Anda di halaman 1dari 37

BANTUAN AKTIVITAS SEHARI-HARI PADA LANSIA: MEMENUHI

KEBUTUHAN KEBERSIHAN DIRI

Makalah

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas dari


Ibu Ati Siti Rochayati, SKM, M.Kes, selaku Dosen Mata Kuliah
Keperawatan Gerontik

Oleh:
Kelompok 3
1. Ainindhita Amalia Khoirunnisa
2. Fitria Damayanti
3. Lia Awaliyah
4. Naufal Gilang Ramadhan
5. Nisa Ainun Nizar
6. Soraya Zhafira Bilqis
7. Qoriatul Bilad
8. Vina Shafana Ningrum

3B Keperawatan

POLTEKKES KEMENKES TASIKMALAYA WILAYAH CIREBON


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
Jl.Pemuda Nomor 38 Kota Cirebon
2019
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami haturkan kepada Allah Swt yang telah memberikan
banyak nikmat, taufik dan hidayah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Bantuan Aktivitas Sehari-hari pada Lansia: Memenuhi
Kebutuhan Kebersihan Diri” dengan baik tanpa ada halangan yang berarti.
Makalah ini telah kami selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami sampaikan banyak terimakasih kepada
segenap pihak yang telah berkontribusi secara maksimal dalam penyelesaian
makalah ini.
Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa
masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa
dan susunan kalimat, oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, kami selaku
penyusun menerima segala kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Makalah ini kami harap dapat membantu pembaca dalam memahami lebih tentang
bantuan aktivitas sehari-hari pada lansia: memenuhi kebutuhan kebersihan diri.
Demikian yang bisa kami sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah
khazanah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat nyata bagi pembaca.

Cirebon, Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kebersihan Diri ...................................................................... 3
B. Tujuan Kebersihan Diri (Personal Hygiene) ............................................ 3
C. Faktor yang Memengaruhi Kebersihan Diri ............................................. 4
D. Prinsip Kebersihan Diri ............................................................................ 7
E. Dampak Masalah Kebersihan Diri ............................................................ 12
F. Jenis Kebersihan Diri ................................................................................ 12
G. Tindakan Keperawatan Pada Klien dengan Masalah Kebersihan Diri ..... 14

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ............................................................................................. 32
B. Saran ....................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lanjut usia identik dengan penurunan daya tahan tubuh, dan
mengalami gangguan berbagai macam penyakit dengan adanya penurunan
kesehatan dan keterbatasan fisik maka diperlukan perawatan sehari-hari.
Perawatan tersebut dimaksudkan agar lanjut usia mampu mandiri atau
mendapat bantuan yang minimal. Perawatan yang diberikan berupa
kebersihan perorangna seperti kebersihan gigi dan mulut, kebersihan kulit
badan serta rambut selain itu pemberian informasi pelayanan kesehatan
yang memadai juga sangat diperlukan bagi lanjut usia agar lanjut usia
mampu mandiri atau mendapat bantuan yang minimal. Perawatan yang
diberikan berupa kebersihan perorangan seperti kebersihan gigi dan mulut,
kebersihan kulit dan badan serta rambut. Selain itu pemberian informasi
pelayanan kesehatan yang memadai juga sangat diperlukan bagi lanjut usia
agar dapat mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai juga sangat
diperlukan bagi lanjut usia agar dapat mendapatkan pelayanan kesehatan
yang memadai (Akhmadi, 2009).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian masalah yang tercantum di latar belakang, maka
rumusan permasalahan penelitian adalah
1. Apa Pengertian dari Kebersihan Diri?
2. Apa saja Tujuan dari Kebersihan Diri?
3. Apa saja Faktor yang Mempengaruhi Kebersihan Diri?
4. Apa saja Prinsip dari kebersihan Diri?
5. Bagaimana Dampak dari Debersihan Diri?
6. Apa saja Jenis-jenis dari Kebersihan Diri?
7. Apa Tindakan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Kebersihan
Diri?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara pengetahuan lanjut usia dengan
sikap memelihara kebersihan diri.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengetahuan lanjut usia terhadap pemeliharaan
kebersihan diri.
b. Mengetahui sikap memelihara kebersihan diri lanjut usia sejauh
ini.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebersihan Diri


Menurut Mubarak, Indrawati, Susanto (2015), personal higiene atau
kesehatan pribadi adalah upaya indvidu dalam memelihara kebersihan diri
yang meliputi kebersihan rambut, telinga, gigi dan mulut, kuku, kulit, dan
kebersihan dalam berpakaian dalam meningkatkan kesehatan yang optimal.
Menurut Hidayat dan Uliyah (2014), perawatan diri atau kebersihan diri
(personal hygene) merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk
mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis. Pemenuhan
perawatan diri dipengaruhi berbagai faktor, di antaranya budaya, nilai sosial
pada individu atau keluarga, pengetahuan terhadap perawatan diri, serta
persepsi terhadap perawatan diri.

B. Tujuan Kebersihan Diri (Personal Hygiene)


Menurut Mubarak, Indrawati, Susanto (2015), secara umum tujuan
higiene personal adalah untuk memelihara kebersihan diri, menciptakan
keindahan, serta meningkatkan derajat kesehatan individu sehingga dapat
mencegah timbulnya penyakit pada diri sendiri maupun orang lain. Sementara
secara khusus tujuan personal higiene adalah sebagai berikut:
1. Menghilangkan minyak yang menumpuk, keringat, sel-sel kulit yang
mati, dan bakteri.
2. Menghilangkan bau badan yang berlebihan
3. Memelihara integritas permukaan kulit
4. Menstimulasi sirkulasi/peredaran darah
5. Memberikan kesempatan pada perawat untuk mengkaji kondisi kulit
6. Meningkatkan percaya diri seseorang
7. Menciptakan keindahan
8. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang.

3
Menurut Hidayat dan Uliyah (2014), tujuan umum perawatan diri adalah
untuk mempertahankan perawatan diri, baik secara sendiri maupun dengan
menggunakan bantuan, dapat melatih hidup sehat/bersih dengan cara
memperbaiki gambaran atau persepsi terhadap kesehatan dan kebersihan,
serta menciptakan penampilan yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan.

Sedangkan menurut Tarwoto dan Wartonah (2015), tujuan perawatan


personal hygiene yaitu:
1. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang
2. Memelihara kebersihan diri seseorang
3. Memperbaiki personal hygiene yang kurang
4. Pencegahan penyakit
5. Meningkatkan percaya diri seseorang
6. Menciptakan keindahan

C. Faktor yang Memengaruhi Kebersihan Diri


Menurut Mubarak, Indrawati, Susanto (2015), faktor-faktor yang
memengaruhi kebersihan diri (hygiene personal) antara lain sebagai berikut:
1. Budaya. Sejumlah mitos yang berkembang dimasyarakat menjelaskan
bahwa saat individu sakit ia tidak boleh dimandikan karena dapat
memperpanjang penyakitnya.
2. Status sosial ekonomi. Untuk melakukan higiene personal yang baik
dibutuhkan sarana dan prasarana yang memadai, seperti kamar mandi,
peralatan mandi, serta perlengkapan mandi yang cukup (misalnya sabun,
sikat gigi, sampo, dan lain-lain). Itu semua tentu membutuhkan biaya.
Dengan kata lain, sumber keuangan individu akan sangat berpengaruh
pada kemampuannya mempertahankan higiene personal yang baik.
3. Agama. Agama juga berpengaruh pada keyakinan individu dalam
melaksanakan kebiasaan sehari-hari. Agama Islam misalnya, umat Islam
diperintahkan untuk selalu menjaga kebersihan karena kebersihan adalah
sebagian dari iman. Hal ini tentu akan mendorong individu untuk
mengingat pentingnya kebersihan diri bagi kelangsungan hidup.

4
4. Tingkat pengetahuan atau perkembangan individu. Kedewasaan
seseorang akan memberi pengaruh tertentu pada kualitas diri orang
tersebut, salah satunya adalah pengetahuan yang lebih baik. Pengetahuan
itu penting dalam meningkatkan status kesehatan individu. Sebagai
contoh, agar terhindar dari penyakit kulit, kita harus mandi dengan bersih
setiap hari, pada klien penderita DM ia harus menjaga/mengontrol kadar
gula darahnya dan jika sudah ada gangrene maka ia harus mampu
merawat dan menjaga kebersihan luka gangrennya.
5. Status kesehatan. Kondisi sakit atau cedera akan menghambat
kemampuan individu dalam melakukan perawatan diri. Hal ini tentunya
berpengaruh pada tingkat kesehatan individu. Individu akan semakin
lemah yang pada akhirnya jatuh sakit.
6. Kebiasaan. Ini ada kaitannya dengan kebiasaan individu dalam
menggunakan produk-produk tertentu dalam melakukan perawatan diri,
misalnya menggunakan showers, sabun padat, sabun cair, sampo, dan
lain-lain.
7. Cacat jasmani/mental bawaan. Kondisi cacat dan gangguan mental
menghambat kemampuan individu untuk melakukan perawatan diri
secara mandiri.

Sementara menurut Potter dan Perry (2005), sikap seseorang melakukan


personal hygiene dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain sebagai
berikut:
1. Citra tubuh
Penampilan umum klien dapat menggambarkan pentingnya higiene
pada orang tersebut. Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang
tentang penampilan fisiknya. Citra tubuh ini dapat sering berubah dan
memengaruhi cara mempertahankan higiene. Jika seorang klien rapi
sekali maka perawat mempertimbangkan rincian kerapian ketika
merencanakan tindakan keperawatan dan berkonsultasi dengan klien
sebelum membuat keputusan tentang bagaimana memberikan perawatan
higiene. Oleh karena citra tubuh dapat berubah akibat pembedahan atau

5
penyakit fisik maka perawat harus membuat suatu usaha ekstra untuk
meningkatkan higiene.
2. Praktik sosial
Kelompok-kelompok sosial wadah seorang klien berhubungan dapat
memengaruhi praktik higiene pribadi. Selama masa kanak-kanak, anak-
anak mendapatkan praktik higiene dari orangtua mereka. Kebiasaan
keluarga, jumlah orang di rumah, dan ketersediaan air panas dan/atau air
mengalir hanya merupakan beberapa faktor yang memengaruhi
perawatan kebersihan.
3. Status sosial ekonomi
Sumber daya ekonomi seseorang memengaruhi jenis dan tingkat
praktik kebersihan yang digunakan. Perawat harus menentukan apakah
klien dapat menyediakan bahan-bahan yang penting seperti deodorant,
sampo, pasta gigi, dan kosmetik. Perawat juga harus menentukan jika
penggunaan produk-produk ini merupakan bagian dari kebiasaan sosial
yang dipraktikkan oleh kelompok sosial klien.
4. Pengetahuan
Pengetahuan tentang pentingnya higiene dan implikasinya bagi
kesehatan memengaruhi praktik higiene. Kendati demikian, pengetahuan
itu sendiri tidaklah cukup. Klien juga harus termotivasi untuk
memelihara perawatan diri. Sering kali, pembelajaran tentang penyakit
tertentu yang diharapkan dan menguntungkan dalam mengurangi risiko
kesehatan dapat memotivasi seseorang untuk memenuhi perawatan yang
perlu.
5. Kebudayaan
Kepercayaan kebudayaan klien dan nilai pribadi memengaruhi
perawatan higiene. Orang dari latar belakang kebudayaan yang berbeda
mengikuti praktik keeperawatan yang berbeda pula. Di Asia kebersihan
dipandang penting bagi kesehatan. Di negara-negara Eropa, mandi secara
penuh hanya dilakukan sekali dalam seminggu.

6
6. Pilihan pribadi
Setiap klien memiliki keinginan individu dan pilihan tentang kapan
untuk mandi, bercukur, dan melakukan perawatan rambut. Klien memilih
produk yang berbeda (misalnya sabun, sampo, deodoran, dan pasta gigi)
menurut pilihan pribadi.
7. Kondisi Fisik
Orang yang menderita penyakit tertentu (misal kanker tahap lanjut)
atau menjalani operasi sering kali kekurangan energi fisik atau
ketangkasan untuk melakukan higiene pribadi.

D. Prinsip Kebersihan Diri


Kebersihan kulit dan membrane mukosa sangatlah penting karena kulit
merupakan garis pertahanan tubuh yang pertama dari kuman penyakit. Dalam
menjlankan fungsinya, kulit menerima berbagai rangsangan dari luar dan
menjadi pintu masuk utama kuman pathogen ke dalam tubuh.
Menurut Mubarak, Indrawati, Susanto (2015), prinsip higiene personal
dapat meliputi beberapa hal, yaitu sebagai berikut:
1. Kulit
Cara perawatan kulit paling utama yaitu pembersihan badan melalui
mandi. Ketika klien tidak mampu melakukan perawatan kulit pribadi
maka perawat memberikan bantuan atau mengajarkan keluarga tentang
cara pelaksanaan personal higiene. Klien yang tidak mampu bergerak
bebas karena penyakit akan berisiko mengalami kerusakan kulit.
Tujuan dari perawatan kulit adalah klien akan memiliki kulit yang
utuh, bebas bau badan, klien dapat mempertahankan rentang gerak,
merasa nyaman dan sejahtera, serta dapat berpartisipasi, dan memahami
metode perawatan kulit. Cara perawatan kulit adalah sebagai berikut:
a. Biasakan mandi minimal dua kali sehari atau setelah beraktivitas
b. Gunakan sabun yang tidak terlalu bersifat iritatif
c. Sabuni seluruh tubuh terutama pada area lipatan kulit seperti sela-
sela jari, ketiak, belakang telinga dan lain-lain.
d. Jangan gunakan sabun mandi untuk wajah.

7
e. Segera keringkan tubuh dengan handuk yang lembut dari wajah,
tangan, badan, hingga kaki.
2. Kaki dan kuku
Menjaga kebersihan kuku penting dalam mempertahankan personal
higiene karena berbagai kuman dapat masuk ke dalam tubuh melalui
kuku. Perawatan dapat digabungkan selama mandi atau pada waktu yang
terpisah. Tujuan perawatan kaki dan kuku adalah klien akan memiliki
kulit utuh dan permukaan kulit yang lembut, klien merasa nyaman dan
bersih, klien akan memahami dan melakukan metode perawatan kaki dan
kuku dengan benar. Cara-cara dalam merawat kuku antara lain sebagai
berikut:
a. Kuku jari tangan dapat dipotong dengan menggunakan pengikir atau
memotongnya dalam bentuk oval (bujur) atau mengikuti bentuk jari.
Sementara kuku jari kaki dipotong dalam bentuk lurus.
b. Jangan memotong kuku terlalu pendek karena bisa melukai selaput
kulit dan kulit di sekitar kuku.
c. Jangan membersihkan kotoran di balik kuku dengan benda tajam,
sebab akan merusak jaringan dibawah kuku.
d. Potong kuku seminggu sekali atau sesuai kebutuhan.
e. Khusus untuk jari kaki, sebaiknya kuku dipotong setelah mandi atau
direndam dengan air hangat terlebih dahulu.
f. Jangan menggigiti kuku karena akan merusak bagian kuku.
3. Rambut
Penampilan dan kesejahteraan seseorang sering kali tergantung dari
cara penampilan dan perasaan mengenai rambutnya. Menyikat, menyisir,
dan bersampo adalah cara-cara dasar higienis perawatan rambut.
Distribusi pola rambut dapat menjadi indikator status kesehatan umum,
perubahan hormonal, stres emosional maupun fisik, penuaan, infeksi, dan
penyakit tertentu atau obat-obatan dapat mempengaruhi karakteristik
rambut. Rambut merupakan bagian tubuh yang memiliki fungsi sebagai
proteksi serta pengatur suhu, melalui rambut perubahan status kesehatan
diri dapat diidentifikasi. Klien imobilisasi rambutnya cenderung terlihat

8
kusut. Klien yang mampu melakukan perawatan diri harus dimotivasi
untuk memelihara rambut setiap hari. Sementara pada klien yang
memiliki keterbatasan mobilisasi memerlukan bantuan perawat atau
keluarga dalam melakukan higiene rambut.
Tujuan perawatan rambut adalah klien akan memiliki rambut dan
kulit kepala yang bersih dan sehat, klien akan mencapai rasa nyaman dan
harga diri, serta klien dapat berpartisipasi dalam melakukan praktik
perawatan rambut. Cara-cara merawat rambut antara lain sebagai berikut:
a. Cuci rambut 1-2 kali seminggu (atau sesuai kebutuhan) dengan
memakai sampo yang cocok.
b. Pangkas rambut agar terlihat rapi
c. Gunakan sisir yang bergigi besar untuk merapikan rambut keriting
dan olesi rambut dengan minyak
d. Jangan gunakan sisir yang bergigi tajam karena bisa melukai kulit
kepala
e. Pijat-pijat kulit kepala pada saat mencuci rambut untuk merangsang
pertumbuhan rambut
f. Pada jenis rambut ikal dan keriting, sisir rambut mulai dari bagian
ujung hingga ke pangkal dengan pelan dan hati-hati.
4. Gigi dan Mulut
Tujuan perawatan higiene mulut klien adalah klien akan memiliki
mukosa mulut yang utuh dan terhidrasi baik serta untuk mencegah
penyebaran penyakit yang ditularkan melalui mulut(misalnya tifus dan
hepatitis), mencegah penyakit mulut dan gigi, meningkatkan daya tahan
tubuh, mencapai rasa nyaman, memahami praktik higiene mulut dan
mampu melakukan sendiri perawatan higiene mulut dengan benar. Cara
merawat gigi dan mulut antara lain sebagai berikut:
a. Tidak makan makanan yang terlalu manis dan asam
b. Tidak menggunakan gigi untuk menggigit atau mencongkel benda
keras (misal membuka tutup botol)
c. Menghindari kecelakaan seperti jatuh yang dapat menyebabkan gigi
patah

9
d. Menyikat gigi sesudah makan dan khususnya sebelum tidur
e. Memakai sikat gigi yang berbulu banyak, halus, dan kecil sehingga
dapat menjangakau bagian dalam gigi.
f. Meletakkan sikat pada sudut 450 di pertemuan antara gigi dan gusi
dan sikat mengahadap ke arah yang sama dengan gusi.
g. Menyikat gigi dari atas ke bawah dan seterusnya.
h. Memeriksakan gigi secara teratur setiap enam bulan
5. Mata
Tujuan menjaga kebersihan mata adalah untuk mempertahankan
kesehatan mata dan mencegah infeksi. Mata yang sehat akan tampak
jernih dan bersih dari kotoran. Kotoran mata dapat menempel pada bulu
mata dan sudut mata. Cara merawat mata antara lain sebagai berikut:
a. Usaplah kotoran mata dari sudut mata bagian dalam ke sudut bagian
luar
b. Saat mengusap mata, gunakanlah kain yang paling bersih dan lembut
c. Lindungi mata dari kemasukan debu dan kotoran
d. Bila menggunakan kacamata, hendaklah selalu dipakai.
e. Bila mata sakit cepat periksakan ke dokter.
6. Hidung
Cara merawat hidung antara lain sebagai berikut:
a. Jaga agar lubang hidung tidak kemasukan air atau benda kecil
b. Jangan biarkan benda kecil masuk ke dalam hidung, sebab nantinya
dapat terisap dan menyumbat jalan napas serta menyebabkan luka
pada membrane mukosa.
c. Sewaktu mengeluarkan debu dari lubang hidung, hembuskan secara
perlahan dengan membiarkan kedua lubang hidung tetap terbuka.
d. Jangan mengeluarkan kotoran dari lubang hidung dengan
menggunakan jari karena dapat mengiritasi mukosa hidung.
7. Telinga
Menjaga kebersihan telinga dapat dilakukan dengan pembersihan
yang bertujuan untuk mencegah kerusakan dan infeksi telinga. Beberapa
upaya perawatan telinga yaitu menghindari kebiasaan mengorek telinga

