Anda di halaman 1dari 23

KEPERAWATAN JIWA

Masalah-Masalah Klien Dengan Kesehatan


Gangguan Jiwa

DOSEN PEMBIMBING : NS. PRATIWI GASRIL, S.KEP., M.KEP

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4:

1. RIZKI PRATAMA (190201037)


2. FRISCA REHANDANI (190201038)
3. PUJIAWATI RAHAYU (190201039)
4. NURMAYATI (190201032)

PRODI DII KEPERAWATAN

FAKULTAS MIPA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU

PEKANBARU

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan


rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Masalah-Masalah Klien Dengan Kesehatan Gangguan Jiwa”.  Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata Keperawatan Jiwa. Tujuan yang
lebih khusus dari penulisan makalah ini ialah untuk menambah pengetahuan lebih
dalam tentang Masalah Klien Dengan Kesehatan Gangguan Jiwa. 

Kami menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen pengampu Ibu


NS. Pratiwi Gasril, S.Kep., M.Kep  yang telah memberikan tugas untuk menulis
makalah ini, serta kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi
kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah
ini.

Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis


hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan
makalah ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua,
sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas


dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para
mahasiswa. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari sempurna. Untuk itu, saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat kami harapkan.

Pekanbaru, 14 April 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................2
2.1 Masalah gangguan sensori presepsi: Halusinasi.......................................2
2.2 Masalah Gangguan Jiwa Pada Resiko Perilaku Kekerasan......................5
2.3 Masalah Gangguan Jiwa Pada Konsep Isolasi Sosial...............................7
2.4 Masalah Gangguan Jiwa Pada Harga Diri Rendah...................................9
2.5 Masalah Gangguan Jiwa Pada Defisit Perawatan Diri............................11
BAB III..................................................................................................................15
PENUTUP.............................................................................................................15
3.1 Kesimpulan............................................................................................15
3.2 Saran......................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah gangguan jiwa semakin meningkat, ini dipengaruhi oleh pola
perilaku atau psikologis yang ditunjukkan oleh individu yang menyebabkan
distress, disfungsi, dan menurunkan kualitas kehidupan. Hal ini
mencerminkan disfungsi psikobiologis dan bukan sebagai akibat dari
penyimpangan sosial atau konflik dengan masyarakat (Stuart, 2016).
Menurut Mahmuda (2018) gangguan jiwa menyebabkan terjadinya
kegagalan individu dalam kemampuannya mengatasi keadaan sosial,
rendahnya harga diri, rendahnya tingkat kompetensi, dan sistem pendukung
yang berinteraksi dimana individu berada pada tingkat stress yang tinggi.

Menurut (WHO, 2016) bahwa gangguan jiwa terutama skizofrenia


merupakan gangguan mental yang parah yang mempengaruhi lebih dari 21
juta orang di seluruh dunia. Menurut Kemenkes RI (2016), di dunia terdapat
sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta
terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia.

WHO (2016) menyatakan bahwa gangguan jiwa berat yang sering


terjadi yaitu skizofrenia. Pada skizofrenia ditandai dengan penurunan atau
ketidakmampuan dalam berkomunikasi, gangguan kognitif seperti tidak
mampu berpikir abstrak, afek tidak wajar atau tumpul, gangguan realitas,
serta kesukaran dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Keliat, dkk 2011).
Menurut Mahmuda (2018) Skizofrenia merupakan salah satu dari gangguan
jiwa berat pada pasien skizofrenia 90 % akan memunculkan beberapa
karakteristik yang menonjol salah satunya pasien mengalami halusinasi.

1.2 Rumusan Masalah


 Apa saja masalah-masalah klien dengan gangguan jiwa?
 Bagaimana etiologi masalah klien dengan gangguan jiwa?
 Apa komplikasi yang terjadi pada masalah klien gangguan jiwa?

1.3 Tujuan Penulisan


Setelah mempelajari makalah ini, pembaca diharapkan untuk dapat :
 Mengetahui masalah-masalah gangguan jiwa
 Memahami masalah yang terjadi pada klien dengan gangguan
jiwa sehinggan bisa membuat askep pada klen dengan masalah
gangguan jiwa
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Masalah gangguan sensori presepsi: Halusinasi


A. Pengertian Halusinasi

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien


mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa
suara, penglihatan, pengecapan, perabaaan atau penghiduan. Klien
merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada (Damaiyanti,
2012).Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam
membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal
(dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan
tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien
mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara
(Kusumawati & Hartono, 2012).

