Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN JIWA

“DEFISIT PERAWATAN DIRI / DPD”

Disusun Oleh :
Shefira Liana
Dewi

G3A021083

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. DEFINISI
Perawatan diri adalah suatu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatannya, dan
kesehjateraan sesuai dengan kondisi kesehatannya. Klien dinyatakan terganggu
keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri (Hidayati,
2017).
Defisit perawatan diri adalah keadaan seseorang mengalami kelainan
dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan
sehari-hari secara mandiri. Tidak ada keinginan Pasien untuk mandi secara
teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau napas, dan
penampilan tidak rapi. Defist Perawatan Diri merupakan salah satu masalah
yang timbul pada Pasien gangguan jiwa (Widyawati & Dwi, 2019).
Jenis-jenis Defisit perawatan diri :
1. Defisit perawatan diri : Mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
mandi/beraktifitas perawatan diri untuk diri sendiri.
2. Defisit perawatan diri: Berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
berpakaian dan berias untuk diri sendiri.
3. Defisit perawatan diri: Makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
sendiri.
4. Defisit perawatan diri: Eliminasi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan eliminasi
sendiri (Widyawati & Dwi, 2019).
B. ETIOLOGI
1. Faktor Predisposisi
a. Perkembangan, keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien
sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis, penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri.
c. Kemampuan realitas menurun, klien dengan gangguan jiwa dengan
kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian
dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
d. Sosial, kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi kemampuan dalam
perawatan diri.
2. Faktor Presipitasi
a. Body image, gambaran individu terhadap dirinya sangat
mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik
sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
b. Praktik sosial, pada anak-anak selalu ingin dimanja dalam kebersihan
diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygine.
c. Status sosial ekonomi, personal hygine memperlukan alat seperti sabun,
pasta gigi, sikat gigi, shampo dan alat mandi yang semuanya
memerlukan uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan, pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan
misalnya pada pasien penderita diabetes melitus ia harus menjaga
kebersihannya.
e. Budaya, disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
f. Kebiasan seseorang, seperti terbiasa dalam penggunaan alat mandi
tertentu.
g. Kondisi fisik dan psikis, pada keadaan tertentu kemampuan untuk
merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya
(Hidayati, 2017).
C. MANIFESTASI KLINIK
Menurut Sulastri (2016) Tanda dan Gejala Defisit perawatan diri dapat
dinilai dari pertanyaan pasien tentang kebersihan diri, berdandan dan
berpakaian, makan dan minum, BAB dan BAK dan didukung dengan data
hasil observasi:
1. Data Subjektif, pasien mengatakan tentang :
a. Malas mandi
b. Tidak mau menyisir rambut
c. Tidak mau menggosok gigi
d. Tidak mau memotong kuku
e. Tidak mau berhias/berdandan
f. Tidak bisa/tidak mau menggunakan alat mandi/kebersihan diri
g. Tidak menggunakan alat makan dan minum saat makan dan minum
h. BAB dan BAK sembarangan
i. Tidak membersihkan diri dan tempat BAB dan BAK setelah BAB dan
BAK
j. Tidak mengetahui cara perawatan diri yang benar
2. Data Objektif
a. Badan bau, kotor, berdaki, rambut rontok, gigi rontok, kuku panjang,
tidak menggunakan alat-alat mandi, tidak mandi dengan benar.
b. Rambut kusut, berantakan, kumis dan jenggot tidak rapi, tidak mampu
berdandan memilih, mengambil dan memakai pakaian, memakai
sendal, sepatu, tidak pandai memakai resleting, memakai barang-
barang yang perlu dalam berpakaian, melepas barang-barang yang
perlu dalam berpakaian.
c. Makan dan minum sembarangan, berceceran, tidak menggunakan alat
makan, tidak mampu(menyiapkan makanan, memindahkan makanan
ke alat makan, memegang alat makan, membawa makanan dari piring
ke mulut, mengunyah, menelan makanan secara aman, menyelesaikan
makanan).
d. BAB dan BAK tidak ada tempatnya, tidak membersihkan diri setelah
BAB dan BAK, Tidak mampu (menjaga kebersihan toilet, menyiran
toilet) (Widyawati & Dwi, 2019).
D. AKIBAT
Dampak yang ditimbulkan dengan masalah personal hygine diantaranya:
1. Dampak fisik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan
integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan
telinga dan gangguan fisik pada kuku.
2. Dampak psikososial, akan mengakibatkan gangguan rasa aman dan
nyaman, kebutuhan untuk dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri,
aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial (Hidayati, 2017).
E. PENATALAKSANAAN (Psikofarmaka, Psikoterapi)
1. Psikofarmaka
Tidak ada psikofarmaka yang dapat mengatasi masalah ini selain melatih
pasien agar mampu kembali melakukan perawatan diri dengan :
a. Meningkatkan kesadaran diri dan kepercayaan diri
b. Membimbing dan menolong klien merawat diri
c. Ciptakan lingkungan yang mendukung.
2. Psikoterapi
a. Program for Assertive Community Treatment (PACT)
PACT efektif untuk memperbaiki gejala, mengurangi lama perawatan
di rumah sakit dan memperbaiki kondisi kehidupan secara umum.
b. Intervensi Keluarga
Keluarga pasien harus dilibatkan dalam penyembuhan pasien,
diharapkan keluarga berkontribusi untuk perawatan pasien dan
memerlukan pendidikan, bimbingan dan dukungan serta pelatihan yang
membantu mereka mengoptimalkan peran mereka.
c. Perilaku kognitif
Terapi perilaku efektif untuk mengurangi frekuensi dan keparahan
gejala, namun memiliki resiko penolakan yang mungkin disebabkan
oleh pertemuan mingguan yang terlalu membebani pasien-pasien
dnegan gejala negatif yang berat.
d. Terapi pelatihan ketrampilan sosial
Tujuannya yakni memperbaiki kekurangan tertentu dalam fungsi sosial
pasien, efektif untuk mencegah kekambuhan dan mengurangi gejala.
e. Terapi elektrokonvulsif (ECT)
Digunakan untuk penderita skizofrenia terutama jika menginginkan
perbaikan umum dan pengurangan gejala yang cepat (Megawati, 2019).
F. POHON MASALAH

Gangguan Pemeliharaan Kesehatan

DEFISIT PERAWATAN DIRI

Kehilangan Fungsi Tubuh,


kurangnya motivasi

G. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Masalah Keperawatan
a. Kehilangan motivasi perawatan diri
b. Defisit perawatan diri
c. Gangguan pemeliharaan kesehatan
2. Diagnosa Keperawatan : DEFISIT PERAWATAN DIRI
3. Intervensi Keperawatan
Dx Perencanaan
Keperawatan Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi
Defisit TUM : Adanya tanda Membina hubungan saling
perawatan diri Klien dapat percaya dengan percaya dengan prinsip
mandiri dalam kriteria: komunikasi terapeutik:
perawatan diri 1. Wajah cerah dan 1. Sapa klien dengan ramah
tersenyum baik verbal / nonverbal
TUK 1: 2. Mau berkenalan 2. Perkenalkan diri dengan
Klien dapat 3. Ada kontak mata sopan
membina 4. Menerima 3. Tanyakan nama lengkap
hubungan saling kehadiran dan panggilan
percaya perawat 4. Jelaskan tujuan
5. Bersedia 5. Jujur, menepati janji
menceritakan 6. Tunjukan sikap empati
perasaanya bukan simpati
7. Beri perhatian kepada
klien mengenai
kebutuhan dasar klien
TUK 2: Klien menyebutkan: Diskusikan dengan klien :
Klien dapat 1. Penyebab tidak 1. Penyebab klien tidak
menjelaskan merawat diri merawat dirinya
pentingnya 2. Manfaat 2. Manfaat menjaga
perawatan diri menjaga diri kebersihan diri untuk
3. Tanda-tanda keadaan fisik, mental dan
bersih rapi sosial
4. Gangguan yang 3. Tanda-tanda perawatan
dialami jika diri yang baik
perawatan diri 4. Penyakit atau gangguan
tidak kebersihan yang bisa
diperhatikan dialami oleh klien jika
tidak melakukan
perawatan diri yang
adekuat.
TUK 3: Diharapkan klien: 1. Jelaskan pentingnya
Klien dapat 1. Klien kebersihan diri
menyelesaikan menjelaskan 2. Jelaskan cara menjaga
aktivitas mandi pentingnya keberishan diri dengan
secara mandiri kebersihan diri amndi
2. Klien 3. Demonstrasi cara
menjelaskan cara menjaga kebersihan diri
menjaga mandi
kebersihan diri 4. Anjurkan memasukkan
3. Klien dapat dijadwal.
mempraktekan
cara menjaga
kebersihan diri
TUK 4: Diharapkan klien 1. Evaluasi jadwal kegiatan
Klien mampu mampu: mandi, beri pujian
berhias / 1. Klien 2. Jelaskan cara berdandan
berdandan menyebutkan 3. Bantu mempraktekkan
secara mandiri alat-alat berhias/ berdandan
berdandan 4. Memasukkan ke jadwal
2. Klien harian untuk mandi dan
menjelaskan cara berdandan
berdandan/
berhias
3. Klien
mempraktekkan
cara berhias/
berdandan
TUK 5: 1. Klien mampu 1. Evaluasi kegiatan cara
Klien mampu menyebutkan mandi dan berhias, beri
menyelesaikan alat-alat untuk pujian
aktivitas makan makan minum 2. Menjelaskan cara makan
minum secara 2. Klien mampu minum yang benar
mandiri menjelaskan cara 3. Membantu
makan minum mempraktekkan makan
yang benar minum klien
3. Klien mampu 4. Masukan ke jadwal
mempraktekkan harian mandi, berhias,
cara makan makan minum yang benar
minum dengan
benar
TUK 6: 1. Klien mampu 1. Evaluasi kegiatan mandi,
Klien mampu menjelakan cara berhias, makan minum,
BAK/BAB BAB/BAK dengan benar dan beri
secara mandiri dengan benar pujian
2. Klien mampu 2. Jelaskan cara BAB/BAK
mempraktekkan 3. Bantu klien
cara BAB/BAK mempraktekkan cara
dengan benar BAK, BAB yang benar
4. Masukan ke jadwal
harian mandi, berhias,
makan minum, dan cara
BAK/BAB dengan benar
(Megawati, 2019).
DAFTAR PUSTAKA

Hidayati, R. T. (2017). Pengaruh Terapi Kognitif dan Perilaku Terhadap Peningkatan


Kemampuan Perawatan Diri pada Klien Skizofrenia dengan Defisit Perawatan
Diri di RSJD dr. Amino Gondohutomo. Occupational Medicine, 53(4), 130.
Megawati, T. (2019). Konsep ASuhan Skizofrenia. Journal of Nursing, 32.
Widyawati, & Dwi, F. (2019). Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan
Kebutuhan Psikososial Defisit Perawatan Diri Pada Pasien Skizofrenia Di Rumah
Penitipan Klien Gangguan Jiwa Mitra Sakti Kabupaten Pesawaran Provinsi
Lampung Tahun 2019. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9),
1689–1699. http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/316/3/BAB II.pdf

Anda mungkin juga menyukai