BAB II
PEMBAHASAN
A. Komponen Sistem Saraf
Unit dasar sistem saraf adalah suatu sel khusus yang dinamakan neuron.Penting untuk
mengenali neuron karena neuron tidak diragukan lagi dalam menyimpan rahasia bagaimana
otak bekerja. Kita juga mengetahui peran neuron dalam transmisi impuls saraf,dan kita tahu
bagaimana beberapa sirkuit neural bekerja;tetapi kita baru mulai mengungkapkan fungsi yang
lebih kompleks dalam memori,emosi dan proses berpikir.1
Neuron dan Saraf
Walaupun neuron memiliki perbedaan yang sangat jelas dalam ukuran dan
penampilannya,mereka memiliki karakteristik tertentu. penonjolan dari badan sel adalah
sejumlah cabang-cabang pendek yang dinamakan dendrit (dari bahasa Yunani dendron,yang
berarti pohon). Dendrit dan badan sel menerima impuls saraf dari neuron didekatnya. Pesan
tersebut ditransmisikan ke neuron lain(atau ke otot kelenjar ) oleh tonjolan lain yang ramping
seperti tabung yang dinamakan akson. Pada ujungnya, akson bercabang-cabang menjadi
sejumlah kolateral yang berakhir dalam suatu tonjolan kecil yang dinamakan terminal
sinaptik.Akson dari sejumlah besar neuron sebanyak 1000 bersinapsis pada dendrit dan badan
sel satu neuron.
Terdapat tiga jenis neuron.Neuron sensorik mengirimkan impuls yang diterima oleh
reseptor ke sistem saraf pusat.Reseptor adalah sel khusus di organ indera, kulit dan sendi
yang mendeteksi perubahan fisik atau kimiawi dan menstranslasikan peristiwa itu menjadi
impuls yang berjalan sepanjang neuron sensorik.Neuron motorik membawa sinyal yang
keluar dari otak atau medula spinalis ke organ efektor, yaitu otot dan kelenjar. Interneuron
menerima sinyal dari neuron sensorik dan mengirimkan impuls ke interneuron lain atau
neuron motorik. Interneuron hanya ditemukan di otak, mata dan medula spinalis.
Saraf ( nervus ) adalah kumpulan akson yang keluar dari ratusan atau ribuan neuron. Satu
saraf mungkin berisi akson dari neuron sensorik dan neuron motorik.Selain neuron, sistem
saraf memiliki pula sejumlah besar sel nonneuronal, yang dinamakan sel glia atau sel
pendukung, yang tersebar diantara neuron dan seringkali di sekeliling neuron.
Sel glia berasal dari bahasa Yunani glia (yang berarti lem), karena salah satu fungsi utamanya
adalah mempertahankan neuron di tempatnya.Sel glia tidak dikhususkan untuk menerima
atau mengirimkan sinyal.2
merangsang daerah membran yang baru. Terdapat lima faktor yang aman untuk potensial
aksi; sehingga pengurangan amplitud dari satu sel ke sel yang lain harus tidak lebih besar dari
faktor aman jika depolarisasi listrik sel postsinaps mencapai level yang tinggi dan
menginisisasi impuls. Ini akan menjadi hal yang sangat sulit bagi potensial aksi tunggal yang
berasal dari sebuah akson untuk menghandel cukupnya suplay arus sirkuit local melewati
sinaps elektrik untuk menghasilkan sebuah potensial aksi pada sel-sel yang besar, seperti
serat otot, karena area membran serat otot cukup besar jika dibandingkan dengan akson
motoris. Ini merupakan salah satu alasan mengapa sinaps listrik tidak tersebar luas seperti
halnya sinaps kimia.
Transmisi listrik antara sel-sel yang dapat dirangsang telah pertama kali
didemonstrasikan oleh E. J. Furshpan dan D. D. Potter pada tahun 1959 dengan
menggunakan jenis ikan crayfish. Sinaps antara serabut saraf besar lateral ikan crayfish dan
akson motoris besar memiliki zat umum yang dialirkan dengan alirn yang searah (F-6.14).
Sejak 1959, transmisi listrik telah diketahui berada diantara sel pada sistem saraf pusat, otot
polos, otot jantung, sel reseptor dan akson.Karena aliran arus berasal dari sel prasinapsis
menuju pascasinapsis tanpa jeda, transmisi pada sinapsis listrik lebih cepat dibanding sinapsis
kimiawi.Transmisi listrik sangat sesuai untuk sinkronisasi aktivitas elektrik pada sel-sel saraf
atau untuk transmisi cepat melewati serangkaian gap junction, seperti halnya yang terjadi
pada serabut saraf besar hewan earthworm dan pada miokardium jantung vertebrata.3
Transmisi Kimiawi
Pada sinapsis kimiawi, sebuah celah sempit, atau celah sinaptik memisahkan sel
prasinaptik dan sel pascasiaptik.Adanya celah tersebut menyebabkan sel-sel tidak dapat
dikopel secara elektrik, dan potensial aksi yang terjadi pada sel prasinaptik tidak dapat
dirambatkan secara langsung ke membrane sel pascasinaptik.Sehingga, ketika sinyal listrik
potensial aksi tiba di termninal sinaptik dirubah menjadi sinyal kimiawi yang mengalir
melewati sinapsis, di mana sinyal kimiawi diubah kembali menjadi sinyal listrik pada sel
pascasinaptik.
Sinyal listik potensial aksi diubah jadi sinyal kimiawi dalam bentuk neurontransmiter yang
terkandung dalam kantung yang terdapat dalam sitoplasma ujung akson yang disebut vesikula
sinaptik. Dalam satu vesikula sinaptik terdapat ribuan molekul
neurotransmiter.Neurotransmitter merupakan zat yang dibebaskan sebagai messenger antarsel
ke dalam celah sinaptik.4
telah dipelajari tentang aksi dari substansi transmitter, dan banyak temuan neurotransmitter
telah teridentifikasi.4
Morfologi Sinapsis Kimia
Transmisi kimia terjadi melewati celah sinaps extrasel, separuh membran sel pre dan
postsinaps. Ujung presinaps memiliki membran yang berikatan dengan gelembung/vesikula
sinapsis, setiap gelembungnya mengandung 1x104 sampai 5x104 molekul substansi
transmiter. Ujung presinaps mengandung ribuan gelembung tersebut. Selama transmisi
sinaps, substansi transfer dilepaskan melalui celah sinaps dan mencapai membran postsinaps
melalui difusi. Celah tersebut terisi dengan subuah mucopolosakarida bersama membran pre
dan postsinaps yang selalu menunjukkan beberapa tingkatan lapisan pada sinaps.
Transmisi sinaps dilakukan oleh ujung motorik (sinaps neuromuscular) otot rangka
vertebrata, khususnya ujung otot sartorius katak.Selain, identitas substansi transmiter dan
perbedaaan kuantitas, transmisi sinaps merangsang antara saraf pada sistem saraf pusat
dengan transmisi pada sinaps saraf otot, seperti ujung motorik.5
C. Potensial Sinapsis yang Meliputi Sinapsis Inhibisi dan Sinapsis Eksitatori
Peristiwa synaptic yang meningkatkan kemungkinan permulaan potensial kerja pada
sel postsynaptic disebut eksitatori; sebaliknya, peristiwa yang mengurangi kemungkinan
disebut inhibisi. Aliran postsynaptic dengan potensial balik lebih positif daripada level awal
didefinisikan sebagai eksitator dan aliran postsynaptic dengan potensial balik pada sisi
negative level awal disebut inhibitor. Aliran eksitator tersebut dibawa melalui channel yang
permebel terhadap Na+ atau Ca2+ dan K+ pula. Aliran inhibitor synaptic dibawa oleh channel
yang permeable pada K+ dan Cl-, sejak kedua dari ion ini memiliki potensial keseimbangan
dalam potensial sisa.5
Jika potensial balik untuk aktivitas transmitter menjadi sama dengan potensial sisa,
tidak ada aliran synaptic dan tidak ada perubahan potensial yang dihasilkan dari
bertambahnya konduktansi postsynaptic disebabkan oleh kerja substansi transmitter inhibitor.
Meskipun konduktansi C- atau K+ meningkat, potensial membran pada kondisi tertentu akan
kembali konstan pada level sisa. Namun, transmitter akan memiliki aksi inhibitor, saat
transmitter bertahan untuk mengikat Vm di bawah garis permulaan jika terdapat aktivasi
bersama di aliran eksikator. Jika potensial balik lebih negatif daripada potensial sisa, kerja
transmitter akan hyperpolar sel menuju level tersebut. Jika potensial balik untuk kerja
6
transmitter lebih positif daripada potensial sisa tapi lebih negative daripada permulaan,
transmitter akan menghasilkan depolarisasi. Bagaimanapun, jika transmitter ini bertindak
bersamaan dengan transmitter eksitator yang ditampilkan oleh transmitter sendiri, akan akan
menyababkan depolarisasi menuju permulaan, hal tersebut akan mengarakan pada
depolarisasi yang lebih kecil daripada yang diproduksi sendirian oleh eksitator transmitter.
Tidak ada yang bersifat eksitator atau inhibitor mengenai substansi transmitter. Sebagai
contoh, acetylcolin adalah eksitator transmitter di endplate motor dan di synaps ganglia
symphatetic, menghasilkan kenaikan yang predominan dalam konduktansi sodium dan
potassium pada membrane postsynaptic. Bedanya, acetylcolin adalah inhibitor transmitter di
ujung parasympathetic pada jantung dan viscera, yang menghasilkan peningkatan pada
potassium dan atau substansi chloride. Bagian molekuler ion pada membran postsynaptic
menentukan spesifisitas ion guna meningkatkan p[ermeabilitas yang dibentuk melalui
membrane postsynaptic ketika reseptornya bereaksi dengan molekul transmitternya.
Permeabilitas ion relative dan gradien elektro kimia dari ion permean menentukan level balik
dari potensial synaptic, dan faktor-faktor tersebut menentukan apakah efek postsynaptic
adalah eksitator atau inhibitor.
Hal tersebut berarti bahwa transmitter yang secara normal inhibitor pada efeknya
dalam pemberian sel dapat memiliki kerja eksitator oleh uji distribusi dari gradien ion
tertentu melalui membran postsynaptic.Faktanya kerja tersebut telah diinduksi dalam neuron
pada spinal cord mamalia dan pada siput.Pada neuron siput tertentu, efek dari transmitter
alami (asetilkolin) adalah meningkatkan konduktansi klorida dari membrane
postsynaptic.Pada salah satu grup sel (H sel atau sel hyperpolar), konsentrasi Cl- intraselluler
adalah sangat rendah jadi Ec, lebih negative daripada potensial sisa. Transmityter neural
asetilkolin menghasilkan hyperpolar ketika diberikan pada sel H dengan menbuka channel
kloride. Mengizinkan Cl- untuk mengalir kedalam sel dan perpindahan potensial membrane
menuju Ec ketika kooride ekstraselluler diganti dengan sulfat, yang tidak dapat melalui
channel kloroda, penerapan asetilkolin menuju effluk Cl- yang sekarang telah keluar
langsung dari gradien elekrokimia.Nilai negative effluk menghasilkan depolarisasi dan
kenaikan pada frekuensi keja potensial. Asetilkolin tersebut, transmitter yang senormal
inhibitor sel, akan menghasilkan eksitator, akan menghasilkan eksitator jika gradien
elektrokimia iom klorida dibalik.6
D. Neurotransmiter dan Reseptor Neurotransmiter
Neurotransmiter
Lusinan zat yang berbeda, kebanyakan berupa molekul organic kecil yang
mengandung nitrogen, diketahui berfungsi sebagai neurotransmiter.Neurotransmieter tunggal
dapat memicu respons yang berbeda-beda pada sel pascasinaptik.Versatilitas ini bergantung
pada keberadaan reseptor di sel pascasinaptik yang berbeda serta pada model kerja reseptor
tersebut. Pada beberapa kasus, perbedaan pengaruh neurotransmitter disebabkan oleh
perbedaan reseptor protein; pada kasus lain reseptor yang sama dapat memicu perubahan
molekuler yang berbeda pada sel pascasinaptik yang berlainan. Kebanyakan neurotransmitter
berikatan dengan reseptor yang berpengaruh langsung pada protein saluran ion, yang
mengubah permeabilitas membrane sel pascasinaptik.Jenis komunikasi sinaptik ini
berlangsung dalam waktu beberapa milidetik. Neurotransmitter jenis lain membutuhkan
waktu jauh lebih lama (sampai beberapa menit) karena berkomunikasi melalui jalur
transduksi sinyal yang kompleks pada sel pascasinaptik.
Acetylcholine (ACh) adalah neurotransmiter yang ditemukan pada banyak sinaps di
seluruh tubuh. Pada umunya, ia adalah transmitter eksitatorik, tetapi dapat bersifat inhibitorik
tergantung pada jenis molekul reseptor di membran neuron penerima. ACh banyak ditemukan
di daerah otak yang dinamakan hipokampus, di mana ia memiliki peranan penting dalam
pembentukkan memori baru.
Norephineprine (NE) adalah suatu neurotransmiter yang dihasilakan terutama oleh
neuron di batang otak.Dua obat yang terkenal, cocaine dan amphetamine, memperpanjang
kerja NE dengan memperlambat proses amilan kembalinya.
Neurotransmiter utama lainnya adalah gamma-aminobutyric acid (GABA). Substansi ini
adalah salah satu transmitter inhibitorik utama di sistem saraf.Sebagai contohnya obat
picrotoxin menghambat reseptor GABA dan menghasilakan kejang karena ( tanpa pengaruh
inhibisi GABA ) tidak ada control pergerakan otot.Sifat transkuilisasi (penenang) obat
tertentu yang digunakan untuk mengobati pasien penderita kecemasan berkaitan dengan
fasilitasi aktivitas inhibitorik GABA.
Neurotransmiter eksitatorik glutamate terdapat pada lebih banyak neuron sistem saraf
pusat dibandingkan transmiter lain. Terdapat sekurangnya tiga subtipe reseptor glutamate dan
salah satunya diduga memiliki peranan penting dalam proses belajar dan daya ingat. Reseptor
ini dinamakan reseptor NMDA yang mengambil nama zat kimia (N-methyl D-aspartate) yang
digunakan untuk mendeteksinya.7
Neuromodulator merupakan zat selain neurotransmitter yang dikeluarkan dari
membran prasinaps ke celah sinaps, mampu memodulasi dan memodifikasi aktivitas neuron
pascasinaps.Neuromodulator dapat ditemukan bersama dengan neurotransmitter utama di
8
dari yang ada di otot, struktur reseptor nikotinik asetilkolin di neuron hanya terdiri atas
subunit & (32).6
4. Reseptor Muskarinik
Reseptor muskarinik yang terdapat pada otot jantung mempunyai subunit 32. Setelah
asetilkolin berikatan dengan reseptor muskarinik, timbul sinyal dengan mekanisme berbeda.
Misalnya, bila reseptor M1 atau M2 diaktifkan, reseptor ini akan mengalami perubahan
konformasi dan berinteraksi dengan protein G yang selanjutnya akan mengaktifkan
fosfolipase C. akibatnya terjadi hidrolisis fosfatidilinositol-(4,5)-bifosfate (PIP2) yang
menyebabkan peningkatan kadar Ca2+ intrasel. Selanjutnya kation ini akan berinteraksi
memacu atau menghambat enzim-enzim, menyebabkan hiperpolarisasi, sekresi, atau
kontraksi. Sebaliknya, aktivasi reseptor subtype M2 pada otot jantung memacu potein G yang
menghambat adenilsiklase dan mempertinggi konduksi K+ sehingga denyut jantung dan
kontraksi otot jantung menurun.
5. Amino Acid-Gated Channels
Amino Acid-Gated Channels memediasi sebagian besar transmisi cepat sinapsis di CNS
(Cerebral Nervous System).Fungsinya lebih terbatas yakni pada sistem sensorik, memori, dan
penyakit.
6. Reseptor GABAA
Reseptor GABAA mempunyai beberapa tempat pengikatan untuk berbagai neuromodulator.
Reseptor ini merupakan target yang baik untuk obat
7. Glutamate-Gated Channels
Reseptor agonis glutamate adalah AMPA (alpha-amino-3-hydroxy-5-methylisoxazole-4propionic acid), NMDA (N-methyl D-aspartate), dan Kainate.AMDA dan NMDA berperan
dalam transmisi sinaps eksitator yang cepat di otak sedangkan KAINATE fungsinya belum
diketahui. AMPA-gated channels permeabel terhadap Na+ dan K+ dan tidak permeabel
terhadap Ca2+. Sedangkan reseptor NMDA permeabel terhadap Na+ ,K+dan Ca2+.
8. Reseptor metabotropik (G protein-coupled)
Metabotropik merupakan reseptor yang berikatan dengan neurotransmitter dan
membentuk second messenger sebagai salah satu jalur transduksi sinyal.Neurotransmitter
yang berikatan yakni amin biogenic (dopa, dopamine, serotonin, adrenalin, noradrenalin,
histamine), hormone peptide (angiotensin II, somastosin, TRH).Ligan yang berikatan bukan
dari golongan neurotransmitter adalah eikosanoid.Biasanya reseptor jenis ini merupakan
reseptor G-potein-coupled yang mempunyai 3 subunit (, , ) dan memiliki 7 kompartemen.
9. Transduksi sinyal pada reseptor metabotropik G-protein-coupled
10
Pada keadaan inaktif, subunit potein G mengikat GDP.Saat diaktivasi oleh reseptor Gprotein-coupled, GDP beruba menjadi GTP. Kemudian potein G akan terpecah menjadi G
(subunit GTP) dan G yang akan mengaktifkan protein efektor. Secara perlahan subunit G
akan melepas PO4 dari GTP sehingga berubah menjadi GDP yang menyebabkan aktifitas
berhenti.5,7
E. Neuromuscular dan Otot Rangka
Setiap serabut saraf bermielin yang masuk ke otot rangka membentuk banyak cabang
yang jumlahnya tergantung pada ukuran unit motoriknya. Cabang akan berakhir pada otot
rangka di tempat yang disebut taut neuromuskular (neuromuscular junction) ataumotor-endplate. Sebagian besar serabut-serabut otot hanya dipersarafi oleh satu motor end-plate.Saat
mencapai serabut otot, saraf kehilangan selubung mielin dan pecah menjadi cabang-cabang
halus.Masing-masing saraf berakhir sebagai akson yang terbuka dan membentuk unsur
neural motor end-plate. Pada motor end-plate, permukaan serabut otot sedikit meninggi serta
membentuk unsur otot (sole plate).Elevasi terjadi akibat akumulasi sarkoplasma granular di
bawah sarkolema serta banyak inti dan mitokondria.6,7
Akson terbuka yang melebar terletak pada alur permukaan serabut otot yang dibentuk
oleh lipatan sarkolema ke dalam (junctional fold = dasar alur dibentuk oleh sarkolema yang
membentuk lipatan-lipatan). Junctional fold berfungsi memperluas area permukaan
sarkolema yang terletak di dekat akson yang melebar.Di antara membran plasma
akson (aksolema ataumembran prasinaps) dan membran plasma serabut
otot (sarkolema atau membran pascasinaps) terdapat celah sinaps.
Saat potensial aksi mencapai membran prasinaps motor end-plate, kanal voltagegated Ca2+ terbuka dan Ca2+ masuk ke dalam akson. Hal ini menstimulasi penggabungan
vesikel sinaptik dengan membran prasinaps dan menyebabkan pelepasan asetilkolin ke celah
sinaps. Kemudian asetilkolin menyebar dan mencapai reseptor Ach tipe nikotinik di membran
pascasinaps junctional fold. Setelah pintu kanal terbuka, membran pascasinaps lebih
permeabel terhadap Na+ yang mengalir ke dalam sel-sel otot dan terjadi potensial lokal (endplate potential). Pintu kanal Ach permeabel terhadap K+ yang keluar dari sel namun dalam
jumlah yang lebih kecil.Jika end-plate potential cukup besar, kanal voltage-gated untuk
Na+ terbuka dan timbul potensial aksi yang menyebar sepanjang permukaan
sarkolema.Gelombang depolarisasi diteruskan ke serabut otot oleh sistem tubulus T menuju
miofibril yang kontraktil. Hal ini menyebabkan pelepasan Ca2+ dari retikulum sarkoplasma
yang akan menimbulkan kontraksi otot.7
11
BABIII
KESIMPULAN
Sel syaraf mengirim sinyal ke sel-sel lain sebagai gelombang elektrokimia yang berjalan
sepanjang serat tipis bernama akson, yang menyebabkan kimiawi bernama
syaraf motorik dan sebuah sel otot menyebabkan kontraksi cepat sel otot.
Seluruh proses transmisi sinaptik terjadi hanya dalam pecahan milidetik, walaupun efek
pada sel postsinaptik dapat berlangsung lebih lama (bahkan tidak terbatas dalam kasus
dimana sinyal sinaptik membawa pembentukan jejak ingatan).
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC; 2001. p.78-100
2. Campbell, Reece, dan Mitchell. (2004). Biologi Jilid Lima. Jakarta: Erlangga
3. Ahmad. (2009). Sinaps. Diakses pada tanggal 28 november 2014
darihttp://poetracerdas.blogspot.com/2009/03/sinaps.html
4. Anonim.(2011). Pengantar Neuroscience. Diakses pada tanggal 28 november 2014
darihttp://onbonsai.com/201108/pengantar-neuroscience.htm
5. DeRobertis. (1975). Cell biology 6th edition. London: W.B. Saunders Company
6.
Marks,Dawn
B.Biokimia Kedokteran Dasar.Jakarta:EGC;2006
7.
Evy, Siscawati.
(2011). Sistem Saraf. Diakses pada tanggal 28 november 2014
darihttp://www.faktailmiah.com/2011/06/10/sistem-syaraf.html
13