Oleh :
Dengan segala kerendahan hati, puji dan syukur penulis sampaikan atas kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmad dan karunia-Nya. Shalawat dan salam untuk Nabi
Muhammad SAW, sehingga penulis telah diberi kemudahan dalam menyusun makalah ini.
Adapun judul makalah ini adalah “KOMPARTEMEN DAN KOMPOSISI CAIRAN
TUBUH”. Makalah ini diajukan sebagai pemenuhan tugas pada mata kuliah Ilmu Dasar
Keperawatan 1.
Dalam penulisan makalah ini banyak hambatan dan rintangan yang penulis hadapi. Namun,
berkat dorongan semua pihak, makalah ini akhirnya dapat penulis selesaikan. Maka pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya
kepada Semua pihak yang ikut berpartisipasi dalam penulisan makalah ini.
Akhir kata penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Semoga makalah ini memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………...ii
DAFTAR ISI……………………………….………….…………………….…………………..iii
BAB I : PENDAHULUAN………………………….……………………...……………………1
1.1. Latar Belakang………………………………………………….
…………………….1
1.2. Rumusan Masalah……………………………………………………………….
……2
1.3. Tujuan…………………………………………………………………………….
…..2
1.4. Manfaat…………………………………………………………………………….
…2
1.4.1. Manfaat Teoritis……………………………………………………………....2
1.4.2. Manfaat Praktis……………………………………………………………..…
2
BAB II : PEMBAHASAN……………………………..…………………….………………..
….3
2.1. Teori Cairan, Asam, Dan Basa……………………………………..………………....5
2.1.1. Teori Asam Basa……………………………………………...
……………….5
2.1.2. Teori Cairan………………………………………………………...…………
9
2.2. Derajat Keasaman Larutan (pH)……………………………………………..………
11
2.3. Larutan Elektrolit Dan Non
Elektrolit……………………………………………….13
2.4. Sistem Buffer Tubuh…………………………………………………………..…….16
2.5. Larutan Isotonic, Hipotonik, Dan Hipertonik (T)………………………………..….18
2.5.1. Larutan Isotonik…………………………………………………………..…18
2.5.2. Larutan Hipotonik…………………………………………………………...18
3
2.5.3. Larutan Hipertonik…………………………………………………………..19
BAB III : PENUTUP……………………………..
……………………………………………..20
3.1. Kesimpulan………………………………………………………………………….20
3.2. Saran………………………………………………………………………………...21
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………...………22
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui teori cairan, asam dan basa
2. Untuk mengetahui derajat keasaman larutan (pH)
3. Untuk mengetahui larutan elektrolit dan non elektrolit
4. Untuk mengetahui sistem buffer dalam tubuh
5. Untuk mengetahui larutan isotonic, hipotonik, dan hipertonik (T)
5
1.4. Manfaat
1.4.1. Manfaat Teoritis
1. mengetahui teori cairan, asam dan basa
2. mengetahui derajat keasaman larutan (pH)
3. mengetahui larutan elektrolit dan non elektrolit
4. mengetahui sistem buffer tubuh
5. mengetahui larutan isotonic, hipotonik, dan hipertonik (T)
1.4.2. Manfaat Praktis
1. Bagi Penulis
Untuk memenuhi salah satu tugas sebagai Mahasiswa dalam mata pelajaran
IDK1 (Ilmu Dasar Keperawatan 1) serta menumbuh kembangkan wawasan
terkait dengan IDK1 (Ilmu Dasar Keperawatan 1)
2. Bagi Pembaca
Untuk mengetahui serta menambah wawasan tentang IDK1 (Ilmu Dasar
Keperawatan 1) terutama kompartemen dan komposisi cairan tubuh.
6.
6
BAB II
PEMBAHASAN
Cairan tubuh terbagi dalam dua kompartemen, yaitu cairan intraseluler dan cairan
ekstraseluler. Cairan intraseluler terdapat di dalam sel atau disebut juga sitosol. Cairan
ekstraseluler terbagi menjadi dua kompartemen besar, yaitu cairan intersisial dan plasma yang
merupakan bagian dari darah.
Pembagian kompartemen cairan tubuh dapat dilihat pada tabel berikut yaitu sebagai berikut :
VOLUME PERSENTASE PERSENTASE
KOMPARTEMEN
CAIRAN (L) CAIRAN TUBUH BERAT BADAN
Cairan tubuh total 42 100 60
Cairan intraseluler 28 67 40
Cairan ekstraseluler 14 33 20
Plasma 2,8 6,6 4
(20% dari cairan
ekstraseluler)
Cairan intersisial 11,2 26,4% 16
(80% dari cairan
ekstraseluler)
Limfe (cairan getah
Dapat diabaikan Dapat diabaikan Dapat diabaikan
bening)
Cairan transeluler Dapat diabaikan Dapat diabaikan Dapat diabaikan
7
2.1. Teori Cairan, Asam, Dan Basa
2.1.1. Teori Asam Basa
Berabad- abad yang lalu para ahli kimia telah mendefinisikan asam dan basa
dalam sifat- sifat larutan airnya. Mula- mula asam didefinisikan sebagai zat yang
dapat memerahkan lakmus biru, bereaksi dengan logam aktif untuk membentuk gas
hydrogen, dan dapat menetralkan basa. Basa didefinisikan sebagai zat yang larutan
airnya berasa pahit, dapat membirukan lakmus merah, terasa licin, dan dapat
menetralkan asam.
Pemberian nama asam berasal dari bahasa latin, yaitu acetum berarti cuka
yang zat utamanya adalah asam asetat, CH3COOH. Nama basa atau alkali berasal
dari bahasa Arab, yaitu abu. Pada masa itu juga sudah diketahui bahwa hasil reaksi
antara asam dan basa adalah garam. Reaksi itu dikenal dengan reaksi netralisasi.
A. Teori Asam Basa Arrhenius
1) Pengenalan sifat asam dan basa
Untuk mengetahui suatu senyawa termasuk asam atau basa tanpa
mencicipi, dapat dilakukan dengan menggunakan indicator kertas lakmus.
Dalam larutan asam, lakmus biru berubah menjadi merah, sedangkan
lakmus merah tetap merah. Dalam larutan basa, lakmus merah menjadi
biru, sedangkan lakmus biru tetap biru.
8
Jika ke dalam suatu larutan kita masukkan kertas lakmus merah atau
lakmus biru dan ternyata tidak terjadi perubahan warna kertas lakmus,
maka larutan tersebut bersifat netral. Yang termasuk larutan netral adalah
larutan nonelektrolit dan larutan garam dari asam kuat dan basa kuat.
Contoh larutan nonelektrolit adalah larutan gula, larutan urea, dan larutan
alkohol. Adapun contoh larutan garam yang berasal dari asam kuat dan
basa kuat adalah larutan NaCl, larutan BaSO4, dan larutan KNO3.
9
atas nilainya dalam air murni. Basa adalah suatu senyawa yang bila
-
dilarutkan dalam air akan meningkatkan konsentrasi ion hidroksida (OH ),
di atas nilainya dalam air murni. Dalam bahasa lebih sederhana, asam
adalah suatu senyawa yang jika dilarutkan ke dalam air akan memberikan
ion hydrogen (H+), sedangkan basa adalah senyawa yang jika dilarutkan ke
-
dalam air akan memberikan ion hidroksida (OH ).
10
Asam adalah spesi yang dapat memberi proton (donor proton),
Basa adalah spesi yang dapat menerima proton (akseptor proton).
Konsep asam basa Bronsted- Lowry memberikan pengertian tentang
asam basa yang didasarkan pada kemampuan memberi atau menerima proton.
Dalam pengertian lebih luas, reaksi antara asam dan basa merupakan reaksi
berdasarkan pemindahan proton. Keunggulan teori asam basa Bronsted- Lowry
dibandingkan dengan Arrhenius dapat kita ringkas sebagai berikut.
1) Teori Arrhenius hanya mencakup zat anorganik dan pelarut air saja. Teori
Bronsted- Lowry mencakup zat anorganik dan zat organik serta bukan
hanya pelarut air saja, melainkan pelarut lain, misalnya pelarut eter,
ammonia, dan asam asetat.
2) Teori Arrhenius hanya mencakup zat berupa molekul atau senyawa ion
saja. Teori Bronsted- Lowry mencakup molekul, senyawa ion, dan ion
(kation dan anion). Misalnya, CH3COONa bersifat basa, karena ion
-
CH3COO dalam air dapat menerima ion H+ dari air.
C. Teori asam basa Lewis
+
Menurut Bronsted- Lowry, asam adalah spesi pemberi ion H dan basa
+
adalah spesi penerima ion H . Sedangkan pada tahun 1932, seorang kimiawan
Amerika Serikat yang bernama G.N. Lewis mengemukakan teori asam basa
yang lebih luas, yaitu sebagai berikut.
Asam adalah spesi yang bertindak sebagai penerima pasangan elektron
(akseptor electron = elektrofil).
Basa adalah spesi yang bertindak sebagai pemberi pasangan electron (donor
electron = nukleofil).
Teori Lewis ini mencakup teori Arrhenius dan teori Bronsted- Lowry.
Akan tetapi, Lewis melangkah lebih jauh dengan menganggap reaksi asam basa
merupakan reaksi serah terima (transfer) pasangan electron. Menurut Lewis,
basa adalah spesi yang memiliki sepasang electron atau lebih yang bebas dan
dapat diberikan kepada zat lain sehingga terbentuk suatu ikatan kovalen
11
koordinasi. Disisi lain, asam adalah spesi yang dapat menerima pasangan
electron tersebut.
Teori Lewis sesuai dengan teori Bronsted- Lowry, karena proton dapat
dipandang sebagi suatu penerima pasanngan electron. Suatu zat yang dapat
menerima proton dapat dipandang sebagai suatu donor pasangan electron.
2.1.2. Teori Cairan
Kesimbangan cairan adalah keseimbangan antara asupan dan keluaran
cairan. Cairan merupakan komponen terbesar yang membentuk tubuh. Air terdapat
sampai sekitar 60 persen dari total berat badan laki-laki dewasa dan 50% pada
wanita dewasa. Pada neonatus dan anak-anak, presentase ini relatif lebih besar
dibandingkan orang dewasa.
Distribusi Cairan Tubuh yaitu cairan tubuh dibagi menjadi dua
kompartemen menurut anatomi dan fisiologisnya, yakni cairan intraseluler dan
cairan ekstraseluler. Dua pertiga bagian (67%) merupakan cairan tubuh yang berada
di dalam sel disebut dengan cairan intraseluler. Sepertiganya (33%) berada diluar
sel yakni cairan ekstraseluler. Cairan ekstraseluler dibagi menjadi 3 bagian lagi
yaitu cairan interstitial yang merupakan cairan limfatik yang menempati ruang antar
sel. Cairan interstitial menempati 80 persen dari cairan ekstraseluler atau 5 persen
dari total berat badan. Cairan intravaskuler atau plasma darah yang meliputi 20
persen cairan ekstraseluler atau 15 persen dari total berat badan. Selain itu, ada juga
cairan transelular yang termasuk cairan gastrointestinal (GI), cairan empedu, urin,
cairan serebrospinal, aqueous humour, cairan sendi, cairan pleura, cairan
peritoneum, dan cairan perikardial.
Keseimbangan cairan ditentukan oleh intake atau masukan cairan dan
pengeluaran cairan. Pemasukan cairan berasal dari minuman dan makanan.
Kebutuhan cairan setiap hari antara 1.800-2.500ml/hari. Sekitar 1.200 ml berasal
dari minuman dan 1.000 ml dari makanan. Sedangkan pengeluaran cairan melalui
ginjal dalam bentuk urin 1.200-1.500 ml/hari, feses 100 ml, paru-paru 300-500 ml
dan kulit 600-800 ml. Prinsip dasar keseimbangan cairan:
12
1. Air bergerak melintasi membran sel karena osmolaritas cairan interseluler
dan ekstraseluler tetapi hampir sama satu sama lain kecuali beberapa menit
setelah perubahan salah satu kompartemen.
2. Membran sel hampir sangat impermeabel terhadap banyak zat terlarut
karena jumlah osmol dalam cairan ekstraseluler atau intraseluler tetapi
konstan, kecuali jika zat terlarut ditambahkan atau dikurangi dari
kompartemen ekstraseluler. Dengan kondisi ini kita dapat menganalisis efek
berbagai kondisi cairan abnormal terhadap volume dan osmolaritas cairan
ekstraseluler dan osmolaritas cairan intraseluler.
Cairan tubuh dan elektrolit berpindah melalui difusi, osmosis, transportasi
aktif, atau filtrasi. Perpindahan tersebut tergantung pada permeabilitas membran sel
atau kemampuan membran untuk ditembus cairan dan elektrolit.
Difusi didefinisikan sebagai kecenderungan alami dari suatu substansi untuk
bergerak dari suatu area dengan konsentrasi yang lebih tinggi ke area dengan
konsentrasi yang lebih rendah. Difusi terjadi melalui perpindahan tidak teratur
(random) dari ion dan molekul. Suatu contoh difusi adalah pertukaran oksigen dan
karbondioksida antara kapiler dan alveoli. Osmosis adalah perpindahan pelarut
murni, seperti air, melalui membran semipermeabel yang berpindah dari larutan
yang memiliki konsentrasi solut rendah ke larutan yang memiliki konsentrasi solut
tinggi. Transport aktif memerlukan aktivitas metabolik dan pengeluaran energi
untuk menggerakkan berbagai materi guna menembus membran sel. Hal ini
memungkinkan sel menerima molekul yang lebih besar dari sel tersebut, selain itu
sel dapat menerima atau memindahkan molekul dari daerah berkonsentrasi tinggi.
Pada transport aktif, substansi dapat berpindah dari larutan dengan konsentrasi
rendah ke konsentrasi tinggi. Contoh transport aktif adalah pompa natrium dan
kalium. Natrium dipompa keluar dari sel dan kalium dipompa masuk ke dalam sel,
melawan gradien konsentrasi. Filtrasi merupakan suatu proses pemindahan air dari
substansi yang dapat larut secara bersamaan sebagai respon terhadap adanya
tekanan cairan. Proses ini berlangsung aktif di bantalan kapiler, tempat perbedaan
tekanan hidrostatik atau gradien yang menentukan perpindahan air, elektrolit, dan
13
substansi terlarut lain yang berada di antara cairan kapiler dan cairan interstisiel.
Perpindahan terjadi dari area dengan tekanan tinggi ke area dengan tekanan rendah.
14
akan dihasilkan lebih banyak bikarbonat dan lebih sedikit karbondioksida. Jika
lebih banyak basa yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih
banyak karbondioksida dan lebih sedikit bikarbonat.
3. Pembuangan karbondioksida. Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari
metabolisme oksigen dan terus menerus yang dihasilkan oleh sel. Darah membawa
karbondioksida ke paru-paru. Di paru-paru karbondioksida tersebut dikeluarkan
(dihembuskan). Pusat pernafasan di otak mengatur jumlah karbondioksida yang
dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan dan kedalaman pernafasan.
Jika pernafasan meningkat, kadar karbon dioksida darah menurun dan darah
menjadi lebih basa. Jika pernafasan menurun, kadar karbondioksida darah meningkat dan
darah menjadi lebih asam. Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka
pusat pernafasan dan paru-paru mampu mengatur pH darah menit demi menit. Nilai pH
dapat dilihat dari darah arterial dengan rentang normal 7,35-7,45. Harga normal hasil
pemeriksaan laboratorium analisis gas darah adalah sebagai berikut :
a) pH 7,35-7,45
b) pO2 80-100 mmHg
c) pCO2 35-45 mmHg
d) [HCO3-] 21-25 mmol/L
e) Base excess -2 s/d +2
Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian pH tersebut, dapat
menyebabkan salah satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu
asidosis atau alkalosis. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam keseimbangan asam basa
adalah :
1. Konsentrasi ion hidrogen [H+]
2. Konsentrasi ion bikarbonat [HCO3-]
3. pCO2
Berikut perbandingan peranan masing-masing faktor dalam diagnosis gangguan
asam basa :
1. Bila konsentrasi H+ meningkat, maka pH turun disebut asidosis
2. Bila konsentrasi H+ turun, maka pH naik disebut alkalosis
15
3. Bila HCO3- berubah secara signifikan dalam kondisi tersebut, disebut suatu
keadaan metabolik
4. Bila pCO2 berubah secara signifikan dalam kondisi tersebut, disebut suatu
keadaan respiratorik
Dari konsep tersebut, didapatkan empat kondisi, yaitu :
1. Asidosis metabolik
2. Asidosis respiratorik
3. Alkalosis metabolik
4. Alkalosis respiratorik
Asidosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung asam
(atau terlalu sedikit mengandung basa) dan sering menyebabkan menurunnya pH darah.
Alkalosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung basa (atau terlalu
sedikit mengandung asam) dan kadang menyebabkan meningkatnya pH darah.
Asidosis dan alkalosis bukan merupakan suatu penyakit tetapi lebih merupakan
suatu akibat dari sejumlah penyakit. Terjadinya asidosis dan alkalosis merupakan petunjuk
penting dari adanya masalah metabolisme yang serius. Asidosis dan alkalosis
dikelompokkan menjadi metabolik atau respiratorik, tergantung kepada penyebab
utamanya.
Asidosis metabolik dan alkalosis metabolik disebabkan oleh ketidakseimbangan
dalam pembentukan dan pembuangan asam atau basa oleh ginjal. Asidosis respiratorik atau
alkalosis respiratorik terutama disebabkan oleh penyakit paru-paru atau kelainan
pernafasan.
16
pH tubuh, terlibat dalam reaksi reduksi dan oksidasi didalam tubuh, terlibat dalam proses
metabolisme. Berikut adalah elektrolit-elektrolit yang terdapat dalam tubuh dalam jumlah
besar:
1. Natrium (Na+), Natrium merupakan kation utama dalam CES (Cairan Ekstra
Seluler). Natrium sangat penting dalam pengendalian volume tubuh total. Asupan
utama natrium adalah makanan. Keadaan dimana asupan natrium melebihi jumlah
pengeluarannya akan menghasilkan keadaan keseimbangan natrium positif.
Kelebihan retensi air dan natrium dapat mengakibatkan terjadinya berat badan dan
edema. Hal ini juga dapat menimbulkan penyakit seperti gagal jantung kongesif dan
penyakit ginjal. Sebaliknya, jika pengeluaran natrium melebihi jumlah asupannya,
maka akan menghasilkan keadaan keseimbangan natrium negatif. Keadaan ini
mengakibatkan terjadinya penurunan volume CES dan plasma dengan disertai
tekanan darah rendah dan sirkulasi yang tidak memadai. Pengaturan natrium dalam
tubuh terjadi terutama melalui ekskresi natrium oleh ginjal, bukannya melalui
asupan natrium. Ekskresi natrium oleh ginjal dipengaruhi oleh laju filtrasi
glomerulus (GFR) yang mengatur jumlah natrium yang difiltrasi dan Aldosteron
yang mengstimulasi readsorbsi ion natrium dari tubulus pengumpul, distal ginjal,
kelenjar keringat, kelenjar saliva, dan saluran gastrointestinal. Kendali pada sekresi
aldosteron memiliki beberapa komponen yaitu sistem rennin- angiotensinogen-
aldosteron dan kalium.
+
2. Kalium (K ) Kalium merupakan kation utama dalam CIS (Cairan Intra Seluler).
Kalium sangat penting dalam pengendalian volume sel, aktivitas listrik saraf dan
otot dan metabolism selular. Kalium di dalam CES akan mempengaruhi
keseimbangan asam- basa cairan tersebut. Pengaturan kalium dikendalikan oleh
aldostern, hormon insulin dan epinefrin.Muntah, diare, kelebihan asupan natrium,
penyakit ginjal, dan penggunaan obat diuretic untuk hipertensi dan edema dapat
menghasikan keadaan kekurangan kalium atau hipokalemia. Hipokalemia dapat
menyebabkan terjadinya suatu penyakit yaitu aritmia jantung. Sebaliknya ekskresi
ginjal yang inadekuat dapat mengakibatkan terjadinya kelebihan kalium atau
hiperkalemia. Hierkalemia dapat menyebabkan terjadinya fibrilasi jantung dan
membahayakan kehidupan.
17
-
3. Kalsium (Ca2+) dan Fosfat (HPO4 ) Kalsium merupakan elektrolit ekstraseluler.
Sebagian besar berada di dalam rangka, tempatnya berikatan dengan fosfat
membentuk Kristal hidroksiapatitmatriks. Fosfat merupakan anion utama dalam
CIS. Perubahan konsentrasi ion kalsium memiliki efek yang signifikan.
Sebaliknnya, perubahan konsentrasi ion fosfat memiliki efek yang tidak terlalu
signifikan, bahkan hampir tidak menghasilkan efek apa-apa. Pengaturan kosentrasi
kalsium dalm CES dan Plasma darah dipengaruhi oleh hormone paratiroid,
kalsitonin, vitamin D, dan modulator lain.
- -
4. Klorida (Cl ), Bikarbonat (HCO3 ) dan anion lainnya Klorida dan Bikarbonat
merupakan anion utama dalam CES. Pengaturannya bersamaan dengan pengaturan
natrium dan keseimbangan asam-basa tubuh.Anio lainnya seperti sulfat, nitrat,dan
laktat memiliki maksimum transport(TM). Jika maksimum transpornya terlewati,
maka ion berlebih akan diekskresi
5. Magnesium (Mg2+), Magnesium merupakan kation terbanyak kedua di dalam cairan
intrasel setelah kalium. Magnesium diperoleh secara normal dari asupan diet.
Magnesium tubuh, kira-kira 50-60% terletak dalam tulang dan kira-kira 1% terletak
di CES. Kira-kira seperempat sampai sepertiga dari magnesium plasma terikat pada
protein, sebagian kecil berikatan dengan substansi lain (kompleks), dan bagian
sisanya terionisasi atau bebas. Magnesium merupakan ion utama intrasel, ia
memainkan perana vital fungsi seluler normal. Secara khusus, magnesium berperan
dalam mengaktifkan enzim yang terlibat dalam metabolisme karbohidrat dan
protein, dan mencetuskan pompa kalium-natrium. Magnesium juga berperan dalam
transmisi aktivasi neuromuskular, transmisi dalam sistem saraf pusat dan fungsi
miokard.
Non-elektrolit tidak terurai dalam larutan dan tidak bermuatan listrik. Contohnya
yaitu protein, urea, glukosa, O2, CO2, dan asam organik. Di dalam cairan tubuh terdapat
beberapa partikel yang tidak termasuk ke dalam golongan elektrolit dan tidak bisa menjadi
partikel bermuatan listrik, tetapi partikel- partikel ini juga merupakan komponen yang
penting dalam tubuh dan memengaruhi pergerakan cairan di antara kompartemen.
Substansi seperti glokusa dan urea yang tidak berdisosiasi dalam larutan dan diukur
berdasarkan berat (miligram per 100 ml-mg/dl). Non-elektrolit lainnya yang secara klinis
18
penting mencakup kreatinin dan bilirubin. Partikel non elektrolit utama adalah glukosa
yang merupakan sumber utama metabolism sel. Jika konsentrasi glukosa dalam cairan
ekstrasel (CES) berlebihan, cairan intrasel CIS) akan berpindah ke CES dan menyebabkan
pembentukan urine yang banyak, sehingga tubuh akan mengalami kekurangan cairan.
19
bikarbonat menyangga 90% ion hydrogen dalam darah dan sangat penting karena
jumlah karbondioksida dan ion bikarbonat juga dapat diatur oleh paru dan ginjal.
Jumlah ion bikarbonat yang tersedia untuk buffer disebut juga cadangan alkali.
2) Sistem buffer fosfat, sistem ini serupa dengan sistem guffer bikarbonat. Garam
natrium dari dihidrogen fosfat dan monohidrogen fosfat masing- masing akan
berperan sebagai asam lemah dan basa lemah. Buffer fosfat terutama
mempertahankan pH fluida intraseluler dan tubulus ginjal, sehingga tidak akan
mempertahankan pH darah, namun merupakan buffer yang penting untuk urin.
3) Sistem buffer protein, protein merupakan rantai panjang asam- asam amino yang
bersatu. Asam amino mengandung gugus amino dasar (NH2) dan gugus asam
(COOH). Tiga bentuk asam amino yang ada tergantung dari pH. Buffer protein
merupakan sistem yang sangat kompleks dan akan mempertahankan pH fluida
intraseluler dan plasma. Protein hemoglobin memiliki dua fungsi khusus, yaitu
mentranspor oksigen ke jaringan dan juga menyangga ion hydrogen yang transit
dari sel ke paru.
4) Sistem buffer hemoglobin, karbondioksida berdifusi ke dalam eritrosit (sel darah
merah). Di dalam sel, karbondioksida akan dirubah menjadi asam karbonat oleh
enzim karbonat anhydrase. Asam karbonat akan berdisosiasi sebagian
menghasilkan ion hydrogen dan ion bikarbonat. Kemudian hemoglobin dan ion
hydrogen tersebut bergabung membentuk hemoglobin teredduksi. Reaksi ini terjadi
karena hemoglobin tereduksi merupakan asam yang lebih lemah dibandingkan
oksihemoglobin dan asam karbonat sehingga akan berikatan lebih kuat dengan
hydrogen. Sehingga ketika oksigen dilepaskan, ion hydrogen yang terbentuk dari
asupan karbondioksida akan terperangkap oleh hemoglobin, dan hal ini mencegah
perubahan pH. Saat ion bikarbonat terbentuk dalam eritrosit, ion bikarbonat ini
akan berdifusi keluar ke dalam plasma, menjadi bagian cadangan alkali dan
menyangga ion hydrogen. Pada saat ion bikarbonat berdifusi ke luar eritrosit, ion
klorida akan berdifusi masuk ke dalam. Hal ini terjadi untuk mempertahankan
muatan sel tetap netral atau seimbang, dan disebut juga reaksi pergeseran (shift)
klorida. Di alveoli paru terjadi kebalikan dari seluruh proses ini, karbondioksida
dan air akan dibuang melalui proses pernapasan.
20
5) Sistem buffer ammonia, ammonia terbentuk dalam sel tubulus ginjal dari
pemecahan asam amino. Ammonia akan berdifusi ke dalam tubulus ginjal,
menyangga ion hydrogen dalam filtrat ginjal dan membentuk ion ammonium. Ion
amoniuum diekskresi di urin dan mencegah urin menjadi terlalu asam.
21
semipermeabel memperbesar volume sel darah merah dan menyebabkan
peningkatan tekanan dalam sel. Tekanan yang lebih besar menyebabkan pecahnya
sel – sel darah merah. Peristiwa demikian disebut hemolisa.
2.5.3. Larutan Hipertonik
Pada larutan hipertonik, konsentrasi zat terlarut lebih pekat di luar sel
daripada didalam sel, air akan berpindah keluar sel ke larutan secara osmosis dan
menyebabkan penciutan sel disebut krenasi. Jika larutan hipertonis ini dicampurkan
dengan larutan lainnya (atau dipisahkan dengan membran semipermeabel) maka
akan terjadi perpindahan cairan menuju larutan hipertonis sampai terjadi
keseimbangan konsentrasi larutan. Sebagai contoh, larutan dekstrosa 5% dalam
normal saline memiliki sifat hipertonis karena konsentrasi larutan tersebut lebih
tinggi dibandingkan konsentrasi larutan dalam darah pasien. Titik beku besar, yaitu
tekanan osmosenya lebih tinggi dari serum darah, sehingga menyebabkan air keluar
dari sel darah merah melintasi membran semipermeabel dan mengakibatkan
terjadinya penciutan sel – sel darah merah. Peristiwa demikian disebut plasmolisa.
Bahan pembantu mengatur tonisitas adalah : NaCl, Glukosa, Sukrosa, KNO3 dan
NaNO3.
22
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut). Cairan tubuh terbagi dalam dua kompartemen, yaitu cairan intraseluler dan cairan
ekstraseluler. Cairan intraseluler terdapat di dalam sel atau disebut juga sitosol. Cairan
ekstraseluler terbagi menjadi dua kompartemen besar, yaitu cairan intersisial dan plasma
yang merupakan bagian dari darah. Komposisi cairan intraseluler berbeda dengan cairan
ekstraseluler. Sementara komposisi plasma dan cairan intersisial hamper sama. Kation
terbanyak pada cairan intraseluler adalah kalium (K+), sedangkan pada plasma dan cairan
intersisial adalah natrium (Na+). Anion terbanyak pada cairan intraseluler adalah fosfat
(PO43-) dan anion protein, sedangkan pada plasma dan cairan intersisial adalah bikarbonat
(HCO3-) dan klorida (Cl-).
Derajat keasaman merupakan suatu sifat kimia yang penting dari darah dan cairan
tubuh lainnya. Satuan derajat keasaman adalah pH. Suatu asam kuat memiliki pH yang
sangat rendah (hampir 1,0); sedangkan suatu basa kuat memiliki pH yang sangat tinggi
(diatas 14,0). Darah memiliki pH antara 7,35-7,45. Keseimbangan asam-basa darah
dikendalikan secara seksama, karena perubahan pH yang sangat kecil pun dapat memberikan
efek yang serius terhadap beberapa organ.
Larutan non elektrolit merupakan za terlarut yang tidak terurai dan tidak bermuatan
listrik. Larutan non elektrolit yang terdapat dalam tubuh manusia diantaranya protein,
glukosa, dan karbondioksida. Larutan elektrolit merupakan larutan yang terurai dan
bermuatan listrik. Jika bermuatan positif, maka disebut kation. Jika bermuatan negative,
maka disebut anion. Larutan elektrolit dalam tubuh manusia terdapat dalam bentuk unsur
bebas.
Buffer (penyangga) adalah larutan kimia yang menahan perubahan pH jika terdapat
penambahan asam atau basa. Larutan buffer terdiri dari : larutan asam lemah dan garamnya,
seperti asam karbonat dan natrium bikarbonat atau larutan basa lemah dan garamnya, seperti
larutan ammonia dan ammonium klorida.
23
Larutan hipotonik memungkinkan cairan ditarik ke dalam sel untuk mengatasi
kekurangan cairan. Dengan larutan isotonic, air tidak masuk atau meninggalkan cairan
karena tekanan osmotic didalam dan diluar sel sama. Cairan isotonic akan menguntungkan
bila penggantian kehilangan cairan intravaskuler dibutuhkan. Dengan larutan hipertonik,
tekanan osmotic lebih besar di luar sel daripada di dalam, sehingga air ditarik ke luar sel
menyebabkan sel tersebut mengisut. Larutan- larutan ini bermanfaat bila diuresis atau kalori
tambahan diinginkan.
3.2. Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis sadari sepenuhnya masih terdapat banyak
kekeliruan dan kesalahan yang terdapat didalamnya. Olehnya itu, kritik dan saran dari
berbagai pihak yang sifatnya membangun sangat diharapkan dalam rangka perbaikan
makalah ini.
24
DAFTAR PUSTAKA
https://books.google.co.id/books?
id=Wqn7DwAAQBAJ&pg=PA176&dq=kompartemen+dan+komposisi+cairan+tubuh&hl=id&s
a=X&ved=2ahUKEwi-
sbObnb3tAhWk7nMBHS7hBeIQ6AEwAnoECAUQAg#v=onepage&q=kompartemen%20dan
%20komposisi%20cairan%20tubuh&f=false
https://books.google.co.id/books?
id=SfOL4XRVDhIC&pg=PA5&dq=teori+cairan+asam+basa&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiHj
4rF8r3tAhU6xDgGHSJSDWYQ6AEwBXoECAEQAg#v=onepage&q=teori%20cairan%20asam
%20basa&f=false
Irawan, Anwari. (2005). Cairan Tubuh, Elektrolit, dan Mineral. Jakarta: PSSP-LAB
Mangku G, Senapathi TGA. (2010).Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. Dalam Buku Ajar Ilmu
Anestesia dan Reanimasi. Jakarta: Indeks
25
Artikel, diakses dari https://thebestteam0014.blogspot.com/2016/09/keterampilan-dasar-dalam-
keperawatan.html
https://books.google.co.id/books?
id=AIDbNCmkNtgC&pg=PA48&dq=sistem+buffer+tubuh&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjmtN
TYs8LtAhUCfSsKHdCfBzkQ6AEwAHoECAIQAg#v=onepage&q=sistem%20buffer
%20tubuh&f=false
https://books.google.co.id/books?
id=AIDbNCmkNtgC&pg=PA31&dq=larutan+isotonik+hipotonik+dan+hipertonik+dalam+keper
awatan&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiE1PG-
wsLtAhUNfSsKHV8RAuUQ6AEwAnoECAIQAg#v=onepage&q=larutan%20isotonik
%20hipotonik%20dan%20hipertonik%20dalam%20keperawatan&f=false
https://books.google.co.id/books?
id=bhRB7IeC0JIC&pg=PA758&dq=larutan+isotonik+hipotonik+dan+hipertonik+dalam+kepera
watan&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiE1PG-
wsLtAhUNfSsKHV8RAuUQ6AEwA3oECAEQAg#v=onepage&q=larutan%20isotonik
%20hipotonik%20dan%20hipertonik%20dalam%20keperawatan&f=false
26