Anda di halaman 1dari 24

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENCEGAHAN KEKAMBUHAN PASIEN GANGGUAN JIWA DI RT 01


RW 12 JOYOSURAN KECAMATAN PASAR KLIWON

Disusun oleh :

1. Muhammad Nur Sidiq (J230195116)


2. Aprilia Dwi Wigasari (J230195076)
3. Andi Nur Hidayah (J230195075)
4. Ardhia Putri Pramesti (J230195077)
5. Eka Devi Permatasari (J230195092)
6. Ervina Setia Ningsih (J230195098)
7. Nadya Yuanindita (J230195118)
8. Rika Safetyka (J230195129)
9. Tri Astutik (J230195139)
10. Vevi Herliani (J230195142)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS XXII

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2019
I. Analisis Situasi
Keperawatan jiwa merupakan bentuk pelayanan profesional yang
didasarkan pada ilmu keperawatan jiwa bentuk pelayanan Bio-Psiko-Sosio-
Spritual yang komperhensif. Bentuk Asuhan keperawatan jiwa yang
meliputi pencegahan primer adalah pendidikan kesehatan, pengubahan
lingkungan dan dukungan sistem sosial.
Keluarga sebagai orang terdekat dengan klien merupakan sistem
pendukung utama dalam memberikan pelayanan langsung pada saat klien
berada dirumah. Oleh karena itu keluarga memiliki peran penting didalam
upaya pencegahan kekambuhan penyakit pada klien jiwa. Bukan hanya
keluarga, warga sekitar, kader kesehatan, tenaga pelayanan kesehatan dan
tokoh masyrakat pun mempunyai peran dalam pencegahan kekambuhan
pada ODGJ. Melihat fenomena diatas, maka perlunya mempunyai
pemahaman mengenai cara perawatan anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa. Salah satu upaya yang dilakukan adalah perawat dapat
melaksanakan penyuluhan guna memberikan pendidikan kesehatan kepada
masyarakat.

II. Masalah
Kendala yang dihadapi oleh keluarga, warga sekitar dan para tokoh
masyarakat yaitu kurangnya pemahaman mengenai pencegahan
kekambuhan pada pasien gangguan jiwa. Kekambuhan pada pasien
gangguan jiwa dapat bersumber pada perlakuan keluarga, lingkungan sekitar
dan konsumsi obat.

III. Pemecahan Masalah


Penyuluhan kesehatan dapat dilakukan di RW 12 Joyosuran, Pasar
kliwon, guna meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya
pencegahan kekambuhan pada pasien gangguan jiwa. Pada umumnya,
fenomena yang terjadi di masyarakat, jika ada orang dengan riwayat
gangguan jiwa cenderung dikucilkan, tidak dimotivasi/didukung, dan
didiskrimanasi, bahkan terkadang ada yang diusir dari desa atau tempat
tinggalnya. Stigma negatif yang tertanam dalam persepsi warga akan ODGJ
harus dihilangkan dan dihapuskan, karena semua itu hanya akan
memperburuk keadaan pasien dan membuatnya kondisinya bertambah
parah, sehingga tidak menutup kemungkinan akan mengalami gejala yang
sama seperti sebelumnya atau disebut kekambuhan. Oleh sebab itu,
pentingnya dilakukan penyuluhan kesehatan untuk mengatasi masalah-
masalah tersebut. Penyuluhan kesehatan yang diberikan yaitu pencegahan
kekambuhan pada pasien gangguan jiwa.
Lampiran SAP

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Pencegahan kekambuhan pasien jiwa

Sub Pokok Bahasan : Pengertian, Faktor penyebab, Jenis-jenis, tanda dan gejala,
dampak, pencegahan kekambuhan

Sasaran : Keluarga pasien dan warga RT 01 RW 12 Joyosuran,


Pasar Kliwon

Hari / Tanggal : Kamis, 19 Desember 2019

Waktu : 14.00 WIB

Tempat : RT 01 RW 12 Joyosuran, Pasar Kliwon

I. Tujuan instruksional umum


Warga RT 01 RW 12 Joyosuran, Pasar Kliwon mengetahui pencegahan
kekambuhan pada pasien gangguan jiwa

II. Tujuan instruksional khusus


Setelah diberikan penyuluhan tentang pencegahan kekambuhan, keluarga
dan masyarakat diharapkan mampu :
a. Menjelaskan pengertian gangguan jiwa
b. Menjelaskan faktor penyebab gangguan jiwa
c. Menjelaskan jenis-jenis gangguan jiwa
d. Menjelaskan tanda dan gejala gangguan jiwa
e. Menjelaskan dampak gangguan jiwa bagi keluarga dan lingkungan
f. Menjelasakan pengertian kekambuhan
g. Menjelaskan pencegahan kekambuhan gangguan jiwa
h. Menjelaskan penyebab kekambuhan
i. Menjelaskan tanda dan gejala kambuh
III. Rencana Kegiatan penyuluhan
No
Waktu Kegiatan Tempat PJ Keterangan
.

