Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

RSJ ARIF ZAENUDDIN SURAKARTA


STASE KEPERAWATAN JIWA

Oleh:
INDAH NURUL WIDYAWATI
I4B018010

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS
PURWOKERTO
2019
A. PENGERTIAN
Perawatan diri merupakan satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya, kesehatan dan kesejateraan sesuai dengan
kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperatawan dirinya
jika tidak dapat melakukan keperawatan diri (Depkes, 2000). Defisit
perawatan diri adalah kurangnya perawatan diri pada pasien dengan
gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga
kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang
perawatan diri terlihat dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri
antaranya mandi, makan minum secara mandiri, berhias secara mandiri,
toileting (BAK/BAB) (Damaiyanti, 2012). Defisit perawatan diri
merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan
kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri
secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian/berhias, makan dan
BAB/BAK (toileting) (Fitria, 2009).

B. ETIOLOGI
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), Penyebab kurang
perawatan diri adalah kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Menurut
Depkes (2000), penyebab kurang perawatan diri adalah:
1. Faktor predisposisi
a. Perkembangan: Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien
sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis: Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun: Klien dengan gangguan jiwa dengan
kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian
dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
d. Sosial: Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.
2. Faktor presipitasi
Kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual,
cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan
individu kurang mampu melakukan perawatan diri.

C. KLASIFIKASI
Menurut Damaiyanti (2012), jenis perawatan diri terdiri dari:
1. Defisit perawatan diri: mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
mandi/beraktivitas perawatan diri sendiri.
2. Defisit perawatan diri: berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan ata menyelesaikan aktivitas
berpakaian dan berhias untuk diri sendiri.
3. Defisit perawatan diri: makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas sendiri.
4. Defisit perawatan diri: eliminasi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas eliminasi sendiri.

D. RENTANG RESPON NEUROLOGIS

Adaptif Maladaptif
Pola perawatan Kadang perawatn Tidak melakukan
diri seimbang diri kadang tidak perawatan diri
pada saat stres

1. Pola perawatan diri seimbang: saat pasien mendapatkan stressor dan


mampu untuk berperilaku adatif maka pola perawatan yang dilakukan
klien seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.
2. Kadang melakukan perawatan diri kadang tidak: saat pasien
mendapatan stressor kadang-kadang pasien tidak menperhatikan
perawatan dirinya.
3. Tidak melakukan perawatan diri: klien mengatakan dia tidak perduli
dan tidak bisa melakukan perawatan saat stressor.
(Direja, 2011).

E. MANIFESTASI KLINIK
Menurut Mukhripah (2008), tanda dan gejala defisit perawatan diri
sebagai berikut:
1. Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor,
kulit berdaki dan bau, kuku panjang dan kotor.
2. Ketidakmampuan berhias atau berdandan, ditandai dengan rambut
acak acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada
pasien laki-laki tidak bercukur, pada pasien wanita tidak berdandan.
3. Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai dengan
ketidakmampuan mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan
makan tidak pada tempatnya
4. Ketidakmampuan BAB atau BAK secara mandiri, ditandai dengan
BAB atau BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan
baik setelah BAB atau BAK.

F. PENANGANAN (FARMAKOLOGIS & NON FARMAKOLOGIS)


Pasien dengan gangguan defisit perawatan diri tidak membutuhkan
perawatan medis, karena hanya mengalami gangguan jiwa, pasien lebih
membutuhkan terapi kejiwaan melalui komunikasi terapeutik.

G. ASUHAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Data yang harus dikaji
1) Identitas klien meliputi nama, jenis kelamin alamat, status
2) Keluhan utama/ alasan masuk misalnya penurunan kemampuan
dan motivasi merawat diri
3) Riwayat kesehatan meliputi kesehatan saat ini, masa lalu, dan
keluarga
4) Faktor yang mempengaruhi deficit perawatan diri meliputi factor
pedisposisi dan factor presipitasi
5) Pemeriksaan fisik (head to toe) dan pola kebiasaan sehari-hari
b. Analisa Data
1) Data Subjektif
 Klien mengatakan dirinya malas mandi karena airnya dingin,
atau di RS tidak tersedia alat mandi
 Klien mengatakan dirinya malas berdandan
 Klien mengatakan ingin disuapi makan
 Klien mengatakan jarang membersihkan alat kelaminnya
setelah BAK maupun BAB.
2) Data objektif
 Ketidakmampuan mandi/membersihkan diri ditandai dengan
rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki, dan berbau, serta kuku
panjang dan kotor
 Ketidakmampuan berapakaian/berhias ditandai dengan
rambut acak-acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian
tidak sesuai, tidak bercukur (laki-laki), atau tidak berdandan
(wanita).
 Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai dengan
ketidakmampuan mengambil makanan sendiri, makan
berceceran dan makan tidak pada tempatnya
 Ketidakmampuan BAB/BAK secara mandiri ditandai
BAB/BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri
dengan baik setelah BAB/BAK
c. Masalah keperawatan yang mungkin muncul
1) Defisit keperawatan diri
2) Harga diri rendah
3) Resiko tinggi isolasi sosial

2. Rencana Asuhan Keperawatan


Diagnosa keperawatan : Defisit perawatan diri
a. Tujuan Umum
Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk
memperhatikan kebersihan diri.
b. Tujuan Khusus
TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya
dengan perawat.
Kriteria evaluasi : Dalam berinteraksi klien menunjukkan tanda-
tanda percaya pada perawat
1) Wajah cerah, tersenyum
2) Mau berkenalan
3) Ada kontak mata
4) Menerima kehadiran perawat
5) Bersedia menceritakan perasaannya
Intervensi :
1) Berikan salam setiap berinteraksi.
2) Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat
berkenalan.
3) Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien.
4) Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.
5) Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien
6) Buat kontrak interaksi yang jelas.
7) Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati.
8) Penuhi kebutuhan dasar klien
TUK 2 : klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan
diri.
Kriteria evaluasi : Klien dapat menyebutkan kebersihan diri pada
waktu 2 kali pertemuan, mampu menyebutkan kembali kebersihan
untukkesehatan seperti mencegah penyakit dan klien dapat
meningkatkan cara merawat diri.
Intervensi:
1) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan
prinsip komunikasi terapeutik.
2) Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan
cara menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan tanda-
tanda bersih.
3) Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri
4) Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan
klien terhadap hal yang berhubungan dengan kebersihan diri.
5) Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri
dan tujuan memelihara kebersihan diri.
6) Beri reinforcement positif setelah klien mampu mengungkapkan
arti kebersihan diri
7) Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti mandi 2
kali pagi dan sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari (sesudah
makan dan sebelum tidur), keramas dan menyisir rambut,
gunting kuku jika panjang.
TUK 3 : Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan
bantuan perawat.
Kriteria evaluasi : Klien berusaha untuk memelihara kebersihan diri
seperti mandi pakai sabun dan disiram pakai air sampai bersih,
mengganti pakaian bersih sehari–hari, dan merapikan penampilan.
Intervensi:
1) Motivasi klien untuk mandi.
2) Beri kesempatan untuk mandi, beri kesempatan klien untuk
mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang
benar.
3) Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari.
4) Kaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan
rambut.
5) Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan fasilitas
perawatan kebersihan diri, seperti mandi dan kebersihan kamar
mandi.
6) Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas
kebersihan diri seperti odol, sikat gigi, shampoo, pakaian ganti,
handuk dan sandal
TUK 4 : Klien dapat melakukan kebersihan perawatan diri
secara mandiri
Kriteria evaluasi : Setelah satu minggu klien dapat melakukan
perawatan kebersihan diri secara rutin dan teratur tanpa anjuran,
seperti mandi pagi dan sore, ganti baju setiap hari, penampilan
bersih dan rapi.
Intervensi:
1) Monitor klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur,
ingatkan untuk mencuci rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju
dan pakai sandal.
TUK 5 : Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara
mandiri.
Kriteria evaluasi: Klien selalu tampak bersih dan rapi.
Intervensi:
Beri reinforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan diri.
TUK 6 : Klien dapat dukungan keluarga dalam meningkatkan
kebersihan diri.
Kriteria evaluasi : Keluarga selalu mengingatkan hal–hal yang
berhubungan dengan kebersihan diri, keluarga menyiapkan sarana
untuk membantu klien dalam menjaga kebersihan diri, dan keluarga
membantu dan membimbing klien dalam menjaga kebersihan diri.
Intervensi :
1) Jelaskan pada keluarga tentang penyebabkurang minatnya klien
menjaga kebersihan diri.
2) Diskusikan bersama keluarga tentang tindakanyang telah
dilakukan klien selama di RS dalam menjaga kebersihan dan
kemajuan yang telah dialami di RS.
3) Anjurkan keluarga untuk memutuskan memberi stimulasi
terhadap kemajuan yang telah dialami di RS.
4) Jelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana yang lengkap
dalam menjaga kebersihan diri klien.
5) Anjurkan keluarga untuk menyiapkan sarana dalam menjaga
kebersihan diri.
6) Diskusikan bersama keluarga cara membantu klien dalam
menjaga kebersihan diri
7) Diskusikan dengan keluarga mengenai hal yang dilakukan
misalnya: mengingatkan pada waktu mandi, sikat gigi, mandi,
keramas, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, M & Iskandar, 2012, Asuhan Keperawatan Jiwa, PT. Refika


Aditama, Bandung.
Depkes, 2000, Keperawatan Jiwa: Teori dan Tindakan keperawatan Jiwa,
Depkes RI, Jakarta.
Direja., dan Ade, H. S, 2011, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa, Nuha
Medica, Yogyakarta.
Fitria, N, 2009, Prinsip Dasar dan Amplikasi Penulisan Laporan
Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan, Salemba Medika,
Jakarta.
Keliat, B.A, 2006, Modal Praktik Keperawatan Profesional Jiwa, EGC,
Jakarta.
Mukhripah, D., 2008, Asuhan Keperawatan Jiwa, Refika Aditama, Bandung.
Wartono, 2000, Kebutuhan Dasar Manusia, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai