Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KEPERAWATAN PSIKIATRI

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DEFISIT


PERAWATAN DIRI”

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4

1. Agus Zulfikri NIM : 821233005


2. Antonius Sulistiyo NIM : 821233011
3. Juniar Winarti NIM : 821233026
4. Purwari Windi Utami NIM : 821233085
5. Samsul Maarif NIM : 821233093

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM PONTIANAK
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah keperawatan Psikiatri ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada pasien
Defisit Perawatan Diri“.

Dalam menyusun makalah ilmiah ini, penulis banyak memperoleh bantuan


serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada Dosen Pembimbing dan kepada teman teman yang
telah mendukung terselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Pontianak, September 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1


A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Tujuan ......................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN TEORI ....................................................................... 3


A. Pengertian ................................................................................... 3
B. Rentang Respon........................................................................... 3
C. Proses Terjadinya Masalah ......................................................... 3
D. Mekanisme Koping...................................................................... 4
E. Tanda dan Gejala......................................................................... 4
F. Faktor Predeposisi........................................................................ 5
G. Faktor Presipitasi ........................................................................ 5
H. Konsep Asuhan Keperawatan ..................................................... 6

BAB III PENUTUP ..................................................................................... 17


A. Kesimpulan ................................................................................. 17
B. Saran ........................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan kondisi seseorang dimana individu tersebut
mampu berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan social sehingga individu
tersebut menyadari kemampuannya sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat
bekerja secara produktif dan individu tersebut mampu memberikan kontribusi
untuk komunitasnya (Pardede, 2020). Atau dapat dikatakan bahwa individu
dikatakan sehat jiwa apabila berada dalam kondisi fisik, mental dan social yang
terbebas dari gangguan (penyakit) atau tidak dalam kondisi tertekan sehingga
dapat mengendalikan stress yang timbul. Sehingga memungkinkan individu untuk
hidup produktif, dan mampu melakukan hubungan social yang memuaskan
(Nurhalimah, 2016).
Skizofrenia adalah sekelompok reaksi psikotik yang dapat mempengaruhi
berbagai area fungsi individu, termasuk berfikir, berkomunikasi, merasakan serta
menunjukkan emosi dan gangguan otak yang ditandai dengan pikiran kacau,
waham, halusinasi serta perilaku aneh. Skizofrenia merupakan penyakit gangguan
mental berat dan kronis yang menyerang 20 juta orang di seluruh dunia (Pardede,
Ariyo, & Purba, 2020). Salah satu jenis skizofrenia adalah defisit perawatan diri,
yaitu kurangnya kemampuan pada seseorang untuk melakukan perawtaan diri atau
personal hygiene.
Defisit perawatan diri merupakan suatu keadaan dimana seseorang
mengalami hambatan ataupun gangguan dalam kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan aktivitas perawatan diri, seperti mandi, berpakaian, makan, dan
eliminasi untuk dirinya sendiri (Tumanduk, Messakh, & Sukardi, 2018). Defisit
perawatan diri menurut Orem merupakan ketidakmampuan seseorang untuk
melakukan perawatan diri secara adekuat sehingga dibutuhkan beberapa system
yang dapat membantu klien memenuhi kebutuhannya. Dalam hal ini Orem
mengidentifikasi lima metode yang dapat menyelesaikan masalah defisit
perawatan diri yaitu bertindak untuk orang lain, sebagai pembimbing orang lain,
memberi dukungan, meningkatkan pengembangan lingkungan, dan mengajarkan
pada orang lain (Prihadi & Erlando, 2019).

