Disusun oleh :
2019
I. Analisis Situasi
Keperawatan jiwa merupakan bentuk pelayanan profesional yang
didasarkan pada ilmu keperawatan jiwa bentuk pelayanan Bio-Psiko-Sosio-
Spritual yang komperhensif. Bentuk Asuhan keperawatan jiwa yang
meliputi pencegahan primer adalah pendidikan kesehatan, pengubahan
lingkungan dan dukungan sistem sosial.
Keluarga sebagai orang terdekat dengan klien merupakan sistem
pendukung utama dalam memberikan pelayanan langsung pada saat klien
berada dirumah. Oleh karena itu keluarga memiliki peran penting didalam
upaya pencegahan kekambuhan penyakit pada klien jiwa. Bukan hanya
keluarga, warga sekitar, kader kesehatan, tenaga pelayanan kesehatan dan
tokoh masyrakat pun mempunyai peran dalam pencegahan kekambuhan
pada ODGJ. Melihat fenomena diatas, maka perlunya mempunyai
pemahaman mengenai cara perawatan anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa. Salah satu upaya yang dilakukan adalah perawat dapat
melaksanakan penyuluhan guna memberikan pendidikan kesehatan kepada
masyarakat.
II. Masalah
Kendala yang dihadapi oleh keluarga, warga sekitar dan para tokoh
masyarakat yaitu kurangnya pemahaman mengenai pencegahan
kekambuhan pada pasien gangguan jiwa. Kekambuhan pada pasien
gangguan jiwa dapat bersumber pada perlakuan keluarga, lingkungan sekitar
dan konsumsi obat.
Sub Pokok Bahasan : Pengertian, Faktor penyebab, Jenis-jenis, tanda dan gejala,
dampak, pencegahan kekambuhan
2. Leaflet, doorprize,
SAP, Materi,
nampan dan alas
nampan, kamera
3. Konsumsi peserta,
konsumsi dosen
beserta tamu
2 14.15-14.30 Keberangkata RSJD – Acara
n dari RSJD RT 01 (Yaya, Vevi)
pasar kliwon RW 12
Surakarta Joyosur
an
Acara
(Yaya, Vevi)
Mc (Rika) Jargon
Ice Breaking
Pemateri
(Ervina)
Time Keeper
(Yaya, Vevi)
Sambutan- Sambutan:
15.50- sambutan 1. Pak Arif
15.55 1. Dosen 2. Sidiq
UMS 3. Ketua RT
2. Ketua
15.55-
16.15 Penyuluhan Pemateri
Diskusi tanya (Ervina)
jawab
: Peserta penyuluhan
: Moderator
: Penyaji
:Fasilitatator
V. Metode
Ceramah dan tanya jawab
VI. Media
Leaflet, LCD, Proyektor
VII. Evaluasi
a. Prosedur : Validasi peserta dengan pertanyaan
b. Jenis : Lisan
c. Pertanyaan : -. Apakah faktor penyebab gangguan jiwa?
-.Bagaimanakah pencegahan kekambuhan
gangguan jiwa?
-. Apakah tanda dan gejala kekambuhan gangguan
jiwa?
VIII. Lampiran
d. Materi
e. Leaflet
f. Power point
Lampiran Materi
A. PENGERTIAN
Gangguan jiwa merupakan bentuk gangguan dan kekacauan fungsi
mental (kesehatan mental) yang disebabkan oleh kegagalan dalam
mereaksi mekanisme adaptasi dari fungsi-fungsi kejiwaan/mental
terhadap stimulus eksternal dan ketegangan - ketegangan sehingga
muncul gangguan fungsi atau gangguan struktur pada suatu bagian,
organ, atau sistem kejiwaan. Gangguan jiwa atau mental illness adalah
kesulitan yang harus dihadapi oleh seseorang karena hubungannya
dengan orang lain, kesulitan karena persepsinya tentang kehidupan dan
sikapnya terhadap dirinya sendiri. Gangguan jiwa menyebabkan
penderitanya tidak sanggup menilai kenyataan dengan baik, tidak dapat
menguasai dirinya untuk mencegah, mengganggu orang lain atau
merusak/menyakiti dirinya sendiri.
a. Faktor keturunan
b. Faktor fisiologi dan biologis (somatogenik), seperti terjadinya
kerusakan pada otak (brain damage), kegagalan perkembangan otak,
ataupun cacat fisik lainnya yang berpengaruh pada kegagalan otak,
gangguan peredaran darah, keracunan, pemakaian alcohol jangka
panjang, kekurangan vitamin, epilepsi.
c. Faktor psikologis (psikogenik), seperti rasa sepi, stress, kecemasan,
kegagalan, kasih sayang orang tua yang dingin, kaku dan keras serta
acuh tak acuh.
d. Faktor Lingkungan (sosiogenik), seperti peperangan , kelaparan,
kehidupan di penjara, lingkungan sekolah yang terlalu kompetitif,
kemiskinan, pengangguran, ketidakadilan, ketidakamanan,
diskriminasi sosial.
e. Suasana rumah yang tidak harmonis seperti sering bertengkar, salah
pengertian, kurang bahagia.
f. Faktor jasmaniah, beberapa peneliti berpendapat bentuk tubuh
seseorang berhubungan dengan gangguan jiwa tertentu. Misalnya
yang bertubuh gemuk/endoform cenderung menderita psikosa manik
depresif, sedang yang kurus/ectoform cenderung menjadi
skizofrenia.
g. Orang yang bersifat temperamen atau terlalu peka/sensitif biasanya
mempunyai masalah kejiwaan dan ketegangan yang memiliki
kecenderungan mengalami gangguan jiwa.
h. Penyakit-penyakit tertentu misalnya penyakit jantung, kanker, dan
sebagainya mungkin dapat menyebabkan merasa murung dan sedih.
Demikian pula cedera/cacat tubuh tertentu dapat menyebabkan rasa
rendah diri.
i. Ansietas, ketakutan dan kekhawatiran pada sesuatu hal yang tidak
jelas dan perasaan yang tidak menentu akan sesuatu hal
menyebabkan individu merasa terancam.
a. Skizofrenia
Skizofrenia adalah bentuk psikosa fungsional paling berat, dan
menimbulkan disorganisasi personalitas yang terbesar. Skizofrenia
juga merupakan suatu bentuk psikosa yang sering dijumpai dimana-
mana sejak dahulu kala. Dalam kasus berat, klien tidak mempunyai
kontak dengan realitas, sehingga pemikiran dan perilakunya
abnormal. Jarang bisa terjadi pemulihan sempurna dengan spontan
dan jika tidak diobati biasanya berakhir dengan personalitas yang
rusak atau cacat.
b. Depresi
Depresi adalah salah satu masa terganggunya fungsi manusia yang
berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya,
termasuk perubahan pada pola tidur, nafsu makan, psikomotor,
konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa, tak berdaya, serta gagasan
bunuh diri.
c. Kecemasan
Cemas merupakan pengalaman psikis yang biasa dan wajar, yang
pernah dialami oleh setiap orang dalam rangka memacu individu
untuk mengatasi masalah yang dihadapi sebaik-baiknya. Suatu
keadaan seseorang merasa khawatir dan takut sebagai bentuk reaksi
dari ancaman yang tidak spesifik.
d. Gangguan mental organic
Gangguan Mental Organic adalah gangguan jiwa yang psikotik atau
non-psikotik yang disebabkan oleh gangguan fungsi jaringan otak.
Gangguan fungsi jaringan otak ini dapat disebabkan oleh penyakit
fisik, terutama jika mengenai otak.
e. Retardasi mental
Retardasi mental merupakan keadaan perkembangan jiwa yang
terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya
hilangnya keterampilan selama masa perkembangan, sehingga
berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh, misalnya
kemampuan kognitif, bahasa, motorik, dan sosial.
f. Gangguan perilaku masa anak dan remaja
Anak dengan gangguan perilaku menunjukkan perilaku yang tidak
sesuai dengan permintaan, kebiasaan atau norma-norma masyarakat.
Anak dengan gangguan perilaku dapat menimbulkan kesukaran
dalam asuhan dan pendidikan.
a. Penolakan
Sering terjadi ketika ada keluarga yang menderita gangguan jiwa ,
ada pihak anggota keluarga lain menolak penderita tersebut dan
meyakini memiliki penyakit berkelanjutan.Pada tahap awal ,
keluarga akan melindungi anggota keluarganya yang sakit dari orang
lain dan menyalahkan serta merendahkan anggota keluarganya yang
sakit untuk perilaku tidak dapat diterima dan kurangnya prestasi.
Sikap tersebut mengarah pada ketegangan dalam keluarga, dan
isolasi serta kehilangan hubungan yang bermakna dengan keluarga
yang tidak mendukung si penderita.
b. Stigma atau Sudut Pandang
Informasi dan pengetahuan tentang gangguan jiwa tidak semua
anggota keluarga mengetahuinya. Keluarga menganggap penderita
tidak dapat berkomunikasi seperti orang normal lainnya. Hal itu
menyebabkan beberapa keluarga merasa tidak nyaman untuk
mengikut sertakan penderita dalam kegiatan tertentu.
c. Frustasi , tidak berdaya , dan kecemasan
Anggota keluarga memahami kesulitan yang penderita miliki.
Keluarga dapat menjadi marah-marah , cemas , dan frustasi karena
berjuang untuk mendapatkan kembali ke rutinitas yang sebelumnya
penderita lakukan.
d. Duka
Kesedihan bagi keluarga dimana orang yang di cintai memiliki
penyakit mental. Penyakit ini menganggu kemampuan seseorang
untuk berfungsi dan berpartisipasi dalam kegiatan normal dari
kehidupan sehari-hari, dan penurunan yang dapat terus - menerus.
Keluarga dapat menerima kenyataan penyakit yang dapat di obati,
tetapi tidak dapat disembuhkan.
F. PENGERTIAN KEKAMBUHAN
Kambuh merupakan keadaan klien dimana muncul gejala yang
sama seperti sebelumnya dan mengakibatkan klien harus dirawat
kembali. Kekambuhan gangguan jiwa psikotik adalah munculnya
kembali gejala-gejala pisikotik yang nyata. Angka kekambuhan secara
positif hubungannya dengan beberapa kali masuk Rumah Sakit (RS),
lamanya dan perjalanan penyakit. Penderita-penderita yang kambuh
biasanya sebelum keluar dari RS mempunyai karakteristik hiperaktif,
tidak mau minum obat dan memiliki sedikit keterampilan sosial.
a. Klien
Sudah diketahui bahwa klien mengonsumsi obat secara tidak
teratur sehingga mempunyai peluang untuk kambuh kembali.
b. Dokter ( Pemberi resep)
Mengonsumsi obat secara teratur dapat mengurangi resiko kambuh,
namun pemakaian obat neuroleptic yang lama dapat menimbulkan
efek samping Tardive Diskinesia yang dapat mengganggu
hubungan sosial seperti gerakan yang tidak terkontrol.
c. Penanggung Jawab Klien
Ketika klien di izinkan untuk pulang dan berobat jalan, maka
perawat puskesmas bertanggung jawab atas program adaptasi klien
di rumah.
d. Keluarga
Teknik terapi yang bisa dilakukan seperti mengumpulkan semua
anggota keluarga dan memberi kesempatan untuk menyampaikan
perasaan-perasaannya. Memberi kesempatan kepada penderita
gangguan jiwa untuk menambah ilmu dan wawasan baru serta
memfasilitasi untuk hijrah dan mendapatkan pengalaman baru.
Tahap III :
Kadang - kadang menunjukan penampilan psikotik, hipomania, gangguan
persepsi, gangguan isi pikir dan gagal memakai mekanisme pembelaan
yang matang.
Tahap IV :
Memperlihatkan gejala psikotik yang jelas, adanya halusinasi dan waham
secara terus menerus.
Tahap V :
Penderita tidak lagi mengenal keluarga dan menganggap keluarga
sebagai penipu. Dapat pula penderita mengamuk.
Tahap VI :
Penderita nampak seperti robot dan bingung serta gelisah.
e. Upaya promosi
Upaya promosi merupakan suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan jiwa yang bersifat promosi
kesehatan jiwa. Upaya ini bertujuan untuk menghilangkan stigma,
diskriminasi, pelanggaran hak asasi penderita gangguan jiwa yang
ada pada sebagian masyarakat. Adapun upaya promosi
dilaksanakan di lingkungan keluarga, lembaga pendidikan, tempat
kerja, masyarakat, fasilitas pelayanan kesehatan, media massa,
lembaga keagamaan dan tempat ibadah dan lembaga
permasyarakatan dan rumah tahanan.
f. Upaya preventif (pencegahan)
Upaya preventif merupakan suatu kegiatan untuk mencegah
terjadinya masalah kejiwaan dan gangguan jiwa. Adapun tujuan
upaya preventif adalah untuk mencegah terjadinya masalah
kejiwaan, mencegah timbulnya dan kambuhnya gangguan jiwa,
mengurangi faktor risiko akibat gangguan jiwa pada masyarakat
secara umum atau perorangan dan mencegah timbulnya dampak
masalah psikososial.
g. Upaya kuratif (pengobatan)
Upaya kuratif merupakan kegiatan pemberian pelayanan kesehatan
terhadap penderita gangguan jiwa yang mencakup proses diagnosa
dan pengobatan yang tepat. Pada tahap kuratif ini penderita
gangguan jiwa diberi obat-obatan sebagai penenang atau pencegah
kekambuhan.
h. Upaya rehabilitasi
Upaya rehabilitasi merupakan kegiatan atau serangkaian kegiatan
pelayanan kesehatan jiwa yang ditujukan untuk memulihkan fungsi
sosial serta mempersiapkan dan memberi kemampuan penderita
gangguan jiwa agar mandiri di masyarakat. Upaya rehabilitasi
penderita gangguan jiwa meliputi rehabilitasi psikologi dan
reabilitasi psikososial.
Daftar Pustaka
Andri, 2008, Kongres Nasional Skizofrenia V Closing The Treathment Gap
forSchizophrenia.
Gani, A. (2019). Dukungan Keluarga Terhadap Kekambuhan Paisen Gangguan
Jiwa di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soeroyo di APMagelang. Jurnal
Kesehatan Poltekkes Palembang Vol 14, No 1. eISSN 2654-3427
Keliat, B.A., & Akemat. (Ed). (2009). Model praktik keperawatan profesional
jiwa. Jakarta : EGC.
Kusumaningtyas R, Widodo A. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Jiwa Keluarga
Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Pencegahan Kekambuhan Gangguan
Jiwa Di Desa Makamhaji Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo.
2017.
Maramis. (2010). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2. Surabaya: Airlangga
Moersalin, M. (2009). Ketika Gubernur Kerumah Sakit Jiwa.
www.harianaceh.com/opini/2670-ketika-gubernur-ke-rumah-
sakitjiwa.html. Diakses 12 Desember 2019.
Rahmiani., Hanum, F. (2018). Analisis Dukungan Sosial Keluarga Terhadap
Pencegahan Kekambuhan Jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Sukajaya.
SEL Jurnal Penelitian Kesehan vol. 5 No. 2
Sahriana. (2018). Peran Kader Kesehatan Jiwa Dalam Program Kesehatan Jiwa
Komunitas Di Masyarakat. Tesis. Surabaya: Fakultas Keperawatan,
Universitas Airlangga Surabaya.
Setiati, E., Sumarni., Suryawati, S. (2017). Dukungan sosial dan ketaan
pengobatan dengan kekambuhan pasien di Purworejo. BKM journal of
community Medicine and Public Health
Sari, Y, P., Sapitri, V, N., Yaslina. (2018). Faktor-faktor yang berhubungan
dengan terjadinya kekambuhan pada penderita gangguan jiwa di wilayah
kerja puskesmas sungai dareh kabupatrn Darmasraya
Sharif, F., Shaygan, M., & Mani, A. (2012). Effect of a psycho-educational
intervention for family members on caregiver burdens and psychiatric
symptoms in patients with schizophrenia in Shiraz, Iran. BMC
psychiatry, 12, 48. doi:10.1186/1471-244X-12-48.
Umah, Lutviana Khoiril. (2016). Peran Puskesmas Pembantu Kesehatan Jiwa
Dalam Penanganan Gangguan Jiwa di Desa Paringan Kecamatan
Jenengan Kabupaten Ponorogo. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Dakwah
Dan Komunikasi, Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Wibowo, S. (2016). Penderita Gangguan Jiwa di Jawa Tengah Terus Meningkat.
Retrieved April 18, 2017, from Tempo.co:
https://gaya.tempo.co/read/811005/penderita-gangguan-jiwa-di-jawa-
tengah-terus-meningkat.Diakses pada tanggal 23 April 2017
Yosep, I. (2009). Keperawatan Jiwa Edisi Refisi. Bandung: PT.Refika Aditama.