Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA II


(HALUSINASI)

OLEH:
Febri Nirwana
NIM : P.18.004

DOSEN PEMBIMBING:
Ns. Masyitah Wahab, S.Kep, M.Kes

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES BINA GENERASI POLEWALI MANDARTAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan limpahan rahmat sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah
pada junjungan kita nabi Muhammad SAW beserta para sahabat dan pengikutnya hingga
akhir zaman.

Sekaligus pula saya menyampaikan rasa terimakasih yang sebanyak-banyaknya


kepada Ns. Masyitah Wahab, S.Kep, M.Kes selaku dosen mata kuliah Keperawatan
Kesehatan JiwaII yang telah menyerahkan kepercayaannya kepada saya guna menyelesaikan
makalah dengan judul “Halusinasi” ini dengan tepat waktu.

Saya menyadari  bahwa makalah yang saya susun ini masih jauh dari kata sempurna,
karena itulah kritik dan saran yang membangun dari dosen dan teman-teman sangat saya
harapkan.

Polewali Mandar, 27oktoberi 2020

Penulis

Febri Nirwana

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................... i

DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1

A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 1
C. Tujuan Penelitian........................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................... 3

A. Definisi........................................................................................................... 3
B. Etiologi........................................................................................................... 3
C. Patofisiologi................................................................................................... 5
D. Tanda Dan Gejala.......................................................................................... 6
E. Manifestasi Klinis.......................................................................................... 7
F. Diagnosa Keperawatan.................................................................................. 8
G. Intervenai....................................................................................................... 8
H. Perencanaan Tindakan Keperawatan (Starategi Pelaksanaan Komunikasi).. 10

BAB III PENUTUP................................................................................................... 13

A. Kesimpulan.................................................................................................... 13
B. Saran.............................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien mengalami
perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan,
perabaan atau penghirupan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada
(Damaiyanti, 2012).Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi
atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai
contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara
(Kusumawati & Hartono, 2012).

Dampak yang dirasakan oleh keluarga dengan adanya anggota keluarga mengalami
halusinasi adalah tingginya beban ekonomi, beban emosi keluarga, stress terhadap perilaku
pasien yang terganggu, gangguan dalam melaksanakan kegiatan rumah tangga sehari-hari dan
keterbatasan melakukan aktivitas. Beban sosial ekonomi diantaranya adalah gangguan dalam
hubungan keluarga , keterbatasan melakukan aktivitas sosial, pekerjaan, dan hobi , kesulitan
finansial, dan dampak negatif terhadap kesehatan fisik keluarga. Beban psikologis
menggambarkan reaksi psikologis seperti perasaan kehilangan, sedih, cemas dan malu
terhadap masyarakat sekitar, stressmenghadapi gangguan perilaku dan frustrasi akibat
perubahan pola interaksi dalam keluarga (Ngadiran, 2010).

Dampak yang dirasakan keluarga berkepanjangan, maka perlu adanya pengelolaan


yang tepat bagi anggota keluarga yang mengalami halusinasi, maka peran keluarga sangatlah
penting untuk terlibat dalam mengatasi masalah kesehatan yang terjadi. Perawat sebagai
pelaksana asuhan keperawatan keluarga dapat bekerja sama dengan keluarga untuk mengatasi
masalah kesehatan anggota keluarga yang mengalami halusinasi.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah definisi halusinasi?


2. Bagaimanakah etiologi bunuh diri?
3. Apakah patofisiologi bunuh diri?
4. Apakah tanda dan gejala dari seseorang yang berhalusinasi?
5. Bagaimanakah manifestasi klinis halusinasi?
6. Bagaimanakah diagnosa keperawatan dari halusinasi?
7. Bagaimana intervensi risikodari halusinasi?
8. Bagaimanakah perencanaan tindakan keperawatan (strategi pelaksanaan komunikasi)
pada halusinasi?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Mampu memahami definisi halusinasi


2. Mampu memahami etiologi halusinasi
3. Mampu memahami patofisiologi halusinasi
4. Mampu memahami tanda dan gejala halusinasi
5. Mampu memahami manifestasi klinis halusinasi
6. Mampu memahami diagnosa keperawatan dari halusinasi

1
7. Mampu memahami intervensi pada halusinasi
8. Mampu memahami perencanaantindakan keperawatan (strategi pelaksanaan
komunikasi) pada halusinasi

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI

Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori atau suatu objek tanpa adanya
rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh panca indra. Halusinasi
merupakan suatu gejalagangguan jiwa yang seseorang mengalami perubahan sensori
persepsi, serta merupakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, perabaan dan penciuman.
Seseorang merasakan stimulus yangsebetulnya tidak ada. (Yusuf, Rizki & Hanik, 2015).

Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan


internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau
pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh
klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang lagi berbicara (Kusumawati
& Hartono, 2010).

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana pasien mengalami
perubahan sensori persepsi: merasakan sensasi PALSU, berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan dan penghirup.

Halusinasi adalah perubahan dalam jumlah atau stimulus yang datang disertai
gangguan respon yang kurang, berlebihan, atau distorsi terhadap stimulus tersebut (Nanda-1,
2012).

B. ETIOLOGI

1. Faktor predisposisi menurut Yosep (2011) :

a. Faktor Perkembangan

Perkembangan klien yang terganggu misalnya kurangnya mengontrol emosi


dan keharmonisan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustrasi hilang
percaya diri.

b. Faktor sosial Kultural

Seseorang yang merasa tidak terima di lingkungan sejak bayi akan membekas
di ingatannya sampai dewasa dan ia akan merasa di singkirkan, kesepian dan tidak
percaya pada lingkungannya.

c. Faktor Biokimia
Adanya stres yang berlebihan yang di alamioleh seseorang maka di dalam
tubuhnya akan di hasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia
sehingga menjadi ketidakseimbanganasetilkolin dan dopamine.

d. Faktor Psikologis

Tipe kepribadian yang lemah tidak bertanggung jawab akan mudah terjerumus
pada penyelah guna zat adaptif. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari
dari alam nyata menuju alam nyata.

3
e. Pola genetik dan Pola Asuh
Hasil studi menunjukan bahwa faktor keluarga menunjukanhubungan yang
sangatberpengaruh pada penyakit ini.

2. Faktor Presipitasi

Penyebab halusinasi dapat di lihat dari lima dimensi menurut (Yosep, 2011).

a. Dimensi Fisik

Halusinasi dapat di timbulkan oleh beberapakondisi fisik seperti kelelahan


yang luar biasa, pengguanaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi
alkohol dan kesulitan waktu tidur dalam waktu yang lama.

b. Dimensi Emosional

Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat di atasi
merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari halusinasi dapat berupa printah
memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut
sehingga dengan kondisi tersebut klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan
tersebut.

c. Dimensi Intelektual

Dalam dimensi intelektual ini merangsang bahwa individu dengan halusinasi


akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada awalnya halusinasi
merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan implus yang menekan, namun
merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengembil
seluruh perhatian klien dan tidak jarang akan mngontrol semua perilaku klien.

d. Dimensi Sosial

Klien mengaggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata itu sangatlah


membahayakan, klien asik dengan halusinasinya. Seolah-olah dia merupakan
tempat akan memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri
yang tidak di fapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi di jadikan system kontrol
oleh individu tersebut, sehingga jika sistem halusinasi berupa ancaman, dirinya
maumpun orang lain. Oleh karna itu, aspek penting dalam melakukan intervensi
keperawatan klien dengan mengupayakan suatu proses interaksi yang
menimbulkan pengalam interpersonal yang memuaskan, serta menguasakan klien
tidak menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi dengan lingkungan dan
halusinasi tidak langsung.

e. Dimensi Spiritual

Klien mulai dengan kemampuan hidup, rutinitas tidak bermakna, hilangnya


aktifitas ibadah dan jarang berupaya secara spiritual untuk menysucikan diri. Ia

4
sering memaki takdir tetapi lemah dalam upaya menjemput rejeki, menyalahkan
lingkungan dan orang lain yang menyebabkan takdirnya memburuk.

C. PATOFISIOLOGI

Halusinasi dapat berkembang melalui lima fase yaitu :

1. Fase Sleep Disorder (Fase Awal Sebelum Klien Mengalami Halusinasi)

Klien merasa banyak masalah, ingin menghindar dari lingkungan, takut


diketahui oleh orang lain bahwa dirinya banyak masalah. Masalah semakin terasa sulit
karena berbagai stressor terakumulasi, misalnya terlibat narkoba, drop out dari
kampus, putus cinta. Masalah terasa semakin menekan dan persepsi terhadap masalah
semakin buruk, mengalami sulit tidur berangsur terus-menerus hingga terbiasa
menghayal. Klien menganggap lamunan-lamunan awal sebagai pemecahan masalah.

2. Fase Comforting (Halusinasi Secara Umum Diterima Sebagai Suatu Yang


Alami)

Klien mengalami emosi yang berlanjut seperti adanya perasaan cemas,


kesepian, perasaan berdosa, ketakutan dan memusatkan pemikiran pada timbulnya
kecemasan, beranggapan bahwa pengalaman pikiran dan sensorinya dapat di kontrol
bila kecemasannya diatur, dalam tahap ini ada kecenderungan klien merasa nyaman
dengan halusinasi.

3. Fase Condemnig (Secara Umum Halusinasi Sering Mendatangi Klien)

Pengalaman sensori klien menjadi sering datang dan mengalami bias atau
prasangka. Klien merasa tidak mampu lagi mengontrolnya dan mulai menjaga jarak
antara dirinya dengan objek yang dipersepsikan, klien mulai menarik diri dari orang
lain dengan intensitas waktu yang lama.

4. Fase Controlling (Fungsi Sensori Menjadi Tidak Relevan Dengan Kenyataan)

Klien mencoba melawan suara-suara atau sensory abnormal yang datang.


Klien dapat merasakan kesepian bila halusinasinya berakhir, disinilah dimulai
gangguan pyschotic.

5. Fase Conquering (Klien Mengalami Gangguan Dalam Menilai Lingkungannya)

Pengalaman sensorinya terganggu, klien mulai merasa terancam dengan


datangnya suara-suara terutama bila klien tidak dapat menuruti ancaman atau perintah
yang ia dengar dari halusinasinya. Halusinasi dapat berlangsung 4 jam atau seharian
bila klien tidak mendapatkan komunikasi terapeutik. Terjadi gangguan psikotikberat.

D. TANDA DAN GEJALA

Tanda dan Gejala Halusinasi (Satrio,dkk,2015)

5
1. Data Subjektif : Pasien Mengatakan :

a. Mendengar suara-suara atau kegaduhan

b. Mendengar suara yang mengajakbercakap-cakap

c. Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu

d. Melihat bayangan-bayangan

e. Mencium bau-bauan

f. Merasakan rasa seperti darah,urin atau feses

g. Merasa takut atau senang dengan halusinasinya.

2. Data Objektif

a. Bicara atau tertawa sendiri

b. Marah-marah tanpa sebab

c. Mengarahkan telinga kearah tertentu

d. Menutup telinga

e. Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu

f. Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas.

g. Mencium sesuatu seperti membaui bau-bauan tertentu

h. Menutup hidung

i. Sering meludah

j. Muntah

k. Menggaruk-garuk permukaan kulit.

3. Gejala dan Tanda Mayor menurut SDKI

Subjektif :

a. Mendengar suara bisikan atau melihat bayangan


b. Merasakan sesuatu melalui inderaperabaan, penciuman, perabaan, atau
pengecapan.

Objektif :

6
a. Bersikap seolah melihat, mendengar, mengecap, meraba, atau mencium sesuatu

b. Melamun

c. Mondar-mandir

d. Bicara sendiri.

E. MANIFESTASI KLINIS

Menurut (Kusumawati, 2010), tanda dan gejala halusinasi yang mungkin muncul
yaitu: Menarik diri, Tersenyum sendiri, Duduk terpaku, Bicara sendiri, Memandang satu
arah, Menyerang, Tiba-tiba marah, Gelisah. Berdasarkan jenis dan karakteristik halusinasi
tanda dan gejalanya sesuai. Berikut ini merupakan beberapa jenis halusinasi dan
karakteristiknya menurutnya , meliputi :

1. Halusinasi Pendengaran

Karakteristik : Mendengar suara atau bunyi, biasanya suara orang. Suara dapat
berkisar dari suara yang sederhana sampai suara orang bicara mengenai klien. Jenis
lain termasuk pikiran yang dapat didegar yaitu pasien mendengar suara orang yang
sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkan oleh klien dan memerintahkan
untuk melakukan sesuatu yang kadang-kadang berbahaya.

2. Halusinasi Penglihatan

Karakteristik : Stimulus penglihatan dalam kilatan cahaya, gambar geometris,


gambar karton atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan dapat berupa
sesuatu yang menyenangkan atau sesuatu yang menakutkan seperti monster.

3. Halusinasi Penciuman

Karakteristik : Membau bau-bau seperti darah, urine, feses umumnya bau-bau


yang tidak menyenangkan. Halusinasi penciuman biasanya berhubungan dengan
stroke, tumor, kejang dan demensia.

4. Halusinasi Pengecapan

Karakteristik : Merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikan seperti


darah, urine, atau feses.

5. Halusinasi Perabaan

Karakteristik : Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang


jelas, rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
6. Halusinasi Senestetik

Karakteristik : Merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena


dan arteri, makanan dicerna, atau pembentukan urine.

7
7. Halusinasi Kinestetik

Karakteristik : Merasa pergerakan sementara bergerak tanpa berdiri.

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien


terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung
aktual maupun potensial. ( PPNI, dalam Satrio, Agus, Yuliza F, 2018 ).

Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan antara lain:

a. Gangguan persepsi sensori: Halusinasi pendengaran

b. Isolasi sosial

c. Harga diri rendah

G. INTERVENSI

Menurut Yosep (2011), yaitu:

1. Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi

a. Tujuan Umum

Klien dapat mengontrol halusinasi

b. Tujuan Khusus

 Klien dapat membina hubungan saling percaya

 Klien dapat mengenal halusinasinya

 Klien dapat mengontrol halusinasinya

 Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasi

 Klien dapat memanfaatkan obat secara teratur

c. Intervensi

 Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan komunikasi terapeutik

 Sapa klien dengan sopan


 Perkenalkan diri dengan sopan

 Tanyakan nama klien dengan lengkap

8
 Jelaskan tujuan pertemuan

 Tunjukan sikap empati

 Observasi tingkah laku klien terkait halusinasi

 Bantu klien mengenal halusinasinya

 Identivikai bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika halusinasi

 Diskusikan manfaat yang dilakukan klien dan beri pujian pada klien

2. Risiko Perilaku Kekerasan

a. Tujuan Umum

Klien dapat mengontrol atau mencegah perilaku kekerasan baik secara fisik,
sosial, verbal, spiritual.

b. Tujuan Khusus

 Bina hubungan sling percaya

 Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan

 Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan

 Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan

c. Intervensi

 Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan komunikasi terapeutik

 Bantu klien mengungkapkan perasaanya

 Bantu klien untuk mengungkapkan tanda perilaku kekerasan

 Diskusikan dengan klien keuntungan dan kerugian perilaku kekerasan

 Diskusikan dengan klien cara mengontrol perilaku kekerasan

 Ajatkan klien mempraktekan cara mengontrol perilaku kekerasan, beri pujian


klien

3. Defisit perawatan diri

a. Tujuan Umum :

9
Klien tidak mengalami masalah defisit perawatan diri.

b. Tujuan Khusus

 Klien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri

 Klien mampu melakukan berhias secara baik

 Klien mampu melakukan makan dengan baik

 Klien mampu melakukan eliminasi secara mandiri

c. Intervensi
 Melatih klien cara perawatan kebersihan diri

 Membantu klien latihan berhias

 Melatih klien makan secara mandiri

 Mengajarkan klien melakukan BAB/BAK secara mandiri

H. PERENCANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Tindakan keperawatan dalan asuhan keperawatan jiwa berbeda dengan tindakan


keperawatan untuk klien dengan masalah penyakit fisik si RS dalam perawatan kesehatan
jiwa. Perawat melakukan tindakan yang bertujuan untuk mengatasi penyebab dari masalah.
Contoh : Perubahan persepsi sensori : halusinasi berhubungan dengan resiko perilaku
kekerasan.

Perencanaan tindakan keperawatan dapat dilakukan dengan Strategi pelaksanaan


tindakan (SP).

1. SP Klien

a. SP 1 Klien

Membina hubungan saling percaya, membantu pasien mengenali halusinasi,


menjelaskan cara-cara mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol
halusinasi dengan cara pasien mengontrol halusinasi dengan cara pertama :
menghardik halusinasi.

b. SP 2 Klien

Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua : menemui orang lain
dan bercakap-cakap.

 Evaluasi latihan cara menghardik

 Latih cara ke-2: menemui orang lain dan bercakap-cakap

10
 Susun jadwal kegiatan harian cara ke-2.

c. SP 3 Klien

Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga: melaksanakan


aktivitas terjadwal.

 Evaluasi jadwal harian untuk dua cara yang sudah diajarkan : menghardik dan
bercakap-cakap dengan orang lain.

 Latihan melaksanakan aktivitas terjadwal.

d. SP 4 Klien

Latihan mengontrol halusinasi dengan meminum obat secara teratur.

 Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk

 mencegah/mengontrol halusinasi yang sudah dilatih.

 Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip 5 benar, disertai
penjelasan tentang guna obat dan akibat berhenti minum obat.

 Susun jadwal minum obat secara teratur.

2. SP Keluarga

Keluarga merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan asuhan


keperawatan pada pasien dengan halusinasi. Dukungan keluarga selama pasien di
rawat di rumah sakit sangat dibutuhkan sehingga pasien termotivasi untuk sembuh.
Demikian juga saat pasien tidak lagi dirawat di rumah sakit (dirawat di rumah).
Keluarga yang mendukung pasien secara konsisten akan membuat pasien mampu
mempertahankan program pengobatan secara optimal. Namun demikian jika keluarga
tidak mampu merawat pasien, pasien akan kambuh bahkan untuk memulihkannya lagi
akan sangat sulit. Untuk itu perawat harus memberikan pendidikan kesehatan kepada
keluarga agar keluarga mampu menjadi pendukung yang efektif bagi pasien dengan
halusinasi baik saat di rumah sakit maupun di rumah (Wahyu, 2012).

SP Keluarga pada pasien gangguan jiwa dengan halusinasi:

a. SP 1 Keluarga : Pendidikan Kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis


halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi dan cara-cara merawat
pasien halusinasi.

b. SP 2 Keluarga : Melatih keluarga praktek merawat pasien langsung ihadapan


pasien (berikan kesempatan pada keluarga untuk memperagakan cara merawat
pasien dengan halusinasi).

11
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

12
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori atau suatu objek tanpa adanya
rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh panca indra. Halusinasi
merupakan suatu gelaja gangguan jiwa yang seseorang mengalami perubahan sensori
persepsi, serta merupakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, perabaan dan penciuman.

B. SARAN

Adapun saran yang diajukan dalam makalah ini, yaitu:

1. Dalam mempelajari harus diketahui bahwa halusinasi adalah salah satu gejala
gangguan jiwa di mana klien mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan
sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaaan atau penghirupan.

2. Kepada pembaca, jika menggunakan makalah ini sebagai acuan dalam pembuatan


makalah atau karya tulis yang berkaitan dengan judul makalahini, diharapkan
kekurangan yang ada pada makalah ini dapat diperbaharui dengan lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Z. 2010, Pengantar Keperawatan Keluarga. EGC. Jakarta.


Damayanti, M., & Iskandar.(2012). Asuhan Keperawatan Jiwa.Bandung : RefikaAditama
Kusumawati, F &Hartono, 2012.Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Jakarta :Salemba Medika

13
Muhith, Abdul. 2011. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta :Andi
Muhith,A.(2015). PendidikanKeperawatanJiwa(TeoridanAplikasi).Yogyakarta: Andi
Prabowo, E. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika

14

Anda mungkin juga menyukai