10
dengan menggunakan jari kotor atau benda tajam karena dapat
mengakibatkan robeknya gendang telinga. Cara-cara merawat telinga
diantaranya sebagai berikut:
a. Bila ada kotoran yang menyumbat telinga, keluarkan secara perlahan
dengan menggunakan penyedot telinga
b. Bila menggunakan air yang disemprotkan, lakukan denga hati-hati
agar tidak menimbulkan kerusakan pada telinga akibat tekanan air
yang berlebihan
c. Aliran air yang masuk hendaklah diarahkan ke saluran telinga dan
bukan langsung ke gendang telinga
d. Jangan menggunakan peniti atau jepit rambut untuk membersihkan
kotoran telinga karena dapat menusuk gendang telinga
8. Mandi
Memandikan klien merupakan perawatan higienis total yang dapat
dikategorikan sebagai pembersihan atau terapeutik. Mandi di tempat tidur
yang lengkap diperlukan bagi klien dengan ketergantungan total dan
memerlukan personal higiene total. Metode yang digunakan untuk mandi
disesuaikan dengan tingkat kemampuan pasien. Tujuan memandikan
pasien di tempat tidur adalah untuk menjaga kebersihan tubuh,
mengurangi infeksi akibat kulit kotor, memperlancar sistem peredaran
darah, dan menambah kenyamanan klien.
9. Genitalia
Tujuan perawatan genitalia adalah untuk mencegah dan mengontrol
infeksi, mencegah kerusakan kulit, meningkatkan kenyamanan, serta
mempertahankan kebersihan diri (Potter dan Perry, 2005). Perawatan
genitalia merupakan bagian dari mandi lengkap. Klien yang paling butuh
perawatan genitalia yang teliti adalah klien yang berisiko terbesar
memperoleh infeksi. Dalam perawatan genitalia, perawat dan pasien
yang berjenis kelamin sama akan lebih memungkinkan untuk membantu
pelaksanaan perawatan.

11
10. Kebersihan Pakaian
Pakaian yang sudah kotor dan berbau harus segera diganti lalu dicuci
dengan sabun cuci untuk mencegah timbulnya penyakit yang disebabkan
oleh jamur seperti panu.

E. Dampak Masalah Kebersihan Diri


Menurut Tarwoto dan Wartonah (2015), dampak yang sering timbul pada
masalah personal hygiene adalah sebagai berikut:
1. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perseorangan dengan baik. Gangguan fisik
yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membran
mukosa kulit, infeksi pada mata dan telingga, serta gangguan fisik pada
kuku.
2. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri, dan gangguan interaksi sosial.

F. Jenis Kebersihan Diri


1. Berdasarkan Waktu Pelaksanaan
Menurut Hidayat dan Uliyah (2014) perawatan diri atau kebersihan
diri berdasarkan waktu pelaksanaan dibagi menjadi empat, yaitu sebagai
berikut:
a. Perawatan Dini Hari. Merupakan perawatan diri yang dilakukan
pada waktu bangun tidur, untuk melakukan tindakan seperti perapian
dalam pengambilan bahan pemeriksaan (urine atau feses),
memberikan pertolongan, mempersiapkan pasien dalam melakukan
makanpagi dengan melakukan tindakan perawatan diri, seperti
mencuci muka, tangan, dan menjaga kebersihan mulut.
b. Perawatan Pagi Hari. Perawatan yang dilakukan setelah melakukan
makan pagi dengan melakukan perawatan diri seperti melakukan

12
pertolongan dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi (buang air besar
dan kecil), mandi atau mencuci rambut, melakukan perawatan kulit,
melakukan pijatan pada punggung, membersihkan mulut, kuku, dan
rambut, serta merapikan tempat tidur pasien.
c. Perawatan Siang Hari. Perawatan diri yang dilakukan setelah
melakukan berbagai tindakan pengobatan atau pemeriksaan dan
setelah makan siang. Berbagai tindakan perawatan diri yang dapat
dilakukan, antara lain mencuci muka dan tangan, membersihkan
mulut, merapikan tempat tidur, serta melakukan pemeliharaan
kebersihan lingkungan kesehatan pasien.
d. Perawatan Menjelang Tidur. Perawatan diri yang dilakukan pada
saat menjelang tidur agar pasien dapat tidur atau beristirahat dengan
tenang. Berbagai kegiatan yang dapat dilakukan, antara lain
pemenuhan kebutuhan eliminasi (buang air besar dan kecil), mencuci
tangan dan muka, membersihkan mulut, serta memijat daerah
punggung.
2. Berdasarkan Tempat Pelaksanaan
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2015), berdasarkan tempat/area
pelaksanaan kebersihan diri, tindakan kebersihan diri dapat dibedakan
menjadi beberapa macam yaitu:
a. Perawatan kulit kepala dan rambut
b. Perawatan mata
c. Perawatan hidung
d. Perawatan telinga
e. Perawatan kuku kaki dan tangan
f. Perawatan genetalia
g. Perawatan kulit seluruh tubuh
h. Perawatan tubuh secara keseluruhan

13
G. Tindakan Keperawatan Pada Klien dengan Masalah Kebersihan Diri
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2015), berikut ini adalah proses
tindakan keperawatan secara umum pada klien dengan masalah kebersihan
diri:
1. Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan
1). Pola kebersihan tubuh
2). Perlengkapan personal
3). Faktor-faktor yang mempengaruhi
2. Keluhan Utama
a. Pasien merasa tidak nyaman dengan kebersihan dirinya
b. Pasien mengatakan tidak dapat melakukan makan, mandi dan
eliminasi secara mandiri.
c. Pasien merasa rendah diri terhadap kondisi kebersihan dirinya.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Rambut
1) Keadaan kesuburan rambut
2) Keadaan rambut yang mudah rontok
3) Keadaan rambut yang rusak
4) Keadaan tekstur
b. Kepala
1) Botak atau alopesia
2) Ketombe
3) Berkutu
4) Adakah eritema
5) Kebersihan
c. Mata
1) Apakah sklera ikterik
2) Apakah konjungtiva pucat
3) Kebersihan mata
4) Apakah gatal atau mata merah

14
d. Hidung
1) Adakah pilek
2) Adakah alergi
3) Adakah perdarahan
4) Adakah perubahan penciuman
5) Kebersihan hidung
6) Bagaimana membrane mukosa
7) Adakah septum deviasi
e. Mulut
1) Keadaan mukosa mulut
2) Kelembapannya
3) Adakah lesi
4) Kebersihan
f. Gigi
1) Adakah karang gigi
2) Adakah karies
3) Kelengkapan gigi
4) Pertumbuhan
5) Kebersihan
g. Telinga
1) Adakah kotoran
2) Adakah Lesi
3) Bagaimana bentuk telinga
4) Adakah infeksi
h. Kulit
1) Kebersihan
2) Adakah Lesi, jenis lesi
3) Keadaan turgor
4) Warna Kulit
5) Tempratur
6) Teksturnya
7) Pertumbuhan bulu

15
8) Adakah Luka
i. Kuku tangan dan kaki
1) Bentuknya
2) Warna
3) Adakah lesi
4) Pertumbuhannya
j. Genitalia
1) Kebersihan
2) Pertumbuhan rambut pubis
3) Keadaan kulit
4) Keadaan lubang uretra
5) Keadaan skrotum, testis pada pria
6) Cairan yang dikeluarkan
k. Tubuh secara umum
1) Kebersihan
2) Normal
3) Keadaan postur

Sedangkan menurut Hidayat dan Uliyah (2014), proses keperawatan pada


masalah kebersihan diri meliputi:

1. Perawatan Diri Pada Kulit


a. Pengkajian Keperawatan
1) Warna Kulit
Pengkajian terhadap masalah kebersihan kulit meliputi
penilaian tentang keadaan kulit, misalnya warna kulit untuk
mengetahui adanya pigmentasi kulit. Warna kulit yang tidak
normal dapat disebabkan oleh melanin pada kulit, warna coklat
dapat menunjukkan adanya penyakit Addison atau tumor
hipofisis, warna biru kemerahan dapat menunjukkan polisitemia,
warna merah menunjukkan adanya alergi dingin,hipertermia,
psikologis, alcohol atau inflamasi lokal, warna biru (sianosis)
pada kuku atau sianosis perifer akibat kecemasan atau

16
kedinginan, atau sentral karena penurunan kapasitas darah
dalam membawa oksigen yang meliputi bibir, mulut, dan badan.
Selanjutnya warna kuning menunjukkan icterus yang menyertai
penyakit hati, hemolysis sel darah merah, obstruksi saluran
empedu, atau infeksi berat yang dapat dilihat pada sclera,
membrane mukosa, dan abdomen; apabila terdapat pada telapak
tangan, kaki, dan muka menunjukkan dampak atas konsumsi
wortel atau kentang; apabila pada area kulit terbuka (bukan pada
sklera dan membrane mukosa) menunjukkan adanya penyakit
ginjal kronis. Warna pucat (kurang merah muda pada orang kulit
putih) atau warna abu – abu pada kulit hitam merupakan adanya
sinkop, demam, syok, atau anemia. Kekurangan warna secara
umum dapat menunjukkan albinisme.
2) Kelembapan Kulit
Dalam keadaan normal, kulit agak kering, dan dalam
keadaan patologis dapat dijumpai kekeringan pada daerah bibir.
Kekeringan pada bagian tangan dan genital dapat menunjukkan
adanya dermatitis kontak. Keadaan normal pada membrane
mukosa adalah lembap, dan bila terjadi kekeringan
menunjukkan adanya dehidrasi.
3) Tekstur Kulit
Penilaian tekstur kulit dapat dilakukan melalui pengamatan
dan palpasi. Contoh tekstur kulit abnormal adalah pengelupasan
atau sisik pada jari tangan dan kaki. Perhatikan juga turgor,
yaitu kembalinya kulit seperti semula tanpa meninggalkan tanda
setelah dicubit dalam keadaan normal. Selain it, perhatikan juga
ada atau tidaknya edema dan lesi (macula, papula, nodul, tumor,
vesikula, bula, pustule).
b. Analisis Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang kemungkinan terjadi pada masalah
perawatan kulit, sebagaimana dalam NANDA-Internasional 2018-
2020 adalah sebagai berikut:

17
c. Perencanaan Keperawatan
Tujuan
1) Menghilangkan atau membersihkan bau, mengurangi
kekeringan serta sel yang mati
2) Merangsang sirkulasi darah, mengendorkan otot, dan membuat
rasa nyaman

Rencana Tindakan
1) Menghilangkan atau membersihkan bau, mengurangi
kekeringan serta sel yang mati dengan cara perawatan kulit
2) Merangsang sirkulasi darah, mengendorkan otot, dan membuat
rasa nyaman dengan cara memandikan pasien
d. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Merupakan tindakan keperawatan dengan melakukan perawatan
pada kulit yang mengalami atau berisiko terjadi kerusakan jaringan
lebih lanjut khususnya pada daerah yang mengalami tekanan
(tonjolan). Tujuannya adalah mencegah dan mengatasi terjadinya
luka decubitus akibat tekanan lama dan tidak hilang.

Alat dan Bahan


1) Baskom cuci
2) Sabun
3) Air
4) Agen pembersih
5) Balutan
6) Pelindung kulit
7) Plester
8) Sarung tangan

Prosedur Kerja
1) Jelaskan prosedur pada pasien
2) Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
3) Tutup pintu ruangan
4) Atur posisi pasien

18
5) Kaji adanya luka/kulit yang tertekan dengan memperhatikan
warna, kelembapan, penampilan sekitar kulit, ukur diameter
kulit, ukur kedalaman
6) Cuci kulit sekitar luka dengan air hangat atau sabun cuci secara
menyeluruh dengan air
7) Perlahan-lahan keringkan kulit secara menyeluruh dan disertai
dengan pasien
8) Letakkan handuk di bawah lutut lalu bersihkan kaki. Kaki yang
paling jauh didahulukan dan dikeringkan dengan handuk.
9) Ambil handuk dan letakkan di bawah glutea. Pakaian bawah
perut dibuka, lalu bersihkan daerah lipatan paha dan genetalia.
Setelah selesai, pasang kembali pakaian dengan rapi.
10) Cuci tangan.
e. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi secara umum menilai kemampuan dalam, sebagai
berikut.
1) Mempertahankan kebersihan perawatan kulit secara efektif. Hal
ini ditunjukan dengan adanya kemampuan untuk menjaga
kebersihan kulit seperti adanya warna, kelembapan, turgor,
tekstur, hilangnya lesi, dan lain-lain.
2) Mempertahankan sirkulasi darah, mengendorkan otot, dan
membuat tubuh terasa nyaman. Hal ini ditunjukkan dengan
adanya kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan
terlihat segar.
2. Perawatan Diri pada Kuku dan Kaki
Menjaga kebersihan kuku merupakan salah satu aspek penting dalam
mempertahankan perawatan diri karena berbagai kuman dapat masuk ke
dalam tubuh melalui kuku. Oleh sebab itu, kuku seharusnya tetap dalam
keadaan sehat dan bersih. Secara anatomis kuku terdiri atas dasar kuku,
badan kuku, dinding kuku, kantung kuku, akar kuku, dan lunula. Kondisi
normal kuku ini dapat terlihat halus, tebal kurang dari lebih 0,5 mm,
transparan, dasar kuku berwarna merah muda.

19
Masalah/Gangguan pada Kuku
- Ingrown nail, kuku tangan yang tidak tumbuh-tumbuh dan dirasakan
sakit pada daerah tersebut.
- Paronychia, radang di sekitar jari kuku.
- Ram’s horn nail, gangguan kuku yang ditandai pertumbuhan yang
lambat disertai kerusakan dasar kuku atau infeksi.
- Bau tidak sedap, reaksi mikroorganisme yang menyebabkan bau
tidak sedap.
a. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian yang perlu dilakukan adalah penilaian tentang
keadaan warna, bentuk, dan keadaan kuku. Adanya jari tabuh dapat
menunjukkan penyakit pernapasan kronis atau penyakit jantung dan
bentuk kuku yang cekung atau cembung menunjukkan adanya
cedera, defisiensi besi, dan infeksi.
b. Analisa Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatn yang mungkin terjadi pada masalah
perawatan kuku, sebagaimana dalam NANDA-Internasional 2012-
2014, terjadi pada Tabel 5.2.
Tabel 2.2 Diagnosa Keperawatan yang Kemungkinan Terjadi
pada Masalah Perawatan Kuku.

Diagnosis Faktor yang Batasan Karakteristik


Keperawatan Berhubungan (data
(Problem/P) (Etiologi/E) Subjektif/Objektif/Symptom/S)
Resiko Infeksi Adanya faktor risiko, Adaya faktor risiko
(00004) seperti penyakit kronis,
pengetahuan yang tidak
cukup, pertahanan
tubuh yang tidak
adekuat baik primer
maupun sekunder,
seperti adanya trauma
jaringan, penurunan
hemoglobin,
leukopenia, vaksin
yang tidak adekuat, dan
lain-lain.

20
c. Perencanaan keperawatan
Tujuan
1) Memelihara kebersihan kuku dan rasa nyaman pasien.
2) Mempertahankan integritas kuku dan mencegah infeksi.

Rencana tindakan
Lakukan pemeliharaan kebersihan kuku dengan cara perawatan
kuku.
d. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Merupakan tindakan keperawatan pada pasien yang tidak
mampu merawat kuku sendiri. Tujuannya adalah menjaga
kebersihan kuku dan mencegah timbulnya luka atau infeksi akibat
garukan dari kuku.

Alat dan Bahan.


1) Alat pemotong kuku
2) Handuk
3) Baskom berisi air hangat
4) Bengkok/nierbekken
5) Sabun
6) Kapas
7) Sikat kuku

Prosedur Kerja
1) Jelaskan prosedur pada pasien
2) Cuci tangan
3) Atur posisi pasien dengan duduk atau tidur
4) Tentukan kuku yang akan dipotong
5) Rendamkan kuku dengan air hangat kurang lebih dua menit dan
sikat dengan sabun bila kotor
6) Keringkan dengan handuk

21
7) Letakan tangan diatas bengkok/nierbekken dan lakukan
pemotongan kuku
8) Cuci tangan
e. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi secara umum menilai adanya kemampuan untuk
mempertahankan kebersihan kuku ditandai dengan keadaan kuku
yang bersih, tidak ada tanda radang disekitar kuku, pertumbuhan
baik, dan tidak ada bau yang khas dari kuku.
3. Perawatan Diri pada Rambut
Rambut merupakan bagian dari tubuh yang memiliki fungsi sebagai
proteksi serta pengaturan suhu melalui rambut perubahan status
kesehatan diri dapat diidentifikasi. Secara anatomic rambut terdiri
daribagian batang, akar rambut darung akar, folikel rambut, serta kelenjar
sebasa.
Masalah Gangguan pada Rambut:
- Kutu
- Ketombe
- Botak (alopecia)
- Radang pada kulit di rambut (seborrheic dermatitis)
a. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian dilakukan pada warna, ikuran serta susunan rambut.
Selain itu, kaji jenis rambut apakah berminyak atau kering.
Kemudian, kaji pola pertumbuhan rambut, apakah pola cepat atau
lambat, sedikit, atau jumlak kerontokan. Kaji juga aspek
perkembangan dan factor yang mempengaruhi perawatan rambut,
seperti pemakaian minyak rambut, kemampuan menyisir, frekuensi
cuci rambut, serta pemakaian sampo.
b. Analisis Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang memungkinan terjadi pada masalah
perawatan rambut, sebagimana dalam NANDA-International 2012-
2014, tersaji pada Tabel 2.3

22
Tabel 2.3 Diagnosis Keperawatan yang kemungkinan Terjadi pada
Masalah Perawatan Rambut
Diagnosis Faktor yang Batasan Karakteristik (Data
Keperawatan Berhubungan Subjektif/Objektif/Symptom/S)
(Problem/P) (Etiologi/E)
Resiko infeksi Adanya factor resiko Adanya factor resiko
seperti penyakit
kronis pengetahuan
yang tidak cukup,
pertahanan tubuh
yang tidak adekuat
baik primer maupun
sekunder, seperti
adanya trauma
jaringan, penurunan
hemoglobin,
leukopenia, vaksin
yang tidak adekuat
dan lain-lain
Gangguan citra tubuh Penyakit cedera Adanya perilaku menghindari
trauma pembedahan tubuh, sengaja menyembunyikan
kehilangan rambut bagian tubuh, kehilangan
akibat terapi penyakit tubuh,tidak menyentuh bagian
sepeti kemoterapi, tubuh, adanya ungkapan
budaya, dan lain-lain. perubahan gaya hidup, perasaan
negative pada tubuh dan lain-
lain.

c. Perencanaan Keperawatan
Tujuan
1) Mencegah infeksi daerah kepala
2) Meningkatkan konsep diri

Rencana Tindakan
1) Mencegah infeksi daerah kepala dengan caraperawatan rambut
seperti mencuci menyisir atau mencukur rambut
2) Meningkatkan konsep diri (body image) dengan cara
memberikan motivasi terhadap kemampuan pertumbuhan
rambut.

23
d. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Merupakan tindakan keperawatan pada pasien yang tidak
mampu memenuhi kebutuhan perawatan diri dengan cara mencuci
dan menyisir rambut. Tujuannya adalah membersihkan kuman-
kuman yang ada pada kulit kepala, menambah rasa nyaman,
membasmi kutu atau ketombe yang melekat pada kulit, serta
memperlancar sistem peredaran darah di bawah kulit.

Alat dan bahan


1) Handuk secukupnya
2) Perlak atau pengalas
3) Baskom berisi air hangat
4) Sampo atau sabun dalam tempatnya
5) Kasa dan kapas
6) Sisir
7) Bengkok atau nierbekken
8) Gayung
9) Ember kosong

Prosedur kerja
1) Jelaskan prosedur pada pasien
2) Cuci tangan
3) Tutup jendela atau pasang sampiran
4) Kondisikan pasien dalam posisi tidur
5) Letakkan baskom di bawah tempat tidur tepat dibawah kepala
pasien
6) Pasang perlak atau pengalas di bawah kepala dan sambunngkan
ke arah bagian baskom dengan pinggir digulung
7) Tutup telinga dengan kapas
8) Tutup dada dengan handuk sampai ke leher
9) Kemudian, sisir rambut dan lakukan pencucian dengan air
hangat, selanjutnya gunakan sampo dan bilas dengan air hangat
sambil dipijat

24
10) Setelah selesai, keringkan
11) Cuci tangan
e. Evaluasi keperawatan
Evaluasi secara umum menilai adanya kemampuan untuk
mempertahankan kebersihan rambut yang ditandai dengan keadaan
rambut (segar, tidak rontok), tidak ada tanda radang pada kulit
kepala, dan pertumbuhannya baik
4. Perawatan Diri pada Mulut dan Gigi
Gigi dan mulut adalah bagian penting yang harus dipertahankan
kebersihannya, sebab melalui organ ini berbagai kuman dapat masuk.
Banyak organ yang berada dalam mulut, seperti orofaring, kelenjar
parotid, tonsil, uvula, kelenjar sublingual, kelenjar submaksilaris, dan
lidah.
Masalah yang sering terjadi pada kebersihan gigi dan mulut, antara
lain sebagai berikut:
- Halitosis, bau nafas tidak sedap yang dapat disebabkan oleh kuman
atau lainnya
- Ginggivitas, radang pada daerah gusi
- Karies, radang pada gigi
- Stomatitis, radang pada daerah mukosa atau rongga mulut
- Peridontal disease (gusi yang mudah berdarah dan bengkak)
- Glostitis, radang pada lidah
- Chelititis, bibir yang pecah-pecah.

a. Pengkajian Keperawatan
Warna, keadaan permukaan, kelengkapan gigi, warrna mukosa
dalam pipi serta keadaan pada gusi baik dai segi warna, tekstur, atau
kelembapan. Pada daerah lidah dapat dilihat dari warna, tekstur, dan
posisi lidah.

25
b. Analisis Diagnosis Keperawatan
Tabel 2.4 Diagnosis Keperawatan yang Kemungkinan Terjadi pada
Masalah Perawatan Gigi dan Mulut

Diagnosis Keperawatan Faktor yang Batasan Karakteristik


(Problem/P) Berhubungan (Data
(Etiologi/E) Subyektif/Obyektif
/Symptom)
Ketidakseimbangan Ketidakmampuan untuk Adanya keluhan seperti
nutrisi (kurang dari mengabsorpsi nutrient, kurang minat untuk
kebutuhan tubuh) ketidakmampuan makan, penurunan berat
(00002) mencerna makanan, badan dengan asupan
ketidakmampuan makanan yang adekuat,
menelan makanan, dan membrane mukosa pucat,
faktor psikologis. tonus otot menurun,
mengeluh gangguan
sensasi rasa, berat badan
20% atau lebih dibawah
berat badan ideal, nyeri
abdomen, dan lain-lain
Kerusakan membrane Gangguan perawatan Adanya pendarahan, lidah
mukosa oral diri, labioskisis, berwarna putih, kesulitan
(00045) palatokisis, iritan kimia, berbicara, kesulitan
seperti makanan asam, makan, kesulitan
obat, kurang menelan, pembesaran
pengetahuan mengenai tonsil, gusi pucat, mukosa
hygiene oral yang baik pucat, nyeri mulut,
dan efektif, faktor stomatitis, xerostomia,
mekanik seperti dan lain-lain
pemasangan gigi palsu,
bingkai penyangga gigi,
bedah rongga mulut, dan
lain-lain.
Cedera (biologis, zat Cedera (biologis, zat Perubahan nafsu makan,
kimia, fisik, maupun kimia, fisik, maupu tekanan darah, frekuensi
psikologis). psikologis). jantung, pernafasan
diaphoresis, perilaku
distraksi, gelisah,
menangis, mata kurang
bercahaya, melindungi
daerah nyeri, ungkapan
nyeri

Sumber : Herdman, 2011

26
c. Perencanaan Keperawatan
Tujuan
1) Mengurangi nyeri
2) Mempertahankan nutrisi adekuat
3) Mempertahankan keberhasilan gigi dan mulut

Rencana Tindakan
1) Mengurangi nyeri dapat dilakukan dengan cara merawat gigi
dan mulut secara teratur
2) Mempertahankan nutrisi akibat radang gigi/gusi dapat dilakukan
dengan cara merawat gigi dan mulut secara benar
d. Pelaksanaan Keperawatan
Perawatan ini adalah mencegah infeksi pada mulut akibat
kerusakan pada daerah gigi dan mulut, membantu menambah nafsu
makan, serta menjaga kebersihan gigi dan mulut.

Alat dan Bahan:


1) Handuk dan kain pengalas
2) Gelas kumur berisi, sebagai berikut
a) Air masak/NaCl
b) Obat kumur
c) Boraks gliserin
3) Spatel lidah telah dibungkus dengan kain kasa
4) Kapas lidi
5) Bengkok/nierbekken
6) Kain kasa
7) Pinset atau arteri klem
8) Sikat gigi dan pasta gigi

Prosedur Kerja
1) Jelaskan prosedur pada pasien
2) Cuci tangan
3) Atur posisi pasien

27
4) Pasang handuk di bawah dagu dan pipi pasien
5) Ambil pinset dan bungkus dengan kain kasa yang berisi air dan
NaCl
6) Anjurkan pasien untuk membuka mulut, gusi, gigi, lidah, bibir
dan bila sudah kotor letakkan di bengkok
7) Lakukan hingga bersih, setelah itu oleskan boraks gliserin
8) Untuk perawatan gigi, lakukan penyikatan dengan geraik naik
turun dan bilas lalu keringkan
e. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi secara umum menilai adanya kemampuan untuk
mempertahankan kebersihan gigi dan mulut serta kemampuan untuk
mempertahankan status nutrisi. Hal ini ditandai dengan keadaan
mulut dan gigi yang bersih, tidak ada tanda radang, dan intake yang
adekuat.
5. Perawatan Diri Klien pada Alat Kelamin
Perawatan diri pada alat kelamin yang dimaksud adalah pada alat
kelamin perempuan, yaitu perawatan diri pada organ eksterna yang
terdiri atas mons veneris, terletak di depan simpisis pubis; labia mayora,
yang merupakan dua lipatan besar yang membentuk vulva; labia minora,
yang merupakan dua lipatan kecil di antara atas labia mayora; klitoris
(sebuah jaringan erektill yang serupa dengan penis laki-laki); kemudian
bagian yang terkait di sekitarnya, seperti utera, vagina, perineum, dan
anus.
a. Pengkajian Keperawatan
Hal yang perlu diperhatikan pada pengkajian alat kelamin (vulva
hiegine), antara lain adalah ada atau tidaknya iritassi daerah
sekitarnya, adanya pendarahan, adanya mucus, lokhea, katerterisasi,
luka jahitan pada pasien pascapartum, serta kebersihannya.
b. Analisis Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang kemungkinan terjadi pada
masalahh perawatan alat kelamin sebagaimana dalam NANDA
internasional 2012-2014, tersaji pada table berikut ini:

28
Tabel 2.5 Diagnosis Keperawatan yang Kemungkinan Terjadi pada
Masalah Keperawatan Alat Kelamin

Diagnosis Keperawatan Faktor yang Batasan Karakteristik (Data


(Problem/P) Berhubungan Subjektif/Objektif/Symtom/S)
(Etiologi/E)
Risiko Infeksi (00004) Adanya faktor risiko, Adanya faktor risiko
seperti penyakit kronis,
pengetahuan yang tidak
cukup, pertahanan
tubuh yang tidak
adekuat baik primer
maupun sekuder,
seperti adanya trauma
jaringan, penurunan
haemoglobin,
leukopenia, vaksin
yang tidak adekuat,
kurangnya kebersihan
pada daerah vulva, dan
lain-lain.

c. Perencanaan Keperawatan
Tujuan
1) Mencegah terjadi infeksi.
2) Mempertahankan kebersihan daerah vulva.

Rencana Tindakan
Mencegah terjadi infeksi dan mempertahankan kebersihan
daerah vulva dengan cara melakukan perawatan vulva.
d. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Merupakan tindakan keperawatan pada pasien yang tidak
mampu membersihkan vulva sendiri. Tujuannya adalah mencegah
terjadinya infeksi pada vulva dan menjaga kebersihan vulva.
Alat dan Bahan.
1) Kapas sublimat atau disinfektan
2) Pinset
3) Bengkok
4) Pispot

29
5) Tempat membersihkan (cebok) yang berisi lartan disinfektan
sesuai dengan kebutuhan.
6) Pengalas
7) Sarung tangan

Prosedur Kerja
1) Jelaskan prosedur pada pasien
2) Cuci tangan
3) Atur posisi pasien dengan posisi dorsal recumbent
4) Pasang pengalas dan pispot diletakan dibawah glutea pasien.
5) Gunakan sarung tangan
6) Lakukan tindakan perawatan kebersihan vulva dengan
meletakan tangan kiri untuk membuka vulva dengan memakai
kapas sublimat dan tangan kanan menyiram vulva dengan
larutan desinfektan
7) Kemudian ambil kapas sublimat dengan pinset, bersihkan vulva
dari atas ke bawah dan kapas kotor dibuang ke bengkok.
Lakukan hingga bersih.
8) Cuci tangan
e. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi secara umum menilai adanya kemampuan untuk
memperhatikan kebersihan daerah vulva. Hal ini ditandai dengan
kebersihan pada daerah vulva, tidak tampak iritasi, dan tidak ada
tanda-tanda radang.
6. Kebutuhan Kebersihan Lingkungan Pasien
Pemenuhan kebutuhan kebersihan lingkungan pasien yang dimaksud
disini adalah kebersihan tempat tidur. Melalui kebersihan tempat tidur
diharapkan pasien dapat tidur dengan nyaman tanpa gangguan selama
tidur sehingga dapat membantu proses penyembuhan. Pemenuhan
kebutuhan ini melalui prosedur penyiapan tempat tidur tertutup maupun
terbuka.

30
Cara Menyiapkan Tempat Tidur
Alat dan Bahan
a. Tempat tidur, Kasur, bantal
b. Seprai besar
c. Seprai kecil
d. Sarung bantal
e. Perlak
f. Selimut

Prosedur Kerja
1) Cuci Tangan
2) Atur tempat tidur, Kasur, dan bantal
3) Pasang seprai besar dengan garis tengah lipatan tepat ditengah
Kasur/tempat tidur.
4) Atur sisi kedua samping seprai atau tempat tidur dengan sudut 90
derajat, lalu masukan kebawah Kasur.
5) Pasang perlak ditengah tempat tidur
6) Pasang seprai kecil di atas perlak
7) Lipat selimut menjadi empat secara terbalik dan pasang bagian
bawah. Masukan ujung selimut kebawah kasur.
8) Pasang sarung bantal
9) Cuci tangan

31
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat
penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi
kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi
oleh nilai individu dan kebiasaan. Hal-hal yang sangat berpengaruh itu di
antaranya kebudayaan, sosial, keluarga, pendidikan, persepsi seseorang
terhadap kesehatan, serta tingkat perkembangan.
Memenuhi kebutuhan kebersihan diri pada lansia adalah suatu tindakan
perawatan sehari-hari yang harus diberikan kepada klien lanjut usia terutama
yang berhubungan dengan kebersihan perorangan (personal hygiene), yaitu
antara lain kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan
kepala, rambut dan kuku, serta kebersihan tempat tidur dan posisi tidur.

B. Saran
Perawat mempunyai peranan dalam memberikan pendidikan kesehatan
entang kebersihan diri, yaitu sebagai family advocacy. Perawat berperan
sebagai pendamping bagi keluarga baik bagi lansia maupun keluarganya
ketika dihadapkan pada suatu masalah termasuk dalam hal kebersihan diri.
Perawat sebagai conselor perawat di mana perawat dapat memberikan ide
atau pendapat kepada lansia dan kepada keluarga sebagai pelaksana asuhan
keperawatan. Perawat memberikan asuhan dengan kebutuhan perawat sebagai
pendidikan memberikan pendidikan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan
lansia.

32
33
DAFTAR PUSTAKA

Akhmadi. 2009. Permasalahan Lanjut Usia (Lansia). Di akses 6 Oktober 2019


dari http://www.rajawana.com/artikel/kesehatan/326-permasalahan-
lanjut-usia-lansia,html

Hidayat, A. Aziz Alimul dan Uliyah, Musrifatul. 2014. Pengantar Kebutuhan


Dasar Manusia Buku 1 Edisi 2A. Jakarta: Salemba Medika

Mubarak, Wahit I., Indrawati, L., Susanto, Joko. 2015. Buku Ajar Ilmu
Keperawatan Dasar Buku 1. Jakarta: Salemba Medika.

Tarwoto dan Wartonah. 2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai