Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah “fenomena fisika pada burung terbang yang diaplikasikan pada pesawat”
ini tepat waktu. Tugas ini disusun dalam rangka memenuhi nilai tugas mata kuliah
BioFisika Semester Ganjil.

Tugas ini dirancang untuk memperkuat kompetensi dari sisi pengetahuan,


keterampilan, dan sikap secara utuh. Keutuhan tersebut menjadi dasar dalam
perumusan kompetensi dasar tiap mata kuliah.

Dalam menyusun tugas ini, penulis banyak memperoleh bantuan serta


bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih
kepada Ibu Ratna Wulan, MSi selaku dosen Pembimbing Mata kuliah biofisika.

Orangtua tercinta yang selalu mendukung, mendo’akan, dan membantu penulis


dalam memberi dana serta nasihat kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi
peningkatan tugas ini.

Penulis berharap semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
dan dapat memberikan pengetahuan dan wawasan yang leih luas kepada pembaca.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Padang, 10 September 2019

Kharista Permata Kasih


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I

LATAR BELAKANG

RUMUSAN MASALAH

TUJUAN

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Gaya yang bekerja pada burung yang sedang terbang

2.2 Penerapan konsep fisika pada burung yang sedang terbang


dengan teknologi pesawat terbang

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

SARAN
BAB I

1.1 Latar Belakang

Perhatikan burung-burung yang terbang di atas sana. Sekumpulan burung


pelikan, camar, dan angsa terbang indah di udara. Suatu atraksi udara yang sangat
menakjubkan. Ternyata, semua akal budi dan kepandaian manusia belum dapat
menyaingi kemampuan burung yang dapat terbang dengan mulus dan sempurna
tanpa menggunakan alat bantu mesin-mesin besar yang mengeluarkan suara bising
yang memekakkan telinga seperti pesawat-pesawat ciptaan manusia.

Jauh sebelum pesawat ditemukan, sudah berabad-abad manusia


membayangkan bisa berpindah dari satu tempat ke tempat lain melalui udara,
sebagaimana diabadikan oleh narasi mitologi kuno, agama, dan cerita rakyat.
Namun, selama berabad-abad pula terbang tampak mustahil.

Dalam perjalanannya, kemustahilan itu pelan-pelan dimentahkan. Pada abad


ke-9, Abbas Ibnu Firnas membikin glider sederhana menyerupai sayap burung dari
kayu. Pada abad ke-15, Leonardo Da Vinci menggambar desain alat yang dapat
meluncur di udara. Pada awal abad ke-20, Orville dan Wilbur
Wright menerbangkan sebuah pesawat bermesin sejauh empat mil. Sejak temuan
Wright bersaudara, manusia yang terbang bukan lagi sebuah mitos.

Model pesawat Wright Bersaudara berjenis pesawat bersayap ganda


atau biplane. Dilansir dari blog The University of Melbourne, sayap pada pesawat
tersebut melengkung dan mampu mendorong udara ke bawah sehingga
menghasilkan gaya reaksi dari udara untuk mendorong sayap ke atas dalam
magnitudo yang sama. Prinsip kerja ini sejalan dengan hukum gerak ketiga yang
dicetuskan Isaac Newton pada 1665.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja gaya-gaya yang bekerja pada burung yang sedang terbang?
2. Bagaimana Penerapan konsep fisika pada burung yang sedang terbang
dengan teknologi pesawat terbang

1.3 Tujuan

1. Mengetahui gaya-gaya yang bekerja pada burung yang sedang terbang.


2. Mengetahui Bagaimana penerapan konsep fisika pada burung yang sedang
terbang dengan teknologi pesawat terbang.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Gaya Yang Bekerja Pada Burung Yang Sedang Terbang

Atraksi terbang burung-burung di udara melibatkan ilmu fisika. Ada empat jenis
gaya yang terlibat dalam atraksi udara tertua ini.

1. Drag force

Yaitu gaya hambat udara. Gaya ini berasal dari tumbukan molekul-molekul
udara dengan tubuh burung. Arah gaya ini selalu berlawanan dengan arah gerak
burung, sedangkan besar gaya ini sangat tergantung pada luas permukaan burung
dan kecepatan burung. Semakin luas permukaan burung, semakin besar gaya
hambatnya. Semakin cepat burung bergerak, semakin besar pula gaya hambatnya
ini.

Suatu ilustrasi yang dapat menggambarkan drag-force (hambatan) udara ini


adalah hambatan yang dirasakan saat kita berjalan melawan arah angin yang
kencang. Hambatan ini semakin terasa besar ketika kita membuka lengan kita lebar-
lebar (memperluas permukaan tubuh kita) atau ketika kita bergerak lebih cepat.

2. Lift force (gaya angkat)

Merupakan gaya yang mengangkat burung ke atas. Ada dua hal yang dapat
menimbulkan gaya angkat ini: kepakan sayap dan aliran udara yang lewat sayap.
Ketika burung mengepakkan sayap ke bawah, burung menekan udara ke bawah,
akibatnya udara akan menekan balik dan mendorong burung ke atas (hukum aksi-
reaksi). Semakin cepat kepakan sayap, semakin besar gaya ke atasnya. Itu sebabnya
burung merpati yang hendak terbang akan mengepakkan sayapnya secara cepat.

Udara yang mengalir lewat bagian atas sayap akan bergerak lebih cepat karena
udara ini harus menempuh lintasan yang lebih jauh. Akibatnya, tekanan di bagian
ini lebih kecil dibandingkan dengan tekanan udara di bawah sayap. Perbedaan
tekanan ini memberikan gaya angkat pada burung. Semakin melengkung (semakin
aerodinamis) sayap, semakin besar gaya angkatnya.

3. Thrust (gaya dorong)

Yaitu gaya yang mendorong burung bergerak maju. Gaya ini dihasilkan melalui
kepakan sayap yang bergerak seperti angka 8 rebah (dilihat dari samping). Kepakan
sayap menghasilkan suatu pusaran udara (vorteks) yang dapat memberikan suatu
dorongan bagi burung untuk bergerak maju di udara. Besar-kecilnya gaya dorong
ini sangat bergantung pada kekuatan otot terbang.

4. Weight (gaya berat)

Yaitu gaya tarik gravitasi Bumi. Besarnya sangat tergantung pada massa
burung. Arahnya vertikal ke bawah. Kombinasi keempat gaya ini dimanfaatkan
burung untuk melakukan berbagai atraksi, seperti parachuting (gerak
parasut), gliding(meluncur), flight (terbang ke depan), dan soaring (membubung).

2.2 Penerapan konsep fisika pada burung yang sedang terbang dengan
teknologi pesawat terbang

Supaya bisa terbang, kita perlu gaya yang bisa mengatasi gaya berat akibat
tarikan gravitasi bumi. Gaya ke atas (lift) ini harus bisa melawan tarikan gravitasi
bumi sehingga benda bisa terangkat dan mempertahankan posisinya di angkasa. Di
sinilah tantangannya karena harus melawan gravitasi.Maka fisikawan seperti Isaac
Newton, Bernoulli, dan Coanda. Ketiganya bekerja sama menjawab tantangan ini.
a. Hukum Newton III
Isaac Newton yang terkenal dengan ketiga persamaan geraknya
menyumbangkan hukum III Newton tentang Aksi-Reaksi. Benjamin Crowell dalam
bukunya Newtonian Physics mengatakan bahwa “ketika objek A memberikan
sebuah gaya kepada objek B, maka objek B juga harus memberikan sebuah gaya
kepada objek A. Dua gaya tersebut besarnya sama dan dalam arah yang berlawanan.
Dan dapat dituliskan secara singkat dengan rumus seperti berikut ini FA on B = -
FB on A ”. Hukum inilah yang kemudian diterapkan pada kajian tentang
aerodinamika pada airfoil sayap pesawat terbang.Sayap pesawat merupakan bagian
terpenting dalam menghasilkan lift.Aliran udara terjadi diatas dan dibawah sayap
pesawat.Partikel-partikel udara menabrak bagian bawah sayap pesawat.Partikel-
partikel yang menabrak ini lalu dipantulkan ke bawah (ke arah tanah). Udara yang
menghujani tanah ini merupakan gaya aksi. Dan kemudian tanah yang menerima
gaya aksi ini pasti langsung memberikan gaya reaksi yang besarnya sama dengan
gaya aksi tetapi berlawanan arah.
Gambar Arah aliran fluida pada airfoil

Efek Coanda dan Hukum Bernoulli


Prinsip yang ditemukan oleh ilmuwan Belanda bernama Daniel Bernoulli
itu bisa menjelaskan proses atau prinsip kerja dari burung terbang dengan sangat
baik.

Dari persamaan yang berlaku untuk kasus fluida dinamis tersebut kita
mendapatkan prinsip-prinsip penting mengenai hubungan antara tekanan fluida
dengan kecepatan aliran fluida, yakni :
“Semakin tinggi kecepatan aliran fluida, tekanannya akan semakin rendah.
Sebaliknya, semakin rendah kecepaatan aliran fluida, tekanannya akan semakin
tinggi”
Bentuk sayap burung didesain sedemikian rupa oleh Sang Pencipta agar bisa
mengambil keuntungan dari prinsip di atas. Bentuknya yang aerodinamis
memungkinkan aliran fluida (dalam hal ini udara atau angin) di bagian atas lebih
tinggi daripada aliran fluida di bagian bawah. Hasilnya, tekanan udara di bagian
bawah sayap akan lebih besar dibanding tekanan udara di bagian atas sayap. Burung
pun akan terangkat ke atas karenanya.

Untuk bagian atas sayap, ada proses lain yang juga menghasilkan aksi.
Dalam hal ini terjadi penerapan hukum Bernoulli dan efek Coanda. Menurut
Coanda, udara yang melewati permukaan lengkung akan mengalir sepanjang
permukaan itu (dikenal sebagai Efek Coanda). Ini dibuktikan ketika kita
meletakkan lilin menyala di depan sebuah botol. Ketika lilin ditiup dari belakang
botol, aneh ternyata lilin didepan botol itu akan mati. Menurut Coanda hal ini
disebabkan karena udara yang kita tiup mengalir mengikuti permukaan lengkung
botol lalu meniup api lilin hingga mati. Seperti inilah udara yang melewati bagian
atas sayap ini mirip udara yang bergerak sepanjang botol. Udara ini akan mengalir
sepanjang permukaan atas sayap hingga mencapai ujung bawah sayap. Di ujung
bawah sayap itu partikel-partikel udara bergerombol dan bertambah terus sampai
akhirnya kelebihan berat dan berjatuhan dimana peristiwa ini disebut downwash.
Siraman udara atau downwash ini juga merupakan komponen gaya aksi. Tanah
yang menerima gaya aksi ini pasti langsung memberikan gaya reaksi yangbesarnya
sama dengan gaya aksi tetapi berlawanan arah. Karena gaya aksinya menuju tanah
(ke arah bawah), berarti gaya reaksinya ke arah atas. Gaya reaksi ini memberikan
gaya angkat (lift) yang bisa mengangkat pesawat dan mengalahkan gaya berat
akibat tarikan gravitasi bumi. Sumber gaya angkat (lift) yang lain adalah perbedaan
tekanan udara dipermukaan atas dan dipermukaan bawah sayap, dimana terjadi
penerapan Hukum Bernoulli disini. Untuk aliran inkompresibel, dimana ρ =
konstan persamaan yang terjadi adalah :

Persamaan diatas disebut dengan persamaan Bernoulli, yang mana P 1 relatif


terhadap V1 dan P2 relatif terhadap V2 pada sepanjang permukaan airfoil. Sewaktu
udara akan mengalir di bagian atas sayap, tekanannya sebesar P 1. Ketika udara
melewati bagian bawah sayap, tekanan udara di daerah itu sebesar P 2.Dari gambar 2.4
terlihat korelasi antara kecepatan fluida dan tekanan yang terjadi di permukaan atas dan
permukaan bawah airfoil sayap pesawat. Kecepatan fluida di permukaan atas airfoil
lebih tinggi jika dibandingkan engan kecepatan di permukaan bawah fluida, hal ini
menyebabkan tekanan di permukaan atas airfoil lebih rendah dibandingkan dengan
tekanan di permukaan bawah airfoil sihingga menghasilkan gaya angkat ( Lift) yang
digunanakan untuk mengangkat pesawat. Korelasi ini sesuai dengan Hukum Bernoulli.
BAB III

2.1 KESIMPULAN
a. Empat gaya mendasar yang bekerja pada pesawat terbang, yaitu:
1. Gaya hambatan
2. Gaya dorongan
3. Gaya angkat
4. Gaya berat (gravitasi)
b. konsep fisika pada burung yang sedang terbang terdapat pada
hukum newton III, hukum Bernoulli dan Coanda.

Anda mungkin juga menyukai