Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN DEFISIT PERAWATAN DIRI

RINGGA LANY AISAH

2114901012

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAJAPAHIT

MOJOKERTO

2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Diagnosa Keperawatan
Defisit perawatan diri
B. Tinjauan teori
1. Definisi
Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami
kelemahan kemampuan ndalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri
secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian/berhias, makan, dan BAB/BAK
(toileting) (Fitria, 2012).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan seseorang untuk
melakukan aktifitas perawatan diri seperti mandi, berhias/berdandan, makan dan
toileting (Nurjannah dalam Dermawan, 2013). Kurang perawatan diri adalah kondisi
dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya
(Tarwoto dan Wartonah dalam Direja, 2011).
Defisit perwatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami kelainan dalam
kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari
secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, tidak menyisir rambut,
pakaian kotor, bau badan, bau napas dan penampilan tidak rapi. Defisit perawatan diri
merupakan salah satu masalah yang timbul pada pasien gangguan jiwa. Pasien
gangguan jiwa kronis sering mengalami ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini
merupakan gejala perilaku negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan baik dalam
keluarga maupun masyarakat (Yusuf, 2015).
2. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
Menurut Depkes (Dalam Dermawan, 2013), penyebab defisit perawatan diri
adalah :
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu.
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
3) Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan
diri.
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
b. Faktor Presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah
yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan
perawatan diri.
3. Jenis-jenis Defisit Perawatan Diri
Menurut Nurjannah (Dalam Dermawan (2013) Jenis-jenis defisit perawatan diri
terdiri dari:
a. Kurang perawatan diri : mandi / kebersihan
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan
aktivitas mandi / kebersihan diri.
b. Kurang perawatan diri : mengenakan pakaian / berhias
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan
memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri
c. Kurang perawatan diri : makan
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan
aktivitas makan.
d. Kurang perawatan diri : toileting
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan
atau menyelesaikan.
4. Tanda dan Gejala
Menurut Depkes (Dalam Dermawan, 2013) tanda dan gejala klien dengan defisit
perawatan diri adalah :
a. Fisik
1) Badan bau, pakaian kotor
2) Rambut dan kulit kotor
3) Kuku panjang dan kotor
4) Gigi kotor disertai mulut bau
5) Penampilan tidak rapi
b. Psikologis
1) Malas, tidak ada inisiatif
2) Menarik diri, isolasi diri
3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina
c. Sosial
1) Interaksi kurang
2) Kegiatan kurang
3) Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
4) Cara makan tidak teratur, BAK dan BAB di sembaraang tempat, gosok gigi dan
mandi tidak mampu mandiri.
5. Dampak Defisit Perawatan Diri
Menurut Dermawan (2013) dampak yang sering timbul pada masalah personal
hygiene ialah :
a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering
terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut,
infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
b. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan
kebutuhan rasa nyaman , kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri,
aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
6. Rentang Respon
Menurut Dermawan (2013), adapun rentang respon defisit perawatan diri sebagai
berikut :

Respon Adaptif Respon Maladaptif


Pola perawatan diri Kadang perawatan diri Tidak melakukan perawatan
seimbang kadang tidak perawatan diri pada saat stress

Gambar rentang respon defisit perawatan diri


a. Pola perawatan diri seimbang : saat klien mendapatkan stresor dan mampu untuk
berprilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang, klien
masih melakukan perawatan diri
b. Kadang perawatan diri kadang tidak: saat klien mendapatkan stresor kadang –
kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya
c. Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak peduli dan tidak bisa
melakukan perawatan saat stresor.
7. Patofisiologi
Kebersihan diri tidak adekuat (BAB/BAK, Makan
Effect
minum dan berdandan)
 

Core Problem Defisit perawatan diri

Etiologi Penurunan kemampuan dan motivasi merawat

8. Mekanisme Koping
Mekanisme koping pada pasien dengan defisit perawatan diri adalah sebagai
berikut:
a. Regresi, menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku kembali,
seperti pada perilaku perkembangan anak atau berhubungan dengan masalah proses
informasi dan upaya untuk mengulangi ansietas (Dermawan, 2013).
b. Penyangkalan ( Denial ), melindungi diri terhadap kenyataan yang tak
menyenangkan dengan menolak menghadapi hal itu, yang sering dilakukan
dengan cara melarikan diri seperti menjadi “sakit” atau kesibukan lain serta
tidak berani melihat dan mengakui kenyataan yang menakutkan (Yusuf dkk, 2015).
c. Menarik diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun psikologis,
reaksi fisk yaitu individu pergi atau lari menghindar sumber stresor, misalnya:
menjauhi, sumber infeksi, gas beracun dan lain-lain. Reaksi psikologis individu
menunjukkan perilaku apatis, mengisolasi diri, tidak berminat, sering disertai rasa
takut dan bermusuhan (Dermawan, 2013).
d. Intelektualisasi, suatu bentuk penyekatan emosional karena beban emosi dalam
suatu keadaan yang menyakitkan, diputuskan, atau diubah (distorsi) misalnya rasa
sedih karena kematian orang dekat, maka mengatakan “sudah nasibnya” atau
“sekarang ia sudah tidak menderita lagi” (Yusuf dkk, 2015)
9. Penentuan koping (SDKI)
Gejala dan Tanda mayor
 Subjektif
1. Menolak melakukan perawatan
 Objektif
1. Tidak mampu mandi/mengenakan pakaian/makan/ke toilet/berhias secara mandiri
2. Minat melakukan perawatan diri kurang
C. Perumusan Diagnosa Keperawatan
Defisit Perawatan diri : higiene diri, berhias, makan dan eliminasi
- Aksis 3 (deskriptor) : Defisit
- Aksis 1 (konsep diagnosa) : Perawatan diri
- Aksis 4 (topologi) : Higiene diri, berhias, makan dan eliminasi
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI
Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
Defisit perawatan diri TUM :
Klien dapat meningkatkan minat dan
motivasinya untuk memperhatikan
kebersihan diri
TUK 1 : 1. Berikan salam setiap berinteraksi.
Klien dapat membina hubungan saling 2. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat
percaya dengan perawat. berkenalan.
3. Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien.
4. Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.
5. Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien.
6. Buat kontrak interaksi yang jelas.
7. Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati.
8. Penuhi kebutuhan dasar klien
TUK 2 : 1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
Klien dapat mengenal tentang komunikasi terapeutik.
pentingnya kebersihan diri. 2. Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara
menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan tanda- tanda bersih.
3. Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri.
4. Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan klien
terhadap hal yang berhubungan dengan kebersihan diri.
5. Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan
memelihara kebersihan diri.
6. Beri reinforcement positif setelah klien mampu mengungkapkan arti
kebersihan diri.
7. Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti: mandi 2 kali
pagi dan sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari (sesudah makan dan
sebelum tidur), keramas dan menyisir rambut, gunting kuku jika
panjang.
TUK 3 : 1. Motivasi klien untuk mandi.
Klien dapat melakukan kebersihan diri 2. Beri kesempatan untuk mandi, beri kesempatan klien untuk
dengan bantuan perawat.
mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang benar.
3. Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari.
4. Kaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan rambut.
5. Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan fasilitas
perawatan kebersihan diri, seperti mandi dan kebersihan kamar mandi.
6. Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas kebersihan
diri seperti odol, sikat gigi, shampoo, pakaian ganti, handuk dan
sandal.
TUK 4 : 1. Monitor klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur, ingatkan
Klien dapat melakukan kebersihan untuk mencuci rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju dan pakai
perawatan diri secara mandiri. sandal.
TUK 5 : 1. Beri reinforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan diri.
Klien dapat mempertahankan
kebersihan diri secara mandiri.
TUK 6 : 1. Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien
Klien dapat dukungan keluarga dalam menjaga kebersihan diri.
meningkatkan kebersihan diri.
2. Diskusikan bersama keluarga tentang tindakanyang telah dilakukan klien
selama di RS dalam menjaga kebersihan dan kemajuan yang telah
dialami di RS.
3. Anjurkan keluarga untuk memutuskan memberi stimulasi terhadap
kemajuan yang telah dialami di RS.
4. Jelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana yang lengkap dalam
menjaga kebersihan diri klien.
5. Anjurkan keluarga untuk menyiapkan sarana dalam menjaga kebersihan
diri.
6. Diskusikan bersama keluarga cara membantu klien dalam menjaga
kebersihan diri.
7. Diskusikan dengan keluarga mengenai hal yang dilakukan misalnya:
mengingatkan pada waktu mandi, sikat gigi, mandi, keramas, dan lain-
lain.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
PERTEMUAN I
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
 Data subjektif : Klien mngatakan malas mandi dan lebih enak tidak ganti baju,
klien mengatakan tidak mau menyisir.
 Data objektif : Klien terlihat kotor, rambut tidak disisr, baju agak kotor, bau dan
menolak diajak mandi.
2. Diagnosa Keperawatan : Defisit perawatan Diri
3. Tujuan Tindakan Keperawatan
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya 
b. Klien dapat menjelaskan pentingnya kebersihan diri
c. Klien dapat menjelaskan cara menjaga kebersihan diri.
d. Klien dapat melaksanakan perawatan diri dengan bantuan perawat.
e. Klien dapat melaksanakan perawatan diri secara mandiri.
4. Tindakan Keperawatan
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien. 
b. Menjelaskan cara makan yang baik dan bersih. 
c. Membantu klien mempraktekkan cara makan yang baik dan bersih.
d. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
B. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik : “Selamat sore ibu, masih ingat dengan saya suster A? Saya
mahasiswa dari POLTEKKES JAKARTA 3.”
b. Evaluasi/validasi : “Bagaimana keadaan bapak hari ini “
c. Kontrak :
 Topik : “Ibu saya ingin berbincang-bincang tentang cara makan yang baik”
 Waktu : “Ibu kita akan berbincang-bincang jam berapa ? Dan berapa lama ?
Bagaimana jika jam 16.00-16.10 WIB ?”
 Tempat : “Dimana kita akan berbincang-bincang, bagaimana kalau kita
berbincang-bincang disini ?”
 Tujuan : “Kita berbincang-bincang agar kita saling mengenal.”
2. Fase Kerja
“Ibu saya akan melatih bapak cara makan yang baik dan bersih. Tujuannya agar ibu
tidak kotor saat makan dan terlihat bersih. Sebelum ibu makan sebaiknya ibu mencuci
tangan terlebih dahulu supaya kuman yang ada pada tangan ibu tidak ikut termakan.
Kemudian ibu gunakan sendok dan garpu agar makanan yang ibu makan tidak
terkontaminasi dengan tangan ibu. Setelah ibu selesai makan, ibu mencuci tangan
lagi tujuannya untuk membersihkan sisa makanan yang menempel pada tangan ibu.
Kemudian ibu masukkan kegiatan ini dalam kegiatan harian ibu ya. Kalau ibu
mengerjakannya sendiri beri tanda M, kalau dibantu suster beri tanda B, kalau tidak
dikerjakan beri tanda T.”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
 Subjektif : “Bagaimana perasaan ibu setelah berbincang-bincang dengan
saya dan tahu cara makan yang baik dan bersih.”
 Objektif : “Coba ibu sebutkan kembali cara makan yang baik dan bersih.”
b. Rencana tindak lanjut : “Saya harap ibu mengingat saya dan mempraktekkan cara
makan yang baik dan bersih dan jangan lupa masukkan dalam kegiatan harian.”
c. Kontrak yang akan datang :
 Topik : “Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi dan berbincang-bincang
lagi tentang cara eliminasi yang baik.”
 Waktu : “Bagaimana kalau kita berbincang-bincang kembali besok jam 16.00
WIB selama 15 menit, apakah ibu setuju ?”
 Tempat : “Mau dimana besok kita berbincang-bincang, bagaimana kalau di
tempat ini lagi ? Baiklah sampai bertemu lagi. Selamat sore ibu.”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
PERTEMUAN II
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien : Klien sudah sebulan tidak mau makan.
2. Diagnosa Keperawatan : Defisit perawatan diri.
3. Tujuan Tindakan Keperawatan
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Menjelaskan cara makan yang baik
c. Membantu pasien mempraktikkan cara makan yang baikMenganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
4. Tindakan keperawatan
a. Menjelaskan cara mempersiapkan makan.
b. Menjelaskan cara makan yang tertib.
c. Menjelaskan cara merapikan peralatan makan setelah makan.
d. Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik.
B. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik : “Selamat pagi, Ibu. Masih ingat dengan suster V? Seperti
janji kita kemarin kita akan ngobrol yang bertujuan untuk mengetahui cara
makan yang baik. Apakah ibu bersedia?
b. Evaluasi/validasi :“Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Pagi tadi apakah sudah
sarapan? Apakah sudah dipakai apa yang telah kita latih kemarin? Bagaimana
hasilnya?”
c. Kontrak :
 Topik : “Sesuai janji saya kemarin, hari ini kita akan berbincang-bincang
tentang cara makan yang benar.”
 Waktu : “Mau berapa lama kita berbincang-bincang? 15 menit saja cukup?”
 Tempat : “Dimana kita akan berbincang-bincang ibu? Apakah ibu ingin di
Teras depan?”
 Tujuan :“Tujuan kita berbincang-bincang hari ini agar dapat mengetahui
bagaimana cara makan yang baik.”
2. Fase Kerja
“Bagaimana kegiatan sebelum, saat, maupun sesudah makan? Dimana biasanya
pada saat makan?”
“Sebelum makan kita harus mencuci tangan menggunakan sabun. Mari kita
praktikan, ya.”
“Bagus.”
“Setelah itu kita duduk dan ambil makanan. Sebelum disantap, kita berdoa dahulu.”
“Mari kita makan.”
“Saat makan, kita harus menyuap makanan dengan pelan-pelan.”
“Bagus.”
“Setelah makan, kita bereskan piring dan gelas yang kotor.”
“Ya, benar seperti itu.”
“Selanjutnya kita akhiri dengan mencuci tangan.”
“Ya, bagus.”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
 Subyektif : “Bagaimana perasaan ibu setelah kita makan bersama-sama?”
 Obyektif : “Ayo coba sebutkan kembali cara makan yang benar.”
b. Rencana tindak lanjut
“Setelah makan apa yang sebaiknya kita lakukan?”
“Hari-hari berikutnya saya berharap ibu dapat melakukan cara makan tadi
dengan baik.”
c. Kontrak yang akan datang
 Topik :“Besok kita bertemu untuk mendiskusikan jadwal kegiatan dalam
kemampuan berdandan.”
 Waktu :“Besok kita akan bertemu pagi hari, ya. Apakah ibu bersedia?”
 Tempat :“Dimana tempat yang ibu ingin untuk kita bertemu besok?”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
PERTEMUAN III
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
 Subjektif : klien mengatakan kotor dan bau serta rambut tidak disisir.
 Objektif : klien terlihat kotor dan bau serta rambut tidak disisir.
2. Diagnosa Keperawatan : Defisit Perawatan Diri
3. Tujuan Tindakan Keperawatan
a. Pasien dapat mengetahui pentingnya perawatan diri (Berdandan)
b. Pasien dapat mengetahui cara-cara melakukan perawatan diri (Berdandan).
c. Pasien dapat melaksanakan perawatan diri (Berdandani) dengan bantuan perawat
d. Pasien dapat melaksanakan perawatan diri (Berdandan) secara mandiri
e. Pasien mendapatkan dukungan keluarga untuk meningkatkan perawatan diri
(Berdandan)
4. Tindakan Keperawatan
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Menjelaskan cara berdandan yang benar
c. Membantu pasien mempraktikkan cara berdandan yang benar dan memasukkan
dalam jadwal.
d. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
B. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik : “Selamat pagi ibu!”
b. Evaluasi/validasi : “Bagaimana kondisi ibu hari ini? Apa ibu sudah mandi dan
berdandan seperti sisir rambutnya?”
c. Kontrak :
 Topik, Waktu, Tempat : “Baiklah ibu sesuai janji kita tadi, sekarang kita
akan berbincang-bincang tentang cara mandi dan sisir yang benar dan cara
mempraktekkannya? kita akan berbincang-bincang selama 15 menit. Diteras
ini ya pak!”
 Tujuan : “Tujuan dari perbincangan hari ini adalah agar ibu mengetahui
pentingnya menjaga kebersihan kebersihan badan serta menyisir rambut dan
ibu dapat mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari ibu”.
2. Fase kerja à sesuai dengan materi
“ibu coba suster mau tahu, bagaimana cara mandi? oya bagus sekali. Nah tetapi
alangkah lebih baik lagi ibu mandi dengan sabun agar bersih badannya. Begini ya bu
sekarang suster akan ajarkan cara membersihkan diri. Pertama ibu harus menggunkan
sabun mandi saat mau mandi, lalu di gosokkan ke badan ibu sampai bersih ke seluruh
badan lalu ibu basuh dan jangan lupa setelah mandi ibu sisir rambut nya agar terlihat
cantik, wangi dan rapih. Bagaimana penjelasan dari suster apa sudah bisa di pahami
oleh ibu ? Selain itu jangan lupa masukkan kegiatan ini kadalam jadwal kegiatan
harian ibu. Ibu masih ingatkan cara melakukannya? Wah hebat sekali bu!”
3. Fase terminasi
a. Evaluasi
 Subyektif : “Bagaimana perasaan ibu setelah berbincang-bincang dengan
suster?”
 Obyektif : “Nah, coba ibu jelaskan dan praktekkan kembali apa yang telah
kita perbincangkan tadi. Bagus bu, ternyata ibu masih ingat apa yang telah
suster ajarkan.”
b. Rencana tindak lanjut
“Suster harap apa yang tadi suster ajarkan kepada ibu, ibu dapat mempraktekkan
kembali dan jangan lupa untuk memasukannya dalam jadwal kegiatan harian dan
dilakukan 2 kali dalam sehari yang telah suster ajarkan tadi.”
c. Kontrak yang akan datang
Topik, Waktu, Tempat : “Ibu sudah tidak terasa sudah 15 menit kita berbincang-
bincang. Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi untuk berbincang- bincang
tentang cara melakukan perawatan diri ke 4 , bagaimana bu? ibu mau berbincang-
bincang dimana? Oiya..kira-kira ibu mau berapa lama? bagaimana kalau 15
menit? Setuju? Baik, sampai bertemu nanti ya bu….”
DAFTAR PUSTAKA
Dermawan, Deden dan Rusdi. 2013. Konsep Dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan
Jiwa. Yogyakarta : Gosyan Publishing.
Maulana, Aditiya Angga. 2018. “Penerapan Personal Hygine Untuk Meningkatkan
Kemampuan Perawatan Diri Pada Pasien Dengan Komunikasi Terapeutik Pada
Pasien Gangguan Jiwa Defisit Perawatan Diri Di RSUD Banyumas”.
Saputra, Dino. 2017. “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Defisit
Perawatan Diri Di Ruang Dahlia Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Sa’anin Padang”
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1.
Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat.

Anda mungkin juga menyukai