Anda di halaman 1dari 69

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

“ KONSEP DASAR DAN ASUHAN KEPERAWATAN


GANGGUAN PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI) ”
Dosen pembimbing : I Wayan Candra,S.PD.,S.KEP.NS.,M.SI

Oleh :
KELOMPOK 3/2.1 D-III KEPERAWATAN

Adinda Safitri Abu Bakrin (P07120120025)


Ni Putu Diah Puspita Dewi (P07120120026)
Adhe Irma Anantaliana Devi (P07120120027)
I Gede Oka Kusuma Jaya (P07120120028)
Kadek Widhi Cahyani (P07120120029)
Ni Komang Ayu Trisnawati (P07120120030)
Ni Kadek Karisma Purnama Dewi (P07120120031)
Ni Made Anggita Wahyuni (P07120120032)
Ni Made Ari Puspita Dewi (P07120120033)
Ni Luh Kade Dwi Putri Septiani (P07120120034)
Ni Putu Diva Cahyani (P07120120035)
Ni Luh Kadek Astrid Puspita Sari (P07120120036)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2022
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
berkatnya sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul
“Konsep Dasar dan Asuhan Keperawatan Gangguan Persepsi Sensori
(Halusinasi)” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas pada dosen mata kuliah Keperawatan Jiwa yang
telah memberikan tugas sehingga dapat menambah wawasan serta pengetahuan
dalam bidang studi yang ditekuni.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan pembimbing dan pihak yang telah berkontribusi sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu pada kesempatan kali ini saya
ingin menyampaikan terimakasih kepada :
1. Bapak I Wayan Candra.S.PD.,S.KEP.,M.SI selaku Dosen Pembimbing
Mata Kuliah Keperawatan Jiwa.
2. Serta teman-teman kami yang senantiasa memberikan doa serta dukungan
kepada kami.

Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami mengharapkan
adanya kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi
penyempurnaan makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat maupun referensi bagi seluruh pembaca.

Denpasar, 15 Februari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................2
1.3 Tujuan...........................................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum........................................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus.......................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................3
2.1 Konsep Dasar Halusinasi.............................................................................3
2.1.1 Pengertian...............................................................................................3
2.1.2 Tanda dan Gejala..................................................................................4
2.1.3 Proses Terjadinya Halusinasi...............................................................4
2.1.4 Jenis-jenis Halusinasi............................................................................7
Tabel 2.1 Karakteristik Halusinasi (Direja, 2011)..............................................8
2.1.5 Tahapan Halusinasi...............................................................................9
2.1.6 Rentang Respon Halusinasi................................................................11
2.1.7 Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Halusinasi.......................11
BAB III..................................................................................................................59
PENUTUP.............................................................................................................59
3.1 Simpulan.................................................................................................59
3.2 Saran.......................................................................................................59
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................61

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Latar Belakang Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di
mana klien mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu
berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaaan atau penghiduan. Klien
merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada (Damaiyanti,
2012).Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam
membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia
luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada
objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan
mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara (Kusumawati &
Hartono, 2012). Halusinasi yang paling banyak diderita adalah halusinasi
pendengaran mencapai lebih kurang 70%, sedangkan halusinasi penglihatan
menduduki peringkat kedua dengan rata-rata 20%. Sementara jenis
halusinasi yang lain yaitu halusinasi pengucapan, penghidu, perabaan,
kinesthetic, dan cenesthetic hanya meliputi 10%,(Muhith, 2015).Menurut
Videbeck (2008) dalam Yosep (2009) tanda pasien mengalami halusinasi
pendengaran yaitu pasien tampak berbicara ataupun tertawa sendiri, pasien
marah-marah sendiri, menutup telinga karena pasien menganggap ada yang
berbicara dengannya.
Dampak yang dirasakan oleh keluarga dengan adanya anggota
keluarga mengalami halusinasi adalah tingginya beban ekonomi, beban
emosi keluarga, stress terhadap perilaku pasien yang terganggu, gangguan
dalam melaksanakan kegiatan rumah tangga sehari-hari dan keterbatasan
melakukan aktifitas. Beban sosial ekonomi diantaranya adalah gangguan
dalam hubungan keluarga , keterbatasan melakukan aktifitas sosial,
pekerjaan, dan hobi , kesulitan finansial, dan dampak negatif terhadap
kesehatan fisik keluarga. Beban psikologis menggambarkan reaksi
psikologis seperti perasaan kehilangan, sedih, cemas dan malu terhadap
masyarakat sekitar, stress menghadapi gangguan perilaku dan frustasi akibat
perubahan pola interaksi dalam keluarga (Ngadiran, 2010).

1
Dampak yang dirasakan keluarga berkepanjangan, maka perlu
adanya pengelolaan yang tepat bagi anggota keluarga yang mengalami
halusinasi, maka peran keluarga sangatlah penting untuk terlibat dalam
mengatasi masalah kesehatan yang terjadi. Perawat sebagai pelaksana
asuhan keperawatan keluarga dapat bekerja sama dengan keluarga untuk
mengatasi masalah kesehatan anggota keluarga yang mengalami halusinasi.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diangkat adalah“Bagaimanakah konsep
dasar dan asuhan keperawatan gangguan persepsi sensori (Halusinasi)
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan persepsi sensori (Halusinasi)
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mampu menerapkan proses keperawatan pada pasien dengan gangguan
persepsi sensori (Halusinasi)
1) Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan
gangguan persepsi sensori (Halusinasi)
2) Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan
gangguan persepsi sensori (Halusinasi)
3) Mampu menetapkan rencana keperawatan pada pasien dengan
gangguan persepsi sensori (Halusinasi)
4) Mampu melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan
gangguan persepsi (Halusinasi)
5) Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan
gangguan persepsi sensori (Halusinasi)
b. Mampu melakukan dokumentasi keperawatan pada pasien dengan
gangguan persepsi sensori (Halusinasi)

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Halusinasi
2.1.1 Pengertian

Halusisnasi merupakan presepsi terhadap stimulus baik internal maupun


eksternal yang diserai dengan respon yang brkurng, berlebihn atau
terdistorsi (PPNI, 2017).
Halusinasi didefinisikan sebagai suatu tanggapan dari panca indera
tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal Halusinasi merupakan
gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang
sebenarnya tidak terjadi. Ada lima jenis halusinasi yaitu pendengaran,
penglihatan, penghidu, pengecapan dan perabaan. Halusinasi pendengaran
merupakan jenis halusinasi yang paling banyak ditemukan terjadi pada
70% pasien, kemudian halusinasi penglihatan 20%, dan sisanya 10%
adalah halusinasi penghidu, pengecapan dan perabaan (Stuart, 2009).
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana
pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu
penerapan panca indra tanda ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan
yang dialami suatu persepsi melaluipanca indra tanpa stimullus eksteren :
persepsi palsu (Prabowo, 2014).

3
2.1.2 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala halusinasi adalah sebagai berikut: (PPNI,2017)
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1. Mendengar suara bisikan atau melihat bayangan
2. Merasakan sesuatu emlalui indera perabaan, penciuman, perabaan
atau pengecapan
Objektif
1. Distorsi sensori
2. Respon tidak sesuai
3. Besikap eolah melihat, mendengar, mengecap, meraba, atau
mencium sesuatu
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
1. Menyatakan kesal
Objektif
1. Menyendiri
2. Melamun
3. Konsentrasi burk
4. Distorientasi waktu, tempat, orang atau situasi
5. Curiga
6. Melihat ke satu arah
7. Mondar-mandir
8. Bicara sendiri
2.1.3 Proses Terjadinya Halusinasi
Proses terjadinya halusinasi dijelaskan dengan menggunakan
konsep stress adaptasi Stuart yang meliputi stressor dari faktor
predisposisi dan presipitasi (Prabowo, 2014).

4
a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi halusinasi terdiri dari
1) Faktor Biologis :
Adanya riwayat anggota keluarga yang mengalami gangguan
jiwa (herediter), riwayat penyakit atau trauma kepala, dan
riwayat penggunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain
(NAPZA).
2) Faktor Psikologis
Memiliki riwayat kegagalan yang berulang.Menjadi korban,
pelaku maupun saksi dari perilaku kekerasan serta kurangnya
kasih sayang dari orang-orang disekitar atau overprotektif.
3) Sosiobudaya dan lingkungan
Sebagian besar pasien halusinasi berasal dari keluarga dengan
sosial ekonomi rendah, selain itu pasien memiliki riwayat
penolakan dari lingkungan pada usia perkembangan anak, pasien
halusinasi seringkali memiliki tingkat pendidikan yang rendah
serta pernah mengalami kegagalan dalam hubungan sosial
(perceraian, hidup sendiri), serta tidak bekerja.
b. Faktor Presipitasi
Stressor presipitasi pasien gangguan persepsi sensori halusinasi
ditemukan adanya riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis atau
kelainan struktur otak, adanya riwayat kekerasan dalam keluarga,
atau adanya kegagalan-kegagalan dalam hidup, kemiskinan, adanya
aturan
atau tuntutan di keluarga atau masyarakat yang sering tidak sesuai
dengan pasien serta konflik antar masyarakat.
c. Stress Lingkungan
Ambang toleransi terhadap tress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
d. Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stress (Prabowo, 2014).

5
e. Perilaku
Respons klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan,
perasaan tidak aman, gelisah, dan bingung, perilaku menarik diri,
kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak
dapat membedakan nyata dan tidak.
f. Dimensi fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti
kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga
delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalamwaktu
yang lama.
g. Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat
diatasi merupakan penyebab halusianasi itu terjadi, isi dari halusinasi
dapat berupa peritah memaksa dan menakutkan.Klien tidak sanggup
lagi menentang perintah tersebut hingga dengan kondisi tersebut
klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
h. Dimensi intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan
halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada
awalnya halusinasi merupakan usha dari ego sendiri untuk melawan
impuls yang menekan, namun merupakan suatu hal yang
menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian
klien dan tak jarang akan mengotrol semua perilaku klien.
i. Dimensi social
Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal dan
comforting, klien menganggap bahwa hidup bersosialisasi dialam
nyata sangat membahayakan. Klien asyik dengan dengan
halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi
kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak
didapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan kontrol oleh
individu tersebut, sehingga jika perintah halusinasiberupa ancaman,
dirinya atau orang lain individu cenderung keperawatan klien dengan

6
mengupayakan suatu proses interkasi yang menimbulkan pengalaman
interpersonal yang memuaskan, serta mengusahakan klien tidak
menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi dengan lingkungannya
dan halusinasi tidak berlangsung.
j. Dimensi spiritual
Secara spiritualklien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup,
rutinitas, tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan jarang
berupaya secara spiritual untuk menyucikan diri, irama sirkardiannya
terganggu (Damaiyanti, 2014).
2.1.4 Jenis-jenis Halusinasi
Menurut Pardede et all (2021) jenis halusinasi antara lain :
a. Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 % Karakteristik ditandai
dengan mendengar suara, teruatama suara – suara orang, biasanya
klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang
sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
b. Halusinasi penglihatan (visual) 20 % Karakteristik dengan adanya
stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran
geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan
kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
c. Halusinasi penghidu (olfactory) Karakteristik ditandai dengan
adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan seperti: darah,
urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bauharum.Biasanya
berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
d. Halusinasi peraba (tactile) Karakteristik ditandai dengan adanya
rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh :
merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang
lain.
e. Halusinasi pengecap (gustatory) Karakteristik ditandai dengan
merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan, merasa
mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
f. Halusinasi cenesthetik Karakteristik ditandai dengan merasakan
fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena atau arteri,

7
makanan dicerna atau pembentukan urine.
g. Halusinasi kinesthetic Merasakan pergerakan sementara berdiri
tanpa bergerak

8
Tabel 2.1 Karakteristik Halusinasi (Direja, 2011)
Jenis Halusinasi Karakteristik
Pendengaran Mendengar suara-suara atau kebisingan, paling
sering suara orang, suara berbentuk kebisingan
yang kurang keras sampai kata- kata yang jelas
berbicara tentang klien, bahkan sampai
percakapan lengkap antara dua orang atau
lebih. Pikiran yang didengar klien dimana klien
disuruh untuk melakukan sesuatu yang kadang-
kadang membahayakan.
Penglihatan Stimulus visual dalam bentuk kelihatan cahaya,
gambaran geometris, gambaran kartun,
bayangan yang rumit dan kompleks. Bayangan
bisa menyenangkan atau menakutkan seperti
melihat monster.
Penghidu Menghirup bau-bauan tertentu seperti bau
darah, bau urin, atau bau feses, umumnya bau-
bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi
penghidu sering akibat dari stroke, tumor,
kejang atau dimensia.
Pengecapan Merasa mengecap rasa sesuatu seperti darah,
urin atau feses.
Perabaan Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa
stimulus yang jelas. Rasa tersetrum listrik yang
datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
Cenesthetics Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di
vena atau arteri, pencernaan makanan atau
pembentukan urin.
Kinesthetics Merasakan pergerakan saat berdiri tanpa
bergerak.

9
2.1.5 Tahapan Halusinasi
a. Tahap I :
Halusinasi bersifat menyenangkan, tingkat ansietas pasien sedang.
Pada tahap ini halusinasi secara umum menyenangkan (Prabowo,
2014)
Karakteristik :
Karakteristik tahap ini ditandai dengan adanya perasaan bersalah
dalam diri pasien dan timbul perasaan takut. Pada tahap ini pasien
mencoba menenangkan pikiran untuk mengurangi ansietas. Individu
mengetahui bahwa pikiran dan sensori yang dialaminya dapat
dikendalikan dan bisa diatasi (non psikotik).
Perilaku yang teramati :
1. Menyeringai / tertawa yang tidak sesuai
2. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
3. Respon verbal yang lambat
4. Diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikan
b. Tahap II :
Halusinasi bersifat menyalahkan, pasien mengalami ansietas tingkat
berat dan halusinasi bersifat menjijikkan untuk pasien.
Karakteristik :
Pengalaman sensori yang dialami pasien bersifat menjijikkan dan
menakutkan, pasien yang mengalami halusinasi mulai merasa
kehilangan kendali, pasien berusaha untuk menjauhkan dirinya dari
sumber yang dipersepsikan, pasien merasa malu karena pengalaman
sensorinya dan menarik diri dari orang lain (nonpsikotik).
Perilaku yang teramati :
1. Peningkatan kerja susunan saraf otonom yang menunjukkan
timbulnya ansietasseperti peningkatan nadi, tekanan darah dan
pernafasan
2. Kemampuan kosentrasi menyempit.
3. Dipenuhi dengan pengalaman sensori, mungkin kehilangan
kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dan realita

10
c. Tahap III :
Pada tahap ini halusinasi mulai mengendalikan perilaku pasien,
pasien berada pada tingkat ansietas berat. Pengalaman sensori
menjadi menguasai pasien.
Karakteristik :
Pasien yang berhalusinasi pada tahap ini menyerah untuk melawan
pengalaman halusinasi dan membiarkan halusinasi menguasai
dirinya.Isi halusinasi dapat berupa permohonan, individu mungkin
mengalami kesepian jika pengalaman tersebut berakhir (Psikotik).
Perilaku yang teramati :
1. Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh
halusinasinya dari pada menolak.
2. Kesulitan berhubungan dengan orang lain.
3. Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik, gejala fisik
dari ansietas berat seperti : berkeringat, tremor,
ketidakmampuan mengikuti petunjuk.
d. Tahap IV :
Halusinasi pada saat ini, sudah sangat menaklukkan dan tingkat
ansietas berada pada tingkat panik. Secara umum halusinasi menjadi
lebih rumit dan saling terkait dengan delusi.
Karakteristik :
Pengalaman sensori menakutkan jika individu tidak mengikuti
perintah halusinasinya. Halusinasi bisa berlangsung dalam beberapa
jam atau hari apabila tidak diintervensi (psikotik).
Perilaku yang teramati :
1. Perilaku menyerang - teror seperti panik.
2. Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang
lain.
3. Amuk, agitasi dan menarik diri.
4. Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang komplek
5. Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang

11
2.1.6 Rentang Respon Halusinasi
Rentang Respon neurobiologis
Respons adatif Respons maladaptif

a. Pikiran logis a. Kadang proses pikir a. Gangguan proses


b. Persepsi akurat terganggu pikir (waham)
c. Emosi konsisten b. Halusinasi
b. Ilusi
dengan c. Kerusakan proses
c. Emosi berlebihan/
pengalaman kurang emosi
d. Hubungan sosial d. Perilaku tidak
d. Perilaku tidak
harmonis biasa terorganisir
e. Menarik diri e. Isolasi sosial

Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu yang


berada dalam rentang respon neurobiologis (Stuart dan Laraia, 2005). Ini
merupakan respon persepsi paling maladaptif. Jika klien sehat maka
persepsinya akurat, mampu mengidentifikasi dan menginterorestasikan
stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui pancaindra
(pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan, dan perabaan), klien
dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulus pancaindra walaupun
sebenarnya stimulus tersebut tidak ada. Respon individu (yang karena
suatu hal mengalami kelainan persepsi) yaitu salah mempersepsikan
stimulus yang diterimanya yang disebut dengan ilusi. Klien mengalami
ilusi jika interpretasi yang dilakukan terhadap stimulus pancaindera tidak
akurat sesuai dengan stimulus yang diterima. Respon tersebut
digambarkan seperti gambar diatas.
2.1.7 Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Halusinasi
Halusinasi merupakan salah satu gejala dalam menentukan diagnosis
klien yang mengalami psikotik, khususnya skizofrenia. Halusinasi
dipengaruhi oleh faktor (Stuart dan Laraia, 2005), dibawah ini antara
lain :
a. Faktor Predisposisi
Adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber
yang dapat di bangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress.

12
Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya, mengenai faktor
perkembangan sosial kultural, biokimia, psikologis, dan genetik.
Beberapa faktor predisposisi yang berkontribusi pada munculnya
respon neurobiology seperti pada halusinasi antara lain :
1. Faktor Genetik
Telah diketahui bahwa secara genetik skizofrenia diturunkan
melalui kromosom – kromosom tertentu. Namun demikian,
kromosom yang keberapa yang menjadi faktor penentu
gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian.
Anak kembar identik memiliki kemungkinan mengalami
skizofrenia sebesar 50% jika salah satunya mengalami
skizofrenia, sementara dizygote peluangnya sebesar 15%.
Seorang anak yang salah satunya orang tuanya mengalami
skizofrenia berpeluang 15% mengalami skizofrenia, sementara
bila kedua orang tuanya skizofrenia maka peluangnya menjadi
35%.
2. Faktor Perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan
interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami stress
dan kecemasan.
3. Faktor neurobiology
Ditemukan bahwa kortex pre frontal dan kortex limbic pada
klien dengan skizofrenia tidak pernah berkembang penuh.
Ditemukan juga pada klen skizofrenia terjadi penurunan
volume dan fungsi otak yang abnormal. Neurotransmitter juga
tidak ditemukan tidak normal, khususnya dopamine, serotonin
dan glutamat.
4. Faktor biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa.
Dengan adanya stress yang berlebihan yang dialami
seseorang,maka tubuh akan menghasilkan suatu zat yang dapat
bersifat halusinogenik neurokimia seperti Buffofenon dan

13
Dimetytranferase (DMP).
5. Faktor Sosiokultural
Berbagi faktor dimasyarakat dapat menyebabkan seorang
merasa disingkirkan oleh kesepian terhadap lingkungan tempat
klien dibesarkan.
6. Psikologis
Beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor predisposisi
skizofrenia, anatara lain anak yang diperlakukan oleh ibu yang
pencemas, terlalu melindungi, dingin dan tidak berperasaan,
sementara ayah yang mengambil jarak dengan anaknya.
Sementara
itu hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya
peran ganda yang bertentangan dan sering diterima oleh anak
akan mengakibatkan stress dan kecemasan yang tinggi dan
berakhir dengan gangguan orientasi realitas.
b. Faktor presipitasi
Yaitu suatu stimulus yang dipersepsikan oleh individu
sebagai tantangan, ancaman/tuntutan yang memerlukan energi
ekstra untuk koping. Adanya rangsang lingkungan yang sering
yaitu seperti partisipasi klien dalam kelompok, terlalu lama diajak
komunikasi dan suasana sepi/isolasi sering sebagai pencetus
terjadinya halusinasi karena hal tersebut dapat meningkatkan stress
dan kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan zat
halusinogenik. Disamping itu juga oleh karena proses
penghambatan dalam proses transduksi dari impuls yang
menyebabkan terjadinya penyimpangan dalam proses interpretasi
dan interkoneksi sehingga dengan demikian faktor – faktor
pencetus respon neurobiologis dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Berlebihnya proses informasi pada sistem syaraf yang
menerimadan memproses informasi dithalamus dan frontal otak
2. Mekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu
(mekanismegatting abnormal).

14
3. Gejala – gejala pemicu seperti kondisi kesehatan, lingkungan,
sikap, dan perilaku

15
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI RUMAH
SAKIT JIWA PROVINSI BALI
I. IDENTITAS PASIEN
Ruang Rawat : Ruang Arimbi Tanggal Rawat: 20 September 2020
Inisial : Tn.P (L/P) No. RM 190 789
Umur : 40 tahun Status : Menikah
Pekerjaan :- Pendidikan : SMA
Agama : Hindu
II. ALASAN MASUK RUMAH SAKIT
Keluarga pasien mengatakan satu minggu sebelum masuk RSJ pasien
merasa mendengar suara atau bisikan yang menyuruh untuk melakukan
banyak hal. Pasien sering melamun dan berbicara sendiri. Pasien sering
keluyuran dan berteriak-teriak saat mendengar bisikan. Pasien marah-marah
sambil teriak ketakutan.
III. FAKTOR PREDISPOSISI

1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu? Ya 


Jelaskan : Tidak, pasien mengatakan semenjak anaknya meninggal pasien
sering mendengar suara atau bisikan yang menyuruh pasien untuk
melakukan banyak hal. Pasien baru pertama kali dirawat di RSJ. Sebelum
dirawat di RSJ pasien hanya mendapatkan obat dari dokter terdekat.
Pasien juga mengatakan bahwa keluarga tidak ada yang mengalami sakit
seperti dirinya.
2. Pengobatan sebelumnya ?