1 14.00-14.15 Kumpul Parkira Ketua (Sidiq) Membawa alat dan


Panitia n RSJD perlengkapan untuk
persiapan Atau home visite
menuju RSJD Gazebo Acara 1. Lembar registrasi
(Yaya, Vevi) Peserta

2. Leaflet, doorprize,
SAP, Materi,
nampan dan alas
nampan, kamera

3. Konsumsi peserta,
konsumsi dosen
beserta tamu
2 14.15-14.30 Keberangkata RSJD – Acara
n dari RSJD RT 01 (Yaya, Vevi)
pasar kliwon RW 12
Surakarta Joyosur
an

3 14.30-14.45 Briefing PJ (Sidiq)

Acara
(Yaya, Vevi)

4 14.45-15.00 Persiapan Seluruh Panitia Sound system,


Acara proyektor, penyusunan
Perlengkapan kursi peserta, meja
(Dea) registrasi

5. 15.00-15.20 Ishoma Seluruh Panitia

.6 15.20-15.40 Registrasi Kesek (Tri)


Konsumsi
Pembagian peserta
konsumsi (Nadya)
peserta
Konsumsi
Pembagian Dosen dan
konsumsi Ketua RT
dosen dan (Nadya)
tamu ponpes
Pengarah
kursi peserta

7 15.40 Acara Inti Perlengkapan Soundsystem,


(Dea) proyektor

Mc (Rika) Jargon
Ice Breaking
Pemateri
(Ervina)
Time Keeper
(Yaya, Vevi)

8 15.40- Pembukaan Mc (Rika)


15.45
15.45- Tilawah Peserta
15.50 (Sidiq/Tokoh
agama)

Sambutan- Sambutan:
15.50- sambutan 1. Pak Arif
15.55 1. Dosen 2. Sidiq
UMS 3. Ketua RT
2. Ketua
15.55-
16.15 Penyuluhan Pemateri
Diskusi tanya (Ervina)
jawab

9. 16.15-16.25 Evaluasi Mc (Rika) 3 pertanyaan


3 penjawab
Doorprize
(Eka Devi) Pemberian doorprize

10. 16.25-16.30 Do’a Peserta


(Sidiq/Tokoh
agama)

11. 16.30-16.35 Penutupan Mc (Rika)

Pembagian Leaflet (Tri)


leaflet

12. 16.35- selesai Beres-beres Panitia


IV. Setting tempat

: Peserta penyuluhan

: Moderator

: Penyaji

:Fasilitatator

Penyaji : Ervina Setyaningsih

Moderator / MC : Rika Safetyka

Fasilitator : Aprilia Dwi, Tri Astutik

Peserta : Warga RT 01 RW 12 Joyosuran, Pasar Kliwon

Observer : Muhammad Nur Sidiq

V. Metode
Ceramah dan tanya jawab

VI. Media
Leaflet, LCD, Proyektor
VII. Evaluasi
a. Prosedur : Validasi peserta dengan pertanyaan
b. Jenis : Lisan
c. Pertanyaan : -. Apakah faktor penyebab gangguan jiwa?
-.Bagaimanakah pencegahan kekambuhan
gangguan jiwa?
-. Apakah tanda dan gejala kekambuhan gangguan
jiwa?
VIII. Lampiran
d. Materi
e. Leaflet
f. Power point

Lampiran Materi
A. PENGERTIAN
Gangguan jiwa merupakan bentuk gangguan dan kekacauan fungsi
mental (kesehatan mental) yang disebabkan oleh kegagalan dalam
mereaksi mekanisme adaptasi dari fungsi-fungsi kejiwaan/mental
terhadap stimulus eksternal dan ketegangan - ketegangan sehingga
muncul gangguan fungsi atau gangguan struktur pada suatu bagian,
organ, atau sistem kejiwaan. Gangguan jiwa atau mental illness adalah
kesulitan yang harus dihadapi oleh seseorang karena hubungannya
dengan orang lain, kesulitan karena persepsinya tentang kehidupan dan
sikapnya terhadap dirinya sendiri. Gangguan jiwa menyebabkan
penderitanya tidak sanggup menilai kenyataan dengan baik, tidak dapat
menguasai dirinya untuk mencegah, mengganggu orang lain atau
merusak/menyakiti dirinya sendiri.

B. FAKTOR PENYEBAB GANGGUAN JIWA


Gejala utama atau gejala yang paling menonjol pada gangguan
jiwa terdapat pada unsur kejiwaan, tetapi penyebab utamanya berada di
badan (somatogenik), lingkungan sosial (sosiogenik) , ataupun psikis
(psikogenik). Ada berbagai faktor yang menjadi penyebab terjadinya
gangguan mental. Faktor - faktor tersebut adalah sebagai berikut;

a. Faktor keturunan
b. Faktor fisiologi dan biologis (somatogenik), seperti terjadinya
kerusakan pada otak (brain damage), kegagalan perkembangan otak,
ataupun cacat fisik lainnya yang berpengaruh pada kegagalan otak,
gangguan peredaran darah, keracunan, pemakaian alcohol jangka
panjang, kekurangan vitamin, epilepsi.
c. Faktor psikologis (psikogenik), seperti rasa sepi, stress, kecemasan,
kegagalan, kasih sayang orang tua yang dingin, kaku dan keras serta
acuh tak acuh.
d. Faktor Lingkungan (sosiogenik), seperti peperangan , kelaparan,
kehidupan di penjara, lingkungan sekolah yang terlalu kompetitif,
kemiskinan, pengangguran, ketidakadilan, ketidakamanan,
diskriminasi sosial.
e. Suasana rumah yang tidak harmonis seperti sering bertengkar, salah
pengertian, kurang bahagia.
f. Faktor jasmaniah, beberapa peneliti berpendapat bentuk tubuh
seseorang berhubungan dengan gangguan jiwa tertentu. Misalnya
yang bertubuh gemuk/endoform cenderung menderita psikosa manik
depresif, sedang yang kurus/ectoform cenderung menjadi
skizofrenia.
g. Orang yang bersifat temperamen atau terlalu peka/sensitif biasanya
mempunyai masalah kejiwaan dan ketegangan yang memiliki
kecenderungan mengalami gangguan jiwa.
h. Penyakit-penyakit tertentu misalnya penyakit jantung, kanker, dan
sebagainya mungkin dapat menyebabkan merasa murung dan sedih.
Demikian pula cedera/cacat tubuh tertentu dapat menyebabkan rasa
rendah diri.
i. Ansietas, ketakutan dan kekhawatiran pada sesuatu hal yang tidak
jelas dan perasaan yang tidak menentu akan sesuatu hal
menyebabkan individu merasa terancam.

C. JENIS-JENIS GANGGUAN JIWA


Jenis-jenis gangguan jiwa terbagi dalam organik dan simtomatik,
skizofrenia, gangguan skizotipal, gangguan waham, gangguan suasana
perasaan, gangguan neurotik, gangguan somatoform, sindrom perilaku
yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik, gangguan
kepribadian dan perilaku masa dewasa, retardasi mental, gangguan
perkembangan psikologis, gangguan perilaku dan emosional dengan
onset masa kanak dan remaja.

a. Skizofrenia
Skizofrenia adalah bentuk psikosa fungsional paling berat, dan
menimbulkan disorganisasi personalitas yang terbesar. Skizofrenia
juga merupakan suatu bentuk psikosa yang sering dijumpai dimana-
mana sejak dahulu kala. Dalam kasus berat, klien tidak mempunyai
kontak dengan realitas, sehingga pemikiran dan perilakunya
abnormal. Jarang bisa terjadi pemulihan sempurna dengan spontan
dan jika tidak diobati biasanya berakhir dengan personalitas yang
rusak atau cacat.
b. Depresi
Depresi adalah salah satu masa terganggunya fungsi manusia yang
berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya,
termasuk perubahan pada pola tidur, nafsu makan, psikomotor,
konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa, tak berdaya, serta gagasan
bunuh diri.
c. Kecemasan
Cemas merupakan pengalaman psikis yang biasa dan wajar, yang
pernah dialami oleh setiap orang dalam rangka memacu individu
untuk mengatasi masalah yang dihadapi sebaik-baiknya. Suatu
keadaan seseorang merasa khawatir dan takut sebagai bentuk reaksi
dari ancaman yang tidak spesifik.
d. Gangguan mental organic
Gangguan Mental Organic adalah gangguan jiwa yang psikotik atau
non-psikotik yang disebabkan oleh gangguan fungsi jaringan otak.
Gangguan fungsi jaringan otak ini dapat disebabkan oleh penyakit
fisik, terutama jika mengenai otak.
e. Retardasi mental
Retardasi mental merupakan keadaan perkembangan jiwa yang
terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya
hilangnya keterampilan selama masa perkembangan, sehingga
berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh, misalnya
kemampuan kognitif, bahasa, motorik, dan sosial.
f. Gangguan perilaku masa anak dan remaja
Anak dengan gangguan perilaku menunjukkan perilaku yang tidak
sesuai dengan permintaan, kebiasaan atau norma-norma masyarakat.
Anak dengan gangguan perilaku dapat menimbulkan kesukaran
dalam asuhan dan pendidikan.

D. TANDA DAN GEJALA GANGGUAN JIWA


Gejala gangguan jiwa merupakan hasil interaksi yang kompleks
antara unsur somatic, psikologik, dan sosio-budaya. Gejala- gejala inilah
sebenarnya yang menandakan dekompensasi proses adaptasi dan terdapat
terutama pemikiran, perasaan dan perilaku. Gejala gangguan jiwa dalam
taraf awal sulit dibedakan, gejala itu seringkali nampak pada orang
normal yang sedang tertekan emosinya. Gejala yang muncul umum nya
mengenai keadaan fisik, mental dan emosi. Beberapa tanda gejala adalah
sebagai berikut;
a. Ketegangan (tension), Rasa putus asa dan murung, gelisah, cemas,
perbuatan-perbuatan yang terpaksa (convulsive), hysteria, rasa
lemah, tidak mampu mencapai tujuan, takut, pikiran-pikiran buruk.
b. Gangguan kemauan
Klien memiliki kemauan yang lemah (abulia) susah membuat
keputusan atau memulai tingkah laku, susah sekali bangun pagi,
mandi, merawat diri sendiri sehingga terlihat kotor, bau, dan acak-
acakan.
c. Gangguan emosi
Klien merasa senang, gembira yang berlebihan. Klien merasa
sebagai orang penting, sebagai raja, pengusaha, orang kaya, titisan
Bung Karno tetapi dilain waktu ia bisa merasa sangat sedih,
menangis, tak berdaya (depresi) sampai ada ide ingin mengakhiri
hidupnya.
d. Gangguan psikomotor hiperaktivitas
Klien melakukan pergerakan yang berlebihan naik keatas atap,
berlari, berjalan maju mundur, meloncat-loncat, melakukan apa-apa
yang tidak disuruh atau menentang apa yang disuruh, diam lama
tidak bergerak atau melakukan gerakan aneh.
e. Delusi atau Waham
Keyakinan yang tidak rasional (tidak masuk akal) meskipun telah
dibuktikkan secara obyektif bahwa keyakinannya itu tidak rasional,
namun penderita tetap meyakini kebenarannya.
f. Halusinasi
Pengalaman panca indera tanpa ada rangsangan misalnya penderita
mendengar suara-suara atau bisikan-bisikan di telinganya padahal
tidak ada sumber dari suara/bisikan itu.
g. Kekacauan alam pikir
Dapat dilihat dari isi pembicaraannya, misalnya bicaranya kacau
sehingga tidak dapat diikuti jalan pikirannya.
h. Tidak ada atau kehilangan kehendak (avalition), tidak ada inisiatif,
tidak ada upaya usaha, tidak ada spontanitas, monoton, tidak ingin
apa-apa dan serba malas dan selalu.

E. DAMPAK GANGGUAN JIWA BAGI KELUARGA DAN


LINGKUNGAN
Jika suatu keluarga memiliki anggota keluarga yang menderita
gangguan jiwa dan biasanya penderita belum terbiasa dengan :

a. Penolakan
Sering terjadi ketika ada keluarga yang menderita gangguan jiwa ,
ada pihak anggota keluarga lain menolak penderita tersebut dan
meyakini memiliki penyakit berkelanjutan.Pada tahap awal ,
keluarga akan melindungi anggota keluarganya yang sakit dari orang
lain dan menyalahkan serta merendahkan anggota keluarganya yang
sakit untuk perilaku tidak dapat diterima dan kurangnya prestasi.
Sikap tersebut mengarah pada ketegangan dalam keluarga, dan
isolasi serta kehilangan hubungan yang bermakna dengan keluarga
yang tidak mendukung si penderita.
b. Stigma atau Sudut Pandang
Informasi dan pengetahuan tentang gangguan jiwa tidak semua
anggota keluarga mengetahuinya. Keluarga menganggap penderita
tidak dapat berkomunikasi seperti orang normal lainnya. Hal itu
menyebabkan beberapa keluarga merasa tidak nyaman untuk
mengikut sertakan penderita dalam kegiatan tertentu.
c. Frustasi , tidak berdaya , dan kecemasan
Anggota keluarga memahami kesulitan yang penderita miliki.
Keluarga dapat menjadi marah-marah , cemas , dan frustasi karena
berjuang untuk mendapatkan kembali ke rutinitas yang sebelumnya
penderita lakukan.
d. Duka
Kesedihan bagi keluarga dimana orang yang di cintai memiliki
penyakit mental. Penyakit ini menganggu kemampuan seseorang
untuk berfungsi dan berpartisipasi dalam kegiatan normal dari
kehidupan sehari-hari, dan penurunan yang dapat terus - menerus.
Keluarga dapat menerima kenyataan penyakit yang dapat di obati,
tetapi tidak dapat disembuhkan.

F. PENGERTIAN KEKAMBUHAN
Kambuh merupakan keadaan klien dimana muncul gejala yang
sama seperti sebelumnya dan mengakibatkan klien harus dirawat
kembali. Kekambuhan gangguan jiwa psikotik adalah munculnya
kembali gejala-gejala pisikotik yang nyata. Angka kekambuhan secara
positif hubungannya dengan beberapa kali masuk Rumah Sakit (RS),
lamanya dan perjalanan penyakit. Penderita-penderita yang kambuh
biasanya sebelum keluar dari RS mempunyai karakteristik hiperaktif,
tidak mau minum obat dan memiliki sedikit keterampilan sosial.

G. PENCEGAHAN KEKAMBUHAN PADA PASIEN GANGGUAN


JIWA
Pencegahan kekambuhan adalah mencegah terjadinya timbulnya
kembali (kambuh) gejala-gejala yang sebelumnya sudah memperoleh
kemajuan. Pada gangguan jiwa kronis diperkirakan mengalami
kekambuhan 50% pada tahun pertama , dan 79% pada tahun ke dua
(Yosep,2009)
Kekambuhan pada pasien gangguan jiwa terjadi karena timbulnya
gejala yang sama seperti sebelumnya. Beberapa faktor mempengaruhi
kekambuhan penderita gangguan jiwa antara lain dukungan keluarga,
ketersediaan pelayanan kesehatan, kepatuhan minum obat, dan faktor
lingkungan yang kurang mendukung.
Setelah klien pulang ke rumah, sebaiknya klien melakukan berobat
jalan ke puskesmas di wilayahnya yang memiliki program kesehatan
jiwa. Perawat komunitas yang menangani klien dapat menganggap rumah
klien sebagai “ruangan perawatan”. Perawat , klien, keluarga dan warga
sekitar bekerja sama untuk membantu proses adaptasi klien di dalam
keluarga dan masyarakat. Klien agar selalu didukung, motivasi, diajak
bercerita, tidak dikucilkan, didiskriminasi, dikecualikan ataupun
digunjing.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh keluarga dan
lingkungan sekitar dalam merawat pasien antara lain :

a. Memberikan kegiatan/ kesibukan dengan membuatkan jadwal


sehari – hari
b. Selalu menemani dan tidak membiarkan penderita sendiri dalam
melakukan suatu kegiatan, misalnya : makan bersama, bekerja
bersama, bepergian dll.
c. Meminta keluarga atau teman untuk menyapa klien, jika klien
mulai menyendiri atau berbicara sendiri
d. Mengajak ikut aktif dan berperan serta dalam kegiatan masyarakat,
misalnya : pengajian, kerja bakti dll
e. Berikan pujian, umpan balik atau dukungan untuk ketrampilan
sosial yang dapat dilakukan
f. Mengontrol kepatuhan pasien minum obat secara benar sesuai
dengan resep dokter
g. Jika klien malas minum obat, anjurkan untuk minum obat secara
halus dan emapti. Hindari tindakan paksa yang menimbulkan
trauma bagi pasien.
h. Kontrol suasana lingkungan / pembicaraan yang dapat memancing
terjadinya marah
i. Mengenali tanda – tanda yang muncul sebagai gejala kekambuhan
segera kontrol ke dokter/RS jika muncul perubahan perilaku yang
menyimpang atau obat habis
H. FAKTOR PENYEBAB KEKAMBUHAN
Munculnya kembali gejala-gejala yang sebelumnya biasanya
terjadi karena adanya kejadian-kejadian buruk sebelum mereka kambuh.
Adapun beberapa faktor penyebab klien kambuh dan perlu dirawat di
rumah sakit;

a. Klien
Sudah diketahui bahwa klien mengonsumsi obat secara tidak
teratur sehingga mempunyai peluang untuk kambuh kembali.
b. Dokter ( Pemberi resep)
Mengonsumsi obat secara teratur dapat mengurangi resiko kambuh,
namun pemakaian obat neuroleptic yang lama dapat menimbulkan
efek samping Tardive Diskinesia yang dapat mengganggu
hubungan sosial seperti gerakan yang tidak terkontrol.
c. Penanggung Jawab Klien
Ketika klien di izinkan untuk pulang dan berobat jalan, maka
perawat puskesmas bertanggung jawab atas program adaptasi klien
di rumah.
d. Keluarga
Teknik terapi yang bisa dilakukan seperti mengumpulkan semua
anggota keluarga dan memberi kesempatan untuk menyampaikan
perasaan-perasaannya. Memberi kesempatan kepada penderita
gangguan jiwa untuk menambah ilmu dan wawasan baru serta
memfasilitasi untuk hijrah dan mendapatkan pengalaman baru.

I. TANDA - TANDA KEKAMBUHAN


Tahap I :
Penderita memperlihatkan ketegangan yang berlebihan (overextension),
sering mengeluh cemas terus – menerus, tak dapat konsentrasi, lupa kat –
kata dalam pertengahan kalimat, adanya hambatan mental dalam aktivitas
dan penampilan diri yang menurun.
Tahap II :
Memperlihatkan keterbatasan tingkat kesadaran (retriction conciusness),
depresi, mudah bosan, apatis, obsesional dan fobia, mengeluh sakit di
seluruh tubuh (somatisasi), menarik diri dari aktivitas sehari – hari dan
membatasi stimulus eksternal.

Tahap III :
Kadang - kadang menunjukan penampilan psikotik, hipomania, gangguan
persepsi, gangguan isi pikir dan gagal memakai mekanisme pembelaan
yang matang.

Tahap IV :
Memperlihatkan gejala psikotik yang jelas, adanya halusinasi dan waham
secara terus menerus.

Tahap V :
Penderita tidak lagi mengenal keluarga dan menganggap keluarga
sebagai penipu. Dapat pula penderita mengamuk.

Tahap VI :
Penderita nampak seperti robot dan bingung serta gelisah.

Jika muncul tanda – tanda di atas segera bantu klien untuk


mengungkapkan apa yang dirasakan dan segera kontrol ke RS, sehingga
segera mendapat pertolongan.

J. PERAN KELUARGA DALAM PENCEGAHAN KEKAMBUHAN


PASIEN GANGGUAN JIWA
Pentingnya dukungan keluarga dalam perawatan klien gangguan
jiwa dapat dipandang dari berbagai segi :
a. Keluarga merupakan tempat individu memulai hubungan
interpersonal dengan lingkungannya. Keluarga merupakan institusi
pendidikan utama bagi individu untuk belajar dan mengembangkan
nilai, keyakinan, sikap dan perilaku.
b. Keluarga dipandang sebagai suatu sistem maka gangguan yang
terjadi pada satu anggota keluarga dapat mempengaruhi seluruh
sistem.
c. Berbagai pelayanan kesehatan jiwa bukan klien seumur hidup
tetapi hanya fasilitas pembantu klien dan keluarga mengembangkan
kemampuan dalam mencegah terjadinya masalah, menanggulangi
berbagai masalah dan mempertahankan keadaan adaptif.
d. Beberapa penelitian menyebabkan bahwa salah satu penyebab
kambuhnya gangguan jiwa adalah keluarga yang tidak tahu cara
menangani perilaku klien dirumah.

Pasien jiwa sering mengalami kekambuhan. Hal ini disebabkan


karena pengobatan yang terhenti dan peran serta keluarga dalam merawat
penderita gangguan jiwa. Pernyataan diatas menunjukan bahwa keluarga
berperan penting dalam proses terjadinya kekambuhan. Dukungan
keluarga dapat meliputi informasi verbal atau nonverbal, saran, bantuan
yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh anggota keluarga yang
lain yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh
pada tingkah laku penderita gangguan jiwa.
Dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal
yang melindungi seseorang dari efek stres yang buruk, atau suatu bentuk
hubungan interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan penerimaan
terhadap anggota keluarga, sehingga anggota keluarga merasa ada yang
memperhatikannya. Peranan penting keluarga adalah sebagai pendukung
keseharian pasien, dukungan dapat berbentuk informasional, penilaian,
instrumental serta emosional.
a. Dukungan informasional
Berfungsi sebagai pemberi informasi tentang dunia. Dukungan
informasi yang terjadi diberikan oleh keluarga dalam bentuk
nasehat, saran dan diskusi tentang bagaimana cara mengatasi atau
memecahkan masalah yang ada.
b. Dukungan penilaian
Pertolongan pada individu untuk memahami kejadian depresi
dengan baik dan juga sumber depresi dan strategi koping yang
dapat digunakan dalam menghadapi stressor.
c. Dukungan instrumental
Sebuah sumber pertolongan atau dukungan yang diberikan oleh
keluarga secara langsung yang meliputi bantuan material seperti
memberikan tempat tinggal, meminjamkan atau memberikan uang
dan bantuan dalam mengerjakan tugas rumah sehari-hari.
d. Dukungan emosional
Pelabuhan istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan
emosional serta meningkatkan moral keluarga. Dukungan
emosianal melibatkan empati, perhatian, pemberian semangat,
kehangatan pribadi, cinta, atau bantuan emosional.

K. PERAN KADER DAN TOKOH MASYARAKAT


Kader kesehatan dan tokoh masyarakat memiliki peranan penting
dalam mensosialisasikan kesehatan jiwa, hal ini dikarenakan kader
merupakan ujung tombak untuk melakukan pelaporan sekaligus
penanganan dan tindak lanjut masalah kejiwaan yang ada dilingkungan
(Kancee, 2010). Peran Kader Kesehatan jiwa berperan serta dalam
meningkatkan, memelihara dan mempertahankan kesehatan jiwa
masyarakat (Keliat, 2007). Kader sebagai orang yang berpengaruh dalam
pelayanan kesehatan perlu ditingkatkan pengetahuan dan keterampilan
dalam penaganan atau pelayanan kesehatan yang diberikan, sehingga
kader dalam menjalankan tugasnya lebih baik dan tepat (Moersalin,
2009) dalam (Faradila, 2019).
Kader kesehatan dalam menjalankan perannya seperti kunjungan
rumah adalah mengawasi dalam pengobatan, pernah mengikuti kegiatan
promosi kesehatan untuk meningkatkan pengahuan, sikap dan perilaku
kepada pasien gangguan jiwa, melakukan terapi aktivitas kelompok dan
melakukan bantuan rujukan apabila pasien akan melakukan kunjugan
kesehatan. Hal yang sama pada tokoh masyarakat sebagai pengayom
warga dapat membantu saat wara membutuhkan pertolongan termasuk
dalam hal pemeriksaan kesehatan pada pasien pasca pasung sudah
berjalan dengan baik (Faradila, 2019)
Peran kader kesehatan jiwa dalam program pencegahan primer
yakni melakukan identifikasi primer berupa pendataan, pemberian
pendidikan kesehatan dan memberikan motivasi. Peran kader kesehatan
jiwa dalam program pencegahan sekunder yakni deteksi dini dan
sosialisasi. Peran kader kesehatan jiwa dalam program pencegahan tersier
yakni memberikan motivasi dan mengingatkan kepada pasien untuk rutin
minum obat, selain itu kader menyampaikan kepada keluarga untuk
memantau pasien minum obat (Sahriana, 2018).

L. PERAN PUSKESMAS DALAM PENANGANAN GANGGUAN JIWA


Sebagai pelaksana pelayanan kesehatan jiwa masyarakat,
puskesmas melakukan upaya yang meliputi promosi/ preventif
(pencegahan), kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif yang mana ketiga
peran puskesmas ini disebut Tri Upaya Bina Jiwa. Pelaksanaan tersebut
dilakukan dilingkungan keluarga, lembaga dan masyarakat. Adapun
penjelasan dari Tri Upaya Bina Jiwa adalah sebagai berikut:

