W
DENGAN ISOLASI SOSIAL RENDAH DI RUANG NUSA INDAH
RS JIWA Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG
2018
Disusun oleh:
KELOMPOK 5
1. Muhamad Ridlo.,S.Kep (17640617)
2. Maria Avelina Ina Weruin.,S.Kep (17640716)
3. Ratri Dwi Nastiti.,S.Kep (17640726)
4. Trisda Windrayanty Saputri.,S.Kep (17640734)
i
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Kepala Ruangan
Nusa Indah RSJ Lawang
S.Kep.,Ns
ii
KATA PENGANTAR
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang ..................................................................................... 1
1.2 RumusanMasalah ................................................................................ 1
1.3 Tujuan .................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian ............................................................................................. 3
2.2 Penyebab............................................................................................... 3
2.3 Tanda Dan Gejala................................................................................ 4
2.4 Proses Terjadinya Penyakit................................................................... 4
2.5 Rentang Respon ................................................................................. 5
2.6 PenentuanDiagnosa ............................................................................. 9
2.7 Pohon Masalah ..................................................................................... 9
iv
XVI. Intervensi Keperawatan ..................................................................... 22
XVII. Implementasi Dan Evaluasi. ............................................................. 22
BAB IVPENUTUP
Kesimpulan.................................................................................................. 32
Daftar Pustaka............................................................................................ 33
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, kami dapat mengambil tujuan
sebagai berikut :
1
1. Menjelaskan definisi dari isolasi sosial.
2. Menjelaskan etiologi dari isolasi sosial.
3. Menjelaskan manifestasi klinis klien dengan isolasi sosial.
4. Menjelaskan proses terjadinya masalah.
5. Menjelaskan rentang respon klien dengan isolasi sosial.
6. Menjelaskan masalah keperawatan yang mungkin muncul pada klien
dengan isolasi sosial.
7. Menjelaskan asuhan keperawatan klien dengan isolasi sosial.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 PENGERTIAN
Sosial adalah keadaan di mana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain di sekitarnya (Damaiyanti, 2008). Isolasi sosial adalah suatu gangguan
hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak
fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi
seseorang dalam dalam hubungan sosial (Depkes RI, 2000). Isolasi sosial
adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang
lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Farida, 2012).
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan
orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Pawlin, 1993 dikutip
Budi Keliat, 2001).
2.2 PENYEBAB
Berbagai faktor dapat menimbulkan respon yang maladaptif. Menurut
Stuart dan Sundeen (2007), belum ada suatu kesimpulan yang spesifik
tentang penyebab gangguan yang mempengaruhi hubungan interpersonal.
Faktor yang mungkin mempengaruhi antara lain yaitu:
1. Faktor predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:
a. Faktor perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui
individu dengan sukses. Keluarga adalah tempat pertama yang
memberikan pengalaman bagi individu dalam menjalin hubungan
dengan orang lain. Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian, dan
kehangatan dari ibu/pengasuh pada bayi akan memberikan rasa tidak
aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya diri dan
dapat mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain maupun
lingkungan di kemudian hari. Komunikasi yang hangat sangat penting
dalam masa ini, agar anak tidak merasa diperlakukan sebagai objek.
3
b. Faktor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan
faktor pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga
disebabkan oleh karena norma-norma yang salah yang dianut oleh
satu keluarga, seperti anggota tidak produktif diasingkan dari
lingkungan sosial.
c. Faktor biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung yang
menyebabkan terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Organ
tubuh yang jelas mempengaruhi adalah otak .Insiden tertinggi
skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota keluarganya ada
yang menderita skizofrenia.Klien skizofrenia yang mengalami
masalah dalam hubungan sosial terdapat kelainan pada struktur otak
seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat volume otak
serta perubahan struktur limbik.
2. Faktor presipitasi
Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh
faktor internal maupun eksternal meliputi:
a. Stresor sosial budaya
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan
seperti perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai, kesepian
karena ditinggal jauh, dirawat di rumah sakit atau dipenjara.
b. Stresor psikologi
Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan menurunnya
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain
(Damaiyanti, 2012: 79).
4
2. Gejala objektif
a. Menjawab pertanyaan dengan singkat, yaitu “ya” atau “tidak” dengan
pelan
b. Respon verbal kurang dan sangat singkat atau tidak ada
c. Berpikir tentang sesuatu menurut pikirannya sendiri
d. Menyendiri dalam ruangan, sering melamun
e. Mondar-mandir atau sikap mematung atau melakukan gerakan secara
berulang-ulang
f. Apatis (kurang acuh terhadap lingkungan)
g. Ekspresi wajah tidak berseri
h. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
i. Kontak mata kurang atau tidak ada dan sering menunduk
j. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
(Trimelia, 2011: 1)
Respon adaptif adalah respon individu dalam penyelesaian masalah
yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya
lingkungannya yang umum berlaku dan lazim dilakukan oleh semua
orang..respon ini meliputi:
1. Solitude (menyendiri)
Adalah respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang
telah dilakukan di lingkungan sosialnya juga suatu cara mengevaluasi diri
untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya.
2. Otonomi
Adalah kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan ide,
pikiran, perasaan dalam berhubungan sosial.
3. Mutualisme (bekerja sama)
Adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu
mampu untuk saling memberi dan menerima.
4. Interdependen (saling ketergantungan)
Adalah suatu hubungan saling tergantung antara individu dengan orang
lain dalam rangka membina hubungan interpersonal.
Respon maladaptif adalah respon individu dalam penyelesaian
masalahyang menyimpang dari norma-norma sosial budaya lingkungannya
5
yang umum berlaku dan tidak lazim dilakukan oleh semua orang. Respon
ini meliputi:
1. Kesepian adalah kondisi dimana individu merasa sendiri dan terasing dari
lingkungannya, merasa takut dan cemas.
2. Menarik diri adalah individu mengalami kesulitan dalam membina
hubungan dengan orang lain.
3. Ketergantungan (dependen) akan terjadi apabila individu gagal
mengembangkan rasa percaya diri akan kemampuannya. Pada gangguan
hubungan sosial jenis ini orang lain diperlakukan sebagai objek,
hubunganterpusat pada masalah pengendalian orang lain, dan individu
cenderung berorientasi pada diri sendiri atau tujuan, bukan pada orang
lain.
4. Manipulasi adalah individu memperlakuakan orang lain sebagai objek,
hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain, dan individu
cenderung berorientasi pada diri sendiri.
5. Impulsif adalah individu tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak
mampu belajar dari pengalaman dan tidak dapat diandalkan.
6. Narcisisme adalah individu mempunyai harga diri yang rapuh, selalu
berusaha untuk mendapatkan penghargaan dan pujian yang terus
menerus, sikapnya egosentris, pencemburu, dan marah jika orang lain
tidak mendukungnya (Trimelia, 2011: 9).
6
Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan berhubungan.
Hal ini diakibatkan oleh norma yang tidak mendukung pendekatan
terhadap orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang
tidak produktif seperti lansia, orang cacat, dan penderita penyakit
kronis.
d. Faktor komunikasi dalam keluarga
Pada komunikasi dalam keluarga dapat mengantarkan seseorang
dalam gangguan berhubungan, bila keluarga hanya menginformasikan
hal-hal yang negative dan mendorong anak mengembangkan harga
diri rendah. Seseorang anggota keluarga menerima pesan yang saling
bertentangan dalam waktu bersamaan, ekspresi emosi yang tinggi
dalam keluarga yang menghambat untuk berhubungan dengan
lingkungan diluar keluarga.
2. Stressor presipitasi
a. Stressor sosial budaya
Stres dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor antara faktor lain dan
faktor keluarga seperti menurunnya stabilitas unit keluarga dan
berpisah dari orang yang berarti dalam kehidupannya, misalnya
karena dirawat di rumah sakit.
b. Stressor psikologis
Tingkat kecemasan berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan
dengan keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk
berpisah dengan orang dekat atau kegagalan orang lain untuk
memenuhi kebutuhan ketergantungan dapat menimbulkan kecemasan
tingkat tinggi.
(Prabowo, 2014: 111)
7
2.6 MEKANISME KOPING
Mekanisme yang digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan
yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme
yang sering digunakan pada isolasi sosial adalah regresi, represi, isolasi
(Damaiyanti, 2012: 84).
1. Regresi adalah mundur ke masa perkembangan yang telah lain.
2. Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran pikiran yang tidak dapat
diterima secara sadar dibendung supaya jangan tiba di kesadaran.
3. Isolasi adalah mekanisme mental tidak sadar yang mengakibatkan
timbulnya kegagalan defensif dalam menghubungkan perilaku dengan
motivasi atau bertentangan antara sikap dan perilaku. Mekanisme koping
yang muncul yaitu:
a. Perilaku curiga : regresi, represi
b. Perilaku dependen: regresi
c. Perilaku manipulatif: regresi, represi
d. Isolasi/menarik diri: regresi, represi, isolasi
(Prabowo, 2014:113)
8
2.7 PENENTUAN DIAGNOSA
Dx
Deskripsi Data Mayor Data Minor
Keperawatan
9
BAB III
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
I. IDENTITAS
Inisial : Tn. J
Umur : 58 tahun
Alamat : Mojokerto
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Jenis Kelamin : Laki – Laki
No RM : 117xxx
10
IV. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU (FAKTOR PREDISPOSISI)
1) Riwayat Penyakit yang lalu
Pasien mengatakan 3 tahun yang lalu bentrok dengan tetangganya karena
dianggap menipu harta kekayaannya sampai memukul tetangganya.Kemudian
dibawa ke RS oleh anaknya, pasien sempat dipindah ke RSBL di Kras Kediri selama
2 bulan dan kemudian dipulangkan karena sudah sembuh. Setelah 4 bulan di rumah,
pasien mengalami hal yang sama seperti 3 tahun yang lalu, dan MRS lagi sampai
sekarang.
2) Faktor penyebab/pendukung :
a. Riwayat Trauma
- Pasien mengatakan tidak pernah mengalami aniaya fisik sebagai pelaku, saksi
ataupun korban. Namun menurut data sekunder dari rekam medis, pasien
mengalami aniaya fisik sebagai pelaku yaitu memukul tetangganya pada usia
55 tahun.
- Pasien mengatakan tidak pernah mengalami aniaya seksual baik sebagai
pelaku, korban maupun saksi.
- Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penolakan baik sebagai pelaku,
korban, maupun saksi
- Pasien mengatakan tidak pernah mengalami kekerasan dalam rumah tangga,
baik sebagai korban, pelaku maupun saksi.
- Pasien mengatakan pernah mengalami tindakan kriminal yaitu ditipu harta
kekayaannya sebagai korban pada usia 55 tahun. Pasien juga mengatakan takut
jika hal ini akan terjadi lagi
Diagnosa Keperawatan :
- Respon Paska Trauma
- Resiko Perilaku Kekerasan
b. Pernah melakukan upaya/percobaan/bunuh diri
Pasien mengatakan tidak pernah melakukan percobaan bunuh diri
Diagnosa Keperawatan : -
c. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Pasien mengatakan memiliki pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
yaitu peritiwa kegagalan, saat keinginannya menjadi anggota kepolisian tidak
tercapai
Diagnosa keperawatan : -
d. Pernah mengalami penyakit fisik
Pasien mengatakan pernah memiliki sakit fisik yaitu darah tinggi
Diagnosa keperawatan : -
e. Riwayat penggunaan NAPZA
Pasien mengatakan tidak pernah minum obat-obatan terlarang
11
Diagnosa keperawatan : -
3) Upaya yang telah di lakukan
- Pasien mengatakan pernah di bawa ke RSJ 3 tahun yang lalu
- Pasien mengatakan tidak pernah berobat ke paranormal sebelumnya
4) Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami sakit seperti ini
V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
1) Genogram
Keterangan :
= laki-laki
= perempuan
= pasien
58 ─ = cerai
8
X = meninggal
= serumah
2) Konsep diri
a. Citra diri :
Pasien mengatakan tidak ada bagian tubuh yang tidak di sukai.Bersyukur dengan
bentuk dan kondisi tubuhnya karena memang sudah takdir dari Allah SWT.
b. Identitas diri :
Pasien mengaku bernama JA, umur58 tahun, Pasien mengatakan dirinya adalah
laki-laki tulen dan berharap segera pulang bertemu istri, anak, cucu.
12
c. Peran :
Pasien mengatakan tidak bekerja, saat dirumah pasien lebih suka diam dikamar,
menyendiri dikamar, karena pasien sering mengantuk.Pasien berharap bisa
menjadi kepala keluarga yang dapat bertanggung jawab sebagai kepala keluarga
lagi.
d. Ideal diri :
Pasien mengatakan saat ini yang menjadi keinginannya adalah bisa di jemput
pulang agar dapat berkumpul dengan keluarganya, dapat bekerja dan dapat
bertanggungjawab sebagai kepala keluarga lagi.
e. Harga diri :
Pasien mengatakan malu pada orang-orang disekitarnya/tetangganya karena
menderita gangguan jiwa atau masuk RSJ.
Pasien juga mengatakan malu karena tidak mempunyai pekerjaan yang pasti,
karena tidak dapat memenuhi tugas nya sebagai kepala keluarga.
Diagnosa keperawatan : Harga diri rendah
3) Hubungan sosial
a. Orang terdekat
Pasien mengatakan orangyang paling dekat dengannya adalah anaknya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat
Saat di rumah pasien mengatakan rutin mengikuti acara dikampungnya,
contohnya pengajian.
Saat di ruang kakak tua pasien terlihat sering diam dan menyendiri, namun saat
ada pekerjaan kelompok diruangan pasien nampa ikut berpartisipasi seperti
menyapu dan mengepel ruangan.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Pasien mengatakan walaupun sering merasa malu dengan orang-orang
disekitarnya tapi dia masih mau bergaul dengan teman-temannya.
Diagnosa keperawatan : Resiko Isolasi Sosial
4) Spiritual
a. Agama
Pasien mengaku beragama islam dan percaya adanya kekuasaan Tuhan, Allah
SWT. Pasien percaya bahwa Tuhan akan membantunya. Pasien mengatakan saat
dirumah rajin sholat di masjid.
b. Pandangan terhadap gangguan jiwa
Pasien mengatakan menurut agamanya, gangguan jiwa adalah otaknya tidak
normal.
Diagnosa keperawatan : -
VI. PEMERIKSAAN FISIK
13
1. Keadaan umum : Pasien tampak menyendiri, jarang untuk memulai pembicaraan
dengan teman-teman. Penampilan pasien rapi dan cara berpakaian sesuai.
2. Kesadaran : Composmentis, GCS 4-5-6
3. Tanda vital
TD : 120/80 mmHg
N : 84x/m
S : 36,7’C
P : 20x/m
4. Ukur
BB : 55 Kg
TB : 145 Cm
5. Keluhan Fisik : Pasien mengatakan tidak ada keluhan fisik saat ditanya ada keluhan
fisik atau tidak.
Diagnosa Keperawatan : -
VII. STATUS MENTAL
1) Penampilan
Pasien tampak rapi, baju terpakai tidak terbalik, celana tidak kedodoran, rambut rapi
bersih dan terdapat sedikit ketombe, kuku pendek dan bersih, kulit wajah bersih,
gigi bersih, badan tidak bau.
Diagnosa keperawatan : -
2) Pembicaraan
Pasien enggan berbicara dengan orang lain dalam waktu yang agak lama dan pasien
cenderung tidak bisa memulai pembicaraan dengan orang lain, bicara pasien pelan
dan kadang-kadang kurang jelas, kosakata terbatas, pasien hanya menjawab
pertanyaan perawat seperlunya.
Diagnosa keperawatan :Kerusakan Komunikasi Verbal
3) Aktivitas motorik/psikomotor
Saat diruang kakak tua pasien tampak lemah lesu dan tidak bersemangat, pasien
mau membantu kegiatan teman-temannya tapi harus diarahkan oleh perawat, tetapi
reaksi terhadap lingkungan sangat kurang, gerakan dan aktivitas sangat lambat.
Diagnosa keperawatan : -
4) Emosi dan afek
a. Mood
Depresi : pasien merasa sedih dan bingung, setiap kali ditanya pasein sering
menjawab “saya sehat, tidak sakit, kenapa saya di bawa ke RS, saya ingin
pulang”.
b. Afek
14
Tumpul/dangkal/datar : Afek pasien tumpul terbukti dengan ekspresi wajah
pasien yang datar, ketika diajak bercanda tidak tersenyum sama sekali.
Diagnosa keperawatan :
5) Interaksi selama wawancara
Kontak mata kurang
Selama interaksi pasien kurang kooperatif, kontak mata kurang/minimal sering
memalingkan pandangan dan tidak memperhatikan.Tidak bermusuhan dengan
perawat, pasien duduk dengan sopan.Pasien lebih cenderung diam namun pasien
mampu menjawab pertanyaan yang diberikan.
Diagnosa keperawatan :Kerusakan Interaksi Sosial
6) Persepsi sensorik
Pasien mengatakan tidak pernah mendengar suara-suara / bisikan maupun melihat
sesuatu/bayangan-bayangan yang orang lain tidak dengar/tidak lihat.
Diagnosa keperawatan : -
7) Proses pikir
Pasien mengatakan malu pada orang-orang disekitarnya/tetangganya karena
menderita gangguan jiwa.Klien juga mengatakan malu karena tidak mempunyai
pekerjaan yang pasti, tidak seperti saudara-saudaranya.
a. Arus pikir : blocing dibuktikan dengan saat pasien ditanya oleh perawat,
pasien menjawab namun tiba-tiba diam beberapa saat dan kembali melanjutkan
jawabannya sesuai dengan jawaban awal
b. Isi pikir : Perasaan rendah diri , hal ini dibuktikan dengan ucapan pasien
yang selalu menjawab malu dengan teman-temannya.
c. Bentuk pikir : Dereistik dibuktikan dengan pasien mengatakan bekerja di
kepolisian, namun nyatanya pasien tidak memiliki pekerjaan tetap dan hanya
lulusan SMP.
Diagnosa keperawatan : Perubahan proses pikir ; perasaan rendah diri
8) Kesadaran
a. Orientasi
Waktu : Baik, dibuktikan dengan saat ditanya. pak sekarang pagi atau
malam? pasien menjawab “siang” , pada kenyataannya memang siang.
Orang : Baik, dibuktikan dengan saat ditanya. “bapak sekarang
berbicara dengan siapa?” pasien menjawab “ perawat”.
Tempat : Baik, dibuktikan dengan saat ditanya “bapak sekarang
dimana?” Dan pasien menjawab “di RSJ Lawang”.
Diagosa keperawatan : -
15
9) Memori
- Memori jangka panjang : “pasien tidak mengalami gangguan daya ingat jangka
panajang dibuktikan dengan pasien mengatakan sekolah SMP di Mojokerto.
- Memori jangka pendek : “pasien tidak mengalami gangguan daya ingat jangka
pendek dibuktikan dengan pasien mengatakan 1 jam yang lalu mandi dan
mencukur kumisnya”.
- Memori saat ini : “pasien tidak mengalami gangguan daya ingat jangka
menengah dibuktikan dengan pasien mengatakan jam 12 siang waktunya
makan siang”.
Diagnosa keperawatan :-
10) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Konsentrasi : Baik, pada saat wawancara pasein nampak konsentrasi dan tidak
mudah beralih.
Berhitung : pasien mampu menjawab pertanyaan yang diajukan dengan tepat.
Seperti contoh 5+5 pasien spontan menjawab 10.
Diagnosa keperawatan : -
11) Kemampuan penilaian
Gangguan Ringan
Pasien mampu mengambil keputusan secara sederhana. Contoh saat pasien ditanya
apa yang dilakukan jika melihat ada perkelahian, pasien mengatakan akan
melerainya dan melaporkan kepada pihak yang berwajib.
Diagnosa keperawatan : -
12) Daya tilik diri
Mengingkari penyakit yang diderita
Pasien mengatakan tidak sakit jiwa dan tidak tahu mengapa di bawa ke Rumah Sakit
Jiwa.
Diagnosa keperawatan :Gangguan Proses Pikir
VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1. Kemampuan pasien memenuhi kebutuhan
Pasienmengatakan mampu merawat kesehatannya dibantu dengan anaknya,
Transportasi dan tempat tinggal ada pasien tinggal bersama anaknya siti robana.Untuk
keuangan pasien juga mengatakan ada uang dari hasil jerih payahnya sebelum sakit.
2. Kegiatan hidup sehari - hari
a. Perawatan diri
1) Mandi
Jelaskan : Pasien mandi 2 x sehari menggunakan sabun sikat gigi 2x sehari
menggunakan sikat dan pasta gigi keramas 2 hari sekali.
16
2) Berpakaian, berhias dan berdandan
Jelaskan : pasien mampu menggunakan pakaian tanpa bantuan, tidak terbalik dan
tidak kedodoran cara berpakaian juga rapi.
3) Makan
Jelaskan : pasien makan 3 x sehari, setelah makan pasien langsung mencuci
piringya sendiri dan meletaknnya pada tempatnya tidak tampak belepotan saat
makan.
4) Toileting ( BAK, BAB )
Jelaskan : pasien dapat BAB dan BAK di tempatnya dan menyiramnya dengan
bersih, pasen juga dapat cebok dengan bersih dibuktikan dengan tidak bau
pesing.
b. Nutrisi
Frekuensi makanan dan frekuensi kudapan dalam sehari.
Pasien mengatakan makan 3 x sehari secara rutin
Pasien mengatakan selalu menghabiskan porsi makannya, hanya sesekali tidak
dapat menghabiskannya.
Pasien mengatakan berat badannya tetap dari awal masuk Rumah Sakit sampai
sekarang.
Diagnosa keperawatan :-
c. Tidur :
1. Istrahat tidur
Tidur siang , lama : 11:30 sampai dengan 13:30
Tidur malam, lama : 21:30 sampai dengan 04:30
Aktifitas sesudah/ sebelum tidur :Pasien mengatakan sebelum tidur minum obat
2 butir berwarna merah dan biru, dan sesudah bangun tidur pasien sholat, mandi,
nyapu dan ngepel. Dan minum obat 1 butir berwarna biru.
Jelaskan : pasien tidak mengalami gangguan tidur
2. Gangguan tidur
Pasien mengatakan tidak ada gangguan tidur
Diagnosa keperawatan :-
d. Kemampuan lain lain
Mengantisipasi kebutuhan hidup
Pasien mengatakan dapat mengantisipasi kebutuhan hidupnya dengan
menggunakan uang hasil jerih payah nya dimasa muda dan juga di dukung atau
di biayai oleh anak nya.
Membuat keputusan berdasarkan keputusan
Pasien mengatakan dapat membuat keputusan sendiri.
Mengukur penggunaan obat dan melakukan pemeriksaan kesehatannya sendiri
17
Pasien mengatakan di rumah yang mengatur pemberian obat adalah anaknya
siti robana. Pasien saat akan kontrol ke Rumah Sakit selalu ditemani oleh
anaknya siti robana dan pasien juga mengatakan dapat memeriksakan/control
sendiri ke puskesmas.
Diagnosa keperawatan :-
e. Sistem pendukung
Pasien mengatakan mendapat dukungan dari anaknya, petugas kesehatan, serta
teman-teman di Ruang Kakak Tua. Terutama Tn.Supriyadi.
Diagnosa keperawatan : -
IX. MEKANISME KOPING
Jelaskan :Pasien mengatakan jika memiliki masalah dia bercerita pada anak dan teman
dekatnya namun hanya sesekali karena pasien mengatakan malu untuk nercerita.
Diagnosa keperawatan : koping individu inefektif
X. MASALAH INDIVIDU DAN LINGKUNGAN
Masalah dengan kelompok, spesifiknya
Jelaskan :Pasien mendapatkan dukungan dari keluarga terutama anaknya,
perawat dan dokter demi kesembuhan.
Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya :
Jelaskan :Pasien mengatakan bosan berada di RSJ.Lawang dan ingin segera
pulang ke rumah.
Masalah dengan pendidikan, spesifiknya :
Jelaskan :Menurut pasien, pasien lulus sekolah SMP
Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya
Jelaskan :Pasien mengatakan menjadi kepala keluarga yang tidak
bertanggungjawab karena tidak memiliki pekerjaan.
Masalah dengan perumahan, spesifiknya
Jelsakan :Pasien mengatakan tidak ada masalah dalam perumahaan karena
pasein tinggal bersama dengan anaknya.
Masalah dengan ekonomi, spesifiknya
Jelaskan :Pasien mengatakan masih memiliki tabungan sewaktu muda.
Masalah dengan kesehatan, spesifiknya
Jelaskan :Pasien mengatakan kalau sakit biasanya pasien dibawa berobat ke
puskesmas terdekat.
Masalah lainnya
Jelaskan : Pasien mengatakan tidak memiliki masalah lainnya yang bermakna
Diagnosa Keperawatan : -
18
XI. ASPEK PENGETAHUAN
Pasien tidak mengakui bahwa dirinya sakit, namun pasien menyadari bahwa harus
minum obat secara teratur dan jika tidak akan kambuh. Pada saat obat habis, pasien
berinisiatif untuk kontrol kembali.
Diagnosa keperawatan :Defisit Pengetahuan
XII. ASPEK MEDIS
1. Diagnosa Multi Axis
Axis 1 : F.20.1 (skizofrenia hebefrenik)
Axis 2 :
Axis III :
Axis IV :
Axis V :
2. Terapi medis :
Haloperidol 5 mg (1-0-1)
CPZ 100 mg (0-0-1)
19
XIII. ANALISA DATA
tetangga / orang-orang
DO :
- Pasien tampak
seringmenyendiri, melamun,
tidakbersemangat
- Pasien tidak pernah menatap
lawan bicara
- Bicara lambat dan seperlunya,
nada suara lemah
DO :
- Koping individu
inefektif
- Respon pasca trauma
21
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH
Nama Klien : Mr.J DX Medis : F.20.1
Perencanaan
No DX Keperawatan
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
22
akibat harga diri rendah sudah dipilih sesuai seseorang yang berharga
3. Pasien dapat kemampuan
TUK 2 :
mengidentifikasi - Merenanakan kegiatan
kemampuan dan aspek yang sudah dipilih 1. Diskusikan kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki positif yang dimiliki pasien dan beri
4. Pasien dapat menilai pujian atas kemampuan
kemampuan yang dapat mengungkapkan perasaanyan
digunakan 2. Saat bertemu dengan pasien, hindarkan
5. Pasien dapat menetapkan memberi penilaian negative, utamakan
dan memilih kegiatan memberi pujian yang realistik
sesuai dengan
TUK 3 :
kemampuan
6. Pasien dapat melatih 1. Diskusikan kemampuan pasien yang
kegiatan yang sudah masih dapat digunakan selama sakit
dipilih sesuai 2. Diskusikan juga kemampuan yang
kemampuan dapat dilanjutkan penggunaan d rS dan
7. Pasien dapat rumah nanti
merenanakan kegiatan
yang sudah dipilih
23
TUK 4 :
TUK 5 :
24
TUK 6 :
25
DOKUMENTASI HASIL ASUHAN KEPERWATAN
“jam 9”
O:
- Pasien seringmenyendiri,
melamun
- Tidak bersemangat
- Tidak menatap lawan biara saat
26
diajak biara
- Biara lambat dan seperlunya
- Nada suara lemah
A:
P : Ulangi SP 1
27
DOKUMENTASI HASIL ASUHAN KEPERWATAN
“jam 9”
O:
- Pasien seringmenyendiri,
melamun
- Tidak bersemangat
- Tidak menatap lawan biara saat
28
diajak biara
- Biara lambat dan seperlunya
- Nada suara lemah
A:
P : Lanjutkan SP 1 Poin 2
29
DOKUMENTASI HASIL ASUHAN KEPERAWTAN
Iya mbak”
“baik mbak”
O:
30
A:
P : Lanjutkan SP 2
31
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negative terhadap diri sendiri
dan kemampuan diri. Berikut ini adalah tanda dan gejala harga diri rendah :
a. Mengkritik diri sendiri
b. Perasaan tidak mampu
c. Pandangan hidup yang pesimis
d. Penurunan produktivitas
e. Penolakan terhadap kemampuan diri
Selain tanda dan gejala tersebut, kita dapat juga mengamati penampilan
seseorang dengan harga diri rendah yang tampak kurang memerhatikan
perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan menurun, tidak berani
menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, dan bicara lambat dengan nada
suara lemah.
32
DAFTAR PUSTAKA
Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Keliat, Budi Anna dan Akemat. 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional
Jiwa.Jakarta : EGC
http://aanborneo.blogspot.com/2013/04/harga-diri-rendah.html
http://adheayucandra.blogspot.com/2012/02/asuhan-keperawatan-pada-klien-
dengan.html
33