B. Pohon Masalah Pada Halusinasi

C. Etiologi Halusinasi
1. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi halusinasi terdiri dari

1) Faktor Biologis
Adanya riwayat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
(herediter), riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat
penggunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain (NAPZA).

2) Faktor Psikologis

Memiliki riwayat kegagalan yang berulang.Menjadi korban, pelaku


maupun saksi dari perilaku kekerasan serta kurangnya kasih sayang
dari orang-orang disekitar atau overprotektif.

3) Sosiobudaya dan lingkungan

Sebagian besar pasien halusinasi berasal dari keluarga dengan


sosial ekonomi rendah, selain itu pasien memiliki riwayat
penolakan dari lingkungan pada usia perkembangan anak, pasien
halusinasi seringkali memiliki tingkat pendidikan yang rendah serta
pernah mengalami kegagalan dalam hubungan sosial (perceraian,
hidup sendiri), serta tidak bekerja.

2. Faktor Presipitasi

Stressor presipitasi pasien gangguan persepsi sensori halusinasi


ditemukan adanya riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis atau
kelainan struktur otak, adanya riwayat kekerasan dalam keluarga,
atau adanya kegagalan-kegagalan dalam hidup, kemiskinan, adanya
aturan atau tuntutan di keluarga atau masyarakat yang sering tidak
sesuai dengan pasien serta konflik antar masyarakat.

3. Stress Lingkung

Ambang toleransi terhadap tress yang berinteraksi terhadap stressor


lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.

4. Perilaku

Respons klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan,


perasaan tidak aman, gelisah, dan bingung, perilaku menarik diri,
kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak
dapat membedakan nyata dan tidak.

D. Tanda dan Gejala


1. Halusinasi Pendengaran ( akustik, audiotorik)

Data subjektif:

 Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya


 Mendengar suara atau bunyi
 Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
 Mendengar suara yang mengancam diri klien atau orang lain yang
membahayakan

Data Objektif:

 Mengarahkan telinga pada sumber suara


 Berbicara atau tertawa sendiri
 Marah-marah tanpa sebab
 Mulut komat kamit

2. Halusinasi Pengihatan (visual)

Data Subjektif:

 Melihat orang yang sudah meninggal, melihat makhluk tertentu,


atau sesuatu yang menakutkan
 Monster yang memasuki perawat

Data Objektif:

 Tatapan mata pada tempat tertentu


 Ketakutan pada objek yang dilihat

3. Halusinasi Penghidu (Olfaktori)


Data Subjektif:

 Mencium sesuatu seperti bau mayat, darah, bayi, fases, parfum


yang menyengat
 Klien sering mengatakan mencium bau sesuatu

Data Objektif:

 Ekspresi wajah seperti mencium bau sesuatu dengan gerakan


cuping hidung, mengarahkan hidung pada tempat tertentu

4. Halusinasi Peraba (Taktil, Kinaestatik)

Data Subjektif:

 Merasa ada yang menggerayangi tubuh seperti: tangan, makhluk


halus
 Merasa dipermukaan kulit, merasakan sangat panas atau dingin

Data Objektif:

 Mengusap, menggaruk-garuk, meraba-raba permukaan kulit


 Terlihat menggerak-gerakan badan seperti merasakan sesuatu
rabaan

5. Halusinasi Pengecap (Gustatorik)

Data Subjektif:

 Merakan makanan tertentu atau mengunyah sesuatu


Data Objektif:

 Seperti mengecap sesuatu


 Gerakan mengunyah
 Meludah atau muntah

E. Mekanisme Koping Halusinasi

Mekanisme koping klien gangguan persepsi sensori: Halusinasi


pendengaran menurut stuart (2007), perilaku yang mewakili upaya
untuk melindungi klien dari pengalaman yang menakutkan dengan
respon neurologis maladaptive yaitu:

1) Regresi

Berhubungan dengan masalah proses informasi da upaya untuk


mengatasi ansietas, yang menyisahkan sedikit energi untuk aktivitas
hidup sehari-hari.

2) Proyeksi

Sebagia upaya untuk menjelaskan keranvuan persepsi

3) Menarik diri

F. Komplikasi Halusinasi

1) Risiko tinggi Perilaku Kekerasan.

2) Perubahansensori persepsi halusinasi.

3) Harga diri rendah kronis


2.2 Masalah Gangguan Jiwa Pada Resiko Perilaku Kekerasan
A. Pengertian

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang


melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik
terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Marah
merupakan perasaan jengkel yang timbul terhadap kecemasan yang
dirasakan sebagai ancaman (Stuart & Sundeen, 1998).

B. Etiologi

Penyebab terjadinya marah menurut Stuart & Sundeen (1995) :


yaitu harga diri rendah merupakan keadaan perasaan yang negatif
terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal
mencapai keinginan, gangguan ini dapat situasional maupun kronik.
Bila kondisi ini berlangsung terus tanpa kontrol, maka akan dapat
menimbulkan perilaku kekerasan.

C. Pohon Masalah

D. Tanda dan Gejala


1. Fisik

Mata melotot, pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup,


wajah dan tegang serta poster tubuh kaku.

2. Verbal

Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kasar, berbicara dengan


nada keras, kasar dan ketus
3. Perilaku

Menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak


lingkungan dan agresif

4. Emosi

Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam,


jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi

5. Intelektual

Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan

6. Spiritual

Merasa dirinya berkuasa, merasa dirinya benar, keragu-raguan, tidak


bermoral dan tidak kreativitas terhambat.

E. Mekanisme koping
1) Displacement

Melepaskan perasaan tertekannya bermusuhan pada objek yang


begitu mulanya yang membangkitkan emosi

2) Proyeksi

Menyalahkan orang lain mengenai keinginan yang tidak baik

3) Depresi

Menekan perasaan yang menyakitkan atau konflik ingatan dari


kesadaran yang cenderung memperluas mekanisme ego lainnya
4) Reaksi Formasi

Pembentukan sikap kesadaran dan pola perilaku yang berlawanan


dengan apa yang benar-benar dilakukan orang lain.

F. Komplikasi
 adanya kemungkinan mencederai diri, orang lain dan merusak
lingkungan
 ketidakmampuan mengendalikan marah secara konstruktif .

2.3 Masalah Gangguan Jiwa Pada Konsep Isolasi Sosial

A.Pengertian

Isolasi social adalah keadaan dimana individu mengalami


penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteaksi dengan
orang lain disekitarnya (Damaiyanti, 2012). Klien mungkin merasa
ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain (Keliat, 2011). Isolasi
social juga merupakan kesepian yang di alam iindividu dan
dirasakan saat didorong oleh keberadaan orang lain sebagai
pernyataan negatif atau mengancam( NANDA-I dalam Damaiyanti,
2012).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa isolasi sosial merupakan


keaadaan seseorang yang mengalami penurunan bahkan sama sekali
tidak mampu berinteraksi dengan orang lain karena mungkin merasa
ditolak, kesepian dan tidak mampu menjalin hubungan yang baik
antar sesama.

B.Etiologi

Terjadinya Gangguan ini dipengaruhi oleh factor predisposisi


di antaranya perkembangan dan social budaya. Kegagalan dapat
mengakibatkan individu tidak percaya pada diri, tidak percaya pada
orang lain, ragu, takutsalah, pesimis, putusasaterhadap orang lain,
tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa tertekan. Kedaan
ini menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang
lain, lebih suka berdiam diri, menghindar dari orang lain, dan
kegiatan sehari-hari (Direja, 2011).
C.Pohon Masalah Isolasi Sosial

D. Tanda Dan Gejala

a. Data subjektif

1. Klienmenceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain.

2. Klienmerasa tidak aman berada dengan orang lain.

3. Respons verbal kurang dan sangat singkat.

4. Klienmengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain.

5. Klienmerasa bosan dan lambat menghabiskan waktu.

6. Klientidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan.

7. Klienmerasa tidak berguna.

b. Data objektif

1. Klienbanyak diam dan tidak mau bicara.

2. Tidak mengikuti kegiatan.

3. Klien berdiam diri di kamar


4. Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang
terdekat.

5. Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal.

6. Kontak mata kurang.

7. Kurang spontan.

8. Apatis

9. Ekspresi wajah kurang berseri.

10. Mengisolasi diri

11. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitar.

12. Aktivitas menurun.

E. Mekanisme Koping

Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi


kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam
dirinya. Mekanisme koping yang sering digunakan adalah proyeksi,
splitting (memisah) dan isolasi. Proyeksi merupakan keinginan yang
tidak mampu ditoleransi dan klien mencurahkan emosi kepada orang
lain karena kesalahan sendiri. Splitting merupakan kegagalan
individu dalam menginterpretasikan dirinya dalam menilai baik
buruk. Sementara itu, isolasi adalah perilaku mengasingkan diri dari
orang lain maupun lingkungan (Sutejo, 2017).

F. Komplikasi

Klien dengan isolasi social semakin tenggelam dalam


perjalanan dan tingkah laku masa lalu primitive antara lain
pembicaraan yang austistik dan tingkah laku yang tidak sesuai
dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut menjadi resiko
gangguan sensosi persepsi: halusinasi, mencederai diri sendri, orang
lain serta lingkungan dan penurunan aktifitas sehingga dapat
menyebabkan deficit perawatan diri (Damaiyanti, 2012)

2.4 Masalah Gangguan Jiwa Pada Harga Diri Rendah


A. Pengertian

Harga diri rendah adalah semua pemikiran, kepercayaan dan


keyakinan yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya
dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Harga diri
terbentuk waktu lahir tetapi dipelajari sebagai hasil pengalaman unik
seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat dan dengan
realitas dunia (Stuart,2006).

Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan


tentang diri atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara
langsung atau tidak langsung diekspresikan ( Townsend, 2001 ).

Dapat disimpulkan harga diri rendah adalah kurangnya rasa


percaya diri sendiri yang dapat mengakibatkan pada perasaan negatif
pada diri sendiri, kemampuan diri dan orang lain. Yang
mengakibatkan kurangnya komunikasi pada orang lain.

B. Etiologi
a. Pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas
keberhasilannya.
b. Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang
dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima.
c. Menjelang dewasa awal sering gagal disekolah, pekerjaan, atau
pergaulan
d. Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan
dan menuntut lebih dari kemampuannya. (Yosep, 2009)
C. Pohon Masalah

D. Tanda dan Gejala

Tanda gejala harga diri rendah menurut (Carpenito 2003) antara


lain yaitu perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan
akibat tindakan terhadap penyakit, rasa bersalah terhadap diri
sendiri, merendahkan martabat, gangguan hubungan sosial, seperti
menarik diri, tidak ingin bertemu dengan orang lain, lebih suka
sendiri, percaya diri kurang, sukar mengambil keputusan,mencederai
diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram,
ingin mengakhiri kehidupan. Tidak ada kontak mata, sering
menunduk, tidak atau jarang melakuakan kegiatan seharihari, kurang
memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi, berkurang
selera makan, bicara lambat dengan nada lemah.

E. Mekanisme Koping

Mekanisme koping pasien harga diri rendah menurut Ridhyalla


Afnuhazi (2015) adalah:

a. Jangka pendek
1) Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis:
pemakaian obat-obatan, kerja keras, nonton TV terus menerus.
2) Kegiatan mengganti identitas sementara (ikut kelompok sosial,
keagaman, politik).
3) Kegiatan yang memberi dukungan sementara (kompetisi
olahraga kontes popularitas).
4) Kegiatan mencoba menghilangkan identitas sementara
(penyalahgunaan obat).
b. Jangka panjang
1) Menutup identitas
2) Identitas negatif: asumsi yang bertentangan dengan nilai dan
harapan masyarakat.

F. Komplikasi

Harga diri rendah dapat beresiko terjadinya isolasi


sosial:menarik diri, isolasi sosial menarik diri adalah gangguan
kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang maladaptif,
mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (DepKes RI,
1998, dalam Wijayaningsih, 2015:52). Isolasi sosial menarik diri
sering ditunjukan dengan perilaku antara lain:

Data Subjektif

a. Mengungkapkan enggan untuk memulai hubungan ataupun


pembicaraan.
b. Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan orang
lain.
c. Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang
lain.

Data Objektif:

a. Kurang spontan dalam diajak bicara.


b. Apatis.
c. Ekspresi wajah kosong.
d. Menurun/tidak adanya komunikasi verbal.
e. Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat bicara.

2.5 Masalah Gangguan Jiwa Pada Defisit Perawatan Diri

A. Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia
dalam Memenuhi kebutuhan guna memepertahankan kehidupannya,
kesehatan dan Kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya,
klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat
melakukan perawatan diri (Depkes, 2000). Defisit perawatan diri
adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan
diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).

Menurut Potter & Perry (2005), Personal hygiene adalah


suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan
seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan
diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan
perawatan kebersihan untuk dirinya.

B. Etiologi

Menurut Depkes (2000: 20) penyebab kurang perawatan diri adalah :

1) Faktor prediposisi
Perkembangan
 Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.

Biologis
 Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri.
 Kemampuan realitas turun, klien dengan gangguan jiwa
dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan
ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan
diri.

Sosial
b. Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya.
c. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam
perawatan.
2) Faktor presipitasi
Kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual,
cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga
menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan
diri. Menurut Depkes (2000), Faktor–faktor yang mempengaruhi
personal hygiene adalah:
 Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri.misalnya dengan adanya perubahan fisik
sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
 Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun,
pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya
memerlukan uang untuk menyediakannya.
 Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan.
Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus
menjaga kebersihan kakinya.
 Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan untuk merawat
diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

C.Tanda dan Gejala

Menurut Depkes (2000) Tanda dan gejala klien dengan deficit


perawatan diri adalah:

a. Fisik
Badan bau, pakaian kotor, rambut dan kulit kotor, kuku panjang
dan kotor, gigi kotor disertai mulut bau, penampilan tidak rapi.
b. Psikologis
Malas, tidak adainisiatif, menarik diri, isolasi diri, merasa tak
berdaya, rendah diri dan merasa hina.
c. Sosial
Interaksi kurang, kegiatan kurang, tidak mampu berperilaku sesuai
norma, cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang
tempat.

D. Pohon Masalah

E. Mekanis Koping

Stuart (2016) mengungkapkan pada fase gangguan jiwa aktif, pasien


menggunakan beberapa mekanisme pertahanan yang tidak didasari
sebagai upaya untuk melindungi diri dari pengalaman menakutkan yang
disebabkan oleh penyakit mereka.

1) Regresi : berhubungan dengan masalah dalam proses informasi dan


pengeluaran sejumlah besar tenaga dalam upaya untuk mengelola
ansietas, menyisakan sedikit tenaga untuk aktivitas sehar-hari.
2) Proyeksi: upaya untuk menjelaskan persepsi yang membingungkan
dengan menetapkan tanggung jawab kepada orang lain atau sesuatu.
3) Menarik diri: berkaitan dengan masalah membangun kepercayaan
dan keasyikan dengan pengalaman internal
4) Pengingkaran: sering digunakan oleh klien dan keluarga. Mekanisme
koping ini adalah sama dengan penolakan yang terjadi setiap kali
seorang menerima informasi yang menyebabkan rasa takut dan
ansietas.

G. Komplikasi
Gangguan pemeliharaan kesehatan (Keliat, 2006), seperti
terjadinya infeksi kulit (scabies, panu, kurap) dan juga gangguan lain
seperti

Grastitis kronis (karena kegagalan dalam makan), Penyebaran


penyakit orofecal (karena hygiene BAB atau BAK sembarangan)
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Gangguan jiwa merupakan masalah kesehatan yang mempengaruhi
bagaimana seseorang berpikir, berprilaku, dan berinteraksi dengan
orang lain secara signifikan. Jika tidak di obati, orang yang mengalami
gangguan jiwa akan sulit beraktivitas, bekerja, dan bahkan berinteraksi
dengan orang lain.

Penyebab terjadinya gangguan jiwa hingga saat ini belum diketahu


secarapasti.namun ada beberapa faktor yang diketahui dapat
menngkatkan resiko seseorang mengalami gangguan jiwa seperti faktor
genetik, stres berat, penggunaan obat-obat terlarang, dan lainnya.
Beberapa masalah ganguuan jiwayang dijelaskan diatas hanya beberapa
dari banyak masalah gangguan jiwa.

Upaya-upaya yang dilakukan untuk mencegah gangguan jiwa harus


di mulai dari keluarga. Peran dan keterlibatan keluarga dalam proses
penyembuhan dan perawatan pasien gangguan jiwa sangat penting,
karena peran keluarasangat mendukung dalam proses
pemulihanpengidap gangguan jiwa.

3.2 Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih
terdapat banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan
memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak
sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

7 Malah Utama Keperawatan Jiwa. (2019, April 15). Dipetik April 14, 2021, dari
Gustinerz.com: https://gustinerz.com/7-masalah-utama-keperawatan-jiwa/2/

Adrian, K. (2020, Juni 9). Macam-macam Gangguan Jiwa yang umum terjadi.
Dipetik April 14, 2021, dari Alodokter: https://www.alodokter.com/macam-
macam-gannguan-jiwa-yangh-umum-terjadi

Erita, Hunuwidiastuti, S., & Leniwita, H. (2019). Buku Materi Pembelajaran


Keperawatan Jiwa. Jakarta: Universitas Kristes Indonesia.

Nurhalimah. (2016). Keperawatan Jiwa. Jakarta Selatan: Pudik SDM Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai