Dalam abad ke-18 daerah kompeni di Indonesia. Terutama di pulau Jawa semakin
luas, perdagangan semakin besar jumlahnya dan pekerjaannya pun makin beragam pula untuk
keperluan usaha itu. Kompeni sangar membutuhkan bantuan tenaga rakyat Indonesia yang
terdidik. Faktor inilah yang mendorong kompeni untuk merencanakan membuka sekolah-
sekolah. Rencana tersebut ternyata tidak dapat dilaksanakan oleh kompeni karena VOC
terpaksa bubar dan kekuasaan di Indonesia di ambil oleh pemerintah Hindia Belanda yang
untuk selanjutnya akan mengatur masyarakat dan pemerintah di daerah jajahannya.
Pemerintah Hindia Belanda juga merasakan akan kebutuhan tenaga kerja yang terdidik,
sehingga timbul pikiran untuk mengadakan pengajaran bagi rakyat umum di Indonesia.
Pengaruh revolusi Perancis dalam bidang pendidikan sampai pula ke Indonesia. Hal
ini terjadi 1808 sejak diangkanya Daendels sebaga gubernur jenderal untuk berkuasa di
Indonesia oleh Raja Belanda Louis Napoleon.
Pada tahun 1809 untuk pertama kalinya diselenggarakan pendidikan bidan sebagai
bagian dari usaha pemeliharaan kesehatan dengan guru-guru yang terdiri atas dokter yang
tinggal di Batavia (Jakarta) dengan menggunakan bahasa pengantar bahasa Melayu. Pada
tahun 1811 masa pemerintahan Daendels berakhir karena kekuasaan di pulau Jawa jatuh ke
tangan Inggris. Pada hal perintahnya mengenai pembukaan sekolah di tiap-tiap distrik dan
persebaran pengajaran belum terlaksana.
Sejak tahun 1816 kekuasaan atas pulau Jawa kembali ke tangan pemerintah Belanda.
Kali ini pemerintahan di wakili oleh komisaris jenderal Elout, Buykes, Van Der Cappelen,
dan komisaris jenderal Du Bus de Disignies. Para penguasa tersebut pada dasarnya bersama-
sama berkeinginan untuk melanjutkan usaha Daendels dalam bidang pendidikan. Maka usaha
pertama dari Reinwardt adalah menyusun undang-undang pendidikan dan pengajaran yang
memuat peraturan-peraturan atau ketentuan-ketentuan mengenai persekolahan. Akhirnya
pada tahun 1818 keluarlah peraturan pemerintah yang memuat peraturan umum mengenai
persekolahan dan sekolah rendah isinya hanya berupa ketentuan-ketentuan mengenai
pengawasan.
Sebagai langkah pertama dalam melaksanakan tujuan tersebut pada tahun 1831 Van
der Bosch mengedarkan angket tentang pendirian sekolah dasar negeri di tiap-tiap
keresidenan. “Persekutuan Injil”. Tetapi hasilnya ternyata tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan. Setelah melalu prosedur dan pembicaraan yang berlarut-larut akhirnya keluarlah
keputusan Raja Belanda Nomor. 95 tertanggal 30 September 1848 yang memberikan
wewenang kepada gubernur jenderal untuk menyediakan dana sebesar 25.000 gulden
pertahun, guna pendirian sekolah bumiputra di pulau Jawa, dengan tujuan utama “mendidik
calon-calon pegawai negeri”.
Pada waktu itu sekolah bumiputra terbagi menjadi dua kategori, yaitu:
a) Sekolah Dasar Kelas satu, sekolah ini didirikan di ibukota keresidenan, kebupaten
kewedenan atau sederajat. Dan di kota-kota yang menjadi pusat perdagangan dan kerajinan
dan di tempat-tempat yang dipandang perlu memiliki sekolah-sekolah dan murid-murid yang
dapat diterima di sekolah ini adalah murid golongan masyarakat atas.
b) Sekolah Dasar Kelas dua, Sekolah Dasar Kelas Dua didirikan di distrik-distrik atau
kewedenan-kewedanan sehingga disebut juga sekolah distrik. Sekolah dimaksud dibuka
untuk memenuhi kebutuhan pendidikan masyarakat umum.
Hoofdenschool atau Sekolah Raja mula-mula didirikan di Tondano pada tahun 1865.
Didirikannya sekolah raja itu melalui pertimbangan yang realistis demi kepentingan
konsolidasi di Indonesia. Sekolah ini disediakan bagi anak-anak dari bumiputra yang menjadi
kepala daerah dan golongan tokoh-tokoh bumiputra lainnya. Setelah percobaan di Tondano
berhasil, maka pada tahun 1878 Sekolah Raja di dirikan lagi di Bandung, Magelang, dan
Probolinggo. Bahasa pengantarnya adalah bahasa Melayu dan bahasa Belanda. Sekolah ini
merupakan sekolah lanjutan umum dengan tujuan mendidik calon-calon pegawai bumiputra
demi kepentingan administrasi pemerintah Hindia Belanda. Hoofdenschool atau Sekolah Raja
memastikan anak-anak dari bumiputra dapat diangkat menjadi pegawai pemerintah. Dengan
modal bahasa Belanda yang mereka dapat sewaktu di Sekolah Raja. Mereka dengan mudah
melaksanakan tugas-tugas Pemerintah.