Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN JIWA

“DEFISIT PERAWATAN DIRI ”

Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat :


Untuk melengkapi Praktik Klinik Keperawatan Jiwa

Dosen Pembimbing : Ns. Mahyar Suara, P.hD

Disusun Oleh
Nama :
NIM :
S1 KEPERAWATAN TINGKAT 3

STIKES ABDI NUSANTARA JAKARTA

Jl. Kubah Putih No. 7 Rt. 001/014 Kel. Jatibening Kec. Pondok gede Kota Bekasi, Jawa Barat
17412 Telp. (021) 8690 1352.
TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DEFISIT PERAWATAN DIRI

I. Masalah Utama
Defisit Perawatan Diri
I.1 Definisi
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan, dan kesejahteraan
sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan
dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri (Dermawan & Rusdi, 2013).
Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami
kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan
diri secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian/berhias, makan, dan
BAB/BAK (toileting) (Fitria, 2012).
Pasien yang mengalami gangguan jiwa kronik seringkali tidak memperdulikan
perawatan diri. Hal ini menyebabkan pasien dikucilkan dalam keluarga dan
masyarakat (Keliat, 2009).
Klien dengan gangguan jiwa hampir semuanya mengalami defisit perawatan diri.
Hal ini disebabkan karena ketidaktahuan dan ketidakberdayaan yang berhubungan
dengan keadaannya sehingga terjadilah defisit perawatan diri (Muslim, 2010).

I.2 Faktor Predisposisi


1. Faktor Predisposisi
a. Perkembangan, keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien
sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis, mengidap penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak
mampu melakukan perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun, menyebabkan ketidakpedulian diri dan
lingkungkan.
d. Sosial, kurangnya dukungan dan letihan mempengaruhi kemampuan.
I.3 Faktor Presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan
motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah dan lemah yang dialami
individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan
diri.

I.4 Jenis Defisit Perawatan Diri


Menurut Nanda (2012), jenis perawatan diri terdiri dari:
a. Defisit Perawatan Diri: Mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi atau
beraktivitas perawatan diri untuk diri sendiri.
b. Defisit Perawatan Diri: Berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas berpakaian dan berhias untuk diri sendiri
c. Defisit Perawatan Diri: Makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas makan
secara mandiri
d. Defisit Perawatan Diri: Eliminasi/Toileting
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
eliminasi sendiri.

I.5 Rentang Respon Konsep Diri


II. Proses Terjadinya Defisit Perawatan Diri
II.1 Tanda dan Gejala
Menurut Depkes (2000), dalam Anonim (2009), tanda dan gejala klien dengan
defisit perawatan diri yaitu:
1. Fisik
a. Badan bau, pakaian kotor
b. Rambut dan kulit kotor
c. Kuku panjang dan kotor
d. Gigi kotor disertai mulut bau
e. Penampilan tidak rapi
2. Psikologi
a. Malas, tidak ada inisiatif
b. Menarik diri, isolasi diri
c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina
3. Sosial
a. Interaksi kurang
b. Kegiatan kurang
c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma
d. Cara makan tidak teratur
e. Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil (BAK) di sembarang tempat
f. Gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.
Selain itu, tanda dan gejala tampak pada pasien yang mengalami Defisit
Perawatan Diri adalah sebagai berikut:
a. Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit
berdaki dan bau, serta kuku panjang dan kotor.
b. Ketidakmampuan berhias/berpakaian, ditandai dengan rambut acak –
acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien
laki-laki tidak bercukur, pada pasien perempuan tidak berdandan.
c. Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai oleh kemampuan
mengambil makan sendiri, makan berceceran dan makan tidak pada
tempatnya.
d. Ketidakmampuan eliminasi secara mandiri, ditandai dengan BAB/BAK
tidak pada tempatnya, dan tidak membersihkan diri dengan baik setelah
BAB/BAK (Keliat, 2009).
Apabila kondisi ini dibiarkan berlanjut, maka akhirnya dapat juga menimbulkan
penyakit fisik seperti kelaparan dan kurang gizi, sakit infeksi saluran pencernaan
dan pernafasan serta adanya penyakit kulit, atau timbul penyakit yang lainnya
(Harist, 2011).

III. Masalah Keperawatan


III.1 Pohon Masalah

III.2 Mekanisme Koping dan Data Pengkajian


Mekanisme koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stresor,
pada pasien defisit perawatan diri, ditemukan mekanisme koping:
1. Regresi.
2. Penyangkalan.
3. Isolasi sosial, menarik diri.
4. Intelektualisasi.
IV. Diagnosis Keperawatan
Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan gangguan psikologis dan penurunan
motivasi/minat dibuktikan dengan tidak mampu mandi dan kurang minat melakukan
perawatan diri.
Defisit Perawatan Diri: (Spesifikkan) D. 0190
Kategori : Perilaku
Subkategori : Kebersihan Diri
Definisi
Tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri.
Penyebab
1. Gangguan muskuloskeletal.
2. Gangguan neuromuskuler.
3. Kelemahan.
4. Gangguan psikologis dan/atau psikotik.
5. Penurunan motivasi/minat.
Gejala dan Tanda Mayor
Subyektif Obyektif
1. Menolak melakukan perawatan diri. 1. Tidak mampu mandi, mengenakan
pakaian, makan, ke toilet, berhias
secara mandiri.
2. Minat melakukan perawatan diri
kurang.
Keterangan
Diagnosis ini dispesifikkan menjadi salah satu atau lebih dari:
1. Mandi.
2. Berpakaian.
3. Makan.
4. Toiletting.
5. Berhias.

V. Rencana Tindakan Keperawatan


Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)
Setelah dilakukan intervensi keperawatan, maka Perawatan Diri Meningkat, dengan
kriteria hasil :
1. Kemampuan mandi meningkat.
2. Kemampuan mengenakan pakaian meningkat.
3. Kemampuan makan meningkat.
4. Kemampuan ke toilet meningkat.
5. Verbalisasi keinginan melakukan perawatan diri meningkat.
6. Minat melakukan perawatan diri meningkat.
7. Mempertahankan kebersihan diri meningkat.
8. Mempertahankan kebersihan mulut meningkat.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
Intervensi Utama : Dukungan Perawatan Diri
Tindakan
Observasi
1. Identifikasi aktivitas perawatan diri sesuai usia.
2. Monitor tingkat kemandirian.
3. Identifikasi alat bantu kebersihan diri.
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan yang terapeutik.
2. Siapkan keperluan pribadi.
3. Dampingi melakukan aktivitas perawatan diri sampai mandiri.
4. Fasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan.
5. Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu melakukan perawatan diri.
6. Jadwalkan rutinitas perawatan diri.
Edukasi
1. Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai kemampuan.
STRATEGI PELAKSANAAN
PADA PASIEN DEFISIT PERAWATAN DIRI

 Strategi Pelaksanaan 1 – Defisit Perawatan Diri :


1. Mengkaji kemampuan klien melakukan perawatan diri, meliputi
mandi/kebersihan diri, berpakaian/berhias, makan, serta toileting secara mandiri.
2. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

 Strategi Pelaksanaan 2 – Defisit Perawatan Diri :


1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
2. Memberikan latihan cara melakukan mandi/kebersihan diri secara mandiri.
3. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

 Strategi Pelaksanaan 3 – Defisit Perawatan Diri :


1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
2. Memberikan latihan cara berpakaian/berhias secara mandiri.
3. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

 Strategi Pelaksanaan 4 – Defisit Perawatan Diri :


1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
2. Memberikan latihan makan secara mandiri.
3. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

 Strategi Pelaksanaan 5 – Defisit Perawatan Diri :


1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
2. Memberikan latihan cara BAB/BAK secara mandiri.
3. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
PROSES KEPERAWATAN UNTUK DIAGNOSA KEPERAWATAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI

RENCANA KEPERAWATAN
No. Diagnosa Perencanaan Intervensi Rasional
Tgl
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi
1 2 3 4 5 6 7
Defisit Tujuan Umum:
Perawatan Diri Klien tidak
berhubungan mengalami defisit
dengan perawatan diri.
gangguan
psikologis dan Tujuan Khusus: 1.1 Ekspresi wajah 1.1.1 Bina hubungan saling percaya dengan
penurunan TUK 1: bersahabat, menggunakan prinsip komunikasi
motivasi/minat Klien dapat membina menunjukkan rasa terpeutik.
dibuktikan hubungan saling senang ada kontak mata  Sapa klien dengan ramah baik verbal
dengan tidak percaya dengan mau berjabat tangan, maupun non verbal.
mampu mandi perawat. mau menyebutkan  Perkenalan diri dengan sopan.
dan kurang nama, mau menjawab  Tanyakan nama lengkap klien dan
minat salam, mau duduk nama panggilan yang disukai.
melakukan berdampingan dengan  Jelaskan tujuan pertemuan dan
perawatan diri. perawat mau menepati janji.
mengutarakan masalah  Tunjukkan sikap empati dan
yang dihadapi menerima klien apa adanya.
 Berikan perhatian kepada klien dan
perhatikan kebutuhan dasar klien.
TUK 2: 2.1 Klien dapat 2.1.1 Diskusikan dan kaji tingkat pengetahuan Diketahuinya
Klien mampu dan menyebutkan klien. penyebab akan
termotivasi pentingnya kebersihan 2.1.2 Beri kesempatan pada klien untuk dapat
melakukan diri. mengungkapkan perasaan penyebab tidak dihubungakan
kebersihan diri 2.2 Klien mampu maunya merawat diri. dengan factor
secara mandiri. menyebutkan tanda 2.1.3 Berikan pujian klien terhadap presipitasi yang
kebersihan diri. kemampuan klien mengungkapkan dialami klien.
perasaannya.
2.1.4 Diskusikan dan kaji pengetahuan klien Mengetahui tingkat
tentang manfaat dan keuntungan dari pengetahuan klien
merawat diri. tentang cara
2.1.5 Berikan pendidikan kesehatan tentang merawat diri.
cara perawatan diri.
2.1.6 Motivasi klien untuk merawat diri. Klien termotivasi
2.1.7 Diskusikan dengan menyebutkan fungsi untuk mandi.
dan tujuan dari perawatan diri.
2.1.8 Diskusikan alat – alat untuk menjaga
kebersihan diri.
2.1.9 Ajarkan dan praktikkan cara menjaga Menjaga
kebersihan diri. Misalnya, mandi dan kebersihan diri.
menggosok gigi.
2.1.10 Beri pujian terhadap kemampuan klien
mampu menyebutkan dan melakukan
kebersihan diri.
Defisit Tujuan Umum :
Perawatan Diri Klien tidak
mengalami defisit
perawatan diri.

TUK 3 : 3.1 Klien mampu 3.1.1 Diskusikan dan kaji pengetahuan klien. Mengetahui tingkat
Klien mampu menyebutkan cara 3.1.2 Beri kesempatan pada klien untuk pengetahuan klien
melakukan berhias berhias yang baik. mengungkapkan perasaannya. tentang cara
dengan baik. 3.2 Klienmampu 3.1.3 Berikan pujian pada klien karena mampu berhias.
menyebutkan cara mengutarakan perasaannya.
menyisir rambut. 3.1.4 Diskusikan dan kaji pengetahuan klien
3.3 Klien mampu tentang manfaat dan keuntungan dari Mengetahui cara
menyebutkan cara berhias. berhias.
bercukur dan 3.1.5 Berikan pendidikan kesehatan tentang
berdandan. cara berhias.
3.4 Klien mampu 3.1.6 Motivasi klien untuk berhias.
mempraktikkan cara 3.1.7 Diskusikan dengan menyebutkan fungsi
berhias yang baik. dan tujuan dari berhias.
3.1.8 Diskusikan alat – alat untuk berhias.
3.1.9 Ajarkan dan praktikkan cara berhias.
Misalnya, menyisir rambut, bercukur dan
berdandan. Menjaga
3.1.10 Beri pujian terhadap kemampuan klien penampilan diri
mampu menyebutkan dan melakukan klien.
kebersihan diri.

Defisit Tujuan Umum :


Perawatan Diri Klien tidak
mengalami defisit
perawatan diri.

TUK 4 :
Klien mampu 4.1 Klien mampu 4.1.1 Evaluasi jadwal kegiatan klien. Mengetahui tingkat
melakukan makan menyebutkan alat 4.1.2 Diskusikan alat makan dan cara merapihkan pengetahuan klien
dengan baik. makan dan merapihkan tentang cara makan.
peralatan makan. peratan makan.
4.2 Klien mampu 4.1.3 Kaji tingkat pemahaman pasien. Mengetahui cara
menyebutkan cara 4.1.4 Diskusikan cara makan yang tertib dan baik. makan yang baik.
makan dengan tertib. 4.1.5 Ajarkan cara makan yang baik.
4.3 Klien mampu 4.1.6 Beri pujian terhadap kemampuan klien
mempraktikkan cara mampu mempraktikkan cara makan yang
makan yang baik. baik.

Anda mungkin juga menyukai