e. Upaya promosi
Upaya promosi merupakan suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan jiwa yang bersifat promosi
kesehatan jiwa. Upaya ini bertujuan untuk menghilangkan stigma,
diskriminasi, pelanggaran hak asasi penderita gangguan jiwa yang
ada pada sebagian masyarakat. Adapun upaya promosi
dilaksanakan di lingkungan keluarga, lembaga pendidikan, tempat
kerja, masyarakat, fasilitas pelayanan kesehatan, media massa,
lembaga keagamaan dan tempat ibadah dan lembaga
permasyarakatan dan rumah tahanan.
f. Upaya preventif (pencegahan)
Upaya preventif merupakan suatu kegiatan untuk mencegah
terjadinya masalah kejiwaan dan gangguan jiwa. Adapun tujuan
upaya preventif adalah untuk mencegah terjadinya masalah
kejiwaan, mencegah timbulnya dan kambuhnya gangguan jiwa,
mengurangi faktor risiko akibat gangguan jiwa pada masyarakat
secara umum atau perorangan dan mencegah timbulnya dampak
masalah psikososial.
g. Upaya kuratif (pengobatan)
Upaya kuratif merupakan kegiatan pemberian pelayanan kesehatan
terhadap penderita gangguan jiwa yang mencakup proses diagnosa
dan pengobatan yang tepat. Pada tahap kuratif ini penderita
gangguan jiwa diberi obat-obatan sebagai penenang atau pencegah
kekambuhan.
h. Upaya rehabilitasi
Upaya rehabilitasi merupakan kegiatan atau serangkaian kegiatan
pelayanan kesehatan jiwa yang ditujukan untuk memulihkan fungsi
sosial serta mempersiapkan dan memberi kemampuan penderita
gangguan jiwa agar mandiri di masyarakat. Upaya rehabilitasi
penderita gangguan jiwa meliputi rehabilitasi psikologi dan
reabilitasi psikososial.
Daftar Pustaka
Andri, 2008, Kongres Nasional Skizofrenia V Closing The Treathment Gap
forSchizophrenia.
Gani, A. (2019). Dukungan Keluarga Terhadap Kekambuhan Paisen Gangguan
Jiwa di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soeroyo di APMagelang. Jurnal
Kesehatan Poltekkes Palembang Vol 14, No 1. eISSN 2654-3427
Keliat, B.A., & Akemat. (Ed). (2009). Model praktik keperawatan profesional
jiwa. Jakarta : EGC.
Kusumaningtyas R, Widodo A. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Jiwa Keluarga
Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Pencegahan Kekambuhan Gangguan
Jiwa Di Desa Makamhaji Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo.
2017.
Maramis. (2010). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2. Surabaya: Airlangga
Moersalin, M. (2009). Ketika Gubernur Kerumah Sakit Jiwa.
www.harianaceh.com/opini/2670-ketika-gubernur-ke-rumah-
sakitjiwa.html. Diakses 12 Desember 2019.
Rahmiani., Hanum, F. (2018). Analisis Dukungan Sosial Keluarga Terhadap
Pencegahan Kekambuhan Jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Sukajaya.
SEL Jurnal Penelitian Kesehan vol. 5 No. 2
Sahriana. (2018). Peran Kader Kesehatan Jiwa Dalam Program Kesehatan Jiwa
Komunitas Di Masyarakat. Tesis. Surabaya: Fakultas Keperawatan,
Universitas Airlangga Surabaya.
Setiati, E., Sumarni., Suryawati, S. (2017). Dukungan sosial dan ketaan
pengobatan dengan kekambuhan pasien di Purworejo. BKM journal of
community Medicine and Public Health
Sari, Y, P., Sapitri, V, N., Yaslina. (2018). Faktor-faktor yang berhubungan
dengan terjadinya kekambuhan pada penderita gangguan jiwa di wilayah
kerja puskesmas sungai dareh kabupatrn Darmasraya
Sharif, F., Shaygan, M., & Mani, A. (2012). Effect of a psycho-educational
intervention for family members on caregiver burdens and psychiatric
symptoms in patients with schizophrenia in Shiraz, Iran. BMC
psychiatry, 12, 48. doi:10.1186/1471-244X-12-48.
Umah, Lutviana Khoiril. (2016). Peran Puskesmas Pembantu Kesehatan Jiwa
Dalam Penanganan Gangguan Jiwa di Desa Paringan Kecamatan
Jenengan Kabupaten Ponorogo. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Dakwah
Dan Komunikasi, Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Wibowo, S. (2016). Penderita Gangguan Jiwa di Jawa Tengah Terus Meningkat.
Retrieved April 18, 2017, from Tempo.co:
https://gaya.tempo.co/read/811005/penderita-gangguan-jiwa-di-jawa-
tengah-terus-meningkat.Diakses pada tanggal 23 April 2017
Yosep, I. (2009). Keperawatan Jiwa Edisi Refisi. Bandung: PT.Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai