Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN.

H DENGAN HALUSINASI
DI RUANG PROGRAM KHUSUS NAPZA PRIA
RUMAH SAKIT JIWA SAMBANG LIHUM BANJARMASIN

DI SUSUN OLEH :

1. UMAR DANI
2. RATNO JAIZ
3. ABDUL RAHMAN
4. MUHAMMAD FIKRI
5. M. AVIF RAMADHAN

YAYASAN WAHANA BAKTI KARYA HUSADA

AKPER KESDAM VI / TANJUNGPURA BANJARMASIN

2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha penyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Kasus Seminar
Keperawatan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum Banjarmasin.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima kritik dan saran dari saudara sekalian.

Akhir kata kami berharap semoga Laporan Kasus Seminar ini memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.

Banjarmasin, 07 November 2019

Penyusun,

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................... ii

BAB I LAPORAN PENDAHULUAN ................................... 3

A. Pengertian .................................................................... 4
B. Tanda dan Gejala ......................................................... 4
C. Etiologi .......................................................................... 5
D. Daftar Masalah, Pohon Masalah dan Diagnosa Kep ..... 6

BAB II PROSES KEPERAWATAN .................................... 9

A. Pengkajian .................................................................... 9
1. Data Identitas klien ....................................................... 9
2. Keluhan Utama ............................................................. 9
3. Alasan Masuk Rumah Sakit .......................................... 9
4. Faktor Presipitasi dan Predisposisi ............................... 10
5. Pemeriksaan Fisik dan Keluhan Fisik........................... 11
6. Pengkajian Psikososial ................................................. 12
7. Pengkajian Status Mental ............................................. 13
8. Kebutuhan Persiapan Pulang........................................ 16
9. Mekanisme Koping ....................................................... 18
10. Masalah Psikososial dan Lingkungan ........................... 18
11. Kurang Pengetahuan .................................................. 20
12. Aspek Medik ................................................................. 20
B. Diagnosa Keperawatan ................................................. 21
1. Daftar Masalah keperawatan ........................................ 21
2. Diagnosa Prioritas Masalah .......................................... 21
3. Analisa data .................................................................. 21
4. Pohon Masalah ............................................................. 23
C. Rencana Keperawatan ................................................. 24
D. Implementasi Keperawatan dan Evaluasi ..................... 29
E. Daftar Pustaka................................................................34

iii
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan.Kesehatan jiwa


bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi merupakan suatu hal yang
dibutuhkan oleh semua orang. Kesehatan adalah perasaan sehat dan bahagian serta
mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang sebagai mana adanya, serta
mempunyai sifat positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Depkes, 2005).
Gangguan jiwa adalah seseorang tentang gangguan jiwa berasal dari apa yang
orang tersebut yakini sebagai faktor penyebab (Struart, 2007)
Menurut WHO sehat adalah keadaan keseimbangan yang sempurna baik fisik,
mental dan social, tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan. Menurut UU
Kesehatan RI no. 23 tahun 1992, sehat adalah keadaan sejahtera tubuh, jiwa, social
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara social dan ekonomis.
Sakit adalah ketidakseimbangan fungsi normal tubuh manusia, termasuk sejumlah
system biologis dan kondisi penyesuaian.
Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan
perubahan sensori persepsi: merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
perabaan pengecapan dan penghiduan (Keliat, 2009).
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan
internal (pikiran) dan rangsanag eksternal (dunia luar). Klien memberi resepsi atau
pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek rangsangan yang nyata. Sebagai contoh
klien mengatakan mendengar suara padahal tidaka ada orang yang berbicara
(Kusumawati dan Hartono).

4
LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN
Persepsi didefinisikan sebagai suatu proses diterimanya rangsang sampai rangsang itu
disadari dan dimengerti oleh penginderaan atau sensasi: proses penerimaan rangsang
(Stuart, 2007).
Perubahan persepsi sensori ditandai oleh adanya halusinasi. Beberapa pengertian
mengenai halusinasi di bawah ini dikemukakan oleh beberapa ahli:
Halusinasi adalah pengalaman panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus)
misalnya penderita mendengar suara-suara, bisikan di telinganya padahal tidak ada sumber
dari suara bisikan itu (Hawari, 2005).
Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa adanya rangsangan. Klien merasa
melihat, mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap meskipun tidak ada sesuatu
rangsang yang tertuju pada ke lima indera tersebut (Izzudin, 2005).

B. TANDA DAN GEJALA


Pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk terpaku
dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau berbicara sendiri,
secara tiba-tiba marah atau menyerang orang lain, gelisah, melakukan gerakan seperti
sedang menikmati sesuatu. Juga keterangan dari pasien sendiri tentang halusinasi yang
dialaminya (apa yang dilihat, didengar atau dirasakan). Berikut ini merupakan gejala
klinis berdasarkan halusinasi (Budi Anna Keliat, 2016) :

a. Tahap 1: halusinasi bersifat tidak menyenangkan


Gejala klinis:
1) Menyeriangai/tertawa tidak sesuai
2) Menggerakkan bibir tanpa bicara
3) Gerakan mata cepat
4) Bicara lambat
5) Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan
b. Tahap 2: halusinasi bersifat menjijikkan

5
Gejala klinis:
1) Cemas
2) Konsentrasi menurun
3) Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata
c. Tahap 3: halusinasi bersifat mengendalikan
Gejala klinis:
1) Cenderung mengikuti halusinasi
2) Kesulitan berhubungan dengan orang lain
3) Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah
4) Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti petunjuk).
d. Tahap 4: halusinasi bersifat menaklukkan
Gejala klinis:
1) Pasien mengikuti halusinasi
2) Tidak mampu mengendalikan diri
3) Tidak mamapu mengikuti perintah nyata
4) Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.

C. ETIOLOGI
1. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
a. Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon
neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami
b. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan
kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi
gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang
hidup klien.
c. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan
yang terisolasi disertai stress.

6
2. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya
hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan
tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat
mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).

Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:


a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang
diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
b. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

D. RENTANG RESPON
Halusinasi merupakan salah satu mal adaptif individu berada dalam rentang respon
neurobiology. Jadi merupakan persepsi paling adaptif jika klien sehat, persepsinya akurat,
mampu mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi yang diterima
melalui panca indera. Klien dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulus itu tidak ada, di
antara kedua respon tersebut adalah respon individu yang karena sesuatu hal mengalami
kelainan persepsi yaitu salah mempersepsikan stimulus yang diterimanya yang disebut sebagai
ilusi. Klien mengalami ilusi jika interpretasi yang dilakukannya terhadap stimulus pancaindera
tidak akurat sesuai stimulus yang diterima.

7
E. POHON MASALAH

Resiko Perilaku Kekerasan

Gangguan Persepsi Sensori : Core Problem


Halusinasi

Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah

Mekanisme Koping Tidak Efektif

Dukungan kelompok sosial tidak


efektif

F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :
a. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien akibat
halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan secara individual dan
usahakan agar terjadi knntak mata, kalau bisa pasien di sentuh atau di pegang.
Pasien jangan di isolasi baik secara fisik atau emosional. Setiap perawat masuk ke
kamar atau mendekati pasien, bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila akan
meninggalkannya hendaknya pasien di beritahu. Pasien di beritahu tindakan yang
akan di lakukan.
Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat merangsang perhatian dan
mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam dinding, gambar
atau hiasan dinding, majalah dan permainan

8
b. Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan rangsangan
halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi instruktif.
Perawat harus mengamati agar obat yang di berikan betul di telannya, serta reaksi
obat yang di berikan.
c. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali masalah
pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi
masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga
pasien atau orang lain yang dekat dengan pasien.
d. Memberi aktivitas pada pasien
Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya berolah
raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu mengarahkan
pasien ke kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan orang lain. Pasien di ajak
menyusun jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.
e. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data pasien agar ada
kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan, misalny dari
percakapan dengan pasien di ketahui bila sedang sendirian ia sering mendengar laki-
laki yang mengejek. Tapi bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak
terdengar jelas. Perawat menyarankan agar pasien jangan menyendiri dan
menyibukkan diri dalam permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan ini hendaknya
di beritahukan pada keluarga pasien dan petugaslain agar tidak membiarkan pasien
sendirian dan saran yang di berikan tidak bertentangan.

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

9
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

TN.H DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN HALUSINASI

DI RUANG PROGRAM KHUSUS NAPZA PRIA

I. PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian : 01 November 2019
Nomor registrasi : 02XXXX
Ruang rawat : Program khusus Napza Pria
Diagnosa medis :-F20.0 (SkizofreniaParanoid) adalah munculnya pikiran dan
tentang adanya persekokolan / sentiment negative orang lain
merupakan ancaman bagi dirinya.
-F19.5 adalah Gangguan mental dan perilaku akibat pengguan zat
multiple dan penggunaan zat psiko aktif lainnya dengan gangguan
psikotik.
Tanggal di rawat :11 Oktober 2019

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.H
Umur : 28 tahun
Status kawin : Belum Menikah
Agama : Islam
Suku : Banjar
Pendidikan : SD
Alamat : Hulu Sungai Selatan
Sumber informasi : Pasien Dan Rekam medis

B. ALASAN MASUK
Pasien gelisah ,bingung dan susah tidur
- Keluhan Utama
Pasien mengatakan sering mendengar bisikan yaitu menyuruh memecahkan
mobil dan mencuri kotak amal masjid. Lalu pasien dibawa warga kekantor polisi
dan polisi menyerah kan kekeluarga. keluarga langsung mengantar kan pasien
ke rsj sambang lihum pada tanggal 11 oktober 2019 untuk dirawat.
Masalah Keperawatan: Halusinasi.

10
FAKTOR PREDISPOSISI
1) Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ? YA
Jelaskan:Berdasarkan data yang diperoleh dari pasien pernah mengalami
halusinasi yang parah dari bisikan-bisikan yaitu pernah keluar tanpa
pakaian, joget-joget sendiri, tidur dikuburan, memecahkan mobil dan
mencuri barang orang lain pada tahun 2013, lalu pasien dibawa orang tua
ke panti rehabilitasi kandangan pada tahun 2014.

2) Pengobatan Sebelumnya ? KURANG BERHASIL


Jelaskan : pasien tidak mau lagi mengambil obat
Masalah Keperawatan : - Regimen trapeutik in efektif

PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda vital : TD: 120/70 mmHg
N:86 x/m
R:20 x/m
T:36,9
Nyeri: tidak ada nyeri Skala 0 (0-10)
2. Ukur : TB: 159 cm
BB: 57 kg
3. Keluhan Fisik : Tidak ada

11
C. PSIKOSOSIAL
1) Genogram

28

Ket : Perempuan

: Laki-laki

X : Meninggal

--- : Tinggal serumah

: Pasien

: Umur Pasien
28

Jelaskan : Pasien anak ke 2, tinggal bersama ayah, ibu, kakak dan adeknya.
pasien belum menikah dan tidak ada keluarga yang sakit seperti pasieN.

12
2) Konsep diri
a) Gambaran diri : Pasien mengatakan tidak ada bagian tubuh yang
tidak disukainya, tidak cacat dan pasien menerima semua
anggota tubuhnya
b) Identitas diri : Pasien seorang laki-laki umur 28 tahun,pasien
belum menikah dan pasien merasa puas dengan jenis kelaminnya
c) Peran : pasien dirumah sebagai anak
d) Ideal diri : pasien ingin segera cepat sembuh dan pulang
berkumpul bersama orang tua,dan keluarga
e) Harga diri : pasien mengatakan merasa malu karna sudah
banyak mencuri barang orang lain
Masalah Keperawatan : HDR

3) Hubungan sosial
a) Orang yang berarti : Ayah dan ibu
b) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat :tidak ada
c) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : pasien
mengatakan males berinteraksi
Masalah keperawatan : isolasisosial

