Anda di halaman 1dari 33

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN

ISOLASI SOSIAL” MENARIK DIRI

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3 :

1. EMA ULUL AZMI


2. HENDRA FEBRIANTO ADNAN
3. MUHAMMAD ASGAR HISHOM
4. NI LUH PUTU ULANDARI
5. NUR INTAN KOMALA SARI
6. NI AYU RATNA YULIANI
7. PATRIA IZAWATI
8. YUSI RIZKIANTI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM

TAHUN AKADEMIK 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama AIIAH SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-nya kepada kami, dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Isolasi Sosial:Menarik Diri” ini dengan baik.

Dalam penyusunan makalah ini mungkin kami mengalami kesulitan dan kendala yang
disebabkan oleh keterbatasan kemampuan, pengetahuan, dan wawasan serta pola pikir kami.
Namun berkat keyakinan, keinginan, dan usaha dengan sungguh-sungguh akhirnya semua
hambatan itu dapat kami atasi dengan baik.

Kami menyadari sedalam-dalamnya bahwa kami tidaklah sempurna dalam pembuatan


makalah ini. Dengan demikian kami berharap dengan dibuatnya makalah ini dapat memenuhi
persyaratan dalam mata kuliah Keperawatan Jiwa I ini dapat bermanfaat bagi pembuat serta
para pembaca lainnya.

Mataram,14 Mei 2021


 

(kelompok 3)

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR PUSTAKA

HALAMAN..........................................................................................................................I

KATA PENGANTAR..........................................................................................................II

DAFTAR ISI.........................................................................................................................III

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang .........................................................................................................4

B. Rumusan Masalah ....................................................................................................5


C. Tujuan.......................................................................................................................5
BAB II Tinjauan Pustaka

A. Tinjauan Teori.........................................................................................................6
1. Pengertian............................................................................................................7
2. Rentang Respon...................................................................................................7
3. Etiologi ................................................................................................................9
4. Manifestasi Klinik................................................................................................11
5. Patopsikologi .......................................................................................................12

BAB III Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian..................................................................................................................14
2. Diagnosa keperawatan...............................................................................................14
3. Tindakan keperawatan ..............................................................................................14
4. Implementasi..............................................................................................................14
5. Evaluasi .....................................................................................................................25

BAB IV Penutup

A. Kesimpulan................................................................................................................29
B. Saran..........................................................................................................................29

Daftar Pustaka.....................................................................................................................30

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia,karena
tanpa kesehatan manusia sulit untuk menjalankan aktivitas. MenurutUndang Undang No 36
tahun 2009 tentang kesehatan, kesehatan adalah suatukeadaan sehat, baik secara
fisik,mental, spiritual maupun sosial yangmemungkinkan setiap orang hidup untuk produktif
secara sosial dan ekonomis.
Berdasarkan Undang Undang No. 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa,kesehatan
jiwa adalah suatu kondisi dimana seorang individu dapat berkembangsecara fisik, mental,
spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadarikemampuan sendiri, dapat
mengatasi tekanan, dapat bekerja, secara produktif, danmampu memberikan kontribusi pada
komunitasnya.
Sedangkan menurut American Nurses Association (ANA) tentangkeperawatan jiwa,
keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktekkeperawatan yang menggunakan ilmu
dan tingkah laku manusia sebagai dasardan menggunakan diri sendiri secara terapeutik
dalam meningkatkan,mempertahankan, serta memulihkan kesehatan mental klien dan
kesehatan mentalmasyarakat dimana klien berada. Selain keterampilan teknik dan alat
klinik,perawat juga berfokus pada proses terapeutik menggunakan diri sendiri (use
selftherapeutic) (Kusumawati F dan Hartono Y, 2010).
Prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia 1.7 per mil.Gangguan jiwa
berat terbanyak di Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Bali danJawa Tengah. Proporsi
Rumah Tangga (RT) yang pernah memasung AnggotaRumah Tangga (ART) gangguan jiwa
berat 14,3 % dan terbanyak pada pendudukyang tinggal di pedesaan (18,2%), serta pada
kelompok yang penduduk dengankuintal indeks kepemilihan terbawah (19,5%). Prevalensi
gangguan mentalemosional pada penduduk Indonesia 6,0 %. Provinsi dengan pravalensi
gangguan mental emosional tertinggi adalah Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Jawa
Barat, Di Yogyakarta dan Nusa Tenggara Timur (Kemenkes RI, 2013).
Salah satu bentuk dari gangguan kesehatan jiwa adalah
Skizofrenia.Skizofrenia.merupakan suatu penyakit otak persisten dan serius dan
4
mengakibatkan perilaku psikologi, pemikiran konkrit, dan kesulitan dalam memproses
informasi, hubungan interpersonal, serta memecah masalah, menurut Gail W. Stuart (2007).
Skizofrenia merupakan gangguan jiwa berupa perubahan pada psikomotor,kemauan,
afek emosi dan persepsi. Akibat dari gejala yang muncul, timbul masalah masalah bagi klien
meliputi, kurang perawatan diri, resiko menciderai diri dan orang lain, menarik diri, dan
harga diri rendah (Townsend, 1998).
Perkembangan jaman menurut kehidupan maniusia semakin modern, begitu juga
semakin bertambahnya stressor psikososial akibat budaya masyarakat modern yang
cenderung lebih sekuler, hal ini dapat menyebabkan manusia semakin sulit menghadapi
tekanan-tekanan hidup yang datang.Kondisi kritis ini juga membaw dampak terhadap
peningkatan kualitas maupun kuantitas penyakit mental-emosional manusia. Sebagai akibat
maka akan timbul gangguan jiwakhususnya pada ganggguan isolasi sosial: Menarik diri
dalam tingkat ringan ataupun berat yang memerlukan penanganan dirumah sakit baik
dirumah sakit jiwa atau diunit perawatan jiwa dirumah sakit umum(Nurjannah, 2005).
Menurut Dermawan dan Rusdi (2013), Isolasi sosial: Menarik diri adalahkeadaan
dimana seseorang mengalami atau tidak mampu berintraksi dengan oranglain disekitarnya.
Klien mungkin merasa ditolak,tidak diterima, kesepian dantidak mampu menbina hubungan
yang berarti dengan orang lain.
Berdasarkan hasil pencatatan Rekam Medik (RM) Rumah Sakit Jiwa
DaerahSurakarta pada bulan Januari dan Februari 2015, ditemukan masalah
keperawatanpada klien rawat inap dan rawat jalan yaitu Halusinasi mencapai
5.077klien,Risiko Prilaku Kekerasan 4.074 klien, Defisit perawatan Diri 1.634 klien,
IsolasiSosial 1.617 klien, Harga Diri Rendah 1.087 klien dan Waham 363 klien.
Data diatas tersebut didapatkan masalah isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa daerah
Surakarta menempati posisi ke empat dan perawat bertanggung jawab dalam meningkatkan
derajat kemampuan jiwa klien seperti meningkatkan percaya diri klien dan mengajarkan
untuk berinteraksi dengan orang lain. Memberikan pengertian tentang kerugian menyendiri
dan keuntungan dari berinteraksi dengan orang lain sehingga diharapkan mampu terjadi
peningkatan interaksi pada klien.Berdasarkan hal tersebut saya selaku penulis tertarik untuk
mengangkat masalah isolasi sosial: Menarik diri menjadi masalah keperawatan utama dalam