V
Jelaskan : Pasien mengatakan pengobatan sebelumnya hanya meminum
obat dan tidak menghasilkan apapun pada dirinya
3. Penolakan dari lingkungan ?
 tidak
Jelaskan : pasien mengatakan keluarga selalu mendukungnya
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa?
V tidak

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan

16
Pasien mengatakan pengalaman yang menurutnya tidak menyenangkan
saat ia ditinggalkan oleh anaknya
Masalah Keperawatan : Tidak ada
IV. FISIK
1. Ukuran vital :

TD : 120/90 mmHg

N : 76 x/menit

S : 36,5 C

P : 20 x/menit

2. Ukuran : TB: 165 BB: 67 


V
3. Keluhan fisik Ya  Tidak

Jelaskan: Pasien mengatakan penyebab berat badannya turun karena


selalu memikirkan anaknya
Masalah Keperawatan : Tidak ada
V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
1. Genogram :
Keterangan :
: Perempuan

: Laki-laki
: Meninggal

: Tinggal serumah

: Pasien Tn.P
Jelaskan: pasien adalah anak kedua dari dua bersaudara dan istri pasien
adalah anak kedua dari dua bersaudara. Beliau memiliki 2 orang anak laki-
laki, anak pertamanya sudah meninggal.
2. Konsep Diri
a. Citra tubuh:

17
Pasien mengatakan percaya diri dengan bentuk tubuhnya. Saat ditanya
bagian tubuh yang paling disukai adalah tangannya.
b. Identitas diri :
Pasien mengatakan Bernama Tn.P yang berasal dari Tembuku, Bangli.
Pasien mengatakan setiap harinya sebagai kepala keluarga yang harus
mencari nafkah
c. Peran:
Pasien mengatakan bahwa dia mengalami konflik rumah tangga yang
berhubungan dengan perannya sebagai ayah dan kepala keluarga.
d. Ideal Diri :
Pasien mengatakan bahwa dia mangalami kegagalan dama cita-citanya.
e. Harga Diri :
Pasien mengatakan bahwa dia merasa malu atau bersalah, menilai diri
negatif karena merasa tidak berguna, menolak berinteraksi dengan
orang lain, berjalan menunduk, postur tubuh menunduk dan pasien
mangatakan bahwa dia sulit berkonsentrasi
Masalah keperawatan : Harga diri rendah situasional
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti
Pasien mengatakan sebelum anaknya meninggal yaitu orang
terdekatnya adalah kedua anaknya karena sering bertemu dirumah,
namun setelah anak pertamanya meninggal pasien hanya dekat dengan
anaknya yang kedua.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat :
Sebelum dirawat di RSJ sering bergaul dengan bapak-bapak sekitar
rumahnya, namun setelah dirawat di RSJ pasien tidak mau bergaul
dengan orang disekitarnya karena alasan malu dengan kondisinya,
pasien tampak sering menyendiri, kontak mata pasien kurang saat
berinteraksi dan pasien sering melamun.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain:
Pasien mengatakan merasa kehilangan anak pertamanya yang
menjadikan tidak mau bergaul dengan orang lain.

18
Masalah Keperawatan : isolasi sosial
4. Spiritual
Pasien mengalami distres spiritual pada dirinya sendiri sehingga
menyebabkan dia tidak mau sembahyang dan bakti kepada tuhan karena dia
menganggap tuhan tidak adil atas semua yang dia alami saat ini.
Masalah Keperawatan: Tidak ada
VI. STATUS MENTAL
1. Penampilan
 Tidak Rapi  Penggunaan pakaian tidak sesuai
 Cara pakaian tidak seperti biasanya
Jelaskan:
Penampilan dalam cara berpakaian rapi dan sesuai, postur tubuh
sedang, rambut lurus, ekspresi wajah kadang serius saat berbicara, cara
berjalan baik, pasien saat duduk bersama orang lain terkadang hanya
melamun
Masalah Keperawatan : Tidak ada
2. Pembicaraan
Cepat  Apatis
 Kasar  Lambat
 Gagap  Membisu
 Inkoherensi  Tidak mampu memulai pembicaraan
Jelaskan:
Pasien dalam berbicara sangat cepat dan terkadang melantur dan
membicarakan hal yang tidak pasti
Masalah keperawatan: tidak ada
3. Aktivitas motorik/psikomotor
Kelambatan
Hipokinesia, hipoaktifitas
Katalepsi
Sub struptor katatonik
 Fleksibilitas serea
Peningkatan

19
Hyperkinesia, hiperaktifita Grimace
Gagap Otomatisma
Steraoetipi Negativisme
Gaduh gelisah Katatonik Reaksi konversi
Mannarism Verbigerasi
Katapleksi Berjalan kaku/rigid
TIK Kompulsif
Ekhopraxia
Command automatism
Jelaskan :
Pasien tampak mau melakukan aktivitas sehari-hari di RSJ secara mandiri,
saat berinteraksi tampak pasien mengerak-gerakan tangannya, tangannya
tampak seperti mengepal.
4. Alam perasaan

 Sedih Putus asa


Ketakutan Khawatir
Gembira berlebihan
Jelaskan: Pasien merasan sangat sedih dan berduka akibat kehilangan anak
dan jauh dari keluarganya
Masalah keperawatan : Tidak ada
5. Afek/emosi
Datar Tumpul  Labil Tidak sesuai

Jelaskan: Pada saat ditanya pasien kadang menunjukan ekspresi


mendengar sesuatu, respon, emosional pasien sudah stabil, pasien tenang
saat dilakukan interaksi
Masalah Keperawatan : Tidak ada
6. Interaksi selama wawancara
Bermusuhan Mudah tersinggung Defensif
Tidak Kooperatif Kontak mata kurang Curiga
Jelaskan : Pasien mampu menjawab semua pertanyaan yang diajukan
dengan sesuai/baik, kontak mata dengan perawat kurang, pasien
cenderung menatap kedepan padahal perawat bearada disampingnya,

20
pembicaraan pasien kehenaran saat ditanyai, kadang pasien terdiam
sebentar seperti mendengar sesuatu.
Masalah Keperawatan : Tidak ada
7. Persepsi
Pendengaran  Penglihatan Perabaan
Pengecapan Penghidu
Jelaskan : Pasien mengatakan sering melihat bayangan hitam disetiap
malam hari. Dalam sehari pasien mengatakan munculnya bayangan hitam
selama 5 detik langsung hilang dan berulang setiap selang 30 menit pada
malam hari. Yang dilakukan pasien pada saat itu yaitu bersembunyi
ibawah selimut.
Masalah Keperawatan: Ganguan persepsi sensori b.d ganguan penglihatan
8. Proses berpikir
Sirkumstansial Tangensial Kehilangan asosiasi
Flight of ideas Blocking Pengulangan pembicaraan/preservarasi
Jelaskan : saat pengkajian pasien dapat menjawab pertanyaan yang
diberikan tanpa ada masalah dalam pembicaraan seperti mengluang
ngulang pembicaraan, pembicaraan yang loncat-loncat, dan semua
jawaban pasien berhubungan dengan pertanyaan yang diberikan
Masalah Keperawatan : Tidak ada
9. Isi pikir
Obsesi Hipokondria Ide yang terkait
Phobia Depersonalisasi  Pikiran magis
Waham
Agama Somatik Kebesaran Curiga
Nihilistik Sisip piker Siar piker Kontrol pikir
Jelaskan : Pasien merasa terus melihat bayangan hitam dan merasa
bayangan hitam tersebut selalu mengawasinya disetiap malam, pasien
mangatakan ini terjadi selama 5 menit, dan pasien mengatakan setiap dia
mengalami hal tersebut dia hanya terdiam karena merasa takut sekali.
Masalah keperawatan: Tidak ada
10. Tingkat kesadaran

21
Bingung Sedasi Stupor
Disorientasi:
Waktu Tempat Orang
Jelaskan : Saat pengkajian pasien terlihat sadar secara penuh, tidak
bingung maupun kacau , dan orientasi pasien masih baik
Masalah keperawatan : Tidak ada
11. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang Gangguan daya ingat jangka pendek
Gangguan daya ingat saat ini Kofabulasi
Jelaskan:
Pasien mengatakan memori ingatannya masih baik tidak ada gangguan
ingatan dalam jangka panjang dan pendek untuk saat ini.
- Jangka panjang : pasien mengatakan lahir tahun 1980
- Jangka pendek : pasien mengatakan yang membawa kerumah sakit
adalah keluarganya.
- Jangka saat ini : pasien masih ingat tadi pagi makan dengan nasi
dan sayur bayam.
Masalah Keperawatan : Tidak ada
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Mudah beralih Tidak mampu berkonsentrasi
Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan : Saat pengkajian, perhatian pasien tidak mudah teralihkan ke
objek lain (focus), pasien mampu berkonsentrasi dibuktikan dengan ia
mampu mengulang pembicaraannya dan tidak meminta perawat untuk
mengulangi pembicaraan. Selain itu, pasien mampu melakukan
pengurangan maupun penjumlahan pada benda-benda nyata.
Masalah keperawatan : Tidak ada
13. Kemampuan penilaian
Gangguan ringan Gangguan bermakna
Jelaskan : pasien tidak mengalami gangguan kemampuan penilaian, pasien
mampu mengambil keputusan sederhana dengan baik tanpa bantuan
perawat

22
Masalah keperawatan : tidak ada
14. Daya tilik diri
Mengingkari penyakit yang diderita Menyalahkan hal-hal di luar dirinya
Jelaskan : saat pengkajian pasien tidak mengingkari penyakit yang
dideritanya dan tidak menyalahkan orang lain maupun lingkukangannya
dengan kondisinya saat ini
Masalah Keperawatan : Tidak ada
VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1. Kemampuan klien memenuhi/menyediakan kebutuhan :
a. Makan : Bantuan minimal Bantuan total
b. Keamanan : Bantuan minimal Bantuan total
c. Tempat tinggal : Bantuan minimal Bantuan total
d. Perawatan kesehatan : Bantuan minimal Bantuan total
e. Berpakian/berhias: Bantuan minimal Bantuan total
f. Transportasi : Bantuan minimal Bantuan total
g. Uang : Bantuan minimal Bantuan total
2. Kegiatan hidup sehari-hari
a. Perawatan diri : Bantuan minimal Bantuan total
b. Nutrisi :
1) Apakah anda puas dengan pola makan : ya tidak
2) Apakah anda memisahkan diri : ya tidak
3) Frekuensi makan perhari : 3 – 4 kali sehari
4) Frekuensi kudapan perhari : 1 x sehari
5) Nafsu makan : normal
6) BB : 67 kg
7) Diet khudik : tidak ada
c. Tidur
1) apakah ada masalah ? : ya tidak
2) apakah anda merasa segar setelah bangun tidur ? : ya tidak
3) apakah ada kebiasaan tidur siang ? : ya tidak
4) apa yang menolong anda untuk tidur ? ya tidak
5) Waktu tidur malam : ya tidak

23
3. Kemampuan klien dalam
- Mengantisipasi kebutuhan sendiri ? : ya tidak
- Membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri : ya tidak
- Mengatur penggunaan obat ? : ya tidak
- Melakukan pemeriksaan kesehatan ? ya tidak
4. Klien memiliki sistem pendukung
Keluarga :ya tidak
Teman Sejawat :ya tidak
Profesional/terapis :ya tidak
Kelompok social :ya tidak
5. Apakah klien menikmati saat bekerja, kegiatan yang menghasilkan atau
hobi : ya tidak
Masalah keperawatan: Tidak ada
VIII. MEKANISME KOPING
Adaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain Minum alkohol
 Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat
Teknik relokasi Bekerja berlebihan
Aktivitas konstruktif  Menghindar
Olahraga Mencederai diri
Lainnya Reaksi berlebih
Lainnya (mengamuk dan
membanting barang)
Jelaskan : pasien mengatakan jika ia menghindar dari orang lain karena
malu dengan kondisinya saat ini.
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah situasional
IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
Masalah dengan dukungan Kelompok:
Pasien mengatakan tidak ada masalah dengan siapapun
 Masalah dengan Lingkungan:
Pasien mengatakan tidak mampu berinteraksi dengan lingkungannya
Masalah dengan Pendidikan :

24
Pasien mengatakan tidak ada masalah dengan pendidikannya
Masalah dengan Pekerjaan :
Pasien mengatakan tidak ada masalah dengan pekerjaannya dan dia
senang dengan pekerjaanya
Masalah dengan perumahan :
Pasien mengatakan tidak ada masalah dengan perumahan
Masalah dengan ekonomi:
Pasien mengatakan ekonominya cukup
Masalah dengan Pelayanan Kesehatan :
Pasien mengatakan tidak pernah ada masalah dalam pelayanan kesehatan
Masalah lainnya :
Pasien mengatakan tidak mempunyai masalah terhadap hal lainnya
X. PENGETAHUAN KURANG TENTANG
Penyakit jiwa
Faktor presipitasi
Koping
Sistem pendukung
Penyakit fisik
Obat-obatan
Lainnya
Pasien mengatakan kurang mengetahui tentang penyakit jiwa, obat-
obatan yang diberikan, maupun mengatasi penyakitnya supaya tidak
kambuh

XI. ASPEK MEDIK


1. Diagnosa medik : Skizofrenia Hebefrenik
2. Terapi medik
a. Risperidone 2x2 mg
b. Merlopam 2x2 mg
X. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN
No Data Fokus Kemungkinan Penyebab Masalah
Keperawatan

25
1 Ds : Pasien mengatakan sering mendengar Resiko mencederai diri, orang Gangguan
bisikan suara saat ingin tidur dan melakukan lain dan lingkungan persepsi
hal, isi suara tersebut yaitu menyuruh sensori :
melakukan banyak hal, suara itu muncul Gangguan persepsi sensori : halusinasi
lamanya biasanya 5 detik. halusinasi

Do : Pasien terlihat bersikap seolah


Isolasi sosial : menarik diri
mendengar sesuatu, menyendiri, melamun,
melihat ke satu arah, bicara sendiri

XI. POHON MASALAH


Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Gangguan persepsi sensori : halusinasi

Isolasi sosial : menarik diri


XII. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ganguan persepsi sensori ( halusinasi ) b.d kerusakan interaksi sosial
d.d mendengar suara bisikan, merasakan sesuatu melalui indera
pendengaran, respon tidak sesuai, bersikap seolah mendengar sesuatu,
menyendiri, melamun, melihat ke satu arah, bicara sendiri.

26
27
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI AUDITORI DI PUSKESMAS


BANGLI I TANGGAL 20-22 Oktober 2021
Tgl/ DIAGNOSA TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
Waktu KEPERAWATAN
Senin, Ganguan persepsi sensori TUM : Setelah diberikan asuhan Bina hubungan saling Hubungan saling percaya
20 ( halusinasi ) b.d kerusakan Persepsi Sensori keperawatan selama 1x30 percaya dengan merupakan dasar untuk
Septem interaksi sosial d.d (L.09083) membaik menit dalam 1 x pertemuan mengungkapkan prinsip kelancaran hubungan interaksi
ber mendengar suara bisikan, TUK 1 : diharapkan pasien dapat komunikasi therapeutik selanjutnya.
2021 merasakan sesuatu melalui Pasien dapat membina menjalin hubungan saling : 1. Untung membina hubungan
Pukul indera pendengaran, respon hubungan saling percaya dengan perawat 1. Sapa pasien dengan saling percaya
09.00 tidak sesuai, bersikap seolah percaya dengan kriteria hasil : ramah dan baik 2. Agar pasien mengenal
WITA mendengar sesuatu, 1. Ekspresi wajah gembira secara verbal dan perawat yang merawatnya
menyendiri, melamun, 2. Menunjukan rasa senang non verbal. 3. Agar pasien merasa lebih
melihat ke satu arah, bicara 3. Ada kontak mata 2. Perkenalkan diri nyaman saat berkomunikasi
sendiri. 4. Mampu berjabat dengan sopan. 4. Agar pasien mengetahui
membalas salam serta 3. Tanyakan nama maksud dari tindakan yang
menjabat tangan lengkap pasien dan diberikan
5. Mampu menyebutkan nama panggilan yang 5. Agar pasien semakin

28
nama disukai pasien. percaya dengan
6. Mau duduk berdampingan 4. Jelaskan tujuan kemampuan perawat yang
dengan perawat pertemuan. merawatnya
7. Mau mengutarakan 5. Jujur dan menepati 6. Agar pasien merasa aman
masalah yang dihadapi. janji. dengan perawat
6. Tunjukkan sikap 7. Agar pasien merasa
empati dan diperhatikan
menerima pasien apa
adanya.
7. Beri perhatian pada
pasien dan
perhatikan kebutuhan
dasar pasien
Selasa, TUK 2 : Setelah diberikan asuhan 1. Diskusikan pada 1. Untuk mengetahui apakah
21 Pasien dapat mengenal keperawatan selama 1x30 pasien dan keluarga pasien dan keluarga bisa
Septem halusinasi menit dalam 1 x pertemuan tentang bagaimana mngenal halusinasi dengan
ber diharapkan pasien dapat cara mengenali baik
2021 mengenal halusinasi dengan halusinasi 2. Untuk mengetahui apakah
pukul kriteria hasil : 2. Diskusikan pada pasien dan keluarrga

29
09.00 1. Pasien dan keluarga pasien dan mengenai isi halusinasi
WITA dapat mengenali keluarrga mengenai (apa yang
halusinasi isi halusinasi (apa didengar/dilihat),waktu
2. Pasien dan keluarga yang terjadi halusinasi,frekuensi
dapat berdiskusi didengar/dilihat),wa terjadinya
tentang isi halusinasi ktu terjadi halusinasi,situasi yang
(apa yang halusinasi,frekuensi menyebabkan halusinasi
didengar/dilihat),waktu terjadinya muncul,dan respon pasien
terjadi halusinasi,situasi saat halusinasi muncul
halusinasi,frekuensi yang menyebabkan
terjadinya halusinasi
halusinasi,situasi yang muncul,dan respon
menyebabkan pasien saat
halusinasi muncul,dan halusinasi muncul
respon pasien saat
halusinasi muncul

Rabu , TUK 3 : Setelah diberikan asuhan 1. Diskusikan 1. Untuk mengetahui


22 Pasien dan keluarga keperawatan selama 1x40 mengenai cara pengetahuan keluarga dan

30
Septemb mengetahui cara menit dalam 1 x pertemuan mencegah pasien tentang cara
er mencegah diharapkan pasien dan kekambuhan pada mencegah kekambuhan
2021Puk kekambuhan pada keluarga mengetahui cara pasien 2. Agar keluarga dan pasien
ul 09.00 pasien mencegah kekambuhan 2. Beri penyuluhan mengetahui dan mampu
WITA dengan kriteria hasil : kepada pasien dan mencegah kekambuhan
1. Pasien dan keluarga keluarga tentang pada pasien dengan
mengetahui tanda-tanda pengertian gangguan jiwa
dari kekambuhan kesehatan jiwa,
halusinasi dan mengetahui gangguan jiwa, dan
cara mengendalikannya di kekambuhan, tanda-
rumah ataupun di tanda
lingkungan umum dan penyebab
kekambuhan, tugas
dan fungsi keluaga,
dan upaya
perawatan pasien
dengan gangguan
jiwa di rumah dan
masyarakat

31
Kamis, TUK 4 : Setelah diberikan asuhan 1. Diskusikan dengan 1. Dengan menyebutkan dosis,
23 Pasien dapat keperawatan selama 1x20 klien dan keluarga frekuensi dan manfaat obat
Septemb memanfaatkan obat menit diharapkan pasien dapat tentang dosis dan diharapkan klien
er dengan 12 benar memanfaatkan obat dengan frekuensi serta melaksanakan program
2021Puk baikdengan kriteria hasil : manfaat minum obat. pengobatan.
ul 09.00 1. Klien dan keluarga dapat m 2. Anjurkan klien minta2. Menilai kemampuan klien
WITA enyebutkan manfaat,  sendiri  obat  pada  dalam pengobatannya
dosis  dan   efek samping perawat  dan  sendiri.
obat. merasakan 3. Dengan mengetahui efek
2. Klien dapat manfaatnya. samping klien akan tahu apa
mendemonstrasikan 3. Anjurkan klien untuk yang harus dilakukan setelah
penggunaan obat dengan bicara dengan dokter minum obat.
benar. tentang mafaat dan 4. Program pengobatan dapat
3. Klien dapat memahami efek samping obat berjalan dengan lancar.
akibat berhenti minum obat yang dirasakan 5. Dengan mengetahui prinsip
tanpa konsultasi. 4. Diskusikan akibat penggunaan obat, maka
4. Klien dapat menyebutkan berhenti minum obat kemandirian klien untuk
prinsip 6 benar penggunaan tanpa konsultasi pengobatan dapat
obat. dengan dokter. ditingkatkan secara

32
bertahap. 
5. Bantu klien
menggunakan obat
dengan prinsip 6
benar (benar pasien,
benar obat, benar
dosis, benar rute,
benar waktu, benar
dokumentasi
Jumat, TUK 5 : Setelah diberikan asuhan 2. Anjurkan pasien 1. Untuk mendapatkan
24 Pasien dapat keperawatan selama 1x 20 menceritakan bantuan keluarga dalam
Septemb memanfaatkan menit dalam 1 x pertemuan halusinasinya kepada mengontrol halusinasinya
er dukungan dari diharapkan pasien keluarga. 2. Untuk mengetahui
2021Puk keluarga dan dukungan mendapatkan dukungan 3. Diskusikan mengenai pengetahuan keluarga
ul 09.00 sosial dalam keluarga dan dukungan sosial halusinasi pada saat tentang halusinasi dan
WITA mengontrol dan dalam mengontrol berkunjung tentang : menambah pengetahuan
mengenal halusinasinya dengan kriteria a. Pengertian halusinasi keluarga cara merawat
halusinasinya hasil : b. Gejala halusinasi anggota keluarga yang
1. Keluarga dapat yang dialami mempunyai masalah

33
mengetahui pengertian, pasien. halusinasi
tanda-tanda dan tindakan c. Cara yang dapat
untuk mengendalikan dilakukan pasien
halusinasi dan keluarga
untuk memutus
halusinasi.
d. Cara merawat
anggota keluarga
yang berhalusinasi
di rumah

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Hari/tgl/jam No. Dx Implementasi Respon pasien Paraf

Senin, 20 1 TUK 1 1. “Selamat pagi dik,bisa panggil saya TTD


September bapak P”
Membina hubungan saling percaya dengan Pasien
2021
2. “Iya dik, saya sedikit gelisah telinga
1. “Selamat pagi bapak perkenalkan saya perawat Putri, yang
Pukul 10.00
saya rasanya penuh dengan suara –
dinas pada pagi hari ini dari pukul 08.00 – 14.00, dan akan
WITA
suara yang sangat mengganggu saya”
membantu merawat bapak. Boleh saya tau nama bapak siapa

34
3. “Iyaa dik ”
? ( sambari memberikan jabat tangan )
2. “Bagaimana perasaan bapak sekarang? 4. “ Iya saya bisa dik mengobrol selama
20 menit”
3. “Bapak, saya bertugas disini untuk merawat bapak beberapa
hari kedepan, saya berharap selama saya merawat bapak, 5. “ Bisa mengobrol di balkon depan saja

saya dapat memberikan pelayanan yang terbaik.” dik”

4. “Baiklah pak, bagaimana jika sekarang kita mengobrol 6. “Iyaa dik”

tentang keadaan bapak saat ini? Bapak mau ngobrol berapa 7. “Iya bisa dik

lama? Bagaimana kalau 20 menit dari jam 10.00 sampai 8. “Saya tidak melihat orang atau

10.20 wita, bapak? bayangan yang seperti adik katakan.

