Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

ILMU DASAR KEPERAWATAN I


KOMPARTEMEN DAN KOMPOSISI CAIRAN TUBUH

Oleh :

INDAH NOVIA HENDRA


NIM : 203310698

DOSEN : Ns. YOSI SURYARINILSIH, M.Kep., Sp. Kep. MB

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati, puji dan syukur penulis sampaikan atas kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmad dan karunia-Nya. Shalawat dan salam untuk Nabi
Muhammad SAW, sehingga penulis telah diberi kemudahan dalam menyusun makalah ini.
Adapun judul makalah ini adalah “KOMPARTEMEN DAN KOMPOSISI CAIRAN
TUBUH”. Makalah ini diajukan sebagai pemenuhan tugas pada mata kuliah Ilmu Dasar
Keperawatan 1.

Dalam penulisan makalah ini banyak hambatan dan rintangan yang penulis hadapi. Namun,
berkat dorongan semua pihak, makalah ini akhirnya dapat penulis selesaikan. Maka pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya
kepada Semua pihak yang ikut berpartisipasi dalam penulisan makalah ini.

Akhir kata penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Semoga makalah ini memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.

Padang, Desember 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………...ii
DAFTAR ISI……………………………….………….…………………….…………………..iii
BAB I : PENDAHULUAN………………………….……………………...……………………1
1.1. Latar Belakang………………………………………………….
…………………….1
1.2. Rumusan Masalah……………………………………………………………….
……2
1.3. Tujuan…………………………………………………………………………….
…..2
1.4. Manfaat…………………………………………………………………………….
…2
1.4.1. Manfaat Teoritis……………………………………………………………....2
1.4.2. Manfaat Praktis……………………………………………………………..…
2
BAB II : PEMBAHASAN……………………………..…………………….………………..
….3
2.1. Teori Cairan, Asam, Dan Basa……………………………………..………………....5
2.1.1. Teori Asam Basa……………………………………………...
……………….5
2.1.2. Teori Cairan………………………………………………………...…………
9
2.2. Derajat Keasaman Larutan (pH)……………………………………………..………
11
2.3. Larutan Elektrolit Dan Non
Elektrolit……………………………………………….13
2.4. Sistem Buffer Tubuh…………………………………………………………..…….16
2.5. Larutan Isotonic, Hipotonik, Dan Hipertonik (T)………………………………..….18
2.5.1. Larutan Isotonik…………………………………………………………..…18
2.5.2. Larutan Hipotonik…………………………………………………………...18

3
2.5.3. Larutan Hipertonik…………………………………………………………..19
BAB III : PENUTUP……………………………..
……………………………………………..20
3.1. Kesimpulan………………………………………………………………………….20
3.2. Saran………………………………………………………………………………...21
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………...………22

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Air merupakan komponen terpenting bagi kehidupan, karena sebagian besar tubuh
manusia terdiri dari air, begitu juga dengan elektrolit yang berperan sangat penting dalam
aktivitas semua sel. Diperkirakan 45-80% dari berat badan individu yang sehat terdiri dari
cairan. Volume cairan ini bervariasi tergantung dari berbagai factor yaitu usia, jenis kelamin,
dan lemak tubuh. Bayi mempunyai volume cairan lebih banyak dari orang dewasa, dan
makin tua usia seseorang jumlah cairan ini makin berkurang. Begitu pula wanita mempunyai
volume cairan lebih sedikit dari pria karena tubuh wanita mempunyai banyak lemak
disbanding pria. Cairan tubuh ini terutama terdiri dari air dan zat terlarut, yaitu elektrolit,
non elektrolit dan koloid. Sel adalah unit fungsi dasar dari tubuh manusia. Agar sel tubuh
dapat melakukan tugas fisiologis individualnya, diperlukan lingkungan yang stabil, termasuk
pemeliharaan suplai nutrien yang mantap dan pembuangan sisa metabolisme secara kontinu.
Regulasi cermat dari cairan tubuh membantu menjamin lingkungan internal yang stabil.
Cairan tubuh terdiri atas air dan zat terlarut, termasuk elektrolit. Sebagian besar
tubuh manusia terdiri atas air. Secara umum, kandungan air dalam tubuh manusia berkisar
antara 40- 80%, bergantung pada usia dan komposisi lemak tubuh. Rata- rata pria dewasa
yang sehat memiliki kanduang air 60% dari berat badan. Sementara wanita dewasa yang
4
sehat memiliki kandungan air 50% dari berat badan. Semakin tua usia, kandungan air
semakin sedikit. Pada bayi baru lahir, kandungan air mencapai 73% dari berat badan,
sedangkan pada lansia kandungan air hanya 45% dari berat badan. Semakin banyak
kandungan lemak dalam tubuh seseorang, kandungan air juga semakin sedikit. Oleh karena
itu, kandungan air pada wanita lebih sedikit dibandingkan dengan pria. Demikian pula,
orang dengan status gizi obesitas memiliki kandungan air yang lebih sedikit dibandingkan
orang dengan status gizi normal.
Fungsi dan peran air dalam tubuh, antara lain :
1) Air berperan dalam mengatur suhu tubuh
2) Air berfungsi sebagai bantalan pelindung, misalnya cairan amnion melindungi janin
dan cairan serebrospinal melindungi sistem saraf pusat
3) Air berfungsi sebagai pelumas, misalnya cairan gastrointestinal dan cairan synovial
pada sendi
4) Air merupakan reaktan dalam berbagai reaksi hidrolisis dalam tubuh
5) Air yang merupakan bagian terbesar dari plasma darah berperan dalam transport
berbagai bahan penting dan zat sisa metabolism

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana teori cairan, asam dan basa?
2. Bagaimana derajat keasaman larutan (pH)?
3. Bagaimana larutan elektrolit dan non elektrolit?
4. Bagaimana sistem buffer dalam tubuh?
5. Bagaimana larutan isotonic, hipotonik, dan hipertonik (T)?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui teori cairan, asam dan basa
2. Untuk mengetahui derajat keasaman larutan (pH)
3. Untuk mengetahui larutan elektrolit dan non elektrolit
4. Untuk mengetahui sistem buffer dalam tubuh
5. Untuk mengetahui larutan isotonic, hipotonik, dan hipertonik (T)

5
1.4. Manfaat
1.4.1. Manfaat Teoritis
1. mengetahui teori cairan, asam dan basa
2. mengetahui derajat keasaman larutan (pH)
3. mengetahui larutan elektrolit dan non elektrolit
4. mengetahui sistem buffer tubuh
5. mengetahui larutan isotonic, hipotonik, dan hipertonik (T)
1.4.2. Manfaat Praktis
1. Bagi Penulis
Untuk memenuhi salah satu tugas sebagai Mahasiswa dalam mata pelajaran
IDK1 (Ilmu Dasar Keperawatan 1) serta menumbuh kembangkan wawasan
terkait dengan IDK1 (Ilmu Dasar Keperawatan 1)
2. Bagi Pembaca
Untuk mengetahui serta menambah wawasan tentang IDK1 (Ilmu Dasar
Keperawatan 1) terutama kompartemen dan komposisi cairan tubuh.
6.

6
BAB II
PEMBAHASAN

Cairan tubuh terbagi dalam dua kompartemen, yaitu cairan intraseluler dan cairan
ekstraseluler. Cairan intraseluler terdapat di dalam sel atau disebut juga sitosol. Cairan
ekstraseluler terbagi menjadi dua kompartemen besar, yaitu cairan intersisial dan plasma yang
merupakan bagian dari darah.
Pembagian kompartemen cairan tubuh dapat dilihat pada tabel berikut yaitu sebagai berikut :
VOLUME PERSENTASE PERSENTASE
KOMPARTEMEN
CAIRAN (L) CAIRAN TUBUH BERAT BADAN
Cairan tubuh total 42 100 60
Cairan intraseluler 28 67 40
Cairan ekstraseluler 14 33 20
Plasma 2,8 6,6 4
(20% dari cairan
ekstraseluler)
Cairan intersisial 11,2 26,4% 16
(80% dari cairan
ekstraseluler)
Limfe (cairan getah
Dapat diabaikan Dapat diabaikan Dapat diabaikan
bening)
Cairan transeluler Dapat diabaikan Dapat diabaikan Dapat diabaikan

Komposisi cairan intraseluler berbeda dengan cairan ekstraseluler. Sementara komposisi


plasma dan cairan intersisial hamper sama. Kation terbanyak pada cairan intraseluler adalah
kalium (K+), sedangkan pada plasma dan cairan intersisial adalah natrium (Na+). Anion
terbanyak pada cairan intraseluler adalah fosfat (PO43-) dan anion protein, sedangkan pada
plasma dan cairan intersisial adalah bikarbonat (HCO3-) dan klorida (Cl-).
Komposisi ion- ion dalam berbagai kompartemen cairan tubuh, dapat dilihat pada diagram yaitu
sebagai berikut :

7
2.1. Teori Cairan, Asam, Dan Basa
2.1.1. Teori Asam Basa
Berabad- abad yang lalu para ahli kimia telah mendefinisikan asam dan basa
dalam sifat- sifat larutan airnya. Mula- mula asam didefinisikan sebagai zat yang
dapat memerahkan lakmus biru, bereaksi dengan logam aktif untuk membentuk gas
hydrogen, dan dapat menetralkan basa. Basa didefinisikan sebagai zat yang larutan
airnya berasa pahit, dapat membirukan lakmus merah, terasa licin, dan dapat
menetralkan asam.
Pemberian nama asam berasal dari bahasa latin, yaitu acetum berarti cuka
yang zat utamanya adalah asam asetat, CH3COOH. Nama basa atau alkali berasal
dari bahasa Arab, yaitu abu. Pada masa itu juga sudah diketahui bahwa hasil reaksi
antara asam dan basa adalah garam. Reaksi itu dikenal dengan reaksi netralisasi.
A. Teori Asam Basa Arrhenius
1) Pengenalan sifat asam dan basa
Untuk mengetahui suatu senyawa termasuk asam atau basa tanpa
mencicipi, dapat dilakukan dengan menggunakan indicator kertas lakmus.
Dalam larutan asam, lakmus biru berubah menjadi merah, sedangkan
lakmus merah tetap merah. Dalam larutan basa, lakmus merah menjadi
biru, sedangkan lakmus biru tetap biru.

8
Jika ke dalam suatu larutan kita masukkan kertas lakmus merah atau
lakmus biru dan ternyata tidak terjadi perubahan warna kertas lakmus,
maka larutan tersebut bersifat netral. Yang termasuk larutan netral adalah
larutan nonelektrolit dan larutan garam dari asam kuat dan basa kuat.
Contoh larutan nonelektrolit adalah larutan gula, larutan urea, dan larutan
alkohol. Adapun contoh larutan garam yang berasal dari asam kuat dan
basa kuat adalah larutan NaCl, larutan BaSO4, dan larutan KNO3.

Perubahan warna kertas lakmus dalam larutan dapat dilihat pada


tabel yaitu sebagi berikut :
KERTAS PERUBAHAN WARNA
LAKMUS ASAM BASA NETRAL
Merah Merah Biru Merah
Biru Merah Biru Biru

Dalam kehidupan sehari- hari, kita selalu berhubungan dengan asam


dan basa. Contoh zat yang mengandung asam adalah air jeruk, manga,
nanas, cuka, air aki, dan vitamin C. Sabun, larutan ammonia, sampo, dan
detergen merupakan zat yang mengandung basa.
2) Penyebab sifat asam dan basa
Pada tahun 1777, Lavoisier telah menyatakan bahwa asam selalu
mengandung unsur oksigen sehingga Lavoisier menyimpulkan bahwa
penyebab asam adalah oksigen. Pada tahun 1810 Davy, menunjukkan
bahwa asam hidroklorida mengandung hydrogen dan klorin, tidak
mengandung oksigen. Oleh karena itu, Davy menyimpulkan bahwa
penyebab asam adalah hydrogen.
Teori tentang penyebab asam basa ini terus berkembang sehingga
pada tahun 1884, Svante Arrhenius mengemukakan konsep yang masih
diterima sampai sekarang.
Menurut Svante Arrhenius, asam adalah suatu senyawa yang bila
dilarutkan dalam air akan meningkatkan konsentrasi ion hydrogen (H+) di

9
atas nilainya dalam air murni. Basa adalah suatu senyawa yang bila
-
dilarutkan dalam air akan meningkatkan konsentrasi ion hidroksida (OH ),
di atas nilainya dalam air murni. Dalam bahasa lebih sederhana, asam
adalah suatu senyawa yang jika dilarutkan ke dalam air akan memberikan
ion hydrogen (H+), sedangkan basa adalah senyawa yang jika dilarutkan ke
-
dalam air akan memberikan ion hidroksida (OH ).

