Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

DEFISIT PERAWATAN DIRI


Dosen Pengampuh : Bapak, Aminuddin, S.Kep, Ners, M.Kes

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK II

NI MADE SEPTIANI
NURWATINI
PUTRI RAHMATIA WAUNIRA S
RIRIN
WIWIT AFRISA
MOH.JUHRI LATAE
MINARNI M.MATOLAI

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


POLTEKES KEMENKES PALU
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat taufik
dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Makalah
defisit perawatan diri ” ini. Makalah ini terwujud berkat partisipasi berbagai pihak. Oleh
karena itu, kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Tak ada gading yang tak retak begitu juga kami menyadari bahwa makalah ini
masih banyakk kekurangan. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran yang bersifat
membangun agar kami menjadi lebih baik lagi. Adapun harapan kami semoga makalah ini
dapat diterima dengan semestinya dan bermanfaat bagi kita semua dan semoga Allah SWT
meridhai kami. Amiin

Palu , 12 Agustus 2022

Penulis

ii
Daftar Isi

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
Daftar Isi.................................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan.............................................................................................................1
BAB II......................................................................................................................3
KONSEP MEDIS.....................................................................................................3
2.1 Pengertian.......................................................................................................3
2.2 Etiologi...........................................................................................................3
2.2.1 Faktor Predisposisi...................................................................................3
2.2.2 Faktor Presepitasi.....................................................................................3
2.3 Patofisiologi....................................................................................................4
2.4 Manifestasi Klinis...........................................................................................5
2.5 Komplikasi.....................................................................................................6
2.6 Penatalaksanaan..............................................................................................7
BAB III....................................................................................................................8
KONSEP KEPERAWATAN...................................................................................8
3.1 Pengkajian......................................................................................................8
3.2 Diagnosa Keperawatan.................................................................................10
3.3 Intervensi Keperawatan................................................................................12
RENCANA KEPERAWATAN DEFISIT KEPERAWATAN DIRI ...................16
TERAPI KELUARGA ..........................................................................................18
BAB IV..................................................................................................................20
PENUTUP..............................................................................................................20
4.1 Kesimpulan...................................................................................................20
4.2 Saran.............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Menurut UU Nomor 18 pasal 1 & 3 Tahun 2014 Kesehatan Jiwa adalah kondisi
dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual,dan sosial
sehingga individu tersebut menyadari kemampuan diri sendiri, dapat mengatasi
tekanan, bekerja secara produktif serta mampu memberikan kontribusi untuk
komunitasnya (UU Kesehatan Jiwa, 2014). Apabila seseorang/individu tersebut
mengalami kesehatan jiwa baik fisik, mental, spiritual, tapi tidak dapat mengendalikan
stres dan tidak ingin bersosialisasi dengan orang lain maka individu tersebut mengalami
gangguan jiwa.

Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berpikir, kehendak, emosi dan
tindakan, di mana individu tidak dapat menyesuaikan diri dengan orang lain dan
lingkungan (Marshaly, 2013). Menurut Madalise dkk (2015) Gangguan jiwa
menyebabkan penderitanya tidak sanggup menilai dengan baik kenyataan, tidak
menguasai dirinya untuk mencegah mengganggu orang lain atau merusak /menyakiti
dirinya sendiri.

Data World Health Organization (WHO) menunjukkan, terdapat sekitar 350 juta
orang mengalami depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta orang menderita
skizofrenia, serta 47,5 juta orang terkena dimensia. Karena berbagai faktor biologis,
psikologis, sosial dan keanekaragaman penduduk, maka jumlah kasus gangguan jiwa
terus bertambah serta memberikandampak pada penambahan beban negara dan
penurunan produktivitas manusia untuk jangka panjang (WHO, 2016).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep medis dari gangguan defisit perawatan diri ?
2. Bagaimana konsep keperawatan dari gangguan defisit perawatan diri ?

C. Tujuan

1. Mahasiswa dapat mengetahui konsep medis dari gangguan defisit perawatan diri
2. Mahasiswa dapat mengetahui konsep keperawatan dari gangguan defisit perawatan
diri

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Defisist Perawatan Diri


1. Pengertian
Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat
adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukkan aktivitas
perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidakmampuan
merawat kebersihan diri diantaranya mandi, makan dan minum secara mandiri,
berhias secara mandiri, dan toileting (Buang Air Besar [BAB] /Buang Air Kecil
[BAK]).
Defisit perawatan diri adalah salah satu kemapuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan hidupnya, kesehatannya dan
kesejahteraannya sesuai dengan kondisi kesehatannya. Klien dinyatakan terganggu
perawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan dirinya. (Aziz R., 2003).
2. Etologi
Menurut Tarwoto dan Wartona (2000), penyebab kurang perawatan diri adalah
kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Menurut Depkes (2000), penyebab
kurangnya perawatan diri adalah :
1. Faktorpredisposisi :
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu.
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
3) Kemampuan realitas menurun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang
kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk
perawatan diri.
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan
dalam perawatan diri.
2
2. Faktor presipitasi
Yang merupakan factor presipitasi deficit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah
yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri.
Manurut Depkes (2000), factor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene
adalah :

1. Body Image

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri


misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan
kebersihan dirinya.
2. Praktik Sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan
akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat
gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang
untukmenyediakannya.
4. Pengetahuan
Pengetahuan persoanal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang
baik dapat meningkatkan kesehatan, misalnya pada pasien penderita
diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5. Budaya
Disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
6. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan
diri seperti penggunaan sabun, shampo dan lain-lain.
7. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan
perlu bantuan untuk melakukannya.

Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene

3
1) Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang
sering terjadi adalah : Gangguan integritas kulit, gangguan membrane
mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada
kuku.
2) Ampak psikososial
Masalah social yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, rasa dicintai dan mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi social.

3. Jenis-Jenis Defisit Perawatan Diri


Menurut Nanda-1 (2012), jenis perawatan diri terdiri dari:
a. Defisit perawatan diri: mandi;
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi/berakti
vitas perawatan diri untuk diri sendiri.
b. Defisit perawatan diri: berpakaian;
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
berpakaian dan berias untuk diri sendiri.
c. Defisit perawatan diri: makan;
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
sendiri.
d. Defisit perawatan diri: eliminasi;
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
eliminasi sendiri.

4. Tanda dan gejala


Adapun tanda dan gejala deficit perawatan diri menurut Fitria (2009) adalah
sebagai berikut :
a. Mandi/Hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan, memperoleh
atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi,
mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan
keluar kamar mandi.
4
b. Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan
pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar
pakaian. Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan
pakaian dalam, memilih pakaian, menggunakan alat tambahan,
mengguanakn kancing tarik, melepaskan pakaian, menggunakan kaos
kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat yang memuaskan,
mengambil pakaian dan mengenakan sepatu.
c. Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,
mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan,
menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan, membuka
container, memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil makanan
dari wadah lalu memasukannya ke mulut, melengkapi makan, mencerna
makanan menurut cara yang diterima masyarakat, mengambil cangkir
atau gelas, serta mencerna cukup makanan dengan aman.
d. Eliminasi
Klien memiliki keterbatasana atau ketidakmampuan dalam mendapatkan
jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi
pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan
tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil.

Menurut Depkes (2000), tanda dan gejala klien dengan deficit perawatan diri
adalah :
a. Fisik
1. Badan bau, pakaian kotor ;
2. Rambut dan kulit kotor
3. Kuku panjang dan kotor
4. Gigi kotor disertai mulut bau
5. Penampilan tidak rapi
b. Psikologis
1. Malas, tidak ada inisiatif
2. Menarik diri, isolasi diri
3. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina
5
c. Sosial
1. Interaksi kurang
2. Kegiatan kurang
3. Tidak mampu berperilaku sesuai norma
4. Cara makan tidak teratur BAB dan BAK disembarang tempat, gosok gigi
dan mandi tidak mampu mandiri
5. Batasan karakteristik
Menurut Nanda-I (2012), batasan karakteristik klien dengan defisit perawatan
diri adalah:
a. Defisit perawatan diri: mandi;
a) Ketidakmampuan untuk mengakses kamar mandi
b) Ketidakmampuan mengeringkan tubuh,
c) Ketidakmampuan mengambil perlengkapan mandi,
d) Ketidakmampuan menjangkau sumber air
e) Ketidakmampuan mengatur air mandi,
f) Ketidakmampuan membasuh tubuh.
b. Defisit perawatan diri: berpakaian;
a) Ketidakmampuan mengancing pakaian,
b) Ketidakmampuan mendapatkan pakaian,
c) Ketidakmampuan mengenakan atribut pakaian,
d) Ketidakmampuan mengenakan sepatu,
e) Ketidakmampuan mengenakan kaus kaki,
f) Ketidakmampuan melepaskan atribut pakaian,
g) Ketidakmampuan melepas sepatu,
h) Ketidakmampuan melepas kaus kaki,
i) Hambatan memilih pakaian,
j) Hambatan mempertahankan penampilan yang memuaskan,
k) Hambatan mengambil pakaian,
l) Hambatan mengenakan pakaian pada bagian tubuh bawah,
m) Hambatan mengenakan pakaian pada bagian tubuh atas
n) Hambatan memasang sepatu,
o) Hambatan memasang kaus kaki,
p) Hambatan melepaskan pakaian,
q) Hambatan melepas sepatu,
6
r) Hambatan melepas kaus kaki,
s) Hambatan menggunakan alat bantu
t) Hambatan menggunakan resleting.
c. Defisit perawatan diri: makan;
a) Ketidakmampuan mengambil makanan dan memasukkan kemulut,
b) Ketidakmampuan mengunyah makanan,
c) Ketidakmampuan menghabiskan makanan,
d) Ketidakmampuan menempatkan makanan ke perlengkapan makan
e) Ketidakmampuan menggunakan perlengkapan makan,
f) Ketidakmampuan memakan makanan dalam cara yang dapat diterima
secara sosial,
g) Ketidakmampuan memakan makanan dengan aman,
h) Ketidakmampuan memakan makanan dalam jumlah memadai,
i) Ketidakmampuan memanipulasi makanan dalam mulut,
j) Ketidakmampuan membuka wadah makanan,
k) Ketidakmampuan mengambil gelas dan cangkir
l) Ketidakmampuan makanan untuk dimakan,
m) Ketidakmampuan menelan makanan,
n) Ketidakmampuan menggunakan alat bantu.
d. Defisit perawatan diri: eliminasi;
a) Ketidakmampuan melakukan hygiene eliminasi yang tepat
b) Ketidakmampuan menyiram toilet atau kursi buang air (commode),
c) Ketidakmampuan naik ke toilet atau commode,
d) Ketidakmampuan memanipulasi pakaian untuk eliminasi,
e) Ketidakmampuan berdiri dari toilet atau commode,
f) Ketidakmampuan untuk duduk di toilet atau commode.
6. Dampak Masalah Defisit Perawatan Diri
a. Dampak Fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya
kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi
adalah: gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi
pada mata dan telinga, gangguan fisik pada kuku.

b. Dampak Psikososial
7
Masalah yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga
diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data yang biasa ditemukan dalam Defisit Perawatan Diri adalah:
1) Data Subjektif:
a) Pasien merasa lemah
b) Malas untuk beraktivitas,
c) Merasa tidak berdaya
2) Data Objektif:
a) Rambut kotor, acak-acakan,
b) Badan dan pakaian kotor dan bau,
c) Mulut dan gigi bau,
d) Kulit kusam dan kotor,
e) Kuku panjang dan tidak terawat.
b. Mekanisme Koping:
1) Regresi
2) Penyangkalan,
3) Isolasi sosial, menarik diri,
4) Intelektualisasi.

8
Format/data fokus pengkajian pada klien dengan Defisit Perawatan Diri (keliat dan akemat
(2009)
a. Status mental
1. Penampilan
• Tidak rapi
• Penggunaan pakian tidak sesuai
• Cara berpakaian tidak seperti biasanya
Jelaskan..............................................................................................................................
Masalah Keperawatan.......................................................................................................
b. Kebutuhan sehari-hari
• Kebersihan diri
( ) Bantuan minimal ( ) Bantuan total
• Makan
( ) Bantuan minimal ( ) Bantuan total
• BAB/BAK
( ) Bantuan minimal ( ) Bantuan total
• Berpakaian/berhias
( ) Bantuan minimal ( ) Bantuan total
Jelaskan.......................................................................................................................
Masalah keperawatan..................................................................................................

9
Masalah Keperawatan
Defisit perawatan diri bukan merupakan bagian dari komponen pohon masalah (causa, core
problem, effect) tetapi sebagai masalah pendukung.
a. Effect
b. Core problem
c. Causa
d. Defisit perawatan diri
e. Menurunnya motivasi perawatan diri

Pohon Masalah

Ganguan Pemeliharaan Effect


Kesehatan (BAB/BAK,

Defisit Perawatan Diri

Core Problem
Menurunnya motivasi
dalam perawatan diri

ISOS: Menarik Diri


Causa
Harga Diri Rendah

Diagnosa Keperawatan
a. Core Problem
b. Cause
c. Effetc
d. Defisit Perawatan Diri

10
Rencana Keperawatan Defisit Perawatan Diri
Nama Klien : ………. Diagnosa Medis :……...
Ruangan : ………. No. CM :……...
Tgl No Dx Diagosa Perencanaan Intervensi Rasional
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi
1 2 3 4 5 6 7
Defisit 1. klien dapat
1.1 klien dapat menyebutkan
1.1.1 diskusikan bersama
perawatan mengenal tentang pentingnya kebersihan diri klien pentingnya
diri mandi, pentingnya dalam waktu 2 kali kebersihan diri dengan
berpakaian, kebersihan diri pertemuan : cara menjelskan
makan,  tanda-tanda bersih pengertian tentang arti
eliminasi  badan tidak bau bersih dan tanda-tanda

 rambut rapi, bersih bersih


dan tidak bau 1.1.2 dorong klien untuk

 gigi bersih dan menyebutkan 3 dari 5


tidak bau mulut tanda kebersihan diri

 baju rapi dan tidak


1.2.1 diskusikan fungsi
bau
kebersihan diri untuk
1.2 klien mampu
kesehatan dengan
menyebutkan kembali
menggali pengetahuan
kebersihan untuk
klien terhadap hal
kesehatan
yang burhubungan
dengan kebersihan diri
1.2.2 bantu klien
mengungkapkan arti
kebersihan diri dan
tujuan memelihara
kebersihan diri
1.2.3 beri reinforcement
positif setelah klien
mampu
mengungkapkan arti

11
1.3 klien dapat kebersihan diri
menjelaskan cara 1.3.1 ingatkan klien
merawat diri ; antara untuk memelihara
lain : kebersihan diri
 mandi 2 kali sehari seperti :
dengan sabun  mandi 2 kali, pagi
 menggosok gigi dan sore
minimal 2 kali  sikat gigi minal 2
sehari setelah kali sehari
makan dan akan (sesudah makan
tidur dan sebelum tidur)
 mencuci rambut 2-3  keramas dan
kali seminggu dan menyisir rambut
memotong kuku  gunting kuku bila
bila panjang panjang
 mencuci tangan
sebelum dan
2. klien dapat
sesudah makan
mengidentifika
si penyebab
2.1 klien berusaha
prilaku 2.1.1 motivasi klien
untuk memelihara
kekerasan untuk mandi :
kebersihan diri yaitu :
 ingatkan caranya,
 mandi pakai sabun
evaluasi hasilnya
dan disiram dengan
dan berikan umpan
air sampai bersih
balik
 mengganti pakaian
 bimbing klien
bersih sehari sekali
dengan bantuan
dan merapikan
minimal
penampilan
 jika hasilnya
kurang, kaji
hambatan yang
ada.
2.1.2 Bimbing klien
12
untuk mandi
 Ingatkan dan
anjurkan untuk
mandi 2 kali sehari
dengan
menggunakan
sabun
 Anjurkan klien
untuk
meningkatkan cara
mandi yang benar
2.1.3 Anjurkan klien
untuk mengganti baju
setiap hari :
 Anjurkan klien
untuk
mempertahankan
dan meningkatkan
penampilan diri
setiap hari
 Dorong klien
untuk mencuci
pakaiannya sendiri
 Demonstrasikan
cara mencuci
pakaian yang
benar dengan
sabun dan dibilas
2.1.4 kaji keinginan
klien untuk memotong
kuku dan merapikan
rambut
 beri kesempatan

13
pada klien untuk
melakukan
sendiri
 ingatkan potong
kuku dan
keramas
2.1.5 kolaborasi dengan
perawat ruangan untuk
pengelolaan fasilitas
perawatan kebersihan
diri, seperti mandi, dan
kebersihan kamar
3. klien dapat mandi
melakukan 2.1.6 bekerja sama
kebersihan dengan keluarga untuk
perawatan diri mengadakan fasilitas
3.1 setelah satu
secara mandiri kebersihan diri sendiri
minggu dapat
seperti odol, sikat gigi,
melakukan perawatan
sampo, pakaian ganti,
kebersihan diri secara
handuk dan sandal.
rutin dan teratur tanpa
3.1.1 monitor klien dalam
anjuran
melaksanakan kebersihan
 mandi pagi dan sore
diri secara teratur.
 ganti baju setiap
4. klien dapat Ingatkan untuk mencuci
hari
mempertahank rambut, menyisir, gosok
 penampilan bersih
an kebersihan gigi, ganti baju, dan pakai
dan rapi
secara mandiri sandal.

5. klien dapat
4.1 klien selalu tampak
dukungan
bersih dan rapi
keluarga dalam
meningkatkan
kebersihan diri 5.1 keluarga selalu 4.1.1 beri reinforcement
menginat hal-hal yang positif jika klien berhasil

14
berhubungan dengan melakukan kebersihan diri
kebersihan diri
5.2.1 jelaskan pada
keluarga tentang
penyebab kurang
minatnya klien
menjaga kebersihan
diri
5.2.2 diskusikan
bersama keluarga
tentang tindakan yang
telah dilakukan klien
selama di RS dalam
menjaga kebersihan
dan kemajuan yang
telah dialami di RS
5.2.3 anjurkan keluarga
5.2 keluarga untuk memutuskan
menyiapkan sarana member stimulasi
untuk membantu klien terhadap kemajuan
dalam menjaga yang telah dialami di
kebersihan diri RS
5.2.1 jelaskan pada keluarga
tentang manfaat sarana
yang lengkap dalam
menjaga kebersihan diri
klien
5.2.2 anjurkan keluarga
untuk menyiapkan sarana
5.3 keluarga membantu dalam menjaga
dan membimbing klien kebersihan diri
dalam menjaga kebersihan5.2.3 diskusikan bersama
diri keluarga cara membantu
klien menjaga kebersihan
15
diri
5.3.1 diskusikan dengan
keluargan mengenai hal-
hal yang dilakukan
misalnya :
 mengingatkan klien
pada waktu mandi
 sikat gigi, keramas,
ganti baju, dan lain-
lain
 membantu klien
apabila mengalami
hambatan, member
pujian atas
keberhasilan klien

16
Contoh Rencana Keperawatan Defisit Keperawatan Diri
Dalam Bentuk Strategi Pelaksanaan

NO. Klien Keluarga


SPIP SPIK
1. Menjelaskan pentingnya kebersihan diri Mendiskusikan masalah yang
dirasakan keluarga dalam merawat
pasien
2. Menjelaskan cara menjaga kebersihan Menjelaskan pengertian, tanda dan
diri gejala defisit perawatan diri, dan jenis
defisit perawatan diri yang di alami
pasien beserta terjadinya
3. Membantu pasien mempraktikan cara Menjelaskan cara cara merawat pasien
menjaga kebersihan diri defisit perawatan diri
4. Menganjurkan pasien memasukan
dalam jadwal kegiatan harian
SP2P SP2K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian Melatih keluarga mempraktikan cara
pasien merawat pasien dengan defisit
perawatan diri
2. Menjelaskan cara makan yang baik Melatih keluarga mempraktikan cara
merawat langsung kepada pasien
defisit perwatan diri
3. Membantu pasien mempraktikan cara
makan yang baik
4. Menganjurkan pasien memasukan
jadwal kegiatan harian
SP3P SP3K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian Membantu keluarga membuat jadwal
pasien aktivitas dirumah termasuk minum
obat (discharge planning)
2. Menjelaskan cara eliminasi yang baik Menjelaskan follow up pasien setelah
pulang

17
3. Membantu pasien mempraktikan cara
eliminasi yang baik
4. Menganjurkan pasien memasukan
dalam jadwal kegiatan harian
SP4K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien
2. Menjelaskan cara berdandan
3. Membantu pasien mempraktikan cara
berdandan
4. Menganjurkan pasien memasukan
dalam jadwal kegiatan harian

18
19
STANDAR PELAKSANAA KOMUNIKASI (SP1)
DENGAN KLIEN DEFISIT PERAWATAN DIRI
Pertemuan ke-1 klien : fokus kebersihan diri : mandi, keramas, sikat gigi, berpakaian dan
berhias.
1. Orientasi
1.1 Salam
“Selamat pagi Dik, perkenalkan saya perawat Budi Perawata Puskesmas Harja.
Nama Adik siapa ? Senang dipanggil apa ?”
“Oh baik, kalau begitu saya memanggilnya dengan Nina ya.”
1.2 Evaluasi
“Apa yang Nina rasakan saat ini ? Jadi Nina tidak mau merawat diri ya.”
“Apa yang menyebabkan Nina tidak merawat diri ?”
“Oh, jadi Nina merasa tidak mampu merawat diri.”
“Sedah berapa lama Nina tidak merawat diri ?”
1.3 Validasi
“Apa yang telah Nina lakukan upaya dapat meraat diri ?”
“Lali, bagaimana manfaatnya ?”
1.4 Kontrak
1.4.1 Tindakan dan Tujuan
“Bagaimana kalau kita periksa dulu kegiatan perawatan diri Nina dan belajar
meningkatkannya.”
“Tujuannya supaya Nina mampu merawat diri sendiri.”
“Bagaimna apakah Nina setuju ?”
1.4.2 Waktu
“Baiklah, kita akan berdiskusinya selama 30 menit ya Nina.”
1.4.3 Tempat
“Kita berbincang di ruang tamu, atau disini saja ?”
2. Kerja
2.1 Pengkajian
2.1.1 Penyebab
Bagaimana kebersihan diri Nina ?
Apa yang menyebabkan ?
2.1.2 Tanda dan Gejala
 Bagiaman dengan mandinya ? Berapa kali sehari ? Apa alat-alat
yang disediakan ?
 Bagaimana dengan kebersihan rambut ? Berapa hari sekali keramas?
Apa saja alat yang disediakan ?
 Bagaimana dengan kebersihan gigi ? Berapa kali sikat gigi per hari ?
Apa saja alat yang disediakan?
 Bagaimana dengan pakaian ? berapa kali diganti ? Apakah ada
pakaian khusus : tidur, dirumah, berpergian ? Pakaian yang sedang
dipakai ini sudah berapa hari ? Menurut Nina apakah sudah perlu
diganti ? Apa saja pakaian yang tersedia ?
 Bagaimana dengan berhias : sisiran, bedak dan lipstik ? Apa saja alat
yang tersedia ?
2.1.3 Akibat
 Apa gunanya kebersihan diri ?
 Apa akibatnya jika tidak dilakukan ? Apakah sudah ada yang
dirasakan ?

20
2.2 Diagnosis
“Nina , dari hasil percakapan tadi sepertinya kebersihan dirinya perlu
ditingkatkan. Bagaimana kalau Nina latihan agar keuntungan kebersihan diri
dapat dirasakan.”
2.3 Tindakan
“Baiklah, mari kita laithan mulai dengan madi, sikat gigi, keramas, berpakaian
dan berhias.”
2.3.1 Persiapan
“Mari kita siapkan alat-alat: Alat mandi (sabun, sampo, pasta gigi, dan sikat
gigi), pakaian bersih, handuk, alat-alat berhias.”
2.3.2 Latihan sikat gigi
 Mari ambil sikat gigi dan pasta gigi : Bimbing menaruh pasta gigi
pada sikat gigi.
 Beri arahan cara sikat gigi dan bombing melakukannya. Bersihkan
alat dan simpan.
 Beri pujian.
2.3.3 Latihan keramas dan mandi
 Mari ambil alat keramas dan mandi: Sampo, sabun mandi, handuk.
 Latih membuka pakaian kotor dan meletakkan ditempat pakaian
kotor.
 Latih membilas tubuh, kepala dan rambut.
 Latih keramas dan membilas.
 Latih menyabuni badan dan membilas.
 Latih mengeringkan badan dengan handuk.
 Berikan pujian.
1.3.4. Berpakaian
 Mari ambil pakaian yang bersih dan pakaian dalam.
 Latih memakai pakaian dalam dan pakaian.
 Berikan pujian.
1.3.5. Latih berhias
 Mari ambil alat-alat berhias : sisir, bedak, lipstik, kaca
 Latih menyisir rambut dengan rapi
 Latih memakai bedak dan lipstik (untuk perempuan)
 Beri pujian.
2.4 Terminasi
2.4.1 Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan Nina setelah selesai latihan kebersihan diri ?”
2.4.2 Evaluasi objektif
“Apa saja latihan kita tadi ?”
“Benar sekali Nina.”
2.4.3 Rencana tindak lanjut klien
“Selanjutnya mari kita buat jadwal latihan : sikat gigi, keramas, mandi,
berpakaian, dan berhias.
2.4.4 Rencana tindak lanjut perawat
“Besok silahkan dating ke Puskesmas kita periksa lagi kebersihan diri dan
jadwal kegiatannya serta diperiksa dokter. Jika dokter member obat,
akan dijelaskan cara minum obat yang benar.”
2.4.5 Salam
“Semoga cepat sembuh.”
21
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Klien dengan gangguan jiwa yaitu defisit perawatan diri hendaknya diberikan
perhatian yang lebih dalam perawatan diri sehinngga peningkatan kebersihan klien dapat
lebih meningkat lebih baik. Klien yang sering menyendiri merupakan resiko menjadi
isolasi sosial maka komunikasi terapeutik yang di gunakan sebagai landasan untuk
membina saling percaya sehingga dapat menggali semua permasalahan.

Klien dengan gangguan jiwa yaitu defisit perawatan diri harus selalu di libatkan
dalamkegiatan dan di temani setiap tindakan yang lebih. Identifikasi diri mengenai
penyebab awal terjadinya gangguan tersebut menjadi fokus perhatian pemberian
pelayanan kesehatan. Klien dengan gangguan jiwayaitu defisit perawatan diri
membutuhkan dukungan dari keluarganyasehingga dapat mempercepat proses
penyembuhan klien.

B. Saran
Klien diharapkan dalam mengikuti program penyembuhan yang direncanakan
oleh dokter dan perawat mau dan mampu untuk mengikutiguna kesembuhan klien.
Keluarga nantinya mampu memberikanmotivasidan semangat kepada klien untuk
mengembalikankepercayaan diri baik di rumah maupun di rumah sakit.

22
DAFTAR PUSTAKA

Bradi, Pamela.,and Kangas, Maria. 2016. “Family Matters” : a Systematic Review of The
Avidence for family Psychoeducation for Major Depressive Disorder. Journal of
Marital and Family Therapy. 43(2): 245-263
Dermawan, Deden dan Rusdi. 2013. Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan Kperawatan
Jiwa. Yogyakarta, Gosyan Publishing.

Direja, Ade Herman surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa, Yogyakarta :
Nuha Medika.

Kusuma, Putri Rahayu., Armiyadi,Muhammad. 2017. Dukungan Keluarga Pada Pasien


Gangguam Jiwa dengan Defisit Perawatan Diri di Puskesmas Kuta Alam Kota
Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Fakultas Keperawatan
Sulastri. 2018. Kemampuan Keluarga dalam Merawat Orang dengan Gangguan Jiwa.
Jurnal Kesehatan. 8(1), 131
Tim Pokja. 2018. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator
Diagnostik Keperawatan. Jakarta selatan : Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Indonesia
Tim Pokja. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Jakarta selatan : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Indonesia
Tim Pokja. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Jakarta selatan : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Indonesia
Yusuf, Ahmad Dkk. 2015. Buku Ajar Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

23
24
25
26

Anda mungkin juga menyukai