Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN JIWA


“DEFISIT PERAWATAN DIRI”

Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat :


Untuk melengkapi Praktik Klinik Dan Tugas Keperawatan Jiwa

Disusun oleh:
Nama: Meiditawati Ginting
Nim: 18016

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKES dr. SISMADI
JAKARTA UTARA
2021
I. Kasus ( Konsep Dasar )
Pengertian Defisit Perawatan Diri
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna mempertahankan kehidupan, kesehatan, dan kesejahteraan sesuai
dengan kondisi kesehatannya. Klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika
tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes 2012). Defisit perawatan diri adalah
gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias,
makan, toileting) (Nurjannah, 2013).

II. Proses Terjadinya Masalah


A. Faktor Predisposisi
1) biologis: penyakit fisik dan mental yang menyebabkan pasien tidak mampu
melakukan perawatan diri dan faktor herediter.
2) psikologis: faktor perkembangan dimana keluarga terlalu melindungi dan
memanjakan pasien sehingga perkembangan inisiatif terganggu. Kemampuan
realitas turun, pasien gangguan jiwa yang kemampuan realitas kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
3) sosial: kurang dukungan dan situasi lingkungan mempengaruhi kemampuan
dalam perawatan diri

B. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi yang dapat menimbulkan Defisit perawatan diri adalah
penurunan motivasi, kerusakan kognitif atau persepsi, cemas, lelah, yang di alami
individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan
diri. Sedangkan menurut Potter dan Perry (di dalam buku Sutejo 2016), terdapat
faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene yaitu:
1) Citra tubuh Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersiahan diri. Perubaha fisik akibat operasi bedah, misalnya, dapat memicu
individu untuk tidak peduli terhadap kebersihannya.
2) Status sosial ekonomi Sumber penghasilan atau sumber ekonomi mempengaruhi
jenis dan tingkat praktik keperawatan diri yang dilakukan. Perawat harus
menentukan apakah pasien dapat mencukupi perlengkapan keperawatan diri yang
penting seperti, sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo. Selain itu, hal yang perlu
diperhatikan adalah apakah penggunaan perlengkapan tersebut sesuai dengan
kebiasaan sosial yang diperaktikan oleh kelompok sosial pasien.
3) Pengetahuan Pengetahuan tentang perawatan diri sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Kurangnya pengetahuan
tentang pentingnya perawatan diri dan implikasinya bagi kesehatan dapat
mempengaruhi praktik keperawatan diri.
4) Variabel kebudayaan Kepercayaan akan nilai kebudayaan dan nilai diri
mempengaruhi perawatan diri. Orang dari latar belakang kebudayaan yang
berbeda mengikuti praktik keperawatan yang berbeda pula.
5) Kondisi fisik Pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan memperlukan bantuan. Biasanya Pasien dengan keadaan fisik yang
tidak sehat lebih memilih untuk tidak melakukan perawatan diri.
Macam-macam respon Defisit perawatan diri:
1) Pola perawatan diri seimbang : saat Pasien mendapatkan stresor dan mampu
untuk berprilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan Pasien seimbang,
Pasien masih melakukan perawatan diri
2) Kadang perawatan diri kadang tidak: saat Pasien mendapatkan stresor kadang-
kadang Pasien tidak memperhatikan perawatan diri nya
3) Tidak melakukan perawatan diri: Pasien mengatakan dia tidak peduli dan tidak
bisa melakukan perawatan saat stresor.

C. Jenis
Menurut Herdman (2015) jenis perawatan diri terdiri dari:
1) Defisit perawatan diri : Mandi; Hambatan kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan mandi/beraktifitas perawatan diri untuk diri sendiri.
2) Defisit perawatan diri: Berpakaian; Hambatan kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan aktivitas berpakaian dan berias untuk diri sendiri.
3) Defisit perawatan diri: Makan; Hambatan kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan aktivitas sendiri.
4) Defisit perawatan diri: Eliminasi; Hambatan kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan eliminasi sendiri.

