Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH

KONSEP KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN KESEHATAN JIWA:


GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI

OLEH
KELOMPOK 4

NAMA MAHASISWA:
1. CALISTA S. NENOBAHAN
NIM. PO530320919212
2. CATURING A.S. PALI
NIM. PO530320919213
3. CHAMELIA M. DOH
NIM. PO530320919214
KELAS : PPN TINGKAT 3
MATA KULIAH : KEPERAWATAN JIWA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG


JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan peyusuan makalah ini meskipun dengan sangat sederhana.
Harapan kami semoga makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat, menambah
wawasan dan pengetahuan, sehingga nantinya kami dapat memperbaiki bentuk ataupun isi
makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Kami mengakui bahwasanya masih banyak kekurangan didalam makalah ini. Oleh sebab
itu, dengan penuh kerendahan hati kami berharap kepada para pembaca untuk memberikan kritik
dan saran demi lebih memperbaiki makalah ini. Terima kasih.

Kupang, 01 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................iii
BAB 1.........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG................................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH............................................................................................................2
1.3 TUJUAN.....................................................................................................................................2
BAB 2.........................................................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................................................3
2.1 PENGERTIAN HALUSINASI................................................................................................3
2.2 JENIS HALUSINASI................................................................................................................3
2.3 ETIOLOGI.................................................................................................................................4
2.4 RENTANG RESPON HALUSINASI.......................................................................................5
2.5 PATHWAY HALUSINASI.......................................................................................................8
2.6 TANDA DAN GEJALA HALUSINASI...................................................................................8
2.7 TAHAPAN HALUSINASI........................................................................................................9
2.8 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HALUSINASI............................11
2.9 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
(TAK) STIMULUSPERSEPSI HALUSINASI..................................................................................21
BAB 3.......................................................................................................................................................35
PENUTUPAN..........................................................................................................................................35
3.1 KESIMPULAN........................................................................................................................35
3.2 SARAN.....................................................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................36

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan. Kesehatan jiwa bukan
sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi merupakan suatu hal yang di butuhkan oleh
semua orang. Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu mengatasi
tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagai mana adanya. Serta mempunyai sikap
positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Kemenkes, 2013).
Gangguan jiwa yaitu suatu sindrom atau pola perilaku yang secara klinis bermakna yang
berhubungan dengan distres atau penderitaan dan menimbulkan gangguan pada satu atau
lebih fungsi kehidupan manusia (Keliat, 2014). Upaya Kesehatan Jiwa adalah setiap
kegiatan untuk mewujudkan derajat kesehatan jiwa yang optimal bagi setiap individu,
keluarga, dan masyarakat dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, atau masyarakat (UU Kesehatan Jiwa, 2014).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien mengalami perubahan
sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaaan
atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada (Damaiyanti,
2012).Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan
internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau
pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh
klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara (Kusumawati &
Hartono, 2012).
Halusinasi yang paling banyak diderita adalah halusinasi pendengaran mencapai lebih
kurang 70%, sedangkan halusinasi penglihatan menduduki peringkat kedua dengan rata-rata
20%. Sementara jenis halusinasi yang lain yaitu halusinasi pengucapan, penghidu, perabaan,
kinesthetic, dan cenesthetic hanya meliputi 10%,(Muhith, 2015). Menurut Videbeck (2008)
dalam Yosep (2009) tanda pasien mengalami halusinasi pendengaran yaitu pasien tampak

1
berbicara ataupun tertawa sendiri, pasien marah-marah sendiri, menutup telinga karena
pasien menganggap ada yang berbicara dengannya.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam ini makalah adalah:
1. Apa pengertian halusinasi?
2. Apa saja jenis halusinasi?
3. Bagaimana proses terjadinya halusinasi?
4. Bagaimana rentang respon halusinasi?
5. Bagaiman pathway halusinasi?
6. Apa saja tanda dan gejala halusinasi?
7. Apa saja tahapan halusinasi?
8. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi?
9. Bagaimana SOP terapi aktivitas kelompok stimulus persepsi halusinasi?
1.3 TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengertian halusinasi
2. Jenis halusinasi
3. Proses terjadinya halusinasi
4. Rentang respon halusinasi
5. Pathway halusinasi
6. Tanda dan gejala halusinasi
7. Tahapan halusinasi
8. Konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi
9. SOP terapi aktivitas kelompok stimulus persepsi halusinasi

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN HALUSINASI


Stuart & Laraia (2009) mendefinisikan halusinasi sebagai suatu tanggapan dari panca
indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal. Halusinasi merupakan gangguan
persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu
penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu
persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu. Berbeda dengan ilusi
dimana klien mengalami persepsi yang salah terhadap stimulus, salah persepsi pada
halusinasi terjadi tanpa adanya stimulus eksternal yang terjad. Stimulus internal
dipersepsikan sebaga sesuatu yang nyata ada ole klien. Ada lima jenis halusinasi yaitu
pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan dan perabaan. Halusinasi pendengaran
merupakan jenis halusinasi yang paling banyak ditemukan terjadi pada 70% pasien,
kemudian halusinasi penglihatan 20%, dan sisanya 10% adalah halusinasi penghidu,
pengecapan dan perabaan.
Pasien halusinasi merasakan adanya stimulus yang sebetulnya tidak ada. Perilaku yang
teramati pada pasien yang sedang mengalami halusinasi pendengaran adalah pasien merasa
mendengarkan suara padahal tidak ada stimulus suara. Sedangkan pada halusinasi
penglihatan pasein mengatakan melihat bayangan orang atau sesuatu yang menakutkan
padahal tidak ada bayangan tersebut. Pada halusinasi penghidu pasien mengatakan membaui
bau-bauan tertentu padahal orang lain tidak merasakan sensasi serupa. Sedangkan pada
halusinasi pengecapan, pasien mengatakan makan atau minum sesuatu yang menjijikkan.
Pada halusinasi perabaan pasien mengatakan serasa ada binatang atau sesuatu yang merayap
ditubuhnya atau di permukaan kulit.
2.2 JENIS HALUSINASI
Jenis Halusinasi Data Obyektif Data Suyektif
Halusinasi  Bicara atau tertawa sendiri  Mendengar suara-suara
Pendengaran  Marah-marah tanpa sebab atau kegaduhan.

3
 Menyedengkan telinga ke arah  Mendengar suara yang
tertentu mengajak bercakap-
 Menutup telinga cakap
 Mendengar suara
menyuruh melakukan
sesuatu yang berbahaya.
Halusinasi  Menunjuk-nunjuk ke arah Melihat bayangan, sinar,
Penglihatan tertentu bentuk geometris, bentuk
 Ketakutan pada sesuatu yang kartoon, melihat hantu atau
tidak jelas. monster.
Halusinasi  Mengisap-isap seperti sedang Membaui bau-bauan seperti
Penghidu membaui bau-bauan tertentu. bau darah, urin, feses,
 Menutup hidung kadang-kadang bau itu
menyenangkan.
Halusinasi  Sering meludah Merasakan rasa seperti
Pengecapan  Muntah darah,
urin atau feses
Halusinasi Menggaruk-garuk permukaan  Mengatakan ada
Perabaan Kulit serangga di permukaan
kulit
 Merasa seperti tersengat
listrik

2.3 ETIOLOGI
a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi menurut Yosep ( 2011 ) :
1) Faktor pengembangan
Perkembangan klien yang terganggu misalnya kurangnya mengontrol emosi dan
keharmonisan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah
frustasi hilang percaya diri.
2) Faktor sosiokultural

4
Seseorang yang merasa tidak terima dilingkungan sejak bayi akan membekas
diingatannya sampai dewasa dan ia akan merasa disingkirkan, kesepian dan tidak
percaya pada lingkungannya.
3) Faktor biokimia
Adanya stres yang berlebihan yang dialami oleh seseorang maka di dalam tubuhnya
akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia dan
metytranferase sehingga terjadi ketidaksembangan asetil kolin dan dopamin.
4) Faktor psikologi
Tipe kepribadian yang lemah tidak bertanggung jawab akan mudah terjerumus pada
penyelah gunaan zat adaptif. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari
alam nyata menuju alam khayal.
5) Faktor genetik dan pola asuh
Hasil studi menujukan bahwa faktor keluarga menunjukan hubungan yang sangat
berpengaruh pada penyakit ini.
b. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart dan Sudeen faktor presipitasi dapat meliputi (Prabowo, 2014) :
1) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi
serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak
untuk diinterpretasikan.
2) Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan
untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3) Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
2.4 RENTANG RESPON HALUSINASI
Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu yang berada dalam
rentang respon neurobiologis. Ini merupakan respon persepsi paling maladaptive, jika klien
sehat persepsinya akurat, mampu mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus
berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indera (pendengaran, penglihatan,

5
penghidu, pengecapan, dan perabaan), klien dengan halusinasi mempersepsikan suatu
stimulus panca indera walaupun sebenarnya stimulus itu tidak ada. Diantara kedua respon
tersebut adalah respon individu yang karena sesuatu hal mengalami kelainan persepsi yaitu
salah salah mempersepsikan stimulus yang diterimanya yang disebut sebagai ilusi. Klien
mengalami ilusi jika interpretasi yang dilakukannya terhadap stimulus panca indera tidak
akurat sesuai stimulus yang diterima.
Persepsi mengacu pada identifikasi dan interprestasi awal dari suatu stimulus
berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indra. Respon neurobiologis sepanjang
rentang sehat sakit berkisar dari adaptif pikiran logis, persepsi akurat, emosi konsisten, dan
perilaku sesuai sampai dengan respon maladaptif yang meliputi delusi, halusinasi, dan isolasi
sosial.
Rentang respon dapat digambarkan sebagai berikut:
Rentang Respon Neurobiologis

Keterangan :
a. Respon Adaptif
Respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial budaya yang berlaku.
Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika menghadapi suatu masalah
dan akan dapat memecahkan masalah tersebut.
Adapun respon adaptif yakni :
1) Pikiran Logis merupakan pandangan yang mengarah pada kenyataan yang dapat
diterima akal.

6
2) Persepsi Akurat merupakan pandangan dari seseorang tentang suatu peristiwa secara
cermat dan tepat sesuai perhitungan.
3) Emosi Konsisten dengan Pengalaman merupakan perasaan jiwa yang timbul sesuai
dengan peristiwa yang pernah dialami.
4) Perilaku Sosial dengan kegiatan individu atau sesuatu yang berkaitan dengan individu
tersebut yang diwujudkan dalam bentuk gerak atau ucapan yang tidak bertentangan
dengan moral.
5) Hubungan Sosial merupakan proses suatu interaksi dengan orang lain dalam
pergaulan ditengah masyarakat dan lingkungan.
b. Respon Psikososial
Adapun respon psikososial yakni:
1) Pikiran terkadang menyimpang berupa kegagalan dalam mengabstrakan dan
mengambil kesimpulan.
2) Ilusi merupakan pemikiran atau penilaian yang salah tentang penerapan yang benar-
benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indera.
3) Emosi berlebihan dengan kurang pengalaman berupa reaksi emosi yang diekspresikan
dengan sikap yang tidak sesuai.
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas kewajaran.
5) Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindar interaksi dengan orang lain,
baik dalam berkomunikasi maupun berhubungan sosial dengan orang-orang di
sekitarnya.
c. Respon Maladaptif
Respon maladaptif merupakan respon individu dalam menyelesaikan masalah
yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan.
Adapun respon maladaptif yakni:
1) Kelainan pikiran (waham) merupakan keyakinan yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan keyakinan sosial.
2) Halusinasi merupakan gangguan yang timbul berupa persepsi yang salah terhadap
rangsangan.
3) Kerusakan proses emosi merupakan ketidakmampuan mengontrol emosi seperti
menurunnya kemampuan untuk mengalami kesenangan, kebahagiaan, dan kedekatan.

7
4) Perilaku tidak terorganisir merupakan ketidakteraturan perilaku berupa
ketidakselarasan antara perilaku dan gerakan yang di timbulkan.
5) Isolasi sosial merupakan kondisi dimana seseorang merasa kesepian tidak mau
berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya. (Stuart, 2017).
2.5 PATHWAY HALUSINASI

2.6 TANDA DAN GEJALA HALUSINASI


Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap pasien serta ungkapan
pasien. Adapun tanda dan gejala pasien halusinasi adalah sebagai berikut:
a. Data Subyektif: Pasien mengatakan :
1) Mendengar suara-suara atau kegaduhan.
2) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap.
3) Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
4) Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat hantu atau
monster
5) Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-kadang bau itu
menyenangkan.
6) Merasakan rasa seperti darah, urin atau feses
7) Merasa takut atau senang dengan halusinasinya

8
b. Data Obyektif
1) Bicara atau tertawa sendiri
2) Marah-marah tanpa sebab
3) Mengarahkan telinga ke arah tertentu
4) Menutup telinga
5) Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu
6) Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas.
7) Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu.
8) Menutup hidung.
9) Sering meludah
10) Muntah
11) Menggaruk-garuk permukaan kulit
2.7 TAHAPAN HALUSINASI
Halusinasi yang dialami pasien memiliki tahapan sebagai berikut:

a. Tahap I : Halusinasi bersifat menenangkan, tingkat ansietas pasien sedang. Pada tahap ini
halusinasi secara umum menyenangkan.
Karakteristik : Karakteristik tahap ini ditAndai dengan adanya perasaan bersalah dalam
diri pasien dan timbul perasaan takut. Pada tahap ini pasien mencoba menenangkan
pikiran untuk mengurangi ansietas. Individu mengetahui bahwa pikiran dan sensori yang
dialaminya dapat dikendalikan dan bisa diatasi (non psikotik).
Perilaku yang Teramati:

- Menyeringai / tertawa yang tidak sesuai


- Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
- Respon verbal yang lambat
- Diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikan.
b. Tahap II : Halusinasi bersifat menyalahkan, pasien mengalami ansietas tingkat berat dan
halusinasi bersifat menjijikkan untuk pasien.
Karakteristik : pengalaman sensori yang dialmi pasien bersifat menjijikkan dan
menakutkan, pasien yang mengalami halusinasi mulai merasa kehilangan kendali, pasien
berusaha untuk menjauhkan dirinya dari sumber yang dipersepsikan, pasien merasa malu
karena pengalaman sensorinya dan menarik diri dari orang lain (non psikotik).

9
Perilaku yang teramati :

- Peningkatan kerja susunan sarapotonom yang menunjukkan timbulnya ansietas


seperti peningkatan nadi, TD dan pernafasan.
- Kemampuan kosentrasi menyempit.
- Dipenuhi dengan pengalaman sensori, mungkin kehilangan kemampuan untuk
membedakan antara halusinasi dan realita.
c. Tahap III : Pada tahap ini halusinasi mulai mengendalikan perilaku pasien, pasien berada
pada tingkat ansietas berat. Pengalaman sensori menjadi menguasai pasien.
Karakteristik : Pasien yang berhalusinasi pada tahap ini menyerah untuk melawan
pengalaman halusinasi dan membiarkan halusinasi menguasai dirinya. Isi halusinasi
dapat berupa permohonan, individu mungkin mengalami kesepian jika pengalaman
tersebut berakhir ( Psikotik )
Perilaku yang teramati:
- Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya dari pada
menolak.
- Kesulitan berhubungan dengan orang lain.
- Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik, gejala fisik dari ansietas berat
seperti : berkeringat, tremor, ketidakmampuan mengikuti petunjuk.
d. Tahap IV : Halusinasi pada saat ini, sudah sangat menaklukkan dan tingkat ansietas
berada pada tingkat panik. Secara umum halusinasi menjadi lebih rumit dan saling terkait
dengan delusi.
Karakteristik : Pengalaman sensori menakutkan jika individu tidak mengikuti perintah
halusinasinya. Halusinasi bisa berlangsung dalam beberapa jam atau hari apabila tidak
diintervensi (psikotik).
Perilaku yang teramati :

- Perilaku menyerang - teror seperti panik.


- Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain.
- Amuk, agitasi dan menarik diri.
- Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang komplek .
- Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang.
2.8 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HALUSINASI

10
A. Pengkajian
Pengkajian adalah proses untuk tahap awal dan dasar utama dari proes keperawatan
terdiri dari pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang
dikumpulkan melalui data biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Pengelompokkan data
pengkajian kesehatan jiwa, dapat berupa faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor,
sumber koping, dan kemampuan yang dimiliki (Afnuhazi, 2015) :
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelmain, tanggal pengkajian, tanggal dirawat, nomor
rekam medis.
2) Alasan masuk
Alasan klien datang ke RSJ, biasanya klien sering berbicara sendiri, mendengar
atau melihat sesuatu, suka berjalan tanpa tujuan, membanting peralatan dirumah,
menarik diri.
3) Faktor predisposisi
a. Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa dan kurang berhasil dalam
pengobatan
b. Pernah mengalami aniaya fisik, penolakan dan kekerasan dalam keluarga
c. Klien dengan gangguan orientasi besifat herediter
d. Pernah mengalami trauma masa lalu yang sangat menganggu
4) Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi pada klien dengan halusinasi ditemukan adanya riwayat
penyakit infeksi, penyakit kronis atau kelaina stuktur otak, kekerasan dalam keluarga,
atau adanya kegagalan- kegagalan dalam hidup, kemiskinan, adanya aturan atau
tuntutan dalam keluarga atau masyarakat yang sering tidak sesuai dengan klien serta
konflik antar masyarakat.
5) Fisik
Tidak mengalami keluhan fisik.

6) Psikososial
a. Genogram

11
Pada genogram biasanya terlihat ada anggota keluarga yang mengalami kelainan
jiwa, pola komunikasi klien terganggu begitupun dengan pengambilan keputusan
dan pola asuh.
b. Konsep diri
Gambaran diri klien biasanya mengeluh dengan keadaan tubuhnya, ada bagian
tubuh yang disukai dan tidak disukai, identifikasi diri : klien biasanya mampu
menilai identitasnya, peran diri klien menyadari peran sebelum sakit, saat dirawat
peran klien terganggu, ideal diri tidak menilai diri, harga diri klien memilki harga
diri yang rendah sehubungan dengan sakitnya.
c. Hubungan sosial : klien kurang dihargai di lingkungan dan keluarga.
d. Spiritual
Nilai dan keyakinan biasanya klien dengan sakit jiwa dipandang tidak sesuai
dengan agama dan budaya, kegiatan ibadah klien biasanya menjalankan ibadah di
rumah sebelumnya, saat sakit ibadah terganggu atau sangat berlebihan.
7) Mental
a. Penampilan
Biasanya penampilan diri yang tidak rapi, tidak serasi atau cocok dan berubah
dari biasanya
b. Pembicaraan
Tidak terorganisir dan bentuk yang maladaptif seperti kehilangan, tidak logis,
berbelit-belit
c. Aktifitas motorik
Meningkat atau menurun, impulsif, kataton dan beberapa gerakan yang abnormal.
d. Alam perasaan
Berupa suasana emosi yang memanjang akibat dari faktor presipitasi misalnya
sedih dan putus asa disertai apatis.
e. Afek : afek sering tumpul, datar, tidak sesuai dan ambivalen.
f. Interaksi selama wawancara
Selama berinteraksi dapat dideteksi sikap klien yang tampak komat-kamit, tertawa
sendiri, tidak terkait dengan pembicaraan.
g. Persepsi sensori

