DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah keperawatan Psikiatri ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada pasien
Defisit Perawatan Diri“.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan kondisi seseorang dimana individu tersebut
mampu berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan social sehingga individu
tersebut menyadari kemampuannya sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat
bekerja secara produktif dan individu tersebut mampu memberikan kontribusi
untuk komunitasnya (Pardede, 2020). Atau dapat dikatakan bahwa individu
dikatakan sehat jiwa apabila berada dalam kondisi fisik, mental dan social yang
terbebas dari gangguan (penyakit) atau tidak dalam kondisi tertekan sehingga
dapat mengendalikan stress yang timbul. Sehingga memungkinkan individu untuk
hidup produktif, dan mampu melakukan hubungan social yang memuaskan
(Nurhalimah, 2016).
Skizofrenia adalah sekelompok reaksi psikotik yang dapat mempengaruhi
berbagai area fungsi individu, termasuk berfikir, berkomunikasi, merasakan serta
menunjukkan emosi dan gangguan otak yang ditandai dengan pikiran kacau,
waham, halusinasi serta perilaku aneh. Skizofrenia merupakan penyakit gangguan
mental berat dan kronis yang menyerang 20 juta orang di seluruh dunia (Pardede,
Ariyo, & Purba, 2020). Salah satu jenis skizofrenia adalah defisit perawatan diri,
yaitu kurangnya kemampuan pada seseorang untuk melakukan perawtaan diri atau
personal hygiene.
Defisit perawatan diri merupakan suatu keadaan dimana seseorang
mengalami hambatan ataupun gangguan dalam kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan aktivitas perawatan diri, seperti mandi, berpakaian, makan, dan
eliminasi untuk dirinya sendiri (Tumanduk, Messakh, & Sukardi, 2018). Defisit
perawatan diri menurut Orem merupakan ketidakmampuan seseorang untuk
melakukan perawatan diri secara adekuat sehingga dibutuhkan beberapa system
yang dapat membantu klien memenuhi kebutuhannya. Dalam hal ini Orem
mengidentifikasi lima metode yang dapat menyelesaikan masalah defisit
perawatan diri yaitu bertindak untuk orang lain, sebagai pembimbing orang lain,
memberi dukungan, meningkatkan pengembangan lingkungan, dan mengajarkan
pada orang lain (Prihadi & Erlando, 2019).
1
2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui konsep defisit perawatan diri dan konsep asuhan keperawatan
pada pasien dengan defisit perawatan diri
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui defenisi, tanda & gejala, faktor penyebab, mekanisme koping,
penatalaksanaan pada klien dengan Defisit Perawatan Diri.
b. Mampu Melakukan pengkajian pada klien dengan Defisit Perawatan Diri.
c. Mampu menegakkan diagnosis atau masalah keperawatan klien dengan
Defisit Perawatan Diri.
d. Mampu menetapkan intervensi keperawatan secara menyeluruh pada klien
dengan Defisit Perawatan Diri.
e. Mampu melakukan tindakan keperawatan yang nyata pada Klien dengan
Defisit Perawatan Diri.
f. Mampu mengevaluasi sebagai tolak ukur guna menerapkan asuhan
keperawatan pada klien dengan Defisit Perawatan Diri.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Defisit Perawatan Diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami
kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri
secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian/berhias, makan, dan
BAB/BAK (toiletting). Defisit Perawatan diri juga merupakan sikap tidak mampu
untuk melakukan dan menyelesaikan aktivitas perawatan diri (Keliat, 2020).
Yusuf (2015) menyatakan bahwa defisit perawatan diri merupakan salah satu
masalah utama yang timbul pada klien gangguan jiwa, pasien gangguan jiwa
kronis sering mengalami ketidakpedulian merawat diri, keadaan ini merupakan
gejala perilaku negatif dan menyebabkan klien dikucilkan baik dalam keluarga
maupun masyarakat.
Defisit perawatan diri sangat berpengaruh bagi kesehatan fisik, seseorang
dapat mengalami banyak gangguan kesehatan yang akan dideritanya karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang terjadi
adalah gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada
mata dan telinga, serta gangguan fisik lainnya (Indriani, 2021).
B. Rentang Respon
Adaptif Maladaptif
3
4
D. Mekanisme Koping
Menurut (Sutria, 2020), mekanisme koping berdasarkan penggolongan di bagi menjadi 2
yaitu :
1. Mekanisme koping adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi pertumbuhan belajar dan
mencapi tujuan. Kategori ini adalah klien bisa memenuhi kebutuhan perawatan diri
secara mandiri.
2. Mekanisme koping maladaptive
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan,
menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah tidak
ingin merawat diri.
4. BAB/BAK (toiletting)
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan
jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi
pakaian untuk toiletting, membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat,
dan menyiram toilet atau kamar kecil. Keterbatasan perawatan diri di atas
biasanya diakibatkan karena stressor yang cukup berat dan sulit ditangani oleh
klien (klien bisa mengalami harga diri rendah), sehingga dirinya tidak mau
mengurus atau merawat dirinya sendiri baik dalam hal mandi, berpakaian,
berhias, makan, maupun BAB/BAK. Bila tidak dilakukan intervensi oleh
perawat, maka kemungkinan klien bisa mengalami masalah risiko tinggi isolasi
sosial
F. Faktor Predisposisi
1. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu.
2. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan
diri
3. Kemampuan Realitas Turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan
diri.
4. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri
G. Faktor Presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan
motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami
individu kurang mampu melakukan perawatan diri (Ruswadi, 2021).
H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Defisit Perawatan Diri pada klien dengan ganngguan jiwa terjadi akibat ada
perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan perawatan diri
tampak dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri makan secara
mandi,berhias diri secara mandiri dan eliminasi (buang air besar/buang air kecil)
secara mandiri. (Hastuti, 2018).
a. Identitas
Terdiri dari : nama klien, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pekerjaan,
tanggal masuk, alasan masuk, nomor rekam medic, keluarga yang dapat
dihubungi.
b. Alasan masuk
Merupakan penyebab klien atau keluarga datang, atau dirawat dirumah sakit.
Biasanya masalah yang dialami klien yaitu senang menyendiri, tidak mau
banyak berbicara dengan orang lain, terlihat murung, penampilan acak-acakan,
tidak peduli dengan diri sendiri dan mulai mengganggu orang lain.
c. Faktor Predisposisi
1) Pada umumnya klien pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu.
2) Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
3) Pengobatan sebelumnya kurang berhasil
4) Harga diri rendah, klien tidak mempunyai motivasi untuk merawat diri.
5) Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, yaitu perasaan ditolak,
dihina, dianiaya dan saksi penganiayaan.
6) Ada anggota keluarga yang pernah mengalami gangguan jiwa.
7) Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu kegagalan yang
dapat menimbulkan frustasi
d. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan TTV, pemeriksaan head to toe yang merupakan penampilan klien
yang kotor dan acak-acakan.
e. Psikososial
1) Genogram
Menggambarkan klien dan anggota keluarga klien yang mengalami
gangguan jiwa, dilihat dari pola komunikasi, pengambilan keputusan dan
pola asuh.
6
7
2) Konsep Diri
a) Citra Tubuh
Persepsi klien mengenai tubuhnya, bagian tubuh yang disukai, reaksi
klien mengenai tubuh yang disukai maupun tidak disukai.
b) Identitas Diri
Kaji status dan posisi pasien sebelum klien dirawat, kepuasan paien
terhadap status dan posisinya, kepuasan klien sebagai lakilaki atau
perempuan.
c) Peran Diri
Meliputi tugas atau peran klien didalam keluarga/pekerjaan/kelompok
maupun masyarakat, kemampuan klien didalam melaksanakan fungsi
atupun perannya, perubahan yang terjadi disaat klien sakit maupun
dirawat, apa yang dirasakan klien akibat perubahan yang terjadi.
d) Ideal Diri
Berisi harapan paien akan keadaan tubuhnya yang ideal, posisi, tugas,
peran dalam keluarga, pekerjaan/sekolah, harapan klien akan
lingkungan sekitar,dan penyakitnya.
e) Harga Diri
Kaji klien tentang hubungan dengan orang lain sesuai dengan kondisi,
dampak pada klien yang berhubugan dengan orang lain, fungsi peran
yang tidak sesuai dengan harapan, penilaian klien tentang pandangan
atau penghargaan orang lain.
f) Hubungan Sosial
Hubungan klien dengan orang lain akan sangat terganggu karena
penampilan klien yang kotor yang mengakibatkan orang sekitar
menjauh dan menghidnari klien. Terdapat hambatan dalam
berhubungan dengan orang lain
g) Spiritual
Nilai dan keyakinan serta kegiatan ibadah klien terganggu dikarenakan
klien mengalami gangguan jiwa.
h) Status Mental
Penampilan Penampilan klien sangat tidak rapi, tidak mengetahui
caranya berpakaian dan penggunaan pakaian tidak sesuai.
Cara bicara/Pembicaraan Cara bicara klien yang lambat, gagap,
sering terhenti/bloking, apatis serta tidak mampu memulai
pembicaraan.
8
.
Penggunaan obat
Jika klien mendapat obat, biasanya klien minum obat tidak teratur.
Aktivitas di Rumah
Klien tidak mampu melakukan semua aktifitas di dalam rumah
karena klien selalu merasa malas.
j) Mekanisme Koping
Adaptif
Klien tidak mau berbicara dengan orang lain, tidak bisa
menyelesaikan masalah yangada, klien tidak mampu berolahraga
karena klien selalu malas.
Maladaptive
Klien bereaksi sangat lambat terkadang berlebihan, klien tidak mau
bekerja sama sekali, selalu menghindari orang lain.
Masalah Psikososial dan Lingkungan
Klien mengalami masalah psikososial seperti berinteraksi dengan
orang lain dan lingkungan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya
dukungan dari keluarga, pendidikan yang kurang, masalah dengan
social ekonomi dan pelayanan kesehatan,
Pengetahuan
Klien deficit perawatan diri terkadang mengalami gangguan
kognitif sehingga tidak mampu mengambil keputusan.
k) Sumber Koping
Merupakan evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi seseorang.
Individu dapat mengatasi stress da ansietas dengan menggunakan
sumber koping yang terdapat di lingkungannya. Sumber koping ini
dijadikan modal untuk menyelesaikan masalah.
Isolasi Sosial
3. Rencana Keperawatan
Diagnosis Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan evaluasi
Edukasi
12
Terapeutik
Sediakan pakaian pada tempat
yang mudah dijangkau
Sediakan pakaian pribadi,
sesuai kebutuhan
Fasiliatasi mengenakan
pakaian, jika perlu
Fasilitasi berhias
Jaga privasi selama
berpakaian
Tawarkan untuk laundry, jika
perlu
Berikan pujian terhadap
kemampuan berpakaian secara
mandiri
Edukasi
Satu informasikan pakaian
yang terseda untuk dipilih,
jika perlu
Ajarkan menggunakan
pakaian, jika perlu
Terapeutik
Ciptakan lingkungan yang
menyenangkan selama makan
Atur posisi yang nyaman untuk
makan atau minum
Lakukan oral hygiene sebelum
makan, jika perlu
Letakkan makanan di sisi mata
yang sehat
Sediakan sedotan untuk minum,
sesuai kebutuhan
Siapkan makanan dengan suhu
yang meningkatkan nafsu
13
makan
Sediakan makanan dan
minuman yang disukai
Berikan bantuan saat makan
atau minum sesuai tingkat
kemandirian, jika perlu
Motivasi untuk makan di ruang
makan, jika tersedia
Edukasi
Jelaskan posisi makanan pada
pasien yang mengalami
gangguan penglihatan dengan
menggunakan arah jarum jam
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat
(mis. Analgesik, antiemetik),
sesuai indikasi
Terapeutik
Sediakan peralatan mandi (mis.
Sabun, sikat gigi, shampoo,
pelembab kulit)
Sediakan lingkungan yang aman
dan nyaman
Fasilitas menggosok gigi, sesuai
kebutuhan
Fasiliatsi mandi, sesuai
kebutuhan
Pertahankan kebiasaan
kebersihan diri
Berikan bantuan sesuai tingkat
kemandirian
Edukasi
Jelaskan manfaat mandi dan
dampak tidak mandi terhadap
kesehatan
Ajarkan kepada keluarga cara
memandikan pasien, jika perlu
14
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi status
kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil. Proses pelaksanaan
implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien dan faktor – faktor lain yang
mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan dan
kegiatan komunikasi. Jadi, implementasi keperawatan adalah serangkaaian
perilaku perawat yang berkoordinasi dengan psien, keluarga, dan anggota tim
kesehatan lain untuk membantu masalah kesehatan pasien sesuai dengan
perencanaan dan kriteria hasil (Siregar, 2018). Tindakan keperawatan yang
dilakukan adalah :
SP 1 Pasien :
1. Identivikasi masalah perawatan diri: kebersihan diri, berdandan, makan dan
minum, BAB dan BAK.
2. Menjelaskan pentingnya kebersihan diri.
3. Menjelaskan cara dan alat - alat yang digunakan dalam kebersihan diri.
4. Melatih cara menjaga kebersihan diri: mandi (gosok gigi, keramas, mandi pakai
sabun, pakai handuk, ganti baju, potong kuku).
5. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk mandi
SP 2 Pasien :
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan kebersihan diri. Berikan pujian
2. Jelaskan cara dan alat yang digunakan untuk berhias / berdandan.
3. Melatih cara berdandan setelah kebersihan diri : menyisir rambut, merias muka
untuk perempuan, dan untuk laki – laki menyisir rambut, cukuran.
4. Masakukkan pada jadwal kegiatan untuk kebersihan diri : berdandan / berhias
SP 3 Pasien
1. Evaluasi kegiatan kebersihan diri dan berdandn / berhias. Berikan pujian
2. Menjelaskna cara dan alat – alat yang digunakan untuk makan dan minum
3. Melatih cara dan alat makan dan minum.
4. Melatih cara makan dan minum yang baik
5. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latiahn kebersihan diri, berdandan,
makan, dan minum yang baik.
SP 4 Pasien
1. Evaluasi kegiatan kebersihan diri, berdandan / berhias, makan dan minum.
Berikan pujian.
2. Menjelaskan cara BAB dan BAK yang baik
3. Melatih BAB dan BAK yang baik
15
5. Evaluasi
Membandingkan secara sistematik dan terencana tentang kesehatan klien
dengan tujuan yang telah ditetapkan dengan kenyataan yang ada pada klien,
dilakukan dengan cara berkesinambungan denagm melibatkan klien dan tenaga
kesehatan lainnya. Evaluasi keperawatn merupakan tahap akhir dari rangkaian
proses keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang
telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain Hasil dari evaluasi dalam
asuhan keperwatan adalah:
1. Tujuan tercapai atau masalah teratasi : jika klien menunjukkan perubahan
sesuai dengan standard yang telah di tetapkan.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Defisit perawatan diri adalah kondisi di mana seseorang mengalami
kesulitan atau tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri sehari-hari,
seperti mandi, makan, berpakaian, dan menggunakan toilet. . Defisit perawatan
diri dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti gangguan fisik atau kognitif,
penyakit kronis, kecacatan, atau masalah psikologis.
Penting untuk mengidentifikasi dan mengatasi defisit perawatan diri sejak
dini, karena dapat berdampak negatif pada kesehatan dan kualitas hidup
seseorang. Penanganan defisit perawatan diri melibatkan pendekatan
multidisiplin, termasuk peran perawat, dokter, terapis fisik, terapis okupasi, dan
dukungan keluarga Intervensi yang efektif meliputi penilaian yang komprehensif,
perencanaan perawatan yang individual, pelatihan keterampilan perawatan diri,
penggunaan alat bantu, dan dukungan emosional.
B. Saran
Diharapkan bagi pembaca setelah membaca makalah ini khususnya
perawat dapat memahami dan mengerti serta dapat mengaplikasikan tindakan
keperawatan secara intensif, serta mampu berfikir kritis dalam melaksanakan
proses keperawatan apabila mendapati klien dengan gangguan kejiwaan dan bagi
keluarga yang memiliki anggota dengan masalah kejiwaan agar selalu
memberikan motivasi kepada klien dan juga memberikan perawatan pada pasien
yang mengalami defisit perawatan diri dirumah.
18
DAFTAR PUSTAKA
Sutejo , N. (2019). Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Pustaka Baru Pres. Sutejo. (2017).
Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa: Gangguan Jiwa dan
Psikososial . Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Yosep , I., & Sutini, T. (2016). Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Bandung: PT Refika
Aditama.