Disusun Oleh :
Riza Aryanti
P.18.013
T.A 2020/202
i
DAFTAR ISI
COVER........................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................3
3.1 Kesimpulan.........................................................................23
3.2 Saran...................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..................................................................26
ii
KATA PENGANTAR
Dengan Mengucap syukur kehadirat Allah SWT. yang hanya dengan rahmat serta
petunjuk-nya, penulis berhasil menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Tentang Anak dengan Narapidana Untuk memenuhi tugas mata
kuliah Keperawatan Jiwa
Dalam penulisan ini tidak lepas dari pantauan bimbingan saran dan nasehat dari
berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kapada yang terhormat dosen Pmebimbing yang telah memberikan tugas dan
kesempatan kepada kami untuk membuat dan menyusun makalah ini. Serta semua
pihak yang telah membantu dan memberikan masukan serta nasehat hingga
tersusunnya makalah ini hingga akhir.
3
BAB I
PENDAHULUAN
Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak menuju masa dewasa
yang mengalami perkembangan mencapai kematangan fisik, mental, sosial, dan
emosional. Masa remaja biasanya memiliki energi yang besar, emosi yang bergejolak,
sedangkan pengendalian diri belum sempurna (Ali & Asrori, 2016) .Berdasarkan proyeksi
penduduk pada tahun 2015 menunjukan bahwa jumlah remaja (usia 10-24 tahun)
Indonesia mencapai lebih dari 66,0 juta dari jumlah penduduk Indonesia 255 juta
(Bapenas, BPS, UNFPA 2013). Menurut Erickson masa remaja adalah masa terjadinya
krisis identitas atau pencarian identitas diri, karakteristik remaja 2 yang sedang berproses
untuk mencari identitas diri ini juga sering menimbulkan masalah pada diri remaja(Ali &
Asrori, 2016). ).
Konsep diri yang rendah dan ketidakmatangan moral membuat remaja menjadi
destruktif, membuat remaja melakukan kenakalan, seperti tawuran atau berkelahi, sikap
antisosial, merusak, perilaku kriminal, merampok atau menggunakan narkoba (Pieter &
lubis, 2012). Kenakalan remaja berupa tindak kriminal dapat membawa remaja
berhadapan dengan hukum. Hal ini membuat remaja divonis bersalah yang kemudian
menyebabkan remaja menjalani masa-masa berada di Lapas sebagai 4 narapidana.
4
kegelisahan, gangguan emosi, impulsif, menarik diri dari lingkungan sosial, mimpi buruk,
melukai diri sendiri, depresi berat, trauma 5 hingga bunuh diri.Narapidana anak dan
remaja juga mengalami efek psikis yang sama dengan orang dewasa bahkan lebih buruk.
Bunuh diri merupakan dampak yang paling sering ditemui pada narapidana anak.
Penelitian tersebut juga menemukan bahwa narapidana anak lebih cenderung melakukan
percobaan bunuh diri, bunuh diri dan terlibat dalam tindakan-tindakan lain yang
merugikan diri sendiri (American Civil Liberties Union, 2014).
Narapidana yang sedang menjalani hukuman pidana tidak hanya akan mengalami
hukuman secara fisik, tetapi juga mengalami hukuman secara psikologis seperti
kehilangan kebebasan dan kasih sayang dari pasangan, anak, maupun orang tuanya. Frank
(Siahaan, 2008) menambhakan bahwa dampak fisik dan psikologis yang dialami
narapidana dapat membuat narapidana merasakan perasaan tidak bermakna yang ditandai
dengan perasaan hampa, gersang, bosan dan penuh dengan keputusasaan.
5
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah defenisi dari Narapidana?
2. Apakah penyebab dari Narapidana?
3. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada Narapidana?
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui defenisi dari Narapidana.
2. Mahasiswa mengetahui penyebab dari Narapidana.
3. Mahasiswa mampu menguraikan asuhan keperawatan jiwa pada
Narapidana.
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
a. Umur
b. jenis kelamin
c. lama pidana yang dijatuhkan
d. jenis kejahatan.
e. kriteria lainnya sesuai dengan kebutuhan atau perkembangan
pembinaan.
f. Pembinaan Narapidana Wanita di LAPAS dilaksanakan di LAPAS
Wanita.
8
Di Indonesia terdapat penggolongan lembaga pemasyarakatan, yaitu lapas
umum dan lapas khusus seperti Lapas Perempuan, Lapas Anak, Lapas Narkotika
dan Lapas untuk tindak pidana berat seperti yang ada di Nusakambangan Cilacap.
Namun tidak di semua daerah di Indonesia memunyai lapas-lapas khusus.
Biasanya daerah yang tidak memunyai lapas khusus contohnya untuk narapidana
anak, maka akan dititipkan di lapas anak di daerah lain yang paling dekat.
Jadi seorang narapidana ditempatkan sesuai dengan penggolongan atas
daras umur, jenis kelamin, lama pidana yang dijatuhkan, jenis kejahatan dan
kriteria lainnya sesuai dengan kebutuhan atau perkembangan pembinaan. Artinya,
seorang narapidana herus ditempatkan dengan narapidana lainnya yang
golongannya sama sebagaimana yang telah ditentukan. Seperti halnya narapidana
dengan jenis kejahatan berbeda tidak ditempatkan dalam satu sel secara
bersamaan
9
Konsep diri terdiri atas komponen-komponen berikut ini :
10
Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal
yang diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku
seseorang sesuai dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah
perasaan yang berakar dalam penerimaan diri tanpa syarat,
walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, tetap merasa sebagai
seorang yang penting dan berharga (Stuart & Sundeen, 1998).
B. Etiologi
Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu yang
tidak efektif akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya system
pendukung kemunduran perkembangan ego, pengulangan umpan balik yang
negatif, difungsi system keluarga serta terfiksasi pada tahap perkembangan
awal (Townsend, M.C. 1998 : 366).
menurut Townsend, M.C (1998 : 312) koping individu tidak efektif
merupakan kelainan perilaku adaptif dan kemampuan memecahkan masalah
seseorang dalam memenuhi tuntutan kehidupan dan peran. Adapun
Penyebab Gangguan Konsep Diri Harga Diri Rendah, yaitu :
a. Faktor Presdisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah
penolakan orangtua, penolakan orangtua yang tidak realistis,
kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggung
jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang
tidak realistis.
b. Faktor Presipitasi
Faktor Presipitasi Terjadinya harga diri rendah biasanya
adalah kehillangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk
tubuh, kegagalan atau produktifitas yang menurun.
11
- Merasa bersalah dan khawatir, menghukum dan menolak diri
sendiri
- Mengalami gejala fisik, misal: tekanan darah tinggi
- Menunda keputusan
- Sulit bergaul
- Menghindari kesenangan yang dapat meberi rasa puas
- Menarik diri dari realitas, cemas, panic, cemburu, curiga,
halusinasi
- Merusak diri: harga diri rendah menyokong pasien untuk
mengakhiri hidupnya
- Merusak/melukai orang lain
- Perasaan tidak mampu
- Pandangan hidup yang pesimistis
- Tidak menerima pujian
- Penurunan produktivitas
- Penolakan terhadap kemampuan diri
- Kurang memerhatikan perawatan diri
- Berpakaian tidak rapih
- Berkurang selera makan
- Tidak berani menatap lawan bicara
- Lebih banyak menunduk
- Bicara lambat dengan nada suara lemah
12
2. Risiko Bunuh Diri
Bunuh diri adalah setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat
mengarah pada kematian. Bunuh diri adalah pikiran untuk menghilangkan
nyawa sendiri. Jadi bunuh diri adalah suatu tindakan agresif yang merusak
diri sendiri dengan mengemukakan rentang harapan-harapan putus asa,
sehingga menimbukan tindakan yang mengarah pada kematian.
A. Rentang Respon
Pada umumnya tindakan bunuh diri merupakan cara
ekspresi orang yang penuh stress Perilaku bunuh diri berkembang
dalam beberapa rentang. Respon adaptif merupakan respon yang
dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan yang
secara umum berlaku, sedangkan respon maladaptif merupakan
respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah
yang kurang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya
setempat. Respon maladaptif antara lain:
a. Ketidakberdayaan, keputusasaan, apatis: Individu yang tidak
berhasil memecahkan masalah akan meninggalkan masalah,
karena merasa tidak mampu mengembangkan koping yang
bermanfaat sudah tidak berguna lagi, tidak mampu
mengembangkan koping yang baru serta yakin tidak ada yang
membantu.
b. Kehilangan, ragu-ragu: Individu yang mempunyai cita-cita
terlalu tinggi dan tidak realistis akan merasa gagal dan kecewa
jika cita-citanya tidak tercapai. Misalnya: kehilangan pekerjaan
dan kesehatan, perceraian, perpisahan individu akan merasa
gagal dan kecewa, rendah diri yang semua dapat berakhir
dengan bunuh diri.
c. Depresi: Dapat dicetuskan oleh rasa bersalah atau kehilangan
yang ditandai dengan kesedihan dan rendah diri. Biasanya
bunuh diri terjadi pada saat individu ke luar dari keadaan
depresi berat.
13
d. Bunuh diri adalah tindakan agresif yang langsung terhadap diri
sendiri untuk mengkahiri kehidupan. Bunuh diri merupakan
koping terakhir individu untuk memecahkan masalah yang
dihadapi.
14
2. Faktor Presipitasi
Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri
adalah:
a. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan
hubungan interpersonal/gagal melakukan hubungan yang
berarti.
b. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi
stres.
c. Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan
hukuman pada diri sendiri.
d. Cara untuk mengakhiri keputusasaan
15
2.4 Bentuk-Bentuk Pelayanan terhadap Narapidana
1. Pelayanan Kesehatan
Didalam rumah tahanan sangat penting adanya fasilitas kesehatan guna untuk
melayani setiap narapidana yang sakit.dengan adanya pelayanan kesehatan
maka narapidana yang mengalami sakit akan secepatnya bisa tertolong untuk
mendapatkan kesembuhan.
2. Pelayanan Konsumsi
Konsumsi adalah sutu kebutuhan makanan dan minuman yang dibutuhkan oleh
seseorang pada setiap harinya untuk menjaga kesehatan tubuh seseorang maka
harus mendapatkan atau mengkonsumsi makanan ataupun minuman yang sehat
agar terhindar dari segala penyakit yang bisa menyerang tubuh seseorang.
Pelayanan konsumsi adalah bentuk pelayanan yang sangat penting dan sangat
di butuhkan oleh narapidana yang sedang menjalani hukuman
3. Pelayanan Penjagaan
Pelayanan penjagaan narapidana adalah bentuk kegiatan dalam
melindungi,menjaga serta memperhatikan narapidana di rumah tahanan agar
terhindar dari kekerasan ataupun kerusuhan antar sesama narapidana.
4. Pelayanan Kunjungan
Pelayanan kunjungan narapidana adalah suatu bentuk pelayanan dari pihak
keluarga maupun kerabat untuk dapat mengunjungi narapidana yang sedang
menjalani hukuman di rumah tahanan.
16
gagal, merasa malang, kehilangan, rendah diri, perilaku agresif,
kekerasan, ketidak adekuatan pengobatan dan penanganan gejala
stress pencetus pada umunya mencakup kejadian kehidupan yang
penuh dengan stress seperti kehilangan yang mempengaruhi
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan
menyebabkan ansietas.
d. Psikososial yang terdiri dari genogram, konsep diri, hubungan
social dan spiritual.
e. Status mental yang terdiri dari penampilan, pembicaraan, aktifitas
motorik, alam perasaan, afek pasien, interaksi selama wawancara,
persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat
kosentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian, dan daya tilik diri.
f. Mekanisme koping: koping yang dimiliki klien baik adaptif
maupun maladaptive.
g. Aspek medik yang terdiri dari diagnosa medis dan terapi medis.
17
meminta bantuan orang terhadap orang lain
lain. Tampak sedih dan
Mengungkapkan malu tidak melakukan
dan tidak bisa ketika aktivitas yang
diajak melakukan seharusnya dapat
sesuatu. dilakukan
Mengungkapkan tidak Wajah tampak murung
berdaya dan tidak ingin
hidup lagi.
3 Akibat isolasi sosial Mengungkapkan Ekspresi wajah kosong
menarik diri enggan bicara dengan tidak ada kontak mata
orang lain ketika diajak bicara
Klien mengatakan malu Suara pelan dan tidak
bertemu dan jelas
berhadapan dengan Hanya memberi
orang lain jawaban singkat
(ya/tidak)
Menghindar ketika
didekati
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data diatas, yang didapat melalui observasi, wawancara atau
pemeriksaan fisik bahkan melalui sumber sekunder, maka perawat dapat
menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien sebagai berikut:
a. Harga Diri Rendah
b. Isolasi Sosial
c. Defisit Perawatan Diri
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan berdasarkan jenis masalah jiwa pada narapidana
yaitu harga diri rendah dan risiko bunuh diri, sebagai berikut:
A. Harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif
(Keliat, 1999).
Tujuan umum: Klien dapat memiliki koping yang efektif.
18
Tujuan khusus:
1). Klien dapat mengungkapkan perasaannya secara bebas.
Kriteria evaluasi: Klien mengungkapkan perasaanya secara bebas.
Intervensi:
- Ijinkan klien untuk menangis.
- Sediakan kertas dan alat tulis jika klien belum mau bicara.
- Nyatakan kepada klien bahwa perawat dapat mengerti apabila
klien belum siap membicarakan permasalahannya.
2). Klien dapat mengidentifikasi koping dan perilaku yang berkaitan
dengan kejadian yang dihadapi.
Kriteria evaluasi: Klien dapat mengidentifikasi koping dan perilaku
yang berkaitan dengan kejadian yang dihadapi.
Intervensi:
- Tanyakan kepada klien apakah pernah mengalami hal yang sama.
- Tanyakan cara-cara yang dapat dilakukan dalam mengatasi
perasaan dan masalah.
- Identifikasi koping yang pernah dipakai.
- Diskusikan dengan klien alternatif koping yang tepat bagi klien.
3). Klien dapat memodifikasi pola kognitif yang negatif.
Kriteria evaluasi: Klien memodifikasi pola kognitif yang negatif.
Intervensi:
- Diskusikan tentang masalah yang dihadapi klien.
- Identifikasi pemikiran negatif dan bantu untuk menurunkan
melalui interupsi atau substitusi.
- Bantu klien untuk meningkatkan pemikiran yang positif.
- Identifikasi ketetapan persepsi klien yang tepat tentang
penyimpangan dan pendapatnya yang tidak rasional.
- Kurangi penilaian klien yang negatif terhadap dirinya.
- Evaluasi ketepatan persepsi, logika, dan kesimpulan yang dibuat
klien.
19
- Bantu klien untuk menyadari nilai yang dimilikinya dan
perubahan yang terjadi.
4). Klien dapat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang
berkenaan dengan perawatan dirinya.
Kriteria evaluasi: Klien berpartisipasi dalam pengambilan keputusan
yang berkenaan dengan perawatan dirinya.
Intervensi:
- Libatkan klien dalam menetapkan tujuan perawatan yang ingin
dicapai.
- Motivasi klien untuk membuat jadwal aktivitas perawatan diri.
- Berikan klien privasi sesuai dengan kebutuhan yang ditentukan.
- Berikan reinforcement positif untuk keputusan yang dibuat.
- Berikan pujian jika klien berhasil melakukan kegiatan atau
penampilannya bagus.
- Motivasi klien untuk mempertahankan kegiatan tersebut.
5). Klien dapat memotivasi untuk aktif mencapai tujuan yang realistik.
Kriteria evaluasi: Klien termotivasi untuk aktif mencapai tujuan yang
realistik.
Intervensi:
- Bantu klien untuk menetapkan tujuan yang realistik. Fokuskan
kegiatan pada saat sekarang bukan pada masa lalu.
- Bantu klien untuk mengidentifikasi area situasi kehidupan yang
dapat dikontrolnya.
- Identifikasi cita-cita yang ingin dicapai oleh klien.
- Dorong untuk berpartisipasi dalam aktivitas tersebut dan berikan
penguatan positif untuk berpartisipasi dan pencapaiannya.
- Motivasi keluarga untuk berperan aktif dalam membantu klien
menurunkan perasaan tidak bersalah.
B. Risiko Bunuh Diri
1) Sp I Pasien
- Membina hubungan saling percaya dengan klien.
20
- Mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan
pasien.
- Mengamankan benda-benda yang dapat membahayakan
pasien.
- Melakukan kontrak treatment.
- Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri.
2) Sp II Pasien
- Mengidentisifikasi aspek positif pasien
- Mendorong pasien untuk berfikir positif terhadap diri
sendiri
- Mendorong pasien untuk menghargai diri sebagai individu
yang berharga
3) Sp III Pasien
- Mengidentisifikasi pola koping yang biasa diterapkan
pasien
- Menilai pola koping yng biasa dilakukan
- Mengidentifikasi pola koping yang konstruktif
- Mendorong pasien memilih pola koping yang konstruktif
- Menganjurkan pasien menerapkan pola koping konstruktif
dalam kegiatan harian
4) Sp IV Pasien
- Membuat rencana masa depan yang realistis bersama
pasien
- Mengidentifikasi cara mencapai rencana masa depan yang
realistis
- Memberi dorongan pasien melakukan kehiatan dalam
rangka meraih masa depan yang realistis
5) SP 1 Keluaga
- Mendiskusikan massalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat pasien
21
- Menjelaskan pengertia, tanda dan gejala resiko bunuh diri,
dan jenis prilaku yang di alami pasien beserta proses
terjadinya
- Menjelaskan cara-cara merawat pasien resiko bunuh diri
yang dialami pasien beserta proses terjadinya.
6) SP II Keluarga
- Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien
dengan resiko bunuh diri
- Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung
kepada pasien resiko bunuh diri.
7) SP III Keluarga
- Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien
dengan resiko bunuh diri
- Mendiskusikan sumber rujukan yang bias dijangkau oleh
keluarga.
4. Implementasi Keperawatan
Setelah dilakukan perencanaan tindakan keperawatan, maka
selanjutnya dilakukan implementasi sesuai waktu dan urutan
perencanaan tindakan keperawatan.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan setiap selesai tindakan asuhan keperawatan
jiwa pada klien untuk mengetahui perubahan kondisi yang baik
dirasakan oleh klien.
22
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian
narapidana adalah seseorang yang melakukan tindak kejahatan dan telah
dinyatakan bersalah oleh hakim di pengadilan serta dijatuhi hukuman
penjara. Karena terkucilkan dari masyarakat umum, berbagai masalah
kejiwaan narapidana kemungkinan akan muncul, diantaranya: harga diri
rendah dan konsep diri yang negative, lalu risiko bunuh diri.
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri
atau kemampuan diri yang negative, dapat secara langsung atau tidak
langsung diekspresikan. Konsep diri terdiri atas komponen-komponen
berikut ini : citra tubuh (Body Image), ideal Diri (Self Ideal), identitas Diri
(Self Identifity), peran Diri (Self Role), harga diri (Self Esteem). Harga
diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu yang tidak
efektif akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya system
pendukung kemunduran perkembangan ego, pengulangan umpan balik
yang negatif, difungsi system keluarga serta terfiksasi pada tahap
perkembangan awal.
Jenis-jenis Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan dilakukan
penggolongan atas dasar: Umur, jenis kelamin, lama pidana yang
dijatuhkan, jenis kejahatan, lalu kriteria lainnya sesuai dengan kebutuhan
atau perkembangan pembinaan. Penggolongan narapidana berdasarkan
umur terdiri atas: Anak (12 s.d. 18 tahun), lalu Dewasa (diatas 18 tahun).
Penggolongan narapidana berdasarkan jenis kelamin, terdiri atas: Laki –
laki dan Wanita. Penggolongan narapidana berdasarkan lama pidana,
terdiri atas: Pidana 1 hari sd 3 bulan ( Register B.II b ), Pidana 3 bulan sd
12 bulan 5 hari (1 tahun) (Register B.II a), Pidana 12 bulan 5 hari (1 tahun
keatas ) (Register B.I), Pidana Seumur Hidup (Register Seumur Hidup),
Pidana Mati (Register Mati. Penggolongan narapidana berdasarkan jenis
23
kejahatan, terdiri atas: Jenis kejahatan umum, lalu Jenis kejahatan khusus.
Jadi seorang narapidana ditempatkan sesuai dengan penggolongan atas
daras umur, jenis kelamin, lama pidana yang dijatuhkan, jenis kejahatan
dan kriteria lainnya sesuai dengan kebutuhan atau perkembangan
pembinaan. Artinya, seorang narapidana herus ditempatkan dengan
narapidana lainnya yang golongannya sama sebagaimana yang telah
ditentukan. Seperti halnya narapidana dengan jenis kejahatan berbeda
tidak ditempatkan dalam satu sel secara bersamaan.
3.2 Saran
1. Lembaga Pemasyarakatan
a) Memperbanyak kerja sama antara Instansi Pemerintah/pihak-pihak
di luar Lembaga Pemasyarakatan dalam rangka untuk melakukan
pembinaan terhadap narapidana
b) Mempertahankan pihak-pihak yang telah membantu narapidana
dalam proses pembinaan bukan saja Insidensil melainkan harus
bersifat tetap atau seterusnya secara terjadwal, agar nantinya
narapidana mampu menyerap secara optimal.
c) Melaksanakan suatu kegiatan dimana dalam proses pembinaannya
harus dapat menampung aspirasi narapidana, atau apa yang
menjadi keinginan narapidana dengan cara menempatkan kotak-
kotak untuk kritik dan saran narapidana kepada petugas Lembaga
Pemasyarakatan, agar terjalin komunikasi yang baik antara
narapidana dan petugas hingga akhirnya akan tercipta suasana yang
kondusif
2. Masyarakat
Masyarakat diharapkan menghilang pendangan buruk terhadap
narapidana yang telah dibebaskan dari Lembaga Pemasyarakatan, serta
mampu menerima dengan baik dan memperlakuan mantan narapidana
dengan baik didalam lingkungan agar mantan narapidana merasa
24
diterima oleh masyarakat dan mantan narapidana tersebut tidak akan
mengulangi atau melanggar hukum kembali.
3. Pemerintah
Pemerintah di harapkan memberikan bantuan program BPJS
kesehatan supaya kesehatan narapidana di lapas dapat di jamin atau
mendapat bantuan.
25
DAFTAR PUSTAKA
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt598d737413c6a/penggolonga
n-penempatan-narapidana-dalam-satu-sel-lapas/ dikutip pada 14 Oktober 2020
26
27