Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

OLEH :
FARRAS SYAFIQAH FANANI
201710300511002

PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
TAHUN 2019
KONSEP DASAR DEFISIT PERAWATAN DIRI
a. Pengertian
 Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai
dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak
dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas
perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).

Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis,
kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan
perawatan kebersihan untuk dirinya ( Tarwoto dan Wartonah 2000 ).

b. Faktor Predisposisi dan Faktor Presivitasi


Menurut Depkes (2000: 20), penyebab kurang perawatan diri adalah:
1. Factor predisposisi
a) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu.
b) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan
diri.
c) Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan
diri.
d) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.

2. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang
dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan
perawatan diri. Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi
personal hygiene adalah:
a) Body ImageGambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu
tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
b) Praktik SosialPada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c) Status Sosial EkonomiPersonal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti
sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan
uang untuk menyediakannya.
d) PengetahuanPengetahuan personal hygiene sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien
penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e) BudayaDi sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
f) Kebiasaan seseorangAda kebiasaan orang yang menggunakan produk
tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain –
lain.
g) Kondisi fisik atau psikisPada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk
merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

c. Tanda dan Gejala


Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri
adalah:
1. Fisik
· Badan bau, pakaian kotor
· Rambut dan kulit kotor
· Kuku panjang dan kotor
· Gigi kotor disertai mulut bau
· Penampilan tidak rapi.
2. Psikologis
· Malas, tidak ada inisiatif
· Menarik diri, isolasi diri
· Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3. Social
· Interaksi kurang
· Kegiatan kurang
· Tidak mampu berperilaku sesuai norma
· Cara makan tidak teratur
· BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu
mandiri.

4. Rentang Respon
Adaptif Maladaptif
Pola perawatan diri kadang perawatan diri Tidak melakukan
seimbang kadang tidak perawatan saat stress

5. Penatalaksanaan
Pasien dengan gangguan  defisit  perawatan  diri tidak  membutuhkan perawatan
medis karena hanya mengalami gangguan jiwa, pasien lebih membutuhkan
terapai  kejiwaan melalui komunikasi terapeutik.

d. Pohon Masalah

Effect                            Isolasi Sosial: menarik diri



Core Problem           Defisit Perawatan Diri: mandi, berdandan

Causa                                Harga Diri Rendah Kronis

e. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul


1.      Defisit perawatan diri
2.      Isolasi sosial
3.      Harga diri rendah

f. Data yang Perlu Dikaji


1.   Data Subyektif:
Klien mengatakan malas mandi, tak mau menyisir rambut, tak mau menggosok gigi,
tak mau memotong kuku, tak mau berhias, tak bisa menggunakan alat mandi /
kebersihan diri.
2.   Data Obyektif:
Badan bau, pakaian kotor, rambut dan kulit kotor, kuku panjang dan kotor, gigi
kotor, mulut bau, penampilan tidak rapih, tak bisa menggunakan alat mandi.

g. Diagnosis Keperawatan Jiwa


1.      Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
2.      Defisit perawatan diri

h. Rencana Tindakan Keperawatan


Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
1.  Untuk Klien
Tujuan Umun: Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk
memperhatikan kebersihan diri.
Tujuan Khusus
a.      Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
Kriteria evaluasi: Dalam berinteraksi klien menunjukan tanda-tanda percaya
pada perawat:
1)   Wajah cerah, tersenyum
2)   Mau berkenalan
3)   Ada kontak mata
4)   Menerima kehadiran perawat
5)   Bersedia menceritakan perasaannya
Intervensi
1)  Berikan salam setiap berinteraksi.
2) Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat
berkenalan.
3)  Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien.
4)  Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.
5)  Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien.
6)  Buat kontrak interaksi yang jelas.
7)  Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati.
8)  Penuhi kebutuhan dasar klien.
2.  Untuk Keluarga
a.       Beri pendidikan kesehatan tentang merawat klien dan memotivasi klien untuk
kebersihan diri melalui pertemuan keluarga
b.      Beri reinforcement positif atas partisipasi aktif keluarga

Defisit Perawatan Diri
1.  Untuk Klien
Tujuan: Klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti
mandi, berpakaian, makan, dan BAB/BAK
Intervensi:
a.  Mengkaji kemampuan melakukan perawatan diri secara mandiri
b. Memberikan cara melakukan mandi/membersihkan diri, berhias, makan/minum,
BAB/BAK secara mandiri
c. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengawali masalah kurang
perawatan diri
2.  Untuk Keluarga
a.  Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang dibutuhkan
oleh klien agar dapat menjaga kebersihan diri
b. Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat dan memantau klien dalam
merawat klien
c.  Anjurkan klien untuk memberikan pujian atas keberhasilan klien dalam merawat
diri.

i. Strategi Pelaksanaan Tindakan


SP Pada Pasien SP Pada Keluarga
SP 1 SP I k
1. Menjelaskan pentingnya 1. Mendiskusikan masalah yang
kebersihan diri dirasakan keluarga dalam merawat
2. Menjelaskan cara menjaga pasien
kebersihan diri 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan
3. Melatih pasien cara menjaga gejala defisit perawatan diri, dan jenis
kebersihan diri defisit perawatan diri yang dialami
4. Membimbing pasien memasukkan pasien beserta proses terjadinya
dalam jadwal kegiatan harian. 3. Menjelaskan cara-cara merawat
pasien defisit perawatan diri
SP 2 p SP 2 k
1. Memvalidasi masalah dan latihan 1. Melatih keluarga mempraktekkan
sebelumnya. cara merawat pasien dengan defisit
2. Menjelaskan cara makan yang baik perawatan diri
3. Melatih pasien cara makan yang 2. Melatih keluarga melakukan cara
baik merawat langsung kepada pasien
4. Membimbing pasien memasukkan defisit perawatan diri
dalam jadwal kegiatan harian.
SP 3 p SP 3 k
1. Memvalidasi masalah dan latihan 1. Membantu keluarga membuat jadual
sebelumnya. aktivitas di rumah termasuk minum
2. Menjelaskan cara eliminasi yang obat  (discharge planning)
baik 2. Menjelaskan  follow up pasien
3. Melatih cara eliminasi yang baik. setelah pulang
4. Membimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian.
Daftar Pustaka

Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa


Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta :
Momedia
Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai