Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KLIEN ISOS

KEPERAWATAN JIWA II

Disusun oleh:
Kelompok 6

Jasfi Dini Siagian 20301086


Mahesi Al’adawiyah 20301089
Uci Widya Ningrum 20301105
Yusfika Afrianti 20301108

PROGRAM STUDI ILMU


KEPERAWATAN STIKes PAYUNG
NEGERI PEKANBARU
T.A 2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan hidayah-nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Makalah kelompok kami yang berjudul “Asuhan Keperawatan dengan
Klien ISOS” ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan
keperawatan Jiwa II. Penyusunan laporan ini tidak lepas dari adanya hambatan
dan tantangan. Adanya pihak yang membangun sangat membantu dalam
penyelesaian laporan ini.

Kami sadar bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami mohon maaf atas kesalahan yang ada pada
makalah ini. Sekaligus kami berharap kepada pembaca untuk memberikan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi tercapainya kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 09 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................1
BAB II. PEMBAHASAN.......................................................................................2
2.1 Definisi.............................................................................................................2
2.2 Rentang Respon...............................................................................................3
2.3 Etiologi.............................................................................................................6
2.4 Manifestasi Klinik............................................................................................9
2.5 Patopsikologi.................................................................................................11
2.6 Asuhan Keperawatan Komunitas...................................................................13
BAB III. PENUTUP.............................................................................................26
3.1 Kesimpulan....................................................................................................26
3.2 Saran..............................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................27
KUMPULAN SOAL............................................................................................28

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia,


karena tanpa kesehatan manusia sulit untuk menjalankan aktivitas. Menurut
Undang Undang No 36 tahun 2009 tentang kesehatan, kesehatan adalah suatu
keadaan sehat, baik secara fisik,mental, spiritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup untuk produktif secara sosial dan
ekonomis.Berdasarkan Undang Undang No. 18 tahun 2014 tentang kesehatan
jiwa, kesehatan jiwa adalah suatu kondisi dimana seorang individu dapat
berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut
menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja, secara
produktif, dan mampu memberikan kontribusi pada komunitasnya. Sedangkan
menurut American Nurses Association (ANA) tentang keperawatan jiwa,
keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang
menggunakan ilmu dan tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri
sendiri secara terapeutik dalam meningkatkan, mempertahankan, serta
memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan mental. masyarakat dimana
klien berada. Selain keterampilan teknik dan alat klinik, perawat juga berfokus
pada proses terapeutik menggunakan diri sendiri (use self therapeutic)
(Kusumawati F dan Hartono Y, 2010).
Prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia 1.7 per mil.
Gangguan jiwa berat terbanyak di Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Bali dan
Jawa Tengah. Proporsi Rumah Tangga (RT) yang pernah memasung Anggota
Rumah Tangga (ART) gangguan jiwa berat 14,3 % dan terbanyak pada penduduk
yang tinggal di pedesaan (18,2%), serta pada kelompok yang penduduk dengan
kuintal indeks kepemilihan terbawah (19,5%). Prevalensi gangguan mental
emosional pada penduduk Indonesia 6,0 %. Provinsi dengan pravalensi gangguan
mental emosional tertinggi adalah Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Jawa
Barat, Di Yogyakarta dan Nusa Tenggara Timur (Kemenkes RI, 2013). Salah satu
bentuk dari gangguan kesehatan jiwa adalah Skizofrenia. Skizofrenia. merupakan
suatu penyakit otak persisten dan serius dan mengakibatkan perilaku psikologi,
pemikiran konkrit, dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan
1
interpersonal, serta memecah masalah, menurut Gail W. Stuart (2007).
Skizofrenia merupakan gangguan jiwa berupa perubahan pada psikomotor,
kemauan, afek emosi dan persepsi. Akibat dari gejala yang muncul, timbul
masalah masalah bagi klien meliputi, kurang perawatan diri, resiko menciderai
diri dan orang lain, menarik diri, dan harga diri rendah (Townsend, 1998).
Perkembangan jaman menurut kehidupan maniusia semakin modern, begitu juga
semakin bertambahnya stressor psikososial akibat budaya masyarakat modern
yang cenderung lebih sekuler, hal ini dapat menyebabkan manusia semakin sulit
menghadapi tekanan-tekanan hidup yang datang. Kondisi kritis ini juga membaw
dampak terhadap peningkatan kualitas maupun kuantitas penyakit mental-
emosional manusia. Sebagai akibat maka akan timbul gangguan jiwa khususnya
pada ganggguan isolasi sosial: Menarik diri dalam tingkat ringan ataupun berat
yang memerlukan penanganan dirumah sakit baik dirumah sakit jiwa atau diunit
perawatan jiwa dirumah sakit umum(Nurjannah, 2005).
Berdasarkan Uraian diatas dapat diberikan intervensi Asuhan Keperawatan
untuk menurunkan masalah keperawatan Klien ISOS. Pemberi asuhan
keperawatan merupakan upaya untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan
khususnya dan usaha peningkatan mutu pelayanan kesehatan pada umumnya.

1.2. Rumusan masalah


Berdasarkan teori dan hasil penelitian diatas, dapat diambil masalah bagaimanakah
Asuhan Keperawatan dengan klien ISOS?
1.3.Tujuan
a. Tujuan Umum
Melakukan Asuhan Keperawatan dengan Klien ISOS
b. Tujuan Khusus
1) Mengitifikasi pengkajian asuhan keperawatan pada klien ISOS
2) Mengidentifikasi diagnosa keperawatan pada klien ISOS
3) Mengidentifikasi perencanaan keperawatan pada klien ISOS

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Isolasi sosial menurut Townsend, dalam Kusumawati F dan Hartono Y


(2010) adalah suatu keadaan kesepian yang dirasakan seseorang karena orang lain
menyatakan negatif dan mengancam. Sedangkan Menarik diri adalah usaha
menghindari interaksi dengan orang lain. Individu merasa kehilangan hubungan
akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi perasaan, pikiran, prestasi
atau kegagalanya (Depkes, 2006 dalam Dermawan D dan Rusdi, 2013).
Isolasi sosial adalah keadaan seorang individu yang mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya.
Pasin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian dan tidak mampu membina hubungan
yang berarti dengan orang lain disekitarnya (Keliat, 2011). Jadi isolasi sosial
Menarik diri adalah suatu keadaan kesepian yang dialami seseorang karena merasa
ditolak, tidak diterima, dan bahkan pasien tidak mampu berinteraksi untuk membina
hubungan yang berarti dengan orang lain disekitarnya.

2.2 Rentang Respon


Menurut Stuart (2007). Gangguan kepribadian biasanya dapat dikenali pada
masa remaja atau lebih awal dan berlanjut sepanjang masa dewasa. Gangguan
tersebut merupakan pola respon maladaptive, tidak fleksibel, dan menetap yang
cukup berat menyababkan disfungsi prilaku atau distress yang nyata

3
Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan dengan cara
yang dapat diterima oleh norma-norma masyarakat. Menurut Riyardi S dan
Purwanto
T. (2013) respon ini meliputi:
a. Menyendiri Merupakan respon yang dilakukan individu untuk merenungkan apa
yang telah terjadi atau dilakukan dan suatu cara mengevaluasi diri dalam
menentukan rencana-rencana.
b. Otonomi Merupakan kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan
ide, pikiran, perasaan dalam hubungan sosial, individu mamapu menetapkan
untuk interdependen dan pengaturan diri.
c. Kebersamaan Merupakan kemampuan individu untuk saling pengertian, saling
member, dan menerima dalam hubungan interpersonal.
d. Saling ketergantungan Merupakan suatu hubungan saling ketergantungan saling
tergantung antar individu dengan orang lain dalam membina hubungan
interpersonal.

Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah


dengan cara-cara yang bertentangan dengan norma-norma agama dan masyarakat.
Menurut Riyardi S dan Purwanto T. (2013) respon maladaptive tersebut adalah:
a. Manipulasi Merupakan gangguan sosial dimana individu memperlakukan orang
lain sebagai objek, hubungan terpusat pada masalah mengendalikan orang lain dan
individu cenderung berorientasi pada diri sendiri. Tingkah laku mengontrol
digunakan sebagai pertahanan terhadap kegagalan atau frustasi dan dapat menjadi
alat untuk berkuasa pada orang lain.
b. Impulsif merupakan respon sosial yang ditandai dengan individu sebagai subyek
yang tidak dapat diduga, tidak dapat dipercaya, tidak mampu merencanakan tidak
mampu untuk belajar dari pengalaman dan miskin penilaian.
c. Narsisme Respon sosial ditandai dengan individu memiliki tingkah laku
ogosentris,harga diri yang rapuh, terus menerus berusaha mendapatkan
penghargaan dan mudah marah jika tidak mendapat dukungan dari orang lain.
d. Isolasi sosial Adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.
Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu
4
membina hubungan yang berarti dengan orang lain.

5
2.3 Etiologi
Terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi dan faktor
presipitasi.
a. Faktor predisposisi Menurut Fitria (2009) faktor predisposisi yang mempengaruhi
masalah isolasi sosial yaitu:
1) Faktor tumbuh kembang Pada setiap tahap tumbuh kembang terdapat tugas
tugas perkembangan yang harus terpenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam
hubungan sosial. Apabila tugas tersebut tidak terpenuhi maka akan
menghambat fase perkembangan sosial yang nantinya dapat menimbulkan
suatu masalah.
2) Faktor komunikasi dalam keluarga Gangguan komunikasi dalam keluarga
merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial.
Dalam teori ini yang termasuk masalah dalam berkomunikasi sehingga
menimbulkan ketidakjelasan (double bind) yaitu suatu keadaan dimana seorang
anggota keluarga menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu
bersamaan atau ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang menghambat
untuk hubungan dengan lingkungan diluar keluarga.
3) Faktor sosial budaya Norma-norma yang salah didalam keluarga atau
lingkungan dapat menyebabkan hubungan sosial, dimana setiap anggota
keluarga yang tidak produktif seperti lanjut usia, berpenyakit kronis dan
penyandang cacat diasingkan dari lingkungan sosialnya.
4) Faktor biologis Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang dapat
mempengaruhi gangguan hubungan sosial adalah otak, misalnya pada klien
skizfrenia yang mengalami masalah dalam hubungan memiliki struktur yang
abnormal pada otak seperti atropi otak, serta perubahan ukuran dan bentuk sel-
sel dalam limbic dan daerah kortikal.

b. Faktor presipitasi Menurut Herman Ade (2011) terjadinya gangguan hubungan


sosial juga dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal seseorang. Faktor
stressor presipitasi dapat dikelompokan sebagai berikut:
1) Faktor eksternal Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang
ditimbulkan oleh faktor sosial budaya seperti keluarga.
2) Faktor internal Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress yang terjadi

6
akibat kecemasan atau ansietas yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan
dengan keterbatasan kemampuan individu untuk mengatasinya. Ansietas ini
dapat terjadi akibat tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau tidak
terpenuhi kebutuhan individu.

2.4 Manifestasi Klinik


Tanda dan gejala yang muncul pada klien dengan isolasi sosial: menarik diri
menurut Dermawan D dan Rusdi (2013) adalah sebagai berikut:
a. Gejala Subjektif
1) Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
2) Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
3) Respon verbal kurang atau singkat
4) Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
5) Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
6) Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
7) Klien merasa tidak berguna
8) Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
9) Klien merasa ditolak
b. Gejala Objektif
1) Klien banyak diam dan tidak mau bicara
2) Tidak mengikuti kegiatan
3) Banyak berdiam diri di kamar
4) Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat
5) Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal
6) Kontak mata kurang
7) Kurang spontan
8) Apatis (acuh terhadap lingkungan)
9) Ekpresi wajah kurang berseri
10) Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
11) Mengisolasi diri
12) Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
13) Memasukan makanan dan minuman terganggu
14) Retensi urine dan feses
15) Aktifitas menurun
7
16) Kurang enenrgi (tenaga)
17) Rendah diri
18) Postur tubuh berubah,misalnya sikap fetus/janin (khusunya pada posisi tidur).

2.5 Pohon Masalah

2.6 Mekanisme Koping


Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan
yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme koping
yang sering digunakan adalah proyeksi, splitting (memisah) dan isolasi. Proyeksi
merupakan keinginan yang tidak mampu ditoleransi dan klien mencurahkan emosi
kepada orang lain karena kesalahan sendiri. Splitting merupakan kegagalan individu
dalam menginterpretasikan dirinya dalam menilai baik buruk. Sementara itu, isolasi
adalah perilaku mengasingkan diri dari orang lain maupun lingkungan (Sutejo,
2017).

2.7 Patofisiologi
Individu yang mengalami Isolasi Sosial sering kali beranggapan bahwa
sumber/penyebab Isolasi sosial itu berasal dari lingkunganya. Padahalnya rangsangan
primer adalah kebutuhan perlindungan diri secara psikologik terhadap kejadian
traumatik sehubungan rasa bersalah, marah, sepi dan takut dengan orang yang
dicintai, tidak dapat dikatakan segala sesuatu yang dapat mengancam harga diri (self
estreem) dan kebutuhan keluarga dapat meningkatkan kecemasan. Untuk dapat
mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan ansietas diperlukan suatu
mekanisme koping yang adekuat.
Sumber-sumber koping meliputi ekonomi, kemampuan menyelesaikan
masalah, tekhnik pertahanan, dukungan sosial dan motivasi. Sumber koping sebagai

8
model ekonomi dapat membantu seseorang mengintregrasikan pengalaman yang
menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang berhasil. Semua orang
walaupun terganggu prilakunya tetap mempunyai beberapa kelebihan personal yang
mungkin meliputi: aktivitas keluarga, hobi, seni, kesehatan dan perawatan diri,
pekerjaan kecerdasan dan hubungan interpersonal. Dukungan sosial dari peningkatan
respon psikofisiologis yang adaptif, motifasi berasal dari dukungan keluarga ataupun
individu sendiri sangat penting untuk meningkatkan kepercayaan diri pada individu
(Stuart & Sundeen, 1998).

2.8 Asuhan Keperawatan dengan Klien ISOS


1. Pengkajian
1) Identitas Klien
2) Alasan Masuk Alasan
3) Faktor Predisposisi
4) Pemeriksaan Fisik
5) Psikososial
6) Hubungan Sosial
7) Spritual
8) Status Mental
2. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko Gangguan Sensori Persepsi b.d Gangguan Penghidupan
2) Gangguan Isolasi Sosial b.d Ketidakmampuan Menjalin Hubungan
yang Memuaskan
3) Gangguan Identitas Diri b.d Gangguan Peran Sosial

3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Intervensi


Kreteria
Hasil

9
Isolasi Sosial b.d Luaran : Keterlibatan Sosial Promosi sosialisasi
ketidakmampuan menjalin Setelah melakukan tindakan Observasi :
hubungan yang memuaskan keperawatan selama 1x24 - Identifikasi
jam diharapkan isos kemampuan untuk
berkurang dengan kreteria berintraksi dengan
hasil : orang lain
1. Minat berintraksi - Identifikasi

1
meningkat (5) hambatan melakukan
2. Perilaku menarik intraksi dengan
diri menurun (5) orang lain
3. Perilaku Terapeutik :
bermusuhan - meningkatkan
menurun (5) keterlibatan dalam
suatu hubungan
- Motivasi kesabaran
dalam
mengembangkan
suatu hubungan
Edukasi :
- Anjurkan berintraksi
dengan orang lain
secara bertahap
- Anjurkan ikut serta
kegiatan sosial dan
kemasyarakatan
- Latih mengekpresi
marah dengan
tepat

1
BAB III

STRATEGI PELAKSANAAN

 Fase Orientasi
Perawat : Assalamualaikum ibu, selamat
siang Pasien : Waalaikumsalam, siang sus
Perawat : Perkenalkan saya perawat ( nama ) yang bertugas pada siang hari
ini dari jam 13.00-21.00. kalau boleh tau nama ibu siapa ya bu ?
Senangnya dipanggil apa ?
Pasien : Nama saya zea andini sus, bisa dipanggil zea saja
Perawat : Baik ibu, apakah kita bisa berbincang-bincang tentang apa yang
ibu rasakan sekarang ?
Pasien : Boleh sus
Perawat : Berapa lama ibu mau berbincang-bincang, bagaimana kalau
15mnt?
Paisen : Iya, tapi jangan lewat dari 15 menit
Perawat : Baik ibu, dimana enaknya kita berbincang
bu? Pasien : Disini saja
 Fase Kerja
Perawat : Bagaimana perasaan ibu zea hari ini?
Pasien : Saya merasa bosan dan tidak berguna
sus
Perawat : Oh jadi ibu merasa bosan dan tidak berguna, apakah ibu suka
menyindiri ?
Pasien : Iya sus
Perawat : Dengan siapa ibu tinggal dirumah
? Pasien : Dengan keluarga saya sus
Perawat : Siapa yang paling dekat dengan ibu
? Pasien : Orang tua saya sus
Perawat : Apa yang membuat ibu dekat dekat dengan orang tersebut ?
Pasien : Karna hanya orang tua saya yang mengerti saya dan mau
menemani saya tanpa membicarakan hal yang tidak saya sukai
Perawat : Siapa anggota keluarga atau teman ibu yang tidak dekat dengan
ibu ?

1
Pasien : Adik saya dan orang – orang yang ada dilingkungan saya sus

1
Perawat : Apa yang membuat ibu tidak dekat dengan orang-orang tersebut
?
Pasien : karna adik saya memusuhi saya dan saya juga merasa malu
dengan teman-teman saya
Perawat : Apa saja yang biasa ibu lakukan saat bersama keluarga ?
Pasien : Saya tidak melakukan apa-apa, saya hanya sering menyendiri
dikamar saya
Perawat : Bagaimana dengan teman-teman yang lain? Apakah ada
pengalaman yang tidak menyenangkan ketika bergaul dengan orang lain?
Apa yang menghambat ibu berteman dan bercakap-cakap dengan orang
lain?
Pasien : Ada sus, saya pernah mendengar mereka membicarakan saya dan
menganggap saya tidak berguna dan jelek
Perawat : Saya mengerti perasaan ibu, tapi apakah ibu tau keuntungan
kalau mempunyai teman ?
Pasien : Mungkin hidup tidak sepi karna bisa berbagi cerita dan saling
tolong menolong
Perawat : Wah benar sekali ibu, kita mempunyai teman agar bisa
berbincang-bincang dan tidak merasakan kesepian, terus apalagi ibu?
Pasien : (Sebutkan beberapa keuntungan berteman)
Perawat : Nah, kalau kerugian kita tidak mempunyai teman apa ibu?
Pasien : (Sebutkan kerugian tidak memiliki teman)
Perawat : Selain itu apalagi bu?
Pasien : (Sebutkan beberapa kerugian lagi)
Perawat : Kalau begitu apakah ibu ingin belajar berteman dengan orang
lain?
Pasien : mau sus
Perawat : Nah untuk memulainya sekarang ibu latihan berkenalan dengan
saya terlebih dahulu. Begini bu, untuk dengan orang lain kita sebutkan
nama kita terlebih dahulu dan nama panggilan yang kita sukai. Contohnya
: nama saya putri ayu senang dipanggil ayu. Selanjutnya ibu menanyakan
nama orang yang diajak bekenalan, contohnya : nama ibu siapa ? senannya
dipanggil apa ?
Ayo bu coba dipraktekkan misalnya saya belum kenal dengan ibu, coba
1
ibu berkenalan dengan saya
Pasien : Perkenalkan nama saya zea andini senangnya dipanggil zea, kalau
suster namanya siapa dan senang dipanggil apa ?
Perawat : Ya bagus sekali ibu, coba sekali lagi bu
Pasien : Perkenalkan nama saya zea andini senangnya dipanggil zea, kalau
suster namanya siapa dan senang dipanggil apa ?
Perawat : Ya, bagus sekali ibu...!!!
 Fase Terminasi
Perawat : Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan berkenalan ?
Pasien : Saya sedikit lega karna saya sudah tau cara berkenalan dengan
orang lain sus
Perawat : Baiklah ibu, dalam satu hari mau berapa kali ibu latihan
bercakap cakap dengan teman? Dua kali ya ibu? baiklah jam berapa ibu
akan latihan? Ini ada jadwal kegiatan, kita isi pas jam 11:00 dan 15:00
kegiatan ibu adalah bercakap-cakap dengan teman sekamar. Jika ibu
melakukanya secara mandiri makan ibu menuliskan M, jika ibu
melakukannya dibantu atau diingatkan oleh keluarga atau teman maka ibu
buat D, jika ibu tidak melakukanya maka ibu tulis T. apakah ibu mengerti?
Coba ibu ulangi?
Pasien : Jika dilakukan secara mandiri ditulis M, jika melakukannya
dibantu atau diingatkan pleh keluarga ditulis D dan jika tidak dilakukan
ditulis T.
Perawat : nah, bagus bu... Baiklah ibu bagaimana kalau besok kita
berbincang-bincang tentang pengalaman ibu bercakap-cakap dengan
teman-teman baru dan latihan bercakap-cakap dengan topik tertentu.
apakah ibu bersedia? Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00?
Pasien : Baik sus
Perawat : Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang?
Pasien : Bagaimana kalau di ruang tamu??
Perawat : Baiklah bu besok saya akan kesini jam 11:00 sampai jumpa
besok ibu. saya permisi Assalamualaikum Wr.Wb.

1
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Masyarakat atau komunitas merupakan bagian dari subjek dan objek


pelayanan kesehatan dan dalam seluruh proses perubahan yang sudah semestinya
perlu dilibatkan secara lebih aktif dalam usaha peningkatan status kesehatan dan
mengikuti seluruh kegiatan kesehatan komunitas. Pada asuhan keperawatan
komunitas tentu dilakukan pencegahan penyakit yang menjadi salah satu upaya
untuk mencegah terjadinya penyakit pada kelompok tertentu, khususnya
kelompok yang berisiko disuatu wilayah. Adapun jenis pencegahan penyakit
komunitas sendiri terbagi menjadi 3 kategori yaitu pencegahan tingkat primer,
sekunder dan tersier

Pada komunitas juga membahas terkait demografi dan ilmu kependudukan


yang mana hal ini berkaitan dengan faktor-faktor yang berubah dari waktu
kewaktu. Klien sebagai mitra diartikan bahwa klien dan lingkungannya berada
dalam interaksi yang dinamis dan memiliki tiga garis pertahanan, yaitu fleksible
line of defense, normal line of defense, dan resistance defense. Intinya ada dua
komponen penting dalam model ini, yaitu roda pengkajian komunitas dan proses
keperawatan. Adapun prinsip dari keperawatan komunitas yaitu kemanfaatan,
kerjasama, secara langsung, keadilan dan otonomi klien. Teori dan Model pada
keperawatan komuniitas yaitu model sistem imogene, adaptasi, selfcare, health
care system dan community as partner. Asuhan keperawatan yang dilakukan
dimulai dari perencanaan, implementasi dan evaluasi. Pemenuhan kesehatan
komunitas dapat diberikan melalui adanya puskesmas yang memiliki fungsi dalam
memberikan pembinaan, pelaksanaan layanan kesehatan dasar dan peran serta
masyarakat.

4.2 Saran

Kepada tenaga kesehatan diharapkan dapat mengoptimalkan pemberian


asuhan keperawatan kepada komunitas dengan berdasarkan beberapa aspek dan
teori sehingga pemberian asuhan dapat tepat dan berdampak pada kesehatan
komunitas.

1
DAFTAR PUSTAKA

Achmad Nur Sutikno. (2020). Bonus Demografi Di Indonesia. VISIONER : Jurnal


Pemerintahan Daerah Di Indonesia, 12(2), 421–439.
https://doi.org/10.54783/jv.v12i2.285
Amin, L. M. (2019). Sistem Pelayanan Asuhan Keperawatan Kesehatan
Komunitas: Studi Kasus di Dusun Mensaleng. Jurnal Kesehatan Qamarul
Huda, 7(2), 59–70. https://doi.org/10.37824/jkqh.v7i2.2019.156
Amna R. (2019). Pendidikan Kependudukan. 9–25.
Irawan, J. (2020). Program - Program yang Ada di UPTD Puskesmas.
Syarifudin, A. (2020). Tren Demografi dan Pengaruhnya Terhadap Pendidikan.
Jurnal Jendela Bunda PG-PAUD UMC, 8(1), 32–48.
https://ojs3.umc.ac.id/index.php/JJB/article/view/1073/729
Wahyuni. (2016). Epidemiologi dan Demografi. http://eprints.aiska-
university.ac.id/1559/1/Isi bk Epidemiologi.pdf
Widagdo, W. dan S. N. K. (2016). Keperawatan Keluarga dan Komunitas. In
Pusdik SDM Kesehatan.

1
1

Anda mungkin juga menyukai