5
pembuatan Karya Tulis Ilmiah, dan sekaligus ingin mengetahui sejauh mana dalam proses
keperawata isolasi sosial tersebut

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah keperawatan tersebut, maka penulis merumuskan
masalah keperawatan “bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah
utama gangguan isolasi sosial: menarik diri.

C. TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Umum:
Tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah penulis mampu melakukan asuhan
keperawatan pada klien dengan menarik diri di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.
2. Tujuan Khusus:
Tujuan khusus penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah agar penulis mampu:
a. Melaksanakan pengkajian data pada klien dengan masalah utama isolasi sosial:
menarik diri.
b. Menganalisa masalah pada klien dengan isolasi sosial: menarik diri.
c. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan isolasi sosial: menarik diri.
d. Merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan isolasi sosial: menarik diri.
e. Mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan pada klien dengan isolasi
sosial: menarik diri.
f. Mengevaluasi tindakan keperawatan pada klien dengan isolasi sosial: menarik diri.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Pengertian
Isolasi sosial menurut Townsend, dalam Kusumawati F dan Hartono Y (2010)
adalah suatu keadaan kesepian yang dirasakan seseorang karena orang lain menyatakan
negatif dan mengancam. Sedangkan Menarik diri adalah usaha menghindari interaksi
dengan orang lain. Individu merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai
kesempatan untuk berbagi perasaan,pikiran, prestasi atau kegagalanya (Depkes, 2006 dalam
Dermawan D dan Rusdi, 2013).
Isolasi sosial adalah keadaan seorang individu yang mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasin merasa
ditolak, tidak diterima, kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan
orang lain disekitarnya (Keliat, 2011).
Jadi isolasi sosial Menarik diri adalah suatu keadaan kesepian yang dialami
seseorang karena merasa ditolak, tidak diterima, dan bahkan pasien tidak mampu
berinteraksi untuk membina hubungan yang berarti dengan orang lain disekitarnya.
2. Rentang Respon
Menurut Stuart (2007). Gangguan kepribadian biasanya dapat dikenali pada masa
remaja atau lebih awal dan berlanjut sepanjang masa dewasa. Gangguan tersebut merupakan
pola respon maladaptive, tidak fleksibel, dan menetap yang cukup berat menyababkan
disfungsi prilaku atau distress yang nyata..

Respon Adatif Respon Maladatif

Menyendiri Kesepian Manipulasi


Otonomi Menarik Diri Impulsif
Kebersamaan Ketergantungan Narsisisme
7
Saling Ketergantungan

Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan dengan cara yang dapat
diterima oleh norma-norma masyarakat. Menurut Riyardi S dan Purwanto T. (2013) respon
ini meliputi:
a. Menyendiri
Merupakan respon yang dilakukan individu untuk merenungkan apa yang telah
terjadi atau dilakukan dan suatu cara mengevaluasi diri dalam menentukan rencana-
rencana.
b. Otonomi
Merupakan kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan ide,
pikiran, perasaan dalam hubungan sosial, individu mamapu menetapkan untuk
interdependen dan pengaturan diri.
c. Kebersamaan
Merupakan kemampuan individu untuk saling pengertian, saling member, dan
menerima dalam hubungan interpersonal.
d. Saling ketergantungan
Merupakan suatu hubungan saling ketergantungan saling tergantung antar individu
dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah dengan
cara-cara yang bertentangan dengan norma-norma agama dan masyarakat. Menurut
Riyardi S dan Purwanto T. (2013) respon maladaptive tersebut adalah:
a. Manipulasi
Merupakan gangguan sosial dimana individu memperlakukan orang lain sebagai
objek, hubungan terpusat pada masalah mengendalikan orang lain dan individu
cenderung berorientasi pada diri sendiri. Tingkah laku mengontrol digunakan
sebagai pertahanan terhadap kegagalan atau frustasi dan dapat menjadi alat untuk
berkuasa pada orang lain.
b. Impulsif

