Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN MASALAH


SKIZOFRENIA DI RSJ PROF. Dr. ILDREM PROVINSI
SUMATERA UTARA

Di susun oleh:

 Ari Suhendra  Neneng Afridayana


 Bagas Risky pratama  Malika Wafik Azizah
 Dedek Agustina  M. Alwi Prayoga
 Deni Sahputra  Nurlinda Aulia
 Feri Armanda  Reni Lestari
 Khairulnisa  Nurul Hariyani
 M. Ikbal Haikal  Nurdila

Dosen pengampu mata kuliah:

Juliati,S.Kep,Ns.,M.Kep

UNIVERSITAS PUTRA ABADI LANGKAT

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

TA. 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya. Terima kasih juga kami
ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan
ide-idenya sehingga asuhan keperawatan ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga asuhan keperawatan ini bisa menambah pengetahuan
para pembaca.

Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran
yang bersifat membangun demi terciptanya asuhan keperawatan selanjutnya yang
lebih baik lagi.

Stabat, 17 November 2022


Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................i

DAFTAR ISI ....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1

A. Latar belakang ...........................................................................................1


B. Rumusan masalah .......................................................................................3
C. Tujuan ........................................................................................................3

BAB II TINJAUAN TEORI ...........................................................................5

1. Konsep dasar tentang skizofrenia ............................................................5


A. Definisi .................................................................................................5
B. Etiologi .................................................................................................5
C. Manifestasi klinik ..................................................................................7
D. Kriteria diagnosa keperawatan ...............................................................8
E. Tipe – tipe skizofrenia ...........................................................................9
F. Terapi pasien skizofrenia .......................................................................10
2. Konsep asuhan keperawatan ....................................................................11
A. Pengkajian.............................................................................................11
B. Diagnosa keperawtaan ...........................................................................12
C. Intervensi .............................................................................................12
D. Implementasi.........................................................................................12
E. Evaluasi ................................................................................................13

BAB III TINJAUAN KASUS ..........................................................................14

A. Pengkajian ..................................................................................................14
B. Diagnosa keperawatan ................................................................................25

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Menurut UU Nomor 18 pasal 1 & 3 Tahun 2014, Kesehatan Jiwa adalah
kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental,
spiritual,dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan diri
sendiri, dapat mengatasi tekanan, bekerja secara produktif serta mampu
memberikan kontribusi untuk komunitasnya (UU Kesehatan Jiwa, 2014).
Apabila seseorang/ individu tersebut mengalami kesehatan jiwa baik fisik,
mental, spiritual, tapi tidak dapat mengendalikan stres dan tidak ingin
bersosialisasi dengan orang lain maka individu tersebut mengalami gangguan
jiwa.
Data World Health Organization (WHO) menunjukkan, terdapat sekitar
35 juta orang mengalami depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta orang
menderita skizofrenia, serta 47,5 juta orang terkena dimensia. Karena berbagai
faktor biologis, psikologis, sosial dan keanekaragaman penduduk, maka
jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah serta memberikan dampak pada
penambahan beban negara dan penurunan produktivitas manusia untuk jangka
panjang (Kemenkes RI, 2016).
Prevalensi gangguan jiwa berat di Indonesia dengan gangguan jiwa
tertinggi di Indonesia terdapat di DI Yogyakarta dan Aceh (masing-masing
2,7%), sedangkan yang terendah di Kalimantan Barat (0,7%). Prevalensi
gangguan jiwa berat nasional sebesar 1,7 jiwa per mil. Sedangkan di Provinsi
Sulawesi Tenggara prevalensi gangguan jiwa berat dalam persentase sekitar 2
1,9%, dibawah DI Yogyakarta dan Aceh yang mengalami gangguan jiwa berat
paling tinggi (Riskesdas, 2013). Berdasarkan data dari Bidang Pelayanan
Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015 diperoleh
kunjungan gangguan jiwa rawat jalan laki-laki dan perempuan sebanyak

1
24.548 orang, kunjungan rawat inap laki-laki dan perempuan sebanyak 2.112
orang (Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016).
Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berpikir, kehendak, emosi
dan tindakan, di mana individu tidak dapat menyesuaikan diri dengan orang
lain dan lingkungan (Marshaly, 2013). Gangguan jiwa terbagi kedalam dua
jenis yaitu gangguan jiwa ringan dan gangguan jiwa berat. Skizofrenia
merupakan gangguan mental kronis yang menyebabkan penderitanya
mengalami delusi, halusinasi, pikiran kacau, dan perubahan perilaku. Kondisi
yang biasanya berlangsung lama ini sering diartikan sebagai gangguan mental
mengingat sulitnya penderita membedakan antara kenyataan dengan pikiran
sendiri. Hal ini ditandai dengan disorganisasi pikiran, perasaan dan perilaku
personal hygiene (Khaeriyah, 2013).
Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan
dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Pemeliharaan
kebersihan diri berarti tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan diri
sesorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya. Pasien dengan gangguan jiwa
cenderung mengalami penurunan personal hygiene. Hal ini dikarenakan
kurangnya respon yang dimiliki terutama dalam perawatan kebersihan diri
(defisit personal hygiene) (Rani Meisaroh, 2015) Pasien dengan gangguan jiwa
seringkali tidak memperhatikan pola kebersihan diri yang dimiliki. Hal ini
dikarenakan menurunnya beberapa fungsi otak yang dimiliki oleh pasien jiwa
tersebut. Adanya penurunan fungsi otak yang dimiliki berdampak kepada
kurangnya motivasi pasien dengan gangguan jiwa untuk melaksanakan
personal hygiene secara mandiri dan pada akhirnya akan berakibat kepada
rendahnya personal hygiene yang dimiliki pada diri masing-masing pasien
dengan gangguan jiwa (Rani Meisaroh, 2015)
Tanda dan gejala pada pasien yang personal hygiene kurang biasanya
tampak seperti rambut kotor, gigi kotor, badan berdaki dan bau, kuku panjang
dan kotor, rambut acak-acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak
sesuai, pada pasien laki-laki tidak bercukur, pada pasien perempuan tidak
berdandan, tidak ketidakmampuan mengambil makan sendiri, makan

2
berceceran dan tidak pada tempatnya, buang air besar atau buang air kecil tidak
pada tempatnya dan tidak membersihkan diri dengan baik setelah buang air
besar atau buang air kecil (Keliat dan Akemat, 2014) Dampak apabila
pemenuhan kebutuhan personal hygine tidak ditangani, maka akan berakibat
buruk baik bagi dirinya sendiri, orang lain serta lingkungan sekitarnya.
Dampak fisik bagi dirinya sediri yaitu banyaknya gangguan kesehatan yang
diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan diri dengan baik
seperti gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi
pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku. Sedangkan untuk dampak
psikososial yaitu gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan
mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi dan gangguan interaksi sosial
(Dermawan, 2013).
Sedangkan 4 dampak bagi orang lain dan lingkungan sekitarnya adalah
terganggunya kenyamanan dan ketentraman masyarakat. Kebutuhan
perawatan diri pada pasien skizofrenia lebih besar dari kemampuannya
melakukan aktifitas perawatan diri. Hal ini terjadi karena klien menderita
gejala yang disebabkan penyakit skizofrenia yaitu gangguan pada fungsi
kognitif, afektif, dan perilaku (Herni Susanti, 2010).

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan, maka perumusan
masalah penelitian ini adalah bagaimana asuhan keperawatan pada pasien
skizofrenia di RSJ Prof, Dr, Ildrem Provinsi Sumatera Utara

C. Tujuan
Mengetahui penerapan asuhan keperawatan pada pasien jiwa di rumah
sakit jiwa Prof. Dr. Ildrem Provinsi Sumatera Utara
1. Mampu mengidentifikasi pengkajian pada pasien jiwa
2. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien jiwa
3. Mampu mengientifikasi intervensi pada pasien jiwa

3
4. Mampu mengidentifikasi implementasi serta evaluasi pada asuhan
keperawatan jiwa
5. Mampu merumuskan pembahasan pada hasil asuhan keperawatan jiwa

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

1. Konsep dasar tentang Skizofrenia


A. Definisi
Skizofrenia berasal dari kata Yunani yang bermakna schizo artinya
terbagi, terpecah dan phrenia artinya pikiran. Jadi pikirannya terbagi atau
terpecah (Rudyanto, 2007). Skizofrenia adalah penyakit otak neurobiological
yang serius dan menetap, ditandai dengan kognitif dan persepsi serta afek yang
tidak wajar (Laraia, 2009). Penyakit ini bersifat kronik dan melalui 3 fase, yaitu
fase prodromal, fase aktif, dan fase residual. Fase prodromal dimulai dengan
perubahan perasaan dan mood, fase aktif biasanya disebut dengan psikosis
yaitu munculnya gejala halusinasi, delusi, dan ilusi (Sadock & Sadock, 2010)
Skizofrenia bisa menyerang siapa saja tanpa memandang jenis kelamin,
ras, maupun tingkat sosial ekonomi (Maramis,2005). Skizofrenia
dikarakteristikan dengan psikosis, halusinasi, delusi, disorganisasi
pembicaraan dan perilaku, afek datar, penurunan kognitif, ketidakmampuan
bekerja atau kegiatan dan hubungan sosial yang memburuk (Bustillo,2008)
Menurut PPDGJ (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa) III
ada 6 macam skizofrenia yaitu skizofrenia paranoid, skizofrenia hebefrenik,
skizofrenia katatonik, skizofrenia tak terinci (undifferentiated), skizofrenia
simpleks, skizofrenia residual.