12
1) Jenis halusinasi. Ini dapat dikaji dengan menanyakan suara siapa yang
didengar dan apa yang dikatakan berkata jika halusinasi yang dialami
halusinasi dengar. Bentuk bayangan bagaimana yang dilihat klien bila jenis
halusinasinya adalah halusinasi penglihatan, bau apa yang dicium jika
halusinasinya adalah penghidu, rasa apa yang dikecap untuk halusinasi
pengecapan, atau merasakan apa yang dipermukaan tubuh, bila mengalami
hausinasi perabaan.
2) Waktu. Ini dapat dikaji dengan menanyakan kepada klien kapan pengalaman
halusinasi muncul. Informasi ini penting untuk mengidentifikasi pencetus
halusinasi dan menentukan bilamana klien perlu diperhatikan saat mengalami
halusinasi.
3) Frekuensi. Ini dapat dikaji dengan menanyakan kepada klien berapa hari
sekali, seminggu atau sebulan pengalaman halusinasi muncul. Informasi ini
penting untuk mengidentifikasi pencetus halusinasi dan menentukan bilamana
klien perlu diperhatikan saat mengalami halusinasi.
4) Situasi pencetus halusinasi. Perawat perlu mengidentifikasi situasi yang
dialami klien sebelum mengalami halusinasi. Ini dapat dikaji dengan
menanyakan kepada klien perisitiwa atau kejadian yang dialami sebelum
halusinasi ini muncul. Selain itu, perawat juga bisa mengobservasi apa yang
dialami klien menjelang muncul halusinasi untuk memvalidasi pernyataan
klien.
5) Respon klien. Untuk menentukan sejauh mana halusinasi telah
mempengaruhi klien, bisa dikaji dengan menanyakan apa yang dilakukan
klien saat mengalami pengalaman halusinasi. Apakah klien masih bisa
mengontrol stimulasi halusinasi atau sudah tidak berdaya lagi terhadap
halusinasi.
h. Proses piker
Biasanya klien tidak mampu mengorganisir dan menyusun pembicaraan logis dan
koheren, tidak berhubungan, berbelit. Ketidakmampuan klien ini sering membuat
lingkungan takut dan merasa aneh terhadap klien.
i. Isi piker

13
Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang
budaya klien. Ketidakmampuan memproses stimulus internal dan eksternal
melalui proses informasi dapat menimbulkan waham.
j. Tingkat kesadaran
Biasanya klien akan mengalami disorientasi terhadap orang, tempat dan waktu.
k. Memori
Terjadi gangguan daya ingat jangka panjang maupun jangka pendek, mudah lupa,
klien kurang mampu menjalankan peraturan yang telah disepakati, tidak mudah
tertarik. Klien berulang kali menanyakan waktu, menanyakan apakah tugasnya
sudah dikerjakan dengan baik, permisi untuk satu hal.
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Kemampuan mengorganisir dan konsentrasi terhadap realitas eksternal, sukar
menyelesaikan tugas, sukar berkonsentrasi pada kegiatan atau pekerjaan dan
mudah mengalihkan perhatian, mengalami masalah dalam memberikan perhatian.
m. Kemampuan penilaian
Klien mengalami ketidakmampuan dalam mengambil keputusan, menilai, dan
mengevaluasi diri sendiri dan juga tidak mampu melaksanakan keputusan yang
telah disepakati. Sering tidak merasa yang dipikirkan dan diucapkan adalah salah.
n. Daya tilik diri
Klien mengalami ketidakmampuan dalam mengambil keputusan. Menilai dan
mengevaluasi diri sendiri, penilaian terhadap lingkungan dan stimulus, membuat
rencana termasuk memutuskan, melaksanakan keputusan yang telah disepakati.
Klien yang sama sekali tidak dapat mengambil keputusan merasa kehidupan
sangat sulit, situasi ini sering mempengaruhi motivasi dan insiatif klien stimulus
internal dan eksternal melalui proses informasi dapat menimbulkan waham.
8) Kebutuhan persiapan klien pulang
a. Makan
Keadaan berat, klien sibuk dengan halusinasi dan cenderung tidak memperhatikan
diri termasuk tidak peduli makanan karena tidak memiliki minat dan kepedulian.
b. BAB atau BAK

14
Observasi kemampuan klien untuk BAK atau BAK serta kemampuan klien untuk
membersihkan diri.
c. Mandi : biasanya klien mandi berulang-ulang atau tidak mandi sama sekali.
d. Berpakaian : biasanya tidak rapi, tidak sesuai dan tidak diganti.
e. Observasi tentang lama dan waktu tidur siang dan malam : biasanya istirahat
klien terganggu bila halusinasinya datang.
f. Pemeliharaan kesehatan
Pemeliharaan kesehatan klien selanjutnya, peran keluarga dan sistem pendukung
sangat menentukan.
g. Aktifitas dalam rumah
Klien tidak mampu melakukan aktivitas di dalam rumah seperti menyapu.
B. Diagnosa Keperawatan
 Pohon Masalah
Pohon masalah pada masalah halusinasi dapat diuraikan sebagai berikut:

Resiko perilaku kekerasan AKIBAT

Gangguan persepsi sensori: halusinasi CORE

Isolasi social : Menarik diri PROBLEM

Harga diri rendah

Koping individu inefektif

 Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan: Gangguan persepsi sensori: halusinasi

15
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
keperawatan Tujuan Kriteria hasil Intervensi
Gangguan TUM: Setelah dilakukan 2-4 x SP 1 pasien :
persepsi Pasien mampu pertemuan diharapkan 1. Identifikasi halusinasi : isi,
sensori: mengontrol klien mampu frekuensi, waktu terjadi,
halusinasi halusinasi mengontrol halusinasi situasi, pencetus, perasaan,
sesuai strategi dengan cara : respon
pelaksanaan 1. Minum obat secara 2. Jelaskan cara mengontrol
tindakan teratur halusinasi minum obat
keperawatan 2. Dengan cara latihan teratur , meghardik,
TUK 1: menghardik bercakap-cakap,
Klien dapat 3. Dengan cara latihan melakukan aktivitas
membina bercakap-cakap sehari-hari
hubungan 4. Dengan cara latihan 3. Latih cara mengontrol
saling percaya melakukan aktivitas halusinasi dengan minum
TUK 2: sehari-hari obat teratur dan jelaskan 6
Klien dapat benar minum obat
mengenal 4. Masukkan ke dalam
halusinasinya jadwal kegiatan harian
TUK 3: klien
Klien dapat Sp 2 pasien :
mengontrol 1. Evaluasi kegiatan minum
halusinasinya obat, beri pujian
2. Latih cara mengontrol
halusinasi dengan cara
menghardik
3. Masukkan pada jadwal
kegiatan harian pasien
Sp 3 pasien
1. Evaluasi kegiatan latihan

16
minum obat teratur dan
latihan menghardik
2. Latih cara mengontrol
halusinasi dengan
bercakap-cakap
3. Masukkan ke dalam
jadwal kegiatan harian
pasien
Sp 4 pasien :
1. Evaluasi kegiatan latihan
minum obat, menghardik
dan bercakapcakap. Beri
pujian.
2. Latih cara mengontrol
halusinasi dengan
melakukan kegiatan harian
3. Masukkan ke dalam
jadwal kegiatan harian
pasien
Gangguan TUK 1: Setelah dilakukan Sp 1 keluarga
persepsi Keluarga pertemuan 2-4 x 1. Diskusikan masalah yang
sensori: mampu pertemuan keluarga dirasakan merawat pasien
halusinasi mengenal mampu mengarahkan halusinasi
masalah pasien dalam 2. Jelaskan pengertian, tanda
halusinasi mengontrol halusinasi gejala, dan proses
TUK 2: terjadinya halusinasi
mampu 3. Jelaskan cara merawat
merawat pasien halusinasi
pasien 4. Latih cara merawat
halusinasi halusinasi :minum obat
dengan baik, teratur

17
memanfaatkan 5. Anjurkan membantu
fasilitas pasien sesuai jadwal. beri
pelayanan pujian
kesehatan Sp 2 keluarga
untuk folow up 1. Evaluasi kegiatan keluarga
pasien secara dalam merawat / melatih
teratur pasien minum obat secara
teratur, beri pujian
2. Jelaskan cara latihan
menghardik
3. Latih cara menghardik
4. Anjurkan membantu
pasien sesuai jadwal , beri
pujian
Sp 3 keluarga
1. Evaluasi kegiatan keluarga
dalam merawat/ melatih
pasien minum obat teratur,
menghardik, beri pujian
2. Jelaskan cara bercakap-
cakap dan melakukan
kegiatan untuk mengontrol
halusinasi
3. Latih dan sediakan waktu
bercakap-cakap dengan
pasien terutama saat
halusinasi
4. Anjurkan membantu
pasien sesuai jadwal , beri
pujian
Sp 4 keluarga

18
1. Evaluasi kegiatan keluarga
dalam merawat/melatih
pasien minum obat teratur,
menghardik, dan
bercakap-cakap, beri
pujian
2. Latih cara merawat pasien
dengan mengontrol
halusinasi melalui
kegiatan sehari-hari
3. Jelaskan follow up PKM
tanda kambuh, rujukan
4. Anjurkan membantu
pasien sesuai dengan
jadwal dan berikan pujian

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan keperawatan oleh klien. Hal yang harus
diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah tindakan keperawatan yang akan
dilakukan implementasi pada klien dengan halusinasi dilakukan secara interaksi dalam
melaksanakan tindakan keperawatan, perawat harus lebih dulu melakukan (Afnuhazi,
2015):
SP 1 klien:
1) Membina hubungan saling percaya
2) Membantu pasien menyadari gangguan persepsi sensori halusinasi
- Tanyakan pendapat klien mengenai : halusinasi
- Mengidentifikasi isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus, respon, perasan ,
upaya yang dilakukan untuk mengontrol halusinasi
3) Jelaskan cara mengontrol halusinasi
4) Melatih cara mengontrol halusinasi dengan minum obat secara teratur ( 6 benar
minum obat)

19
5) Masukkan ke dalam kegiatan harian pasien
Sp 2 pasien
1) Mengevaluasi kegiatan minum obat secara teratur
2) Menjelaskan dan melatih pasien cara menghardik
3) Memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian klien
Sp 3 pasien
1) Mengevaluasi kegiatan minum obat dan latihan menghardik
2) Menjelaskan dan melatih mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap
3) Memasukkkan ke dalam jadwal kegiatan harian pasien
Sp 4 pasien
1) Mengevaluasi kegiatan minum obat, latihan menghardik dan bercakap-cakap
2) Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan sehari-hari
3) Memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian pasien
Tindakan keperawatan pada keluarga dengan halusinasi adalah sebagai berikut :

Sp 1 keluarga
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan merawat pasien halusinasi
2. Menjelaskan cara merawat pasien halusinasi
3. Melatih cara merawat pasien halusinasi :minum obat teratur
Sp 2 keluarga
1. Mengevaluasi kegiatan keluarga dalam merawat / melatih pasien minum obat secara
teratur, beri pujian
2. Menjelaskan cara latihan menghardik
3. Melatih cara menghardik
4. Menganjurkan membantu pasien sesuai jadwal , beri pujian
Sp 3 keluarga
1. Menjelaskan cara bercakap-cakap dan melakukan kegiatan untuk mengontrol
halusinasi
2. Melatih dan sediakan waktu bercakap-cakap dengan pasien terutama saat halusinasi
Sp 4 keluarga
1. Melatih cara merawat pasien dengan mengontrol halusinasi melalui kegiatan sehari-
hari

20
2. Menjelaskan follow up PKM tanda kambuh, rujukan
E. Evaluasi keperawatan
Evaluasi Kemampuan Pasien dan Keluarga
Evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang sudah di lakukan untuk pasien
gangguan sensori persepsi halusinasi adalah sebagai berikut
a. Pasien mampu:
1) Mengungkapkan isi halusinasi yang dialaminya
2) Menjelaskan waktu dan frekuensi halusinasi yang dialami.
3) Menjelaskan situasi yang mencetuskan halusinasi
4) Menjelaskan perasaannya ketika mengalami halusinasi
5) Menerapkan 4 cara mengontrol halusinasi:
(a) Menghardik halusinasi
(b) Mematuhi program pengobatan
(c) Bercakap dengan orang lain di sekitarnya bila timbul halusinasi
(d) Menyusun jadwal kegiatan dari bangun tidur di pagi hari sampai mau tidur
pada malam hari selama 7 hari dalam seminggu dan melaksanakan jadwal
tersebut secara mandiri
6) Menilai manfaat cara mengontrol halusinasi dalam mengendalikan halusinasi
b. Keluarga mampu:
1) Menjelaskan halusinasi yang dialami oleh pasien
2) Menjelaskan cara merawat pasien halusinasi melalui empat cara mengontrol
halusinasi yaitu menghardik, minum obat,cakap-cakap dan melakukan aktifitas di
rumah
3) Mendemonstrasikan cara merawat pasien halusinasi
4) Menjelaskan fasilitas kesehatan yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah
pasien
5) Menilai dan melaporkan keberhasilannnya merawat pasien
2.9 Standar Operasional prosedur (SOP) Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulus
persepsi Halusinasi
Sesi 1: Mengenal Halusinasi
1. Pengertian

21
Terapi yang menggunakan aktivitas sebagai ajang untuk mempersepsikan
stimulus tidak nyata dan respon yang dialami dalam kehidupan (halusinasi)
untuk didiskusikan.
2. Tujuan
1. Klien dapat mengenal halusinasi
2. Klien mengenal waktu terjadinya halusinasi
3. Klien mengenal situasi terjadinya halusinasi
4. Klien mengenal perasaannya pada saat terjadi halusinasi.
3. Indikasi
Pasien dengan halusinasi tahap maintenance
4. Persiapan pasien
1) Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan perubahan persepsi
sensori: halusinasi
2) Membuat kontrak dengan klien
5. Persiapan setting dan alat:
Setting:
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Tempat tenang dan nyaman
Alat:
1. Spidol
2. Papan tulis/ flipchart/ whiteboard
Metode:
1. Diskusi dan tanya jawab
2. Bermain peran/simulasi
6. Cara kerja
Orientasi:
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama)
3) Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama)
b. Evaluasi

22
Menanyakan perasaan klien saat ini
c. Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu mengenal
suara yang didengar
2) Terapis menjelaskan aturan main berikut:
- Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta ijin
kepada terapis
- Lama kegiatan 45 menit
- Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
Tahap kerja
a. Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dlakukan, yaitu mengenai suara-
suara yang didengar (halusinasi) tentang isinya, waktu terjadinya, dan
perasaan klien pada saat terjadi
b. Terapis meminta klien menceritakab isi halusinasi, kapan terjadinya,
situasi yang membuat terjadi, dan perasaan klien saat terjadi halusinasi.
Mulai dari klien yang sebelah kanan, secara berurutan sampai semua klien
mendapat giliran. Hasilnya tulis di whiteboard
c. Beri pujian pada klien yang melakukan dengan baik
d. Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi terjadi, dan perasaan klien dari suara
yang bisa didengar
Tahap terminasi
a. Evaluasi
1). Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2). Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar
b. terapis meminta klien melaporkan isi, waktu, situasi, dan perasaannya jika
terjadi halusinasi
c. kontrak yang akan datang
1) menyepakati TAK yang akan datang, yaitu caramengontrol halusinasi
2) menyepakati waktu dan tempat

23
7. Evaluasi
Evaluasi dilakukan menggunakan formulir di bawah ini pada saat proses TAK
berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan
klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi halusinasi sesi 1,
kemampuan yang diharapkan adalah mengenal isi halusinasi, waktu terjadinta halusinasi,
situasi terjadinya halusinasi, dan perasaan saat terjadi halusinasi. Formulir evaluasi
sebagai berikut:
Sesi 1 : TAK
Stimulasi persepsi: halusinasi
Kemapuan mengenal halusinasi
No Nama klien Menyebutkan Menyebutkan Menyebutkan Menyebutkan
isi halusinasi waktu terjadi situasi terjadi perasaan saat
halusinasi halusinasi halusinasi

Petunjuk:
1. Dibawah judul nama klien, tukis nama panggilan klien yang ikut TAK
2. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan mengenal halusinasi: isi,
waktu, situasi dan perasaan. Beri tanda centang jika ditemuka pada klien atau
tanda x jika tidak ditemukan.
8. Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang klien niliki ketika TAK pada catatan proses keperawatan.
Contoh catatan: klien mengikuti sesi 1 TAK stimulasi persepsi halusinasi. Klien mampu
menyebutkan isi halusinasi, waktu, situasi, perasaan. Anjurkan kluen mengidentifikasi
halusinasi yang timbul dan menyampaikan kepada perawat.
Sesi 2: Menghardik halusinasi
1. Pengertian
Terapi yang menggunakan aktivitas sebagai ajang untuk mempersepsikan stimulus tidak
nyata dan respons yang dialami dalam kehidupan (halusinasi) untuk didiskusikan.

24
2. Tujuan
1) Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk mengatasi halusinasi
2) Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi
3) Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi
3. Indikasi
Pasien dengan tahap pemeliharaan halusinasi
4. Persiapan pasien
1) Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi 1
2) mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
5. Persiapan Setting dan alat
Setting:
1) Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2) Tempat tenang dan nyaman
Alat
1) Spidol
2) Papan tulis/flipchart/whiteboard
3) Jadwal kegiatan klien
Metode
1) Diskusi dan tanya jawab
2) Bermain peran/simulasi
6. Cara bekerja
Orientasi
a) Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Klien dan terapis pakai papan nama
b) Evaluasi/validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Menanyakan pengalaman halusinasi yang terjadi: isi, waktu, situasi, dan perasaan
c) Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu dengan
latihan satu cara mengontrol halusinasi

25
2) Terapis menjelaskan aturan main berikut:
- Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin
kepada terapis
- Lama kegiatan 45 menit
- Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
Tahap Kerja
a. Terapis meminta klien menceritakan apa yang dilakukan pada saat mengalami
halusinasi, dan bagaimana hasilnya ulangi sampai semua klien mendapat giliran.
b. Berikan pujian setiap klien yang sudah selesai bercerita
c. Terapis menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik halusinasi saat
halusinasi muncul
d. Terapis memperagakan cara menghardik halusinasi
e. Terapis meminta masing-masing klien memperagakan cara menghardik halusinasi
dimulai dari klien di sebelah kiri terapis berurutan searah jarum jam sampai semua
peserta mendapat giliran
f. Beri pujian pada klien yang melakukan dengan baik
Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar
b. Rencana tindak lanjut
1) Terapis menganjurkan klien untuk menerapkan cara yang telah dipelajari jika
muncul
2) Memasukkan kegiatan menghardik dalam jadwal kegiatan harian klien
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakat TAK yang akan datang, yaitu cara mengontrol halusinasi dengan
melakukan
2) Menyepakati waktu dan tempat
7. Evaluasi
Evaluasi dilakukan menggunakan formulir di bawah ini pada saat proses TAK
berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan

26
klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi halusinasi sesi 2,
kemampuan yang diharapkan adalah mengatasi halusinasi dengan menghardik. Formulir
evaluasi sebagai berikut:
Sesi 2 : TAK
Stimulasi persepsi: halusinasi
Kemapuan menghardik halusinasi
No Nama Menyebutkan cara Menyebutkan Menyebutkan Memperagrakan
klien yang digunakan efektifitas cara menghardik
mengatasi halusinasi cara mengatasi halusinasi
halusinasi halusinasi
dengan
menghardik

Petunjuk:
1. Dibawah judul nama klien, tukis nama panggilan klien yang ikut TAK
2. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan menyebutkan: cara yang
biasa digunakan untuk mengatasi halusinasi, keefektifannya, cara menghardik
halusinasi, dan memperagakannya. Beri tanda centang jika ditemuka pada klien
atau tanda x jika tidak ditemukan.
8. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang klien miliki ketika TAK pada catatan proses
keperawatan. Contoh catatan: Klien mengikuti sesi 2 TAK stimulus persepsi halusinasi.
Klien mampu memperagakan cara menghardik halusinasi. Anjurkan klien
menggunakannya jika halusinasi muncul, khusus pada malam hari (dibuat jadwal).
Sesi 3: Menghardik Halusinasi dengan cara melakukan kegiatan sehari-hari
1. Pengertian

27
Terapi yang menggunakan aktivitas sebagai ajang untuk mempersepsikan
stimulus tidak nyata dan respon yang dialami dalam kehidupan (halusinasi )
untuk didiskusikan.
2. Tujuan
- Klien dapat memahami pentingnya melakukan kegiatan untuk mencegah
munculnya halusinasi
- Klien dapat menyusun jadwal kegiatan untuk mencegah terjadinya halusinasi
3. Indikasi
Pasien dengan halusinasi tahap maintenance
4. Persiapan pasien
Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi 2
5. Persiapan Setting dan Alat
Setting
1) Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2) Tempat tenang dan nyaman
Alat
1) Pulpen/sidol
2) Papan tulis/filipchart/ whiteboard
3) Jadwal kegiatan klien
Metode
1) Diskusi dan tanya jawab
2) Bermain peran/simulasi dan latihan
6. Cara Kerja
Orientasi
a) Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Klien dan terapis pakai papan nama
b) Evaluasi/validasi
1) Menanyakan keadaan klien saat ini
2) Menanyakan cara mengontrol halusinasi yang sudah dipelajari
3) Menanyakan pengalaman klien menerapkan cara menghardik halusinasi

28
c) Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu mencegah
tejadinnya halusinasi dengan melakukan kegiatan
2) Terapis menjelaskan aturan main berikut:
- Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin
kepada terapis
- Lama kegiatan 45 menit
- Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
Tahap Kerja
a. Terapis menjelaskan cara kedua, yatu melakukan kgiatan sehari-hari. Jelaskan bahwa
dengan melakukan kegiatan yang teratur, akan mencegah munculnya halusinas
b. Terapis meminta tiap klien menyampakan kegiatan yang biasa dilkaukan sehari-hari
dan tulis di whiteboard/ flipchat
c. Terapis membagikan formulir jadwal kegiatan harian. Terapis menulis formulir yang
sama di whiteboard
d. Terapis membimbing satu persatu klien untuk membuat jadwal kegiatan harian, dari
bangun pagi sampai tidur malam. Klien menggunakan formulir, terapis menggunakan
whiteboard
e. Terapis melatih klien memperagakan kegiatan yang telah disusun
f. Beri pujian dengan tepuk tangan bersama kepada klien yang sudah membuat jadwal
dan memperagakan kegiatan
Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar
b. Rencana tindak lanjut
Terapis menganjurkan klien untuk menerapkan dua cara mengontrol halusinasi, yaitu
menghardik dan melakukan kegiatan.
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu cara mengontrol halusinasi dengan
melakukan

29
2) Menyepakati waktu dan tempat
9. Evaluasi
Evaluasi dilakukan menggunakan formulir di bawah ini pada saat proses TAK
berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan
klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi halusinasi sesi 3,
kemampuan yang diharapkan adalah klien melakukan kegiatan harian untuk mencegah
timbulnya halusinasi. Formulir evaluasi sebagai berikut:
Sesi 3 : TAK
Stimulasi persepsi: halusinasi
Kemapuan mencegah halusinasi dengan melakukan kegiatan
No Nama Menyebutkan kegiatan Memperagakan Menyusun Menyebutkan
klien yang biasa dilakukan kegiatan yang jadwal dua cara
biasa kegiatan mengontrol
dilakukan harian halusinasi

Petunjuk:
1. Dibawah judul nama klien, tukis nama panggilan klien yang ikut TAK
2. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan menyebutkan kegiatan harian
yang biasa dilakukan, memperagarakan salah satu kegiatan, menyusun jadwal
kegiatan harian, dan menyebutkan dua cara mencegah halusinasi. Beri tanda
centang jika ditemukan pada klien dan tanda silang jika tidak ditemukan.
10. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang klien miliki ketika TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Misalnya, nila kemampuan verbal bertanya 2, kemampuan verbal
menjawab 2, dan kemampuan nonverbal 2, maka catatan keperawatan adalah klien
mengikuti TAK sesi ke 3, klien belum mampu bercakap-cakap secara verbal dan non
verbal. Dianjurkan latihan diulang di ruangan (buat jadwal).

30
Sesi 4: Mencegah Halusinasi dengan bercakap-cakap
1. Pengertian
Terapi yang menggunakan aktivitas sebagai ajang untuk mempersepsikan
stimulus tidak nyata dan respon yang dialami dalam kehidupan (halusinasi)
untuk didiskusikan.
2. Tujuan
1) Klien dapat memahami pentingnya bercakap-cakap dengan orang lan untuk mencegah
munculnya halusinasi
2) Klien dapat bercakap-cakap dengan orang lain untuk mencegah halusinasi
3. Indikasi
Pasien dengan halusinasi tahap maintenance
4. Persiapan pasien
Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi 3
5. Persiapan setting dan alat:
Setting:
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Tempat tenang dan nyaman
Alat:
1. Spidol
2. Papan tulis/ flipchart/ whiteboard
Metode:
1. Diskusi dan tanya jawab
2. Bermain peran/simulasi
6. Cara kerja
Orientasi:
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama)
b. Evaluasi/ validasi
1) Menanyakan keadaan klien saat ini
2) Menanyakan pengalaman klien setelah menerapkan dua cara yang telah dipelajari

31
untuk mencegah halusinasi
c. Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu mencegah
tejadinnya halusinasi dengan bercakap-cakap
2) Terapis menjelaskan aturan main berikut:
- Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin
kepada terapis
- Lama kegiatan 45 menit
- Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
Tahap kerja
a. Terapis menjelaskan pentingnya bercakap-cakap dengan orang lan untuk mengontrol
dan mencegah halusinasi, sakan mencegah munculnya halusinasi
b. Terapis meminta tiap klien menyebutkan orang yang biasa dan bisa diajak bercakap-
cakap
c. Terapis meminta tiap klien menyebutkan pokok pembicaraan yang biasa dan biasa
dlakukan
d. Terapis memperagakan cara bercakap-cakap jika halusinasi muncul
e. Terapis meminta klie untuk memperagakan percakapan dengan orang disebelahnya
f. Beri pujian atas keberhasilan klien
g. Ulangi e dan f sampai semua klien mendapat giliran
Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar
b. Rencana tindak lanjut
Terapis menganjurkan klien untuk menerapkan tiga cara mengontrol halusinasi, yaitu
menghardik dan melakukan kegiatan, dan bercakap-cakap.
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu cara mengontrol halusinasi dengan
melakukan
2) Menyepakati waktu dan tempat

32
7. Evaluasi
Evaluasi dilakukan menggunakan formulir di bawah ini pada saat proses TAK
berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan
klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi halusinasi sesi 4,
kemampuan yang diharapkan adalah klen mencegah halusianasi dengan becakap-cakap.
Formulir evaluasi sebagai berikut:
Sesi 4 : TAK
Stimulasi persepsi: halusinasi
Kemapuan mencegah halusinasi dengan becakap-cakap
No Nama Menyebutkan orang Memperagakan Menyusun Menyebutkan
klien yang biasa diajak percakapan jadwal tiga cara
bicara percakapan mengontrol
halusinasi

Petunjuk:
3. Dibawah judul nama klien, tukis nama panggilan klien yang ikut TAK
4. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan mengenal halusinasi diajak
bicara, memperagakan peracakapn, menyusun jadwal percakapan,
menyebutkan tiga cara mencegah halusinasi. Beri tanda centang jika ditemukan
pada klien dan tanda silang jika tidak ditemukan.
8. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang klien miliki ketika TAK pada catatan proses
keperawatan. Contoh catatan; klien mengikuti sesi 4 TAK stimulus persepsi halusinasi.
Anjurkan klien bercakap-cakap denngan perawat dan klien lan di ruang perawat.

33
Sesi 5: Mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat
1. Pengertian
Terapi yang menggunakan aktivitas sebagai ajang untuk mempersepsikan
stimulus tidak nyata dan respon yang dialami dalam kehidupan (halusinasi)
untuk didiskusikan.
2. Tujuan
1) klien dapat memahami pentingnya patuh minum obat
2) klien memahami akibat tidak patuh minum obat
3) klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat
3. Indikasi
Pasien dengan halusinasi tahap maintenance
4. Persiapan pasien
Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi 4
5. Persiapan setting dan alat:
Setting:
3. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
4. Tempat tenang dan nyaman
Alat:
3. Spidol
4. Papan tulis/ flipchart/ whiteboard
Metode:
1) Diskusi dan tanya jawab
2) Bermain peran/simulasi
6. Cara kerja
Orientasi:
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama)
b. Evaluasi/ validasi
1) Menanyakan keadaan klien saat ini
2) Menanyakan pengalaman klien setelah menerapkan tiga cara yang telah dipelajari

34
untuk mencegah halusinasi
c. Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu mencegah
tejadinnya halusinasi dengan bercakap-cakap
2) Terapis menjelaskan aturan main berikut:
- Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin
kepada terapis
- Lama kegiatan 45 menit
- Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
Tahap kerja:
a. Terapis menjelaskan untungnya patuh minum obat
b. Terapis menjelaskna kergian tidak patuh obat, yaitu penyebab penyakit kambuh
c. Terapis meminta tiap klien menyamaipakan obat yang dimakan dan waktu
memakannya. Buat daftar di whiteboard.
d. Menjelaskan lima benar minum obat
e. Minta klien menyeutkan lima benar cara minum obat
f. Beri pujian pada klien yang benar
g. Mendiskusikan perasan klien sebelum minum obat
h. Mendiskusikan perasaan klien setelah minum obat
i. Menjelaskan keutnungan patuh minum obat
j. Menjelaskan akibat kergian tidak patuh minum obat
Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar
b. Rencana tindak lanjut
Terapis menganjurkan klien untuk menerapkan empat cara mengontrol halusinasi.
c. Kontrak yang akan datang
1) Mengakhiri sesi TAK stimulasi persepsi untuk mengontrol halusinasi
2) Buat kesepakatan baru untuk TAK yang lan sesua dengan indikasi klien
9. Evaluasi

35
Evaluasi dilakukan menggunakan formulir di bawah ini pada saat proses TAK
berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan
klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi halusinasi sesi 5,
mengetahui lima benar obat, dan akibat tidak patuh minum obat. Formulir evaluasi
sebagai berikut:
Sesi 5: TAK
Stimulasi persepsi: halusinasi
Kemapuan mencegah halusinasi dengan patuh minum obat
No Nama Menyebutkan lima Menyeutkan Menyeutkan akibat
klien benar minum obat keuntungan tidak patuh minum
minum obat obat

Petunjuk:
1. Dibawah judul nama klien, tukis nama panggilan klien yang ikut TAK
2. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan menyebutkan lima benar cara
minum obat, keuntungan minum obat dan akibat tidak patuh minum obat. Beri
tanda centang jika ditemukan atau tanda silang jika tidak ditemukan.
10. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang klien miliki ketika TAK pada catatan proses
keperawatan. Contoh catatan; klien mengikuti sesi 5 TAK stimulus persepsi halusinasi.
Klien mampu menyebutkan lima benar cara minum obat, keuntungan minum obat dan
akibat tidak patuh minum obat.

36
BAB 3

PENUTUPAN

3.1 KESIMPULAN
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien dengan
gangguan jiwa. Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptive individu yang berada
dalam rentang respon neurobiology. Ini merupakan respon persepsi paling maladaptif. Jika
klien sehat persepsinya akurat, mampu mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus
berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indera (pendengaran, penglihatan,
penghidu, pengecapan, dan perabaan), klien dengan halusinasi mepresepsikan suatu stimulus
panca indera walaupun sebenarnya stimulus itu tidak ada.
Adapun Faktor-faktor penyebab halusinasi:
a. Faktor predisposisi (Faktor perkembangan, Faktor sosiokultural, Faktor biokimia,
Faktor psikologis, serta Faktor genetic dan pola asuh)
b. Faktor Presipitasi (Dimensi fisik, Dimensi emosional, Dimensi intelektual, Dimensi
sosial, Dimensi spiritual)
Seseorang dapat dikatakan mengalami gangguan presepsi halusinasi ketika muncul tanda
gejala halusinasi seperti : Bicara atau tertawa sendiri, Marah-marah tanpa sebab, Ketakutan
kepada sesuatu yang tidak jelas, Menghidu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu,
Sering meludah atau muntah, Mengaruk-ngaruk permukaan kulit seperti ada serangga di
permukaan kulit. Sehingga didapatkan diagnosa sebagai berikut: isolasi social, resti pk,
gangguan persepsi halusinasi, harga diri rendah kronis, percobaan bunuh diri karena rasa
bersalah.
3.2 SARAN
Dengan diberikan tugas ini kami dapat lebih memahami dan mengerti tentang konsep
keperawatan pasien dengan gangguan kesehatan jiwa: Halusinasi. Dengan adanya tugas ini
diharapkan dapat dijadikan sebagai bacaan untuk menambah wawasan dari ilmu yang telah
didapatkan dan lebih baik lagi dari sebelumnya.

37
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, M., & Iskandar.(2012). Asuhan Keperawatan Jiwa.Bandung : Refika Aditama


Kusumawati, F &Hartono, 2012.Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Jakarta : Salemba Medika
Nurhalimah. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan: Keperawtan Jiwa. Jakarta .
Videbeck, Yosep, I. (2009). Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Adi
Videbeck, S.L.(2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

38

Anda mungkin juga menyukai