5. “Kita akan ngobrol dimana pak? Bagaimana kalau kita Saya hanya mendengar saja”

ngobrol di teras saja? 9. “Ya setiap hari, kurang lebih 3 kali

6. “Bapak tidak perlu takut dan cemas kepada saya. Ungkapkan dalam sehari dik”

saja apa yang bapak rasakan saat ini. Saya akan berusaha 10. “Ya saya merasakannya saat saya

membantu mengatasi masalahnya.” sendirian dik”

7. Baik pak, tadi bapak mengatakan kalau bapak merasa 11. “Saya hanya menutup telinga saja dik

gelisah, dan mendengar suara-suara yang sangat dan mencari anak saya, selanjutnya

mengganggu di telinga bapak, apa bapak bisa menceritakan suara tersebut hilang dik”

lebih lanjut tentang perasaan yang bapak rasakan?” 12. “Baik dik, saya mau”

35
8. “Pada saat bapak mendengar suara yang menggangu itu apa
13. “ Banyak yaa dik caranya “
bapak melihat orang/bayangan yang tak berwujud?”
14. “ Iyaa boleh dik satu persatu dulu “
9. “Apa bapak mengalaminya setiap hari? Kalau setiap hari
15. “Coba saya tirukan ya dik “
berapa kali bapak merasakannya? ”
10. “Pada keadaan seperti apa bapak merasakannya? Apakah 16. “Saya merasa agak tenang dik, setelah
pada saat bapak sendirian?” mengobrol- ngobrol tadi”
11. “Apa yang bapak lakukkan saat bapak mendengar suara 17. “Iya masih dik, saya akan
tersebut?” mengulanginya kembali nanti jika
12. “Baik pak, bagaimana sekarang kita belajar untuk mencegah terjadi lagi ”
suara-suara agar tidak muncul? ” 18. “Iya baik dik”
13. “Baik pak ada empat cara untuk mencegah suara- suara itu 19. “Iyaaa boleh dik”
muncul. Pertama dengan cara teknik menghardik. Kedua 20. “Besok saya tanya istri saya dulu ya
dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain. Ketiga dik, untuk jamnya seperti hari ini saja
dengan cara melakukkan kegiatan dengan terjadwal. dik “
Keempat dengan cara meminum obat yang sudah diberikan 21. “ Seperti hari ini saja diteras sini “
oleh dokter.” 22. “Terima kasih juga dik karena sudah
14. “Bagaimana kalau kita belajar dengan satu cara dulu pak? membantu saya”
Dengan cara menghardik, caranya seperti ini : saat suara- 23. “Iya dik, selamat siang”
suara itu muncul, langsung bapak mengatakan dalam hati,

36
“Pergi saya tidak mau dengar kamu, saya tidak mau dengar
kamu, kamu suara palsu” sampai suara tersebut hilang pak.

15. “Nah bagus pak, seperti itu pak, coba terus ya pak sampai
suara tersebut hilang pak.”
16. “Sesuai janji kita tadi, kita sudah mengobrol 30 menit,
sekarang sudah pukul 10.30 wita, untuk saat ini kita akhiri
dulu ya pak. Tadi bapak sudah bagus sekali mau
menceritakan kondisi bapak saat ini.Setelah kita mengobrol
tadi, bagaimana perasaan bapak ?”
17. “Apakah bapak masih ingat, kita membicarakan apa tadi
pak? Apakah bapak bisa mengulangnya?”
18. “Nah bapak, sekarang sudah pukul 10.30 WITA,
pembicaraan kita cukupkan saja dulu sampai disini ya pak.
Sekarang bapak lanjutkan saja kegiatannya dulu. Kalau
nanti ada yang mau diceritakan atau ditanyakan kepada
saya, bapak bisa sampaikan besok saat kita bertemu
kembali”
19. “Bapak besok bagaimana jika kita bertemu lagi

37
membicarakan tentang dukungan keluarga untuk
mengontrol/mengatasi kekambuhan halusinasi?”
20. “ Apa bisa bapak mengajak istri bapak besok ? “Jam berapa
kita besok akan bertemu pak?”
21. “Bisa pak, saya besok bisa betemu lagi jam 10. Bapak mau
ngobrol-ngobrolnya dimana? Bagaimana kalau di teras ini
saja lagi?”
22. “Baik bapak, terima kasih atas kerjasamanya hari ini ya pak”
23. “Karena saya sudah selesai memberikan tindakan, saya
pamit ya pak, selamat siang”
Selasa, 21 1 SP 2 Pasien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol 1. “Selamat pagi dik ” TTD
September halusinasinya 2. “Perasaan saya saat ini baik dik”
2021 1. “Selamat pagi bapak P dan ibu” 3. “Iya boleh dik selama 20 menit”
pukul 10.00 2. “Bagaimana perasaan bapak saat ini ?” 4. “ Iyaa silakan dik “
WITA 3. “Kemarin pukul 10.30, kita sudah janji untuk mengobrol 5. “Iya sudah dik, suami saya sudah
kembali,sekarang kita akan berbicara tentang peran keluarga menceritakannya dulu, awalnya
bapak dalam mengontrol halusinasi bapak. Mau berapa karena kehilangan anaknya
lama bercakap-cakapnya, bapak?” halusinasinya ini seperti mendengar
4. “Sesuai keinginan bapak kita duduk kembali di teras depan suara padahal yang lain tidak

38
sini ya pak, mari duduk pak buk” mendengarnya”
5. “Apakah ibu sudah tahu mengenai halusinasi yang dialami 6. “Sudah dik, tetapi tidak terlalu jelas
suami ibu?” dik”
6. “Wah bagus sekali ternyata bapak sudah menceritakan 7. “Lupa saya dik, sudah lama sekali
keadaan bapak dengan keluarga bapak. Baiklah ibu dan dijelaskan ”
bapak, apakah sudah pernah mendapatkan informasi tentang 8. “Dulu jika dia megalami halusinasi
halusinasi sebelumnya?” itu, biasanya suami saya menutup
7. “Oke baiklah, apakah bapak dan ibu tahu apa itu sebenarnya telinga, gelisah, terkadang senyum –
yang dinamakan halusinasi?” senyum sendirinya dan mencari – cari
8. “Halusinasi adalah perubahan persepsi dimana orang-orang anaknya karena yang didengar suara
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi anaknya”
seperti begitu buk pak. Menurut ibu, bagaimana gejala yang 9. Kalau suami saya sendiri terkadang
dialami oleh suami ibu, pada saat dulu sering mengalami bisa mengontrol terkadang tidak,
halusinasi pendengaran?” tergantung lingkungan sekitar saat dia
9. “Baik ibu, saya akan menjelaskan tanda dan gejala lain yang kambuh. Biasanya kalau dirumah
mungkin terjadi pada pasien dengan halusinasi. Gejala saya suka pancing ajak mengobrol
lainnya itu seperti, suka tertawa sendiri, melukai diri sendiri agar teralihkan fokusnya. Setelah itu
maupun orang lain, tidak dapat berkonsentrasi, saya ajak melakukan kegiatan supaya
pembicaraannya biasanya kacau , mudah tersinggung atau tidak mengingat suara yang

39
marah, ekspresi wajah tegang, suka menyalahkan orang lain, didengarnya”
kadang-kadang berkeringat berlebihan dan wajah tegang dan 10. “Iyaa baik dik”
cemas. Ibu, jika suami ibu tiba-tiba mengalami halusinasi 11. “Perasaan kami sedikit lega dan
bagaimana cara suami ibu mengontrolnya? Dan kalau ibu merasa lebih banyak ilmu yang bisa
sendiri, cara apa yang ibu lakukan jika suami ibu dipelajari”
mengalami halusinasi pendengaran?” 12. “Baik dik terimkasih ya “
10. “Baik ibu tindakan yang ibu lakukan sudah baik. Ibu, bapak, 13. “Iya baik dik, bisa seperti tadi 20
tidak terasa sudah 20 menit kita mengobrol. Sekarang sudah menit saja ditempat ini juga”
pukul 10.20, jadi kita cukupkan dulu sampai di sini ya” 14. “Terimakasih kembali dik, selamat
11. “Bagaimana perasaan Ibu dan bapak setelah kita mengobrol- siang”
ngobrol tadi?”
12. “Baik pak dan bu, pembicaraan kita cukupkan saja dulu
sampai disini ya. Sekarang bapak dan ibu bisa melanjutkan
kegiatan lainnya. Kalau nanti ada yang mau diceritakan atau
ditanyakan kepada saya, bapak bisa sampaikan saat kita
bertemu lagi. Untuk pertemuan selanjutnya, nanti saya
membicarakan tentang cara mencegah kekambuhan pasien
dengan gangguan jiwa. Bagaimana kalau kita bertemu nanti
pukul 13.00 ? Bapak mau mengobrol berapa lama dan mau

40
mengobrol di mana?”
13. “Iya baik bapak. Terima kasih atas kerjasamanya hari ini ya
pak, bu Karena saya sudah selesai memberikan tindakan,
saya pamit ya pak, selamat siang”
Rabu , 22 1 SP 3 Pasien dan keluarga mengetahui cara mencegah 1. “ Selamat pagi dik” TTD
September kekambuhan pada pasien 2. “ Perasaan saya baik dik”
2021Pukul 1. “Selamat pagi pak dan bu” 3. “ Iya dik selama 20 menit”
10.00 WITA 2. “Bagaimana perasaan bapak dan ibu hari ini?” 4. “ Boleh disini saja dik duduknya”
3. “Kemarin kita sudah berjanji hari ini akan membicarakan 5. “ Baik terimakasih dik”
informasi tentang cara mencegah kekambuhan pasien 6. “ Sejauh ini belum ada yang ingin
dengan gangguan jiwa. sesuai kesepakatan kita mengobrol ditanyakan dik”
selama 20 menit ya bapak ?” 7. “ Tidak dik”
4. “Bapak mau duduk di tempat ini lagi ?” 8. “Saat ini, tidak dik”
5. “Baik bapak ibu silakan duduk” 9. “Saya rasa informasinya sudah jelas
6. “Baiklah pak dan bu kali ini, saya akan memberikan dik”
informasi mengenai cara mencegah kekambuhan, ini 10. “Saya hanya meningat beberapa dik,
saya mempunyai brosur dan bisa dibaca, disana berisi kesehatan jiwa itu yaitu suatu kondisi
cara mencegah kekambuhan. Apakah ada yang ingin dimana fisik dan pikiran dalam
bapak atu ibu tanyakan bisa langsung ditanyakan ?” keadaan baik, lalu gangguan jiwa yaitu

41
7. “ Jika tidak ada yang ditanyakan saya lanjutkan ya. perubahan perilaku yang terjadi tanpa
Baiklah pak dan bu, saya akan memulai dengan alasan yang tidak jelas, kekambuhan
menjelaskan apa itu kesehatan jiwa, gangguan jiwa, dan yaitu munculnya kembali gejala- gejala
kekambuhan. Kesehatan jiwa itu merupakan suatu kondisi dari penyakit. Penyebab dari
yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan kekambuha seperti tidak minum obat
emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan teratur, lingkungan yang membuat stres
itu berjalan selaras dengan orang lain. Gangguan jiwa yaitu dan emosi yang tinggi, dan kurang
perubahan perilaku yang terjadi pada seseorang tanpa aktivitas, tanda-tandanya ada 6 tahap
alasan yang masuk akal, berlebihan, berlangsung lama dan tetapi saya tidak terlalu ingat
menyebabkan berbahaya terhadap orang tersebut atau pertahapnya, tanda-tandanya seperti
orang lain. Kekambuhan adalah yaitu kembalinya gejala – halusinasi, tegang, cemas, tidak
gejala penyakit sehingga cukup parah dan mengganggu mengenal keluarga, menjadiseperti
aktivitas sehari – hari dan memerlukan rawat inap ataupun robot, mengamuk dan mudah bosan.
rawat jalan. Dari pengertian yang tadi saya jelaskan apakah Fungsi dan tugas keluarga dalam
ada yang ingin bapak atau ibu tanyakan?” mengatasi kekambuhan yaitu
8. “Baiklah saya akan melanjutkan menjelaskan tentang pendewasaan keprobadian, pelindung,
penyebab dan tanda-tanda kekambuhan. Penyebab dari dan untuk bersosialisasi, mengenal
kekambuhan itu sendiri berasal dari beberapa faktor seperti penyimpangan sejak awal, merawat
tidak teratur minum obat, lingkungan dengan stressor keluarga, menciptakan lingkungan

42
tinggi, maksudnya ini di lingkungan bapak ini banyak yang yang nyaman. Upaya perawatan pasien
membuat bapak merasa tidak nyaman dan banyak terjadi di rumah yaitu memberikan kegiatan
perselisihan. Yang ketiga yaitu keluarga dengan emosi sehari – hari, selalu menemani
yang tinggi. Yang terakhir yaitu kurangnya aktivitas dan pasien,mengajak ikut aktif dalam
latihan serta suplai nutrisi, ini maksudnya bapak harus kegiatan masyarakat, berikan dukunan,
sering melakukan kegiatan di rumah supaya bapak mengontrol minum obat, mengenali
memounyai kesibukan sehingga bapak tidak terlalu tanda – tanda kekambuhan, segera
kepikiran dengan penyakit bapak dan bapak jadinya jarang kontrol ke dokter/RS jika muncul
melamun dan ini juga bisa meningkatkan sosialisasi bapak perilaku menyimpang atau obat habis.
baik bersama keluarga ataupun masyarakat. Kemudian ada Upaya perawatan pasien di masyarakat
tanda-tanda dari kekambuhan itu sendiri, menurut sumber yaitu jangan dipasung, jangan dijauhi,
yang saya dapatkan terdapat 6 tahap pak yaitu: sgera bwa ke puskesmas jika ada
Tahap I : Penderita memperlihatkan ketegangan yang masalah.”
berlebihan (overextension), sering mengeluh cemas terus – 11. “ Saya merasa lebih banyak memahami
menerus, tak dapat konsentrasi, lupa kata – kata dalam mengenai halusinasi setelah tadi
pertengahan kalimat, menerima informasi”
Tahap II : Memperlihatkan keterbatasan tingkat kesadaran 12. “ Iya dik, sama – sama terimakasih
(retriction conciusness), depresi, mudah bosan, apatis, kembali atas pembelajarannya dik ”
obsesional dan fobia, mengeluh sakit di seluruh tubuh 13. “Terima kasih dik. Selamat siang”

43
(somatisasi).
Tahap III : Kadang – kadang menunjukan penampilan
psikotik, hipomania, gangguan persepsi, gangguan isi pikir
dan gagal memakai mekanisme pembelaan yang matang.
Tahap IV : Memperlihatkan gejala psikotik yang jelas,
adanya halusinasi dan waham secara terus menerus
Tahap V : Penderita tidak lagi mengenal keluarga dan
menganggap keluarga sebagai penipu. Dapat pula
penderita mengamuk.
Tahap VI : Penderita nampak seperti robot dan bingung
serta gelisah. Jika muncul tanda –tanda seperti itu,
ungkapkan saja perasaan bapak terhadap keluarga bapak
dan segera kontrol ke RS sehingga mendapakan
pertolongan. Baikah pak itu tadi tanda dan penyebab
kekambuhan, apakah ada yang ingin bapak tanyakan?”
9. “Sekarang saya akan menjelaskan mengenai fungsi dan
tugas keluarga dan upaya perawatan pasien gangguan jiwa
di rumah dan di masyarakat. Gambaran umum tentang
fungsi keluarga dalam kesehatan jiwa yaitu, pendewasaan

44
kepribadian dari para anggota keluarga, pelindung dan
pemberi keamanan bagi anggota keluarga, fungsi
sosialisasi, yaitu kemampuan untuk mengadakan
hubungan antar anggota keluarga dengan keluarga lain
atau masyarakat. Kemudian tugas keluarga dalam
mengatasi masalah kesehatan yaitu mengenal adanya
penyimpangan awal sedini mungkin, mengambil
keputusan dalam mencari pertolongan atau bantuan
kesehatan untuk anggota keluarga, memberi perawatan
bagi anggota keluarga yang sakit, cacat, atau memerlukan
bantuan dan menanggulangi keadaan darurat, menciptakan
lingkungan keluarga yang sehat, memanfaatkan sumber
yang ada di masyarakat. Kemudian ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan oleh keluarga dan lingkungan dalam
merawat pasien di rumah antara lain, Memberikan
kegiatan/ kesibukan dengan membuatkan jadwal sehari –
hari, selalu menemani dan tidak membiarkan penderita
sendiri dalam melakukan suatu kegiatan, misalnya : makan
bersama, bekerja bersama, bepergian dll., meminta

45
keluarga atau teman untuk menyapa pasien, jika pasien
mulai menyendiri atau berbicara sendiri, mengajak ikut
aktif dan berperan serta dalam kegiatan masyarakat,
misalnya : kerja bakti, berikan pujian, umpan balik atau
dukungan untuk ketrampilan sosial yang dapat dilakukan
pasien, mengontrol kepatuhan minum obat secara benar
sesuai dengan resep dokter, jika suami ibu malas minum
obat, anjurkan untuk minum obat secara halus dan empati.
Hindari tindakan paksa yang menimbulkan trauma bagi
pasien., Kontrol suasana lingkungan / pembicaraan yang
dapat memancing terjadinya marah, mengenali tanda –
tanda yang muncul sebagai gejala kekambuhan, segera
kontrol ke dokter/RS jika muncul perubahan perilaku yang
menyimpang atau obat habis. Upaya yang dapat
dilakukan pada gangguan jiwa di masyarakat yaitu
pasien jangan di pasung, karena memasung penderita sama
artinya dengan merampas hak hidupnya, jika terlihat
gangguan atau terdapat gangguan segera bawa ke
puskesmas terdekat, jangan dijauhi atau dikucilkan, bekali

46
dengan berbagai keterampilan untuk meningkatkan
produktifitas, membawa penderita untuk kontrol rutin ke
pelayanan kesehatan. Baiklah pak dan bu, apa ada yang
ingin ditanyakan?”
10. “Baiklah pak dan bu sekarang saya ingin mengetahui
sberapa ingat bapak mengenai informasi yang saya
sampaikan tadi, apa bapak bisa jelaskan materi mana yang
paling bapak ingat ?”
11. “Wah bagus sekali pak, bapak sudah mampu mengingat
informasi yang saya berikan tadi. Baik Ibu dan bapak,
sudah 20 menit kita mengobrol. Jadi kita cukupkan dulu
sampai di sini. Tadi Ibu dan bapak bagus sekali sudah mau
mendengarkan dan mampu mengingat informasi tadi.
Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah saya
memberikan informasi tersebut?”
12. “Baik pak bu, pembicaraan kita cukupkan saja dulu sampai
disini ya. Sekarang bapak dan ibu bosa lanjutkan aktivitas
kembali. Baik pak dan bu sudah 3 hari pertemuan kita ini
dalam mencegah kekambuhan pada bapak dan juga

47
pentingnya dukungan keluarga dalam mengatasi masalah
bapak tersebut. Terimakasih pak dan bu atas kerjasamanya
selama ini ya, semoga dapat bermanfaat bagi semuanya “
13. “Karena saya sudah selesai memberikan tindakan, saya
pamit ya pak, selamat siang”

EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/tanggal Diagnosa Evaluasi Paraf

/jam Keperawatan
Rabu, 22 Gangguan persepsi S : pasien mengatakan apa yang dirasakan, menyampaikan perasaannya. TTD
September 2021 sensori halusinasi O : Pasien mau membalas salam dan berjabat tangan, pasien duduk berdampingan dengan
Pukul 11.00 WITA auditori perawat, kontak mata bagus, pasien mau mengutarakan masalahnya, ekspresi wajah pasien
senang, sesekali tersnyum kepada perawat dan pasien mau menjawab semua pertanyaan
perawat
A : TUK 1 (Membina hubungan saling percaya) tercapai
P : lanjutkan TUK 2 (Pasien mendapatkan dukungan keluarga dalam mengontrol halusnasi)
S: TTD

48
Pasien mengatakan dia sudah pernah menceritakan keadannya kepada istrinya
Istri pasien mengatakan pada saat dulu jika dia megalami halusinasi itu, biasanya pasien
senyum-senyum sendiri, dan mengatakan mendengar lagu-lagu, dan kadang-kadang tiba-
tiba bengong dan lebih suka menyendiri, dan tidak mau melakukan kegiatan apa-apa istri
pasien juga mengatakan mengatasinya dengan cara mengobrol-ngobrol dan melakukan
kegiatan, dan meminum obat”
O :Pasien dan keluarga mau menjawab pertanyaan perawat, pasien dan keluarga
mengetahui tanda dan gejala halusinasi dan mampu melakukan cara mengontrol halusinasi
A : TUK 2 (Pasien mendapatkan dukungan keluarga dalam mengontrol halusnasi) tercapai
P : Lanjutkan TUK 3 (mengetahui cara mencegah kekambuhan pasien)
S : Pasien dan keluarga mengatakan mau mendengarkan informasi tentang mencegah TTD
kekambuhan pasien
O : Pasien dan keluarga mendengarkan semua informasi yang diberikan, pasien dan
keluarga mampu mengingat informasi mengenai pengertian kekambuhan, penyebab dan
tanda-tanda kekambuhan, fungsi dan tugas keluarga, upaya perawatan pasien gangguan
jiwa di rumah dan masyarakat walaupun ada beberapa yang lupa
A : TUK 3 (Pasien dan keluarga mengetahui cara mencegah kekambuhan pasien) tercapai
P : Mengingatkan pasien dan keluarga untuk rutin kontrol ke RSJ selama 2 minggu sekali
atau jika muncul tanda tanda kekambuhan

49
50
STRATEGI PELAKSANAAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HALUSINASI

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien : Klien mengatakan mendengar suara- suara atau kegaduhan,
mendengar suara yang mengajaknya bercakap – cakap, dan menyuruh melakukan
sesuatu yang berbahaya.
2. Diagnosa Keperawatan : Perubahan Persepsi Sensori (Halusinasi)
3. Rencana Keperawatan :
a. Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu pertimbangan agar pasien
merasa aman dan nyaman saat berinteraksi. Tindakan yang harus
dilakukkandalam membina hubungan saling percaya adalah :
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Berjabat tangan
3) Memperkenalkan identitas diri (nama lengkap, nama panggilan, asal
institusi)
4) Menanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
5) Menjelaskan tujuan interaksi
6) Menyepakati kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien.
b. Bantu klien mengenal halusinasi
1) Bantu klien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya
2) Bantu pasien menjelaskan situasi yang menimbulkan halusinasi
3) Bantu pasien mengenal penyebab halusinasi
4) Bantu pasien menyadari perilaku akibat halusinasi
5) Ajarkan klien teknik menghardik
c. Motivasi klien melakukan teknik menghardik setiap kali halusinasi muncul.
4. Tujuan :
a. Klien mampu membina hubungan saling percaya
b. Klien mampu mengenal halusinasi
c. Klien mampu mengatasi halusinasi melalui teknik menghardik
d. Pasien mampu memperagakan dan menggunakan teknik menghardik untuk

51
mengatasi halusinasi.
B. Proses Pelaksanaan Tindakan
SP 1
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
Perawat: “Selamat pagi bapak perkenalkan saya perawat Putri, yang dinas pada
pagi hari ini dari pukul 08.00 – 14.00, yang akan membantu merawat
bapak. Boleh saya tau nama bapak siapa ? ( sambari memberikan jabat
tangan )
Pasien : “Selamat pagi dik”
Pasien : “bisa panggil saya bapak P”
b. Evaluasi/Validasi
Perawat: “Bagaimana perasaan bapak sekarang “
Pasien : “Iya dik, saya sedikit gelisah telinga saya rasanya penuh dengan suara –
suara yang sangat mengganggu saya”
Perawat: “Bapak, saya bertugas disini untuk merawat bapak beberapa hari
kedepan, saya berharap selama saya merawat bapak, saya dapat
memberikan pelayanan yang terbaik.”
Pasien: “iya dik”
c. Kontrak
Perawat: “ Baiklah pak, Bagaimana jika sekarang kita mengobrol tentang keadaan
bapak saat ini?.”
Perawat:“ Bapak mau ngobrol berapa lama ? bagaimana kalau 20 menit dari jam
10.00 sampai 10.20 wita?”
Pasien: “Iya saya bisa dik mengobrol selama 20 menit”
Perawat:”Kita akan ngobrol dimana pak? Bagaimana kalau kita ngobrol di teras
saja?”
Pasien:“ Iya bisa dik
2. Fase Kerja
Perawat: “Bapak tidak perlu takut dan cemas kepada saya. Ungkapkan saja apa yang
bapak rasakan saat ini. Saya akan berusaha membantu mengatasi
masalahnya.”
52
Perawat:“Baik pak, tadi bapak mengatakan kalau bapak merasa gelisah, dan
mendengar suara-suara yang sangat mengganggu di telinga bapak, apa
bapak bisa menceritakan lebih lanjut tentang perasaan yang bapak
rasakan?”
Pasien:“Bisa dik ”
Perawat:“Pada saat bapak mendengar suara yang menggangu itu apa bapak melihat
orang/bayangan yang tak berwujud?”
Pasein: “Saya tidak melihat orang atau bayangan seperti yang adik katakan. Saya
hanya mendengar saja”
Perawat:“Apa bapak mengalaminya setiap hari? Kalau setiap hari berapa kali bapak
merasakannya? ”
Pasien:“Ya setiap hari, kurang lebih 3 kali dalam sehari dik”
Perawat:“Pada keadaan seperti apa bapak merasakannya? Apakah pada saat bapak
sendirian?”
Pasien:“Ya saya merasakannya saat saya sendirian dik”
Perawat:“Apa yang bapak lakukkan saat bapak mendengar suara tersebut?”
Pasien: “Saya hanya menutup telinga saja dik dan mencari anak saya, selanjutnya
suara tersebut hilang dik”
Perawat :“Baik pak, bagaimana sekarang kita belajar untuk mencegah suara-suara
agar tidak muncul? ”
Pasien :“Baik dik, saya mau”
Perawat :“Baik pak ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama
dengan cara teknik menghardik. Kedua dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain. Ketiga dengan cara melakukkan kegiatan dengan terjadwal.
Keempat dengan cara meminum obat yang sudah diberikan oleh dokter.”
Pasien :“Banyak ya dik caranya ”

Perawat :“Bagaimana kalau kita belajar dengan satu cara dulu pak? Dengan cara
menghardik, caranya seperti ini : saat suara-suara itu muncul, langsung
bapak mengatakan dalam hati, “Pergi saya tidak mau dengar kamu, saya
tidak mau dengar kamu, kamu suara palsu” sampai suara tersebut hilang
pak. ”
53
Pasien :“ Iya boleh dik satu persatu dulu”
Pasien : “Coba saya tirukan ya dik”
Perawat :“Nah bagus pak, seperti itu pak, coba terus ya pak sampai suara tersebut
hilang pak.”
3.Fase Terminasi
a. Evaluasi
Perawat:“Sesuai janji kita tadi, kita sudah mengobrol 30 menit, sekarang sudah
pukul 10.30 wita, untuk saat ini kita akhiri dulu ya pak. Tadi bapak
sudah bagus sekali mau menceritakan kondisi bapak saat ini.“
Perawat:“Setelah kita mengobrol tadi, bagaimana perasaan bapak ?”
Pasien:“Saya merasa agak tenang dik, setelah mengobrol-ngobrol tadi”
Perawat:“Apakah bapak masih ingat, kita membicarakan apa tadi pak?” “Apakah
bapak bisa mengulangnya?”
Pasien:“Iya masih dik,saya akan mengulanginya kembali nanti jika terjadi lagi ”
Perawat:”Nah bapak, sekarang sudah pukul 10.30 WITA, pembicaraan kita
cukupkan saja dulu sampai disini ya pak. Sekarang bapak lanjutkan saja
kegiatannya dulu. Kalau nanti ada yang mau diceritakan atau
ditanyakan kepada saya, bapak bisa sampaikanbesok saat kita bertemu
kembali.
b.Tindak Lanjut dan kontrak yang akan datang
Perawat: “Bapak besok bagaimana jika kita bertemu lagi membicarakan tentang
dukungan keluarga untuk mengontrol/mengatasi kekambuhan
halusinasi ?”
Pasien:“Iya boleh dik”
Perawat:“ Apa bisa bapak mengajak istri bapak besok ? “Jam berapa kita besok
akan bertemu pak?
Pasien:“besok saya tanya istri saya dulu ya dik, untuk jamnya seperti hari ini
saja dik”
Perawat:“ Bapak mau ngobrol-ngobrolnya dimana? Bagaimana kalau di teras ini
saja lagi?”
Pasien:“Seperti hari ini saja diteras sini”
Perawat: “Baik bapak, terima kasih atas kerjasamanya hari ini ya pak.”
54
Pasien: “Terima kasih juga dik karena sudah membantu saya”
Perawat: “Karena saya sudah selesai memberikan tindakan, saya pamit ya pak,
selamat siang”
Pasien : “Iya dik, selamat siang”

SP 2
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
Perawat : “Selamat pagi bapak P dan ibu”
Pasien :“ Selamat pagi dik “
b. Evaluasi/Validasi
Perawat : “Bagaimana perasaan bapak saat ini ? “
Pasien : “ perasaan saya saat ini baik dik”
c. Kontrak
Perawat: “Kemarin pukul 10.30, kita sudah janji untuk mengobrol
kembali,sekarang kita akan berbicara tentang peran keluarga bapak
dalam mengontrol halusinasi bapak”
Perawat : “Mau berapa lama bercakap-cakapnya? “
Pasien :“Iya boleh dik selama 20 menit”
Perawat:“ Sesuai keinginan bapak kita duduk kembali di teras depan sini ya pak,
mari duduk pak buk”
Pasien:“Iya silakan dik”
2. Fase Kerja
Perawat : “Apakah ibu sudah tahu mengenai halusinasi yang dialami suami ibu?
Keluarga: “Iya sudah dik, suami saya sudah menceritakannya dulu, awalnya
karena kehilangan anaknya halusinasinya ini seperti mendengar suara
padahal yang lain tidak mendenarnya”
Pasien:”Wah bagus sekali ternyata bapak sudah memnceritakan keadaan bapak
dengan keluarga bapak”
Perawat:“Baiklah ibu dan bapak, apakah sudah pernah mendapatkan informasi
tentang halusinasi sebelumnya?”
Pasien dan keluarga : “Sudah dik, tetapi tidak terlalu jelas dik”
55
Perawat:“Oke baiklah, apakah bapak dan ibu tahu apa itu sebenarnya yang
dinamakan halusinasi?
Pasien:“ Lupa saya dik, sudah lama sekali dijelaskan”
Perawat:”Halusinasi adalah perubahan persepsi dimana orang-orang
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi seperti begitu
buk pak”
Perawat:“Menurut ibu, bagaimana gejala yang dialami oleh suami ibu, pada saat
dulu sering mengalami halusinasi pendengaran?”
Keluarga:“ Dulu jika dia megalami halusinasi itu, biasanya suami saya menutup
telinga, gelisah, terkadang senyum – senyum sendirinya dan mencari
– cari anaknya karena yang didengar suara anaknya”
Perawat:“Baik ibu, saya akan menjelaskan tanda dan gejala lain yang mungkin
terjadi pada pasien dengan halusinasi. Gejala lainnya itu seperti, suka
tertawa sendiri, melukai diri sendiri maupun orang lain, tidak dapat
berkonsentrasi, pembicaraannya biasanya kacau , mudah tersinggung
atau marah, ekspresi wajah tegang, suka menyalahkan orang lain,
kadang-kadang berkeringat berlebihan dan wajah teganng dan cemas”
Perawat:“Ibu, jika suami ibu tiba-tiba mengalami halusinasi bagaimana cara
suami ibu mengontrolnya? Dan kalau ibu sendiri cara apa yang ibu
lakukan jika suami ibu mengalami halusinasi pendengaran?
Keluarga:“Kalau suami saya sendiri terkadang bisa mengintrol terkadang tidak,
tergantung lingkungan sekitar saat dia kambuh “
Keluarga:“Biasanya kalau dirumah saya suka pancing ajak mengobrol agar
teralihkan fokusnya. Setelah itu saya ajak melakukan kegiatan supaya
tidak mengingat suara yang didengarnya”
Perawat :”Baik ibu tindakan yang ibu lakukan sudah baik”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
Perawat: “Ibu pak, sudah 20 menit kita mengobrol. Sekarang sudah pukul
10.20, jadi kita cukupkan dulu sampai di sini ya”
Perawat:“Bagaimana perasaan Ibu dan bapak setelah kita mengobrol-
ngobrol tadi?” “ Apakah Ibu dan bapak masih ingat, kita
56
membicarakan apa tadi Ibu?”
Pasien :“Perasaan kami sedikit lega dan merasa lebih banyak ilmu yang bisa
dipelajari”
b. Tindak Lanjut dan kontrak yang akan datang
Perawat: “Baik pak dan bu, pembicaraan kita cukupkan saja dulu sampai
disini ya. Sekarang bapak dan ibu bisa melanjutkan kegiatan
lainnya. Kalau nanti ada yang mau diceritakan atau ditanyakan
kepada saya, bapak bisa sampaikan saat kita bertemu lagi”
Pasien:“ Baik dik terimakasih ya”
Perawat:“Untuk pertemuan selanjutnya , nanti saya membicarakan tentang
cara mencegah kekambuhan pasien dengan ganggan jiwa”\
Perawat:“Bagaimana kalau kita bertemu nanti pukul 13.00 ? bapak mau
mengobrol berapa lama? “bapak mau mengobrol di mana? ”
Pasien:“ Iya baik dik, bisa seperti tadi 20 menit saja ditempat ini”
Perawat: “Iya baik bapak. Terima kasih atas kerjasamanya hari ini ya pak, bu
Karena saya sudah selesai memberikan tindakan, saya pamit ya
pak, selamat siang”
Pasien: “Terimakasih Kembali dik, selamat siang”
SP 3
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
Perawat:”Selamat pagi pak dan bu”
Pasien : “Selamat pagi dik”
b. Evaluasi/Validasi
Perawat: “Bagaimana perasaan bapak dan ibu hari ini ? “
Pasien: “Perasaan saya baik dik”
c. Kontrak
Perawat: “Kemarin kita sudah berjanji hari ini akan membicarakan informasi
tentang cara mencegah kekambuhan pasien dengan ganggan jiwa”
Perawat:”Sesuai kesepakatan kita mengobrol selama 20 menit ya bapak ?
Pasien:“ Iya dik selama 20 menit”
Perawat :”Bapak mau duduk di tempat ini lagi ?”
57
Pasien:“ Boleh disini saja dik duduknya”
Perawat:”Baik bapak ibu silakan duduk”
Pasien:“ Baik terimakasih dik”
2. Fase Kerja
Perawat:“Baiklah pak dan bu kali ini, saya akan memberikan innformasi
mengenai cara mencegah kekambuhan, ini saya mempunyai brosur dan
bisa dibaca, disana berisi cara mencegah kekambuhan” “apakah ada
yang ingin bapak atau ibu tanyakan bisa langsung ditanyakan ?”
Pasien:“Sejauh ini belum ada yang ingin ditanyakan dik”
Perawat:“ Jika tidak ada yang ditanyakan saya lanjutkan ya”
Perawat:“Baiklah pak dan bu, saya akan memulai dengan menjelaskan apa itu
kesehatan jiwa, gangguan jiwa, dan kekambuhan. Kesehatan jiwa itu
merupakan suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik,
intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan
perkembangan itu berjalan selaras dengan orang lain.”
Perawat:“Gangguan jiwa yaitu perubahan perilaku yang terjadi pada seseorang
tanpa alasan yang masuk akal, berlebihan, berlangsung lama dan
menyebabkan berbahaya terhadap orang tersebut atau orang lain.”
Perawat:“Kekambuhan adala yaitu kembalinya gejala – gejala penyakit
sehingga cukup parah dan mengganggu aktivitas sehari – hari dan
memerlukan rawat inap ataupun rawat jalan”
Perawat:“Dari pengertian yang tadi saya jelaskan apakah ada yang ingin bapak
atau ibu tanyakan?”
Pasien: “ Tidak dik”
Perawat:“Baiklah saya akan melanjutkan menjelaskan tentang penyebab dan
tanda-tanda kekambuhan. Penyebab dari kekambuhan itu sendiri
berasal dari beberapa faktor seperti tidak teratur minum obat,
lingkungan dengan stressor tinggi, maksudnya ini di lingkungan
bapak ini banyak yang membuat bapak merasa tidak nyaman dan
banyak terjadi perselisihan. Yang ketiga yaitu keluarga dengan emosi
yang tinggi. Yang terakhir yaitu kurangnya aktivitas dan latihan serta
suplai nutrisi, ini maksudnya bapak harus sering melakukan kegiatan
58
di rumah supaya bapak memounyai kesibukan sehingga bapak tidak
terlalu kepikiran dengan penyakit bapak dan bapak jadinya jarang
melamun dan ini juga bisa meningkatkan sosialisasi bapak baik
bersama keluarga ataupun masyarakat.”
Perawat:“Kemudian ada tanda-tanda dari kekambuhan itu sendiri, menurut
sumber yang saya dapatkan terdapat 6 tahap pak yaitu:
Tahap I: Penderita memperlihatkan ketegangan yang berlebihan
(overextension), sering mengeluh cemas terus – menerus, tak
dapat konsentrasi, lupa kata – kata dalam pertengahan
kalimat,
Tahap II : Memperlihatkan keterbatasan tingkat kesadaran (retriction
conciusness), depresi, mudah bosan, apatis, obsesional dan
fobia, mengeluh sakit di seluruh tubuh (somatisasi).
Tahap III: Kadang – kadang menunjukan penampilan psikotik,
hipomania, gangguan persepsi, gangguan isi pikir dan gagal
memakai mekanisme pembelaan yang matang.
Tahap IV: Memperlihatkan gejala psikotik yang jelas, adanya
halusinasi dan waham secara terus menerus
Tahap V : Penderita tidak lagi mengenal keluarga dan menganggap
keluarga sebagai penipu. Dapat pula penderita mengamuk.
Tahap VI : Penderita nampak seperti robot dan bingung serta gelisah.
Jika muncul tanda –tanda seperti itu, ungkapkan saja
perasaan bapak terhadap keluarga bapak dan segera kontrol
ke RS sehingga mendapakan pertolongan. Baikah pak itu
tadi tanda dan penyebab kekambuhan, apakah ada yang
ingin bapak tanyakan?”
Perawat:“Sekarang saya akan menjelaskan mengenai fungsi dan tugas keluarga
dan upaya perawatan pasien gangguan jiwa di rumah dan di
masyarakat. Gambaran umum tentang fungsi keluarga dalam
kesehatan jiwa yaitu, pendewasaan kepribadian dari para anggota
keluarga, pelindung dan pemberi keamanan bagi anggota keluarga,
fungsi sosialisasi, yaitu kemampuan untuk mengadakan hubungan
59
antar anggota keluarga dengan keluarga lain atau masyarakat.
Kemudian tugas keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan yaitu
mengenal adanya penyimpangan awal sedini mungkin, mengambil
keputusan dalam mencari pertolongan atau bantuan kesehatan untuk
anggota keluarga, memberi perawatan bagi anggota keluarga yang
sakit, cacat, atau memerlukan bantuan dan menanggulangi keadaan
darurat, menciptakan lingkungan keluarga yang sehat, memanfaatkan
sumber yang ada di masyarakat.
Perawat:“Kemudian ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh keluarga
dan lingkungan dalam merawat pasien di rumah antara lain,
Memberikan kegiatan/ kesibukan dengan membuatkan jadwal sehari –
hari, selalu menemani dan tidak membiarkan penderita sendiri dalam
melakukan suatu kegiatan, misalnya : makan bersama, bekerja
bersama, bepergian dll., meminta keluarga atau teman untuk menyapa
pasien, jika pasien mulai menyendiri atau berbicara sendiri, mengajak
ikut aktif dan berperan serta dalam kegiatan masyarakat, misalnya :
kerja bakti, berikan pujian, umpan balik atau dukungan untuk
ketrampilan sosial yang dapat dilakukan pasien, mengontrol
kepatuhan minum obat secara benar sesuai dengan resep dokter, jika
suami ibu malas minum obat, anjurkan untuk minum obat secara
halus dan empati. Hindari tindakan paksa yang menimbulkan trauma
bagi pasien., Kontrol suasana lingkungan / pembicaraan yang dapat
memancing terjadinya marah, mengenali tanda – tanda yang muncul
sebagai gejala kekambuhan, segera kontrol ke dokter/RS jika muncul
perubahan perilaku yang menyimpang atau obat habis. Upaya yang
dapat dilakukan pada gangguan jiwa di masyarakat yaitu pasien
jangan di pasung, karena memasung penderita sama artinya dengan
merampas hak hidupnya, jika terlihat gangguan atau terdapat
gangguan segera bawa ke puskesmas terdekat, jangan dijauhi atau
dikucilkan, bekali dengan berbagai keterampilan untuk meningkatkan
produktifitas, membawa penderita untuk kontrol rutin ke pelayanan
kesehatan. Baiklah pak dan bu, apa ada yang ingin ditanyakan?”
60
Perawat:“Baiklah pak dan bu sekaran saya ingin mengetahui sberapa ingat
bapak mengenai informasi yang saya sampaikan tadi, apa bapak bisa
jelaskan materi mana yang paling bapak ingat ?”
Pasien:“Saya hanya meningat beberapa dik, kesehatan jiwa itu yaitu suatu
kondisi dimana fisik dan pikiran dalam keadaan baik, lalu gangguan
jiwa yaitu perubahan perilaku yang terjadi tanpa alasan yang tidak
jelas, kekambuhan yaitu munculnya kembali gejala-gejala dari
penyakit”
Pasien:“Penyebab dari kekambuha seperti tidak minum obat teratur,
lingkungan yang membuat stres dan emosi yang tinggi, dan kurang
aktivitas, tanda-tandanya ada 6 tahap tetapi saya tidak terlalu ingat
pertahapnya, tanda-tandanya seperti halusinasi, tegang, cemas, tidak
mengenal keluarga, menjadiseperti robot, mengamuk dan mudah
bosan”
Pasien:“Fungsi dan tugas keluarga dalam mengatasi kekambuhan yaitu
pendewasaan keprobadian, pelindung, dan untuk bersosialisasi,
mengenal penyimpangan sejak awal, merawat keluarga, menciptakan
lingkungan yang nyaman”
Pasien:“Upaya perawatan pasien di rumah yaitu memberikan kegiatan sehari –
hari, selalu menemani pasien,mengajak ikut aktif dalam kegiatan
masyarakat, berikan dukunan, mengontrol minum obat, mengenali
tanda – tanda kekambuhan, segera kontrol ke dokter/RS jika muncul
perilaku menyimpang atau obat habis.”
Pasien:“Upaya perawatan pasien di masyarakat yaitu jangan dipasung, jangan
dijauhi, sgera bwa ke puskesmas jika ada masalah
Perawat:“Wah bagus sekali pak, bapak sudah mampu mengingat informasi
yang saya berikan tadi”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
Perawat:” Baik Ibu dan bapak, sudah 20 menit kita mengobrol. jadi kita
cukupkan dulu sampai di sini. Tadi Ibu dan bapak bagus sekali
sudah mau mendengarkan dan mampu mengingat informasi
61
tadi”
Perawat:“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah saya memberikan
informasi tersebut?”
Pasien:“Saya merasa lebih banyak memahami mengenai halusinasi
setelah tadi menerima informasi”
Perawat:“Baik pak bu, pembicaraan kita cukupkan saja dulu sampai
disini ya. Sekarang bapak dan ibu bosa lanjutkan aktivitas
kembali.”
Perawat: “Baik pak dan bu sudah 3 hari pertemuan kita ini dalam
mencegah kekambuhan pada bapak dan juga pentingnya
dukungan keluarga dalam mengatasi masalah bapak tersebut.
Terimakasih pak dan bu atas kerjasamanya selama ini ya,
semoga dapat bermanfaat bagi semuanya “
Pasien:“Iya dik, sama- sama. Terimakasih kembali atas pembelajarannya
dik “
Perawat:“Karena saya sudah selesai memberikan tindakan, saya pamit ya
pak, selamat siang”
Pasien: “Terima kasih dik. Selamat siang”

62
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

Dari pembahasan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa Halusinasi merupakan


keadaan seseorang yang mengalami perubahan pola dan jumlah rangsangan yang dimulai
secara internal atau eksternal di sekitarnya dengan pengurangan, pembesaran, distorsi, atau
ketidaknormalan respon terhadap setiap rangsangan (Pardede, 2020). Faktor-faktor yang
mampu mempengaruhi kekambuhan penderita skizofrenia dengan halusinasi meliputi
ekspresi emosi keluarga yang tinggi, pengetahuan keluarga yang kurang, ketersediaan
pelayanan kesehatan, penghasilan keluarga dan kepatuhan minum obat pasien skizofrenia
(Pardede, 2020)
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana pasien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanda
ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca
indra tanpa stimullus eksteren : persepsi palsu (Prabowo, 2014

Ada lima jenis halusinasi yaitu pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan


dan perabaan. Halusinasi pendengaran merupakan jenis halusinasi yang paling banyak
ditemukan terjadi pada 70% pasien, kemudian halusinasi penglihatan 20%, dan sisanya
10% adalah halusinasi penghidu, pengecapan dan perabaan (Stuart, 2009).

63
3.2 Saran

Dalam pembuatan makalah ini , penulis menyadari masih banyak kekurangan yang
harus diperbaiki. Namun untuk meningkatkan pemahaman tentang halusinasi maka penulis
berkeinginan menyumbangkan beberapa pemikiran yang dituangkan dalam bentuk saran
sebagai berikut :

a. Bagi Perawat yang menjalankan perawatan home care hendaknya sudah memiliki SIP,
harus kompeten dalam bidangnya, bertanggung jawab terhadap tugasnya.
b. Bagi pasien dan keluarga. Hendaknya pasien dan keluarga dapat bersifat terbuka
terhadap perawat home care, manicotti anjuran dari perawaT, membantu dalam proses
tindakan keperawatan, dan dapat bersifat kooperatif dalam menerima informasi dari
perawat.

64
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Edisi 1. Jakarta Selatan: DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi
1 Cetakan II. Jakarta Selatan: DPP PPNI

Konsep Asuhan Keperawatan terdapat


pada :http://eprints.umpo.ac.id/7461/4/BAB%202%20%281%29.pdf
Diakses pada 15 Februari 2022

65

Anda mungkin juga menyukai