D. Fase
Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak
aman berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal dari lingkungan
yang penuh permasalahan, ketegangan, kecemasan dimana-mana, tidak
mungkin mengembangkan kehangatan emosional, tidak mungkin
mengembangkan kehangatan emosional, dan hubungan positif dengan orang
lain yang melibatkan diri dalam situasi yang baru. Ia terus berusaha
mendapatkan rasa aman. Begitu menyakitkan sehingga rasa nyaman itu tidak
tercapai. Hal ini menyebabkan ia membayangkan nasionalisasi dan
mengaburkan realitas dari pada kenyataan, keadaan dimana seorang individu
mengalami atau beresiko mengalami suatu ketidakmampuan dalam mengalami
stressor interval atau lingkungan dengan adekuat.

E. Rentang Respons

Adaptif Maladaptif

Pola perawatan diri Kadang perawatan diri, Tidak melakukan perawatan


seimbang. kadang tidak. diri pada saat stress.

1. Pola perawatan diri seimbang : saat klien mendapatkan stresor dan mampu untuk
berprilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang, klien
masih melakukan perawatan diri.
2. Kadang perawatan diri kadang tidak : saat klien mendapatkan stresor kadang –
kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya.
3. Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak peduli dan tidak
bisa melakukan perawatan saat stressor.

F. Mekanisme Koping
1) Regresi : berhubungan dengan masalah dalam proses informasi dan pengeluaran
sejumlah besar tenaga dalam upaya untuk mengelola ansietas, menyisakan sedikit
tenaga untuk aktivitas sehar-hari.
2) Proyeksi : upaya untuk menjelaskan persepsi yang membingungkan dengan
menetapkan tanggung jawab kepada orang lain atau sesuatu.
3) Menarik diri : berkaitan dengan masalah membangun kepercayaan dan keasyikan
dengan pengalaman internal
4) Pengingkaran : sering digunakan oleh klien dan keluarga. Mekanisme koping ini
adalah sama dengan penolakan yang terjadi setiap kali seorang menerima
informasi yang menyebabkan rasa takut dan ansietas (Stuart, 2016).

III. A. Pohon Masalah

Kebersihan diri tidak adekuat (BAB/BAK, makan, minum, berhias)

DPD ( Defisit Perawatan Diri )

Isolasi Sosial

B. Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji.


Tanda dan gejala defisit perawatan diri dapat dinilai dari pernyataan pasien
tentang kebersihan diri, berdandan dan berpakaian, makan dan minum, BAB dan
BAK dan didukung dengan data hasil observasi
a. Data subjektif
Pasien mengatakan tidak mau menyisir rambut, tidak mau menggosok gigi,
tidak mau memotong kuku, tidak mau berhias/ berdandan, tidak bisa/ tidak mau
menggunakan alat mandi/ kebersihan diri, tidak menggunakan alat makan dan
minum saat makan dan minum, bab dan bak sembarangan, tidak membersihkan
diri dan tempat bab dan bak setelah bab dan bak, tidak mengetahui cara
perawatan diri yang benar.
b. Data Objektif
1. Badan bau, kotor, berdaki, rambut kotor, gigi kotor, kuku panjang, tidak
menggunakan alat-alat mandi,tidak mandi dengan benar.
2. Rambut kusut, berantakan, kumis dan jenggot tidak rapi,pakaian tidak
rapi, tidak mampu berdandan, memilih, mengambil, memakai pakaian,
memakai sandal, sepatu, memakai resleting, memakai barang-barang yang
perlu dalam berpakaian, dan melepas barang-barang yang perlu dalam
berpakaian.
3. Makan dan minum sembarangan, berceceran, tidak menggunakan alat
makan, tidak mampu( menyiapkan makanan, memindahkan makanan ke
alat makan, memegang alat makan, membawa makanan dari piring ke
mulut, mengunyah, menelan makanan secara aman, menyelesaikan
makan).
4. BAB dan BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri setelah
BAB dan BAK, tidak mampu( menjaga kebersihan toilet, menyiram
toilet).

IV. Diagnosa Keperawatan


Defisit Perawatan Diri.

V. Rencana Tindakan Keperawatan


DIAGNOSIS PERENCANAAN
KEPERAW TUJUAN(TUK/TUM) KRITERIA INTERVENSI RASION
ATAN EVALUASI AL
Defisit TUM: Pasien Bina hubungan salin percaya Kepercaya
perawatan Pasien dapat memelihara menunjukan dengan prinsip komunikasi an dari
diri : atau merawat kebersihan tanda tanda terapeutik,yaitu: pasien
kebersihan dapat membina 1.1. Sapa pasien dengan ramah merupakan
diri, sendiri secara mandiri . hubungan saling baik verbal maupun hal yang
berdandan, percaya dengan nonverbal. akan
makan, TUK 1: perawat, yaitu: 1.2. Perkenalkan diri dengan memudahk
BAK/BAB Pasien dapat membina a. Ekspresi sopan. an perawat
hubungan saling percaya. wajah 1.3. Tanyakan nama lengkap dalam
bersahabat . pasien dan nama panggilan. melakukan
b. Pasien 1.4. Jelaskan tujuan pendekatan
menunjukka pertemuannya. keperawata
n rasa 1.5. Jujur dan menepati janji. n atau
senang. 1.6. Tunjukan sikap empati dan intervensi
c. Pasien menerima pasien apa adanya. selanjutnya
bersedia 1.7. Beri perhatian pada terhadap
berjabat pemenuhan kebutuhan dasar pasien.
tangan. pasien.
d. Pasien
bersedia
menyebutka
n nama.
e. Ada kontak
mata.
f. Pasien
bersedia
duduk
berdamping
an dengan
perawat.
g. Pasien
bersedia
mengutarak
an masalah
yang
dihadapinya
TUK 2: Kriteria Melatih pasien cara-cara Pengetahu
Pasien mampu melakukan Evaluasi: perawatan diri dengan cara: an tentang
kebersihan diri secara Pasien dengan pentingnya
mandiri. aman melakukan 2.1 Menjelaskan pentingnya perawatan
(kemampuan kebersihan diri. diri dapat
maksimum) 2.2 Menjelaskan alat-alat untuk meningkat
aktivitas menjaga kebersihan diri. kan
perawatan diri 2.3 Menjelaskan cara-cara motivasi
secara mandiri. melakukankebersihan diri. pasien.
2.4 Melatih pasien mempraktikan
cara menjaga kebersihan diri. Menyiapka
n untuk
meningkat
kan
kemandiria
n.

Bimbingan
perawat
akan
mempermu
dah pasien
melakukan
perawatan
diri secara
mandiri.
TUK 3: Kriteria 3.1 Melatih pasien berdandan, Membiasa
Pasien mampu melakukan Evaluasi: dengan rincian kan diri
tindakan perawatan, berupa Pasien dengan a. Untuk pasien laki-laki, untuk
berhias atau berdandan aman melakukan latihan meliputi: melakukan
secara baik. (kemampuan  Berpakakaian perawatan
maksimum) atau  Menyikat rambut diri sendiri
mempertahanka  Bercukur
n aktivitas b. Untuk pasien wanita, Bimbingan
perawatan diri latihan meliputi: perawat
berupa berhias  Berpakaian akan
dan berdandan.  Menyisir rambut mempermu
Pasien berusaha dah pasien
 Berhias
untuk melakukan
memelihara perawatan
3.2 Memantau kemampuan pasien
kebersihan diri, diri secara
dalam berpakaian dan berhias.
seperti mandi mandiri.
3.3 Memonitor atau
pakai sabun dan mengidentifikasi adanya
disiran dengan kemunduran sensori, Penguatan
air sampai kognitif,dan psikomotor yang (reinforce
bersih, menyebabkan pasien ment)
mengganti mempunyai kesulitan dalam dapat
pakaian bersih berpakaian dan berhias. meningkat
sehari-hari , dan 3.4 Diskusikan dengan pasien kan
merapikan kemungkinan adanya hambatan motivasi
penampilan dalam berpakaian dan berhias. pasien.
3.5 Menggunakan komunikasi /
istruksi yang mudah dimengerti
pasien untuk mengakomodasi
keterbatasan kognitif pasien.
3.6 Sediakan baju bersih dan sisir,
jika mungkin
bedak,parfum,dsb.
3.7 Dorong pasien untuk
mengenakan baju sendiri dan
memasang kancing dengan
benar.
3.8 Memberikan bantuan kepada
pasien jika perlu
3.9 Evaluasi perasaan pasien
setelah mampu berpakaian dan
berhias.
1.0 Berikan reinforcement atau
pujian atas keberhasilan
pasienpberpakaian atau berhias.

TUK 4: Kriteria 1.1 Memantau kemampuan pasien Identifikasi


Pasien mampu melakukan Evaluasi: makan. mengenai
kegiatan makan dengan Kebutuhan 1.2 Identifikasi bersama pasien penyebab
baik. personal hygiene faktor-faktor penyebab pasien pasien
pasien terpenuhi. tidak mau makan. tidak mau
Pasien mampu 1.3 Identifikasi adanya hambatan makan
melakukan makan. menentuka
kegiatan makan a. Fisik : n
secara mandiri kelemahan ,isolasi,keterb intervensi
dan tepat dengan atasan extremitas,dll. perawat
mengungkapkan b. Emosi : depresi , panik, selanjutnya
kepuasan penurunan nafsu makan. .
makan. c. Intelektual : curiga
d. Sosial : curiga Pengetahu
e. Spiritual : adanya waham. an tentang
1.4 Diskusi dengan pasien fungsi pentingnya
makanan bagi kesehatan. perawatan
1.5 Menjelaskan cara diri
mempersiapkan makan kepada meningkat
pasien kan
1.6 Menjelaskan tentang personal motivasi.
hygiene tentang pola makan.
1.7 Menjelaskan cara makan yang Pasien
tertib. mungkin
1.8 Menjelaskan cara merapikan kesulitan
peralatan makan setelah dalam
makan. mempersia
1.9 Praktik makan disesuaikan pkan,
dengan tahapan makan yang mengambil
baik. makanan
1.10Evaluasi perasaan pasien sendiri,
setelah makan. Berikan dan
penguatan (reinforcement) merapikan
terhadap kemajuan pasien peralatan.
(missal: eningkatan porsi Menambah
makan) wawasan
pasien
tentang
personal
hygiene :
makan

Penguatan
(reinforce
ment)
dapat
meningkat
kan
motivasi
pasien.
TUK 5 : Kriteria 5.1 Mengkaji budaya pasien ketika Mengetahu
Mampu melakukan Evaluasi: mempromosikan aktivitas i kebiasaan
BAB/BAK secara mandiri. Pasien data perawatan diri. pasien
melakukan 5.2 Bantu pasien ke toilet dalam
perawatan diri 5.3 Berikan pengetahuan tentang toileting
secara mandiri personal hygiene dalam dapat
dalam hal kaitannya dengan toileting. membantu
BAB/BAK, 5.4 Menjelaskan tempat perawat
seperti: BAB/BAK yang sesuai . melakukan
a. mampu 5.5 Menjelaskan cara intervensi
duduk dan membersihkan diri setelah selanjutnya
turun dari BAB/BAK. .
toilet 5.6 Menjelaskan cara
b. mampu membersihkan tempat BAB Hambatan
membersihk dan BAK. mobilitas
an diri menyebab
setelah kan pasien
eliminasi tidak
secara mampu
mandiri/dib melakukan
antu perawatan
diri secara
mandiri.

Mengetahu
i
pentingnya
personal
hygiene
bai pasien.
TUK 6: Kriteria Evaluasi 6.1 Diskusikan dengan keluarga Memberik
Keluarga mampu merawat : tentang fasilitas kebersihan diri an
anggota keluarganya yang Keluarga dapat yang dibutuhkan oleh pasien kesempata
mengalami masalah kurang mengetahui untuk menjaga perawatan diri n kepada
perawatan diri. deficit pasien. keluarga
perawatan diri 6.2 Anjurkan keluarga untuk untuk
pasien dan cara terlibat dalam merawat diri membantu
member kan pasien dan membantu pasien dan
dukungan dalam mengingatkan pasien dalam member
memberikan merawat diri (sesuai dengan motivasi
dukungan pada yang telah disepakati)
pasien dalam 6.3 Anjurkan keluarga untuk Keluarga
melakukan memberikan pujian atas sebagai
perawatan diri. keberhasilan pasien dalam sistem
merawat diri. pendukung
berperan
penting
dalam
membantu
pasien.

VI. Daftar Pustaka


Farida dan Yudi Hartono. 2012. Buku Buku Ajar Keperawatan Keperawatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika.
Keliat, B. A. dkk. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN (Basic
Course). Jakarta : EGC.Course.

Nurjanah. (2007). Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa.Yogyakarta: Momedia.


Perry,potter. 2005, Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Stuart G W. (2016). Buku Saku Keperawataan Jiwa Edisi 5. Jakarta: EGC.
Yusuf, Rizky, & Hanik (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba
Medika.

Anda mungkin juga menyukai