Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KESEHATAN JIWA HALUSINASI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Keperawatan Jiwa 2

Dosen Pengampu : Juliyanti, S.Kep, Ners., M.Si

KELOMPOK 2
Disusun Oleh:
Angelica Revina 1420118061
Deby Paulina 1420118037
Fika Fadilah 1420118049
Putri Adya Hutami 1420118007
Mia Odelya Nababan 1420118047
Oktri Ustina 1420118004
Sekar Pradita Ediana 1420118044
Vina Yutami Astuty 0432051420117040
Rajahot Parulian Manullang 1420118028
S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL
Jl. Raya Kopo No.161, Situsaeur, Kec. Bojongloa Kidul
BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa tercurah ke hadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan disusunnya makalah ini ialah sebagai salah satu agenda kegiatan akademis
pada tingkat perkuliahan semester V (lima), dalam mata ajar Keperawatan Jiwa 2.

Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan
penghargaan setinggi – tingginya kepada :

1) Juliyanti, S.Kep, Ners., M.Si selaku Dosen dalam mata ajar Keperawatan Jiwa 2
2) Kedua orang tua dan para sahabat yang selalu memberi dukungan dan motivasi kepada
kami.

Penyusun berharap bahwa makalah ini dapat bermanfaat baik untuk dunia keilmuwan
maupun untuk kegiatan praktek.Namun demikian, penyusun menyadari masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini baik isi maupun bahasannya, sehingga saran dan
kritik yang membangun demi penyempurnaan makalah ini sangat penyusun harapkan.

Bandung, 24 Januari 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................2
Bandung, 24 Januari 2021...............................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG..........................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................5
C. TUJUAN PENULISAN........................................................................................5
D. MANFAAT PENULISAN...................................................................................5
E. SISTEMATIKA PENULISAN.............................................................................6
BAB II..............................................................................................................................7
TINJAUAN TEORITIS...................................................................................................7
A. MASALAH UTAMA HALUSINASI..................................................................7
B. PROSES TERJADINYA MASALAH.................................................................7
1. Pengertian Halusinasi........................................................................................7
2. Jenis Halusinasi.................................................................................................8
3. Fase Halusinasi..................................................................................................9
4. Tanda dan Gejala.............................................................................................10
5. Faktor penyebab halusinasi.............................................................................12
6. Kondisi Klinis Terkait.....................................................................................14
C. POHON MASALAH..........................................................................................14
D. Asuhan Keperawatan..........................................................................................15
1. Data yang Perlu Dikaji....................................................................................15
2. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul...............................................19
3. Data yang Perlu Dikaji....................................................................................20
4. Diagnosis Keperawatan...................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien mengalami
perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaaan atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang
sebetulnya tidak ada (Damaiyanti, 2012).
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan
internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi
atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata.
Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang
berbicara (Kusumawati & Hartono, 2012).
Halusinasi merupakan salah satu gejala yag sering ditemukan pada klien
dengan gangguan jiwa. Halusinasi sering diidentikkan dengan skizofrenia. Dari
seluruh klien skizofrenia 70% diantaranya mengalami halusinasi. Gangguan jiwa
lain juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif dan
delirium. Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempresepsipkan
sesuatu yang sebenarnya tidakterjadi. Suatu penerapan panca indera tanpa ada
rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca
ondera tanpa stimulus eksteren persepsi palsu. Salah persepsi pada halusinasi
terjadi tanpa adanya stimulus eksternal yang terjadi. Stimulus internal
dipersepsikan sebagai sesuatu yang nyata ada oleh klien
( Stuart, 2009 )
Perubahan persepsi tentang halusinasi adalah ketidakmampuan manusia
dalam membedakan antara rangsang yang timbul dari sumber internal seperti
pikiran,perasaan, dan sensasi somatic dengan inpuls dan stimulus external.
Manusia pada dassarnya masih mempunyai kemampuan dan membandingkan dan

1
mengenal mana yang merupakan respon dari luar dirinya. Manusia yang
mempunyai ego yang sehat dapat membedakan antara fantasi dan kenyataan.
Mereka dalam menggunakan proses fikir yang logis, membedakan dengan
pengalaman dan memvalidasikan serta mengevaluasi secara akurat (Nasution,
2003)

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Halusinasi?
2. Apa saja jenis-jenis Halusinasi?
3. Apa saja fase pada Halusinasi?
4. Bagaimana tanda dan gejala pada Halusinasi?
5. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan Halusinasi?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah penulis mampu memahami dan
mempelajari tentang halusinasi.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penulisan makalah ini yaitu penulis mampu:
Mengidentifikasi pengertian dari halusinasi, jenis-jenis halusinasi, fase pada
halusinasi, tanda dan gejala pada halusinasi, faktor-faktor yang
menyebabkan halusinasi.

D. MANFAAT PENULISAN
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Penulis dapat menambah wawasan dalam mengidentifikasi mengenai
pengertian halusinasi.

2
2. Makalah ini dapat dijadikan suatu referensi dalam upaya pembahasan
tentang halusinasi, sehingga mampu memahaminya.

E. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan pada makalah ini yaitu:
BAB 1 Pendahuluan
Berisi tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan dan Sistematika
Penulisan.
BAB 2 Tinjauan Teoritis
Berisi tentang Pengertian Halusinasi, Jenis-jenis Halusinasi, Fase Halusinasi,
Tanda dan Gejala Halusinasi, Faktor-faktor pada Halusinasi, Kondisi Klinis, Pohon
Masalah, dan Laporan Pendahuluan & Asuhan Keperawatan
BAB 3 Evaluasi
Berisi tentang Evaluasi dari hasil laporan mengenai Halusinasi

3
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. MASALAH UTAMA HALUSINASI


Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah gejala gangguan jiwa berupa respons panca-indra,
yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, dan pengecapan
terhadap sumber yang tidak nyata (Keliat & Akemat, 2007; Stuart, Keliat, &
Pasaribu, 2017).
Menurut Cook dan Fontaine (1987) perubahan persepsi sensori:
halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien yang
mengalami perubahan persepsi sensori seperti merasakan sensasi palsu berupa
suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan.
Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca
indera (Isaacs, 2002).
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca
indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu
persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis,
2005).
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah
(Stuart, 2007).
Dari beberapa pengertian yang dikemukan oleh para ahli mengenai
halusinasi diatas, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa halusinasi

4
adalah persepsi klien melalui panca indera terhadap lingkungan tanpa ada
stimulus atau rangsangan yang nyata.

2. Jenis Halusinasi
Menurut (Menurut Stuart, 2007), jenis halusinasi antara lain :
a. Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara
orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan
apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan
sesuatu.
b. Halusinasi penglihatan (Visual) 20 %
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran
cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas
dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
c. Halusinasi penciuman (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang
menjijikkan seperti : darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau
harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
d. Halusinasi peraba (tactile)
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa
stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah,
benda mati atau orang lain.
e. Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikkan, merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
f. Halusinasi sinestetik

5
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan
urine.
g. Halusinasi Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
3. Fase Halusinasi
Fase halusinasi ada 5 yaitu (Stuart dan Laraia, 2001):
 Stage 1 : sleep disolder
Fase awal seseorang sebelum muncul halusinasi Klien merasa banyak
masalah, ingin menghindar dari lingkungan, takut diketahui orang lain bahwa
dirinya banyak masalah.
Contoh: terlibat narkoba, menghamili, di PHK di tempat kerjanya
 Stage 2 : comforting moderate level of anxiety
Halusinasi secara umum ia terima sebagai suatu yang alami Pasien mengalami
emosi yang berkelanjutan seperti adanya perasaan cemas, kesepian, perasaan
berdosa.
 Stage 3 : condemning severe level of anxiety
Secara umum halusinasi sering mendatangi klien Pengalaman sensori
menjadi sering datang mengalami bias.klien merasa tidak mampu lagi
mengontrol dan mulai menjaga jarak dengan orang lain, dan akhirnya menarik
diri
 Stage 4 : controling severe level of anxiety
Fungsi sensori menjadi tidak relevan dengan kenyataan Klien mencoba
melawan suara atau sensory abnormal yang datang. Mulai ada gangguan
psychotic

6
 Stage 5 : conquering panic level of anxiety
Klien mengalami gangguan dalam menilai lingkungannya Pengalaman
sensory nya terganggu klien mulai merasa terancam dengan datangnya suara
suara bilamana klien tidak menuruti ancaman atau perintah yang ia dengar dari
halusinasinya.

4. Tanda dan Gejala


Pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk
terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau berbicara
sendiri, secara tiba-tiba marah atau menyerang orang lain, gelisah, melakukan
gerakan seperti sedang menikmati sesuatu. Juga keterangan dari pasien sendiri
tentang halusinasi yang dialaminya (apa yang dilihat, didengar atau dirasakan).
Berikut ini merupakan gejala klinis berdasarkan halusinasi (Budi Anna Keliat,
1999) :
a. Tahap 1: halusinasi bersifat tidak menyenangkan
Gejala klinis:
1) Menyeriangai/tertawa tidak sesuai
2) Menggerakkan bibir tanpa bicara
3) Gerakan mata cepat
4) Bicara lambat
5) Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan
b. Tahap 2: halusinasi bersifat menjijikkan
Gejala klinis:
1) Cemas
2) Konsentrasi menurun
3) Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata

7
c. Tahap 3: halusinasi bersifat mengendalikan
Gejala klinis:
1) Cenderung mengikuti halusinasi
2) Kesulitan berhubungan dengan orang lain
3) Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah
4) Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti
petunjuk).
d. Tahap 4: halusinasi bersifat menaklukkan
Gejala klinis:
1) Pasien mengikuti halusinasi
2) Tidak mampu mengendalikan diri
3) Tidak mamapu mengikuti perintah nyata
4) Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.

Tanda dan Gejala Mayor & Minor:


 Mayor
Subjektif:
1. Mendengar suara orang bicara tanpa ada orangnya.
2. Melihat benda, orang, atau sinar tanpa ada objeknya
3. Menghidu bau-bauan yang tidak sedap, seperti bau badan padahal
tidak
4. Merasakan pengecapan yang tidak enak
5. Merasakan rabaan atau gerakan badan
Objektif:
1. Bicara sendiri
2. Tertawa sendiri
3. Melihat ke satu arah

8
4. Mengarahkan telinga kearah tertentu
5. Tidak dapat memfokuskan pikiran
6. Diam sambil menikmati halusinasinya.
 Minor
Subjektif:
1. Sulit tidur
2. Khawatir
3. Takut
Objektif:
1. Konsentrasi buruk
2. Disorientasi waktu, tempat, orang, atau situasi
3. Afek datar
4. Curiga
5. Menyendiri, melamun
6. Mondar- mandir
7. Kurang mampu merawat diri

5. Faktor penyebab halusinasi


Faktor Predisposisi
Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
a. Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan
respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini
ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut:
1) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang
lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal,
temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.

9
2) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang
berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan
dengan terjadinya skizofrenia.
3) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan
terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak
klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel,
atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan
kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
b. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan
kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat
mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan
kekerasan dalam rentang hidup klien.
c. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stress.

Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan
setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak
berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan
masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat,
2006).
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi
adalah:

10
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak
yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi
stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
b. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

6. Kondisi Klinis Terkait


a. Psikotik akut
b. Skizofrenia
c. Gangguan bipolar
d. Parkinson
e. Delirium
f. Dimensia

C. POHON MASALAH

Resiko menciderai diri sendiri, orang lain , dan lingkungan

Gangguan persepsi sensori : halusinasi

11
Isolasi sosial menarik diri

harga diri rendah kronis

Gambar (Keliat, B.A, 2006)

D. Asuhan Keperawatan
1. Data yang Perlu Dikaji
a. Alasan masuk RS
Umumnya klien halusinasi dibawa ke rumah sakit karena keluarga
merasa tidak mampu merawat, terganggu karena perilaku klien dan hal
lain, gejala yang dinampakkan dirumah sehingga klien dibawa ke rumah
sakit untuk mendapatkan perawatan.
b. Faktor Prediposisi
1) Faktor perkembangan terlambat
 Usia bayi tidak terpenuhi kebutuhan makanan, minuman dan
rasa aman.
 Usia balita, tidak terpenuhi kebutuhan otonomi.
 Usia sekolah mengalami peristiwa yang tidak terselesaikan.
2) Faktor Komunikasi dalam Keluarga
 Komunikasi peran ganda
 Tidak ada komunikasi
 Tidak ada kehangatan
 Komunikasi dengan emosi berlebihan

12
 Komunikasi tertutup
 Orangtua yang membandingkan anak-anaknya, orang tua
yang otoritas dan konflik dalam keluarga.
3) Faktor Sosial Budaya
Isolasi sosial pada usia lanjut, cacat, sakit kronis, tuntutan
lingkungan yang terlalu tinggi.
4) Faktor Psikologis
Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup diri,
ideal diri tinggi, harga diri rendah, identitas diri tidak jelas, krisis
peran, gambaran diri negatif dan koping destruktif.
5) Faktor Biologis
Adanya kejadian terhadap fisik, berupa: atyrofi otak, pembesaran
vertikel, perubahan besar dan bentuk sel korteks dan limbik.
6) Faktor Genetik
Telah diketahui bahwa genetic schizophrenia diturunkan melalui
kromosom tertentu. Namun demikian kromosom yang keberapa
yang menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih
dalam tahap penelitian. Diduga letak gen skizofrenia adalah
kromosom nomor enam, dengan kontribusi genetic tambahan nomor
4,8,5 dan 22. Anak kembar identik memiliki kemungkinan
mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah satunya mengalami
skizofrenia, sementara jika di zygote peluangnya sebesar 15%
mengalami skizofrenia, sementara bila kedua orang tuanya
skizofrenia maka peluangnya menjadi 35%.

13
c. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor pencetus respon nuerobiologis meliputi:
1) Berlebihannya proses informasi pada sistem syaraf yang menerima
dan memproses informasi di thalamus dan frontal otak.
2) Mekanisme penghangatan listrik di syaraf terganggu (mekanisme
penerimaan abnormal)
3) Adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan
tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya.

Menurut Stuart (2007), pemicu gejala respon neurobiologist


maladaptif adalah kesehatan, lingkungan dan perilaku.
a) Kesehatan
Nutrisi dan tidur kurang, ketidakseimbangan irama sikardian,
kelelahan dan infeksi, obat-obatan sistem syaraf pusat, kurangnya
latihan dan hambatan untuk menjangkau pelayanan kesehatan.
b) Lingkungan
Lingkungan sekitar yang memenuhi, masalah dalam rumah tangga,
kehilangan kebebasan hidup dalam melaksanakan pola aktivitas
sehari-hari, sukar dala, berhubungan dengan orang lain, isolasi
sosial, kurangnya dukungan socialism tekanan kerja, dan
ketidakmampuan mendapat pekerjaan.
c) Sikap
Merasa tidak mampu, putus asa merasa gagal, merasa punya
kekuatan berlebihan, merasa malang, rendahnya kemampuan
sosialisasi, ketidakadekuatan pengobatan dan penanganan gejala.

14
d) Perilaku
Respon perilaku klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga,
ketakutan, rasa tidak aman, gelisah, bingung, perilaku merusak,
kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan, bicara
sendiri. Perilaku klien yang mengalami halusinasi sangat tergantung
pada jenis halusinasinya. Apabila perawat mengidentifikasi adanya
tanda-tanda dan perilaku halusinasi maka pengkajian selanjutnya
e) harus dilakukan tidak hanya sekedar mengetahui jenis halusinasinya
saja. Validasi informasi tentang halusinasi yang diperlukan meliputi:
Isi halusinasi
 Menanyakan suara siapa yang didengar, apa yang dikatakan.
 Waktu dan frekuensi
Kapan pengalaman halusinasi munculnya berapa kali sehari.
 Situasi pencetus halusinasi
Perawat perlu mengidentifikasi situasi yang dialami sebelum
halusinasi muncul. Perawat bisa mengobservasi apa yang
dialami klien menjelang munculnya halusinasi untuk
memvalidasi pertanyaan klien.
 Respon klien
Sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien. Bisa
dikaji dengan apa yang dilakukan oleh klein saat mengalami
pengalaman halusinasi. Apakah klien bisa mengontrol
stimulus halusinasinya atau sebaliknya.

15
d. Pemeriksaan Fisik
Yang dikaji adalah tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernafasan dan
tekanan darah).
1) Status Mental
 Penampilan : tidak rapi, tidak serasi
 Pembicaraan : terorganisir/berbelit-belit
 Aktivitas motorik : meningkat/menurun
 Afek : sesuai/maladaptif
 Persepsi : ketidakmampuan menginterpretasikan stimulus yang
ada sesuai dengan informasi.
 Proses pikir : proses informasi yang diterima tidak berfungsi
dengan baik dan dapat mempengaruhi proses pikir
 Isi pikir : berisikan keyakinan berdasarkan penilaian realistis
 Tingkat kesadaran
 Kemampuan konsentrasi dan berhitung
2) Mekanisme Koping
 Regresi : malas beraktifitas sehari-hari
 Proyeksi : perubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk
mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain.
 Menarik diri : mempercayai orang lain dan asyik dengan
stimulus internal
3) Masalah Psikososial dan Lingkungan : masalah berkenan dengan
ekonomi, pekerjaan, pendidikan dan perumahan atau pemukiman.
2. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul
Ada beberapa diagnosa keperawatan yang sering ditemukan pada klien
dengan halusinasi menurut Keliat (2006) yaitu:
a. Resiko Perilaku kekerasan

16
b. Gangguan persepsi sensori: halusinasi

17
c. Isolasi sosial: menarik diri
d. Defisit perawatan diri

3. Data yang Perlu Dikaji

MASALAH
NO DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIF
KEPERAWATAN

1. Masalah utama : Klien mengatakan Tampak bicara dan ketawa


gangguan persepsi melihat atau mendengar sendiri.
sensori halusinasi sesuatu. Klien tidak Mulut seperti bicara tapi
mampu mengenal tidak keluar suara.
tempat, waktu, orang. Berhenti bicara seolah
mendengar atau melihat
sesuatu. Gerakan mata
yang cepat.

2. Isolasi sosial : menarik Klien mengatakan Tidak tahan terhadap


diri merasa kesepian. kontak yang lama.
Klien mengatakan tidak Tidak konsentrasi dan
dapat berhubungan pikiran mudah beralih saat
sosial. bicara.
Klien mengatakan tidak Tidak ada kontak mata.
berguna. Ekspresi wajah murung,
sedih.
Tampak larut dalam
pikiran dan ingatannya
sendiri.

18
Kurang aktivitas.
Tidak komunikatif.

Resiko mencederai diri Klien mengungkapkan Wajah klien tampak


3.
sendiri dan orang lain takut. tegang, merah.
Mata merah dan melotot.
Klien mengungkapkan
Rahang mengatup.
apa yang dilihat dan
Tangan mengepal.
didengar mengancam
Mondar mandir.
dan membuatnya takut

4. Diagnosis Keperawatan
Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi

19
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2000. Keperwatan Jiwa: Teori dan Tindakan Keperawatan Jiwa. Jakarta:L
Depkes RI.
Keliat, Budi Anna., [et al.]. 2019. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Kusumawati dan Hartono. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika
Keliat, B.A. 1999. Proses Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC
Keliat, Budi Anna., Akemat., Helena, Novy., Nurhaeni, Heni. (2011). Keperawatan
Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta : EGC
Keliat Budi Anna, dan Akemat. (Editor). 2006. Modul Model Praktek Keperawatan
Profesional Jiwa (MPKP Jiwa). Kerja sama WHO perwakilan Indonesia dan
FIK UI. Tidak diterbitkan
Keliat, Budi Anna, dkk. (Editor). 2005. Modul Bacic Course Community Mental
Health Nursing (CMHN). Tidak diterbitkan.
Stuart dan Sundeen. 2005. Buku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

20

Anda mungkin juga menyukai