Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

DEFISIT PERAWATAN DIRI

DOSEN PENGAMPUH : Ns. Echa F. Siswanto Amir., S.Kep

DISUSUN OLEH

NAMA NIM

CHESILYA SUMENDONG 02010010008 (AKTIF)


MOH. RIDHO MOKOAGOW 02010010019 (AKTIF)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


INSTITUT KESEHATAN & TEKNOLOGI GRAHA MEDIKA KOTAMOBAGU
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat, rahmat, dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun ”Askep Jiwa Defisit Perawatan Diri”
untuk menyelesaikan Tugas Mata kuliah Keperawatan Jiwa II.

Dalam penyusunan askep ini, tidak lepas dari hambatan yang kami hadapi, kami
menyadari dalam penulisan askep ini tentunya masih banyak kekurangan, untuk itu
kami mengharapkan saran dan kritikan yang dapat menyempurnakan askep ini,

kami berharap berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah
wawasan untuk pembaca dan juga untuk kami sendiri.

Kotamobagu, 30 September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................................

KATA PENGANTAR.........................................................................................................

DATAR ISI..........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................

A. Latar belakang.........................................................................................................
B. Rumusan masalah....................................................................................................
C. Tujuan......................................................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORI................................................................................................

A. Definsi ...................................................................................................................
B. Etiologi ...................................................................................................................
C. Tanda dan Gejala.....................................................................................................

D. Jenis - jenis..............................................................................................................

E. Rentan Respon.........................................................................................................

F. Proses Terjadinya Masalah .....................................................................................


G. Pohon Masalah........................................................................................................
H. Mekanisme Koping..................................................................................................
I. Penatalaksanaan.......................................................................................................
J. Akibat ...................................................................................................................

BAB III TINJAUAN KASUS.............................................................................................

A. Pengkajian...............................................................................................................
B. Diagnosa..................................................................................................................
C. Intervensi keperawatan............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan di dalam kebudayaan masyarakat banyak membawa
perubahan yang tidak kecil di dalam segi kehidupan manusia.Perubahan situasi
individu baik yang positif maupun negatif dapat mempengaruhi keseimbangan fisik,
mental dan sosial.Individu yang sehat jiwa inimeliputi menyadari kemampuan
dirinya secara penuh. Mampu menghadapi problem maupun situasi yang berat dan
mampu berada dengan orang lain (Keliat,dkk.2007).
Data statistik yang dikemukakan oleh (WHO) (2012) menyebutkan bahwa
sekitar 450 juta orang di dunia mengalami masalah gangguan kesehatan
jiwa.Sepertiga diantaranya terjadi di Negara berkembang. Data yang ditemukan oleh
peneliti di Harvard University dan University College London, mengatakan penyakit
kejiwaan pada tahun 2016 meliputi 32% dari semua jenis kecacatan diseluruh dunia.
Angka tersebut meningkat dari tahun sebelumnya (VOA Indonesia,2016).
Menurut WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60juta
orang terkena bipolar, 21 juta orang terkena skizofrenia, serta 47,5 jutaterkena
dimensia. Jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia saat ini adalah236 juta orang,
dengan kategori gangguan jiwa ringan 6% dari populasi dan0,17% menderita
gangguan jiwa berat, 14,3% diantaranya mengalami pasung.Tercatat sebanyak 6%
penduduk berusia 15-24 tahun mengalami gangguan jiwa, dari 34 provinsi di
Indonesia, Sumatera Barat merupakan peringkat ke 9 denganjumlah gangguan jiwa
sebanyak 50.608 jiwa dan prevalensi masalah skizofreniapada urutan ke-2 sebanyak
1,9 permil. Peningkatan gangguan jiwa yang terjadisaat ini akan menimbulkan
masalah baru yang disebabkan ketidakmampuan dangejala-gejala yang ditimbulkan
oleh penderita (Riskesdas 2013).
Dalam pasien dengan gangguan jiwa kurangnya keperawatan diri akibat
adanya perubahan proses pikir sehingga dalam kemampuan melakukan aktifitas
perawatan diri menurun.Pemeliharaan hygiene perorangan diperlukan untuk
kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan.Seperti pada orang sehat dapat
memenuhi kebutuhan personal hygienenya sendiri.Cara perawatan diri menjadi rumit
dikarenakan kondisi fisik atau keadaan emosional klien. Selain itu,beragam faktor
pribadi dan sosial budaya mempengaruhi praktik hygiene klien.
Karena perawatan hygiene seringkali memerlukan kontak yang dekat
dengan klien maka perawat menggunakan ketrampilan komunikasi untuk
meningkatkan hubungan terapeutik dan belajar tentang kebutuhan emosional
klien.Oleh karena itu penulis membahas makalah ini untuk mempelajari tentang
defisit perawatan diri dan mengkaji pasien dengan gangguan perawatan diri.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan diri ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan Diri.
2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui Definisi Defisit Perawatan Diri.
b) Untuk mengetahui Etiologi Defisit Perawatan Diri.
c) Untuk mengetahui Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri.
d) Untuk mengetahui Jenis Defisit Perawatan Diri.
e) Untuk mengetahui Rentang Respon Defisit Perawatan Diri.
f) Untuk mengetahui Proses Terjadiya Masalah Defisit Perawatan Diri.
g) Untuk mengetahui Pohon Masalah Defisit Perawatan Diri.
h) Untuk mengetahui Mekanisme Koping Defisit Perawatan Diri.
i) Untuk mengetahui Penatalaksanaan Defisit Perawatan Diri.
j) Untuk mengetahui Akibat Defisit Perawatan Diri.
k) Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada Klien Defisit Perawatan Diri.
l) Untuk mengetahui Evaluasi dari Defisit Perawatan Diri.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Defisit perawatan diri adalah kurangnya perawatan diri pada pasien dengan
gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan
untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri terlihat
dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri antaranya mandi, makan minum
secara mandiri, berhias secara mandiri, toileting (BAK/BAB) (Damaiyanti, 2012).
Defisit perawatan diri adalah kemampuandasar yang dimiliki manusia
dalam melengkapi kebutuhannya dalamkelangsungan hidupnya sesuai kondisi
kesehatannya.(Damaiyanti danIskandar, 2012).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan melakukanaktifitas
perawatan diri (mandi, berhias, makan serta toileting) kegiatan ituharus bisa
dilakukan secara mandiri ( Herman, 2011).

B. Etiologi
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), penyebab kurang perawatan diri
adalah kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Menurut Depkes (2000), penyebab
kurang perawatan diri adalah:
1. Factor predisposisi
a) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu.
b) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan
diri.
c) Kemampuan
realitas turun Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang
kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk
perawatan diri.
d) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
2. Faktor presivitasi
Faktor presivitasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan
motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami
individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan
diri.
Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi
personal hygiene adalah:
a) Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan
kebersihan dirinya.
b)  Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan
akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c)  Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat
gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
d) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik
dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes
mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e) Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
f) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri
seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
g)  Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan
perlu bantuan untuk melakukannya.

C. Tanda dan Gejala


Menurut Depkes (2000) tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri
adalah:
1. Fisik
a) Badan bau, pakaian kotor.
b) Rambut dan kulit kotor.
c) Kuku panjang dan kotor.
d) Gigi kotor disertai mulut bau.
e) Penampilan tidak rapi.
2. Psikologis
a) Malas, tidak ada inisiatif.
b) Menarik diri, isolasi diri.
c) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3. Social
a) Interaksi kurang.
b) Kegiatan kurang.
c) Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
d) Cara makan tidak teratur.
e) BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu
mandiri.
D. Jenis – Jenis
Menurut (Damaiyanti, 2012) jenis perawatan diri terdiri dari :
1. Defisit perawatan diri : mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi/beraktivitas
perawatan diri sendiri.
2. Defisit perawatan diri : berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas berpakaian
dan berhias untuk diri sendiri.
3. Defisit perawatan diri : makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sendiri.
4. Defisit perawatan diri : eliminasi
Hambatn kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas eliminasi
sendiri.

E. Rentang Respon

Adaptif maladaptif

Pola perawatan diri Kadang perawatan diri, Tidak melakukan perawatan


seimbang kadang tidak diri pada saat stres

1. Pola perawatan diri seimbang: saat pasien mendapatkan stressor dan mampu
untuk berperilaku adaptif maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang,
klien masih melakukan perawatan diri.
2. Kadang melakukan perawatan diri kadang tidak: saat pasien mendapatan stressor
kadang-kadang pasien tidak menperhatikan perawatan dirinya.
3. Tidak melakukan perawatan diri: klien mengatakan dia tidak perduli dan tidak
bisa melakukan perawatan saat stress (Ade, 2011).
F. Proses Terjadinya Masalah
Defisit perawatan diri terjadi diawali dengan proses terjadinya gangguan
jiwa yang dialami oleh klien sehingga menyebabkan munculnya gangguan defisit
perawatan diri pada klien. Pada klien skizofrenia dapat mengalami defisit perawatan
diri yang signifikan.Tidak memerhatikan kebutuhan higiene dan berhias biasa terjadi
terutama selama episode psikotik. Klien dapat menjadi sangat preokupasi dengan
ide-ide waham atau halusinasi sehingga ia gagal melaksanakan aktivitas dalam
kehidupan sehari-hari (stuart&laraia, 2005).
Faktor biologis terkait dengan adanya neuropatologi dan ketidakseimbangan
dari neurotransmiternya.Dampak yang dapat dinilai sebagai manifestasi adanya
gangguan adalah pada perilaku maladaptif pasien (Townsend, 2005).Secara biologi
riset neurobiologikal mempunyai fokus pada tiga area otak yang dipercaya dapat
melibatkan perilaku agresi yaitu sistem limbik, lobus frontalis dan hypothalamus.
Sistem Limbik merupakan cicin kortek yang berlokasi dipermukaan medial
masing-masing hemisfer dan mengelilingi pusat kutup serebrum. Fungsinya adalah
mengatur persyarafan otonom dan emosi (Suliswati,et al, 2002: Struat & Laraia,
2005). Menyimpan dan menyatukan informasi berhubungan dengan emosi, tempat
penyimpanan memori dan pengolahan informasi. Disfungsi pada sistem ini akan
menghadirkan beberapa gejala klinik seperti hambatan emosi dan perubahan
kebribadian (Kaplan, Saddock & Grebb, 2002).
Lobus Frontal berperan penting menjadi media yang sangat berarti dalam
perilaku dan berpikir rasional, yang saling berhubungan dengan sistem limbik
(Suliswati,et al, 2002: Struat & Laraia, 2005). Lobus frontal terlibat dalam dua fungsi
serebral utama yaitu kontrol motorik gerakan voluntir termasuk fungsi bicara, fungsi
fikir dan kontrol berbagai ekspresi emosi. Kerusakan pada daerah lobus frontal dapat
meyebabkan gangguan berfikir, dan gagguan dalam bicara/disorganisasi
pembicaraan serta tidak mampu mengontrol emosi sehingga berperilaku maladaptif
seperti tidak mau merawat diri : mandi, berpakaian/berhias, makan, toileting. Kondisi
ini menunjukkan gejala defisit perawatan diri (Townsend 2005).
Hypotalamus adalah bagian dari diensefalon yaitu bagian dalam dari
serebrum yang menghubungkan otak tengah dengan hemisfer serebrum.Fungsi
utamanya adalah sebagai respon tingkah laku terhadap emosi dan juga mengatur
mood dan motivasi.Kerusakan hipotalamus membuat seseorang kehilangan mood
dan motivasi sehingga kurang aktivitas dan dan malas melakukan sesuatu. Kondisi
seperti ini sering kita temui pada klien dengan defisit perawatan diri , dimana klien
butuh lebih banyak motivasi dan dukungan untuk dapat merawat dirinya (Suliswati,
2002; Stuart & Laraia, 2005).
Ganguan defisit perawatan diri juga dapat terjadi karena ketidakseimbangan
dari beberapa neurotransmitter.misalnya : Dopamine fungsinya mencakup regulasi
gerak dan koordinasi, emosi, kemampuan pemecahan masalah secara volunter (Boyd
& Nihart,1998 ; Suliswati, 2002). Transmisi dopamin berimplikasi pada penyebab
gangguan emosi tertentu.Pada klien skizoprenia dopamin dapat mempengaruhi
fungsi kognitif (alam pikir), afektif (alam perasaan) dan psikomotor (perilaku)
kondisi ini pada klien dengan defisit perawatan diri memiliki perilaku yang
menyimpang seperti tidak berkeinginan untuk melakukan perawatan diri (Hawari,
2001).
Serotonin berperan sebagai pengontrol nafsu makan, tidur, alam perasaan,
halusinasi, persepsi nyeri, muntah.Serotonin dapat mempengaruhi fungsi kognitif
(alam pikir), afektif (alam perasaan) dan psikomotor (perilaku) (Hawari, 2001). Jika
terjadi penurunan serotonin akan mengakibatkan kecenderungan perilaku yang
kearah maladaptif. Pada klien dengan defisit perawatan diri perilaku yang maladaptif
dapat terlihat dengan tidak adanya aktifitas dalam melakukan perawatan diri seperti :
mandi, berganti pakaian, makan dan toileting (Wilkinson,2007).
Norepinephrin berfungsi untuk kesiagaan, pusat perhatian dan orientasi;
proses pembelajaran dan memori. Jika terjadi penurunan kadar norepinephrine akan
dapat mengakibatkan kelemahan sehingga perilaku yang ditampilkan klien cendrung
negatif seperti tidak mau mandi, tidak mau makan maupun tidak mau berhias dan
toileting (Boyd & Nihart, 1998; Suliswati, 2002).
G. Pohon Masalah

Efek Gangguan Pemeliharaan Kesehatan (Bab/Bak, Mandi,


Makan, Minum

Core Defisit Perawatan Diri

Causa Menurunnya Motivasi Dalam Perawatan Diri

Isolasi Sosial : Menarik Diri

H. Mekanisme Koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongan di bagi menjadi 2 menurut
Damaiyanti 2012 yaitu:
1. Mekanisme koping adaptif Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi
pertumbuhan belajar dan mencapai tujuan. Kategori ini adalah klien bisa
memenuhi kebutuhan perawatan diri secara mandiri.
2. Mekanisme koping maladaptif Mekanisme koping yang menghambat fungsi
integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai
lingkungan. Kategorinya adalah tidak mau merawat diri.

I. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
a. Obat anti psikosis : Penotizin.
b. Obat anti depresi : Amitripilin.
c. Obat antu ansietas : Diasepam, bromozepam, clobozam.
d. Obat anti insomia : phnebarbital.
2. Terapi
a. Terapi Keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah klien
dengan memberikan perhatian :
1) Jangan memancing emosi klien.
2) Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga.
3) Berikan kesempatan klien mengemukakan pendapat.
4) Dengarkan, bantu, dan anjurkan pasien untuk mengemukakan masalah
yang dialaminya.
b. Terapi Aktivitas Kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan sosial, atau
aktivitas lainnya, dengan berdiskusi serta bermain untuk mengembalikan
keadaan klien karena maslah sebagian orang merupakan perasaan dan tingkah
laku pada orang lain. Ada 5 sesi yang harus dilakukan :
1) Manfaat perawatan diri.
2) Menjaga kebersihan diri.
3) Tata cara makan dan minum.
4) Tata cara eliminasi.
5) Tata cara berhias.
c. Terapi Musik
Dengan musik klien bisa terhibur, rileks, dan bermain untuk mengembalikan
kesadaran pasien.
Penatalaksanaan manurut herman (Ade, 2011) adalah sebagai berikut.
1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri.
2. Membimbing dan menolong klien merawat diri.
3. Ciptakan lingkungan yang mendukung.
J. Akibat
Akibat dari Defisit Perawatan Diri Menurut Damiyanti, 2012 sebagai berikut.
1. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak tidak
terpeliharanya kebersihan perorangandengan baik, gangguan 12 fisik yang seering
terjadi adalah: gangguan integritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut,
infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
2. Dampak psikososial Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygine
adalah gangguan kebutuhan aman nyaman , kebutuhan cinta mencintai, kebutuhan
harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
BAB III

TINJAUAN KASUS

PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

RUANGAN RAWAT : TANGGAL DIRAWAT :

I. IDENTITAS PASIEN
Initial : Tanggal Pengkajian :

Umur : RM No. :

Informan :

II. ALASAN MASUK


..................................................................................................

..............................................................................................

III. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu? Ya Tidak
2. Pengobatan sebelumnya : berhasil kurang berhasil
tidak berhasil
3. Pelaku/usia korban/usia saksi/usia
Aniaya fisik

Aniaya seksual

Penolakan

Kekerasan dalam keluarga

Tindakan kriminal

Jelaskan no 1,2,3 :
MASALAH KEPERAWATAN

4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Ya Tidak

Hubungan Keluarga Gejala Riwayat Pengobatan/Perawatan

............................ ......................... ...............................

............................ ......................... ...............................

MASALAH KEPERAWATAN

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan :

.....................................................................................

......................................................................................

IV. FISIK

1. Tanda vital : TD :.................N :...................S :....................P :....................

2. Ukur : TB :.................. BB :...................

3. Keluhan Fisik : Ya Tidak

Jelaskan :.........................................................................................

MASALAH KEPERAWATAN :
V. PSIKOSOSIAL

1. Genogram :

Keterangan :
: laki-laki : garis pernikahan

: perempuan : garis keturunan

: bercerai

: pasien x : meninggal

Anda mungkin juga menyukai