1
2

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui konsep defisit perawatan diri dan konsep asuhan keperawatan
pada pasien dengan defisit perawatan diri
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui defenisi, tanda & gejala, faktor penyebab, mekanisme koping,
penatalaksanaan pada klien dengan Defisit Perawatan Diri.
b. Mampu Melakukan pengkajian pada klien dengan Defisit Perawatan Diri.
c. Mampu menegakkan diagnosis atau masalah keperawatan klien dengan
Defisit Perawatan Diri.
d. Mampu menetapkan intervensi keperawatan secara menyeluruh pada klien
dengan Defisit Perawatan Diri.
e. Mampu melakukan tindakan keperawatan yang nyata pada Klien dengan
Defisit Perawatan Diri.
f. Mampu mengevaluasi sebagai tolak ukur guna menerapkan asuhan
keperawatan pada klien dengan Defisit Perawatan Diri.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Defisit Perawatan Diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami
kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri
secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian/berhias, makan, dan
BAB/BAK (toiletting). Defisit Perawatan diri juga merupakan sikap tidak mampu
untuk melakukan dan menyelesaikan aktivitas perawatan diri (Keliat, 2020).
Yusuf (2015) menyatakan bahwa defisit perawatan diri merupakan salah satu
masalah utama yang timbul pada klien gangguan jiwa, pasien gangguan jiwa
kronis sering mengalami ketidakpedulian merawat diri, keadaan ini merupakan
gejala perilaku negatif dan menyebabkan klien dikucilkan baik dalam keluarga
maupun masyarakat.
Defisit perawatan diri sangat berpengaruh bagi kesehatan fisik, seseorang
dapat mengalami banyak gangguan kesehatan yang akan dideritanya karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang terjadi
adalah gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada
mata dan telinga, serta gangguan fisik lainnya (Indriani, 2021).

B. Rentang Respon
Adaptif Maladaptif

Pola perawatan diri Kadang perawatan Tidak melakukan


seimbang diri, kadang tidak perawatan saat stress

C. Proses terjadinya Masalah


Data yang biasa ditemukan dalam defisit perawatan diri (Hastuti, 2018) adalah :
1. Data Subjektif
a. Klien merasa lemah
b. Malas untuk beraktivitas
c. Merasa tidak berdaya
2. Data Objektif
a. Rambut kotor, acak-acakan
b. Badan dan pakaian kotor dan bau

3
4

c. Mulut dan gigi bau


d. Kulit kusan dan kotor
e. Kuku panjang dan tidak terawatt

D. Mekanisme Koping
Menurut (Sutria, 2020), mekanisme koping berdasarkan penggolongan di bagi menjadi 2
yaitu :
1. Mekanisme koping adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi pertumbuhan belajar dan
mencapi tujuan. Kategori ini adalah klien bisa memenuhi kebutuhan perawatan diri
secara mandiri.
2. Mekanisme koping maladaptive
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan,
menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah tidak
ingin merawat diri.

E. Tanda dan Gejala


1. Mandi/hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan, memperoleh
atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi,
mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh serta masuk dan
keluar kamar mandi.
2. Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan
pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian.
Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian dalam,
memilih pakaian, menggunakan alat tambahan, menggunakan kancing tarik,
melepaskan pakaian, menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan
pada tingkat yang memuaskan, mengambil pakaian dan menggunakan sepatu.
3. Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan, mempersiapkan
makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan, menggunakan alat
tambahan, mendapatkan makanan, membuka kontainer, memanipulasi
makanan dalam mulut, mengambil makanan dari wadah lalu memasukkan
makanan ke dalam mulut, melengkapi makanan, mencerna makanan menurut
cara yang diterima masyarakat, mengambil cangkir atau gelas, serta mencerna
cukup makanan dengan aman.
5

4. BAB/BAK (toiletting)
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan
jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi
pakaian untuk toiletting, membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat,
dan menyiram toilet atau kamar kecil. Keterbatasan perawatan diri di atas
biasanya diakibatkan karena stressor yang cukup berat dan sulit ditangani oleh
klien (klien bisa mengalami harga diri rendah), sehingga dirinya tidak mau
mengurus atau merawat dirinya sendiri baik dalam hal mandi, berpakaian,
berhias, makan, maupun BAB/BAK. Bila tidak dilakukan intervensi oleh
perawat, maka kemungkinan klien bisa mengalami masalah risiko tinggi isolasi
sosial

F. Faktor Predisposisi
1. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu.
2. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan
diri
3. Kemampuan Realitas Turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan
diri.
4. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri

G. Faktor Presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan
motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami
individu kurang mampu melakukan perawatan diri (Ruswadi, 2021).
H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Defisit Perawatan Diri pada klien dengan ganngguan jiwa terjadi akibat ada
perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan perawatan diri
tampak dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri makan secara
mandi,berhias diri secara mandiri dan eliminasi (buang air besar/buang air kecil)
secara mandiri. (Hastuti, 2018).
a. Identitas
Terdiri dari : nama klien, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pekerjaan,
tanggal masuk, alasan masuk, nomor rekam medic, keluarga yang dapat
dihubungi.
b. Alasan masuk
Merupakan penyebab klien atau keluarga datang, atau dirawat dirumah sakit.
Biasanya masalah yang dialami klien yaitu senang menyendiri, tidak mau
banyak berbicara dengan orang lain, terlihat murung, penampilan acak-acakan,
tidak peduli dengan diri sendiri dan mulai mengganggu orang lain.
c. Faktor Predisposisi
1) Pada umumnya klien pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu.
2) Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
3) Pengobatan sebelumnya kurang berhasil
4) Harga diri rendah, klien tidak mempunyai motivasi untuk merawat diri.
5) Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, yaitu perasaan ditolak,
dihina, dianiaya dan saksi penganiayaan.
6) Ada anggota keluarga yang pernah mengalami gangguan jiwa.
7) Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu kegagalan yang
dapat menimbulkan frustasi
d. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan TTV, pemeriksaan head to toe yang merupakan penampilan klien
yang kotor dan acak-acakan.
e. Psikososial
1) Genogram
Menggambarkan klien dan anggota keluarga klien yang mengalami
gangguan jiwa, dilihat dari pola komunikasi, pengambilan keputusan dan
pola asuh.

6
7

2) Konsep Diri
a) Citra Tubuh
Persepsi klien mengenai tubuhnya, bagian tubuh yang disukai, reaksi
klien mengenai tubuh yang disukai maupun tidak disukai.
b) Identitas Diri
Kaji status dan posisi pasien sebelum klien dirawat, kepuasan paien
terhadap status dan posisinya, kepuasan klien sebagai lakilaki atau
perempuan.
c) Peran Diri
Meliputi tugas atau peran klien didalam keluarga/pekerjaan/kelompok
maupun masyarakat, kemampuan klien didalam melaksanakan fungsi
atupun perannya, perubahan yang terjadi disaat klien sakit maupun
dirawat, apa yang dirasakan klien akibat perubahan yang terjadi.
d) Ideal Diri
Berisi harapan paien akan keadaan tubuhnya yang ideal, posisi, tugas,
peran dalam keluarga, pekerjaan/sekolah, harapan klien akan
lingkungan sekitar,dan penyakitnya.
e) Harga Diri
Kaji klien tentang hubungan dengan orang lain sesuai dengan kondisi,
dampak pada klien yang berhubugan dengan orang lain, fungsi peran
yang tidak sesuai dengan harapan, penilaian klien tentang pandangan
atau penghargaan orang lain.
f) Hubungan Sosial
Hubungan klien dengan orang lain akan sangat terganggu karena
penampilan klien yang kotor yang mengakibatkan orang sekitar
menjauh dan menghidnari klien. Terdapat hambatan dalam
berhubungan dengan orang lain
g) Spiritual
Nilai dan keyakinan serta kegiatan ibadah klien terganggu dikarenakan
klien mengalami gangguan jiwa.
h) Status Mental
 Penampilan Penampilan klien sangat tidak rapi, tidak mengetahui
caranya berpakaian dan penggunaan pakaian tidak sesuai.
 Cara bicara/Pembicaraan Cara bicara klien yang lambat, gagap,
sering terhenti/bloking, apatis serta tidak mampu memulai
pembicaraan.
8

 Aktivitas motorik Biasanya klien tamoak lesu, gelisah, tremor dan


kompulsif.
 Alam perasaan Klien tamoak sedih, putus asa, merasa tidak
berdaya, rendah diri dan merasa dihina.
 Afek Klien tampak datar, tumpul, emosi klien berubah-ubah,
kesepian, apatis, depresi/sedih dan cemas.
 Interaksi saat wawancara Respon klien saat wawancara tidak
kooperatif, mudah tersinggung, kontak kurang serta curiga yang
menunjukkan sikap ataupun peran tidak percaya kepada
pewawancara/orang lain.
 Persepsi Klien berhalusinasi mengenai ketakutan terhadap hal-hal
kebersihan diri baik halusinasi pendengaran, penglihatan dan
perabaan yang membuat klien tidak ingin membersihkan diri dan
klien mengalami depersonalisasi.
 Proses piker
Bentuk pikir klien yang otistik, dereistik, sirkumtansial, terkadang
tangensial, kehilanagn asosiasi, pembicaraan meloncat dari topic
dann terkadang pembicaraan berhenti tiba-tiba.
i) Kebutuhan Klien Pulang
 Makan
Klien kurang makan, cara makan klien yang terganggu serta psien
tidak memiliki kemampuan untuk menyiapkan dan membersihkan
alat makan
 Berpakaian
Klien tidak mau mengganti pakaian, tidak bisa memakai pakaian
yang sesuai dan berdandan.
 Mandi
Klien jarang mandi, tidak tahu cara mandi, tidak gosok gigi,
mencuci rambut, menggunting kuku, tubuh klien tampak kusan dan
badan klien mengeluarkan aroma bau.
 BAB/BAK
Klien BAB/BAK tidak pada tempatnya seperti di temoat tidur dan
klien tidak dapat membersihkan BAB/BAKnya.
 Istirahat
Istirahat klien terganggu dan tidak melakukan aktivitas apapun
setelah bangun tidur
9

.
 Penggunaan obat
Jika klien mendapat obat, biasanya klien minum obat tidak teratur.
 Aktivitas di Rumah
Klien tidak mampu melakukan semua aktifitas di dalam rumah
karena klien selalu merasa malas.
j) Mekanisme Koping
 Adaptif
Klien tidak mau berbicara dengan orang lain, tidak bisa
menyelesaikan masalah yangada, klien tidak mampu berolahraga
karena klien selalu malas.
 Maladaptive
Klien bereaksi sangat lambat terkadang berlebihan, klien tidak mau
bekerja sama sekali, selalu menghindari orang lain.
 Masalah Psikososial dan Lingkungan
Klien mengalami masalah psikososial seperti berinteraksi dengan
orang lain dan lingkungan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya
dukungan dari keluarga, pendidikan yang kurang, masalah dengan
social ekonomi dan pelayanan kesehatan,
 Pengetahuan
Klien deficit perawatan diri terkadang mengalami gangguan
kognitif sehingga tidak mampu mengambil keputusan.
k) Sumber Koping
Merupakan evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi seseorang.
Individu dapat mengatasi stress da ansietas dengan menggunakan
sumber koping yang terdapat di lingkungannya. Sumber koping ini
dijadikan modal untuk menyelesaikan masalah.

2. Pohon Masalah dan Diagnosis Keperawatan


Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri

Isolasi Sosial

Defisit Perawatan diri : mandi, toiletting, makan, berhias


10

Diagnosis Keperawatan yang muncul adalah :


1. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri.
2. Defisit perawatan diri
3. Isolasi sosial
11

3. Rencana Keperawatan
Diagnosis Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan evaluasi

Defisit Perawatan Perawatan diri (L.11103)) Dukungan perawatan diri


Diri Setelah diberikan asuhan Tindakan :
Kategori : Perilaku keperawatan selama Observasi
Subkategori : ………..  Identifikasi kebiasaan aktifitas
Kebersihan diri diharapkan perawatan diri perawatan diri sesuai usia
membaik dengan Kriteria  Monitor tingkat kemandirian
Definisi : Tidak Hasil :  Identifikasi kebutuhan alat
mampu melakukan 1. Kemampuan mandi bantu kebersihan diri,
atau menyelesaikan meningkat berpakaian, berhias dan makan
aktifitas perawatan 2. Kemampuan mengenakan
diri pakaian meningkat Terapeutik
3. Kemampuan makan  Sediakan lingkungan yang
Penyebab : meningkat terapeutik (mis. Suasana hangat,
1. Gangguan 4. Kemampuan ke toilet rileks, privasi)
Muskuloskeletal (BAB/ BAK) meningkat  Siapkan keperluan pribadi (mis.
2. Gangguan 5. Verbalisasi keinginan Parfum, sikat gigi dan sabun
neuromuskuler melakukan perawtaan diri mandi)
3. Kelemahan meningkat  Dampingi dalam lakukan
4. Gangguan 6. Minat melakukan perawatan diri sampai mandiri
psikologis dan / perawatan diri mningkat  Fasiliatsi untuk menerima
atau psikotik 7. Mempertahankan keadaan ketergantungan
5. Penurunan kebrsihan diri meningkat
 Fasiliatsi kemandirian, bantu
motivasi/ minat 8. Mempertahankan
jika tidak mampu melakukan
kebresihan mulut
perawatan diri
Gejala dan tanda meningkat.
 Jadwalkan rutinitas perawatan
mayor :
diri
Subjektif:
1. Menolak
Edukasi
melakukan
perawatan diri  Anjurkan melakukan perawatan
diri secara konstitusi sesuai
Objektif : kemampuan
1. Tidak mampu
mandi / Dukungan perawatan diri :
mengenakan BAB/BAK
pakaian/ makan/ ke Tindakan
toilet/ berhias Observasi
secara mandiri  Identifikasi kebasaan BAB/
2. Minat melakukan BAK
perawatan diri  Monitor integritas kulit pasien
kurang
Terapeutik
 Buka pakaian yang diperlukan
untuk memudahkan eliminasi
 Dukungan penggunaan toilet/
commode/ pispot/ urinal secara
konsisten
 Jaga privasi selama eliminasi
 Ganti pakaian pasien setelah
eliminasi, jika perlu
 Bersihkan alat bantu BAK/
BAB setelah digunakan
 Latih BAK/ BAB sesuai jadwal,
jika perlu
 Sediakan alat bantu (mis.
Kateter eksternal, urinal), jika
perlu

Edukasi
12

Diagnosis Tujuan dan Kriteria Intervensi


Keperawatan evaluasi

 Anjurkan BAK/ BAB secara


rutin
 Anjurkan ke kamar mandi/
toilet, jika perlu

Dukungan perawatan diri


berhias

Dukungan perawatan diri


berpakaian
Tindakan
Observasi
 Identifikasi usia dan budaya
dalam membantu berpakaian
atau berhias

Terapeutik
 Sediakan pakaian pada tempat
yang mudah dijangkau
 Sediakan pakaian pribadi,
sesuai kebutuhan
 Fasiliatasi mengenakan
pakaian, jika perlu
 Fasilitasi berhias
 Jaga privasi selama
berpakaian
 Tawarkan untuk laundry, jika
perlu
 Berikan pujian terhadap
kemampuan berpakaian secara
mandiri

Edukasi
 Satu informasikan pakaian
yang terseda untuk dipilih,
jika perlu
 Ajarkan menggunakan
pakaian, jika perlu

Dukungan perawatan diri:


Makan atau minum
Tindakan:
Observasi
 Identifikasi diet yang dianjurkan
 Monitor kemampuan menelan
 Monitr status hidrasi pasien,
jika perlu

Terapeutik
 Ciptakan lingkungan yang
menyenangkan selama makan
 Atur posisi yang nyaman untuk
makan atau minum
 Lakukan oral hygiene sebelum
makan, jika perlu
 Letakkan makanan di sisi mata
yang sehat
 Sediakan sedotan untuk minum,
sesuai kebutuhan
 Siapkan makanan dengan suhu
yang meningkatkan nafsu
13

Diagnosis Tujuan dan Kriteria Intervensi


Keperawatan evaluasi

makan
 Sediakan makanan dan
minuman yang disukai
 Berikan bantuan saat makan
atau minum sesuai tingkat
kemandirian, jika perlu
 Motivasi untuk makan di ruang
makan, jika tersedia

Edukasi
 Jelaskan posisi makanan pada
pasien yang mengalami
gangguan penglihatan dengan
menggunakan arah jarum jam

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat
(mis. Analgesik, antiemetik),
sesuai indikasi

Dukungan perawatan diri


mandi
Tindakan:
Observasi
 Identifikasi usia dan budaya
dalam membantu kebersihan
diri
 Identifikasi jenis bantuan yang
dibutuhkan
 Monitor kebersihan tubuh
 Monitor integritas kulit

Terapeutik
 Sediakan peralatan mandi (mis.
Sabun, sikat gigi, shampoo,
pelembab kulit)
 Sediakan lingkungan yang aman
dan nyaman
 Fasilitas menggosok gigi, sesuai
kebutuhan
 Fasiliatsi mandi, sesuai
kebutuhan
 Pertahankan kebiasaan
kebersihan diri
 Berikan bantuan sesuai tingkat
kemandirian

Edukasi
 Jelaskan manfaat mandi dan
dampak tidak mandi terhadap
kesehatan
 Ajarkan kepada keluarga cara
memandikan pasien, jika perlu
14

4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi status
kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil. Proses pelaksanaan
implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien dan faktor – faktor lain yang
mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan dan
kegiatan komunikasi. Jadi, implementasi keperawatan adalah serangkaaian
perilaku perawat yang berkoordinasi dengan psien, keluarga, dan anggota tim
kesehatan lain untuk membantu masalah kesehatan pasien sesuai dengan
perencanaan dan kriteria hasil (Siregar, 2018). Tindakan keperawatan yang
dilakukan adalah :
SP 1 Pasien :
1. Identivikasi masalah perawatan diri: kebersihan diri, berdandan, makan dan
minum, BAB dan BAK.
2. Menjelaskan pentingnya kebersihan diri.
3. Menjelaskan cara dan alat - alat yang digunakan dalam kebersihan diri.
4. Melatih cara menjaga kebersihan diri: mandi (gosok gigi, keramas, mandi pakai
sabun, pakai handuk, ganti baju, potong kuku).
5. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk mandi
SP 2 Pasien :
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan kebersihan diri. Berikan pujian
2. Jelaskan cara dan alat yang digunakan untuk berhias / berdandan.
3. Melatih cara berdandan setelah kebersihan diri : menyisir rambut, merias muka
untuk perempuan, dan untuk laki – laki menyisir rambut, cukuran.
4. Masakukkan pada jadwal kegiatan untuk kebersihan diri : berdandan / berhias
SP 3 Pasien
1. Evaluasi kegiatan kebersihan diri dan berdandn / berhias. Berikan pujian
2. Menjelaskna cara dan alat – alat yang digunakan untuk makan dan minum
3. Melatih cara dan alat makan dan minum.
4. Melatih cara makan dan minum yang baik
5. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latiahn kebersihan diri, berdandan,
makan, dan minum yang baik.
SP 4 Pasien
1. Evaluasi kegiatan kebersihan diri, berdandan / berhias, makan dan minum.
Berikan pujian.
2. Menjelaskan cara BAB dan BAK yang baik
3. Melatih BAB dan BAK yang baik
15

4. Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan kebersihan diri, berdandan,


makan dan minum serta BAB dan BAK.

Tindakan keperawatan pada keluarga


SP 1 Keluarga
1. Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
2. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala serta proses terjadinya defisit perawatan
diri.
3. Jelaskan cara merawat defisit perawatan diri.
4. Latih cara merawat : kebersihan diri.
SP 2 Keluarga
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat atau melatih pasien kebersihan didi.
Berikan pujian.
2. Bimbing keluarga untuk membantu pasien berdandan.
3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan berikan pujian
SP 3 Keluarga
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat atau melatih pasien.
2. Kebersihan diri dan berdandan. Berikan pujian.
3. Bimbing keluarga membantu makan dan minum pasien.
4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan berikan pujian.
SP 4 Keluarga
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat atau melatih pasien kebersihan diri,
berdandan, makan dan minum. Berikan pujian
2. Bimbing keluarga merawat BAB dan BAK pasien.

5. Evaluasi
Membandingkan secara sistematik dan terencana tentang kesehatan klien
dengan tujuan yang telah ditetapkan dengan kenyataan yang ada pada klien,
dilakukan dengan cara berkesinambungan denagm melibatkan klien dan tenaga
kesehatan lainnya. Evaluasi keperawatn merupakan tahap akhir dari rangkaian
proses keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang
telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain Hasil dari evaluasi dalam
asuhan keperwatan adalah:
1. Tujuan tercapai atau masalah teratasi : jika klien menunjukkan perubahan
sesuai dengan standard yang telah di tetapkan.
16

2. Tujuan teratasi sebagian atau masalah teratasi sebagian : jika klien


menunjukkan perubahan sebagian dari standard dan kriteria yang telah
ditetapkan.
3. Tujuan tidak tercapai atau masalah tidak teratasi : jika klien tidak menunjukkan
perubahan dan kemajuan sama sekali dan bahkan timbul masalah baru.
Penentuan masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi adalah
dengan cara membandingkan antara SOAP dengan tujuan dan kriteria hasil yang
telah di tetapkan: S (subyektif): Informasi berupa ungkapan yang didapat dari
klien setelah tindakan diberikan O (obyektif) : Informasi yang didapat berupa hasil
pengamatan, penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan
dilakukan. A (assessment): Membandingkan antara informasi subjektif dan
objektif dengan tujun dan kriteria hasil, kemudia diambil kesimpulan bahwa
masalah tertasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi. P (planning) : rencana
keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan hasil analisa.
17

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Defisit perawatan diri adalah kondisi di mana seseorang mengalami
kesulitan atau tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri sehari-hari,
seperti mandi, makan, berpakaian, dan menggunakan toilet. . Defisit perawatan
diri dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti gangguan fisik atau kognitif,
penyakit kronis, kecacatan, atau masalah psikologis.
Penting untuk mengidentifikasi dan mengatasi defisit perawatan diri sejak
dini, karena dapat berdampak negatif pada kesehatan dan kualitas hidup
seseorang. Penanganan defisit perawatan diri melibatkan pendekatan
multidisiplin, termasuk peran perawat, dokter, terapis fisik, terapis okupasi, dan
dukungan keluarga Intervensi yang efektif meliputi penilaian yang komprehensif,
perencanaan perawatan yang individual, pelatihan keterampilan perawatan diri,
penggunaan alat bantu, dan dukungan emosional.

Pendidikan dan sosialisasi juga penting untuk meningkatkan kesadaran dan


pemahaman tentang pentingnya perawatan diri yang baik.Upaya pencegahan juga
penting dalam mengurangi risiko defisit perawatan diri, seperti menjaga gaya
hidup sehat, menghindari cedera, dan mengelola kondisi kesehatan dengan baik .

kesimpulan ini menekankan pentingnya pengenalan, penilaian, dan


penanganan defisit perawatan diri secara holistik untuk meningkatkan kualitas
hidup pasien yang mengalami kondisi tersebut

B. Saran
Diharapkan bagi pembaca setelah membaca makalah ini khususnya
perawat dapat memahami dan mengerti serta dapat mengaplikasikan tindakan
keperawatan secara intensif, serta mampu berfikir kritis dalam melaksanakan
proses keperawatan apabila mendapati klien dengan gangguan kejiwaan dan bagi
keluarga yang memiliki anggota dengan masalah kejiwaan agar selalu
memberikan motivasi kepada klien dan juga memberikan perawatan pada pasien
yang mengalami defisit perawatan diri dirumah.
18

DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, Mukhripah dan Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung :


Refika Aditama.

Danyanti. (2018). Gambaran Asuhan Keperawatan Penerapan TAK Stimulasi


Persepsi: Defisit Perawatan Diri Untuk Mengatasi Defisit Perawatan Diri Pada
Pasien Skizofrenia. repository poltekkes denpasar, 1. http://repository.poltekkes-
denpasar.ac.id/678/2/BAB%20I..pdf ( diakses pada tanggal 30 September 2023,
jam 20.45)

PPNI, T. S. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan


Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indosesia.

PPNI, T. S. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta : Dewan


Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Sutejo , N. (2019). Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Pustaka Baru Pres. Sutejo. (2017).
Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa: Gangguan Jiwa dan
Psikososial . Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Yosep , I., & Sutini, T. (2016). Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Bandung: PT Refika
Aditama.

Yusuf, A. (2015). Buku Ajar Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai