Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH CARA BERIBADAH DI SAAT KONDISI SAKIT MENURUT AJARAN KRISTEN

NAMA : SYALLOM ANGELLENO HOLLYHE RIYADI

KELAS : 3B

NIM : 20.13.2.149.091

PRODI S1 KEPERAWATAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA TUBAN


KATA PENGANTAR

Shalom

Puji syukur kehadirat Tuhan Yesus juru selamat kita yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah mengenai CARA BERIBADAH DI
SAAT KONDISI SAKIT MENURUT AJARAN KRISTEN ini tepat pada waktunya.

Dalam penulisan makalah ini, penulis meyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
baik dari cara penulisan, maupun isinya. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan
saran-saran yang dapat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Tuban, 30 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................................................

KATA PENGANTAR............................................................................................................................

DAFTAR ISI........................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................................

Latar Belakang..........................................................................................................................................

Rumusan Masalah.....................................................................................................................................

Tujuan.......................................................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................................

A. Apa yang dimaksud Ibadah...................................................................................................................

B. Tujuan Ibadah.......................................................................................................................................

C. Cara Ibadah yang baik dan benar.........................................................................................................

E. Cara Ibadah di saat kondisi sakit...........................................................................................................

BAB III PENUTUP...............................................................................................................................

A. Kesimpulan...........................................................................................................................................

B. Saran.....................................................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kata beribadah sebenarnya lebih dekat dengan “mengabdi pada”. Kata tersebut menyangkut bukan
hanya upacara agama, melainkan seluruh hidup. Pada pokoknya kata Ibrani abad berarti bekerja
(lawan kata istirahat) atau melayani seseorang atasan atau tuan/nyonya. Dengan demikian kata
benda abodah dapat berarti ibadah atau pekerjaan seorang hamba/bawahan.

Dalam Perjanjian Lama, ada beberapa contoh ibadah pribadi (Kej 24:26; Kel 33:9) tapi tekanan yang
diberikan adalah pada ibadah jemaat (Maz 42:4; 1 Taw 29:20) dalam kemah pertemuan dan dalam
bait suci, tata cara ibadah bait suci adalah yang utama.

Pada zaman bapa leluhur secara keseluruhan yang ditekankan dalam ibadah bukanlah upacara-
upacara atau ritus-ritus yang mereka langsungkan, melainkan hubungan pribadi mereka dengan
Allah. Jadi yang menjadi intinya adalah unsur pertemuan, bukan tempat-tempat kramat di mana
mereka beribadah atau nama ilahi yang mereka pakai. Allah para bapa leluhur mendekati mereka
dalam suasana cinta kasih dari perjanjian, maka hubungan mereka dengan Allah bercirikan
keintiman.

Pada zaman bapa leluhur Allah-lah yang mendekati umat-Nya, bukan sebaliknya. Mezbah-mezbah
memang didirikan, tetapi dengan maksud untuk memperingati hubungan antara Allah dengan umat-
Nya, bukan sekadar tempat-tempat mereka dapat mendekati Allah. Di dalam setiap kasus yang
berkaitan dengan tempat-tempat mezbah itu, terdapat cerita-cerita lain tentang Allah menyatakan
diri-Nya kepada salah seorang bapa leluhur pada suatu saat yang penting tanpa diduga-duga sama
sekali. Salah satu contoh, Allah menyatakan diri-Nya kepada Abraham di Mamre ketika ia sedang
berputus asa karena belum memiliki anak yang akan menjadi ahli warisnya yang sesungguhnya.

Setelah zaman bapa leluhur berakhir, maka mulai diadakan kebaktian bersama (ibadah umum). Ada
banyak umat yang dapat mengikuti ibadah umum (Maz 93:5), doa-doa bersama, dan
memanfaatkannya untuk mengungkapkan kasih dan syukur mereka kepada Allah (Ul 11:13) dalam
tindakan ibadah rohani batiniah yang sungguh-sungguh.

Ketika umat Israel menetap di Kanaan, mereka diperhadapkan pada upacara yang tak terduga dan
dirasakan keji serta bertentangan dengan kehendak Tuhan. Orang Kanaan menggunakan ilmu gaib
dan sihir dalam menentukan waktu mana yang tepat untuk bertindak atau untuk membalas dendam
dan menjatuhkan lawannya, mereka memanggil arwah orang mati untuk mengetahui apa yang akan
terjadi dan mereka mendewakan leluhurnya. Mereka menggunakan pelacuran sakral (yang meniru
pernikahan sakral dewa dengan dewi dalam menjamin kesuburan). Mereka mengenal mite tentang
dewa yang pudar pada musim dingin dan bangkit lagi pada musim semi.

Israel mengenal Tuhan yang bertindak di medan sejarah, menyelamatkan, dan memberkati orang-
orang-Nya. Dia, dan bukan arwah-Nya yang harus ditanya apakah baik bertindak atau tidak (misalnya
dalam perang, tetapi juga dalam tindakan penting lainnya). Tuhan yang menentukan aturan hidup
melalui petunjuk yang diberikan-Nya dan disampaikan oleh para tua-tua dan nabi-nabi-Nya. Ia tidak
menghendaki umat-Nya dicabik oleh permusuhan gelap dan penindasan. Itulah sebabnya umat
Israel harus memilih apakah ia mau beribadah kepada Tuhan atau kepada dewa-dewi negeri.
Orang-orang Israel dicobai mengikuti ibadah atau cara beribadah orang Kanaan. Ketika kemarau
berkepanjangan, kepercayaan atau berkat Tuhan diuji dan jika tetangga mengadakan upacara untuk
mendatangkan hujan, orang Israel bertanya dalam hati apakah tidak sebaiknya ia ikut juga. Orang itu
tidak bermaksud meninggalkan Tuhan tetapi menambahkan berkat dari sumber lain. Sekalipun
pengetahuan kita sangat terbatas, namun jelas bahwa sebagian orang Israel menyembah Baal(1 raj
19:18) dan hubungan erat dengan pemujaan Baal menjadi perangkap, sehingga orang Israel tidak
lagi beribadah hanya kepada Tuhan. Menurut Kitab Hakim-hakim itulah yang menjadi penyebab
mereka berulangkali diserang oleh musuhnya. Elia menentang nabi-nabi Baal (1 Raj 18), Hizkia, raja
Yehuda, menjauhkan bukit pengurbanan, meremukkan tugu berhala dan mematahkan tiang berhala
serta menghancurkan ular tembaga ( 2 Raj 18:4) Yosia pun berusaha demikian dalam reformasinya.
Demikianlah umat belajar beribadah.

Ibadah umum yang sudah demikian berkembang dilaksanakan dalam bait suci, berbeda dengan
ibadah pada zaman yang lebih awal, ketika bapa leluhur percaya bahwa Tuhan dapat disembah di
manapun tempat yang Ia pilih untuk menyatakan diri-Nya. Ibadah merupakan realitas rohani, jelas
dari fakta bahwa ketika bait suci dibinasakan dan masyarakat Yahudi terbuang di Babel, ibadah tetap
merupakan kebutuhan, dan untuk memenuhinya diciptakanlah kebaktian Sinagoge yang terdiri dari
syema (mendengar, menperhatikan, memusatkan perhatian, memberi perhatian pada Tuhan dalam
penyembahan), doa-doa, pembacaan kitab suci, penjelasan kitab suci dan pengucapan berkat.

Dalam Sinagoge timbul suatu pola ibadah yang sungguh-sungguh rohani. Ibadah sinagoge pada
dasarnya adalah sarana untuk ibadah rohani, di mana orang-orang beriman bersama-sama
mencurahkan rohnya dihadapan Allah, dalam doa, bersama-sama memperhatikan dan menyelidiki
Firman Tuhan, bersama-sama menyelidiki tuntutan-tuntutan iman. Ibadah sinagoge tidak diarahkan
pada suatu ritus kurban yang dianggap berkasiat secara otomatis, melainkan yang ditekankan ialah
pengangkatan pemikiran manusia kepada Allah dan firman-Nya, dan persujudan manusia dihadapan
Allah dalam pujian dan doa. Manusia adalah ciptaan yang hina, diciptakan dari debu tanah sehingga
manusia berkewajiban untuk beribadah kepada sang pencipta.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ibadah dalam Perjanjian Lama adalah sarana
pertemuan antara Allah dengan umat-Nya, di mana inisiatif itu berasal dari Allah sendiri. Lewat
ibadah umat mengetahui maksud dan kehendak Allah dalam kehidupan mereka, ibadah dilakukan
sebagai bentuk ucapan syukur atas penyertaan dan berkat yang Allah berikan. Kehadiran ibadah
dalam relasi antara Allah dan umat-Nya ini, tidak bisa diabaikan. Karena tanpa ibadah, umat Israel
tidak akan mendapat kesempatan untuk merasakan berkat penyertaan Allah lewat kehadiran-Nya.

Ibadah Menurut Alkitab Perjanjian Baru

Dalam Perjanjian Baru kembali pula muncul ibadah di bait suci dan di sinagoge, Kristus mengambil
bagian dalam keduanya, tapi Ia selalu menekankan bahwa ibadah adalah sungguh-sungguh kasih
kepada Bapa sorgawi. Dalam Perjanjian Baru kata “Ibadah” berasal dari bahasa Yunani Latreia yang
artinya pekerja, upahan, pelayan, dan mengabdi. Ibadah adalah suatu pelayanan yang
dipersembahkan kepada Allah, tidak hanya dalam arti ibadah di bait suci, tetapi juga dalam arti
pelayanan kepada sesama (Luk 10:25; Mat 5:23; Yoh 4:20-24; Yak 1:27), namun ibadah Kristen tetap
seperti kebaktian sinagoge. Dalam ibadah sinagoge, pembacaan kitab suci adalah pusat dari ibadah.

Ibadah utama dalam jemaat mula-mula (Perjanjian Baru) adalah hari Tuhan (Kis 20:7), walaupun ada
acuan tentang kebaktian-kebaktian harian pada awalnya (Kis 2:46), tidak disebut mengenai
kebaktian-kebaktian untuk memperingati kebangkitan Tuhan Yesus, dan turunnya Roh Kudus pada
pentakosta. Ibadah agaknya diadakan di rumah orang-orang percaya, kesederhanaan merupakan ciri
khas pelayanan-pelayanan rumah tangga ini, sebagian besar acaranya terdiri dari puji-pujian (Ef 5:19;
Kol 3:16), doa, pembacaan kitab suci, dan penjelasan.

Perjamuan kasih diikuti perjamuan Tuhan (1 Kor 11:23-28) adalah juga mata acara penting yang
lasim dalam ibadah Kristen. Tetapi agaknya tekanan pada seluruh ibadah itu ialah pada Roh dan
kasih batiniah, serta kekhusukkan hati.

Kelompok orang beriman perdana memang tidak mempunyai tempat ibadah sendiri. Tetapi bukan
berarti bahwa kelompok itu menjadi kelompok liar dalam hidup rohani. Sebagai kelompok, mereka
membangun kelompok ibadah dalam rumah-rumah mereka (Kis 2:26, 5:24; 1 Kor 16:15,19). Pusat
ibadah mereka adalah pengenangan akan Yesus Kristus, dan dengan demikian mereka menghadirkan
kembali pengalaman masa lampau bersama Yesus. Maka ibadah mereka betul-betul menjadi
memorial (peringatan), bukan hanya mengenai masa lampau, melainkan juga mengenai apa yang
harus mereka usahakan kini, sebagai pengikut Yesus Kristus. Sebagai kelompok, mereka menerima
kitab suci sebagai pedoman dan inspirasi memahami karya Allah dalam Yesus Kristus yang menjadi
pusat perhatian mereka.

Jemaat Perjanjian Baru sebagai umat pilihan Allah, melayani Allah dengan ibadah mereka, di mana
mereka meyakini bahwa ibadah yang adalah persekutuan dengan Tuhan, terjadi karena Tuhan
sendiri yang dinyatakan lewat Yesus Kristus.

Pada zaman Perjanjian Baru ibadah di bait suci dan di sinagoge tetap diikuti. Yesus sendiri turut
ambil bagian dalam kedua rumah ibadah itu (Mar 1:21, 12:35-37). Ia tidak menolak ibadah
tradisional, tetapi Ia melawan hukum-hukum ritual selama hukum itu hanya diikuti secara formalitas.
Dalam ajaran-Nya, Ia selalu menekankan bahwa kasih kepada Allah adalah ibadah yang
sesungguhnya. Ia meletakkan hukum kasih di atas kebiasaan sabat dan kurban (Mat 5:23-24, 12:7-8;
Mar 7:1-13). Dengan demikian, ibadah yang sebenarnya adalah suatu pelayanan yang
dipersembahkan kepada Allah, tidak hanya dalam arti ibadah di bait suci, tetapi juga dalam arti
pelayanan kepada sesama, dan hidup setiap hari. Dengan tetap dipertahankannya ibadah oleh umat
Allah dalam Perjanjian Baru ini maka nyatalah penyataan yang merupakan representasi dari berkat
Allah.

Dari pandangan tentang ibadah dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, dilihat bahwa
ibadah merupakan sarana umat bertemu dengan Allah baik secara pribadi maupun kelompok. Dalam
ibadah itu manusia mencari tau kehendak Allah dalam hidupnya dan juga sarana manusia meminta
apa yang ia inginkan kepada sang pencipta.

Menurut Brownlee, ibadah merupakan suatu pekerjaan atau keikutsertaan kita dalam pekerjaan
Tuhan untuk mengubah dan menyelamatkan dunia demi kemuliaan Tuhan. Jadi Tuhan mengajak
manusia untuk menjadi rekan dalam pelayanan-Nya demi kehormatan dan kemuliaan nama-Nya.
Menurut Hoon yang dikutip oleh James White, ibadah merupakan penyataan diri Allah kepada
manusia melalui Yesus Kristus dan manusia menanggapinya melalui sikap dan tindakan dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan beribadah manusia dapat merefleksikan bahwa Allah benar-benar
sedang menyatakan diri kepada umat-Nya. Menurut George Florovsky yang di kutip oleh James
White, ibadah merupakan jawaban manusia terhadap panggilan ilahi melalui suatu persekutuan atas
tindakan Allah yang penuh kuasa yang berpuncak pada pendamaian dengan Kristus. Melalui ibadah
manusia mengaminkan bahwa sebagai umat yang berdosa membutuhkan kelepasan. Menurut Nikos
A. Nissiotis yang di kutip oleh James White, ibadah merupakan pendamaian Allah dalam Kristus
melalui Roh-Nya dengan manusia sehingga manusia yang sudah jatuh dalam dosa mau berbalik
kepada Tuhan. Jadi, bukan manusia yang berinisiatif untuk datang kepada Allah tetapi Allah-lah yang
bekerja melalui Roh-Nya. Menurut Abineno, ibadah merupakan persekutuan yang dilakukan oleh
orang-orang percaya. Mereka berkumpul dan dipanggil bukan untuk mempersembahkan korban
tetapi untuk memberitakan injil lewat perkataan dan perbuatan baik terhadap Tuhan maupun
terhadap sesama manusia karena baginya yesus telah dikorbankan dan itu hanya sekali saja bagi
semua orang.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa ibadah merupakan suatu persekutuan yang dilakukan
oleh manusia untuk datang memuji dan mempermuliakan nama Tuhan serta mendengarkan fiman-
Nya. Sehingga lewat ibadah, manusia menyapa Allah dengan sungguh-sungguh agar dalam
kehidupan manusia merasa bahagia karena Allah telah menyatakan diri-Nya kepada umat-Nya
melalui ibadah. walaupunAllah jauh dari pandangan manusia akan tetapi melalui ibadah, secara
tidak langsung manusia telah bertemu Tuhan. Ibadah juga merupakan sarana Allah menyertakan
berkat dan penyertaannya. Tetapi karena sifat manusia yang selalu tidak merasa cukup sehingga
mencari jalan keluar lain, dengan menyembah tidak hanya Allah. Manusia terjebak dalam
sinkretisme yang membuat mereka tidak hanya percaya kepada Allah saja, tetapi juga mencari hal
lain yang bisa menjawab dan memenuhi kebutuhan hidup. Penyertaan Allah kepada bangsa Israel
sepanjang perjalanan dari Mesir menuju Kanaan merupakan bentuk nyata berkat dari-Nya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar bekalang di atas, maka rumusan masalah yang dapat di ambil adalah sebagai
berikut :

1. Apakah yang dimaksud dengan Ibadah?


2. Tujuan Ibadah?
3. Bagaiaman cara Ibadah yang baik dan benar?
4. Bagaimana cara Ibadah jika dalam kondisi sakit?

C. Tujuan Penulisan

Penulisan makalah ini bertujuan agar dapat menjelaskan :

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud Ibadah


2. Untuk mengetahui maksdu dari tujuan Ibadah
3. Untuk mengerti cara ibadah yang baik dan benar
4. Untuk mengerti cara Ibadah jika dalam kondisi sakit

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ibadah

Pengertian Ibadah Secara Kristiani. Banyak orang yang menganggap bahwa ibadah berarti hanya
pergi ke Gereja saja dan banyak diantara mereka juga menganggap bahwa bila telah pergi ke Gereja
pada hari minggu maka sudah mereka telah melakukan ibadah. Tetapi bicara mengenap ibadah, apa
sesungguhnya pengertian dari ibadah ?

Ibadah adalah suatu ungkapan rasa takut dan hormat serta syukur, pujian , dan sukacita pada Tuhan
sang Maha Esa karena Dia telah mengasihi , memelihara , dan menyelamatkan kita. Dari adanya
ibadah itu kita dapat berjumpa dengan Allah , mengenal apa kehendakNya dan mendekatkan diri
kita kepadaNya.
Manusia itu terbatas , manusia juga berdosa. Kita harus mengakui hal itu. Dan Allah sang pencipta
serta Maha Kuasa itu adalah penyelamat . Oleh karena itu kita bergantung sepenuhnya pada Allah
dalam ketaatan dan penyertaan diri kepadaNya. Hendaknya kita juga patut merendahkan diri dan
bersyukur atas apa yang telah kita miliki saat ini. Semua yang kita miliki dan apapun yang ada pada
kita adalah merupakan pemberianNya.

Dalam perwujudan ibadah dapat dilakukan dengan berbagai macam cara misalnya seperti kebaktian
baik sekolah minggu maupun dewasa, lalu doa , retret , perayaan paskah dan natal serta peryaan
gerejawi yang lainnya. Ibadah dapat di lakukan di mana saja dengan satu tujuan kita ingin
mengucapkan syukur dan lebih mendekatkan diri pada Allah.

Dalam sebuah ibadah umumnya kita menggunakan susunan acara atau yang biasa disebut dengan
liturgi. Dalam sebuah liturgi ada pembacaan Alkitab , Doa Bersama , Bernyanyi Bersama ,
Persembahan , Pemberitaan Firman. Setiap Gereja memiliki tata cara ibadah sendiri-sendiri maka
dari itu liturgi setiap Gereja pun berbeda-beda.

Selain berkumpul bersama-sama untuk beribadah, ada pula beribadah seorang diri yang di lakukan
oleh satu orang saja tau mungkin satu kelompok kecil. Dalam ibadah yang demikian bersifat teduh
bersaa Tuhan dan berdoa , bernyanyi serta merenungkan firman Tuhan. sebagai umat Kristiani
bentuk ibadah juga perlu di wujudkan dalam perilaku yang baik sehari-hari seperti bagaimana Anda
dalam bertutur kata , bersikap , belajar berteman , bermain , berpakaian , dan lain sebagainya.

Rasul Paulus berkata dalam Roma 12 : 1 -2 bahwa ibadah yang sesungguhnya adalah ketika kita
menjadikan seluruh kehidupan kita bermnafaat bagi sesama demi kemuliaan Allah.

Ibadah dapat di lakukan di mana saja , kapan saja dan dengan siapa saja. Kita percaya bahwa Roh
Kudus memampukan kita untuk melaksanakan ibadah.

B. Tujuan Ibadah

Apa tujuan kita beribadah? Kita datang ke gereja setiap Minggu, hadir di ibadah tengah minggu,
belum lagi ibadah-ibadah khusus seperti ibadah khusus wanita interdenominasi, ibadah khusus pria,
ibadah KKR pemulihan ekonomi, dan begitu banyak lagi ibadah, ditambah dengan berbagai jenis
ibadah doa; doa puasa, doa semalaman mungkin, dan banyak lainnya..

Jangan terjebak dengan rutinitas, karena Tuhan yang kita sembah bukan Tuhan yang senang dengan
ritual, bukan Tuhan yang butuh rutinitas agamawi atau liturgi, tapi Tuhan yang senang melihat
pertumbuhan dalam setiap hidup anak-anaknya. Bukan ibadah “ini dan itu” yang Dia cari tapi
pertumbuhan kerohanian, pertumbuhan iman, pertumbuhan pengetahuan akan Firman di dalam
setiap ibadah kita, yang akan membawa kita hari demi hari semakin mengenal-Nya dan bertumbuh
semakin serupa dengan-Nya.

Hari-hari ini ironi yang terbesar di dalam ibadah adalah melupakan esensi ibadah itu sendiri. Ibadah
yang seharusnya merupakan persembahan hidup kita buat Tuhan, dirubah sedemikian rupa menjadi
mencari keuntungan organisasi. Sadar atau tidak sadar, di banyak gereja besar jemaat digiring untuk
hanya menjadi audiens, menjadi penonton yang setia hadir untuk menikmati pertunjukan rohani.

Banyak kali gereja karena tuntutan zaman terus berusaha membuat program demi program agar
setiap hari di dalam gereja sebisa mungkin ada event atau acara agar gedung gereja yang sudah
disewa atau dibangun dengan mahal bisa menjadi maksimal dalam penggunaannya. Ini seolah
menjadi seperti jerat yang mengikat.
Gereja terobsesi membangun gedung-gedung besar nan megah sebagai bukti “perkenanan Tuhan”
dengan biaya yang luar biasa besar, kemudian setelah mati-matian membangun gereja besar atau
MEGA CHURCH, mereka terpaksa harus memaksimalkan gedung itu untuk berbagai kegiatan, karena
berkorelasi dengan pemasukan. Itu harus, karena gedung besar butuh banyak biaya perawatan, dan
event besar berhubungan dengan income gereja.

Kemudian gereja harus memutar otak bagaimana membuat event yang menarik yang mampu
mendatangkan jemaat, dan mulailah konsep dunia dibawa masuk ke dalam gereja selama itu bisa
mendatangkan jemaat dalam jumlah besar dan dianggap sukses memutar roda bisnis.

Ini fenomena riil yang ada di sekitar kekristenan kita saat ini. Tujuan persekutuan dan ibadah yang
semula mulai menjadi bias. Karena jemaat hanya disuguhi kesaksian pengalaman, nyanyian yang
merdu dari artis papan atas, tapi tak ada lagi yang peduli dengan pertumbuhan iman dan
pengetahuan akan kebenarannya, malah menjadi lahan yang subur buat berkembangnya teologi
kemakmuran yang menyesatkan. Tak ada lagi yang membimbing mereka kepada pengetahuan yang
benar akan Kristus. Tak ada lagi yang memberitakan Injil yang murni, padahal Injil itu adalah
“kekuatan Allah”.

Dimanakah posisi kita? Masihkah kita haus akan hiburan atau entertainment rohani? Terkadang
malah dagelan rohani karena apa yang dikonsumsi jemaat itu hanyalah “junk food” yang akan
menyebabkan sakit rohani. Hanya ibadah yang sejati yang akan membawa kita ke Langit Baru dan
Bumi Baru, bukan kesaksian orang lain, bukan penampilan artis, bukan pengalaman mujizat atau
pernah naik turun Surga atau Neraka.

Hanya ibadah sejati didasari iman yang murni yang terus bertumbuh di dalam pengetahuan yang
benarlah yang akan membuat kita mengenal dan dikenal Tuhan. Kembalilah kepada ibadah yang
sejati, dimana imanmu bertumbuh di dalam pengenalan akan Tuhan melalui kebenaran Injil.

C. Cara Ibadah Yang Baik dan Benar

Cara beribadah agama Kristen kita sebagai orang Kristen, akan menjadi tidak berguna dan sia-sia
belaka tanpa ibadah seperti orang yang selalu mengenakan simbol Kekristenan akan tetapi
perkataan, hati dan juga tingkah laku sangat jauh dari kasih.

Cara Beribadah Kristen Sebelum dan Saat di gereja

Cara beribadah agama Kristen apabila kita jauh dengan Tuhan, maka perbuatan, sikap dan juga
perkataan akan semakin memperlihatkan penyimpangan yang akan semakin menjauh dari jalan
kebenaran. Oleh karena itu sebagai orang Kristen, mulailah untuk cara berdoa yang benar selalu
memusatkan pikiran kita pada Allah semata dengan cara berdoa, mendengarkan firman Tuhan,
melantunkan pujian dan tentunya beribadah.

- Pusatkan Pikiran Pada Tuhan

II Korintus 10:5b “Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus”.

Rasul Paulus telah memberikan pengajaran pada kita semua agar selalu menjaga pikiran dengan cara
menaklukannya di bawah kaki Tuhan kita Yesus Kristus. Ini mengartikan kita harus memusatkan
segala pikiran kita pada Tuhan di semua kesempatan yang berguna untuk menahan, menangkal dan
juga menekan semua pikiran buruk.

Pusatkan pikiran kita pada Tuhan pada segala situasi dan ini akan menjadi dasar dari hari yang
bersih. Kita akan jauh dari segala hal berbau duniawi yang menyesatkan seperti amarah, rasa
dendam, hawa nafsu, kekerasan dan juga berbagai pikiran buruk lainnya hanya dengan selalu fokus
pada Tuhan.

- Berbuat Baik Pada Sesama

Cara beribadah agama Kristen bisa dilakukan dengan berbuat baik untuk sesama kita merupakan
sebuah penghiburan di dalam hidup manusia dan apabila kita bisa berbuat baik pada sesama yang
didasari dengan kasih Tuhan kita Yesus Kristus, maka kita akan merasakan kepuasan tersendiri di
dalam hati kita dan akan diakhiri dengan perasaan penuh bahagia. Namun berbuat baik kepada
sesama sudah jarang sekali kita lihat karena adanya banyak Pandangan Iman Kristen Terhadap Gaya
Hidup Modern

Kasihilah sesama kita sebagai salah satu cara kita beribadah yang bisa dimulai dengan hal kecil
seperti ramah pada siapapun dan juga berbuat kebaikan dengan perasaan tulus sehingga akan
memperoleh berkat yang tidak ternilai.

- Beribadah Dengan Berpikir Positif

Hidup kita memang selalu akan dipenuhi dengan gejolak dari orang yang kita kenal atau orang yang
tidak kita kenal sekalipun. Saat kita tidak mengalami masalah apapun, maka kepribadian kita juga
tidak akan berkembang. Masalah yang terjadi pada hidup kita akan sangat berguna untuk melatih
pengendalian kita sebagai manusia.

Ada jalan keluar untuk setiap masalah yang hanya bisa kita lakukan dengan kesabaran, ketelitian dan
juga kepasrahan kita pada Tuhan. Hidup kita juga akan selalu berhubungan dengan orang lain dan
beranikan diri anda untuk mulai mengambil resiko dalam bersosialisasi sehingga bisa belajar dari
rasa sakit serta ikhlas dengan terus tersenyum.

Selalu bersyukur atas semua yang terjadi pada kehidupan kita merupakan salah satu cara kita untuk
beribadah dan jauhkan sikap bersungut-sungut.

- Tenang Dalam Bersikap

Tenang dalam bersikap juga merupakan salah satu cara kita dalam beribadah. Kita harus selalu
berusaha untuk tetap ada di jalan kebenaran dan jangan biarkan hidup kita dibudaki oleh rasa
bersalah akan tetapi segera bertobat dan berjanji untuk tidak mengulangi dosa tersebut.

Biasakan untuk bersikap tenang dengan tidak tergesa-gesa sehingga pikiran akan selalu aktif saat
melakukan kegiatan sehari-hari. Jangan biarkan sifat terburu-buru yang anda miliki sehingga bisa
dijauhi dari kesalahan yang sama.

- Bersikap Wajar Pada Semua Situasi

Jauhkan sikap yang terlalu berlebihan dalam suka atau duka dan terus bersikap wajar. Sebab sikap
yang selalu berlebihan akan mengartikan sebuah kesombongan yang akan sangat mengganggu orang
lain.

- Siapkan Semua Sebelum Datang ke Gereja

Awali dengan damai dan penuh rasa sukacita disaat kita akan memasuki gereja seperti Alkitab,
kolekte, kidung jemaat, pakaian dan beberapa hal yang harus dipersiapkan sebelum memasuki
gereja sehingga pada saat terakhir sebelum pergi ke gereja, kita tidak panik mencari sesuatu sampai
marah dan emosi pada keluarga anda.
- Gunakan Waktu Tenang

Sebelum ke gereja, gunakan sedikit waktu anda untuk tenang dan tidak sibuk melakukan sesuatu hal.
Pakai waktu tenang ini untuk merenung dan juga mengucap syukur untuk semua kemurahan hati
yang Tuhan berikan pada hari itu. Kemudian, ingatlah juga semua kesalahan yang sudah anda
perbuat dalam waktu 1 minggu ke belakang dan panjatkan rasa menyesal serta mohon ampun untuk
segala dosa dan juga membuat komitmen untuk berubah.

- Bersikap Ramah

Cara paling mudah dan sederhana untuk memperlihatkan kasih Tuhan pada dunia adalah dengan
bersikap ramah pada siapapun yang kita temui. Sikap yang ramah juga merupakan sebuah tingkatan
kecerdasan yang lebih meningkat. Perbuatan ramah yang kita lakukan pada sesama juga merupakan
ujian iman yang akan lebih mendekatkan diri kita pada Tuhan khususnya saat kita bisa bersikap
ramah dengan orang yang membenci kita, maka tingkat emosional kita sudah berada diatas manusia
pada umumnya.

- Nikmati Situasi dan Bersyukur

Sesudah menunjukkan sikap ramah pada sesama, ada baiknya kita duduk sebentar sambil menikmati
situasi tenang, irama serta keriuhan yang ada dan ucapkan rasa terima kasih pada Allah di dalam hati
sebab sudah sampai di gereja dalam keadaan selamat. Tundukkan kepala dan berdoa untuk mohon
anugrah ketenangan hati pada Tuhan dan juga semangat dalam mengikuti kebaktian di gereja.

- Ikuti Semua Ibadah Dengan Baik

Ikuti setiap acara di gereja dengan penuh hikmat dan jaga pikiran serta pandangan kita sehingga
tidak mudah lemah atau terganggu orang lain. Ikuti semua perkataan dalam ibadah dengan sangat
baik dan jangan sampai ada yang terlewat sedikit pun.

- Konsentrasi Pada Ibadah

Saat sampai di gereja, kurangi pandangan melihat orang lain atau sesuatu dan lebih memusatkan
telinga, penglihatan serta hati pada suara yang pelayan Tuhan sampaikan di altar. Arahkan
pandangan pada satu titik dan jangan berpaling ke kiri atau kanan anda. Mulailah melatih
konsentrasi agar tidak terusik dengan gangguan yang mungkin saja terjadi di dalam gereja.

- Jangan Bersikap Sombong

Sikap sombong memang selalu hadir di hati manusia, berusahalah untuk mengabaikan sikap tersebut
dan lebih merendahkan hati untuk orang lain supaya kita bisa menikmati proses ibadah dengan lebih
hikmat. Jangan selalu menuntut kesempurnaan, sebab bukan orang suci yang hadir di gereja
melainkan orang berdosa dan kehilangan kemuliaan dari Tuhan seperti kita.

Jangan membawa sifat menghakimi di dalam gereja dan jauhkan sikap menilai orang lain tersebut
mengenai tampilan mereka atau perilaku mereka sebab kita tidak datang ke gereja untuk
menghakimi melainkan menjadi pendengar yang baik.
- Hubungkan Hati Pada Pembicara

Buatlah hati kita selalu terbuka dan di saat ada sesuatu hal yang berhubungan dengan apa yang anda
yakini, maka katakan Amen, Halleluya, Maafkan saya Tuhan, itu saya dan mohon Tuhan agar bisa
mengubahnya, bentuklah saya menurut kehendak-Mu dan lain sebagainya.

- Ambil Makna Positif Ibadah

Pada setiap akhir ibadah terdapat doa syafaat dan pakai ini untuk membawa seluruh isi dari ibadah
yang sudah anda dengar supaya Tuhan bisa memberikan kesanggupan, kekuatan, kesabaran dan
juga ketekunan untuk menjalani segala sesuatu saat pulang gereja. Pulanglah dengan membawa
damai sukacita di dalam hati dan bernyanyilah dalam hati sehingga pikiran akan selalu positif.

- Berkati Orang Lain

Sesudah anda diberkati, maka sekarang waktunya anda untuk menjadi berkat bagi seluruh orang
yang ada di sekeliling anda seperti contohnya bersikap ramah, berbagi pengetahuan yang anda
miliki, berbagi pengalaman pribadi anda, saling memberi, mengampuni dan masih banyak lagi yang
lainnya.

Saat beribadah di dalam gereja, tidak berarti kita ada di sekeliling orang suci dan terbebas dari dosa
melainkan karena kita dipenuhi dengan noda dosa yang membuat kita harus beribadah di gereja.
Rendahkanlah hati sehingga siap untuk menerima berkat yang berasal dari puji-pujian serta firman
Tuhan yang disampaikan para pelayan Tuhan.

D. Cara Ibadah Jika Dalam Kondisi Sakit

Pada dasarnya orang kristen melaksanakan kebaktian ibadah minggu di gereja. Tetapi lantaran
sesuatu hal, misalnya karena ada wabah virus yang mematikan, maka hal terbaik yang harus
dilakukan adalah beribadah di rumah.

Agama kristen itu fleksibel. Beribadah bukan hanya di gereja. Misalnya pada suatu hari minggu anda
dan keluarga tidak bisa mengikuti kebaktian/ibadah di gereja karena sesuatu hal, anda tentu dapat
menggantinya dengan beribadah/kebaktian dari rumah.

Lantas, bagaimana cara ibadah di rumah yang baik dan benar. Berikut ini adalah cara beribadah
dirumah pengganti ibadah di gereja.

1. Minta Tata Ibadah

Sebagai petunjuk jalannya ibadah, anda dapat meminta Tata Ibadah dari gereja Anda. Jika anda
masuk kedalam grup WhatsApp gereja atau Grup WhatsApp Wijk biasanya akan tata ibadahnya
dibagikan di grup, sehingga para jemaatnya bisa mendapatkannya.

2. Tentukan Jam ibadah

Setelah anda sudah menerima tata ibadah dari gereja, langkah selanjutnya adalah tentukan jam
berapa dilakukan ibadah dirumah anda. Anda dapat memilih pagi, siang, sore atau malam hari.

3. Siapkan Alkitab dan Buku lagu

Jika anda adalah jemaat HKBP, silahkan siapkan Bibel + Buku Ende, Alkitab dan Kidung Jemaat.
Alkitab dan Buku Lagu nantinya akan digunakan untuk mengikuti ibadah, seperti membaca firman
dan menyanyikan lagu. Beberapa gereja di dalam tata ibadah, sudah tersedia liturgi, bacaan firman
dan lagunya.
4. Siapkan Kotak Persembahan

Sediakan juga kotak pelean (persembahan) sebagai tempat mengumpulkan persembahan.


Persembahan ini nantinya akan di kasih ke gereja. Bisa melalui Sintua atau langsung ke gereja.

5. Tentukan siapa petugas

Sebelum memulai ibadah di rumah, tentukan siapa yang membawakan ibadah, siapa nanti yang
membacakan firman dan siapa nanti yang akan memimpin doa.

Itulah beberapa cara yang harus dipersiapkan Ibadah di Rumah. Dengan ibadah di rumah, anda tetap
bisa memuji dan mengucap syukur kepada Tuhan.

Pertanyaannya adalah bagaimana jika anda tidak mendapatkan tata ibadah. Tanpa tata ibadah dari
gereja tempat anda terdaftar, anda juga bisa tetap beribadah dirumah dengan menyiapkan lagu
secara acak dan menyiapkan bacaan firman secara acak juga.

Bagaimana jika hanya seorang diri di kost? Bisakah saya beribadah di rumah? Ya, anda tetap bisa
beribadah di rumah dengan mengikuti tata acara dari gereja. Sesuaikan saja, tidak perlu semuanya
urutan/agenda yang di tata ibadah itu diikuti. Sesuaikan saja dengan seperlunya. Namun bacaan
firmannya tetap harus dibacakan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebagai umat Kristiani tujuan ibadah kita adalah untuk memuliakan nama Allah, ibadah yang
perpusat pada Allah seharusnya adalah dimana Allah dimuliakan, tanpa mengabaikan faktor
manusianya. Tujuan ibadah bukan sekedar menerima berkat dari Allah, tetapi juga memberikan
persembahan kepada Allah. Tujuan ibadah juga memberikan persembahan kepada Allah. Hal
penting dalam ibadah bangsa israel adalah pemberian. Kali Allah berbicara tentang hari raya wajib
yang harus diadakan oleh umat PerjanjianNya, dan dalam ketiganya Allah memerintahkan supaya
“jangan orang menghadap hadirat Tuhan dengan tangan hampa” (Kel. 23:15, 34:20, dan Ul. 16:16).
Tidak ada penyembah yang boleh menghampiri Allah dengan tangan kosong karena penyembahan
dalam perjanjian Lama melibatkan pengorbanan, persembahan dan sajian, serta semuanya harus
dibawah sendiri oleh mereka.

B. Saran

Penulis tentunya masih menyadari jika makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat berharap kritik dan saran tentang pembahasan
makalah ini.

Anda mungkin juga menyukai