8
Merupakan respon sosial yang ditandai dengan individu sebagai subyek yang tidak
dapat diduga, tidak dapat dipercaya, tidak mampu merencanakan tidak mampu untuk
belajar dari pengalaman dan miskin penilaian.
c. Narsisme
Respon sosial ditandai dengan individu memiliki tingkah laku ogosentris,harga diri
yang rapuh, terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan mudah marah
jika tidak mendapat dukungan dari orang lain.
d. Isolasi sosial
Adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan ataubahkan sama
sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang laindisekitarnya. Pasien mungkin
merasa ditolak, tidak diterima, kesepian,dan tidak mampu membina hubungan yang
berarti dengan orang lain.
3. Etiologi
Terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi dan faktor presipitasi.
a. Faktor predisposisi
Menurut Fitria (2009) faktor predisposisi yang mempengaruhi masalah isolasi sosial
yaitu:
1) Faktor tumbuh kembang
Pada setiap tahap tumbuh kembang terdapat tugas tugas perkembangan yang
harus terpenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial.
Apabila tugas tersebut tidak terpenuhi maka akan menghambat fase
perkembangan sosial yang nantinya dapat menimbulkan suatu masalah.
Tabel 1.Tugas perkembangan berhubungan dengan pertumbuhan interpersonal
(Stuart dan Sundeen, dalam Fitria,2009).
Tahap perkembangan Tugas
Masa bayi Menetapkan rasa percaya
Masa bermain Mengembangkan otonomi dan awal perilaku mandiri
Masa prasekolah Melajar menunjukan inisiatif, rasa tanggung jawab, dan
hati nurani
Masa sekolah Belajar Belajar berkompetisi, bekerja sama, dan berkompromi
Masa praremaja Menjalin hubungan intim dengan teman sesama jenis
9
kelamin
Masa dewasa muda Menjadi saling bergantung antara orang tua dan
teman,mencari pasangan, menikah dan mempunyai anak
Masa tenga baya Belajar menerima hasil kehidupan yang sudah dilalui
Masa dewasa tua Berduka karena kehilangan dan mengembangkan perasaan
ketertarikan dengan budaya

2) Faktor komunikasi dalam keluarga


Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung terjadinya
gangguan dalam hubungan sosial.Dalam teori ini yang termasuk masalah dalam
berkomunikasi sehingga menimbulkan ketidakjelasan (double bind) yaitu suatu
keadaan dimana seorang anggota keluarga menerima pesan yang saling
bertentangan dalam waktu bersamaan atau ekspresi emosi yang tinggi dalam
keluarga yang menghambat untuk hubungan dengan lingkungan diluar keluarga.
3) Faktor sosial budaya
Norma-norma yang salah didalam keluarga atau lingkungan dapat menyebabkan
hubungan sosial, dimana setiap anggota keluarga yang tidak produktif seperti
lanjut usia, berpenyakit kronis dan penyandang cacat diasingkan dari lingkungan
sosialnya.
4) Faktor biologis
Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi gangguan
dalam hubungan sosial.Organ tubuh yang dapat mempengaruhi gangguan
hubungan sosial adalah otak, misalnya pada klien skizfrenia yang mengalami
masalah dalam hubungan memiliki struktur yang abnormal pada otak seperti
atropi otak, serta perubahan ukuran dan bentuk sel-sel dalam limbic dan daerah
kortikal.
b. Faktor presipitasi
Menurut Herman Ade (2011) terjadinya gangguan hubungan sosial juga dipengaruhi
oleh faktor internal dan eksternal seseorang. Faktor stressor presipitasi dapat
dikelompokan sebagai berikut:
1) Faktor eksternal
10
Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang ditimbulkan oleh
faktor sosial budaya seperti keluarga.
2) Faktor internal
Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress yang terjadi akibat kecemasan
atau ansietas yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan
kemampuan individu untuk mengatasinya.Ansietas ini dapat terjadi akibat
tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau tidak terpenuhi kebutuhan
individu.
4. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala yang muncul pada klien dengan isolasi sosial: menarik diri menurut
Dermawan D dan Rusdi (2013) adalah sebagai berikut:
a. Gejala Subjektif
1) Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
2) Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
3) Respon verbal kurang atau singkat
4) Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
5) Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
6) Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
7) Klien merasa tidak berguna
8) Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
9) Klien merasa ditolak
b. Gejala Objektif
1) Klien banyak diam dan tidak mau bicara
2) Tidak mengikuti kegiatan
3) Banyak berdiam diri di kamar
4) Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yangterdekat
5) Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal
6) Kontak mata kurang
7) Kurang spontan
8) Apatis (acuh terhadap lingkungan)
9) Ekpresi wajah kurang berseri
11
10) Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
11) Mengisolasi diri
12) Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
13) Memasukan makanan dan minuman terganggu
14) Retensi urine dan feses
15) Aktifitas menurun
16) Kurang enenrgi (tenaga)
17) Rendah diri
18) Postur tubuh berubah,misalnya sikap fetus/janin (khusunya pada posisitidur).
5. Patopsikologi
Individu yang mengalami Isolasi Sosial sering kali beranggapanbahwa sumber/penyebab
Isolasi sosial itu berasal dari lingkunganya.Padahalnya rangsangan primer adalah
kebutuhan perlindungan diri secarapsikologik terhadap kejadian traumatik sehubungan
rasa bersalah, marah, sepi dan takut dengan orang yang dicintai, tidak dapat dikatakan
segala sesuatu yang dapat mengancam harga diri (self estreem) dan kebutuhan keluarga
dapat meningkatkan kecemasan.Untuk dapat mengatasi masalah-masalah yang berkaitan
dengan ansietas diperlukan suatu mekanisme koping yang adekuat.Sumber-sumber
koping meliputi ekonomi, kemampuan menyelesaikan masalah, tekhnik pertahanan,
dukungan sosial dan motivasi. Sumber koping sebagai model ekonomi dapat membantu
seseorang mengintregrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi
strategi koping yang berhasil. Semua orang walaupun terganggu prilakunya tetap
mempunyai beberapa kelebihan personal yang mungkin meliputi: aktivitas keluarga,
hobi, seni, kesehatan dan perawatan diri, pekerjaan kecerdasan dan hubungan
interpersonal. Dukungan sosial dari peningkatan respon psikofisiologis yang adaptif,
motifasi berasal dari dukungan keluarga ataupun individu sendiri sangat penting untuk
meningkatkan kepercayaan diri pada individu (Stuart &Sundeen, 1998)

12
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN


ISOLASI SOSIAL

Kotak 5.2 Format Pengkajian Pasien Isolasi Sosial Hubungan Sosial


a. Orang yang berarti bagi pasien:
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat:
c. Hambatan berhubungan dengan orang Iain:
Masalah keperawatan :

a. Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang


Iain.
b. Pasien merasa tidak aman berada dengan orang Iain.
c. Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang
Iain.
d. Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu.
e. Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan.
f. Pasien merasa tidak berguna.
g. Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup.
Pertanyaan-pertanyaan berikut ini dapat Anda tanyakan pada saat wawancara untuk
mendapatkan data subjektif:

a. Bagaimana pendapat pasien terhadap orang-orang di sekitarnya (keluarga atau


tetangga)?
b. Apakah pasien memiliki teman dekat? Jika ada, siapa teman dekatnya?
c. Apa yang membuat pasien tidak memiliki orang yang terdekat dengannya?
d. Apa yang pasien inginkan dari orang-orang di sekitarnya?
e. Apakah ada perasaan tidak aman yang dialami oleh pasien?
f. Apa yang menghambat hubungan yang harmonis antara pasien dan orang sekitarnya?

13
g. Apakah pasien merasakan bahwa waktu begitu lama berlalu?
h. Apakah pernah ada perasaan ragu untuk dapat melanjutkan hidup?

Tanda dan gejala isolasi sosial yang didapat melalui observasi.


a. Tidak memiliki teman dekat.
b. Menarik diri.
c. Tidak komunikatif.
d. Tindakan berulang dan tidak bermakna.
e. Asyik dengan pikirannya sendiri.
f. Tidak ada kontak mata.
g. Tampak sedih, afek tumpul.

Pendokumentasian asuhan keperawatan dilakukan pada setiap tahap proses


keperawatan yang meliputi dokumentasi pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan,
implementasi tindakan keperawatan, dan evaluasi.

Diagnosis keperawatan

Selanjutnya, setelah pengkajian dilakukan dan didokumentasikan, masalah


keperawatan dirumuskan dan diagnosis keperawatan ditegakkan. Berdasarkan pengkajian
tersebut, masalah keperawatan yang dirumuskan adalah isolasi sosial.

Strategi pelaksanaan

a. SP 1 pasien: Membina hubungan saling percaya, membantu pasien mengenal


penyebab isolasi sosial, membantu pasien mengenal manfaat berhubungan dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain, dan mengajarkan pasien
berkenalan.
Peragakan komunikasi di bawah ini!
b. SP 2 pasien : mengajarkan pasien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan
orang pertama[perawat])

14
c. SP 3 pasien : Melatih pasien berinteraksi secara bertahap (Berkenalan dengan
orang kedua).

Strategi pelaksanaan
a. SP 1 keluarga : Memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga mengenai
masalah isolasi sosial,penyebab isolasi sosial,dan cara merawat pasien isolasi
sosial.peragakan kepada pasangan anda komunikasi di bawah ini!
b. SP 2 keluarga : Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien isolasi
sosial langsung di hadapan pasien
c. SP 3 keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga peragakan
komunikasi dibawah ini!

Tindakan keperawatan
Setelah dibuat perumusan masalah dan diagnosis keperawatan ditegakkan perawat
dapat melakukan tindakan keperawatan pada pasien dan keluarga.
a. Tindakan keperawatan pada pasien
1. Tujuan keperawatan
a) Pasien dapat membina hubungan saling percaya.
b) Pasien dapat menyadari penyebab isolasi sosial.
c) Pasien dåpat berinteraksi dengan orang lain.
2. Tindakan keperawatan
a) Membina hubungan saling percaya
Untuk membina hubungan saling percaya dengan pasien isolasi sosial kadang
membutuhkan waktu yang lama dan interaksi yang singkat serta sering karena
tidak mudah bagi pasien untuk percaya pada orang lain. Oleh karena itu, perawat
harus konsisten bersikap terapeutik terhadap pasien. Selalu menepati janji adalah
salah satu upaya yang dapat dilakukan. Pendekatan yang konsisten akan
membuahkan hasil. Jika pasien sudah per caya dengan perawat, program asuhan

15
keperawatan lebih mungkin dilaksanakan. Membina hubungan saling percaya da
pat dilakukan dengan cara:
1) Ucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien.
2) Berkenalan dengan pasien: perkenalkan nama lengkap dan nama panggilan
perawat serta tanyakan nama lengkap dan nama panggilan pasien.
3) Tanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini.
4) Buat kontrak asuhan: Apa yang perawat akan lakukan bersama pasienberapa
lama akan dikerjakan, dan tempat pelaksanaan kégiatan.
5) Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk
kepentingan terapi.
6) Tunjukkan sikap empati terhadap pasien setiap saat.
7) Penuhi kebutuhan dasar pasien jika mungkin.
b) Membantu pasien mengenal penyebab isolasi sosial dengan cara :
1) Tanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang
lain.
2) Tanyakan penyebab pasien tidak ingin berinteraksi dengan orang lain.
c) Bantu pasien untuk mengenal manfaat berhubungan dengan orang lain
dengan cara mendiskusikan mánfaat jika pasien memiliki banyak teman.
d) Membantu pasien -mengenal kerugian tidak berhubungan dengan cara
sebagai berikut.
1) Diskusikan kerugian jika pasien hanya mengurung diri dan tidak bergaul
dengan orang lain
2) Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik pasien.
e) Membantu pasien untuk berinteraksi dengan orang lain secara bertahap.
Perawat tidak mungkin secara drastis mengubah kebiasaan pasien dalam berinteraksi
dengan orang lain karena kebiasaan tersebut telah terbentuk dalam jangka waktu yang lama.
Untuk itu, perawat dapat melatih pasien berinteraksi secara bertahap. Mungkin pada awalnya,
pasien hanya akan akrab dengan perawat, tetapi setelah itu perawat harus membiasakan
pasien untuk dapat berinteraksi secara bertahap dengan orang-orang di sekitarnya. Perawat
dapat melatih pasien berinteraksi dengan cara berikut.

16
a. Memberikan kesempatan pasien mempraktikkan cara berinteraksi dengan orang lain yang
dilakukan di hadapan Anda.
b. Mulailah bantu pasien berinteraksi dengan satu orang (pasien, perawat atau keluarga).
c. Jika pasien sudah menunjukkan kemajuan, tingkatkan jumlah interaksi dengan dua, tiga,
empat orang dan seterusnya
d. Berilah pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan oleh pasien,
e. Dengarkan ekspresi perasaan pasien setelah berinteraksi dengan orang lain. Mungkin
pasien akan mengungkapkan keberhasilan atau kegagalannya. Berilah dorongan terus-
menerus agar pasien tetap semangat meningkatkan interaksinya.

b.Tindakan keperawatan pada keluarga

1. Tujuan keperawatan
Setelah tindakan keperawatan,keluarga dapat merawat pasien isolasi sosial.
2. Tindakan keperawatan
Keluarga merupakan sistem pendukung utama bagi pasien untuk dapat membantu pasien
mengatasi masalah isolasi sosial ini karena keluargalah yang selalu bersama-sama
dengan pasien sepanjang hari.tindakan keperawatan agar keluarga dapat merawat pasien
dengan isolasi sosial di rumah meliputi hal-hal berikut.
a) Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien.
b) Jelaskan tentang :
1) Masalah isolasi sosial dan dampaknya pada pasien.
2) Penyebab isolasi sosial
3) Cara-cara merawat pasien dengan isolasi sosial,yaitu:
a. Bina hubungan saling percaya dengan pasien dengan cara bersikap peduli
dan tidak ingkar janji
b. Berikan semangat dan dorongan kepada pasien untuk dapat melakukan
kegiatan bersama-sama dengan orang lain,yaitu dengan tidak mencela
kondisi pasien dan memberikan pujian yang wajar.
c. Tidak membiarkan pasien sendiri di rumah.
d. Buat rencana atau jadwal bercakap-cakap dengan pasien.

17
c) Peragakan cara merawat pasien dengan isolasi sosial
d) Bantu keluarga mempraktikkan cara merawat yang telah dipelajari,mendiskusikan
masalah yang dihadapi.
e) Susun perencanaan pulang bersama keluarga.

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

a. SP 1 pasien : Membina hubungan saling percaya, membantu pasien mengenal


penyebab isolasi sosial, membantu pasien mengenal manfaat berhubungan dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain, dan mengajarkan pasien
berkenalan.
Peragakan komunikasi di bawah ini!

Orientasi
"Selamat pagi! Saya Suster HS. Saya senang dipanggil Suster H Saya perawat di Ruang
Mawar ini”
"Siapa nanla Anda? Senang dipanggil apa?"

"Apa keluhan S hari ini?" Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan teman-
teman S? Mau di mana kita bercakap cakap? Bagaimana kalau di ruang tamu? Mau berapa
lama, S? Bagaimana kalau 15 menit?"

Kerja

(Jika pasien barü).

"Siapa saja yang tinggal serumah dengan S? Siapa yang paling dekat dengan S? Siapa Yang
jarang bercakap-cakap dengan S? Apa Yang InembuatS jarang bercakap-cakap dengannya?"

(Jika pasien sudah lama dirawat)

''Apa Yang S rasakan selama S dirawat disini? S merasa sendirian?

18
Siapa saja Yang S kenal di ruangan ini?"
"Apa saja kegiatan yang biasa S lakukan dengan teman Yang S kenal ?"
"Apa yang menghambat S dalam berteman atau bercakap-cakap dengan pasien yang Iain?"
"Menurut S, apa saja manfaatnya kalau kita memiliki teman?Wah benar, ada teman
bercakap-cakap. Apa lagi? (Sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) Nah, apa
kerugiannya kalau S tidak memiliki teman? Ya, apa lagi? (Sampai pasien clapat
menyebutkan beberapa). Nah, banyåk juga ruginya tidak punya teman ya? Jadi, apakah S
belajar bergaul dengan orang Iain?"
"Bagus! Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang Iain?"
“Begini lho S,untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama kita,nama
panggilan yang kita suka,asal kita,dan hobi kita.Contohnya : Nama Saya SN,senang dipanggil
S. Asal saya dari kota X,hobi memasak.”
“Ayo S dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan S. Coba berkenalan dengan saya!
Ya,bagus sekali! Coba sekali lagi.bagus sekali!”
“Setelah S berkenalan dengan orang tersebut S bisa melanjutkan percakapan tentang hal-hal
yang menyenangkan S bicarakan,misalnya tentang cuaca,tentang hobi,tentang
keluarga,pekerjaan,dan sebagainya.”
Terminasi
“Bagaimana perasaan S setelah kita latihan berkenalan?”
“S tadi sudah mempraktikkan cara berkenalan dengan baik sekali.Selanjutnya S dapat
mengingat ingat apa yang kita pelajari tadi selama saya tidak ada sehingga S lebih siap untuk
berkenalan dengan orang lain.S mau mempraktikkan ke orang lain? Bagaimana kalau S
mencoba berkenalan dengan teman saya,perawat N.Bagaimana,S mau kan?”
“Baiklah,sampai jumpa!”

b. SP 2 pasien : Mengajarkan pasien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan


orang pertama[perawat])

19
Orientasi
“Selamat pagi S! Bagaimana perasaan S hari ini ?”
“Sudah diingat-ingat lagi pelajaran kita tentang berkenalan? Coba sebutkan lagi sambil
bersalaman dengan Suster!”
“Bagus sekali,S masih ingat.Nah,seperti janji saya,saya akan mengajak S mencoba
berkenalan dengan teman saya,perawat N.Tidak lama kok,sekitar 10 menit.”
“Ayo kita temui perawat N di sana!”
Kerja
(Bersama-sama S,perawat mendekati perawat N)
“Selamat pagi perawat N,S ingin berkenalan dengan N.Baiklah S,S bisa berkenalan dengan
perawat N seperti yang kita peraktikkan kemarin.”(pasien mendemonstrasikan cara
berkenalan dengan perawat N : Memberi salam,menyebutkan nama,menanyakan nama
perawat,dan seterusnya.)
“Ada lagi yang S ingin tanyakan kepada perawat N? Coba tanyakan tentang keluarga perawat
N!”
“Jika tidak ada lagi yang ingin dibicarakan,S dapat menyudahi perkenalan ini.Lalu S,bisa
buat janji untuk bertemu lagi dengan perawat N,misalnya jam 1 siang nanti.”
“Baiklah perawat N,karena S sudah selesai berkenalan,saya dan S akan kembali ke ruangan
S.Selamat pagi!”(bersama pasien,perawat H meninggalkan perawat N untuk melakukan
terminasi dengan S di tempat lain.)
Terminasi
“Bagaimana perasaan S setelah berkenalan dengan perawat N?”
“S tampak bagus sekali saat berkenalan tadi.”
“Pertahankan terus apa yang sudah S lakukan tadi.Jangan lupa untuk menanyakan topic lain
supaya perkenalan berjalan lancar,misalnya menanyakan keluarga,hobi,dan
sebagainya.Bagaimana,mau coba dengan perawat lain? Mari kita masukkan ke dalam
jadwal.Mau berapa kali sehari? Bagaimana kalau 2 kali.Baik,nanti S coba sendiri.Besok kita
latihan lagi ya,mau jam berapa?jam 10?sampai besok!”

20
c. SP 3 pasien : Melatih pasien berinteraksi secara bertahap (Berkenalan dengan
orang kedua).

Orientasi
“Selamat pagi S! Bagaimana perasaan S hari ini?”
“Apakah S bercakap-cakap dengan perawat N kemarin siang(jika jawaban pasien,ya,perawat
dapat melanjutkan komunikasi berikutnya dengan pasien lain).”
“Bagaimana perasaan S setelah bercakap-cakap dengan perawat N kemarin siang?”
“Bagus sekali S menjadi senang karena punya teman lagi !”
“Kalau begitu S ingin punya banyak teman lagi ?”
“Bagaimana kalau sekarang kita berkenalan lagi dengan teman seruangan S yang lain,yaitu
O.Seperti biasa,kira-kira 10 menit.Mari kita temui dia di ruangan makan.”
Kerja
(Bersama-sama S,perawat mendekati pasien lain)
“Selamat pagi ,ini ada pasien saya yang ingin berkenalan.”
“Baiklah S,S sekarang bisa berkenalan dengannya seperti yang telah S lakukan
sebelumnya.”(pasien mendemonstrasikan cara berkenalan : member salam,menyebutkan
nam,nama panggilan,asal,hobi,dan menanyakan hal yang sama.)
“Ada lagi yang S ingin tanyakan kepada O? Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan,S
bisa sudahi perkenalan ini.Lalu S bisa buat janji bertemu lagi,misalnya bertemu lagi jam 4
sore nanti (S membuat janji untuk bertemu kembali dengan O).”
“Baiklah O,karena S sudah selesai berkenalan,saya dan S akan kembali ke ruangan S.Selamat
pagi (bersama pasien perawat meninggalkan O untuk melakukan terminasi dengan S di
tempat lain).
Terminasi
“Bagaimana perasaan S setelah berkenalan dengan O?”
“Dibandingkan kemarin pagi,S tampak lebih baik ketika berkenalan dengan O.Pertahankan
apa yang sudah S lakukan tadi.Jangan lupa untuk bertemu kembali dengan O jam 4 sore
nanti.”

21
“Selanjutnya,bagaimana jika kegiatan berkenalan dan bercakap-cakap dengan orang lain kita
tambahkan lagi di jadwal harian.Jadi,satu hari S dapat berbincang-bincang dengan orang lain
sebanyak tiga kali,jam 10 pagi,jam 1 siang dan jam 8 malam,S bisa bertemu dengan N,dan
tambah dengan pasien yang baru dikenal.Selanjutnya S bisa berkenalan dengan orang lain
lagi secara bertahap.Bagaimana S,setuju kan?”
“Baiklah,besok kita ketemu lagi untuk membicarakan pengalaman S.Pada jam yang sama dan
tempat yang sama ya.”
“Sampai besok!”

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

a. SP 1 keluarga : Memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga mengenai


masalah isolasi sosial,penyebab isolasi sosial,dan cara merawat pasien isolasi
sosial.peragakan kepada pasangan anda komunikasi di bawah ini!

Orientasi

“Selamat pagi pak!Perkenalkan saya perawat H. Saya yang merawat anak Bapak,S,di ruang
Mawar ini .”

“Nama Bapak siapa?Senang dipanggil apa?”

“Bagaimana perasaan Bapak hari ini?Bagaimana keadaan S sekarang?”

“bagaimana kalo kita berbincang-bincang tentang masalah anak Bapak dan cara
perawatannya?”

“Kita diskusi di sini saja ya?Berapa lama Bapak punya waktu?Bagaimana kalau setengah
jam?”

Kerja

“Apa masalah yang Bapak hadapi dalam merawat S? Apa yang sudah dilakukan?”