Contoh asam menurut Arrhenius adalah senyawa HCl karena dalam


air akan bereaksi sebagai berikut.
-
HCl(aq) H+(aq) + Cl (aq)

Contoh basa menurut Arrhenius adalah senyawa NaOH karena


dalam air akan bereaksi sebagai berikut.
+ -
NaOH(aq) Na (aq) + OH (aq)

Teori Arrhenius memiliki keterbatasan, yaitu hanya dapat


menjelaskan asam basa senyawa anorganik dalam larutan air. Senyawa-
senyawa yang dapat dijelaskan adalah senyawa- senyawa yang memiliki
jenis rumus kimia HX untuk asam dan LOH untuk basa. Teori Arrhenius
tidak dapat menjelaskan alasan HCl bersifat asam dalam pelarut eter. Teori
itu juga tidak dapat menjelaskan kenyataan bahwa CO2 dalam air bersifat
asam atau NH3 dalam air bersifat basa. Fakta menunjukkan bahwa HClO4
bersifat asam dalam pelarut air, dan juga menunjukkan sifat asam dalm
pelarut bukan air, misalnya dalam pelarut asam cuka glasial dan ammonia
+
cair. Dari fakta- fakta itu diperkirakan bahwa ion H mempunyai peranan
yang istimewa dalam menentukan sifat asam.
B. Teori asam basa Bronsted- Lowry
Pada tahun 1923, J.N. Bronsted dari Denmark dan T.M. Lowry dari
Inggris secara terpisah dalam waktu yang bersamaan mengajukan konsep
tentang asam dan basa. Konsep ini kemudian lebih dikenal dengan konsep
asam basa Bronsted- Lowry yang isinya adalah sebagi berikut.

10
Asam adalah spesi yang dapat memberi proton (donor proton),
Basa adalah spesi yang dapat menerima proton (akseptor proton).
Konsep asam basa Bronsted- Lowry memberikan pengertian tentang
asam basa yang didasarkan pada kemampuan memberi atau menerima proton.
Dalam pengertian lebih luas, reaksi antara asam dan basa merupakan reaksi
berdasarkan pemindahan proton. Keunggulan teori asam basa Bronsted- Lowry
dibandingkan dengan Arrhenius dapat kita ringkas sebagai berikut.
1) Teori Arrhenius hanya mencakup zat anorganik dan pelarut air saja. Teori
Bronsted- Lowry mencakup zat anorganik dan zat organik serta bukan
hanya pelarut air saja, melainkan pelarut lain, misalnya pelarut eter,
ammonia, dan asam asetat.
2) Teori Arrhenius hanya mencakup zat berupa molekul atau senyawa ion
saja. Teori Bronsted- Lowry mencakup molekul, senyawa ion, dan ion
(kation dan anion). Misalnya, CH3COONa bersifat basa, karena ion
-
CH3COO dalam air dapat menerima ion H+ dari air.
C. Teori asam basa Lewis
+
Menurut Bronsted- Lowry, asam adalah spesi pemberi ion H dan basa
+
adalah spesi penerima ion H . Sedangkan pada tahun 1932, seorang kimiawan
Amerika Serikat yang bernama G.N. Lewis mengemukakan teori asam basa
yang lebih luas, yaitu sebagai berikut.
Asam adalah spesi yang bertindak sebagai penerima pasangan elektron
(akseptor electron = elektrofil).
Basa adalah spesi yang bertindak sebagai pemberi pasangan electron (donor
electron = nukleofil).
Teori Lewis ini mencakup teori Arrhenius dan teori Bronsted- Lowry.
Akan tetapi, Lewis melangkah lebih jauh dengan menganggap reaksi asam basa
merupakan reaksi serah terima (transfer) pasangan electron. Menurut Lewis,
basa adalah spesi yang memiliki sepasang electron atau lebih yang bebas dan
dapat diberikan kepada zat lain sehingga terbentuk suatu ikatan kovalen

11
koordinasi. Disisi lain, asam adalah spesi yang dapat menerima pasangan
electron tersebut.
Teori Lewis sesuai dengan teori Bronsted- Lowry, karena proton dapat
dipandang sebagi suatu penerima pasanngan electron. Suatu zat yang dapat
menerima proton dapat dipandang sebagai suatu donor pasangan electron.
2.1.2. Teori Cairan
Kesimbangan cairan adalah keseimbangan antara asupan dan keluaran
cairan. Cairan merupakan komponen terbesar yang membentuk tubuh. Air terdapat
sampai sekitar 60 persen dari total berat badan laki-laki dewasa dan 50% pada
wanita dewasa. Pada neonatus dan anak-anak, presentase ini relatif lebih besar
dibandingkan orang dewasa.
Distribusi Cairan Tubuh yaitu cairan tubuh dibagi menjadi dua
kompartemen menurut anatomi dan fisiologisnya, yakni cairan intraseluler dan
cairan ekstraseluler. Dua pertiga bagian (67%) merupakan cairan tubuh yang berada
di dalam sel disebut dengan cairan intraseluler. Sepertiganya (33%) berada diluar
sel yakni cairan ekstraseluler. Cairan ekstraseluler dibagi menjadi 3 bagian lagi
yaitu cairan interstitial yang merupakan cairan limfatik yang menempati ruang antar
sel. Cairan interstitial menempati 80 persen dari cairan ekstraseluler atau 5 persen
dari total berat badan. Cairan intravaskuler atau plasma darah yang meliputi 20
persen cairan ekstraseluler atau 15 persen dari total berat badan. Selain itu, ada juga
cairan transelular yang termasuk cairan gastrointestinal (GI), cairan empedu, urin,
cairan serebrospinal, aqueous humour, cairan sendi, cairan pleura, cairan
peritoneum, dan cairan perikardial.
Keseimbangan cairan ditentukan oleh intake atau masukan cairan dan
pengeluaran cairan. Pemasukan cairan berasal dari minuman dan makanan.
Kebutuhan cairan setiap hari antara 1.800-2.500ml/hari. Sekitar 1.200 ml berasal
dari minuman dan 1.000 ml dari makanan. Sedangkan pengeluaran cairan melalui
ginjal dalam bentuk urin 1.200-1.500 ml/hari, feses 100 ml, paru-paru 300-500 ml
dan kulit 600-800 ml. Prinsip dasar keseimbangan cairan:

12
1. Air bergerak melintasi membran sel karena osmolaritas cairan interseluler
dan ekstraseluler tetapi hampir sama satu sama lain kecuali beberapa menit
setelah perubahan salah satu kompartemen.
2. Membran sel hampir sangat impermeabel terhadap banyak zat terlarut
karena jumlah osmol dalam cairan ekstraseluler atau intraseluler tetapi
konstan, kecuali jika zat terlarut ditambahkan atau dikurangi dari
kompartemen ekstraseluler. Dengan kondisi ini kita dapat menganalisis efek
berbagai kondisi cairan abnormal terhadap volume dan osmolaritas cairan
ekstraseluler dan osmolaritas cairan intraseluler.
Cairan tubuh dan elektrolit berpindah melalui difusi, osmosis, transportasi
aktif, atau filtrasi. Perpindahan tersebut tergantung pada permeabilitas membran sel
atau kemampuan membran untuk ditembus cairan dan elektrolit.
Difusi didefinisikan sebagai kecenderungan alami dari suatu substansi untuk
bergerak dari suatu area dengan konsentrasi yang lebih tinggi ke area dengan
konsentrasi yang lebih rendah. Difusi terjadi melalui perpindahan tidak teratur
(random) dari ion dan molekul. Suatu contoh difusi adalah pertukaran oksigen dan
karbondioksida antara kapiler dan alveoli. Osmosis adalah perpindahan pelarut
murni, seperti air, melalui membran semipermeabel yang berpindah dari larutan
yang memiliki konsentrasi solut rendah ke larutan yang memiliki konsentrasi solut
tinggi. Transport aktif memerlukan aktivitas metabolik dan pengeluaran energi
untuk menggerakkan berbagai materi guna menembus membran sel. Hal ini
memungkinkan sel menerima molekul yang lebih besar dari sel tersebut, selain itu
sel dapat menerima atau memindahkan molekul dari daerah berkonsentrasi tinggi.
Pada transport aktif, substansi dapat berpindah dari larutan dengan konsentrasi
rendah ke konsentrasi tinggi. Contoh transport aktif adalah pompa natrium dan
kalium. Natrium dipompa keluar dari sel dan kalium dipompa masuk ke dalam sel,
melawan gradien konsentrasi. Filtrasi merupakan suatu proses pemindahan air dari
substansi yang dapat larut secara bersamaan sebagai respon terhadap adanya
tekanan cairan. Proses ini berlangsung aktif di bantalan kapiler, tempat perbedaan
tekanan hidrostatik atau gradien yang menentukan perpindahan air, elektrolit, dan

13
substansi terlarut lain yang berada di antara cairan kapiler dan cairan interstisiel.
Perpindahan terjadi dari area dengan tekanan tinggi ke area dengan tekanan rendah.

2.2. Derajat Keasaman Larutan (pH)


Pada tahun 1909, seorang ahli Biokimia dari Denmark, Soren Sorensen (1868-
1939), memperkenalkan notasi pH (potensi hydrogen) untuk menyatakan konsentrasi ion
+ -
H dalam larutan dan pOH (potensi hidroksida) untuk menyatakan konsentrasi ion OH
dalam larutan. Metode yang diperkenalkan Sorensen ini dgunakan secara meluas dan dapat
+ –
menghindari kesulitan dengan menyatakan konsentrasi ion H dan ion OH dari larutan
asam, basa, dan netral yang encer. Notasi pH suatu larutan didefinisikan sebagai nilai
+
negative logaritma konsentrasi ion H dalam larutan.
Derajat keasaman merupakan suatu sifat kimia yang penting dari darah dan cairan
tubuh lainnya. Satuan derajat keasaman adalah pH. Klasifikasi pH
a. pH 7,0 adalah netral
b. pH diatas 7,0 adalah basa (alkali)
c. pH dibawah 7,0 adalah asam
Suatu asam kuat memiliki pH yang sangat rendah (hampir 1,0); sedangkan suatu
basa kuat memiliki pH yang sangat tinggi (diatas 14,0). Darah memiliki pH antara 7,35-
7,45. Keseimbangan asam-basa darah dikendalikan secara seksama, karena perubahan pH
yang sangat kecil pun dapat memberikan efek yang serius terhadap beberapa organ. Tubuh
menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asam-basa darah yaitu :
1. Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk amonia.
Ginjal memiliki kemampuan untuk mengubah jumlah asam atau basa yang dibuang,
yang biasanya berlangsung selama beberapa hari.
2. Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai pelindung
terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Suatu penyangga
pH bekerja secara kimiawi untuk meminimalkan perubahan pH suatu larutan.
Penyangga pH yang paling penting dalam darah adalah bikarbonat. Bikarbonat
(suatu komponen basa) berada dalam kesetimbangan dengan karbondioksida (suatu
komponen asam). Jika lebih banyak asam yang masuk ke dalam aliran darah, maka

14
akan dihasilkan lebih banyak bikarbonat dan lebih sedikit karbondioksida. Jika
lebih banyak basa yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih
banyak karbondioksida dan lebih sedikit bikarbonat.
3. Pembuangan karbondioksida. Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari
metabolisme oksigen dan terus menerus yang dihasilkan oleh sel. Darah membawa
karbondioksida ke paru-paru. Di paru-paru karbondioksida tersebut dikeluarkan
(dihembuskan). Pusat pernafasan di otak mengatur jumlah karbondioksida yang
dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan dan kedalaman pernafasan.
Jika pernafasan meningkat, kadar karbon dioksida darah menurun dan darah
menjadi lebih basa. Jika pernafasan menurun, kadar karbondioksida darah meningkat dan
darah menjadi lebih asam. Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka
pusat pernafasan dan paru-paru mampu mengatur pH darah menit demi menit. Nilai pH
dapat dilihat dari darah arterial dengan rentang normal 7,35-7,45. Harga normal hasil
pemeriksaan laboratorium analisis gas darah adalah sebagai berikut :
a) pH 7,35-7,45
b) pO2 80-100 mmHg
c) pCO2 35-45 mmHg
d) [HCO3-] 21-25 mmol/L
e) Base excess -2 s/d +2
Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian pH tersebut, dapat
menyebabkan salah satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu
asidosis atau alkalosis. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam keseimbangan asam basa
adalah :
1. Konsentrasi ion hidrogen [H+]
2. Konsentrasi ion bikarbonat [HCO3-]
3. pCO2
Berikut perbandingan peranan masing-masing faktor dalam diagnosis gangguan
asam basa :
1. Bila konsentrasi H+ meningkat, maka pH turun disebut asidosis
2. Bila konsentrasi H+ turun, maka pH naik disebut alkalosis

15
3. Bila HCO3- berubah secara signifikan dalam kondisi tersebut, disebut suatu
keadaan metabolik
4. Bila pCO2 berubah secara signifikan dalam kondisi tersebut, disebut suatu
keadaan respiratorik
Dari konsep tersebut, didapatkan empat kondisi, yaitu :
1. Asidosis metabolik
2. Asidosis respiratorik
3. Alkalosis metabolik
4. Alkalosis respiratorik
Asidosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung asam
(atau terlalu sedikit mengandung basa) dan sering menyebabkan menurunnya pH darah.
Alkalosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung basa (atau terlalu
sedikit mengandung asam) dan kadang menyebabkan meningkatnya pH darah.
Asidosis dan alkalosis bukan merupakan suatu penyakit tetapi lebih merupakan
suatu akibat dari sejumlah penyakit. Terjadinya asidosis dan alkalosis merupakan petunjuk
penting dari adanya masalah metabolisme yang serius. Asidosis dan alkalosis
dikelompokkan menjadi metabolik atau respiratorik, tergantung kepada penyebab
utamanya.
Asidosis metabolik dan alkalosis metabolik disebabkan oleh ketidakseimbangan
dalam pembentukan dan pembuangan asam atau basa oleh ginjal. Asidosis respiratorik atau
alkalosis respiratorik terutama disebabkan oleh penyakit paru-paru atau kelainan
pernafasan.

2.3. Larutan Elektrolit Dan Non Elektrolit


Larutan non elektrolit merupakan za terlarut yang tidak terurai dan tidak bermuatan
listrik. Larutan non elektrolit yang terdapat dalam tubuh manusia diantaranya protein,
glukosa, dan karbondioksida. Larutan elektrolit merupakan larutan yang terurai dan
bermuatan listrik. Jika bermuatan positif, maka disebut kation. Jika bermuatan
negative, maka disebut anion. Larutan elektrolit dalam tubuh manusia terdapat dalam
bentuk unsur bebas. Cairan elektrolit di dalam tubuh berfungsi untuk menjaga tekanan
osmotic tubuh, mengatur pendistribusian cairan ke dalam kompartemen badan air, menjaga

16
pH tubuh, terlibat dalam reaksi reduksi dan oksidasi didalam tubuh, terlibat dalam proses
metabolisme. Berikut adalah elektrolit-elektrolit yang terdapat dalam tubuh dalam jumlah
besar:
1. Natrium (Na+), Natrium merupakan kation utama dalam CES (Cairan Ekstra
Seluler). Natrium sangat penting dalam pengendalian volume tubuh total. Asupan
utama natrium adalah makanan. Keadaan dimana asupan natrium melebihi jumlah
pengeluarannya akan menghasilkan keadaan keseimbangan natrium positif.
Kelebihan retensi air dan natrium dapat mengakibatkan terjadinya berat badan dan
edema. Hal ini juga dapat menimbulkan penyakit seperti gagal jantung kongesif dan
penyakit ginjal. Sebaliknya, jika pengeluaran natrium melebihi jumlah asupannya,
maka akan menghasilkan keadaan keseimbangan natrium negatif. Keadaan ini
mengakibatkan terjadinya penurunan volume CES dan plasma dengan disertai
tekanan darah rendah dan sirkulasi yang tidak memadai. Pengaturan natrium dalam
tubuh terjadi terutama melalui ekskresi natrium oleh ginjal, bukannya melalui
asupan natrium. Ekskresi natrium oleh ginjal dipengaruhi oleh laju filtrasi
glomerulus (GFR) yang mengatur jumlah natrium yang difiltrasi dan Aldosteron
yang mengstimulasi readsorbsi ion natrium dari tubulus pengumpul, distal ginjal,
kelenjar keringat, kelenjar saliva, dan saluran gastrointestinal. Kendali pada sekresi
aldosteron memiliki beberapa komponen yaitu sistem rennin- angiotensinogen-
aldosteron dan kalium.
+
2. Kalium (K ) Kalium merupakan kation utama dalam CIS (Cairan Intra Seluler).
Kalium sangat penting dalam pengendalian volume sel, aktivitas listrik saraf dan
otot dan metabolism selular. Kalium di dalam CES akan mempengaruhi
keseimbangan asam- basa cairan tersebut. Pengaturan kalium dikendalikan oleh
aldostern, hormon insulin dan epinefrin.Muntah, diare, kelebihan asupan natrium,
penyakit ginjal, dan penggunaan obat diuretic untuk hipertensi dan edema dapat
menghasikan keadaan kekurangan kalium atau hipokalemia. Hipokalemia dapat
menyebabkan terjadinya suatu penyakit yaitu aritmia jantung. Sebaliknya ekskresi
ginjal yang inadekuat dapat mengakibatkan terjadinya kelebihan kalium atau
hiperkalemia. Hierkalemia dapat menyebabkan terjadinya fibrilasi jantung dan
membahayakan kehidupan.

17
-
3. Kalsium (Ca2+) dan Fosfat (HPO4 ) Kalsium merupakan elektrolit ekstraseluler.
Sebagian besar berada di dalam rangka, tempatnya berikatan dengan fosfat
membentuk Kristal hidroksiapatitmatriks. Fosfat merupakan anion utama dalam
CIS. Perubahan konsentrasi ion kalsium memiliki efek yang signifikan.
Sebaliknnya, perubahan konsentrasi ion fosfat memiliki efek yang tidak terlalu
signifikan, bahkan hampir tidak menghasilkan efek apa-apa. Pengaturan kosentrasi
kalsium dalm CES dan Plasma darah dipengaruhi oleh hormone paratiroid,
kalsitonin, vitamin D, dan modulator lain.
- -
4. Klorida (Cl ), Bikarbonat (HCO3 ) dan anion lainnya Klorida dan Bikarbonat
merupakan anion utama dalam CES. Pengaturannya bersamaan dengan pengaturan
natrium dan keseimbangan asam-basa tubuh.Anio lainnya seperti sulfat, nitrat,dan
laktat memiliki maksimum transport(TM). Jika maksimum transpornya terlewati,
maka ion berlebih akan diekskresi
5. Magnesium (Mg2+), Magnesium merupakan kation terbanyak kedua di dalam cairan
intrasel setelah kalium. Magnesium diperoleh secara normal dari asupan diet.
Magnesium tubuh, kira-kira 50-60% terletak dalam tulang dan kira-kira 1% terletak
di CES. Kira-kira seperempat sampai sepertiga dari magnesium plasma terikat pada
protein, sebagian kecil berikatan dengan substansi lain (kompleks), dan bagian
sisanya terionisasi atau bebas. Magnesium merupakan ion utama intrasel, ia
memainkan perana vital fungsi seluler normal. Secara khusus, magnesium berperan
dalam mengaktifkan enzim yang terlibat dalam metabolisme karbohidrat dan
protein, dan mencetuskan pompa kalium-natrium. Magnesium juga berperan dalam
transmisi aktivasi neuromuskular, transmisi dalam sistem saraf pusat dan fungsi
miokard.
Non-elektrolit tidak terurai dalam larutan dan tidak bermuatan listrik. Contohnya
yaitu protein, urea, glukosa, O2, CO2, dan asam organik. Di dalam cairan tubuh terdapat
beberapa partikel yang tidak termasuk ke dalam golongan elektrolit dan tidak bisa menjadi
partikel bermuatan listrik, tetapi partikel- partikel ini juga merupakan komponen yang
penting dalam tubuh dan memengaruhi pergerakan cairan di antara kompartemen.
Substansi seperti glokusa dan urea yang tidak berdisosiasi dalam larutan dan diukur
berdasarkan berat (miligram per 100 ml-mg/dl). Non-elektrolit lainnya yang secara klinis

18
penting mencakup kreatinin dan bilirubin. Partikel non elektrolit utama adalah glukosa
yang merupakan sumber utama metabolism sel. Jika konsentrasi glukosa dalam cairan
ekstrasel (CES) berlebihan, cairan intrasel CIS) akan berpindah ke CES dan menyebabkan
pembentukan urine yang banyak, sehingga tubuh akan mengalami kekurangan cairan.

2.4. Sistem Buffer Tubuh


Buffer (penyangga) adalah larutan kimia yang menahan perubahan pH jika terdapat
penambahan asam atau basa. Larutan buffer terdiri dari : larutan asam lemah dan
garamnya, seperti asam karbonat dan natrium bikarbonat atau larutan basa lemah dan
garamnya, seperti larutan ammonia dan ammonium klorida.
Jika pH menurun, maka garam (natrium bikarbonat) berperan sebagai basa yang
akan menerima ion hydrogen yang ditambahkan pada larutan. Jika pH meningkat, asam
lemah (asam karbonat) akan mendonorkan ion hydrogen kepada larutan, sehingga
perubahan pH akan disangga. Hal yang sebaliknya berlaku untuk basa lemah dan
garamnya.
Sistem buffer kimiawi utama dalam tubuh adalah sistem buffer bikarbonat, fosfat,
dan protein. Semua sistem buffer akan bekerja bersama untuk mengembalikan pH sebesar
apa yang dapat dijaga konstan oleh buffer. Hal ini tergantung pada cadangan buffer yang
tersedia, disebut juga kapasitas buffer. Jika jumlah asam atau basa yang dditambahkan
sangat besar, maka sistem buffer tidak akan mapu mengatasinya.
1) Sistem buffer bikarbonat, merupakan buffer ekstraseluler utama dan bertanggung
jawab mempertahankan pH darah. Karbondioksida yang terbentuk selama respirasi
sel akan larut dalam air (plasma) untuk membentuk asam karbonat. Asam karbonat
ini akan berdisosiasi sebagian menghasilkan ion hydrogen dan ion bikarbonat. Ion
bikarbonat akan berperan sebagai akseptor ion hydrogen. Jika ion hidrogen
ditambahkan ke dalam tubuh, seperti asam laktat yang dihasilkan saat berolahraga,
maka ion bikarbonat dan ion hydrogen yang terbentuk dari asam laktat akan
membentuk asam karbonat. Asam karbonat berperan sebagai donor ion hydrogen.
Jika ion hydrogen hilang dari tubuh, seperti pada kasus muntah- muntah berat, asam
karbonat akan berdisosiasi lebih banyak untuk melepaskan ion hydrogen dan ion
bikarbonat. Rasio normal bikarbonat terhadap asam karbonat adalah 20 : 1. Sistem

19
bikarbonat menyangga 90% ion hydrogen dalam darah dan sangat penting karena
jumlah karbondioksida dan ion bikarbonat juga dapat diatur oleh paru dan ginjal.
Jumlah ion bikarbonat yang tersedia untuk buffer disebut juga cadangan alkali.
2) Sistem buffer fosfat, sistem ini serupa dengan sistem guffer bikarbonat. Garam
natrium dari dihidrogen fosfat dan monohidrogen fosfat masing- masing akan
berperan sebagai asam lemah dan basa lemah. Buffer fosfat terutama
mempertahankan pH fluida intraseluler dan tubulus ginjal, sehingga tidak akan
mempertahankan pH darah, namun merupakan buffer yang penting untuk urin.
3) Sistem buffer protein, protein merupakan rantai panjang asam- asam amino yang
bersatu. Asam amino mengandung gugus amino dasar (NH2) dan gugus asam
(COOH). Tiga bentuk asam amino yang ada tergantung dari pH. Buffer protein
merupakan sistem yang sangat kompleks dan akan mempertahankan pH fluida
intraseluler dan plasma. Protein hemoglobin memiliki dua fungsi khusus, yaitu
mentranspor oksigen ke jaringan dan juga menyangga ion hydrogen yang transit
dari sel ke paru.
4) Sistem buffer hemoglobin, karbondioksida berdifusi ke dalam eritrosit (sel darah
merah). Di dalam sel, karbondioksida akan dirubah menjadi asam karbonat oleh
enzim karbonat anhydrase. Asam karbonat akan berdisosiasi sebagian
menghasilkan ion hydrogen dan ion bikarbonat. Kemudian hemoglobin dan ion
hydrogen tersebut bergabung membentuk hemoglobin teredduksi. Reaksi ini terjadi
karena hemoglobin tereduksi merupakan asam yang lebih lemah dibandingkan
oksihemoglobin dan asam karbonat sehingga akan berikatan lebih kuat dengan
hydrogen. Sehingga ketika oksigen dilepaskan, ion hydrogen yang terbentuk dari
asupan karbondioksida akan terperangkap oleh hemoglobin, dan hal ini mencegah
perubahan pH. Saat ion bikarbonat terbentuk dalam eritrosit, ion bikarbonat ini
akan berdifusi keluar ke dalam plasma, menjadi bagian cadangan alkali dan
menyangga ion hydrogen. Pada saat ion bikarbonat berdifusi ke luar eritrosit, ion
klorida akan berdifusi masuk ke dalam. Hal ini terjadi untuk mempertahankan
muatan sel tetap netral atau seimbang, dan disebut juga reaksi pergeseran (shift)
klorida. Di alveoli paru terjadi kebalikan dari seluruh proses ini, karbondioksida
dan air akan dibuang melalui proses pernapasan.

20
5) Sistem buffer ammonia, ammonia terbentuk dalam sel tubulus ginjal dari
pemecahan asam amino. Ammonia akan berdifusi ke dalam tubulus ginjal,
menyangga ion hydrogen dalam filtrat ginjal dan membentuk ion ammonium. Ion
amoniuum diekskresi di urin dan mencegah urin menjadi terlalu asam.

2.5. Larutan Isotonic, Hipotonik, Dan Hipertonik (T)


Larutan hipotonik memungkinkan cairan ditarik ke dalam sel untuk mengatasi
kekurangan cairan. Dengan larutan isotonic, air tidak masuk atau meninggalkan cairan
karena tekanan osmotic didalam dan diluar sel sama. Cairan isotonic akan menguntungkan
bila penggantian kehilangan cairan intravaskuler dibutuhkan. Dengan larutan hipertonik,
tekanan osmotic lebih besar di luar sel daripada di dalam, sehingga air ditarik ke luar sel
menyebabkan sel tersebut mengisut. Larutan- larutan ini bermanfaat bila diuresis atau
kalori tambahan diinginkan.
2.5.1. Larutan Isotonik
Larutan isotonic memiliki konsentrasi zat terlarut yang sama pada kedua sisi
membrane. Air berpindah keluar masuk sel, tetapi tidak ada resultan pergerakan air-
bentuk sel tetap. Larutan isotonik mempunyai komposisi yang sama dengan cairan
tubuh, dan mempunyai tekanan osmotik yang sama. Isotonis adalah suatu yang
larutan yang kita buat konsentrasinya sama besar dengan cairan dalam tubuh dalam
sel darah merah. Harus disamakan agar tidak terjadi pertukaran. Isoosmotik larutan
yg memiliki tek.osmosa yang sama dengan tek. Alat yang digunakan unutuk
mengetahui osmosa sel darah digunakan alat yang disebut osmometer.
2.5.2. Larutan Hipotonik
Larutan hipotonik, konsentrasi zat terlarut lebih rendah di luar sel daripada
di dalam sel. Air akan masuk ke sel secara osmosis, menyebabkan pembengkakan
sel dan sel pecah disebut hemolisis. Jika ada larutan hipotonis yang dicampur
dengan larutan yang lainnya maka akan terjadi perpindahan kompartemen larutan
dari yang hipotonis ke larutan yang lainnya sampai mencapai keseimbangan
konsentrasi. Contoh larutan hipotonis adalah setengah normal saline (1/2 NS)..
Turunnya titik beku kecil, yaitu tekanan osmosisnya lebih rendah dari serum darah,
sehingga menyebabkna air akan melintasi membrane sel darah merah yang

21
semipermeabel memperbesar volume sel darah merah dan menyebabkan
peningkatan tekanan dalam sel. Tekanan yang lebih besar menyebabkan pecahnya
sel – sel darah merah. Peristiwa demikian disebut hemolisa.
2.5.3. Larutan Hipertonik
Pada larutan hipertonik, konsentrasi zat terlarut lebih pekat di luar sel
daripada didalam sel, air akan berpindah keluar sel ke larutan secara osmosis dan
menyebabkan penciutan sel disebut krenasi. Jika larutan hipertonis ini dicampurkan
dengan larutan lainnya (atau dipisahkan dengan membran semipermeabel) maka
akan terjadi perpindahan cairan menuju larutan hipertonis sampai terjadi
keseimbangan konsentrasi larutan. Sebagai contoh, larutan dekstrosa 5% dalam
normal saline memiliki sifat hipertonis karena konsentrasi larutan tersebut lebih
tinggi dibandingkan konsentrasi larutan dalam darah pasien. Titik beku besar, yaitu
tekanan osmosenya lebih tinggi dari serum darah, sehingga menyebabkan air keluar
dari sel darah merah melintasi membran semipermeabel dan mengakibatkan
terjadinya penciutan sel – sel darah merah. Peristiwa demikian disebut plasmolisa.
Bahan pembantu mengatur tonisitas adalah : NaCl, Glukosa, Sukrosa, KNO3 dan
NaNO3.

22
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut). Cairan tubuh terbagi dalam dua kompartemen, yaitu cairan intraseluler dan cairan
ekstraseluler. Cairan intraseluler terdapat di dalam sel atau disebut juga sitosol. Cairan
ekstraseluler terbagi menjadi dua kompartemen besar, yaitu cairan intersisial dan plasma
yang merupakan bagian dari darah. Komposisi cairan intraseluler berbeda dengan cairan
ekstraseluler. Sementara komposisi plasma dan cairan intersisial hamper sama. Kation
terbanyak pada cairan intraseluler adalah kalium (K+), sedangkan pada plasma dan cairan
intersisial adalah natrium (Na+). Anion terbanyak pada cairan intraseluler adalah fosfat
(PO43-) dan anion protein, sedangkan pada plasma dan cairan intersisial adalah bikarbonat
(HCO3-) dan klorida (Cl-).
Derajat keasaman merupakan suatu sifat kimia yang penting dari darah dan cairan
tubuh lainnya. Satuan derajat keasaman adalah pH. Suatu asam kuat memiliki pH yang
sangat rendah (hampir 1,0); sedangkan suatu basa kuat memiliki pH yang sangat tinggi
(diatas 14,0). Darah memiliki pH antara 7,35-7,45. Keseimbangan asam-basa darah
dikendalikan secara seksama, karena perubahan pH yang sangat kecil pun dapat memberikan
efek yang serius terhadap beberapa organ.
Larutan non elektrolit merupakan za terlarut yang tidak terurai dan tidak bermuatan
listrik. Larutan non elektrolit yang terdapat dalam tubuh manusia diantaranya protein,
glukosa, dan karbondioksida. Larutan elektrolit merupakan larutan yang terurai dan
bermuatan listrik. Jika bermuatan positif, maka disebut kation. Jika bermuatan negative,
maka disebut anion. Larutan elektrolit dalam tubuh manusia terdapat dalam bentuk unsur
bebas.
Buffer (penyangga) adalah larutan kimia yang menahan perubahan pH jika terdapat
penambahan asam atau basa. Larutan buffer terdiri dari : larutan asam lemah dan garamnya,
seperti asam karbonat dan natrium bikarbonat atau larutan basa lemah dan garamnya, seperti
larutan ammonia dan ammonium klorida.

23
Larutan hipotonik memungkinkan cairan ditarik ke dalam sel untuk mengatasi
kekurangan cairan. Dengan larutan isotonic, air tidak masuk atau meninggalkan cairan
karena tekanan osmotic didalam dan diluar sel sama. Cairan isotonic akan menguntungkan
bila penggantian kehilangan cairan intravaskuler dibutuhkan. Dengan larutan hipertonik,
tekanan osmotic lebih besar di luar sel daripada di dalam, sehingga air ditarik ke luar sel
menyebabkan sel tersebut mengisut. Larutan- larutan ini bermanfaat bila diuresis atau kalori
tambahan diinginkan.

3.2. Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis sadari sepenuhnya masih terdapat banyak
kekeliruan dan kesalahan yang terdapat didalamnya. Olehnya itu, kritik dan saran dari
berbagai pihak yang sifatnya membangun sangat diharapkan dalam rangka perbaikan
makalah ini.

24
DAFTAR PUSTAKA

https://books.google.co.id/books?
id=Wqn7DwAAQBAJ&pg=PA176&dq=kompartemen+dan+komposisi+cairan+tubuh&hl=id&s
a=X&ved=2ahUKEwi-
sbObnb3tAhWk7nMBHS7hBeIQ6AEwAnoECAUQAg#v=onepage&q=kompartemen%20dan
%20komposisi%20cairan%20tubuh&f=false

https://books.google.co.id/books?
id=SfOL4XRVDhIC&pg=PA5&dq=teori+cairan+asam+basa&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiHj
4rF8r3tAhU6xDgGHSJSDWYQ6AEwBXoECAEQAg#v=onepage&q=teori%20cairan%20asam
%20basa&f=false

Yanti, Nova. (2019). BAHAN AJAR KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT.


Padang: Ners POLKESPAD.

Irawan, Anwari. (2005). Cairan Tubuh, Elektrolit, dan Mineral. Jakarta: PSSP-LAB

Kuntarti. KESEIMBANGAN CAIRAN, ELEKROLIT, ASAM DAN BASA. Depok: Universitas


Indonesia. Di akses dari
https://staff.ui.ac.id/system/files/users/kuntarti/publication/fluidbalance.pdf

Kusnanto. (2016). Modul Pembelajaran Kebutuhan Cairan Elektrolit. Surabaya: Fakultas


Keperawatan Universitas Airlangga

Mangku G, Senapathi TGA. (2010).Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. Dalam Buku Ajar Ilmu
Anestesia dan Reanimasi. Jakarta: Indeks

Jurnal, diakses dari https://perawattegal.wordpress.com/2009/08/29/keseimbangan-asam-basa/

25
Artikel, diakses dari https://thebestteam0014.blogspot.com/2016/09/keterampilan-dasar-dalam-
keperawatan.html

https://books.google.co.id/books?
id=AIDbNCmkNtgC&pg=PA48&dq=sistem+buffer+tubuh&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjmtN
TYs8LtAhUCfSsKHdCfBzkQ6AEwAHoECAIQAg#v=onepage&q=sistem%20buffer
%20tubuh&f=false

https://books.google.co.id/books?
id=AIDbNCmkNtgC&pg=PA31&dq=larutan+isotonik+hipotonik+dan+hipertonik+dalam+keper
awatan&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiE1PG-
wsLtAhUNfSsKHV8RAuUQ6AEwAnoECAIQAg#v=onepage&q=larutan%20isotonik
%20hipotonik%20dan%20hipertonik%20dalam%20keperawatan&f=false

https://books.google.co.id/books?
id=bhRB7IeC0JIC&pg=PA758&dq=larutan+isotonik+hipotonik+dan+hipertonik+dalam+kepera
watan&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiE1PG-
wsLtAhUNfSsKHV8RAuUQ6AEwA3oECAEQAg#v=onepage&q=larutan%20isotonik
%20hipotonik%20dan%20hipertonik%20dalam%20keperawatan&f=false

26

Anda mungkin juga menyukai