4) Spritual
a) Nilai dan keyakinan : Pasien mempunyai keyakinan buat sembuh
dan beragama islam
b) Kegiatan ibadah : pasien selalu ikut sholat berjamaah selama dirs
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

Status Mental

1. Penampilan

√ Rapi
Jelaskan : penampilan dan cara berpakai pasien sesuai dengan yang
disediakan oleh rumah sakit
Masalah Keperawatan : Tidak Ada masalah

2. Pembicaraan

√ Lambat
Jelaskan : pasien hanya bicara jika ditanya perawat, suara bicara pasien
lambat dan pasien lebih banyak menunduk dan kontak mata kurang
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial

13
3. Aktivitas Motorik TIK
√ Gelisah
Jelaskan : Pasien tampak gelisah dan binggung sendiri seperti
mendengarkan sesuatu
Masalah Keperawatan : gangguan persepsi sensorik halusinasi
pendengaran

4. Alam Perasaan

√ Sedih
Jelaskan : Pasien mengatakan ingin pulang dan bisa berkumpul bersama
orang tua
Masalah Keperawatan :-

5. Afek
√ Sesuai
Jelaskan : emosi yang bisa dikendalikan oleh pasien dan tidak bertentangan
dengan stimulus yang ada.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

6. Interaksi selama wawancara kontak mata kurang


Jelaskan : Saat wawancara dengan perawat pasien hanya menunduk dan
kontak mata kurang
Masalah Keperawatan: Isolasi sosial

7. Persepsi

√ pendengaran
Jelaskan : Pasien mengatakan bahwa pasien setiap malam sebelum tidur
sering mendengar suara bisikan menyuruh untuk mencuri, suara itu timbul
2-3 kali pada saat suasana sepi dan pasien tidak mau menuruti bisikan
tersebut dan dibawa tidur.
Masalah Keperawatan : Gangguan persepsi sensorik halusinasi
pendengaran.

14
8. Proses Pikir
Jelaskan : pasien langsung bisa menjawab semua pertanyaan dan dapat
langsung mempraktekan atau mengulang apa yang perawat ajarkan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

9. Isi Pikir
Jelaskan : pasien mampu menjawab semua pertanyaan perawat dan pasien
tidak ada obsesi, phobia, hipokondria, depersonalisasi, ide yang terkait,
pikiran megis dan waham.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

10. Tingkat kesadaran


√ Composmentis
Jelaskan : Pasien tampak bingung,namun dia bisa menyebutkan dia berada
di rumah sakit jiwa dan kenal dengan teman maupun perawat.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

11. Memori
Pasien tidak ada mengalami gangguan daya ingatan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.

12. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung


Jelaskan :Pasien mampu berkonsentrasi dan mampu berhitung secara
sederhana misalnya berhitung dari 1 sampai 10.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

13. Kemampuan penilaian


Jelaskan: Pasien mampu mengambil keputusan seperti sebelum makan
cuci tangan dan sebelum sholat berwudhu.

14. Daya Tilik Diri


Jelaskan : Pasien menyadari bahwa dirinya sakit dan sekarang sedang
dirawat di rsj sambang lihum
Masalah Keperawatan : -

15
A. Kebutuhan Persiapan Pulang
1. Makan
Klien mampu makan 3 kali sehari secara mandiri tanpa dibantu oleh perawat
2. BAB/BAK
Klien BAB mandiri, BAK mandiri dan tidak ada gangguan pada saat BAB dan
BAK.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3. Mandi
Klien mampu mandi secara mandiri tanpa dibantu oleh perawat
4. Berpakaian/berhias
Klien mampu memakai baju secara mandiri tanpa dibantu oleh perawat
5. Istirahat Tidur
Tidur siang : Kurang lebih 2 jam
Tidur malam : Kurang lebih 5-6 jam

6. Penggunaan obat

√ Bantual minimal
Jelaskan : Klien meminum obat dibantu oleh perawat

7. Pemeliharaan Kesehatan

√ Perawatan lanjutan
8. Kegiatan dalam rumah
Klien mampu mempersiapkan makanan dirumah
Klien belum maampu menjaga kerapian rumah
Klien mampu mencuci pakaian dirumah
Klien belum mampu mengatur keungan dirumah

16
B. Mekanisme Koping
Adaptif
Pasien mengatakan menghindar kalo terjadi masalah dengan orang lain
Lainnya: -
Maladaptif
√ Berdiam diri
Jelaskan : pasien Cuma diam dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain
Masalah Keperawatan: Isolasi sosial

J. Pengetahuan Pasien

Penyakit jiwa yang dirasakan pasien sering mendengar bisikan


Masalah keperawatan : Halusinasi

K. Aspek Medis
1. Diagnosa Medis
F. 20.0 (SkizofreniaParanoid) adalah munculnya pikiran dan tentang adanya
persekokolan / sentiment negative orang lain merupakan ancaman bagi dirinya.
F. 19.5 : Gangguan mental dan perilaku akibat pengguan zat multiple dan
penggunaan zat psiko aktif lainnya dengan gangguan psikotik.
2. Terapi Medic
No Nama Dosis Indikasi Kontraindikasi Efek samping
1 Clozapine 2x1 Mengatasi -Depresi SSP Mulut dan
25 mg ansietas -Gangguan tenggorokan
mental kering,
-Gangguan retensi urine,
pernafan pusing
-Hipersensitufas
obat
2 Trihexyphe 2x1 Mengatasi -Hipersensitivitas -Konstipasi,
nidyl 2 mg gajala terhadap obat sulit BAK,
ekstrapira pusing, mulut
midamil kering,
pandangan

17
buram dan
mual
3 Trifluopera 2x1 Menguran -Depresi SSP, -berkedut
zine 5 mg gi koma dan atau garak
halusinasi diskrasia mata, tremor,
gelisah,
gugup dan
otot kaku.

II. ANALISA DATA


NO. DATA MASALAH

1. DS : Gangguan persepsi
pasien mengatakan setiap malam sering sensorik : Halusinasi
mendengar suara bisikan yang pendengaran
menyuruhnya untuk mencuri
DO :
pasien tampak melamun dan gelisah
2.  DS : Resiko perilaku
 pasien mengatakan pernah memecahkan kekerasan
kaca mobil
DO :
-berdasarkan status RM pasien putus obat
dan tidak mengambilnya lagi
3. DS : Isolasi sosial
Pasien mengatakan males berinteraksi
dengan orang lain
DO:
Pasien tampak menyendiri dan bersuara
pelan
4.  DS : Harga diri rendah
 -Klien mengatakan merasa malu karena

18
sudah banyak barang orang yang dicurinya
sewaktu dirumah
DO :
-Klien pendiam, tidak mau berbicara kepada
orang lain kecuali ditanya

5. DS : pasien mengatakan sedih berada di Mekanisme Koping


RSJ Sambang Lihum karena tidak dapat Individu Tidak Efektif
bertemu keluarga
DO : pasien tampak sedih saat
menceritakan tentang keluarganya
6. DS : Regimen Pengobatan
pasien mengatakan putus obat dan tidak Tidak Efektif.
mengambil obat lagi.
DO : berdasarkan status RM pasien putus
obat dan tidak mengambilnya lagi

III. DAFTAR MASALAH


1. Resiko prilaku kekerasan
2. Gangguan persepsi sensorik : halusinasi pendengaran
3. Isolasi sosial
4. HDR
5. Mekanisme Koping Individu Tidak Efektif
6. Regimen Pengobatan Tidak Efektif.

19
IV. POHON MASALAH

Effect Resiko Perilaku Kekerasan

Core Problem Gangguan persepsi sensorik:


Halusinasi pendengaran

Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah

Mekanisme Koping
Causa Regimen Pengobatan Tidak Efektif Individu Tidak Efektif

V. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensorik : halusinasi pedengaran

20
VI. INTERVENSI

No Dx Perencanaan
Tgl
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

1 Gangguan TUM: Klien dapatSetelah 3x interaksi klien 1. Bina hubungan saling


sensori mengontrol menunjukkan tanda – percaya dengan
persepsi: halusinasi yang tanda percaya kepada menggunakan prinsip
dialaminya perawat : komunikasi terapeutik :
halusinasi
Tuk 1 : 1. Ekspresi wajah a. Sapa klien dengan ramah
pendengaran bersahabat. baik verbal maupun non
Klien dapat 2. Menunjukkan rasa verbal
membina senang. b. Perkenalkan nama, nama
hubungan saling 3. Ada kontak mata. panggilan dan tujuan
percaya 4. Mau berjabat tangan. perawat berkenalan
5. Mau menyebutkan c. Tanyakan nama lengkap
nama. dan nama panggilan yang
6. Mau menjawab salam. disukai klien
7. Mau duduk d. Buat kontrak yang jelas
berdampingan dengan e. Tunjukkan sikap jujur dan
perawat. menepati janji setiap kali
8. Bersedia interaksi
mengungkapkan f. Tunjukan sikap empati
masalah yang dihadapi. dan menerima apa
adanya
g. Beri perhatian kepada
klien dan perhatikan
kebutuhan dasar klien
h. Tanyakan perasaan klien
dan masalah yang
dihadapi klien
i. Dengarkan dengan penuh
perhatian ekspresi
perasaan klien

21
TUK 2 : Setelah 1x interaksi klien 2.1. Adakan kontak sering
Klien dapat menyebutkan : dan singkat secara
mengenal 1. Isi bertahap
halusinasinya 2. Waktu 2.2. Observasi tingkah laku
3. Frekunsi klien terkait dengan
4. Situasi dan kondisi yang halusinasinya (*
menimbulkan halusinasi dengar /lihat /penghidu
/raba /kecap), jika
menemukan klien yang
sedang halusinasi:
1. Tanyakan apakah
klien mengalami
sesuatu ( halusinasi
dengar/ lihat/
penghidu /raba/
kecap )
2. Jika klien menjawab
ya, tanyakan apa
yang sedang
dialaminya
3. Katakan bahwa
perawat percaya
klien mengalami hal
tersebut, namun
perawat sendiri tidak
mengalaminya (
dengan nada
bersahabat tanpa
menuduh atau
menghakimi)
4. Katakan bahwa ada
klien lain yang
mengalami hal yang
sama.
5. Katakan bahwa
perawat akan

22
membantu klien
2.3 Jika klien tidak sedang
berhalusinasi klarifikasi
tentang adanya
pengalaman halusinasi,
diskusikan dengan klien :

1. Isi, waktu dan


frekuensi terjadinya
halusinasi ( pagi,
siang, sore, malam
atau sering dan
kadang – kadang )
2. Situasi dan kondisi
yang menimbulkan
atau tidak
menimbulkan
halusinasi
2. Setelah 1x interaksi 2.4Diskusikan dengan klien
klien menyatakan apa yang dirasakan jika
perasaan dan terjadi halusinasi dan
responnya saat beri kesempatan untuk
mengalami halusinasi : mengungkapkan
 Marah perasaannya.
 Takut 2.3. Diskusikan dengan
 Sedih klien apa yang
 Senang dilakukan untuk
 Cemas mengatasi perasaan
 Jengkel tersebut.
2.4. Diskusikan tentang
dampak yang akan
dialaminya bila klien
menikmati
halusinasinya.

23
TUK 3 : 3.1. Setelah 3x 3.1. Identifikasi bersama
Klien dapat interaksi klien klien cara atau
mengontrol menyebutkan tindakan tindakan yang
halusinasinya yang biasanya dilakukan jika terjadi
dilakukan untuk halusinasi (tidur,
mengendalikan marah, menyibukan diri
halusinasinya dll)
3.2. Setelah 3x 3.2. Diskusikan cara yang
interaksi klien digunakan klien,
menyebutkan cara  Jika cara yang
baru mengontrol digunakan adaptif
halusinasi beri pujian.
 Jika cara yang
3.3. Setelah 3x digunakan
interaksi klien dapat maladaptif
memilih dan diskusikan kerugian
memperagakan cara cara tersebut
mengatasi halusinasi 3.3. Diskusikan cara baru
(dengar/lihat/penghidu/ untuk memutus/
raba/kecap ) mengontrol timbulnya
halusinasi :
3.4. Setelah 3x j. Katakan pada diri
interaksi klien sendiri bahwa ini tidak
melaksanakan cara nyata ( “saya tidak
yang telah dipilih untuk mau dengar/ lihat/
mengendalikan penghidu/ raba /kecap
halusinasinya pada saat halusinasi
3.5. Setelah 3x terjadi)
pertemuan klien k. Menemui orang lain
mengikuti terapi (perawat/teman/anggo
aktivitas kelompok ta keluarga) untuk
menceritakan tentang
halusinasinya.
l. Membuat dan
melaksanakan jadwal
kegiatan sehari hari

24
yang telah di susun.
m. Meminta
keluarga/teman/
perawat menyapa jika
sedang berhalusinasi.
3.4 Bantu klien memilih cara
yang sudah dianjurkan
dan latih untuk
mencobanya.

3.5 Beri kesempatan untuk


melakukan cara yang
dipilih dan dilatih.
3.6. Pantau pelaksanaan
yang telah dipilih dan
dilatih , jika berhasil beri
pujian
3.7. Anjurkan klien
mengikuti terapi aktivitas
kelompok, orientasi
realita, stimulasi persepsi

25
TUK 4 : 1.2 Setelah 3x interaksi 4.1 Diskusikan dengan klien
Klien dapat klien menyebutkan; tentang manfaat dan
memanfaatkan 2. Manfaat minum obat kerugian tidak minum
obat dengan baik 3. Kerugian tidak minum obat, nama , warna,
obat dosis, cara , efek terapi
4. Nama,warna,dosis, dan efek samping
efek terapi dan efek penggunan obat
samping obat
4.2 Setelah 3x interaksi
klien 1. Pantau klien saat
mendemontrasikan penggunaan obat
penggunaan obat dgn 2. Beri pujian jika klien
benar menggunakan obat
4.3 Setelah 3x interaksi dengan benar
klien menyebutkan 3. Diskusikan akibat
akibat berhenti minum berhenti minum obat
obat tanpa konsultasi tanpa konsultasi dengan
dokter dokter
4.4 Dan belajar cara 4. Anjurkan klien untuk
bercakap cakap serta konsultasi kepada
melakukan aktifitas dokter/perawat jika terjadi
hal – hal yang tidak di
inginkan .

26
VII. IMPLEMENTASI

Hari/Tangg Diagnosa Tindakan keperawatan Evaluasi


al
Jumat, 01 Gangguan Bina hubungan saling percaya : S : klien mengatakan setiap malam mendengar
November persepsi sensor SP 1 suara bisikan menyuruh untuk mencuri
2019 : halusinasi 1. Mengidentifikasi halusinasi dengan
pendengaran mendiskusikan isi,frekuensi, waktu, O:
situasi pencetus, perasaan dan - Klien tampak bingung dan gelisah
respon. - Klien mampu mengenal halusinasinya
2. Menjelaskan cara mengontrol yaitu pendengaran
halusinasi : menghardik, minum obat, - Klien tidak mau menghardik Dan dibawa
bercakap-cakap dan melakukan tidur
kegiatan
3. Melatih cara mengontrol halusinasi A : Gangguan persepsi sensori : halusinasi
dengan menghardik pendengaran
4. Memasukkan pada jadwal kegiatan
untuk latihan menghardik P : Perawat :
Ulangi SP 1
1. Jelaskan cara mengontrol halusinasi :
menghardik, minum obat, bercakap-cakap dan
melakukan kegiatan.
2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan
menghardik
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan

27
menghardik

Sabtu, 03 Gangguan SP 1 S : Klien mengatakan mengetahui cara untuk


November persepsi sensor 1. Evaluasi cara menghardik menghardik halusinasinya
2019 : halusinasi halusinasi
pendengaran 2. Latih cara mengontrol O
halusinasi dengan menghardik - Klien tampak tenang
3. Masukkan pada jadwal - Klien tampak tersenyum
kegiatan untuk latihan - Klien mampu mengenal halusinasinya
menghardik yaitu pendengaran
- Klien tampak mempraktikkan cara
menghardik halusinasinya

A : Gangguan persepsi sensori : halusinasi


pendengaran

P : Perawat :
Lanjut untuk SP 2
1.Evaluasi kegiatan menghardik.Beri pujian
2.Latih cara mengontrol Halusinasi dengan obat
(jelaskan 6
benar:jenis,guna,dosis,frekuensi,cara,kontinuita
s minum obat
3.Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan

28
menghardik dan minum obat
Minggu 04 Gangguan SP 2 S : Klien mengatakan apabila minum obat akan
November persepsi 1.Evaluasi kegiatan menghardik.Beri bisa sembuh, kalau tidak minum obat tidak
2019 sensori: pujian sembuh, tetapi klien mengatakan tidak
halusinasi 2.Latih cara mengontrol Halusinasi mengetahui obat apa yang di minumnya
pendengaran dengan obat (jelaskan 6
benar:jenis,guna,dosis,frekuensi,cara, O: Klien meminum obat yang diberikan perawat
kontinuitas minum obat
3.Masukkan pada jadwal kegiatan A : Gangguan persepsi sensori : halusinasi
untuk latihan menghardik dan minum pendengaran
obat P : Perawat
Ulang SP 2
1.Latih cara mengontrol Halusinasi dengan obat
(jelaskan 6 benar: jenis, guna, dosis, frekuensi,
cara, kontinuitas minum obat
2 .Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
menghardik dan minum obat.

Senin 05 Gangguan SP 2 S : Klien mengatakan tahu jumlah obat,nama


November persepsi 1.Evaluasi kegiatan mengontrol obat, warna obat, dan jadwal minum obat dan
2019 sensori: Halusinasi dengan obat (jelaskan 6 tidak tahu fungsi dari obat-obat tersebut
halusinasi benar:jenis,guna,dosis,frekuensi,cara,
pendengaran kontinuitas minum obat O:
3.Masukkan pada jadwal kegiatan - Klien tampak tenang

29
untuk latihan minum obat - Klien meminum obat yang diberikan
perawat

A : Gangguan persepsi sensori : halusinasi


pendengaran
P : Perawat
Ulang SP 2
1.Latih cara mengontrol Halusinasi dengan obat
(jelaskan 6 benar: jenis, guna, dosis, frekuensi,
cara, kontinuitas minum obat
2 .Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
menghardik dan minum obat

Selasa 06 Gangguan SP 2 S : Klien mengatakan belum tahu fungsi obat


November persepsi 1.Evaluasi kegiatan mengontrol yang diminumnya
2019 sensori: Halusinasi dengan obat (jelaskan 6
halusinasi benar:jenis,guna,dosis,frekuensi,cara, O:
pendengaran kontinuitas minum obat - Klien meminum obat yang diberikan
3.Masukkan pada jadwal kegiatan perawat
untuk latihan minum obat A : Gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran
P : Perawat
Ulang SP 2
1.Latih cara mengontrol Halusinasi dengan obat

30
(jelaskan 6 benar: jenis, guna, dosis, frekuensi,
cara, kontinuitas minum obat
2 .Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
menghardik dan minum obat.

31
DAFTAR PUSTAKA

Hamid, Achir Yani. (2010). Buku Pedoman Askep Jiwa-1 Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan Keperawatan.
Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Isaacs, Ann. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Keliat, Budi Anna. (2009). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Maramis, W.F. (2010). Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 9. Surabaya : Airlangga University Press

Nurhalimah. (2018) Modul Ajar Konsep Keperawatan Jiwa. Jakarta : AIPVIKI

32

Anda mungkin juga menyukai