Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN

PASIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI


Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Keperawatan Jiwa dengan
Dosen Pembimbing : Indriati, S.Kep.,Ns.,M.Kep.
Pembimbing Klinik : Sukarsih, S.Kep.,Ns.

DISUSUN OLEH:
VANIA HANA GHAIDA
NIM : P1337420921109

PRODI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2021
1. Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya,kesehatan dan kesejateraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien
dinyatakan terganggu keperatawan dirinya jika tidak dapat melakukan keperawatan diri
(Depkes, 2000)
Defisit perawatan diri adalah kurangnya perawatan diri pada pasien dengan
gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk
melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri terlihat dari
ketidakmampuan merawat kebersihan diri antaranya mandi, makan minum secara
mandiri, berhias secara mandiri, toileting (BAK/BAB) (Damaiyanti, 2012)
Menurut (Damaiyanti, 2012) jenis perawatan diri terdiri dari :
a. Defisit perawatan diri : mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi/beraktivitas
perawatan diri sendiri
b. Defisit perawatan diri : berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan ata menyelesaikan aktivitas berpakaian dan
berhias untuk diri sendiri.
c. Defisit perawatan diri : makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sendiri
d. Defisit perawatan diri : eliminasi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas eliminasi
sendiri.
2. Penyebab
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), penyebab kurang perawatan diri adalah
kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Menurut Depkes (2000), penyebab kurang
perawatan diri adalah:
a. Faktor predisposisi
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
3) Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
4) Sosial
a) Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
b) Lingkungannya,situasi lingkungan mempengaruhi latihan
c) Kemampuan dalam perawatan diri.
b. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi defisit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang
dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan
perawatan diri.
Menurut Depkes (2000), faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene
adalah:
a. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan
kebersihan dirinya.
b. Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan
akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat
gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik
dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia
harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.

f. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri
seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
g. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan
perlu bantuan untuk melakukannya
3. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala defisit dar menurut adalah (Damaiyanti, 2012) sebagai berikut:
a. Mandi/hygiene
Klien mengalami ketidakmapuan dalam membersihkan badan, memperoleh atau
mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi, mendapatkan
perlengkapan mandi, mengerikan tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi
b. Berpakaian
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakan atau mengambil potongan
pakian, menangalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian.
c. Makan
Klien mempunyai ketidak mampuan dalam menelan makanan, mempersiapkan
makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan, menggunakan alat tambahan,
mendapat makanan, membuka container, memanipulasi makanan dalam mulut,
mengambil makanan dari wadah lalu memasukan ke mulut, melengkapi
makanan,mencerna makanan menurut cara yang diterima masyarakat, mengambil
cangkir atau gelas, serta mencerna cukup makanan dengan aman
d. Eliminasi
Klien memiliki kebatasan atau krtidakmampuan dalam mendapatkan jamban
atau kamar kecil atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian toileting,
membersihkan diri setelah BAK/BAB dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar
kecil.
Menurut Depkes (2000) tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri
adalah:
a. Fisik
1) Badan bau, pakaian kotor
2) Rambut dan kulit kotor
3) Kuku panjang dan kotor
4) Gigi kotor disertai mulut bau
5) Penampilan tidak rapi.
b. Psikologis
1) Malas, tidak ada inisiatif
2) Menarik diri, isolasi diri
3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
c. Sosial
1) Interaksi kurang
2) Kegiatan kurang
3) Tidak mampu berperilaku sesuai norma
4) Cara makan tidak teratur
5) BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.
4. Akibat
a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidakterpeliharanya
kebersihan perorangandengan baik, gangguan fisik yang seering terjadi adalah:
gangguan integritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan
telinga dan gangguan fisik pada kuku
b. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan
kebutuhan aman nyaman , kebutuhan cinta mencintai, kebutuhan harga diri,
aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial (Damaiyanti, 2012)
5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan menurut Herman (Ade, 2011) adalah sebagai berikut
a. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri
b. Membimbing dan menolong klien merawat diri
c. Ciptakan lingkungan yang mendukung.
6. Pohon Masalah
Effect Resiko perilaku kekerasan

Core Problem Defiist perawatan diri

Cause Harga diri rendah Kronis

Koping Individu Tidak Efektif

7. Asuhan Keperawatan
a. Masalah keperawatan
1) Hygiene diri
2) Berhias
3) Makan
4) Eliminasi (bab/bak)
b. Diagnosa keperawatan
Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif.
c. Fokus intervensi keperawatan
Tujuan Intervensi
Tujuan umum: 1 Bina hubungan saling percaya denfan
Pasien tidak mengalami defisit menggunakan prinsip komunikasi
perawatan diri terapeutik:
a. Sapa pasien dengan ramah, baiak
TUK 1: verbal maupun non verbal
Pasien bisa membina hubungan saling b. Perkenalkan diri dengan sopan
percaya terhadap perawat c. Tanyakan nama lengkap, nama
panggilan yang disukai pasien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan
menerima pasien apa adanya
g. Beri perhatian dan perhatikan
kebutuhan dasar pasien
TUK 2: 1 Melatih pasien cara-cara perawatan
Pasien mampu melakukan kebersihan kebersihan diri
diri secara mandiri 2 Menjelaskan pentingnya menjaga
kebersihan diri
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI

Strategi Pelaksanaan 1
1. Kondisi Klien
Data Subyektif :-
Data Obyektif :
Ny. H terlihat duduk di salah satu sudut ruangan sambil menggaruk-garuk kepala yang
terlihat kotor,rambut sebahu dan tidak tertata rapi. Pakaian yang digunakan Ny. H tidak
terpasang dengan benar, dan terlihat banyak robekan. Kuku jari tangan terlihat hitam dan
panjang. Gigi Ny.H terlihat kotor, dan mulut Ny.H mengeluarkan bau .
2. Diagnosa Keperawatan
Defisit Perawatan Diri
3. Tujuan Khusus :
a. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
b. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
c. Pasien mampu melakukan makan dengan baik
d. Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
4. Tindakan Keperawatan
a. Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri
b. Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.
c. Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
d. Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
e. Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
5. Strategi Pelaksanaan
a. Fase Orientasi
“Selamat pagi ? Perkenalkan nama saya Vania Hana, saya senang dipanggil Vania,
Nama anda siapa ? Senangnya dipanggil apa. Oh, senangnya dipanggil Ny. H saja.”
“Saya lihat dari tadi Ny. H menggaruk – garuk kepala, gatal ya? Bagimana kalau kita
berbincang tentang kebersihan diri?
“Mau berapa lama kira-kira kita berbincang-bincang? Baik 20 menit ya”
“Baiklah mau dimana kita ngobrolnya Ny. H? Oh, jadi kita ngobrolnya diruang ini
saja.”
b. Fase Kerja
“Berapa kali Ny. H mandi dalam sehari? Apakah Ny. H sudah mandi hari ini? Menurut
Ny. H apa kegunaannya mandi ?”
“Apa alasan Ny. H sehingga tidak bisa merawat diri? Menurut Ny. H apa manfaatnya
kalau kita menjaga kebersihan diri? Kira-kira tanda-tanda orang yang tidak merawat diri
dengan baik seperti apa ya?, badan gatal, mulut bau, apa lagi...? Kalau kita tidak teratur
menjaga kebersihan diri masalah apa menurut Ny. H yang bisa muncul ? Betul ada
kudis, kutu...dsb”
“Menurut Ny. H mandi itu seperti apa? Sebelum mandi apa yang biasanya Ny. H
persiapkan? Benar sekali, Ny. H perlu menyiapkan pakain ganti yang bersih, handuk
kering, sikat gigi, odol, shampo dan sabun mandi”
“Menurut Ny. H tempat mandi dimana? Benar sekali kita mandi di kamar mandi,
bagaimana kalau kita ke kamar mandi sekarang, Saya akan bantu melakukannya.”
“Pertama kita gosok gigi dulu dengan sikat gigi, ambil sikat gigi yang sudah di kasih
odol kemudian sikat gigi dengan gerakan memutar dari atas ke bawah kemudian Ny. H
berkumur kumur dengan air bersih. Bagus sekali Ny. H, sekarang buka pakaian Ny. H,
siram seluruh tubuh Ny. H dengan air termasuk rambut dan kepala lalu ambil shampo
sedikit dan gosokkan ke atas kepala Ny. H sampai berbusa lalu bilas sampai bersih.
Bagus sekali Ny. H, sekarang ambil sabun dan gosokan ke seluruh tubuh Ny. H secara
merata dan di mulai dari bagian sebelah kanan lalu siram dengan air sampai bersih,
pastikan bersih tidak ada sisa sabun yang menempel. Setelah selesai di siram dengan air
sampai bersih keringkan tubuh Ny. H dengan handuk kering yang sudah disiapkan.
Bagus sekali Ny. H melakukannya. Selanjutnya Ny. H menggunakan pakaian bersih yang
sudah di siapkan.”
c. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan Ny. H setelah mandi dan mengganti pakaian? Coba Ny. H
sebutkan lagi apa saja cara-cara mandi yang baik yang sudah Ny. H lakukan tadi? Bagus
sekali sekarang Ny. H sudah tahu manfaat dan cara mandi yang baik”
“Ny. H masih memiliki kemampuan yang baik dalam menjaga kebersihan diri. Nah
kemampuan ini dapat dilakukan setiap hari dirumah”
“Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Ny. H Mau berapa kali sehari mandi
dan sikat gigi? Bagus, dua kali yaitu pagi dan sore. Kalau pagi jam berapa ? kalau sore ??
Beri tanda M (mandiri) kalau dilakukan tanpa disuruh, B (bantuan) kalau diingatkan baru
dilakukan dan T (tidak) tidak melakukan.”
“Baik besok kita akan bertemu kembali untuk latihan berdandan.Kalau begitu kita akan
latihan berdandan besok jam 7 pagi setelah Ny.H melakukan kegiatan mandi. Ny. H mau
kita ketemu dimana?? Kita ketemu di rumah Ny. H besok bagaimana?”
“baik saya permisi dulu, sampai jumpa besok”
DAFTAR PUSTAKA
Damaiyanti. (2012). Asuhan keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.
Depkes, R. (2000). Keperawatan Jiwa : Teori dan Tindakan keperawatan Jiwa. Jakarta:
Depkes RI.
Herman Ade. (2011). buku ajar asuhan keperawatan jiwa. yogyakarta: nuha medika.

Anda mungkin juga menyukai