), faring (pharynx), pita suara (vocal cord),
rongga mulut (oral cavity), rongga hidung (nasal cavity), lidah (tongue), dan
bibir (lips).

PEMBENTUKAN SUARA (FONASI)

- Pada pembentukan suara vokal, pita suara tertarik saling mendekat oleh otot,
udara di paru dihembuskan, tekanan dibawah pita suara meningkat dan pita
suara yang tertutup dipaksa membuka.

- Terjadi aliran cepat udara ke atas yang menyebabkan penurunan tekanan di


antara pita, menyebabkan pita suara bergerak bersama, menghambat keluarnya
udara secara parsial.

- Rongga mulut berubah bentuk akibat garakan lidah, rahang bawah, palatum
lunak, dan pipi untuk menentukan suara yang diucapkan.
- Kadang-kadang hilangnya suara, gangguan bicara, atau rasa sakit timbul akibat
obstruksi di pita suara.

- Hal tersebut perlu dilakukan pemeriksaan, salah satu metode yang digunakan
adalah laringoskopi.

- Metode lain juga yang digunakan adalah MRI, USG, dan berbagai prosedur
radiologis misalnya sinar-X, CT-scan, dan sebagainya.

Frekuensi dasar dari hasil vibrasi yang kompleks tergantung dari massa dan
tegangan dari pita suara.

- Laki-laki mempunyai frekuensi suara 125 Hz.

- Wanita mempunyai frekuansi suara 250 Hz.

- Suara berhubungan erat dengan rasa mendengar.

Pada sistem pengenalan suara oleh manusia terdapat tiga organ penting yang
saling berhubungan yaitu :

- Telinga yang berperan sebagai transduser dengan menerima sinyal masukan


suara dan mengubahnya menjadi sinyal syaraf,

- Jaringan syaraf yang berfungsi mentransmisikan sinyal ke otak,

- Otak yang akan mengklasifikasi dan mengidentifikasi informasi yang


terkandung dalam sinyal masukan.

2.7 Vibrasi

Vibrasi adalah getaran, dapat disebabkan oleh getaran udara atau getaran
mekanis lainnya. Dibedakan menjadi:

- Vibrasi karena getaran udara yang pengaruhnya pada akustik

- Vibrasi karena getaran mekanis mengakibatkan timbulnya resonansi/ turut


bergetarnya alat-alat tubuh dan pengaruh terhadap alat alat tubuh.

2.7.1 Penjalaran Vibrasi Udara dan Efek yang Timbul

Vibrasi udara oleh karena benda bergetar dan diteruskan melalui udara
akan mencapai telinga. Getaran dengan frekuensi 1-20 Hz tidak akan
terjadi gangguan penguatan pendengaran tetapi pada intensitas lebih dari
140 dB akan terjadi gangguan vestibuler yaitu gangguan
orientasi,kehilangan keseimbangan dan mual-mual. Akan timbul nyeri
telinga,nyeri dada dan bisa terjadi getaran seluruh tubuh.

2.7.2 Penjalaran Vibrasi Mekanik dan Efek yang Timbul

Penjalaran vibrasi mekanik melalui sentuhan atau kontak dengan


permukaan benda yang bergerak,sentuhan ini melalui daerah yang
terlokalisasi (tool-hand vibration) atau mengenai seliruh tubuh (whole
body vibration). Bentuk tool hand vibration merupakan bentuk yang
terlazim dalam proses pekerjaan.

Efek vibrasi terhadap tubuh tergantung besar kecilnya frekuensi yang


mengenai tubuh. Pada frekuensi :

- 3-9 Hz : akan timbul resonansi pada dada dan perut

- 6-10 Hz :dengan intensitas 0.6 g tekanan darah,denyut


jantung,pemakaian O2 dan volume perdenyut sedikit berubah. Pada
intensitas 1.2 g terlihat banyak perubahan system peredaran darah.

- 10 Hz : leher,kepala,pinggul,kesatuan otot dan tulang akan


beresonansi.

- Tenggorokan akan mengalami resonansi.

Pada frekuensi kurang dari 20 Hz,tonus otot akan meningkat, akibat


kontraksi statis ini otot menjadi lemah,rasa tidak enak dan kurang ada
perhatian. Pada frekuensi diatas 20 Hz otot-otot menjadi kendor dan
frekuensi 30-50 Hz digunakan dalam kedokteran olahraga untuk
memulihkan otot-otot sesudah kontraksi luar biasa.

Efek vibrasi terhadap tangan :

- Getaran dalam jangka waktu cukup lama akan menimbulkan kelainan


pada tangan berupa :

- Kelainan pada persyarafan dan peredaran darah. Gejala kealinan ini


mirip dengan phenomena Raynaud yaitu keadaan pucat dan biru dari
anggota badan,pada saat anggota badan kedinginan, tanpa ada
penyumbatan pembuluh darah tepid an tanpa kelainan- kelainan gizi.
Phenomena Reynaud ini terjadi pada frekunsi sekitar 30-40 Hz.

- Kerusakan-kerusakan pada persendian tulang

Sikap Tubuh Terhadap Getaran Mekanis

Badan merupakan susunan elastic yang kompleks dengan tulang


sebagai penyokong alat-alat dan landasan kekuatan serta kerja oto.
Kerangka,alat-alat,urat danotot memiliki sifat elastic yang bekerja secara
serentak sebagai peredam dan penghantar getaran.

Pengaruh getaran terhadap tubuh ditentukan sekali oleh posisi tubuh


atau sikap tubuh. Pada tungkailurus akan mengahanta 100% getaran ke
dalam badan, sedangkan dalam posisi duduk tungkai akan berlaku sebagai
peredam.

Mencegah getaran mekanis :

- Getaran suatu benda dapat dihindari dengan meletakkan bahan


peredam dibawah benda yang bergetar. Bhan peredam sebaiknya
sekitar 1 Hz.

- Selain itu tempat duduk atau alas kaki diletakkan bahan peredam.
Tebal tempat duduk dan alas kaki sangat menentukan besar redaman.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Gelombang bunyi merupakan vibrasi atau gerakan dari molekul-molekul zat


dan saling beradu satu sama lain dimana zat tersebut terkoordinasi menghasikan
gelombang yang merambat melalui medium padat, cair, dan udara.

Berkaitan dengan efek yang ditimbulkan gelombang ultrasonik dan sifat


gelombang bunyi ultra maka gelombang ultrasonik dipergunakan sebagai diagnosis
dan pengobatan.

Bioakustik dalam keperawatan banyak manfaatnya baik untuk diagnosis suatu


penyakit maupun dalam pengobatan. Kebisingan merupakan penyakit akibat kerja
yang mana dapat merugikan kesehatan yang berdampak pada gangguan
pendengaran dan bila pemaparan dalam waktu yang lama akan menyebabkan
ketulian. Pada dasarnya pengendalian kebisingan dapat dilakukan terhadap
sumbernya, perjalanannya dan penerimanya. Langkah terakhir adalah penggunaan
alat pelindung pendengaran.

3.2 Saran

- Pentingnya penerapan gelombang bunyi dalam kehidupan sehari-hari sehingga


diharapkan mahasiswa lebih mendalami pemahaman tentang bioakustik
terutama dalam keperawatan.
- Aplikasi gelombang bunyi dalam bidang kesehatan diharapkan terus dipelajari
mahasiswa keperawatan.

- Telinga sebagai alat pendengaran penting untuk dijaga dari berbagai pengaruh
kebisingan.

DAFTAR PUSTAKA

Dr. J. F. Gabriel 1988 Fisika Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Denpasar

Giancoli, Douglas C., 2001, Fisika Jilid I (terjemahan), Jakarta : Penerbit Erlangga

Halliday dan Resnick, 1991, Fisika Jilid I, Terjemahan, Jakarta : Penerbit Erlangga

Tipler, P.A.,1998, Fisika untuk Sains dan Teknik-Jilid I (terjemahan), Jakarta : Penebit
Erlangga

Young, Hugh D. & Freedman, Roger A., 2002, Fisika Universitas (terjemahan), Jakarta :
Penerbit Erlangga

Anda mungkin juga menyukai