B. Etiologi
Menurut Maramis (2009) teori mengenai skizofrenia yang saat ini
banyak dianut adalah sebagai berikut :
1. Genetik
Faktor genetik turut menentukan timbulnya skizofrenia. Hal ini telah
dibuktikan dengan penelitian tentang keluarga-keluarga penderita
skizofrenia dan terutama anak-anak kembar satu telur. Angka kesakitan bagi
saudara tiri adalah 0,9-1,8 %; bagi saudara kandung 7-15%; bagi anak

5
dengan salah satu orangtua yang 11 menderita skizofrenia 7-16%; bila
kedua orangtua menderita skizofrenia 40-68%; bagi kembar dua telur
(heterozigot) 2- 15%; bagi kembar satu telur (monozigot) 61-86%.
2. Neurokimia
a. Hipotesis dopamin
Skizofrenia disebabkan oleh neuroaktifitas pada jaras dopamin
mesolimbik. Hal ini didukung oleh temuan bahwa amfetamin yang
kerjanya meningkatkan pelepasan dopamin dapat menginduksi psikosis
yang mirip skizofrenia; dan obat psikotik (terutama obat tipe tipikal/
klasik) bekerja dengan cara memblok reseptor dopamin terutama
reseptor D2. Keterlibatan neurotransmitter lainnya seperti serotonin,
noradrenalin, GABA, glutamat dan neuropeptid lain masih terus diteliti
oleh para ahli.
b. Hipotesis perkembangan saraf
Studi autopsi dan pencitraan otak memperlihatkan abnormalitas
struktur dan morfologi otak penderita skizofrenia antara lain berupa
berat otak yang rata-rata lebih kecil 6% daripada otak normal dan ukuran
anterior-posterior yang 4% lebih pendek; pembesaran ventrikel otak non
spesifik; gangguan metabolisme di daerah frontal dan temporal; dan
kelainan susunan seluler pada struktur saraf di beberapa daerah kortex
dan subkortex tanpa adanya gliosis yang menandakan kelainan tersebut
terjadi pada saat perkembangan. Studi neuropsikologis mengungkapkan
defisit di bidang atensi, pemilihan konseptual, fungsi eksekutif dan
memori pada penderita skizofrenia. Semua bukti tersebut melahirkan
hipotesis perkembangan saraf yang menyatakan bahwa perubahan
patologis gangguan ini terjadi pada tahap awal kehidupan, mungkin
sekali akibat pengaruh genetik dan dimodifikasi oleh faktor maturasi
dan lingkungan.

6
C. Manifestasi klinik
Secara general gejala serangan skizofrenia dibagi menjadi 3 yaitu gejala
positif, gejala negatif dan gejala kognitif (Maramis, 2005) yaitu :
1. Gejala positif
Halusinasi selalu terjadi saat rangsangan terlalu kuat dan otak tidak
mampu menginterpretasikan dan merespons pesan atau rangsangan yang
datang. Klien skizofrenia mungkin mendengar suara-suara atau melihat
sesuatu yang sebenarnya tidak ada atau mengalami suatu sensasi yang
tidak biasa pada tubuhnya. Auditory hallucinations, gejala yang biasanya
timbul yaitu klien merasakan ada suara dari dalam dirinya. Kadang suara
itu dirasakan menyejukan hati, memberi kedamaian, tapi kadang suara itu
menyuruhnya melakukan sesuatu yang sangat berbahaya, seperti bunuh
diri. Penyesatan pikiran (delusi) adalah kepercayaan yang kuat dalam
menginterpretasikan sesuatu yang kadang berlawanan dengan kenyataan.
Misalnya penderita skizofrenia, lampu traffic di jalan raya yang
berwarna merah, kuning, hijau, dianggap sebagai suatu isyarat dari luar
angkasa. Beberapa penderita skizofrenia berubah menjadi paranoid,
mereka selalu merasa sedang di amat-amati, diikuti atau hendak diserang.
Kegagalan berpikir mengarah kepada masalah dimana klien skizofrenia
tidak mampu mengatur pikirannya. Kebanyakan klien tidak mampu
memahami hubungan antara kenyataan dan logika. Ketidakmampuan
dalam berpikir mengakibatkan ketidakmampuan mengendalikan emosi
dan perasaan. Hasilnya, kadang penderita skizofrenia tertawa atau
berbicara sendiri dengan keras tanpa mempedulikan sekelilingnya. Semua
itu membuat penderita skizofrenia tidak bisa memahami siapa dirinya,
tidak berpakaian, dan tidak bisa mengerti apa itu manusia, juga tidak bisa
mengerti kapan dia lahir, dimana dia berada dan sebagainya.
2. Gejala negatif
Klien skizofrenia kehilangan motivasi dan apatis yaitu kehilangan
minat dalam hidup yang membuat klien menjadi orang pemalas. Karena
klien hanya memiliki minat sedikit, mereka tidak bisa melakukan hal-hal

7
lain selain tidur dan makan. Perasaan yang tumpul membuat emosinya
menjadi datar. Klien skizofrenia tidak memiliki ekspresi yang baik dari
raut muka maupun gerakan tangannya, seakan-akan dia tidak memiliki
emosi apapun. Mereka mungkin bisa menerima perhatian dari orang lain
tapi tidak bisa mengekspresikan perasaan mereka. Depresi yang tidak
mengenal perasaan ingin ditolong dan berharap, selalu menjadi bagian dari
hidup klien skizofrenia. Mereka tidak merasa memiliki perilaku yang
menyimpang, tidak bisa membina hubungan relasi dengan orang lain.
Depresi yang berkelanjutan akan membuat klien menarik diri dari
lingkungannya dan merasa aman bila sendirian. Dalam beberapa kasus
skizofrenia sering menyerang pada usia antara 15-30 tahun dan
kebanyakan menyerang saat usia 40 tahun ke atas.
3. Gejala kognitif
Permasalahan yang berhubungan dengan perhatian, tipe-tipe ingatan
tertentu dan fungsi yang memungkinkan kita untuk merencanakan
mengorganisasikan sesuatu.

D. Kriteria diagnosa keperawatan


Sebelum menetapkan diagnosis kepada pasien skizofrenia, seorang
dokter harus mengetahui dan memahami gejala-gejala khas yang dialami oleh
pasien skizofrenia. Kriteria diagnostik di Indonesia menurut PPDGJIII yang
menuliskan bahwa walaupun tidak ada gejala-gejala patognomonik khusus,
dalam praktek dan manfaatnya membagi gejalagejala tersebut ke dalam
kelompok-kelompok yang penting untuk diagnosis dan yang sering terdapat
secara bersama-sama yaitu:
1. Thought echo yaitu isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun
kualitas berbeda atau thought insertion or withdrawal yaitu isi pikiran yang
asing dari luar masuk kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya
diambil keluar oleh sesuatu diluar 15 dirinya (withdrawal) dan tought

8
broadcasting yaitu isi pikiran tersiar keluar sehingga orang lain
mengetahuinya.
2. Waham atau Delusinasi
a. Delusion of control yaitu waham tentang dirinya sendiri dikendalilkan
oleh suatu kekuatan tertentu.
b. Delusion of influen yaitu waham tentang dirinya sendiri dipengaruhi
oleh suatu kekuatan tertentu dari luar.
c. Delusion of passivity yaitu waham tentang gerakan tubuh, pikiran
maupun tindakan tak berdaya terhadap suatu kekuatan dari luar.
d. Delusion of perception yaitu pengalaman indrawi yang tidak wajar
yang bermakna sangat khas dan biasanya bersifat mistik atau mukjizat.

E. Tipe – tipe skizofrenia


Tipe-Tipe Skizofrenia Menurut DSM IV (Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorders) tipe-tipe skizofrenia dibagi menjadi 5 yaitu :
1. Tipe paranoid Suatu tipe skizofrenia yang memiliki kriteria yaitu
preokupasi dengan satu atau lebih waham atau halusinasi dengar yang
menonjol dan tidak ada dari berikut ini yang menonjol: bicara
terdisorganisasi, perilaku terdisorganisasi atau katatonik, atau afek datar
atau tidak sesuai.
2. Tipe terdisorganisasi Suatu tipe skizofrenia yanng memiliki kriteria semua
yang berikut ini menonjol: bicara terdisorganisasi, perilaku
terdisorganisasi dan afek datar atau tidak sesuai serta tidak memenuhi
kriteria untuk tipe katatonik.
3. Tipe katatonik Suatu tipe skizofrenia dimana gambaran klinis didominasi
oleh sekurangnya dua dan hal-hal berikut :
a. Imobilisasi motorik seperti yang ditunjukan oleh katalepsi (termasuk
fleksibilitas lilin) atau stupor.
b. Aktivitas motorik yang berlebihan (yang tampaknya tidak bertujuan
dan tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal).

9
c. Negativisme yang ekstrem atau mutisme.
d. Ekolalia atau ekopraksia
4. Tipe tidak tergolongkan Suatu tipe skizofrenia dimana ditemukan gejala
yang memenuhi kriteria A tetapi tidak memenuhi kriteria untuk tipe
katatonik, terdisorganisasi, atau paranoid
5. Tipe residual Suatu tipe skizofrenia dimana kriteria berikut ini terpenuhi:
tidak adanya waham, halusinasi, bicara terdisorganisasi, dan perilaku
katatonik terdisorganisasi atau katatonik yang menonjol serta terdapat
terus bukti-bukti gangguan seperti yang ditunjukan oleh gejala negatif dua
atau lebih gejala tertulis dalam kriteria A untuk skizofrenia yang lebih
lemah (misalnya keyakinan yang aneh, pengalaman persepsi yang tidak
lazim)
F. Terapi pasien skizofrenia
Skizofrenia merupakan gangguan yang bersifat kronis sehingga untuk
pengobatannya memerlukan waktu yang panjang. Ada berbagai macam terapi
yang bisa kita berikan pada pasien skizofrenia. Hal ini diberikan dengan
kombinasi satu sama lain dengan jangka waktu yang lama. Terapi skizofrenia
terdiri dari pemberian obat-obatan, psikoterapi dan rehabilitasi. Terapi
psikososial pada skizofrenia meliputi; terapi keluarga, terapi kelompok, terapi
individu, rehabilitasi psikiatri, latihan keterampilan sosial dan manajemen
kasus (Hawari, 2001)
1. Farmakoterapi
Pengobatan untuk penderita skizofrenia menggunakan obat anti
psikotik. Obat antipsikotik dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 19 kelompok
atipikal dan kelompok tipikal (Maslim, 2001). Faktor-faktor yang
mempengaruhi efek terapeutik obat ini meliputi : usia, perilaku
penyalahgunaan zat, kondisi medis, obat penginduksi enzim, obat yang
mengubah clearence dan perubahan ikatan dalam protein (Benhard,2007)
a. Obat golongan FGA atau Tipikal
Obat ini bekerja menghambat jalur dopamin. Neuroleptik yang
termasuk golongan ini adalah chlorpomazin, haloperidol, loxapine,

10
dan prolixin. Efek samping golongan ini adalah mulut kering,
konstipasi, hipotensi ortostatik, impotensi, kegagalan ejakulasi,
Parkinson sindrom, dystonia, amenorrhea, infertilitas dan kegemukan.
Clorpomazin memiliki efek antipsikotik yang lemah dan efek sedatif
yang kuat. Haloperidol digunakan untuk skizofrenia yang kronis dan
memiliki efek antipsikotik yang kuat dan efek sedatif yang lemah.
Golongan obat ini lebih efektif mengatasi gejala positif dari skizofrenia
namun kurang efektif untuk gejala negatif. (Saddock and saddock,
2003).
b. Obat golongan SGA atau Atipikal
Obat ini adalah antipsikotik generasi kedua yang digunakan untuk
mengobati kondisi jiwa. Pada gejala positif seperti halusinasi, delusi,
dan inkoherensi, dan negatif seperti hilangnya kemauan dan afek serta
bicara yang sangat sedikit dapat diatasi dengan lebih baik pada
pemberian SGA. Untuk gejala lain seperti penurunan interaksi sosial,
ide bunuh diri dan 20 defisit kognitif dapat diatasi lebih baik pula
dengan golongan SGA (Pantelis & Lambert, 2003).
2. Non farmakoterapi
a. ECT (Electro Convulsive Therapy)
Dikatakan penggunaan ECT dengan pengobatan entipsikotik akan
lebih efektif (Sadock & Sadock, 2007).
b. Terapi berorientasi
Karena pasien dikembalikan dalam keadaan remiten, maka penting
untuk mengedukasi keluarga bagaimana cara mengatasi masalah-
masalah yang dapat timbul dari pasien. (Sadock & Sadock, 2007)

2. Konsep asuhan keperawatan


A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar pertama dari proses
keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan
kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis,

11
psikologis, sosial dan spiritual. Pengelompokan data pada pengkajian
kesehatan jiwa dapat pula berupa faktor predisposisi, faktor presipitasi,
penilaian terhadap stresor, sumber koping dan kemampuan koping yang
dimiliki klian (stuart dan sundeen, 1995) cara ini yang akan dipakai pada uraian
berikut. Cara pengkajian lain berfokus pada lima dimensi yaitu fisik,
emosional, intelktual, sosial dan spiritual.
1. Pengumpulan data
a. Identitas
b. Alasan masuk
c. Faktor predisposisi
d. Pemeriksan fisik
e. Psikososial
f. Analisa data

B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien skizofrenia
dalam pemenuhan kebutuhan personal hygiene menurut Fitria (2012), adalah
sebagai berikut:
1. Defisit perawatan diri
2. Harga diri rendah
3. Gangguan pemeliharaan kesehatan

C. Intervensi
Intervensi keperawatan menurut Dalami (2009) adalah rencana dimana
perawat akan menyusun rencana yang akan dilakukan pada klien untuk
mengatasi masalahnya perencanaan disusun berdasarkan diagnosa
keperawatan.

D. Implementasi
Menurut dermawan (2013), penatalaksanaan dapat dilakukan dengan
pendekatan strategi pelaksanaan (SP). Implementasi tindakan keperawatan

12
disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan
tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat,
apakah rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan oleh pasien saat ini.
Semua tindakan yang telah dilaksanakan beserta respons pasien
didokumentasikan (Prabowo, 2014).
E. Evaluasi
Menurut Direja (2011), evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk
menilai efek dari tindakan keperawatan kepada pasien. Evaluasi dapat dibagi
dua yaitu: Evaluasi proses atau formatif yang dilakukan setiap selesai
melaksanakan tindakan, dan evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan
membandingkan antara respons pasien dan tujuan khusus serta umum yang
telah ditentukan.

13
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
1. Identitas klien
 Inisial : Ny. A
 Tgl. Pengkajian : 10 November 2022
 Umur : 30 Th
 No. RM : RM323438
 Alamat : Pasar IV Sei Karang
 Pendidikan : SMA
 Agama : Islam
 Pekerjaan : IRT
 Status : Sudah Kawin
 Sumber Data : Primer

2. Alasan masuk
Klien masuk Ruang Sinabung Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Ildrem Sumatera
Utara pada tanggal 1 November 2022 melalui IGD karena klien mengamuk
di rumah, memecah kaca, melempar mobil, marah-marah tanpa sebab,
emosi labil, bicara-bicara sendiri, baju barlapis-lapis, bau dan kumal.

3. Faktor prediposisi
a. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu? ( ) Ya ( √ ) Tidak
b. Pengobatan sebelumnya. ( ) Berhasil ( ) Kurang berhasil ( ) Tidak
berhasil
c. Perilaku Pelaku/usia Korban/usia Saksi/usia
 Aniaya fisik (........./.......) (........./.......) (........./.......)
 Aniaya seksual (........./.......) (........./.......) (........./.......)
 Penolakan (......../.......) ( √ / - ) (........./.......)
 Kekerasan dalam keluarga (........./.......) (........./.......) (........./.......)

14
 Tindakan Kriminal (........./.......) (........./.......) (........./.......)

Jelaskan : Klien mengatakan tidak ada orang-orang yang mau


menerima keberadaannya

d. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa?


( ) Ya ( √ ) Tidak

Hubungan Keluarga Gejala/Riwayat Pengobatan/perawatan


............................... ............................... ...............................
............................... .............................. ...............................
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan yang di
temukan

e. Pengalaman masalalu yang tidak menyenangkan: Klien mengatakan


tidak ada orang-orang yang mau menerima keberadaannya

Masalah Keperawatan: Isolasi sosial

4. Pemeriksaan fisik
a. Tanda vital
TD : 130/70 mmHg N : 89 x/menit
S : 36,3℃ P : 9 x/menit
b. Ukur
TB : 158 cm
BB : 60
c. Keluhan fisik [√ ] Ya [ ] Tidak

Masalah keperawatan : Defisit perawatan diri

15
5. Psikososial
a. Genogram (Tiga generasi)

= Meninggal

= Laki-laki

= Perempuan

= Klien

Jelaskan : Klien merupakan anak ke 2 dari 3 bersaudara dan mengatakan


dirinya sudah menikah. Klien mengatakan tinggal bersama suaminya.
Didalam keluarga yang sering mengambil keputusan adalah suaminya.

Masalah keperawatan : tidak ada

b. Konsep diri
1. Citra tubuh : Klien mengatakan tidak ada anggota tubuh yang klien
tidak sukai

16
2. Identitas : Klien menyadari seorang perempuan berumur 30 tahun
3. Peran diri : Klien berperan sebagai IRT dalam keluarganya
4. Ideal diri : Klien ingin sembuh dan pulang kerumah sendiri
5. Harga diri : Klien mengatakan malu dengan kondisinya sekarang

Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah

c. Hubungan sosial
1. Orang yang berarti : Klien mengatakan suami.
2. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat: Klien
mengatakan tidak memiliki peran di dalam masyarakat
3. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: Klien
mengatakan tidak ada orang-orang yang mau menerima
keberadaannya

Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial

6. Status mental
a. Penampilan
( √ ) Tidak rapi ( ) Penggunaan pakaian tidak sesuai ( ) Berpakaian tidak
seperti biasanya
Jelaskan : Pada saat dilakukan pengkajian klien tampak berpenampilan
tidak rapi, kuku panjang dan kotor, badan bau dan mulut bau, tampak
menggaruk-garuk tubuhnya
Masalah keperawatan : defisit perawatan diri
b. Pembicaraan
( ) Cepat ( ) keras ( ) Gugup ( ) Inkoheren ( ) Apatis (√ ) Lambat ( )
Membisu ( √ ) Tidak mampu mulai pembicaraan
Jelaskan : Pembicaraan Pada saat wawancara klien cukup kooperatf
namun tidak mampu memulai pembicaraan. Nada bicara lambat dan
pelan. Tampak jarang berbicara dengan pasien lain.
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah

17
c. Aktivitas Motorik
( ) Lesu (√ ) Tegang ( ) Inkoheren ( ) Agitasi ( ) Tik ( ) Grimasem ( )
Tremor ( ) Kompulsip
Jelaskan : Klien tampak tegang, jalan mondar-mandir dan sering
berdiam diri di tempat tidurnya
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah
Masalah Keperawatan : Gangguan aktivitas motorik/intoleransi
aktivitas.
d. Alam perasaan
( ) sedih ( ) ketakutan ( ) putus asa ( ) gembira
Jelaskan : Klien mengatakan perasaannya biasa-biasa saja, tidak ada
yang perlu dikhawatirkan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada
e. Afek
( ) datar ( ) tumpul (√ ) labil ( ) tidak sesuai
Jelaskan : Pada saat dilakukan wawancara klien afeknya labil, kadang
tampak tenang Masalah Keperawatan : Tidak ada
f. Interaksi selama wawancara
( ) bermusuhan ( ) tidak kooperatif ( ) mudah tersinggung ( ) curiga` ( )
defenitif ( ) kontak mata kurang
Jelaskan : Selama poses interaksi klien menjawab pertanyaan dengan
suara yang pelan serta kontak mata yang kurang. Namun klien tidak
menunjukan sikap tidak percaya pada orang
Masalah Keperawatan : Tidak ada
g. Persepsi halusinasi
(√ ) pendengaran ( ) penglihatan ( ) perabaan ( ) pengecapan ( )
penciuman
Jelaskan : Klien bingung, bicara tidak jelas (ngawur), bicara-bicara
sendiri, mondar-mandir di ruangan. Saat ditanya halusinasinya klien
mengatakan mendengar suara-suara.

18
Masalah Keperawatan : Halusinasi pendengaran
.
h. Proses pikir
( ) sirkumtansia ( ) tangensial ( ) kehilangan asosiasi ( ) flig if ideas ( )
bloking ( ) pengulangan pembicaraan
Jelaskan : Ketika dilakukan wawancara klien menjawab pertanyaan
dengan berbelit-belit tapi bisa sampai pada tujuan pembicaraan
Masalah Keperawatan : Tidak ada.
i. Isi pikir
( ) obsesi ( ) fobia ( ) hipokondria ( ) derpersonalisasi ( ) ide yang terkait
pikiran magis
Jelaskan : Klien terus bertanya kapan pulang, klien juga terus
mengatakan ia ingin bekerja dan meiliki banyak uang.
Masalah Keperawatan : Tidak ada
j. Waham :
( ) agama ( ) somatik ( ) kebesaran ( ) curiga
( ) nihilistik ( ) sisip pikir ( ) siar pikir ( ) kontrol pikir
Jelaskan : klien tidak ada masalah dalam dalam gangguan waham
Masalah keperawatan : Tidak terdapat masalah keperawatan.
k. Tingkat kesadaran
( ) bingung ( ) sedasi ( ) stupor disorientasi
(√ ) waktu ( √ ) tempat ( ) orang
Jelaskan: Klien mengetahui nama, tempat dan waktu pada saat
dilakukan wawancara, namun sesekali tampak bingung dengan
pertanyaan yang baru pertama kali didengarnya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada.
l. Memori
( ) gangguan daya ingat jangka panjang ( ) gangguan daya ingat saat ini
konfabulasi
Jelaskan : Pengkajian memori, klien mengatakan tidak mampu
menceritakan tentang pengalaman-pengalaman masa lalunya.

19
Masalah Keperawatan : Tidak ada.
m. Tingkat konsentrasi dan berhitung
( ) mudah beralih ( ) tidak mampu berkonsentrasi ( ) tidak mampu
berhitung sederhan
Jelaskan: Klien mampu berhitung 20-100
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan yang
ditemukan.
n. Kemampuan penilaian
( ) gangguan ringan ( ) gangguan bermakna
Jelaskan : Klien mampu memilih salah satu dari dua pilihan yang
diajukan. Klien memilih untuk keluar dari proses bercakap-cakap.
Masalah Keperawatan : Tidak ada..
o. Daya tilik diri
( ) mengingkari penyakit yang diderita ( ) menylahkan hal diluardirinya
Jelaskan : Klien mengatakan menerima bahwa dirinya sedang sakit dan
butuh perawatan
Masalah Keperawatan : Tidak ada

7. Kebutuhan personal
a. Makan
( √ ) bantuan minimal ( ) bantuan total
b. Bak / Bab
( √ ) bantuan minimal ( ) bantuan total
c. Mandi
( ) bantuan minimal (√ ) bantuan total
d. Berpakaian / berhias
( ) bantuan minimal (√) bantuan total
e. Intirahat tidur
( ) tidur siang lama : 14-00 s/d 15-00 WIB
( ) tidur malam : 20-00 s/d 05-00 WIB

20
f. Penggunaan obat
( √ ) bantuan minimal ( ) bantuan total
g. Pemeliharaan Kesehatan
Ya /Tidak
Keperawatan lanjutan (√) ( )
Sistem pendukung ( √ ) ( )
h. Kegitan didalam rumah
Ya /Tidak
Mempersiapkan makanan (√) ( )
Menjaga kerapian rumah (√) ( )
Mencuci pakaian (√) ( )
Pengaturan uang ( ) ( √ )
Kegiatan diluar rumah
Ya Tidak
Belanja ( ) ( √ )
Transfortasi ( ) ( √ )
Lain-lain ( ) ( √ )
Jelaskan : Klien sudah bisa berpakaian dengan benar tapi mengganti
pakaian harus disuruh petugas. Tidak bisa berhias sendiri.
Masalah Keperawatan : Defisit perawatan diri

8. MEKANISME KOPING
Adaptif Maladaptif
( ) berbicara dengan orang lain ( ) minum alkohol
( ) mampu menyelesaikan masalah ( √ ) reasksi lambat
( ) tehnik relaksasi ( ) berkerja berlebihan
( ) aktivitas konstruktif ( ) menghindar
( √ ) olah raga ( ) menciderai diri
( ) lainnya
Masalah keperawatan : Isolasi sosial.

21
9. MASALAH PSIKOLOGI SOSIAL
a. Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik
Klien mengatakan tidak didukung oleh kelompok.
b. Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik:
Klien tidak terima berada di RSJ Medan
c. Masalah dengan pendidikan, spesifik
Klien tamatan SMA
d. Masalah dengan pekerjaan, spesifik
Klien mengatakan tidak memiliki pekerjaan
e. Masalah dengan perumahan, spesifik
Klien tinggal bersama suami
f. Masalah dengan ekonomi, spesifik
Klien tidak memiliki pekerjaan
g. Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik
Klien tidak mampu berobat sendiri.
h. Masalah lainnya, spesifik
Masalah keperawatan : Gangguan pemeliharaan kesehatan

10. Pengetahuan kurang tentang


( √ ) penyakit jiwa ( ) sistem pendukung
( ) faktor presipitasi ( ) penyakit fisik
( ) Koping ( ) obat-obatan
( ) Lainnya
Masalah keperawatan: kurang pengetahuan

11. Aspek medik


Diagnosa Medik : klien didiagnosa skizofrenia
Terapi Medik :
a. Risperidon 2mg dengan dosis pemberian 2x1 mg secara oral
b. Lorazepam 2mg dengan dosis penberian 1x2 mg secara oral
c. Ketokonazole 200mg dengan dosis pemberian 1x200 mg secara oral

22
DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN

1. Defisit perawatan diri


2. Harga diri rendah
3. Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
4. Isolasi social
5. Gangguan pemeliharaan kesehatan
6. Kurang pengetahuan

23
ANALISA DATA

No Data Masalah
keperawatan
1. DS : Gangguan persepsi
 Klien mengatakan ada suara-suara yang sensori : halusinasi
menyuruhnya untuk tidak melakukan pendengaran
aktivitas.
 Klien merasa tidak mampu melakukan
aktivitas
DO :
 Klien tampak bicara-bicara sendiri.
 Klien tampak mondar-mandir di
ruangan.
 Klien tampak bingung dan bicara tidak
jelas (ngawur).
2. DS : Harga diri rendah
 Klien mengatakan tidak ada lingkungan
yang menerima keberadaan klien
 Klien mengatakan tidak mampu
melakukan aktivitas

DO :
 Klien tampak bicara-bicara sendiri.
 Klien tampak mondar-mandir di
ruangan.
 Klien tampak bingung dan bicara tidak
jelas (ngawur).
3. DS : Defisit perawatan diri :
 Klien mengatakan tidak bisa bersisir mandi dan berhias
sendiri

24
 Klien mengatakan gatal-gatal di seluruh
tubuhnya
DO :
 Nampak pakaian tidak rapi dan mulut
bau,
 Tampak menggaruk-garuk tubuhnya.
 Rambut berantakan

POHON MASALAH

Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran

Harga diri rendah

Defisit perawatan diri : mandi dan berhias

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Defisit perawatan diri


2. Harga diri rendah
3. Gangguan persepsi sensori : halusinasi

25

Anda mungkin juga menyukai