22
“Masalah yang dialami oleh anak S disebut isolasi sosial.Ini adalah salah satu gejala
penyakit yang juga dialami oleh pasien-pasien gangguan jiwa yang lain.Tanda-tandanya,
antara lain tidak mau bergaul dengan orang lain,mengurung diri,dan kalaupun berbicara
hanya sebentar dengan wajah menunduk.Biasanya masalah ini muncul karena memiliki
pengalaman yang mengecewakan ketika berhubungan dengan orang lain,seperti sering
ditolak,tidak dihargai atau berpisah dengan orang-orang yang dicintai.Jika masalah isolasi
sosial ini tidak di atasi,seorang dapat mengalami halusinasi,yakni mendengar suara atau
melihat bayangan yang sebetulnya tidak ada.Untuk menghadapi keadaan yang demikian
Bapak dan anggota keluarga lainnya harus sabar menghadapi S. untuk merawat S. keluarga
perlu melakukan beberapa hal.Pertama,keluarga harus membina hubungan saling percaya
dengan S,caranya adalah dengan bersikap peduli terhadap S dan jangna ingkar
janji.kedua,Keluarga perlu memberikan semangat dan dorongan kepada S untuk dapat
melakukan kegiatan bersama-sama dengan orang lain.Berilah pujian yang wajar dan jangan
mencela kondisi S. Selanjutnya jangan biarkan S sendiri.Buatlah rencana atau jadwal
bercakap-cakap dengan S,misalnya ibadah bersama,makan bersama,rekreasi bersama,atau
melakukan kegiatan rumah tangga bersama.”

“Nah,bagaimana kalau sekarang kita latihan untuk melakukan semua cara itu?begini contoh
komunikasinya Pak,”S, Bapak lihat sekarang kamu sudah bisa bercakap-cakap dengan
orang lain.Perbincangannya juga lumayan lama.Bapak senang sekali melihat perkembangan
kamu,Nak,Coba kamu berbincang bincang dengan yang lain.Bagaimana S, kamu mau coba
kan ,Nak?”

“Nah,coba sekarang Bapak peragakan cara komunikasi seperti yang saya contohkan!
Bagus,Bapak telah memperagakan dengan baik sekali!”

“Sampai disini ada yang ingin ditanyakan Pak?”

Terminasi

“Baiklah waktunya sudah habis,Bagaimana perasaan Bapak setelah kita latihan tadi?”

23
“Coba Bapak ulangi lagi apa yang dimaksud dengan isolasi sosial dan tanda-tanda orang
yang mengalami isolasi sosial.Selanjutnya dapatkah Bapak sebutkan kembali cara-cara
merawat anak Bapak yang mengalami masalah isolasi sosial?”

“Bagus sekali,Bapak dapat menyebutkan kembali cara-cara perawatan tersebut!Nanti kalau


ketemu S coba Bapak lakukan.Dan tolong ceritakan kepada semua keluarga agar mereka
juga melakukan hal yang sama.”

“Bagaimana kalau kita ketemu tiga hari lagi untuk latihan langsung dengan S?”

“Kita bertemu disini ya Pak,pada jam yang sama.selamat pagi!”

b. SP 2 keluarga : Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien isolasi


sosial langsung di hadapan pasien

Orientasi

“Selamat pagi Bapak!Bagaimana perasaan Bapak hari ini?”

“Bapak masih ingat latihan merawat anak Bapak,seperti yang kita pelajari beberapa hari
yang lalu?”

“Mari praktikkan langsung pada S! Bapak punya waktu berapa lama?Baik kita akan coba 30
menit.”

“Sekarang mari kita temui S!”

Kerja

“Selamat pagi S,Bagaimana perasaan S hari ini?”

“Bapak S datang membesuk.Beri salam! Bagus.Tolong S tunjukkan jadwal


kegiatannya!”(kemudian Anda berbicara kepada keluarga sebagai berikut)

24
“Nah Pak,sekarang Bapak dapat mempraktikkan apa yang sudah kita latihkan beberapa hari
lalu.(Perawat mengobservasi keluarga mempraktikkan cara merawat pasien seperti yang
telah dilatihkan pada pertemuan sebelumnya.)”

“Bagaimana perasaan S setelah berbincang-bincang dengan ayah S?”

“Baiklah,sekarang saya dan orang tua ke ruang perawat dulu.”(perawat dan keluarga
meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga.)

Terminasi

“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita latihan tadi?Bapak sudah bagus melakukannya.”

“Mulai sekarang Bapak sudah dapat melakukan cara perawat tersebut pada S.”

“Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman Bapak melakukan cara
merawat yang sudah kita pelajari.Waktu dan tempatnya sama seperti sekarang ya Pak?”

c. SP 3 keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga peragakan


komunikasi dibawah ini!

Orientasi

“Selamat pagi Pak! Karena besok S sudah boleh pulang,kita perlu membicarakan tentang
perawatan S di rumah .”

“Bagaimana kalau kita membicarakan jadwal S tersebut di sini saja.”

“Berapa lama kita dapat bicara?Bagaimana kalau 30 menit?”

Kerja

“Bapak,ini jadwal S selama di rumah sakit.Coba dilihat,mungkinkah dilanjutkan di rumah?


Dirumah Bapak yang menggantikan perawat.Lanjutkan jadwal ini dirumah,baik jadwal
kegiatan maupun jadwal minum obatnya berikan pujian jika benar dilakukan.Hal-hal yang
perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan anak Bapak selama di
25
rumah.Misalnya kalau S terus-menerus tidak mau bergaul dengan orang lain,menolak
minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain.Jika hal ini terjadi
segera hubungi perawat K di puskesmas inderapuri,yang terdekat dari rumah Bapak,ini
nomor telepon puskesmasnya : (0651)554xxx.Selanjutnya perawat K tersebut yang akan
memantau perkembangan S selama berada di rumah.”

Terminasi

“Bagaimana Pak?Ada yang belum jelas?Ini jadwal kegiatan harian S untuk dibawa
pulang.Ini surat rujukan untuk perawat K di puskesmas inderapuri.jangan lupa control ke
puskesmas sebelum obat habis atau ada gejala yang tampak.Silakan selesaikan
administrasinya!”

Terapi aktivitas kelompok (TAK)

TAK yang dapat dilakukan untuk pasien isolasi sosial adalah TAK sosialisasi yang terdiri
dari tujuh sesi,meliputi hal-hal berikut.

a. Sesi 1 : Kemampuan memperkenalkan diri.


b. Sesi 2 : Kemampuan berkenalan.
c. Sesi 3 : Kemampuan bercakap-cakap.
d. Sesi 4 : Kemampuan bercakap-cakap topik tertentu.
e. Sesi 5 : Kemampuan bercakap-cakap masalah pribadi.
f. Sesi 6 : Kemampuan bekerja sama
g. Sesi 7 : Evaluasi kemampuan sosialisasi

Evaluasi keperawatan

Selanjutnya,setelah dilakukan tindakan keperawatan,evaluasi dilakukan terhadap


kemampuan pasien isolasi dan keluarganya serta kemampuan perawat dalam merawat
pasien tersebut.

26
Evaluasi Kemampuan Pasien Isolasi Sosial dan Keluarganya

Nama pasien :

Ruangan :

Nama perawat :

NO Kemampuan Tanggal

A Pasien
1 Menyebutkan penyebab isolasi sosial
2 Menyebutkan manfaat berinteraksi dengan orang lain
3 Menyebutkan kerugian tidak berinteraksi dengan prang
lain
4 Berkenalan dengan satu orang
5 Berkenalan dengan dua orang atau lebih
6 Memiliki jadwal kegiatan berbincang-bincang dengan
orang lain sebagai salah satu kegiatan harian
7 Melakukan perbincangan dengan orang lain sesuai
jadwal harian
B Keluarga
1 Menyebutkan pengertian,penyebab,tanda,dan gejala
isolasi sosial
2 Menyebutkan cara-cara merawat pasien isolasi sosial
3 Mendemonstrasikan cara merawat pasien isolasi sosial
4 Menyebutkan tempat rujukan yang sesuai untuk pasien
isolasi sosial

27
Evaluasi Kemampuan Perawat dalam Merawat Pasien Isolasi Sosial

Nama pasien :

Ruangan :

Nama perawat :

NO Kemampuan Tanggal

A Pasien
SP 1 Pasien
1 Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien
2 Berdiskusi dengan pasien tentang manfaat berinteraksi
dengan orang lain
3 Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak
berinteraksi dengan orang lain
4 Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan seseorang
5 Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan
berbincang-bincang dengan orang lain dalam kegiatan
harian
Nilai SP 1 pasien
SP 2 pasien
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2 Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktikkan
cara berkenalan dengan satu orang
3 Membantu pasien memasukkan kegiatan bercakap-cakap
dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian
Nilai SP 2 pasien
SP 3 pasien
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

28
2 Memberikan kesempatan kepada berkenalan dengan dua
orang atau lebih
3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
B Keluarga
SP 1 keluarga
1 Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat pasien
2 Menjelaskan pengertian,tanda dan gejala isolasi sosial
yang di alami pasien beserta proses terjadinya
3 Menjelaskan cara-cara merawat pasien isolasi sosial
Nilai SP keluarga
SP 2 keluarga
1 Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien
dengan isolasi sosial
2 Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung pada
pasien isolasi sosial
Nilai SP 2 keluarga
SP 3
1 Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah
termasuk minum obat (perencanaan pulang)
2 Menjelaskan tindakan tindak lanjut pasien setelah pulang
Nilai SP 3 keluarga
Total nilai : SP pasien + SP keluarga
Nilai rata-rata

29
BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Isolasi sosial menurut Townsend, dalam Kusumawati F dan Hartono Y (2010)
adalah suatu keadaan kesepian yang dirasakan seseorang karena orang lain menyatakan
negatif dan mengancam. Sedangkan Menarik diri adalah usaha menghindari interaksi
dengan orang lain. Individu merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai
kesempatan untuk berbagi perasaan,pikiran, prestasi atau kegagalanya (Depkes, 2006 dalam
Dermawan D dan Rusdi, 2013).
Isolasi sosial adalah keadaan seorang individu yang mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasin merasa
ditolak, tidak diterima, kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan
orang lain disekitarnya (Keliat, 2011).
Jadi isolasi sosial Menarik diri adalah suatu keadaan kesepian yang dialami
seseorang karena merasa ditolak, tidak diterima, dan bahkan pasien tidak mampu
berinteraksi untuk membina hubungan yang berarti dengan orang lain disekitarnya.
B. Saran

Dengan memperhatikan kesimpulan diatas, penulis member saran bagi:

1. RumahSakit
Diharapkan dapat memberikan pelayanan kepada klien jiwa dengan seoptimal mungkin
dan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
2. InstitusiPendidikan
Memberikan kemudahan dalam pemakaian sarana dan prasarana yang merupakan
fasilitas bagi mahasiswa untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan
melalui praktek klinik dan pembuatanlaporan.
3. Penulis
Diharapkan penulis dapat menggunakan dan memanfaatkan waktu seefektif mungkin,
sehingga dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien gangguan jiwa dapat
tercapai secara optimal.

30
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes Ri. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang


Kemenkes Ri

Dermawan D Dan Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa; Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta: Gosyen Publishing

Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika

Herman, Ade. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika

Keliat, B.A, dkk. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHM (Basik
Course). Jakarta: EGC

Keliat, B.A, dkk. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC
Kusumawati F dan Hartono Y. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Jakarta:
Salemba Medika

Nurjanah, Intan Sari. 2005. Komunitas Keperawatan. Yogyakarta: Moco Medika


Rusman.2009.Keperawatan Kesehatan Mental Terintegrasi dengan
Keluarga.Jakarta: Sagung Seto

Dr. Budi Anna Keliat, S.Kp, M.App.Sc, Akemat, S.Kp, M.Kes. Model Praktik
Kepera-Watan profesional jiwa : Penerbit Buku Kedokteran (EGC)

Gibson, JL, Ivancevich, JM, dan Donnelly, JH. Organisasi.Perilaku, Struk-tur,


Proses.Ed ke-5. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Gillies, DD. (1994). Nursing Management: A System Approach. (3rd ed). Phi-

31
32
33

Anda mungkin juga menyukai