Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN PENDAHULUAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

Pembimbing
DR. APRINA,S.Kp,M.Kes

Disusun Oleh :

Ketut Agus Satriawan


1814401141
Tingkat 2 Reguler 3

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG


DIII KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
TAHUN AJARAN 2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN

I. Kasus ( masalah utama )

Defisit Perawatan diri

1. Pengertian

Perawatan diri (personal hygiene) mencakup aktivitas yang dibutuhkan untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari, yang biasa dikenal dengan aktivitas kehidupan sehari-hari

(ADL,s). Aktivitas ini dipelajari dari waktu ke waktu dan menjadi kebiasaan seumur

hidup. Kegiatan perawatan diri tidak hanya melibatkan apa yang harus dilakukan

( kebersihan, mandi, berpakaian, toilet, makan). Tetapi juga berapa, kapan, di mana,

dengan siapa, dan bagaimana ( Miller dalam carpenito-Moyet, 2009)

Keadaan seseorang yang mengalami kelainan dalam kemampuan untuk melakukan atau

menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri disebut dengan defisit

perawatan diri. Tidak ada keinginan klien untuk mandi secara teratur, tidak menyisir

rambut, oakaian kotor, bau bdan, bau nafas, dan penampilan tidak rapi. Defisit

perawatan diri merupakan salah satu masalah yang timbul pada klien gangguan jiwa.

Klien gangguan jiwa kronis sering mengalami sering mengalami ketidakpedulian

merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala perilaku negatif dan menyebabkan klien

dikucilkan, baik dalam keluarga maupun masyarakat.

II. Proses Terjadinya Masalah (Predisposisi, presipitasi, penilaian terhadap stressor,

sumber koping, mekanisme koping)

1. Faktor Predisposisi

a. Faktor psikologis

Pada faktor ini, keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien, sehingga klien menjadi

begitu bergantung pada perkembangan inisiatidnya terganggu. Pasien gangguan jiwa,


misalnya mengalami defisit perawatan diri dikarenakan kemampuan realitas yang

kurang. Hal ini menyebabkan klien tidak peduli terhadap diri dan lingkungannya,

termasuk perawatan diri.

b. Faktor biologis

Pada faktor ini, penyakit kronis berperan sebagai penyebab klien tidak mampu melakukan

perawatan diri. Defisit perawatan diri disebabkan olehadanya penyakit fisik dan mental

yang menyebabkan pasien tidak mampu melakukan perawatan diri. Selain itu, faktor

herediter (keturunan) berupa anggota keluarga mengalami gangguan jiwa, juga turut

menjadi penyebab.

c. Faktor sosial

Faktor sosial ini berkaitan dengan kurangnya dukungan dan latihan kemampuan perawatan

diri lingkungannya.

2. Faktor presipitasi

Faktor presipitasi defisit perawatan diri meliputi kurangnya motivasi, kerusakan kognitif

atau perseptual cemas dan kelelahan yang dialami klien.

3. Penilaian terhadap stressor

Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak aman dalam

berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal dari lingkungan yang penuh

permasalahan, ketegangan, kecemasan dimana tidak mungkin mengembangkan

kehangatan emosional dalam hubungan yang positif dengan orang lain yang

menimbulkan rasa aman. Klien semakin tidak dapat melibatkan diri dalam situasi yang

baru. Ia berusaha mendapatkan rasa aman tetapi hdup itu sendiri begitu menyakitkan

dan menyulitkan sehingga rasa aman itu tidak tercapai. Hal ini menyebabkan ia

mengembangkan rasionalisasi dan mengaburkan ralitas daripada mencari penyebab

kesulitan serta menyesuaikan diri dengan kenyataan. Keadaan dimana seorang individu

mengalami atau beresiko mengalami suatu ketidakmampuan dalam menangani stressor


internal atau lingkungan dengan adekuat karena ketidakadekuatan sumber-sumber

(fisik, psikologis, perilaku atau kognitif)

4. Sumber koping

Menurut Herdman (2012), kemampuan individu yang harus dimiliki oleh klien defisit

perawatan diri adalah kemampan untuk melakukan aktivitas perawatan diri dalam hal

pemenuhan kebutuhan mandi ; berhias ; makan dan minum sera toileting. Sedangkan

pada klien defisit perawatan diri biasanya didapatkan data rendahnya motivasi klien

dalam merawat diri, keterbatasan intelektual klien yang sangat mempengaruhi dalam

kemampuan perawatan diri dan keterbatasan fsik serta ketidakmampuan memanfaatkan

dukungan sosial.

5. Mekanisme koping

Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2 (Stuart, GW, 2007)

yaitu :

1. Mekanisme koping adaptif

Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapi

tujuan. Kategorinya adalah klien bisa memenuhi kebutuhan perawatan diri secara

mandiri.

2. Mekanisme koping maladaptif

Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan,

menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah tidak

mau merawat diri.

A. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji

NO DATA MASALAH
1 Ds : Defisit Perawatan Diri
Pasien mengatakan tentang :
1. Malas mandi
2. Tidak mau menyisir rambut
3. Tidak mau menggosok gigi
4. Tidak mau memotong kuku
5. Tidak mau berhias/ berdandan
6. Tidak bisa/ tidak mau menggunakan alat
mandi/ kebersihan diri
7. Tidak menggunakan alat makan dan minum
saat makan dan minum
8. BAB dan BAK sembarangan
9. Tidak membersihkan diri dan tempat BAB
dan BAK setelah BAB dan BAK
10. Tidak mengetahui cara erawatan diri yang
benar.

DO :
1. Badan bau, kotor, berdaki, rambut kotor, gigi
kotor, kuku panjang, tidak menggunakan
alat-alat mandi, tidak mandi dengan benar.
2. Rambut kusut, berantakan kumis dan jenggot
tidak rapi, pakaian tidak rapi, tidak mampu
berdandan, memilih, mengambil, dan
memakai pakaian, memakai sendal,
sepatu,memakai resleting, memakai barang-
barang yang perlu dalam berpakaian, melepas
barang-barang yang perlu dalam berpakaian.
3. Makan dan minum sembarangan, berceceran,
tidak menggunakan alat makan, tidak mampu
(menyiapkan makanan, memindahkan
makanan ke alat makan, mmegang alat
makan, membawa makanan dari piring ke
mulut, mengunyah, menelan makanan secara
aman, menyelesaikan makan).
4. BAB dan BAK tidak pada tempatnya, tidak
membersihkan diri setelah BAB dan BAK,
tidak mampu ( menjaga kebersihan toilet,
menyiram toilet.)

B. Pohon Masalah

Gangguan pemeliharaan kesehatan

Defisit perawatan diri

Kehilangan fungsi tubuh,

Kurangnya motivasi

III. Diagnosa Keperawatan

A. Defisit perawatan diri : ketidakmampuan merawat kebersihan diri


STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 1 PASIEN
DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI : KEBERSIHAN DIRI
(Pengkajian dan melatih cara menjaga kebersihan diri : Mandi, gosok gigi, cuci rambut)
A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

Data Subjektif :
Pasien merasa lemah,malas untuk beraktivitas,dan merasa tidak berdaya

Data Objektif :
Rambut kotor dan acak-acakan, badan dan pakaian kotor serta bau, mulut dan gigi

bau,kulit kusam dan kotor,

2. Diagnosa Keperawatan

Defisit Keperawatan Diri : Mandi, Gosok gigi, cuci rambut


3. Tujuan Tindakan keperawatan

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.

b. Klien dapat menjelaskan, pentingnya kebersihan diri.

c. Klien dapat menjelaskan cara menjaga kebersihan diri.

d. Klien dapat melaksanakan perawatan diri dengan bantuan perawat.

e. Klien dapat melaksanakan perawatan diri secara mandiri.

4. Tindakan Keperawatan

a. Bina hubungan saling percaya.

b. Jelaskan pentingnya perawatan diri yang baik..

c. Ajarkan klien mempraktekan cara perawatan diri : mandi, gosok gigi dan cuci
rambut

d. Bantu klien mempraktekan cara perawatan diri.

e. Anjurkan klien memasukan kegiatan perawatan diri secara mandiri di dalan


jadwal kegiatan harian.
B. Strategi Komunikasi.

1. Fase Orientasi

a. Salam Teurapeutik

“Assalamualaikum..!! Selamat Pagi Bu, Perkenalkan nama saya Suster bekti, Saya
Mahasiswa Praktik dari Poltekkes Tanjungkarang, saya akan dinas diruangan Ini
selama 3 minggu. Hari ini saya dinas pagi, dari jam 07 pagi sampai jam 2 siang. Saya
akan merawat ibu selama di RS ini, nama ibu siapa? Senang nya dipanggil apa.”
b. Evaluasi / Validasi

“Bagaimana perasaan ibu hari ini..? Apakah ibu sudah mandi & gosok gigi..? ”
c. Kontrak

IV. Topik :

“Baiklah bu.. Bagaimana kalau kita diskusi tentang kebersihan diri..?”


V. Waktu :

“ Berapa lama ibu mau mengobrolnya..?, Bagaimana kalau 15 menit..?”


VI. Tempat :

“ Ibu maunya kita ngobrol dimana..?, Bagaimana kalau di ruang tamu..?”


2. Fase Kerja

“Berapa kali ibu mandi dalam sehari..?, Menurut ibu, apa sih kegunaan mandi..?, Apa
alasan ibu sehingga tidak mau mandi..?, Menurut ibu, apa manfaatnya kalau kita
menjaga kebersihan diri kita,,? Kira – kira tanda tanda orang yang merawat diri dengan
baik, seperti apa yaa..? Kalau kita tidak teratur menjaga kebersihan diri, masalah apa
menurut ibu yang bias timbul..? Sekarang coba ibu sebutkan alat apa saja yang
digunakan untuk menjaga kebersihan diri, seperti kalau kita mandi, cuci rambut, gosok
gigi… apa saja yang disiapkan..? Benar sekali..!! Ibu perlu menyiapkan pakaian ganti,
handuk, sabun, sikat gigi, sampo dan odol serta sisir. Wahhhh… Bagus sekali..!! Ibu
bias menyebutkan dengan benar..”.
3. Fase Terminasi

a. Evaluasi Subjektif dan Objektif :

“..Bagaimana perasaan ibu setelah, kita membicarakan tentang cara merawat


kebersihan diri? Baguss sekali Bu..! Nah, sekarang, coba ibu sebutkan, cara
perawatan diri yang telah kita pelajari dan latih tadi..? Bagus sekali..!!
b. RTL

“ Baiklah bu, tadi ibu sudah menyebutkan manfaat bagi kita jika kita menjaga
kebersihan diri, dan kita juga sudah melakukan latihan, cara Merawat diri, masukan
kedalam jadwal yaa..! Selanjutnya jangan lupa untuk melakukan sesuai jadwal ya
bu..! mandi 2 X Sehari, gosok gigi 2 X sehari juga, keramas 2 X Seminggu.
Bagaimana bu..? Bisa dilakukan..? Baguss sekali, ibu mau mencoba
melakukannya..!”
c. Kontrak yang akan datang

VII. Topik :

“..Baiklah ibu, cukup untuk hari ini, besok kita akan bertemu lagi, dan
membicarakan tentang kebutuhan dan latihan cara makan dan minum yang baik
dan benar, apakah ibu bersedia..?..”
VIII. Waktu :

“.. Ibu mau jam berapa dan berapa lama..? bagaimana kalau jam 11,,? Baik bu
kita akan berbincang selama 15 menit”
IX. Tempat :

“..Ibu maunya kita berbincang dimana..? bagaimana kalau di ruang makan..?


baiklah bu, besok saya akan kesini jam 11 ya..! Sampai Jumpa besok ya bu..
Saya permisi. Assalamualaikum..Wr. Wb..”.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 2 PASIEN
DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI : MAKAN DAN MINUM
(Pengkajian dan melatih cara makan dan minum)
A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

Data Subjektif :
Pasien merasa lemas dan tidak berdaya.

Data Objektif :
Badan kurus, kulit bersih dan mulut bersih tapi klien masih terlihat lemah, klien
terlihat mengacuhkan makanan nya.

2. Diagnosa Keperawatan

Defisit Keperawatan Diri : Makan dan minum


3. Tujuan Tindakan keperawatan

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.

b. Klien dapat menjelaskan, pentingnya manfaat makan dan minum.

c. Klien dapat menjelaskan cara makan dan minum yang baik.

d. Klien dapat melakukan pemenuhan makan dan minum dengan bantuan


perawat.

e. Klien dapat melakukan pemenuhan makan dan minum dengan bantuan


perawat.

A. Tindakan Keperawatan

a. Evaluasi jadwal kegiatan harian klien.

b. Evaluasi pengetahuan klien tentang manfaat makan dan minum

c.Ajarkan klien mempraktekan tata cara makan dan minum yang baik

d. Bantu klien mempraktekan tata cara makan dan minum yang baik

e.Anjurkan klien memasukan kegiatan makan dan minum secara mandiri di dalan
jadwal kegiatan harian.

B. Strategi Komunikasi.

1. Fase Orientasi

a) Salam Teurapeutik

“Assalamualaikum..!! Selamat Pagi Bu , apa kabar pagi ini??


b) Evaluasi / Validasi

“Apakah ibu sudah mandi & gosok gigi sendiri?bagaimana perasaan ibu setelah
mandi dan menggosok gigi?
c) Kontrak
X. Topik :

“Baiklah bu.. sesuai janji kita kemarin, hari ini jam 11 kita berjumpa lagi dan akan
membicarakan tentang manfaat dan tata cara makan dan minum yang baik”
XI. Waktu :

“ sesuai janji kita kemarin , kita akan mengobsrol selama 15 menit ya bu,
bagaimana ibu setuju?”
XII. Tempat :

“ Bagaimana kalau kita berbincang di ruang makan ini saja?”


2. Fase Kerja

“..Berapa kali ibu makan sehari..? Iya baguss..!! Ibu makan 3 X Sehari..! Kalau
minum, sehari berapa gelas bu..?? Betul, Minum 10 Gelas sehari..? Apa saja yang
disiapkan untuk makan,,? Dimana ibu makan..? Bagaimana cara makan yanag baik
menurut ibu..? Apa yang dilakukan sebelum makan..? Apa pula yang dilakukan
setelah makan..?..”
3. Fase Terminasi

a. Evaluasi Subjektif dan Objektif :

“..Bagaimana perasaan ibu setelah, kita membicarakan tentang cara Makan dan
minum yang baik? Baik sekali bu, ibu sudah bisa menyebutkan manfaat makan
dan minum dengan baik”
b. RTL

“ Baiklah bu, tadi ibu sudah menyebutkan manfaat bagi kita jika kita menjaga
kebersihan diri, dan kita juga sudah melakukan latihan, Selanjutnya jangan lupa
untuk melakukan sesuai jadwal ya bu..! makan 3 X sehari, dan minum 8 – 10
gelas sehari..”

c. Kontrak yang akan datang.

XIII. Topik :

“..Baiklah ibu, cukup untuk hari ini, besok kita akan bertemu lagi, dan
membicarakan tentang kebutuhan dan latihan cara Toileting yang baik dan
benar (BAB dan BAK) besok..”
XIV. Waktu :

“.. Ibu mau jam berapa..? bagaimana kalau jam 11,,?..”


XV. Tempat :

“..Ibu maunya kita berbincang dimana..? bagaimana kalau di ruang makan..?


baiklah bu, besok saya akan kesini jam 11 ya..! Sampai Jumpa besok ya bu..
Saya permisi. Assalamualaikum..Wr. Wb..”.

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 3 PASIEN


DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI : TOILETING
(Pengkajian dan melatih cara BAB dan BAK)
A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

Data Subjektif :
Pasien merasa lemas dan tidak berdaya.

Data Objektif :
Kulit kotor, baju bau pesing, sekitar kamar klien bau pesing

2. Diagnosa Keperawatan

Defisit Keperawatan Diri : Toileting (BAB dan BAK)


3. Tujuan Tindakan keperawatan

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya..

b. Klien dapat menjelaskan cara BAK dan BAB dengan benar.

c. Klien dapat melakukan pemenuhan kebutuhan BAK dan BAB dengan benar
dengan bantuan perawat

d. Klien dapat melakukan pemenuhan makan dan minum secara mandiri

e. Klien dapat memasukan kegiatan BAK dan BAB dengan benar ke dalam jadwal
harian
4. Tindakan Keperawatan

a. Bina hubungan saling percaya..

b. Jelaskan cara BAK dan BAB dengan benar.

c. Bantu Klien dalam melakukan pemenuhan kebutuhan BAK dan BAB dengan benar

d. Anjurkan klien melakukan pemenuhan makan dan minum secara mandiri

e. Anjurkan klien untuk memasukan kegiatan BAK dan BAB dengan benar ke dalam
jadwal harian

B. Strategi Komunikasi.

1. Fase Orientasi

a. Salam Teurapeutik

“Assalamualaikum..!! Selamat Pagi Bu , apa kabar pagi ini??


b. Evaluasi / Validasi

“Apakah ibu sudah mandi & gosok gigi sendiri? Bagaiman perasaan ibu setelah
mandi dan menggosok gigi? Sudah makan pagi ini..?”
c. Kontrak

XVI. Topik :

“Baiklah bu.. sesuai janji kita kemarin, hari ini jam 11 kita berjumpa lagi dan akan
membicarakan tentang tata cara BAK dan BAB yang baik”
XVII. Waktu :

“ sesuai janji kita kemarin , kita akan mengobrol selama 15 menit ya bu,
bagaimana ibu setuju?”
XVIII. Tempat :

“ Bagaimana kalau kita berbincang di ruang makan ini saja?”


2. Fase Kerja

“..Berapa kali ibu BAB sehari..? Kalau BAK berapa kali sehari..?, kalau ibu BAB dan
BAK di mana biasanya..? Setelah BAK dan BAB biasanya apa yang ibu lakukan..?
Menurut ibu apa manfaatnya jika menjaga kebersihan setelah BAB dan BAK..?”
3. Fase Terminasi

a. Evaluasi Subjektif dan Objektif :

“..Bagaimana perasaan ibu setelah kita membicarakan tentang cara BAB dan
BAK yang baik..? Bagaimana perasaan ibu setelah membersihkan diri setelah
BAB dan BAK..? BAgus sekali bu, ibu sudah bisa menyebutkan dengan baik
cara BAK dan BAB yang benar..!”
b. RTL

“ Baiklah bu, tadi ibu sudah menyebutkan manfaat bagi kita jika kita menjaga
kebersihan diri setelah BAB dan BAK. Sekarang, coba ibu masukan kedalam
Jadwal Kegiatan Harian ibu, sesuai ceklis, BAB 1x di toilet, BAK 1x di
toilet/dikamar?”
c. Kontrak yang akan datang.

XIX. Topik :

“..Baiklah ibu, cukup untuk hari ini, besok kita akan bertemu lagi, dan
membicarakan tentang kebutuhan dan latihan cara berhias diri (berpakaian dan
berdandan)..!”
XX. Waktu :

“.. Ibu mau jam berapa..? bagaimana kalau jam 11,,?..”


XXI. Tempat :

“..Ibu maunya kita berbincang dimana..? bagaimana kalau di ruang makan..?


baiklah bu, besok saya akan kesini jam 11 ya..! Sampai Jumpa besok ya bu..
Saya permisi. Assalamualaikum..Wr. Wb..”.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 4 PASIEN
DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI : BERHIAS
(Pengkajian dan melatih cara berhias : Berpakaian dan Berdandan)
A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

Data Subjektif :
Pasien merasa lemas dan tidak berdaya.

Data Objektif :
Baju kotor dan berantakan, rambut acak2an, muka kusam.

2. Diagnosa Keperawatan

Defisit Keperawatan Diri : Berhias (berpakaian dan berdandan)


3. Tujuan Tindakan keperawatan

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.

b. Klien dapat menjelaskan cara berhias dengan benar.

c. Klien dapat melakukan pemenuhan kebutuhan berhias dengan benar dengan


bantuan perawat.

d. Klien dapat melakukan pemenuhan berhias secara mandiri.

e. Klien dapat memasukan kegiatan berhias dengan benar ke dalam jadwal harian.

4. Tindakan Keperawatan

a. Bina hubungan saling percaya.

b. Jelaskan caraberhias (berpakaian dan berdandan) dengan benar.

c. Bantu Klien dalam melakukan pemenuhan kebutuhan berdandan dengan benar.

d. Anjurkan klien melakukan pemenuhan berdandan secara mandiri.

e. Anjurkan klien untuk memasukan kegiatan berdandan dengan benar ke dalam


jadwal harian

B. Strategi Komunikasi.
1. Fase Orientasi

a. Salam Teurapeutik

“Assalamualaikum..!! Selamat Pagi Bu , apa kabar pagi ini??


b. Evaluasi / Validasi

“Apakah ibu sudah mandi & gosok gigi sendiri? Bagaiman perasaan ibu setelah
mandi dan menggosok gigi? Sudah makan pagi ini..? sudah BAB / BAK pagi ini?
Dimana ibu BAB dan BAK pagi ini? Apa yang ibu lakukan setelah BAB / BAK..?”
a. Kontrak

XXII. Topik :

“Baiklah bu.. sesuai janji kita kemarin, hari ini jam 11 kita berjumpa lagi dan akan
membicarakan tentang berhias (berpakaian dan berdandan)..?
XXIII. Waktu :

“ Sesuai janji kita kemarin , kita akan berbincang bincang selama 15 menit ya
bu, bagaimana ibu setuju?”
XXIV. Tempat :

“ Bagaimana kalau kita berbincang di ruang makan ini saja?”


B. Fase Kerja

“..Menurut ibu apa itu berhias..? Apa manfaat berpakaian dan berdandan untuk ibu..?
Bagus sekali ibu bisa menyebutkan manfaat berhias dan berpakaian..! Sekarang coba
ibu tunjukan cara berpakaian dan berdandan yang baik..? Bagus sekali ibu sudah
dapat menunjukan cara berhias dan berpakaian yang baik! Mulai besok coba ibu
masukan Berhias dan Berpakaian kedalam kegiatan harian..!”
C. Fase Terminasi

a. Evaluasi Subjektif dan Objektif :

“..Bagaimana perasaan ibu setelah kita membicarakan tentang manfaat dan tata
cara berhias dan berpakaian yang baik..? BAgus sekali bu, ibu sudah bisa
menyebutkan dengan baik tentang manfaat dan cara berhias dan berpakaian yang
baik, “
b. RTL
“ Baiklah bu, tadi ibu sudah menyebutkan manfaat bagi ibu tentang cara berhias
dan berpakaian yang baik dan benar, mulai besok coba ibu masukan ke jadwal
kegiatan harian ibu”
c. Kontrak yang akan datang.

XXV. Topik :

“..Baiklah ibu, cukup untuk hari ini, besok kita akan bertemu lagi, dan
mengevaluasi tentang kebutuhan dan latihan cara berhias diri (berpakaian dan
berdandan)..!”
XXVI. Waktu :

“.. Ibu mau jam berapa..? bagaimana kalau jam 11,,?..”


XXVII. Tempat :

“..Ibu maunya kita berbincang dimana..? bagaimana kalau di ruang makan..?


baiklah bu, besok saya akan kesini jam 11 ya..! Sampai Jumpa besok ya bu..
Saya permisi. Assalamualaikum..Wr. Wb..”.

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Tgl Dx. Kep Implementasi


Sp. 1 Pasien Defisit a. membina hubungan saling percaya
Perawatan Diri : Mandi
degan klien

b. Menjelaskan pentingnya perawatan diri


yang baik..

c. Mengajarkan klien mempraktekan cara


perawatan diri : mandi, gosok gigi dan
cuci rambut

d. Membantu klien mempraktekan cara


perawatan diri.

e. Menganjurkan klien memasukan


kegiatan perawatan diri secara mandiri
di dalan jadwal kegiatan harian.
Tgl Dx. Kep Implementasi
Sp. 2 Pasien Defisit a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
Perawatan Diri : Makan dan
klien.
Minum
b. Mengevaluasi pengetahuan klien
tentang manfaat makan dan minum

c. Mengajarkan klien mempraktekan tata


cara makan dan minum yang baik.

d. Membantu klien mempraktekan tata


cara makan dan minum yang baik.

e. Menganjurkan klien memasukan


kegiatan makan dan minum secara
mandiri di dalan jadwal kegiatan
harian.
Tgl Dx. Kep Implementasi
Sp. 3 Pasien Defisit a. Membina hubungan saling percaya.
Perawatan Diri : Toileting
(BAB dan BAK) b. Menjelaskan cara BAK dan BAB
dengan benar.

c. Membantu Klien dalam melakukan


pemenuhan kebutuhan BAK dan BAB
dengan benar.

d. Menganjurkan klien melakukan


pemenuhan makan dan minum secara
mandiri.

e. Menganjurkan klien untuk memasukan


kegiatan BAK dan BAB dengan benar
ke dalam jadwal harian.
Tgl Dx. Kep Implementasi
Sp. 4 Pasien Defisit a. Membina hubungan saling percaya.
Perawatan Diri : Berhias
(berpakaian dan berdandan) b. Menjelaskan caraberhias (berpakaian
dan berdandan) dengan benar.

c. Membantu Klien dalam melakukan


pemenuhan kebutuhan berdandan
dengan benar.

d. Menganjurkan klien melakukan


pemenuhan berdandan secara
mandiri.

e. Menganjurkan klien untuk


memasukan kegiatan berdandan
dengan benar ke dalam jadwal harian
EVALUASI KEPERAWATAN

Tgl Dx. Kep Evaluasi


Sp. 1 Pasien Defisit S:
Perawatan Diri : Mandi
XXVIII. Klien mau menjawab salam dan
mengatakan selamat pagi, dan nama
lengkap,  senang di panggil Ny. I

XXIX. Klien mengatakan lebih segar setelah


mandi

O:
 Klien mau berjabat tangan dengan perawat

 Klien terlihat bersih dan kulit bersih

A : SP 1 Pasien deficit perawatan diri :


Mandi tercapai
P : Lanjutkan SP 1 Pasien deficit perawatan
diri : Makan dan Minum

Tgl Dx. Kep Evaluasi


Sp. 2 Pasien Defisit S:
Perawatan Diri : Makan
XXX. Klien mau menyebutkan manfaat
dan Minum
makan dan minum

O:
 Klien mau bertatap mata dengan perawat

 Klien terlihat makan dengan piring di meja


makan dan minum dengan gelas.

A : SP 1 Pasien deficit perawatan diri :


Makan dan Minun tercapai
P : Lanjutkan SP 1 Pasien deficit perawatan
diri : Toileting (BAB dan BAK).
Tgl Dx. Kep Evaluasi
Sp. 3 Pasien Defisit S:
Perawatan Diri :
XXXI. Klien dapat menyebutkan manfaat
Toileting (BAB dan
BAK) BAB dan BAK di toilet

XXXII. Klien menyebutkan tata cara BAB


dan BAK yang baik dan benar.

O:
 Klien terlihat BAB dan BAK di toilet

 Klien membersihkan diri setelah BAK /


BAB

A : SP 1 Pasien deficit perawatan diri :


Toileting teratasi
P : Lanjutkan SP 1 Pasien deficit perawatan
diri : Berhias (berpakaian dan berdandan)

Tgl Dx. Kep Evaluasi


SP 4 Pasien deficit S:
perawatan diri : Berhias
(berpakaian dan XXXIII. Klien dapat menyebutkan manfaat
berdandan)
berpakaian dan berdandan

O:
 Klien terlihat memakai pakaian nya
sendiri

 Klien terlihat memakai bedak dan lipstik

A : SP 1 Pasien deficit perawatan diri :


Berhias teratasi
P : Lanjutkan SP 2 Pasien Defisit Perawatan
Diri : Mandi

PEMBAHASA
N

A. Definisi
Defisit perawatan diri adalah kurangnya perawatan diri pada pasien dengan
gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk
melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri terlihat dari
ketidakmampuan merawat kebersihan diri antaranya mandi, makan minum secara mandiri,
berhias secara mandiri, toileting (BAK/BAB) (Damaiyanti, 2012).
Defisit perawatan diri adalah kemampuan dasar yang dimiliki manusia dalam
melengkapi kebutuhannya dalam kelangsungan hidupnya sesuai kondisi kesehatannya.
(Damaiyanti dan Iskandar, 2012).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan melakukan aktifitas
perawatan diri (mandi, berhias, makan serta toileting) kegiatan itu harus bisa dilakukan
secara mandiri ( Herman, 2011).

B. Etiologi
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), penyebab kurang perawatan diri adalah
kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Menurut Depkes (2000), penyebab kurang
perawatan diri adalah:
1. Factor predisposisi
a) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif
terganggu.
b) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
c) Kemampuan
realitas turun Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.

d) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi
lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
2. Faktor presivitasi
Faktor presivitasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan
kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga
menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene
adalah:
a) Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya
dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan
dirinya.
b) Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan
terjadi perubahan pola personal hygiene.
c) Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,
shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
d) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus
menjaga kebersihan kakinya.
e) Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
f) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri
seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
g) Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu
bantuan untuk melakukannya.

C. Tanda dan Gejala


Menurut Depkes (2000) tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri
adalah:
1. Fisik
a) Badan bau, pakaian kotor.
b) Rambut dan kulit kotor.
c) Kuku panjang dan kotor.
d) Gigi kotor disertai mulut bau.
e) Penampilan tidak rapi.
2. Psikologis
a) Malas, tidak ada inisiatif.
b) Menarik diri, isolasi diri.
c) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3. Social
a) Interaksi kurang.
b) Kegiatan kurang.
c) Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
d) Cara makan tidak teratur.
e) BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.

D. Jenis – Jenis
Menurut (Damaiyanti, 2012) jenis perawatan diri terdiri dari :
1. Defisit perawatan diri : mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi/beraktivitas
perawatan diri sendiri.
2. Defisit perawatan diri : berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas berpakaian dan
berhias untuk diri sendiri.
3. Defisit perawatan diri : makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sendiri.
4. Defisit perawatan diri : eliminasi
Hambatn kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas eliminasi sendiri.

E. Rentang Respon

Adaptif maladaptif

Pola perawatan Kadang perawatan Tidak melakukan


diri diri, perawatan
seimbang kadang tidak diri pada saat stres
1. Pola perawatan diri seimbang: saat pasien mendapatkan stressor dan mampu untuk
berperilaku adaptif maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang, klien masih
melakukan perawatan diri.
2. Kadang melakukan perawatan diri kadang tidak: saat pasien mendapatan stressor
kadang-kadang pasien tidak menperhatikan perawatan dirinya.
3. Tidak melakukan perawatan diri: klien mengatakan dia tidak perduli dan tidak bisa
melakukan perawatan saat stress (Ade, 2011).

F. Proses Terjadinya Masalah


Defisit perawatan diri terjadi diawali dengan proses terjadinya gangguan jiwa
yang dialami oleh klien sehingga menyebabkan munculnya gangguan defisit perawatan
diri pada klien. Pada klien skizofrenia dapat mengalami defisit perawatan diri yang
signifikan. Tidak memerhatikan kebutuhan higiene dan berhias biasa terjadi terutama
selama episode psikotik. Klien dapat menjadi sangat preokupasi dengan ide-ide waham
atau halusinasi sehingga ia gagal melaksanakan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari
(stuart&laraia, 2005).
Faktor biologis terkait dengan adanya neuropatologi dan ketidakseimbangan dari
neurotransmiternya. Dampak yang dapat dinilai sebagai manifestasi adanya gangguan
adalah pada perilaku maladaptif pasien (Townsend, 2005). Secara biologi riset
neurobiologikal mempunyai fokus pada tiga area otak yang dipercaya dapat melibatkan
perilaku agresi yaitu sistem limbik, lobus frontalis dan hypothalamus.
Sistem Limbik merupakan cicin kortek yang berlokasi dipermukaan medial
masing-masing hemisfer dan mengelilingi pusat kutup serebrum. Fungsinya adalah
mengatur persyarafan otonom dan emosi (Suliswati,et al, 2002: Struat & Laraia, 2005).
Menyimpan dan menyatukan informasi berhubungan dengan emosi, tempat penyimpanan
memori dan pengolahan informasi. Disfungsi pada sistem ini akan menghadirkan beberapa
gejala klinik seperti hambatan emosi dan perubahan kebribadian (Kaplan, Saddock &
Grebb, 2002).
Lobus Frontal berperan penting menjadi media yang sangat berarti dalam perilaku
dan berpikir rasional, yang saling berhubungan dengan sistem limbik (Suliswati,et al,
2002: Struat & Laraia, 2005). Lobus frontal terlibat dalam dua fungsi serebral utama yaitu
kontrol motorik gerakan voluntir termasuk fungsi bicara, fungsi fikir dan kontrol berbagai
ekspresi emosi. Kerusakan pada daerah lobus frontal dapat meyebabkan gangguan
berfikir, dan gagguan dalam bicara/disorganisasi pembicaraan serta tidak mampu
mengontrol emosi sehingga berperilaku maladaptif seperti tidak mau merawat diri : mandi,
berpakaian/berhias, makan, toileting. Kondisi ini menunjukkan gejala defisit perawatan
diri (Townsend 2005).
Hypotalamus adalah bagian dari diensefalon yaitu bagian dalam dari serebrum
yang menghubungkan otak tengah dengan hemisfer serebrum. Fungsi utamanya adalah
sebagai respon tingkah laku terhadap emosi dan juga mengatur mood dan motivasi.
Kerusakan hipotalamus membuat seseorang kehilangan mood dan motivasi sehingga
kurang aktivitas dan dan malas melakukan sesuatu. Kondisi seperti ini sering kita temui
pada klien dengan defisit perawatan diri , dimana klien butuh lebih banyak motivasi dan
dukungan untuk dapat merawat dirinya (Suliswati, 2002; Stuart & Laraia, 2005).
Ganguan defisit perawatan diri juga dapat terjadi karena ketidakseimbangan dari
beberapa neurotransmitter. misalnya : Dopamine fungsinya mencakup regulasi gerak dan
koordinasi, emosi, kemampuan pemecahan masalah secara volunter (Boyd & Nihart,1998
; Suliswati, 2002). Transmisi dopamin berimplikasi pada penyebab gangguan emosi
tertentu. Pada klien skizoprenia dopamin dapat mempengaruhi fungsi kognitif (alam
pikir), afektif (alam perasaan) dan psikomotor (perilaku) kondisi ini pada klien dengan
defisit perawatan diri memiliki perilaku yang menyimpang seperti tidak berkeinginan
untuk melakukan perawatan diri (Hawari, 2001).
Serotonin berperan sebagai pengontrol nafsu makan, tidur, alam perasaan,
halusinasi, persepsi nyeri, muntah. Serotonin dapat mempengaruhi fungsi kognitif (alam
pikir), afektif (alam perasaan) dan psikomotor (perilaku) (Hawari, 2001). Jika terjadi
penurunan serotonin akan mengakibatkan kecenderungan perilaku yang kearah maladaptif.
Pada klien dengan defisit perawatan diri perilaku yang maladaptif dapat terlihat dengan
tidak adanya aktifitas dalam melakukan perawatan diri seperti : mandi, berganti pakaian,
makan dan toileting (Wilkinson,2007).
Norepinephrin berfungsi untuk kesiagaan, pusat perhatian dan orientasi; proses
pembelajaran dan memori. Jika terjadi penurunan kadar norepinephrine akan dapat
mengakibatkan kelemahan sehingga perilaku yang ditampilkan klien cendrung negatif
seperti tidak mau mandi, tidak mau makan maupun tidak mau berhias dan toileting (Boyd
& Nihart, 1998; Suliswati, 2002).
G. Pohon Masalah

Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri

Defisit Perawatan Diri: mandi, berdandan

Isolasi Sosial : Menarik Diri

H. Mekanisme Koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongan di bagi menjadi 2 menurut
Damaiyanti 2012 yaitu:
1. Mekanisme koping adaptif Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi
pertumbuhan belajar dan mencapai tujuan. Kategori ini adalah klien bisa memenuhi
kebutuhan perawatan diri secara mandiri.
2. Mekanisme koping maladaptif Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi,
memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan.
Kategorinya adalah tidak mau merawat diri.

I. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
a. Obat anti psikosis : Penotizin.
b. Obat anti depresi : Amitripilin.
c. Obat antu ansietas : Diasepam, bromozepam, clobozam.
d. Obat anti insomia : phnebarbital.
2. Terapi
a. Terapi Keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah klien
dengan memberikan perhatian :
1) Jangan memancing emosi klien.
2) Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga.
3) Berikan kesempatan klien mengemukakan pendapat.
4) Dengarkan, bantu, dan anjurkan pasien untuk mengemukakan masalah yang
dialaminya.
b. Terapi Aktivitas Kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan sosial, atau aktivitas
lainnya, dengan berdiskusi serta bermain untuk mengembalikan keadaan klien
karena maslah sebagian orang merupakan perasaan dan tingkah laku pada orang
lain. Ada 5 sesi yang harus dilakukan :
1) Manfaat perawatan diri.
2) Menjaga kebersihan diri.
3) Tata cara makan dan minum.
4) Tata cara eliminasi.
5) Tata cara berhias.
c. Terapi Musik
Dengan musik klien bisa terhibur, rileks, dan bermain untuk mengembalikan
kesadaran pasien.
Penatalaksanaan manurut herman (Ade, 2011) adalah sebagai berikut.
1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri.
2. Membimbing dan menolong klien merawat diri.
3. Ciptakan lingkungan yang mendukung.

J. Akibat
Akibat dari Defisit Perawatan Diri Menurut Damiyanti, 2012 sebagai berikut.
a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak tidak terpeliharanya
kebersihan perorangandengan baik, gangguan 12 fisik yang seering terjadi adalah:
gangguan integritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan
telinga dan gangguan fisik pada kuku.
b. Dampak psikososial Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygine adalah
gangguan kebutuhan aman nyaman , kebutuhan cinta mencintai, kebutuhan harga diri,
aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

K. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul


1. Defisit perawatan diri
2. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
3. Isolasi sosial
BAB III
TINJAUAN KASUS

Tn.J 34 tahun, klien datang diantar kan oleh keluarganya pada tanggal 20
maret 2017dengan keluhan pasien pendiam, terlihat depresi, sulit
berpakaian, tidak mau mandi selama 3 hari, badan bau. Selain itu, keluarga
klien juga mengatakan klien selalu berdiam diri di kamar dan kurang
bersosialisasi baik dengan orang yang berada di rumahnya dan tetangga
sekitarnya.menurut Keluarga klien mengatakan klien pernah mengalami
gangguan jiwa saat klien kelas 3 SMA, klien dimasukan ke RSJ saanin
padang karena klien selalu berdiam diri dan tidak bersosialisasi, baik
dengan keluarganya dan orang disekitarnya.dari pengkajian didapat kan
klien tidak minum obat secara teratur sehingga pengobatan kurang berhasil.
Keluarga klien tidak ada yang mengalami gangguan jiwa. Riwayat penyakit
sekarang pasien mengeluuh sulit merawat dirinya, sulit berpakaian, dan
merasa depresi. pasien mengatakan sulit untuk berfikir dan bertingkah
seperti orang yang depresi. tidak mau mandi selama 3 hari, badan bau dan
tampak kotor . Dari hasil pemeriksaan tanda vital didapatkan TD = 120/80
mmHg,N = 70 x/mnt,S = 37, 2 °C danRR = 18 x/mnt.Berat badan 80 kg,
tinggi badan 170 cm.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

RUANG RAWAT : ANGGREK TANGGAL DIRAWAT : 20 MARET 2017

I. IDENTITAS PASIEN
a) Identitas pasien
Nama : Tn. J
Umur : 34th
Status Perkawinan : Sudah kawin
Agama : Islam
Alamat : Jln. Thamrin Rawang painan
DX. Medis : Defisit Perawatan Diri
Tanggal pengkajian : 23 maret 2017
No .MR 029329
b) Identitas penanggung jawab
Nama klien : Ny. R
Umur : 30 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Thamrin rawang painan
Hubungan dengan klien : Istri
II. ALASAN MASUK
Keluarga klien mengatakan pasien pendiam, terlihat depresi, sulit berpakaian, tidak
mau mandi selama 3 hari, badan bau.
III FAKTOR PREDISPOSISI

a) faktor predisposisi
a) Riwayat penyakit sekarang
pasien mengeluuh sulit merawat dirinya, sulit berpakaian, dan merasa depresi.
pasien mengatakan sulit untuk berfikir dan bertingkah seperti orang yang
depresi. tidak mau mandi selama 3 hari, badan bau dan tampak kotor.
b) Riwayat penyakit dahulu
Keluarga klien mengatakan klien pernah mengalami gangguan jiwa saat klien
kelas 3 SMA
c) Riwayat penyakit keluarga
Keluarga klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa.
IV. FISIK

a) Survei umum
Tanda - tanda vital :
TD = 120/80 mmHg,
N = 70 x/mnt,
S = 37, 2 °C dan
RR = 18 x/mnt.
Berat badan 80 kg, tinggi badan 170 cm
b) Pemeriksaan Fisik
1. Kepala, leher
 Kepala : rambut pasien kusam, acak-acakan dan kusut, berwarna hitam, pada
saat dipalpasi tidak terdapat benjolan dan nyeri tekan pada kepala.
 Leher : tidak terdapat pembesaran vena jugularis, tidak terdapat nyeri tekan.
2. Mata
Bentuk mata simetris, penglihatan baik, tidak memakai alat bantu penglihatan.
3. Telinga
Bentuk simetris, pendengaran baik dibuktikan Tn. J dapat menjawab pertanyaan
perawat, telinga kotor
4. Hidung
Hidung Tn. J simetris, fungsi penciuman baik, tidak terdapat polip.
5. Mulut
Bibir Tn. J simetris, gigi Tn. J kotor, mukosa bibir kering, kotor dan mulut bau.
6. Integumen
Warna kulit sawo matang, kulit tampak kering dan terlihat kotor, turgor kulit
kering
7. Dada
 Dada : Simetris, tidak ada kelainan bentuk, tidak ada sesak nafas
 Abdomen : Tidak ada nyeri tekan pada Abdomen, tidak asietas, tidak ada
luka memar.
 Ekstremitas:
- Ektremitas atas : Tangan kanan terpasang infus,
- Ekstremitas bawah : kedua kaki nyeri, kaki terasa nyeri untuk
berjalan, terdapat luka di kaki kiri pasien.
 Genetalia : Bersih tidak ada kelainan dibuktikan tidak terpasang kateter
V. PSIKOSOSIAL

1. genogram

Keterangan :
: laki-laki : garis pernikahan

: perempuan : garis keturunan


: orang terdekat : bercerai
: pasien x : meninggal

2. Pola istirahat dan tidur


 Sebelum masuk RS : pasien tidak mengalami gangguan tidur. Kualitas tidur
sekitar 3 jam pada siang hari dari jam 12.00 WIB – 15.00 WIB dan 7 jam pada
malam hari dari jam 22.00 WIB – 05.00 WIB
 Setelah masuk RS : kualitas tidur pasien terganggu karena sulit merawat diri,
pasien di RS tidur sekitar 2 jam pada siang hari dari jam 13.00 WIB – 15.00
WIB dan 5 jam pada malam hari dari jam 24.00 WIB – 05.00 WIB.
3. Pola Persepsi dan Kognitif
Pendengeran dan penglihatan pasien tidak mengalami gangguan, pasien masih bisa
mendengar dan melihat dengan jelas, pasien kurang mampu berkomunikasi dengan
lancar.
4. Pola persepsi dan konsep diri
Klien tidak mengalami gangguan persepsi sensori ilusi dan halusinasi, baik itu
halusinasi pendengaran, penglihatan, perabaan, pengecapan, dan penghidu.
5. Pola Peran dan Hubungan
Pasien berperan sebagai ayah dan tulang punggung keluarga.
6. Pola reproduksi dan seksual
Selama pernikahan dengan istrinya pasien dikaruniai 1 orang anak. Selama di RS
pasien tidak pernah melakukan hubungan seksual lagi.
7. Pola Kooping Terhadap Strees
Dalam menghadapi masalah, pasien selalu menyembunyikannya
8. Pola Tata Nilai dan Kepercayaan
Pasien tinggal dalam lingkungan muslim. Sebelum sakit ia bisa melakuka shalat,
setelah sakit, klien tidak bisa shalat

VI. STATUS MENTAL


a) Penampilan
Penampilan klien kurang rapi, pakaian kotor dan jarang mandi
b) Pembicaraan
Klien berbicara dengan nada yang pelan dan lambat, jelas dan mudah dimengerti.
Namun klien tidak mampu untuk memulai pembicaraan kepada orang lain.
c) Aktivitas motoric
Klien tampak lesu, malas beraktivitas, klien lebih sering berdiam diri dan sering
menghabiskan waktunya ditempat tidur.
d) Afek dan Emosi
 Afek klien tumpul, berespon apabila di berikan stimulus yang kuat.
 Emosi klien stabil. Pasien mengatakan saat ini sedih karna tidak pernah lagi
dijenguk keluarganya.
e) Interaksi selama wawancara
Selama wawancara kontak mata klien baik, pasien tampak ragu dalam menjawab
pertanyaan perawat sehingga perawat harus mengulangi beberapa pertanyaan kepada
klien, tingkat konsentrasi klien baik, ditandai dengan ketika wawancara, klien
terfokus kepada perawat. Selain itu klien tidak memiliki keinginan untuk
berinteraksi kecuali perawat yang memulai.
f) Alam perasaan
Klien mengatakan merasa sedih karena rindu dengan keluarga, klien juga
mengatakan merasa sedih dan marah karena gagal menikah.
g) Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran klien bingung. klien mengalami gangguan orientasi tempat,
terbukti dengan klien mengatakan bahwa dirinya berada di rumah sakit. Orientasi
waktu klien baik di buktikan dengan klien mengetahui hari dan tanggal.
h) Memori
Klien mengalami gangguan daya ingat jangka panjang, namun klien mengalami
gangguan mengingat jangka pendek dan saat ini. Dibuktikan dengan klien masih
ingat ketika dibawa ke rumah sakit dan nama perawat yang setiap hari merawatnya.
i) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien mampu untuk berkonsentrasi penuh, klien mampu berhitung sederhana
dibuktikan dengan klien dapat menyebutkan perhitungan dari 1-10 dan sebaliknya
dari 10-1.
j) Kemampuan penilaian
Klien tidak ada masalah pada kemampuan penilaian, terbukti dengan pada saat
diberi pilihan mau makan setelah mandi atau mandi setelah makan, klien memilih
makan setelah mandi.
k) Daya tilik diri
Klien mengatakan ia tidak tahu sedang sakit apa, ia bertanya-tanya mengapa saya
diberi obat yang efek sampingnya membuat saya mengantuk dan lemah.
VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG

1. Makan
Klien mengatakan setiap kali makan mencuci tangan dan makan sendiri tanpa
bantuan orang lain . Klien mengatakan sering menghabiskan porsi makanan yang
disediakan
Masalah Keperawatan : Tidak Ditemukan

2. BAB/BAK
Klien mengatakan BAB & BAK di kamar mandi dan klien menyiramnya
Masalah Keperawatan : Tidak Ditemukan

3. Mandi
Klien mengatakan dalam sehari mandi 2 kali dengan menggunakan alat mandi yang
benar, namun klien jarang sikat gigi, sehingga giginya tampak kotor dan klien tidak
mencuci rambut dan sabunan.
Masalah keperawatan : Defisit Perawatan Diri :Mandi

4. Berpakaian dan berhias


Klien tidak nampak berhias diruangan, klien mengganti pakaian sehari satu kali dan
menggantinya sendiri. Rambut tidak tertata rapi.
Masalah keperawatan : Defisit Perawatan Diri : Berhias

5. Istirahat dan tidur


Klien mengatakan jadwal tidur siang dan malam tidak menentu, tapi biasanya :
tidur siang : 13.00-15.00
tidur malam : 19.30-04.00
Masalah keperawatan : tidak ditemukan
6. Penggunaan obat
Klien minum obat secara mandiri, klien minum obat secara teratur dengan dosis
yang benar. Klien tidak tahu jenis dan manfaat obat yang diminum.
Masalah keperawatan : kurang pengetahuan

7. Pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan apabila sakit klien berobat ke puskesmas. Bila menurut klien
sakitnya biasa saja, klien tidak pergi ke dokter (seperti masuk angin, dll). Dan saat
ini klien mengatakan rutin minum obat dan obat yang diminum sesuai dengan yang
diberikan oleh perawat.
Masalah keperawatan : tidak ditemukan

8. Kegiatan didalam rumah


Klien mengatakan kegiatan didalam rumah yang paling sering adalah tidur dan
berdiam diri dikamar, tidak ada kegiatan di rumah.
Masalah keperawatan : Isolasi sosial
9. Kegiatan diluar rumah
Klien jarang keluar rumah, apabila keluar rumah pada pagi hari dan hanya pergi ke
ladang dan pulang pada sore hari. Lalu klien pulang berdiam diri di kamar.
Masalah keperawatan : Isolasi Sosi

VIII MEKANISME KOPING


Klien mengatakan apabila memiliki masalah lebih baik menghindar dari malasah
tersebut, dan jika ada masalah, klien akan menceritaan pada istrinya
IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
Klien mempunyai masalah dengan lingkungannya, karena jarang berinteraksi dengan
orang lain. Klien lebih suka menyendiri daripada berkumpul dengan orang lain.
X. KURANG PENGETAHUAN TENTANG
Klien mengatakan ia tidak tahu ia sakit apa, dan ia juga bingung mengapa ia diberi obat
yang efek sampingnya akan membuat ia menjadi mengantuk dan lemah, klien juga
mengatakan saat dirumah pernah diberi obat, namun klien malas untuk meminum obat
tersebut karena akan membuatnya
XI. ANALISA DATA

No Analisa data Masalah keperawatan


1. DS: Defisit perawatan diri
 Klien mengatakan malas untuk
mandi,
DO:.
 Keadaan pasien tampak bau
 Klien tampak rambut acak-acakan
 Kulit kotor, tampak malas untuk
menyisir rambut dan sulit ganti
pakaian

2. DS Penurunan kemampuan dan motivasi


 Mengatakan tidak mau mandi, merawat diri
tidak mau ganti baju
DO
 Apatis, ekspresi sedih, selalu
menyendiri, komunikasi kurang
3. DS : Isolasi Sosial
 Klien mengatakan bingung
dalam memulai
pembicaraankarena menurut
klien tidak ada bahan
pembicaraan untuk berinteraksi
DO :
 Klien lebih banyak berdiam diri
dan sering menghabiskan
waktunya ditempat tidur.
 Kontak mata kurang
 Klien sering menyendiri
 Afek tumpul (hanya mampu
tertawa saat ada simuluus
perawat tertawa

XII DAFTAR MASALAH


1. Defisit perawatan diri
2. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
3. Isolasi sosial
XI11. POHON MASALAH

Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri

Defisit Perawatan Diri: mandi, berdandan

Isolasi Sosial : Menarik Diri


XIV. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Diagnosa keperawatan Tgl ditegakkan Tgl teratasi Paraf

1. Defisit perawatan diri 23-03-2016 ĥĥĥĥ

Penurunan kemampuan dan 25-03-2016


2. ĥĥĥĥ
motivasi merawat diri
3. Isolasi sosial 27-03-2016 ĥĥĥĥ

XV. INTERVENSI KEPERAWATAN

Rencana tindakan
DX. Kep. Rasional
Tujuan Kriteria evaluasi Tindakan kep

Defisit TUM: - Klien mampu SP I : 1. Mengetahui


Perawatan Diri
Klien mampu menjaga 1. Identifikasi permasalahan
melakukan kebersihan diri masalah yang terjadi
perawatan diri: secara mandiri pera-watan pada diri klien
higiene. - Klien diri: 2. Agar klien
TUK I : mampu menye kebersihan tahu
Klien dapat but-kan diri, pentingnya
menyebutkan pengertian dan berdandan, kebersihan
pengertian dan tanda-tanda makan/min diri
tanda- tanda kebersihan diri um, 3. Memberitahu
kebersihan diri - Klien dapat BAK/BAB klien
Klien dapat mengetahui 2. Jelaskan bagaimana
mengetahui pentingnya pentingnya cara
pentingnya kebersihan diri kebersi-han perawatan diri
kebersihan diri diri dan alat yang
Klien dapat 3. Jelaskan digunakannya
mengetahui cara dan 4. Agar klien
bagaimana cara alat bisa
menjaga kebersihan melakukan
kebersihan diri. diri kebersihan
4. Latih cara diri secara
menjaga mandiri
kebersihan
diri: mandi
dan ganti
pakaian,
sikat gigi,
cuci
rambut,
potong
kuku
5. Masukan
pada jadwal
kegiatan
untuk
latihan
mandi, sikat
gigi (2x
sehari), cuci
rambut (2x
perminggu),
potong
kuku (1x
perminggu).

TUK II : Klien Klien mampu SP II : 1. Untuk


dapat 1. Evaluasi
mengganti baju mengetahui
berdandan
kegiatan
secara mandiri secara rutin, kemajuan
kebersi-han
menyisir rambut klien dalam
diri. Beri
dan memotong merawat diri
pujian.
kuku. dan sebagai
2. Jelaskan
respon positif
cara dan alat
terhadap
untuk
tindakan klien
berdandan
2. Memberitahu
3. Latih cara
klien
berdandan bagaimana
setelah cara
kebersihan berdandan dan
diri: sisiran, alat yang
rias muka digunakannya
untuk 3. Agar klien
perempuan; bisa berdandan
sisiran, secara mandiri
cukuran 4. Agar klien
untuk pria. terbiasa
4. Masukan dengan
pada jadwal kegiatan yang
kegiatan telah diajarkan
untuk
kebersihan
diri dan
berdandan.

XVI. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


SP I :
IMPLEMENTASI EVALUASI
DATA : S : Saat ditanya, klien mengatakan
- Klien mengatakan malas untuk mandi dan akan menjaga kebersihan dirinya.
berdandan, merasa lebih nyaman dengan
O :
kondisi seperti ini ( tidak mau mandi).
- Penampilan klien terlihat lebih rapi
- Bila diminta mandi klien marah-marah,
- Klien menjawab pertanyaan
klien tampak rambut acak-acakan dan
perawat tentang cara menjaga
banyak kutu, kuku panjang dan hitam, kulit
kebersihan.
kotor, tampak malas untuk menyisir rambut
dan ganti pakaian harus disuruh petugas
A : Defisit perawatan diri belum
teratasi
DIAGNOSA :
Defisit perawatan diri P : Anjurkan klien untuk menjaga
kebersihan dirinya
THERAPHY :
1. Mengidentifikasi masalah perawatan diri:
kebersihan diri, berdandan,
makan/minum, BAK/BAB.
2. Menjelaskan pentingnya kebersihan diri.
3. Membantu pasien mempraktekkan cara
menjaga kebersihan.
4. Menjelaskan cara menjaga kebersihan.
5. Menganjurkan klien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian.
RTL :
1. Bantu klien cara membersihkan dirinya
2. Ajarkan cara berdandan pada diri klien

SP II:

IMPLEMENTASI EVALUASI
DATA : S : klien mengatakan mau mandi
- Mengatakan tidak mau mandi, tidak mau dan sikat gigi
sikat gigi, tidak menyisir rambut, tidak mau
O :
ganti baju, tidak mau memotong kuku.
- Klien tampak lebih bersih
- Rambut klien terlihat panjang dan tampak
- Rambut klien terlihat rapi, dan
acak-acakan, kuku klien panjang dan kotor.
tidak kotor
DIAGNOSA :
A : Gangguan berdandan pada diri

Defisit perawatan diri klien (-)

P :
THERAPHY :
- Menganjurkan klien untuk
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
memasukkan dalam jadwal
2. Menjelaskan cara berdandan
harian
3. Membantu klien mempraktekkan cara
berdandan - Berikan reinforcement atas
4. Menganjurkan klien memasukkan dalam usaha yang klien lakukan
jadwal kegiatan harian
RTL :
1. Ajarkan klien bagaiman cara
memenuhi kebutuhan makan minum
yang baik
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta :
EGC. Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.

Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis Psikiatri. Edisi 7. Jakarta :

EGC Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta :

EGC Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta :

EGC

Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta :
Momedia

Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC

Herdman Ade. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai